BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar 1.1Latar Belakang Kerusakan lingkungan pada tahun ke tahun semakin parah. Salah satu penyebab dari hal ini adalah dampak dari dar i pembangunan rumah tinggaal yang tidak terkontrol dan tidak memperhatikan dampak-dampak dari pembangunan pada lingkungan. Untuk memenuhi persyaratan pengelolaan lingkungan sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 tahun 1999 tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan Hidup pada pasal 3 ayat 4 bahwa bagi bagi rencana usaha dan/atau dan/atau kegiatan di luar usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 wajib melakukan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup yang pembinaanya berada pada instansi yang membidangi usaha dan/atau kegiatan. Serta keputusan Menteri Lingkunagan Lingkunagan Hidup Republik Indonesia Nomor Nomor 86 tahun 2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup. Dimana didalamnya akan dinyatakan rencana atau kegiatan pengelolaan dan pemantauan terhadap komponen lingkungan yang terkena dampak dari kegiatan/usaha. Diharapkan dengan adanya dokumen UKL/UPL ini dampak negatif terhadap lingkungan dapat dikurangi dan sedikit demi sedikit dihilangkan dengan upaya-upaya perbaikan yang berkelanjutan.
1.2Tujuan 1.2Tujuan Tujuan secara umum yaitu: 1. Memberikan informasi tentang kegiatan kontruksi
yang potensial
memberikan dampak penting terhadap lingkungan. 2. Mengetahui
komponen-komponen
lingkungan
hidup
yang
terkena
dampak. 3. Merumuskan Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan terhadap limbah, cemaran yang dihasilkan sebagai akibat dari aktifitas atau kegiatan pembangunan oleh CV. MAJU BERSAMA
1
1.2.1
Tujuan UKL
Sebagai acuan dalam mencegah, mengendalikan & mengurangi dampak negative yang timbul dari rencana kegiatan pembangunan Rumah kost
di Jl. Mostera – malang
serta mengembangkan
dampak positif yang ada. 1.2.2
Tujuan UPL
1. Memantau hasil pelaksanaan pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan dalam kegiatan dan pembangunan Rumah kost di Jl. Mostera – malang
dengan cara melihat perubahan
lingkungan yang diakibatkan kegiatan tersebut. 2. Memberi masukan kepada pihak terkait dalam pelaksanaan pengelolaan
lingkungan
apabila
terjadi
perubahan
rona
lingkungan dalam kegiatan perbaikan dan rekonstruksi jalan. 1.2.3
Kegunaan UKL
1. Memberikan petunjuk tentang tata cara dalam menangani dampak yang timbul sehingga dampak negatif dapat dicegah dan diatasi sedini mungkin. 2. Memberikan petunjuk kepada pemrakarsa/pengelola proyek & instansiterkait mengenai lingkup tugas dan tanggung jawabnya dalam upayapengelolaan lingkungan. 1.2.4
Kegunaan UPL
Sebagai bahan masukan dalam melaksanakan evaluasi terhadap efektivitas pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL).
1.3Manfaat 1.3Manfaat 1.3.1
Manfaat bagi Pemerintah
1.
Mengetahui jenis usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh CV.MAJU BERSAMA
2. Memudahkan pemerintah dalam melakukan pengawasan terhadap aktifitas serta dampak penting terhadap lingkungan yang dilakukan oleh CV. MAJU BERSAMA.
2
1.3.2
Manfaat Bagi Pemrakarsa
1.
Mengetahui
komponen-komponen
yang
terkena
dampak
dari
aktifitas/kegiatan CV.MAJU BERSAMA 2. Memberikan kemudahan dalam Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dari dampak penting yang dihasilkan oleh CV. MAJU BERSAMA. 1.3.3
Manfaat Bagi Masyarakat
1. Memberikan informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari aktifitas/Pembangunan CV. MAJU BERSAMA
1.4Peraturan 1.4 Peraturan Perundangan Peraturan perundang-undangan yang digunakan sebagai acuan Penyusunan dokumen UKL dan UPL kegiatan pembangunan pembangunan Rumah kost di Jl. Mostera – malang adalah sebagai berikut: 1. Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 1997 Tentang Tentang Pengelolaan Pengelolaan Lingkungan Lingkungan Hidup 2. Undang-undang No. 4 Tahun 1982, Tentang ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan. 3. Undang-undang No 24 Tahun 1990, tentang konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. 4. Undang-undang No. 24 Tahun 1992, Tentang Penataan Ruang. 5. Undang-undang No. 2 Tahun 1993,Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. 6. Undang-undang No.32 Tahun 2004, Tentang Pemerintahan Daerah. 7. Peraturan Pemerintah Noomor 27 tahun 1999, tentang Analysis Mengenai Dampak Lingkungan. 8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah nomor 18 tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. 9. Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999, tentang pengendalian pencemeran udara
3
10. Surat Keputusan Menteri Perindustrian No. 250/M/SK/10/1994 tentang Pedoman
Teknis
Penyusunan
Pengendalian
Dampak
Terhadap
Lingkungan Hidup Pada Sektor Industri. 11. Keputusan
Menteri
Negara
Lingkungan
Hidup
No.
Kep-
13/MENLH/3/1995 tentang Baku Mutu Emisi Tidak Bergerak. 12. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep-51/Men/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja. 13. Surat Edaran No. SE-01/Men/1997 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Kimia Di Udara Lingkungan Kerja. 14. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000, tentang pengendalian kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. 15. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001, tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun. 16. Keputusan
Menteri
Negara
Lingkungan
Hidup
RI
Nomor
51/MENLH/10/1995, tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri. 17. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor 48 tahun 1996, tentang Baku Mutu tingkat kebisingan 18. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor 86 tahun 2002, tentang pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup. 19. Peraturan Daerah Nomor 8 tahun 2003, tentang pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup.
4
BAB II UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL) DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (UPL)
Sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun 2002 tentang pedoman pelaksanaan Upaya pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL), berikut ini uraian UKL dan UPL dari rencana kegiatan pembangunan Rumah kost di Jl. Mostera – malang :
2.1 Identitas Pemrakarsa 1. Nama Proyek/Kegiatan
: Proyek Pembangunan Rumah kost di Jl. Mostera – malang
2. Nama Penanggung Jawab
: Pemilik Proyek, Ir. Moch Tandya Lesmana
3. Alamat
: Jalan Iaydjen Panjaitan Gg. 17 No 22B, Kelurahan Penanggungan - Malang
4. Sumber Dana
: Dana Pribadi
2.2 Identitas Penyusun 1. Nama Perusahaan : PT. AINUR Indonesia 2. Alamat : Jalan Soekarno Hatta No 56 , Lowokwaru , Kota Malang 3. Penanggung Jawab Studi : Achmad Sukur Adapun
anggota
tim
penyusun
Pembangunan Rumah kost
Studi
UKL
dan
di Jl. Mostera – malang
UPL
kegiatan
adalah sebagai
berikut: Tabel 2.1 Tim UKL - UPL No. Nama
Keahlian
1.
