LAPORAN UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN KONDISI LANTAI RUMAH SALAH SATU INDIKATOR PHBS DI DESA LEMAHABANG KECAMATAN TANJUNG KABUPATEN BREBES
OLEH : dr. Mahmudah
PENDAMPING : dr. Ign. Adhi Pujo AstowO
PROGRAM DOKTER INTERNSHIP PUSKESMAS TANJUNG 2014
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN F.2 LAPORAN UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN
KONDISI LANTAI RUMAH SALAH SATU INDIKATOR PHBS DI DESA LEMAHABANG KECAMATAN TANJUNG KABUPATEN BREBES
Brebes,
Maret 2014
Peserta Program Dokter Internship Indonesia
Pendamping Program Dokter Internship Indonesia
dr. Mahmudah
Dr. Ign Adhi Pujo Aswoto NIP.19720229 200202 1 002
BAB I PENDAHULUAN
Kesehatan Lingkungan berkaitan erat dengan status kesehatan masyarakt, kesehatan lingkungan sendiri memiliki beberapa definisi dari kesehatan lingkungan yaitu diantaranya adalah menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan merupakan suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.. Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia. Modal mendasar dari kesehatan adalah dengan menciptakan sehatnya lingkungan yang berawal dari perilaku mendasar dari masyarakat itu sendiri. Perilaku mendasar tersebut adadalah perilaku hidup bersih dan sehat yang biasa dikenal dengan PHBS. PHBS merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. PHBS merupakan salah satu pilar utama dalam Indonesia Sehat dan merupakan salah satu strategi untuk mengurangi beban negara dan masyarakat terhadap pembiayaan kesehatan. Menurut data kesehatan kabupaten Brebes dari jumlah rumah tangga yang ada di kabupaten Brebes sebanyak 437.173 Rumah tangga, diperiksa sebanyak 118.273 rumah tangga yang melakukan perilaku PHBS hanya sebesar 67.174 rumah tangga jadi hanya sekitar 56,80% saja yang berPHBS. Sedangkan untuk puskesmas Tanjung sendiri terdapat 5.426 Rumah tangga,
diperiksa sebanyak 1.670rumah tangga, yang melakukan perilaku PHBS hanya sebesar 66 rumah tangga jadi hanya sekitar 3,95% saja yang berPHBS. Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan social yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomi. (UU Kesehatan RI No. 23 tahun 1992). Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku sehat, dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga. Oleh karena itu kesehatan perlu dijaga, dipelihara dan ditingkatkan oleh setiap anggota rumah tangga serta diperjuangkan oleh semua pihak secara keseluruhan. Salah satu indikator PHBS adalah lantai rumah yang kedap air, lantai yang berdebu atau becek selain tidak nyaman juga bisa menjadi sarang penyakit. Dengan melakukan kebiasaan PHBS menjadikan rumah juga menajdi sehat, dimana rumah sehat menurut WHO dapat diartikan sebagai tempat berlindug/bernaung dan tempat untuk beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik , rohani maupun sosial. Berdasarkan data kesehatan kabupaten Brebes terdapat 415.144 rumah dan sebanyak 111.401 rumah yang dipantau didapatkan hanya sebanayak 51.040 rumah saja yang termasuk dalam rumah sehat yaitu sekitar 45,82% rumah yang diperiksa. Sedangkan untuk puskesmas tanjung sendiri sedikitnya terdapat 9.023 rumah dan 3.050 rumah yang dipantau hanya terdapat 2.219 rumah sehat.
