BAB I PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Seiring dengan semakin berkembangnya sains dan tekhnologi, perkembangan di dunia farmasi pun tak ketinggalan. Semakin hari semakin banyak jenis dan ragam penyakit yang muncul. Perkembangan pengobatan pun terus di kembangkan. Berbagai macam bentuk sediaan obat, baik itu liquid, solid dan semisolid telah dikembangkan oleh ahli farmasi dan industri. Dalam bidang industri farmasi, perkembangan tekhnologi farmasi sangat berperan aktif dalam peningkatan kualitas produksi obat-obatan. Hal ini banyak ditunjukkan dengan banyaknya
sediaan
obat-obatan
yang
disesuaikan dengan karakteristik dari zat aktif obat, kondisi pasien dan penigkatan kualitas obat dengan meminimalkan efek samping obat tanpa harus mengurangi atau mengganggu dari efek farmakologis zat aktif obat. Sekarang ini banyak bentuk sediaan obat yang dijumpai di pasaran antara lain: Dalam bentuk sediaan padat: pil, tablet, kapsul, suppositoria. Dalam bentuk sediaan setengah padat: Krim, Salep, gel, pasta dll. Dalam bentuk cair: Sirup, Eliksir, Suspensi, Emulsi, lotio dan lain-lain. Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila dikocok perlahan-lahan, endapan harus terdispersi kembali. Dapat ditambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah dikocok dan dituang. Dalam pembuatan suspensi harus diperhatikan beberapa faktor antara lain sifat partikel terdispersi, zat pembasah, medium pendispersi serta komponen-komponen formulasi seperti pewarna, pengaroma, pemberi rasa dan pengawet yang digunakan. Suspensi harus dikemas dalam wadah yang memadai sehigga dapat dikocok dan mudah dituang. Pada etiket harus tertera
“Kocok dahulu dan disimpan dalam wadah tertutup baik dan disimpan ditempat yang sejuk”. Sediaan suspensi terdiri dari bermacam-macam seperti suspensi oral, suspensi topikal, dan lain-lain. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan, sedangkan yang lain berupa sediaan padat yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum digunakan . Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel yang terdispersi dalam pembawa cair yang bertujuan untuk penggunaan pada kulit. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai lotio termasuk dalam golongan ini (FI IV, 1995). Oleh karena itu pada praktikum Teknologi Sediaan Cair dan Semi Padat untuk materi suspensi ini, mahasiswa diharapkan dapat merancang suatu formula suspensi dengan zat aktif Zink Oksida (lotio) dengan (lotio) dengan memperhatikan berbagaai aspek seperti bahan pensuspensi sampai penyangga yang dipakai untuk menstabilkan pH sehingga dihasilkan suatu sediaan suspensi yang baik dan stabil. I.2
Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Adapun maksud dalam percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara memformulasi dan pembuatan Zink Oksida (Lotio) sediaan (Lotio) sediaan suspensi disertai dengan evaluasinya. I.2.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk memformulasikan Zink Oksida (Lotio) sediaan (Lotio) sediaan suspensi. 2. Untuk mengamati uji evaluasi Zink Oksida (Lotio) (Lotio) sediaan suspensi yaitu melalui uji organoleptik, uji pH, uji sentrifus, uji densitas larutan, dan uji volume terpindahkan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1
Dasar Teori
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair (FI IV, 1995). Sediaan yang digolongkan sebagai suspensi adalah sediaan seperti tersebut di atas dan tidak termasuk kelompok suspensi yang lebih spesifik, seperti suspensi oral, suspensi topikal, dan lain-lain. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan, sedangkan yang lain berupa sediaan padat yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum digunakan . Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel yang terdispersi dalam pembawa cair yang bertujuan untuk penggunaan pada kulit. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai lotio termasuk dalam golongan ini (FI IV, 1995). Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila dikocok perlahan-lahan, endapan harus segera terdispersi kembali. Dapat ditambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah dikocok dan dituang. Suspensi sering disebut pula mikstur gojog (mixtura agitandae). Bila obat dalam suhu kamar tidak larut dalam pelarut yang tersedia maka harus dibuat mikstur gojog atau disuspensi (Anief, 2006). Macam-macam suspensi berdasarkan penggunaan (FI IV, 1995): 1.