Betha Riska Witananda
: Ahli Fisik Kimia , Sertifikat Amdal Adan B
2.
Lailatun Najah
: Ahli Hidrogeologi, Sertifikat Amdal A
5
2.3 Rencana Kegiatan 1. Nama Proyek
: Pembangunan Rumah kost di Jl. Mostera Malang
2. Lokasi Proyek
: Jl. Mostera Kecamatan Lowokwaru Kota Malang
Gambar 2.1 Lokasi Lahan di : Jl. Mostera Kecamatan Lowokwaru Kota
Malang
Gambar 2.2 Lokasi Proyek di : Jl. Mostera Kecamatan Lowokwaru Kota
Malang
6
3. Pihak-pihak yang berkepentingan (project stakeholder): a. Pemilik Proyek
: Ir. Moch Tandya Lesmana
b. Kontraktor Pelaksana
: CV.Maju Bersama
c. Konsultan Pengawas
: CV. Joyo Abadi
d. Konsultan Arsitek
: CV. Cerdas Abadi
4. Scope Pekerjaan a. Desain struktur dan Arsitektur b. Pekerjaan Struktur, arsitektur, MEP dan elektrikal
5. Arsitektur a. Dinding dalam
: bata ringan
b. Kusen/ pintu kayu: kusen kayu, pintu kayu c. Lantai
: keramik
d. Plafond
: gypsum, calsiboard, beton exposed
e. Atap
: Genteng Beton
6. Struktur
Beton
: K250
Besi
: Mutu baja U240
7. Sumber dana a. Sumber dana Rp 855.000.000,00 (Dana Pribadi)
8. Jangka waktu pelaksanaan dan masa pemeliharaan: a. Waktu Desain
: 30 hari kalender
b. Masa Pelaksanaan
: 120 hari kalender
c. Masa Pemeliharaan
: 365 hari kalender
9. Lingkup pekerjaan dan jasa: a. Pekerjaan perencanan (desain).
7
b. Pekerjaan persiapan. c. Pekerjaan tanah. d. Pekerjaan Pondasi. e. Pekerjaan struktur. f. Pekerjaan arsitektur. g. Pekerjaan mekanikal, elektrikal, plumbing (MEP). h. Pekerjaan bangunan luar.
10. Fisik Bangunan a. Luas tanah
: 50.313 m 2
b. Luas bangunan
:
Luas Lantai 1
: 18.012 m 2
Luas Lantai 2
: 18.012 m 2
c. Luas ground
: 18.012 m 2
d. Jumlah lantai
: 2 lantai
11. Situasi dan keadaan lingkungan stempat a. Topografi
: terletak di Malang Kota
b. Kondisi geologis
: kontur rata-rata tanah datar
c. Iklim dan cuaca
: iklim tropis cuaca musim panas
d. Sosial, ekonomi, budaya
: lingkungan berada di daerah Pemukiman
e. Peranan pemerintah daerah
: perijinan
Secara garis besar rencana kegiatan dapat dibagi dalam tahapan sebagai berikut: a. Pembersihan Lokasi Existing
Dalam pembangunan rumah kost di jalan Mostera, dilakukan beberapa item pekerjaan , diantaranya pembersihan lahan. Untuk tahap pertama dilakukan pembersihan lahan dimana kondisi existing lahan adalah berupa semak belukar dan pepohonan.
8
b. Pembangunan Rumah Kost
Pembangunan rumah kost pada proyek ini sebagian besar menggunakan cara konvensional , sedikit menggunakan alat berat tetapi banyak menggunakan tenaga kerja karena lingkup proyek yang berskala kecil. pembangunan rumah kost diuraikan sebagai berikut: a. Jenis dan jumlah Peralatan yang dibutuhkan
Table 2.2 Rencana Kebutuhan Peralatan Konstuksi No
Uraian
Jumlah (unit)
1.
Excavator
1
2.
Dump truck 8 ton
1
3.
Agitator Truck
1
4.
Water pass
1
5.
Theodolite
1
Keterangan : Data diambil dari analogi kegiatan sej enis Kualifikasi dan Jumlah Tenaga Kerja yang dibutuhkan Uraian mengenai jenis, kualifikasi dan jumlah tenaga kerja yang akan dibutuhkan dalam rencana kegiatan konstruksi adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3 Rencana Jenis dan Kebutuhan Tenaga Kerja serta Kualifikasi Pendidikan No. Jenis Tenaga Kerja
Kualifikasi Minimal
Jumlah(orang)
1.
Field Engineer
Sarjana Teknik Sipil/S1
1
2.
Quality Engineer
Sarjana Teknik Sipil/S1
1
3.
Engineer
Sarjana Teknik Sipil/S1
1
4.
Surveyor
STM atau sederajat
3
6.
Pengawas lapangan
Sarjana Teknik Sipil/S1
2
7.
Administrator
Sarjana Muda Ekonomi/D3
2
8.
Drafter
STM atau sederajat
1
9.
Mandor
STM atau sederajat
3
10.
Sopir terampil
-
1
9
11.
Operator alat berat
STM atau sederajat
2
12.
Buruh terampil
STM atau sederajat
1
Total
18
Keterangan : Data diambil dari analogi kegiatan sejenis Gambar detail pekerjaan 1. Pekerjaan Rumah Kost
Gambar 2.3 Denah Lantai 1Rumah Kost
10
Gambar 2.4 Denah Lantai 2 Rumah Kost
2. Kondisi Existing Lahan Pembangunan
Gambar 2.5 Kondisi Existing
11
BAB III GARIS BESAR RENCANA KEGIATAN
3.1Tahap Pra Konstruksi Kegiatan pada tahap ini meliputi :
1. Survey dan Pengukuran
Kegiatan survei lapangan yang akan dilakukan oleh Konsultan. pekerjaan pra survei yakni mengadakan koordinasi dengan institusi terkait, penjajagan, pemilihan, penetapan lokasi proyek, (2) pekerjaan survei untuk melakukan pengukuran dan penyelidikan antara lain penyelidikan mekanika tanah dan hidrogeologi, dengan pekerjaan sebagai berikut :
Survei pengukuran diperlukan untuk mempersiapkan data yang akurat dalam menentukan elevasi, batas areal proyek, penempatan patok batas bangunan yang akan dibangun, serta menetapkan posisi patok bench mark sebagai titik dasar survei pekerjaan selanjutnya.