BAB II PERMASALAHAN
Rumah merupakan tempat tinggal bagi suatu keluarga yang berfungsi sebagai perindungan untuk meberi keamanan, tempat istirahat, tempat menjalin hubungan antar anggota keluarga, tempat pengembangan anak, penyediaan makanan keluarga termasuk mandi, mencuci dan sebagainya. Oleh karena itu keberadaan rumah yang sehat, aman, serasi dan teratur sangat diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapt terpenuhi dengan baik. Rumah sehat merupakan rumah yang dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi penghuninya, sehingga mereka dapat hidup dan beraktifitas secara optimal . salah satu indikator rumah sehat adalah lantai tidak tembus air dan bersih. Keadaan lantai rumah merupakan salah satu indikator yang penting dalam penilaian rumah sehat. Lantai yang hanya dari tanah daapt menampung debu atau kotoran mikro yang biasanya dapat memicu masalah kesehatan. Tidak hanya itu, saat cuaca hujan, lantai dari tanah akan jadi basah dan lembab, bahkan becek yang tentunya tidak baik untuk kesehatan penghuninya, behitu juga sebaliknya apabila cuaca kering lantai yang terbuat dari tanah dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya penyakit gangguan pernafasan. Secara keseluruhan penduduk Indonesia yang hidup dengan kondisi sanitasi buruk mencapai 72.500.000 jiwa. Mereka tersebar di perkotaan (18,2%) dan perdesaan (40%). Kementerian Kesehatan menjelaskan bahwa di Indonesia ada 226 kota yang masih bermasalah dengan pengelolaan air limbah, 240 kota menghadapi masalah pengelolaan sampah, serta 100 kota masih bermasalah dengan drainase. Sedangkan kota yang bermasalah dengan ketiganya sebanyak 52 Kota ( Zainal Nampira dalam Kick off High Five Program)
Dari data Puskesmas Tanjung tahun 2013 wilayah kerja puskesmas seluas 40.08km² dengan jumlah penduduk sebanyak 42.778 jiwa masih banyak yang belum memiliki rumah rumah sehat, sebagai contoh di desa lemahabang yang seluas 1,6 km² dengan jumlah penduduk sebanyak 4.848 jiwa yang menghuni 926 rumah dan terdiri dari 1.280 kepala keluarga masih belum bisa dikatakan warganya menghuni rumah sehat , dimana dari mereka yang memiliki rumah berlantai kedap air hanya sejumlah 718 kepala keluarga sedangkan sisanya rumah beralaskan tanah.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia. Untuk terwujudnya suatu lingkungan yang sehat berawal dari masing-masing individu dapat melakukan kehidupannya dengan berperilaku sehat , dimana perilaku sehat merupakan pengetahuan, sikap, dan tindakan proaktif untuk memelihara dan m encegah resiko terjadinya penyakit,
melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam Gerakan Kesehatan Masyarakat. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan dimasyarakat. Perilaku Hidup Berih Dan Sehat (PBHS) adalah sebagai wujud operasional promosi kesehatan merupakan dalam upaya mengajak, mendorong kemandirian masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat. Berdasarkan beberapa defenisi PHBS adalah upaya untuk mewujudkan kesehatan anggota keluarga agar tahu, mau dan mampu melaksakan perilaku hidup bersih dan sehat.
2. RUMAH SEHAT
Rumah pada dasarnya merupakan tempat hunian yang sangat penting bagi kehidupan setiap orang. Rumah tidak sekedar sebagai tempat untuk melepas lelah setelah bekerja seharian, namun didalamnya terkandung arti yang penting sebagai tempat untuk membangun kehidupan keluarga sehat dan sejahtera.
Rumah yang sehat dan layak huni tidak harus berwujud rumah mewah dan besar namun rumah yang sederhana dapat juga menjadi rumah yang sehat dan layak dihuni. Rumah sehat adalah kondisi fisik, kimia, biologi didalam rumah dan perumahan sehingga memungkinkan penghuni atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Untuk menciptakan rumah sehat maka diperlukan perhatian terhadap beberapa aspek yang sangat berpengaruh, antara lain : 1. Sirkulasi udara yang baik.
2. Penerangan yang cukup.
3. Air bersih terpenuhi.
4. Pembuangan air limbah diatur dengan baik agar tidak menimbulkan pencemaran.
5. Bagian-bagian ruang seperti lantai dan dinding tidak lembab serta tidak terpengaruh pencemaran seperti bau, rembesan air kotor maupun udara kotor.
SYARAT RUMAH SEHAT
Rumah sehat menurut Winslow dan APHA ( American Public Health Association) harus memiliki syarat, antara lain: 1) Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan (ventilasi), ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan/suara yang mengganggu. 2)
Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain cukup aman dan nyaman bagi masingmasing penghuni rumah, privasi yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah, lingkungan tempat tinggal yang memiliki tingkat ekonomi yang relatif sama.
3) Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan air limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran. 4)
Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah. Termasuk dalam persyaratan ini antara lain bangunan yang kokoh, terhindar dari bahaya kebakaran, tidak menyebabkan keracunan gas, terlindung dari kecelakaan lalu lintas, dan lain sebagainya.