Suspensi oral, sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral.
2.
Suspensi topikal, sediaan cair mengandung partikel-partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan kulit.
3.
Suspensi tetes telinga, sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
4.
Suspensi optalmik, sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.
Berdasarkan istilah: 1.
Susu, untuk suspensi dalam pembawa yang mengandung air yang ditujukan untuk pemakaian oral (contoh: susu magnesia)
2.
Magma, suspensi zat padat anorganik dalam air seperti lumpur, jika zat padatnya mempunyai kecenderungan terhidrasi dan teragregasi kuat yang menghasilkan konsistensi seperti gel dan sifat reologi tiksotropik (contoh: magma bentonit).
3.
Lotio, untuk golongan suspensi topikal dan emulsi untuk pemakaian pada kulit (contoh: lotio kalamin).
Syarat suspensi (FI IV, 1995): 1.
Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara iv dan int ratekal
2.
Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara tertentu harus mengandung zat antimikroba
3.
Suspensi harus dikocok sebelum digunakan
4.
Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah (Anonim,
2004): 1. Ukuran partikel Semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya (dalam volume yang sama). Sedangkan semakin besar luas penampang partikel daya tekan keatas cairan akan semakin memperlambat gerakan partikel untuk mengendap, sehingga untuk memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel. 2. Kekentalan (viskositas)
Dengan menambah viskositas cairan maka gerakan turun dari partikel yang dikandungnya akan diperlambat. Tatapi perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang. 3. Jumlah partikel (konsentrasi) Makin besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan terjadi endapan partikel dalam waktu yang singkat. 4. Sifat / muatan partikel Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian, ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alam, maka kita tidak dapat mempengaruhinya. Cara Mengerjakan Obat Dalam Suspensi (Anonim, 2004): 1. Metode pembuatan suspensi
Metode dispersi Dengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam mucilago yang telah terbentuk kemudian baru diencerkan.
Metode presipitasi Zat yang hendak didispersi dilarutkan dahulu dalam pelarut organik yang hendak dicampur dengan air. Setelah larut, diencerkan dengan larutan pensuspensi dalam air.
2. Sistem pembentukan suspensi
Sistem flokulasi
Partikel merupakan agregat yang bebas
Sedimentasi terjadi cepat
Sedimen terbentuk cepat
Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi kembali seperti semula
Wujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi terjadi cepat dan diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata.
Sistem deflokulasi
Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain
Sedimentasi
yang
terjadi
lambat
masing-masing
partikel
mengendap terpisah dan ukuran partikel adalah minimal
Sedimen terbentuk lambat
Akhirnya sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi lagi.
Keuntungan dan kerugian sediaan suspensi (Anief, M., 1987): 1.
Keuntungan sediaan suspensi antara lain sebagai b erikut: a. Bahan obat tidak larut dapat bekerja sebagai depo, yang dapat memperlambat terlepasnya obat. b. Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk larutan. c. Obat dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak dibandingkan dalam larutan, karena rasa obat yang tergantung kelarutannya.
2.
Kerugian sediaan suspensi antara lain sebagai berikut: a. Rasa obat dalam larutan lebih jelas. b. Tidak praktis bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain, misalnya pulveres, tablet, dan kapsul. c. Rentan terhadap degradasi dan kemungkinan terjadinya reaksi kimia antar kandungan dalam larutan di mana terdapat air sebagai katalisator .
II.2
Analisis Permasalahan Zat Aktif dan Sediaan
Zink oksida memiliki kelarutan yang praktis tidak larut dalam air, untuk zat aktif yang tidak larut air, sangat cocok dibuat dalam sediaan suspensi (FI III, 636).
Zink oksida memiliki khasiat sebagai antiseptikum lokal, maka sangat cocok dibuat sebagai suspensi topikal (lotio) (FI III, 636).