Penyelidikan mekanika tanah sehingga dapat ditentukan jenis pondasi yang sesuai guna mendukung beban berat bangunan yang akan dibangun. Pekerjaan tersebut dilakukan dengan menggunakan berbagai
peralatan lainnya yang dilakukan oleh tenaga kerja lokal. 2. Pengadaan tanah/ pembebasan Lahan
Lahan untuk proyek adalah milik masyarakat setempat. Pada saat ini dimanfaatkan oleh masyarakat untuk perkebunan. Pengadaan lahan di areal tapak proyek dan di jalur lintasan pipa air akan dilaksanakan melalui proses pemberian kompensasi dan/atau ganti rugi. melalui
proses:
Pengadaan lahan
pertemuan dengan masyarakat pengguna lahan,
inventarisasi dan klarifikasi luasan dan status lahan yang akan dibebaskan, penawaran nilai lahan, tanaman di atas lahan dan pencapaian kesepakatan, pembayaran dan penyerahan ganti rugi atau kompensasi. Proses pembebasan lahan akan ditangani oleh Tim Pembebasan lahan Pemerintah kota Malang.
Proses ini dimulai dengan kegiatan
publichearing antara tim pembebasan lahan dengan seluruh masyarakat
12
yang lahannya akan terkena pembebasan. Penentuan nilai tali asih atas lahan, dan tanaman tumbuh dan bangunan dilakukan dengan cara musyawarah untuk mufakat serta mentaati peraturan perundangan yang berlaku. Lahan yang akan dibebaskan terdiri atas lahan tapak proyek KOS (± 697.060 m 2).
3.2Tahap Konstruksi 1. Mobilisasi tenaga kerja dan personil
Untuk pelaksanaan pembangunan Rumah kost di Jl. Mostera – malang , tenaga kerja yang terlibat meliputi tenaga kerja di sekitar lokasi proyek yang berpengalaman tentang pembangunan proyek kos. 2. Mobilisasi dan demobilisasi Peralatan
Peralatan berat seperti tersebut diatas didatangkan dari sekitar daerah Malang sendiri. Sehingga tidak perlu proses lama dalam pengiriman peralatan 3. Pembuatan Base Camp / Barak kerja
Direncanakan base camp berada di sekitar proyek, dikarenakan lahan masih tersisa untuk barak pekerja. Sehingga para pekerja dari luar daerah tidak perlu jauh-jauh untuk menuju ke tempat proyek. Lokasi mempunyai letak yang strategis dan tidak jauh dari rencana pembangunan, dan sumber material, dari hasil survei awal diketahui, bahwa material pasir dari Lumajang dan split dari Pandaan. Selain itu tempat parkir peralatan berat juga dapat berfungsi sebagai bengkel sementara bagi peralatan yang rusak ringan dan juga berfungsi sebagai kantor proyek. 4. Pembersihan Lapangan ( Land Clearing)
Pembersihan lapangan dengan peralatan grader dilakukan di area lahan proyek. Pekerjaan pembersihan perlu dilakukan pada area dimana akan diletakan pondasi yang baru karena dimungkinkan mengganggu pekerjaan pondasi baru sehingga perlu dilakukan pembersihan lanjutan pada lokasi tersebut.
Pembersihan
secara
keseluruhan
akan
dilakukan
setelah
pekerjaan pondasi bangunan baru selesai dan bersamaan dengan pekerjaan galian.
13
5. Pekerjaan galian dan timbunan ( Cut and Fill )
Pekerjaan galian dengan peralatan excavator dilakukan terhadap area yang diperuntukkan untuk pondasi dan untuk perataan lahan. Tanah dari hasil galian yang memenuhi syarat konstruksi akan dimanfaatkan untuk menimbun lokasi jalan yang relatif rendah dan kekurangannya akan didatangkan dari borrow area yang terdekat. 6. Pekerjaan Pondasi
Pekerjaan Pondasi footplat dan menerus menggunakan bekisting multiplek dan alat yang dipakai antara lain concrete vibrator, corong bantu. Pekerjaan pondasi telpak meliputi galian pondasi, pekerjaan urugan pasir, pengecoran lantai kerja dan pemasangan bekisting. Lalu install pembesian pondasi. Dan pengecoran pondasi menggunakan truck mixer. Pekerjaan pondasi dilakukan menggunakan sedikit alat berat sehingga tidak menimbulkan kebisingan dalam pengerjaannya. 7. Pekerjaan Sloof
Pekerjaan sloof menggunakan bekisting batako sehingga tidak perlu pembongkaran setelah pengecoran dan alat yang dipakai antara lain concrete vibrator, corong bantu. Pekerjaan pondasi telpak meliputi pemasangan bekisting, install pembesian pondasi, dan pengecoran pondasi menggunakan truck mixer. Setelah pekerjaan sloof dilanjutkan dengan pekerjaan plat lantai dasar, lantai atas dan lantai atap. 8. Bekisting
Bekisting sloof dikerjakan dahulu, tulangan sudah dipasang pada posisin ya dengan tepat dan tegak lurus. Guna menjaga agar posisi tetap tegak lurus maka dipasang beton decking pada sisinya. 9. Pembesian
Tulangan dipotong dan dibengkok sesuai dengan shop drawing dibagian fabrikasi. Lalu dibawa ke lokasi untuk dipasang. Pada pemasangan tulangan sloof guna mendapatkan posisi yang tegak lurus untuk sementara dibantu dengan mempergunakan beton decking. Guna mendapatkan tebal penutup beton seperti yang direncanakan, maka diantara tulangan dan bekisting dipasang beton decking.
14
10. Pengecoran
Pengecoran dilakukan apabila tulangan telah terpasang pada posisinya sesuai shop drawing. Sebelum pengecoran dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pembersihan dari kotoran – kotoran yang akan menggangu perlekatan antara tulangan dan beton dengan menggunakan kompresor. Proses pengecoran menggunakan Concrete Pump, beton di datangkan menggunakan truck mixer. Agar dapat merata maka pada saat pengecoran dilakukan pemadatan dengan menggunakan vibrator. 11. Pekerjaan Arsitektur
Pekerjaan arsitektur meliputi pekerjaan pasangan dinding,
pekerjaan
plesteran, pekerjaan plafond, pekerjaan water proofing, pekerjaan keramik kamar mandi, dan dapur, pekerjaan kusen, serta pekerjaan pengecatan. Pekerjaan arsitektur dilakukan setelah pekerjaan struktur yang rampung, dan dilakukan secara bertahap.