PARAMETER DAN INDIKATOR RUMAH SEHAT BERDASARKAN KOMPONEN RUMAH
MENURUT
KEPUTUSAN
MENTRI
KESEHATAN
NOMOR
829/MENKES/SK/VII/1999 TENTANG PERSYARATAN KESEHATAN PERUMAHAN :
1). Langit-langit Adapun persayaratan untuk langit-langit yang baik adalah dapat menahan debu dan kotoran lain yang jatuh dari atap, harus menutup rata kerangka atap serta mudah dibersihkan. 2) Dinding Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat dinding sendiri, beban tekanan angin dan bila sebagai dinding pemikul harus dapat memikul beban diatasnya, dinding harus terpisah dari pondasi oleh lapisan kedap air agar air tanah tidak meresap naik sehingga dinding terhindar dari basah, lembab dan tampak bersih tidak berlumut. Tembok adalah baik, namun di samping mahal, tembok sebenarnya kurang cocok untuk daerah tropis, apabila ventilasinya tidak cukup. Dinding rumah di daerah tropis khususnya di pedesaan, lebih baik
dinding atau papan. Sebab meskipun jendela tidak cukup, maka lubang-lubang pada dinding atau papan tcrsebut dapat merupakan ventilasi, dan dapat menambah penerangan alamiah. 3) Lantai Ubin atau semen adalah baik, namun tidak cocok untuk kondisi ekonomi pedesaan. Lantai kayu sering terdapat pada rumah-rumah orang yang mampu di pedesaan, dan ini pun mahal. Oleh karena itu, untuk lantai rumah pedesaan cukuplah tanah biasa yang dipadatkan. Syarat yang penting di sini adalah tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan. Untuk memperoleh lantai tanah yang padat (tidak berdebu) dapat ditempuh dengan menyiram air kemudian dipadatkan dengan benda-benda yang berat dan dilakukan berkali-kali. Lantai harus kuat untuk menahan beban diatasnya, tidak licin, stabil waktu dipijak, permukaan lantai mudah dibersihkan. Menurut Sanropie (1989), lantai tanah sebaiknya tidak digunakan lagi, sebab bila musim hujan akan lembab sehingga dapat menimbulkan gangguan/penyakit terhadap penghuninya. Karena itu perlu dilapisi dengan lapisan yang kedap air seperti disemen, dipasang tegel, keramik. Untuk mencegah masuknya air ke dalam rumah, sebaiknya lantai ditinggikan ± 20 cm dari permukaan tanah. Lantai yang basah dan berdebu merupakan sarang penyakit. 4) Pembagian ruangan / tata ruang Setiap rumah harus mempunyai bagian ruangan yang sesuai dengan fungsinya. Adapun syarat pembagian ruangan yang baik adalah : a) Ruang untuk istirahat/tidur Adanya pemisah yang baik antara ruangan kamar tidur orang tua dengan kamar tidur anak, terutama anak usia dewasa. Tersedianya jumlah kamar yang cukup dengan luas
ruangan sekurangnya 8m² dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang agar dapat memenuhi kebutuhan penghuninya untuk melakukan kegiatan. b) Ruang dapur Dapur harus mempunyai ruangan tersendiri, karena asap dari hasil pembakaran dapat membawa dampak negatif terhadap kesehatan. Ruang dapur harus memiliki ventilasi yang baik agar udara/asap dari dapu r dapat teralirkan keluar. c) Kamar mandi dan jamban keluarga Setiap kamar mandi dan jamban paling sedikit memiliki satu lubang ventilasi untuk berhubungan dengan udara luar. 5) Ventilasi Ventilasi ialah proses penyediaan udara segar ke dalam suatu ruangan dan pengeluaran udara kotor suatu ruangan baik alamiah maupun secara buatan. Ventilasi harus lancar diperlukan untuk menghindari pengaruh buruk yang dapat merugikan kesehatan. Ventilasi yang baik dalam ruangan harus mempunyai syarat-syarat, diantaranya : a) Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan. Sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5%. Jumlah keduanya menjadi 10% kali luas lantai ruangan. b) Udara yang masuk harus udara bersih, tidak dicemari oleh asap kendaraan, dari pabrik, sampah, debu dan lainnya. c) Aliran udara diusahakan Cross Ventilation dengan menempatkan dua lubang jendela berhadapan antara dua dinding ruangan sehingga proses aliran udara lebih lancar. Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang
diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 di dalam rumah yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat. Di samping itu tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri, patogen (bakteri-bakteri penyebab penyakit). Fungsi kedua dari pada ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri bakteri, terutama bakteri patogen, karena di situ selalu terjadi aliran udara yang terus menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan rumah selalu tetap di dalam kelembaban (humudity) yang optimum. Ada 2 macam ventilasi, yakni: a)
Ventilasi
alamiah,
di
mana
aliran
udara
di
dalam
ruangan
tersebut
terjadi secara alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin, lubang-lubang pada dinding dan sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah ini tidak menguntungkan, karena juga merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangga lainnya ke dalam rumah. Untuk itu harus ada usaha-usaha lain untuk melindungi kita dari gigitangigitan nyamuk tersebut. b) Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untukmengalirkan udara tersebut, misalnya kipas angin, dan mesin pengisap udara. Tetapi jelas alat ini tidak cocok dengan kondisi rumah di pedesaan. Perlu diperhatikan di sini bahwa sistem pembuatan ventilasi harus dijaga agar udara tidak mandeg atau membalik lagi, harus mengalir. Artinya didalam ruangan rumah harus ada jalan masuk dan keluarnya udara.