15
BAB IV RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL
4.1 Komponen Fisik Kimia 4.1.1
Iklim
Iklim Kota Malang adalah tropis, seperti bagian wilayah lain di Indonesia yang berada di Selatan garis Khatulistiwa. Iklim tropis dipengaruhi oleh perbedaan yang signifikan antara musim hujan dan kemarau. Kriteria Bulan Basah dan Bulan Kering (sesuai dengan kriteria Mohr). Bulan Basah yaitu bulan dengan curah hujan > 100 mm, dan Bulan Kering yaitu bulan dengan curah hujan < 60 mm. Sistem klasifikasi iklim dilakukan dengan menggunakan sistem Schmith Fergusson yang banyak digunakan dalam bidang kehutanan dan perkebunan. 4.1.2
Suhu
Kondisi suhu di wilayah kajian terlihat tidak ada perbedaan yang mencolok. Darihasil data yang didapatkan menunjukkan bahwa suhu rata-rata bulanan berkisarantara 22,7 ͦ C sampai 25,1 ͦ C dengan suhu ͦ
minimum sebesar 18,4 C dan suhu maksimum sebesar 32,7 ͦC. Ratarata kelembaban udara berkisar 79% - 86%. Dengan kelembaban maksimum 99% dan minimum 40%. 4.1.3
Curah Hujan
Curah hujan merupakan unsur yang sangat berpengaruh terhadap ketersediaan air dan
pertumbuhan tanaman. Malang secara umum
beriklim tropis yang ditandai oleh dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Data klimatologi dan geofisika Kota Malang diperoleh dari Stasiun Klimatologi Kelas II Karangploso yang terletak di Jln. Zentana No. 33 Karangploso Malang.
16
Tabel 4.1 Data Curah Bujan Kota Malang Tahun 1998 - 2007
Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Karangploso Malang (2007)
4.1.4
Topografi & Geologi A. Morfologi
Secara umum morfologi (bentang alam) di Kota Malang dapat dikelompokkan menjadi
dua satuan morfologi, yaitu morfologi
dataran dan morfologi perbukitan. 1. Satuan Morfologi Dataran Satuan morfologi dataran mempunyai ciri umum dengan
ketinggian
berkisar 0-10 meter di atas permukaan laut dengan
kemiringan lereng antara 0-3 %
yang tersebar 20% di Kota
Malang, baik dataran alluvial pantai maupun dataran alluvial sungai. Batuan penyusunnya terdiri dari material endapan lepas berupa kerakal, kerikil, pasir, lanau, dan lempung serta sedimen padu berupa batu pasir, konglomerat, dan batu lempung. Tata guna lahan pada satuan morfologi ini umumnya daerah persawahan
yang
subur,
tegalan,
perkampungan,
pusat
perdagangan.
17
2. Satuan Morfologi Perbukitan Satuan morfologi perbukitan mempunyai ciri umum dengan
ketinggian 10-20 meter di atas permukaan laut yang membentuk pegunungan dari arah barat ke timur sesuai arah sumbu antiklin litologi penyusunnya yang tersebar ±80% dari luas Kota Malang. Arah aliran air sub sungai relatif menuju utara dan selatan yang bermuara ke sungai-sungai besar pada satuan morfologi dataran. Batuan penyusunnya terdiri dari batuan yang beragam seperti napal, batu lempung dan batu pasir. Pola aliran sungai lebih menunjukkan pola sejajar (paralel) yang dikontrol oleh jenis litologi penyusunnya dan variasi ketinggian Kota Malang. Tata guna lahan dominan pada satuan morfologi ini umumnya daerah lahan persawahan, tegalan dan daerah permukiman penduduk.
B. Geologi
Kota Malang yang terletak pada ketinggian antara 440 – 667 meter diatas permukaan air laut, merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa Timur karena potensi alam dan iklim yang dimiliki. Keadaan tanah di wilayah kota Malang antara lain: 1. Bagain selatan termasuk dataran tinggi yang cukup luas, cocok untuk industry. 2. Bagian utara termasuk dataran tinggi yang subur, cocok untuk pertanian. 3. Bagian timur merupakan dataran tinggi dengan keadaan kurang subur. 4. Bagian barat merupakan dataran tinggi yang amat luas menjadi daerah pendidikan.
Jenis Tanah
Jenis tanah di wilayah kota Malang ada 4 macam, antara lain: 1. Alluvial kelabu kehitaman dengan luas 6.930.267 Ha. 2. Mediteran coklat dengan luas 1.225.160 Ha.
18
3. Asosiasi latosol coklat kemerahan grey coklat dengan luas 1.942.160 Ha 4. Asosiasi andosol coklat dan grey humus dengan luas 1.765.160 Ha Struktur tanah pada umumnya relative baik. Akan tetapi yang perlu mendapatkan perhatian adalah penggunaan jenis tanah andosol yang memiliki sifat peka erosi. Jenis tanah andosol ini terdapat di Kecamatan Lowokwaru dengan relative kemiringan sekitar 15%.
4.1.5
Kualitas Udara
Parameter kualitas udara yang perlu diukur adalah karbon monoksida (CO), Sulfur Dioksida (SO2), Oksida Nitrogen (NOx), Debu (TSP), Timah Hitam (Pb), Oksidan (O3) & Hidrokarbon (HC). Hasil analisis kualitas udara dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2 Hasil Analisis Kualitas Udara No. Parameter
Satuan
BML *)
Hasil
Metode
1.
Debu
µg/ m 3
230
157
SNI 19-4840-1998
2.
Hidro Karbon (HC)
µg/ m 3
160
150
SNI 19-2879-1992
3.
Karbon Monoksida (CO)
µg/ m 3
10000
1.371
Cox meter ex Sibata
4.
Nitrogen Dioksida (NO2)
µg/ m 3
150
15,81
SNI 19-4841-1996
5.
Sulfur Dioksida (SO2)
µg/ m 3
365
8,08
SNI 19-4174-1996
6.
Oksidan (Ox)
µg/ m 3
235
74,18
SNI 19-4842-1998
7.
Timah Hitam (Pb)
µg/ m 3
2
0,14
SNI 19-2966-1992
8.
Amonia (NH3)
µg/ m 3
1.360**)
6,63
JIS K 009919-1995
9.
Hidrogen Sulfida (H2S)
µg/ m 3
28**)
<1
SNI 19-4818-1998
Sumber : Laboratorium Unilab Perdana, Jakarta (2005) Keterangan : *) BML = Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999 Baku Mutu Udara Ambien Nasional **) BML = KepMenLH No. 50 Tahun 1996 Baku Mutu Tingkat Kebauan
19
Lokasi : Kec. Lowokwaru, Kota Malang Dari data analisis kualitas udara yang telah diperoleh menunjukkan bahwakondisi kualitas udara saat ini masih dibawah baku mutu yang ditetapkan,sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi udara saat ini masih dalam kondisi baik.
4.1.6
Kebisingan
Tingkat kebisingan awal didasarkan pada tingkat kebisingan yang ditimbulkan oleh sejumlah kendaraan bermotor yang beroperasi pada wilayah studi. Hasilpengukuran tingkat kebisingan di lokasi kegiatan dapat dilihat pada Tabel 4.2.berikut ini : Table 4.3 Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan No.
Lokasi
Hasil Analisis (dBA) *)
Baku Mutu (dBA)**
1.