6) Pencahayaan Rumah yang sehat
memerlukan
cahaya
yang
cukup,
tidak
kurang
dan
tidak
terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam ruangan rumah, terutama cahaya mata hari di samping kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya di dalam rumah akan menyebabkan silau, dan akhirnya dapat merusakkan mata. Cahaya dapat dibedakan menjadi 2, yakni: a.
Cahaya alamiah , yakni matahari. Cahaya ini sangat penting, karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah, misalnya baksil TBC. Oleh karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. Jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang¬kurangnya 15 % sampai 20% dari luas lantai yang terdapat di dalam ruangan rumah. Perlu diperhatikan di dalam membuat jendela diusahakan agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan, tidak terhalang oleh bangunan lain. Fungsijendela di sini, di samping sebagai ventilasi, juga sebagai jalan masuk cahaya. Lokasi penempatan jendela pun harus diperhatikan dan diusahakan agar sinar matahari lama menyinari lantai (bukan menyinari dinding). Maka sebaiknya jendela itu harus di tengah-tengah tinggi dinding (tembok). Jalan masuknya cahaya alamiah juga diusahakan dengan genteng kaca. Genteng kaca pun dapat dibuat secara sederhana, yakni dengan melubangi genteng biasa waktu pembuatannya,kemudian menutupnya dengan pecahan kaca.
b.
Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang ,tapi bukan alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik, api dan sebagainya.
7) Luas Bangunan Rumah Luas bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya luas bangunan harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding
dengan
jumlah
penghuninya
akan
menyebabkan
kepadatan
penghuni
(overcrowded). Hal ini tidak sehat, disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen, bila salah satu anggota keluarga terkena pen yakit infeksi akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain. Sesuai kriteria Permenkes tentang rumah sehat, dikatakan memenuhi syarat jika ≥ 8 m² / orang. Luas bangunan yang optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5 - 3 m2 untuk tiap orang (tiap anggota keluarga).
BAB IV INTERVENSI
Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Metode yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan survey dari rumah ke rumah di Desa Lemahabang Kecamatan Tanjung. Dengan penilaian secara langsung di lapangan, diharapkan akan mengurangi bias atau kesalahan. Metode juga dipilih karena dapat mengamati secara langsung sekaligus dapat memberikan saran kepada masyarakat.
BAB V PELAKSANAAN KEGIATAN
Metode yang digunakan berupa penilaian dari rumah ke rumah di desa Krakahan. Pertanyaan yang diajukan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat serta rumah sehat. Salah satu indikator yang dinilai adalah tentang Kondisi Lantai Rumah. Pelaksanaan Kegiatan Hari/Tanggal
: Senin, 10 Februari 2014 sampai dengan sabtu, 15 Februari 2014
Tempat
: Desa Lemahabang – Kecamatan Tanjung
Sampel
: 926 rumah dan 1280 kepala keluarga
Pelaksanaan kegiatan dilakukan antara lain, yaitu: 1.
Perkenalan dan penyampaian tujuan dilakukan kunjungan
2.
Tanya jawab
3.
Penilaian langsung Lantai Rumah
4.