Lowokwaru
40-50 dBa
70.0
Sumber : Laboratorium Unilab Perdana, Jakarta (2005) Keterangan: *) Nilai kebisingan adalah nilai ekuivalen selama waktu pengukuran 10 menit dengan interval 5 detik **) NAB = KEP. 48/MENLH/11/1996, (Lingkungan Luar) Dari hasil pengukuran tingkat kebisingan menunjukkan tingkat kebisingan masih di bawah baku mutu. Hal ini dikarenakan pada saat pengukuran lahan yang ditinjau adalah lahan kosong, tetapi lahan bersebelahan pas dengan jalan raya utama Surabaya.
4.2 Komponen Biologi 4.2.1
Flora Darat
Flora darat yang di ditemukan dilokasi pengamatan pada lahan proyek berupa ekosistem
areal pertanian/ kebun campuran yang terdapat di
sekitar lokasi jalur jalan. a. Vegetasi kebun campuran/pertanian
Formasi
ekosistem
kebun
campuran/pertanian
pada
dasarnya
merupakan tanaman budidaya yang sengaja ditanam oleh masyarakat baik yang bernilai ekonomis maupun sebagai tanaman pelindung. Dari
20
pengamatan jenis-jenis tanaman budidaya masyarakat yang dominan untuk wilayah yang diamati pada lokasi rencana kegiatan antara lain : mangga ( Mangifera indica), pisang ( Musa paradisiaca), rambutan ( Nephelium lappaceum). Selain tanaman yang bernilai ekonomis, juga terdapat tanaman yang berfungsi sebagai pelindung/peneduh jalan seperti rumput (Graminaee) dan rumput teki (Cyperus Rotendus). 4.2.2
Fauna Darat
Kondisi vegetasi yang terdapat lokasi rencana kegiatan di Jalan Monsera kecamatan Lowokwaru, Malang terdapat pengaruh dari vegetasi flora yang ada di daerah tersebut. Hasil pengamatan terhadap satwa dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Table 4.4 Hasil Inventarisasi Fauna Yang Terdapat Di Lokasi Studi No.
Nama Jenis
Nama Daerah
MAMALIA
1.
Canis sp
Kucing
2.
Capricornis sp
Kambing
3.
Muridae sp
Tikus
4.
Suncus Muridus
Curut
AVES/BURUNG
1.
Paser montanus
Burung gereja
2.
Cisticola juncidis
Cici padi
3.
Dicaeum sp
Cabe-cabean
4.
Pycnonotus aurigaster
Kutilang
5.
Dendrocygna
Belibis
6.
. Hirundo tahitica
Layang-layang
7.
Columba livia
Merpati/dara
8.
Gallus gallus
Ayam
9.
Anas sp
Bebek
10.
Vespula Vulgaris
Tawon
11.
Melanopus femurrubrum
Belalang hijai
12.
Aeropedallus Clavatus
Belalang kayu
Sumber : Data Primer (2005) 21
Dari hasil pengamatan terhadap satwa liar pada umumnya biota darat/satwa liar didapatkan 4 jenis mamalia, dan 12 jenis burung. Untuk satwa-satwa mamalia yang ditemukan sebanyak 4 jenis, sebagaian besar (2 jenis) merupakan satwa peliharaan sedangkan 2 jenis, yaitu tikus dan curut merupakan satwa liar yang banyak ditemukan di sekitar lokasi perencanaan..
22
BAB V DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI
5.1 Tahap Prakonstruksi 1. Survey dan Pengukuran
Dampak yang diperkirakan timbul akibat kegiatan tersebut : a. Timbulnya keresahan masyarakat karena informasi terhadap rencana kegiatan ini belum sampai ketangan mereka, apalagi lokasi proyek tersebut sangat berdekatan dengan rumah warga, sehingga dampak lanjutan dapat berupa gangguan yang bersifat menghambat atau bahkan mengganggu tim survey yang diturunkan untuk melakukan pemasangan batas proyek atau lainnya, disamping itu akan ada juga spekulan tanah yang memanfaatkan ketidaktahuan masyarakat untuk kepentingan pribadi atau golongannya. b. Timbulnya kekhawatiran warga akan terjadi kecelakaan lalulintas terhadap binatang pemeliharan mereka, seperti kambing dan kucing yang selama ini dibiarkan bebas berkeliaran sudah tidak aman lagi. Dari uraian diatas, maka dampak lingkungan hidup yang terjadi yaitu dampak keresahan masyarakat dan persepsi masyarakat. 2. Pengadaan tanah/ pembebasan lahan
a. Timbulnya kekhawatiran dan keresahan masyarakat tentang nilai ganti rugi lahan dan tanaman tidak dihargai secara wajar, sehingga tidak dapat mendapatkan lahan pengganti di lokasi lain, akibatnya kemungkinan akan timbul gangguan terhadap pelaksanaan relokasi pada jalan tersebut. b. Timbulnya keresahan
masyarakat akibat hilangnya usaha yang
ditekuni untuk menafkahkan keluarganya, yang mungkin satu-satunya lahan yang dimiliki, sehingga akan timbul pengangguran baru yang akhirnya
dapat
menurunkan
tingkat
kesejahteraan
masyarakat.
Dampak lingkungan hidup yang diperkirakan timbul yaitu keresahan masyarakat, kehilangan mata pencaharian, dan persepsi masyarakat.
23
5.2 Tahap Konstruksi Dampak yang ditimbulkan baik negatif maupun positif akibat kegiatan proyek CV.MAJU BERSAMA merupakan pengembangan dari identifikasi dampak yang mungkin terjadi akhibat kegiatan operasional. Dampak terhadap lingkungan yang terjadi berdasarkan sumber dampak dari setiap proses kegiatan industri dapat diuraikan sebagai berikut : 5.2.1 Sumber dampak 1. Limbah Rumah Tangga
Dampak yang terjadi pada limbah rumah tangga yaitu penurunan kualitas air di lingkungan kos akibat limbah rumah tangga serta biota air yang mati. Hal ini dapat dilihat dari : a. Warna air yang menjadi kehitaman dan baunya menjadi tidak sedap. Hal disebabkan dari limbah rumah tangga yang dibuang sembarangan pada daerah kos.
Gambar 5.1 Biota Air yang Mati Akibat Pencemaran
b. Terjadi pengendapan yang ada di saluran drainase depan kos akibat limbah rumah tangga.
24
Gambar 5.2 Limbah rumah tangga berupa endapan yang terdapat pada selokan depan proyek.
2. Limbah Padat
Dampak yang terjadi pada limbah padat yaitu penumpukan sampah padat pada area sekitar pembangunan proyek. Pada area proyek sebenarnya sudah ada pengelompokan tempat sampah antara sampah organic, sampah anorganik serta sampag B3. Untuk sampah organic sendiri yang biasa disebut dengan sampah basah adalah sampah yang tidak dapat didaur ulang seperti sampah dedaunan, sedangkan sampah anorganik adalah sampah yang dapat didaur ulang seperti sampah plastic dan kresek. Untuk sampah B3 sendiri contohnya seperti kawat las, kaleng cat, bekas oli serta lampu TL.
Gambar 5.3 Pengelompokkan Sampah Proyek
25
Akan tetapi dalam pelaksanaannya pekerja langsung membuang ke tempat terdekat, sehingga terdapat penumpukan sampah.
Gambar 5.4 Sampah domestic pada area proyek dibiarkan terbengkalai dan tidak dibersihkan
Selain itu juga terdapat limbah dari sisa pembuangan beton padat dari truck mixer. Pada proyek tersebut tidak terdapat tempat pembuangan khusus untuk limbah beton padat, sehingga pekerja membuang pada sekitar area yang dilewati oleh truck mixer.
Gambar 5.5 Limbah bekas beton yang telah mengeras dan tidak dibersihkan sehingga dapat menganggu jalan nya alat kerja
26
3. Limbah Gas
Dampak yang terjadi pada limbah gas yaitu turunnya kualitas udara yang berada di daerah tersebut karena banyaknya debu yang berterbangan pada area proyek.
Gambar 5.6 Terdapat Debu yang bertebangan karena tertiup angin kencang sehingga dapat menganggu pernapasan dan penglihatan 4. Getaran
Dampak yang terlihat dari getaran yaitu terjadinya kerusakan di beberapa titik bangunan yaitu (retak-retak) gedung serta jalan proyek.
Gambar 5.7 Getaran yang mengakibatkan jalan di sekitar area proyek retak
27
Gambar 5.8 Getaran yang mengakibatkan rumah di sekitar area proyek retak
5. Suara
Dampak dari Sumber suara yaitu peningkatan kebisingan yang dapat terlihat dari kebisingan yang dapat menyebabkan telingan berdengung bila didengarkan terus menerus. Biasanya dari mesin potong pelat
28
BAB VI UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (UKL)
6.1 Tahap Prakonstruksi 6.1.1 Dampak Kegiatan Penetapan Lokasi dan Pembebasan Lahan 1. Komponen lingkungan yang terkena dampak : Persepsi Masyarakat 2. Sumber Dampak : Penetapan lokasi proyek 3. Upaya Pengelolaan Lingkungan :
Sosialisasi melalui media suratkabar khususnya lokal, selain daripada itu dapat dilakukan melalui tatap muka langsung dilokasi proyek dengan melibatkan tokoh masyarakat setempat, perangkat desa atau kecamatan.
Hari pertemuan dipilih pada hari dimana masyarakat kurang melakukan aktivitas sehari-sehari dan diinformasikan 7 (tujuh) hari sebelum acara sosialisasi dimulai, tempatnya dibalai pertemuan ditingkat kecamatan, tempat acara sosialisasi harus mudah dicapai tanpa menggunakan kendaraan, sehingga masyarakat dapat hadir untuk mendengarkan penjelasan.
Sosialisasi mengenai pengadaan tanah/lahan dan kemampuan keuangan untuk membayar ganti rugi.
Dukungan masyarakat harus diminta secara tertulis pada saat itu juga, yang ditanda tangani oleh Kepala Desa setempat atas nama masyarakat.
Masyarakat
harus
diberi
kesempatan
seluas-luasnya
untuk
menyampaikan pendapat atau pandangannya pada acara sosialisasi tersebut.
Apabila
terjadi
pertentangan/perbedaan
pendapat
harus
diselesaikan secara musyawarah dan mufakat dengan melibatkan berbagai unsur terkait, termasuk tokoh masyarakat c. Lokasi Pengelolaan Lingkungan : Pemukiman penduduk di sekitar lokasi proyek
29
d. Periode Pengelolaan Lingkungan : Sejak penetapan lokasi jalur/trase jalan dan hingga pembebasan lahan selesai dilakukan. e.
Biaya Pengelolaan Lingkungan :
Biaya pengelolan lingkungan
ditanggung oleh Kontraktor Pelaksana Kontruksi f.
Institusi Pengelolaan Lingkungan :
Pemrakarsa Pengelolaan Lingkungan : Kontraktor pelaksana konstruksi
Pengawas Pengelolaan Lingkungan : Badan Lingkungan Hidup (BLH) Malang
6.2 Tahap Konstruksi 6.2.1 Pengelolaan Limbah Cair
1. Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup a. Limbah cair yang berasal dari buangan limbah domestik (kos) seperti buangan air dari kamar mandi, dapur terlebih dahulu dialirkan ke septic tenk, kemudian ditampung dalam kolam penampungan sementara sebagai perlakukan awal (preliminary treatment)
untuk
menstabilkan
kondisi
air
limbah
serta
menurunkan kadar parameter kunci dari polutan air limbah. Air limbah kemudian dualirkan ke open drain/ saluran drainase terbuka yang berada disekitar kos. Air limbah tersebut terlebih dahulu melalui penyaringan atau pengendapan secara alamiah pada sal uran drainase yang telah dibangun disekitar kos. Dalam melakukan pengelolaan air limbah tersebut dilakukan pengawasan bulanan untuk memastikan bahwa tidak ada terdapat limbah sisa makanan yang terbuang ke septic tank. b. Tidak sembarangan membuang sampah proyek ke dalam saluran air c.
Secara berkala dan teratur dalam mengelola tempat pembuangan limbah cair khususnya limbah rumah tangga.
d. Menyediakan tempat penyaringan dan pengelolaan air limbah rumah tangga tersendiri.
30
2. Lokasi pengelolaan hingkungan hidup: Lahan Proyek Rumah kost di Jl. Mostera – Malang. 3. Periode pengelolaan lingkungan hidup: Pengelolaan dilakukan secara terus menerus selama tahap konstruksi berlangsung 4. Biaya Pengelolaan Lingkungan :
Biaya pengelolan lingkungan
ditanggung oleh Kontraktor Pelaksana Kontruksi 5. Institusi Pengelolaan Lingkungan :
Pemrakarsa Pengelolaan Lingkungan : Kontraktor pelaksana konstruksi
Pengawas Pengelolaan Lingkungan : Badan Lingkungan Hidup (BLH) Malang
6.2.2 Pengelolaan Limbah Padat
1. Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup a. Limbah rumah tangga yang dihasilkan kegiatan dari maintenance termasuk kategori limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yaitu : Solar/ oli/ minyak pelumas dari operasional ditampung di dalam drum kemudian dikelola berdasarkan peraturan yang berlaku serta diangkut setiap tiga bulan sekali, ke tempat penampungan untuk dikelola. Limbah cair dari proses produksi dialirankan ke Waste Water Treatment Plant (WWTP) untuk diproses lebih lanjut. b. Pengelolaan Limbah Padat Domestik dan Non B3 Limbah padat domestik dan non B3 berupa kertas, karton, pallet, plastik pembukus, buangan botol plastic/gelasl (loctate), sarung tangan karet dan lain-lain dengan cara membuat program pemisahan yang bisa dipakai ulang dengan yang tidak bisa dipakai ulang. Selanjutnya bagi limbah yang tidak bisa dipakai ulang akan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) oleh subkontraktor. Limbah scrap seperti scrap besi dikumpulkan di tempat tersendiri.