Dokumentasi
BAB VI PEMECAHAN MASALAH
Berdasarkan hasil penilaian langsung lantai sehat di desa Lemahabang, masih banyak rumah yang tidak memiliki lantai sehat (tanah) yaitu dari 926 rumah, jumlah rumah yang tidak memiliki lantai sehat berjumlah 208 rumah atau sekitar 22,46%. Dengan demikian, jumlah rumah yang memiliki lantai kedap air (keramik dan plester) sekitar 718 rumah atau sekitar 77,53%. Masih adanya masyarakat yang belum memiliki lantai kedap air, merupakan hal yang perlu diperhatikan untuk dilakukan pemecahan masalahnya. Dari hasil wawancara dengan beberapa masyarakat/warga di desa Lemahabang, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang melandasi masih banyak rumah yang berlantaikan tanah karena pengetahuan masyarakat yang masih kurang mengenai pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat, terutama mengenai lantai kedap air atau lantai sehat dan tingkat ekonomi masyarakat yang masih relatif rendah. Dengan melihat data dari hasil pendataan kepemilikan rumah yang berlantai kedap air di desa Lemahabang yang tidaklah banyak, maka diperlukan pemecahan masalah. Pemecahan masalah ini memerlukan kerjasama dari berbagai pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun tenaga kesehatan. Pemecahan masalah yang paling mudah dilakukan adalah dengan dilakukan penyuluhan yang berkesinambungan kepada masyarakat, khususnya warga di Desa Lemahabang mengenai pentingnya rumah berlantai kedap air serta dampak yang buruk bila berperilaku hidup yang tidak bersih/sehat. Masalah selanjutnya banyak warga di desa Lemahabang yang ekonominya masih kurang, maka dapat dipertimbangkan pada warga yang rumahnya yang masih berlantaikan tanah meminta kerja sama dengan perangkat desa untuk meminta bantuan bergilir agar setiap rumah memliki lantai kedap air. Setiap anggota keluarga juga harus menjaga kebersihan rumah yang ditempatinya misalnya yang memiliki rumah lantai keramik atau plester selalu menjaga agar lantai tetap bersih dengan cara menyapu dan mengepel setiap satu minggu sekali dan bagi keluarga yang rumahnya berlantaikan tanah harus tetap menjaga kondisi rumah agar tetap bersih, supaya tidak menyebabkan timbulnya penyakit gangguan pernafasan seperti asma, TBC dll. Dengan cara
itulah upaya peningkatan kesehatan masyarakat di Indonesia, khususnya di desa Lemahabangkecamatan Tanjung.
BAB VII KESIMPULAN
Desa Lemahabang terdiri dari 5 Rukun Warga (RW). Terdapat 926 rumah yang dinilai secara langsung. Berdasarkan hasil penilaian langsung lantai rumah di desa Krakahan, didapatkan sebanyak 718 rumah memiliki lantai kedap air sedangkan 208 rumah sisanya masih berlantaikan tanah. Dari data tersebut, 77,53%. rumah di desa Krakahan memiliki lantai kedap air. Selain karena pengetahuan masyarakat yang masih kurang mengenai lantai rumah yang memenuhi syarat, hal tersebut juga dikarenakan tingkat ekonomi masyarakat yang masih relatif rendah, sehingga masyarakat tidak mampu untuk membuat lantai yang memenuhi syarat kesehatan. Untuk masalah pengetahuan masyarakat, perlu diadakan penyuluhan terus menerus agar masyarakat semakin sadar akan pentingnya lantai kedap air yang baik sehingga tercipta lingkungan yang bersih dan sehat. Pada akhirnya pemahaman masyarakat mengenai lantai rumah yang masih kurang dapat diatasi. Pada masyarakat yang ekonominya masih rendah dapat bekerja sama dengan perangkat desa untuk meminta bantuan secara bergilir untuk memiliki rumah berlantai kedap air.
DAFTAR PUSTAKA
1.
World Health Organization (WHO). 2008. Environmental Health. Disitasi dari
: http://www.WHO.int. 2.
And. 2011. Terapkan 10 Indikator PHBS dalam Lingkungan Keluarga
http://www.surabaya-ehealth.org/ 3.
PWS Puskesmas Tanjung Kabupaten Brebes Jawa tengah, 2012.
4.
DepartemenKesehatan RI. (2008). Pusat Promosi CSR PDAM TIRTA PAKUAN.
http://csrpdamkotabogor.wordpress.com/phbs. 5.
Notoadmodjo, S. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: PT. Rineka
Cipta. Erawan,
Anto.
2013.
Beberapa
Syarat
Rumah
Sehat.
http://www.rumah.com/berita-
properti/2013/7/4526/beberapa-syarat-rumah-sehat 6.
Fk UGM.2009. Kesehata lingkungan. Disitasi dari http://kesling.ph.gmu.org/berita-85-
kesehatan-lingkungan.html 7.
Putri intan. 2013. PHBS Rumah Tangga. http://www.slideshare.net/phutryinthan/phbs-
rumah-tangga 8.
USU. PHBS. http://repository.usu.ac.id/bitstrem/123456789/29777/4/papt
9.
Zainal. Rumah Sehat. http://zainal-a-fim-0-web.unair.ac.id/artikel-detail-35704-sanitasi
10.
Perilaku
Hidup
Bersih
dan
Sehat
dan
penyakit
berbasis
lingkungan.
http://www.academica.edu/4621106/Bab-II-PHBS 11.
Menurunkan Angka Kesakitan – dan Kematian – melalui-PHBS-ppthttp/:.ip3m.umag.ic.id
12.
Deokes . roadmap Percepatan Program STBM 2013-2015. http://pppi.depkes.go.id/-
asset/download/roadmap%20stbm
LAMPIRAN