31
c. Pengelolaan Limbah Padat B3 Limbah padat B3 dari proses konstruksi berupa kain lap terkontaminasi,
sarung
tangan
terkontaminasi,
tisu/bemcot
terkontaminasi serta kemasan bekas bahan baku & penolong (jirigen, drum). Pengelolaan yang dilakukan dengan membuat program pemisahan sejak dari line produksi antara limbah B3 dan limbah Non B3. Limbah yang telah dipisahkan ditempatkan ke dalam wadah yang diberi label kategori B3 atau Non B3. Selanjutnya bagi limbah yang Non B3 akan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) oleh subkontraktor. Sedangkan limbah B3 akan dikumpulkan di tempat khusus dan diberi label serta simbol sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 jo Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 dan Keputusan Kepala Bapedal Nomor 01 Tahun 1995, kemudian akan diangkut oleh Transporter Limbah B3 yang memiliki ijin pengangkutan limbah padat dari instansi yang berwenang. 2. Lokasi pengelolaan hingkungan hidup: Penempatan TPS di area Proyek Rumah kost di Jl. Mostera – malang 3. Periode pengelolaan lingkungan hidup: Pengelolaan dilakukan secara terus menerus selama tahap konstruksi berlangsung 4. Biaya Pengelolaan Lingkungan :
Biaya pengelolan lingkungan
ditanggung oleh Kontraktor Pelaksana Kontruksi 5. Institusi Pengelolaan Lingkungan :
Pemrakarsa Pengelolaan Lingkungan : Kontraktor pelaksana konstruksi
Pengawas Pengelolaan Lingkungan : Badan Lingkungan Hidup (BLH) Malang.
32
6.2.3 Pengelolaan Limbah Gas
1. Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup a. Dilakukan penyiraman pada lokasi yang berdebu, dikarenakan lokasi proyek merupakan lokasi yang rentan akan angin yang kencang, sehingga menyebabkan debu-debu berterbangan. b. Dilakukan pembersihan pada area proyek kegiatan , agar saat terjadi cuaca buruk, sampah tidak berterbangan. 2. Lokasi pengelolaan hingkungan hidup: Lahan Proyek Rumah kost di Jl. Mostera – malang 3. Periode pengelolaan lingkungan hidup: Pengelolaan dilakukan secara terus menerus selama tahap konstruksi berlangsung 4. Biaya Pengelolaan Lingkungan :
Biaya pengelolan lingkungan
ditanggung oleh Kontraktor Pelaksana Kontruksi 5. Institusi Pengelolaan Lingkungan :
Pemrakarsa Pengelolaan Lingkungan : Kontraktor pelaksana konstruksi
Pengawas Pengelolaan Lingkungan : Badan Lingkungan Hidup (BLH) Malang
6.2.4 Pengelolaan Kualitas Udara
1. Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup a. Udara Dalam Ruangan (Indoor) Mutu udara dalam ruangan (indoor) sangat dipengaruhi oleh berbagai aktivitas yang berasal dari area konstruksi beserta bahan baku dan bahan penolong yang dipakai dalam aktivitas tersebut. Untuk
itu
perusahaan
telah
melakukan
preventif
dengan
menyediakan ventilasi secara general, pemasangan exhause fan dan blower pada ruangan yang menggunakan bahan kimia sebagai bahan baku dan bahan penolong. b. Udara Luar Ruangan (Ambien)
33
Mutu udara ambien sangat dipengaruhi oleh proses pengoperasian mesin, lalu lalang kendaraan umum. Pemilik telah melakukan penanaman pohon dan penghijauan disekitar kos. 2. Lokasi pengelolaan hingkungan hidup: Lahan Proyek Rumah kost di Jl. Mostera – malang 3. Periode pengelolaan lingkungan hidup: Pengelolaan dilakukan secara terus menerus selama tahap konstruksi berlangsung 4. Biaya Pengelolaan Lingkungan :
Biaya pengelolan lingkungan
ditanggung oleh Kontraktor Pelaksana Kontruksi 5. Institusi Pengelolaan Lingkungan :
Pemrakarsa
Pengelolaan
Lingkungan
:
Kontraktor
pelaksana
konstruksi
Pengawas Pengelolaan Lingkungan : Badan Lingkungan Hidup (BLH) Malang
6.2.5 Pengelolaan Dari Sumber Dampak Getaran
1. Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Untuk mengatasi dari dampak alat berat dilakukan pemagaran area proyek serta perbaikan bangunan dan jalan yang berada di sekitar area proyek. 2. Lokasi pengelolaan hingkungan hidup: Bangunan dan jalan di sekitar area proyek. 3. Periode pengelolaan lingkungan hidup: Pengelolaan dilakukan secara terus menerus selama tahap konstruksi berlangsung 4. Biaya Pengelolaan Lingkungan :
Biaya pengelolan lingkungan
ditanggung oleh Kontraktor Pelaksana Kontruksi 5. Institusi Pengelolaan Lingkungan :
Pemrakarsa
Pengelolaan
Lingkungan
:
Kontraktor
pelaksana
konstruksi
Pengawas Pengelolaan Lingkungan : Badan Lingkungan Hidup (BLH) Malang
34
BAB VII UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN Untuk memastikan bahwa Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) yang ditetapkan dalam BAB V telah dilaksanakan, maka CV. MAJU BERSAMA melaksanakan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) sebagai berikut:
7.1 Tahap Prakonstruksi 7.1.1 Dampak Kegiatan Penetapan Lokasi dan Pembebasan Lahan
1. Komponen lingkungan yang dipantau : Persepsi Masyarakat 2. Sumber Dampak : Penetapan lokasi proyek dan pembebasan lahan 3. Metode Pemantauan Lingkungan :
Metode Pengumpulan Dan Analisis Data : wawancara dengan masyarakat dan tokoh masyarakat sekitar lokasi kegiatan. Data yang ada dianalisis secara deskriptif
Lokasi Pemantauan Lingkungan : Lahan Proyek Rumah kost di Jl. Mostera – malang
Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan : 3 (tiga) bulan sekali sejak penetapan lokasi kegiatan hingga dimulainya tahap konstruksi.
4. Biaya Pemantauan Lingkungan : Biaya pemantauan lingkungan ditanggung oleh Kontraktor Pelaksana Konstruksi 5. Instansi Pemantauan Lingkungan :
Pemrakarsa
Pemantaun
Lingkungan
:
Kontraktor
pelaksana
konstruksi
Pengawas Pemantauan Lingkungan : Badan Lingkungan Hidup (BLH) Malang
7.2Tahap Konstruksi 7.2.1 Pemantauan Limbah Cair 1. Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Pemantauan mutu air limbah dilakukan dengan cara pengambilan sampel secara langsung ke saluran pembuangan dari WWTP, dilaksanakan secara berkala setiap 6 bulan oleh laboratorium . Titik
35
pengambilan sampel sesuai dengan rekomendasi yang tertuang di dalam dokumen UKl dan UPL yang telah disyahkan yakni pada outlet WWTP dari CV. MAJU BERSAMA. Standar baku mutu yang digunakan mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 1995 tentang Pedoman Kualitas Air Limbah Industri. 2. Lokasi pemantauan hingkungan hidup: Pemantauan kualitas dilakukan pada bak-bak pengolahan limbah yang telah disediakan pada proyek. Serta Pemantauan kualitas air sungai dilakukan pada tempat pengelolaan limbah serta dilakukan pada 3 titik tertentu saluran dekat dibuangnya limbah 3. Periode pemantauan lingkungan hidup: Pemantauan kualitas air dilakukan tiap 3 bulan sekali selama proses tahap konstruksi berlangsung. 4. Biaya Pemantauan Lingkungan :
Biaya pengelolan lingkungan
ditanggung oleh Kontraktor Pelaksana Kontruksi 5. Institusi Pemantauan Lingkungan :
Pemrakarsa
Pemantauan
Lingkungan
:
Kontraktor
pelaksana
konstruksi
Pengawas Pemantauan Lingkungan : Badan Lingkungan Hidup (BLH) Malang
7.2.2
Pemantauan Limbah Padat
1. Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup a. Pemantauan Limbah B3 Limbah solar/ oli/ pelumas bekas adalah termasuk limbah B3 yang dikumpulkan dalam drum di area penampungan limbah B3 yang terletak dibagian samping kos.
Aspek yang dipantau adalah
metode penanganan dan penyimpanan, kuantitas limbah cair B3 yang disimpan dan kemungkinan adanya tumpahan limbah ke lingkungan sekitar.
Pemantauan tersebut dilaksanakan secara
berkala setiap bulan.
36
Setiap 3 bulan sekali dilaksanakan inspeksi untuk memastikan waktu dan kuantitas limbah yang diangkut oleh kontraktor. b. Pemantauan Limbah Padat Domestik, Non B3 dan B3 Limbah padat domestik yang dipantau adalah limbah kegiatan kantor berupa kertas, dipantau oleh Human Research Development untuk memastikan adanya penggunaan kembali (reuse). Limbah padat non B3 yang dipantau adalah limbah kegiatan pabrik seperti buangan karton, buangan pallet dan buangan plastik pembungkus. Cara pemantauan yang dilakukan dengan mencatat inventory dan inspeksi setiap minggu untuk memastikan waktu dan kuantitas yang diangkut oleh kontraktor. Limbah dikumpulkan ditempat pembuangan sampah di belakang kos. Limbah padat B3 yang dipantau adalah limbah kegiatan rumah tangga seperti kain lap terkontaminasi,
sarung
tangan
terkontaminasi,
tisu/bemcot
terkontaminasi serta kemasan bekas bahan baku & penolong (jirigen, drum). Cara pemantauan yang dilakukan dengan mencatat inventory dan inspeksi untuk memastikan waktu penyimpanan B3 tidak boleh melebihi waktu 90 hari atau 3 bulan sesuai dengan Peraturan Pemerintah dan kuantitas yang diangkut oleh kontraktor serta manifest limbah B3. 2. Lokasi pemantauan lingkungan hidup: Pemantauan kualitas dilakukan pada bak-bak pengolahan limbah yang telah disediakan pada Lahan Proyek Rumah kost
di Jl. Mostera –
malang 3. Periode pemantauan lingkungan hidup: Pemantauan kualitas air dilakukan tiap 3 bulan sekali selama proses tahap konstruksi berlangsung 4. Biaya Pemantauan Lingkungan :
Biaya pengelolan lingkungan
ditanggung oleh Kontraktor Pelaksana Kontruksi 5. Institusi Pemantauan Lingkungan :
Pemrakarsa
Pemantauan
Lingkungan
:
Kontraktor
pelaksana
konstruksi
37
Pengawas Pemantauan Lingkungan : Badan Lingkungan Hidup (BLH) Malang
7.2.3 Pemantauan Limbah Gas
1. Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup a. Udara Dalam Ruangan (Indoor ) Pencemaran udara dalam ruangan dipengaruhi oleh berbagai aktivitas yang berasal dari area konstruksi beserta bahan baku dan bahan penolong yang di pakai dalam aktivitas tersebut, untuk itu dilakukan pengambilan sampel dan kemudian dianalisis dalam laboratorium setiap 6 bulan sekali oleh laboratorium. b. Udara Luar Ruangan (Ambien) Pencemaran udara luar ruangan sangat dipengaruhi oleh proses pengoperasian mesin, lalu lalang kendaraan umum. Mutu udara ambien dipantau setiap 6 bulan sekali oleh laboratorium . Parameter udara yang diuji meliputi NOx, SO2, Dust, CH4, CO, O3, Pb dengan mengacu pada baku mutu udara ambien sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999. 2. Lokasi pemantauan lingkungan hidup: Melakukan pemantauan kualitas udara sesuai baku mutu udara dengan mengambil sample udara yang berada Lahan Proyek Rumah kost di Jl. Mostera – malang. 3. Periode pemantauan lingkungan hidup: Pemantauan kualitas air dilakukan
selama proses tahap konstruksi
berlangsung. 4. Biaya Pemantauan Lingkungan :
Biaya pengelolan lingkungan
ditanggung oleh Kontraktor Pelaksana Kontruksi 5. Institusi Pemantauan Lingkungan :
Pemrakarsa
Pemantauan
Lingkungan
:
Kontraktor
pelaksana
konstruksi
Pengawas Pemantauan Lingkungan : Badan Lingkungan Hidup (BLH) Malang
38
7.2.4 Pemantauan dari Sumber Dampak Getaran
1. Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Memeriksa tiap 2 bulan sekali tingkat kerusakan gedung dan jalan di sekitar dan area proyek. Dikarenakan alat berat yang beroperasi di proyek tersebut hampir berjalan tiap hari. 2. Lokasi pemantauan lingkungan hidup: Disekitar area Proyek Rumah kost di Jl. Mostera – malang 3. Periode pemantauan lingkungan hidup: Pemantauan kualitas air dilakukan
selama proses tahap konstruksi
berlangsung. 4. Biaya Pemantauan Lingkungan :
Biaya pengelolan lingkungan
ditanggung oleh Kontraktor Pelaksana Kontruksi 5. Institusi Pemantauan Lingkungan :
Pemrakarsa
Pemantauan
Lingkungan
:
Kontraktor
pelaksana
konstruksi
Pengawas Pemantauan Lingkungan : Badan Lingkungan Hidup (BLH) Malang
39