Zink oksida memiliki pemerian tidak berwarna, tidak berbau, maka untuk menambah nilai fisik tampilan perlu ditambahkan pewarna dan pengaroma (FI III, 636).
Zink oksida memiliki rentang pH yang cukup sempit. Menurut Houngton bahan aktif yang memiliki rentang pH sempit dapat mempengaruhi stabilitas dari bahan aktif itu tersebut, maka ditambahkan pendapar untuk mencegah hal ini (FI III, 636, Houngton, 1997).
Karena zink oksida dibuat dalam sediaan lotio, maka dibutuhkan pengawet yang dapat mencegah pertumbuhan mikroba.
Lotio ditambahkan pelembab karena sediaannya untuk kulit.
Untuk menurunkan tegangan permukaan antara partikel halus dan zat aktif, maka ditambahkan agen pembasah.
Untuk meningkatkan homogenitas bahan aktif, ditambahkan bahan pensuspensi dalam sediaan suspensi.
BAB III PENDEKATAN FORMULA
III.1 Alasan
1. Bahan pelembab -
Pada sediaan farmasetik topical dan kosmetik gliserin digunakan karena sifatnya melembabkan. Konsentrasi maksimal giserin sebagai th
bahan pelembab yaitu 30% (HOPE 6 , 283) -
Asam stearat berbentuk keras, putih/ kuning berwarna samar, konsentrasi asam stearat sebagai emollient 1-20% (HOPE, 697)
-
th
Cetil alkohol digunakan sebagai emollient 2-5% (HOPE 6 , 155)
2. Bahan pembasah -
Polysorbat -80 memiliki bau khas dan hangat, rasa agak pahit. Polysorbat biasa digunakan sebagai agen pembasah pada konsentrasi 0,1-3%
-
sodium lauril sulfat terdiri dari putih atau krim pucat, rasa pahit dan bau samar zat lemak. Sodium lauril sulfat mempunyai potensi sebagai th
wetting agen dengan konsentrasi 1,0-2,0% (HOPE 6 , 691) 3. Bahan pengaroma -
Pengaroma bentuk essence sering digunakan dalam sediaan farmasi berupa padatan atau cairan. Bentuk fisik khas penutup rasa ini berupa minyak essensial (dalam ekstrak cair, destilat, tingtur,dsb) (effionora, 290)
-
Konsentrasi essence yaitu 0,5%
-
Flavor alami (madu) merupakan salah satu jenis pengaroma alami untuk sediaan farmasi yang baik digunakan dalam bentuk cair, padat, atau semisolid. Pengaroma alami biasa ditambahkan sedikit demi sedikit hingga dapat menutupi rasa tidak enak, atau bau tidak enak pada sediaan, namun pengaroma alami mudah terkontaminasi mikroba (effionora, 289)
-
Menthol dapat memberikan sensasi dingin pada sediaan cair, kosmetik, dll. Konsentrasi yang biasa digunakan sebagai pengaroma yaitu 0,05th
10% (HOPE 6 , 433) 4. Larutan penyangga (Pendapar) -
Asam sitrat Asam sitrat banyak digunakan dalam formulasi farmasi dan produk th
makanan, terutama untuk mencampur pH larutan (Hope 6 ,181). Kategori fungsi dari agen sitrat sebagai agen penyangga dengan konsetrasi 0,1-0,2% (Hope, 181). -
Natrium sitrat Sebagai buffer yang digunakan dalam sediaan farmasi berasal dari karbonat, sitrat, laktat, fosfat atau tartat. Konsentrasi natrium sitrat sebagai penyangga yaitu 0,3% - 2 % (HOPE th
6 , 641) III.2 Uraian Bahan 1. Zink oksida
Nama resmi
: Zinci oxydum
Nama lain
: Seng oksida
Pemerian
: Serbuk amorf, sangat halus, putih, putih kekuningan, tidak berbau,
tidak berasa,
lambat laun menyerap karbondiosida dari udara. Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol 95%, larut dalam asam mineral dan dalam laarutan hidroksida.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
2. Na-CMC
Nama resmi
: CMC- Na
Kelarutan
: Larut dalam air, memberikan larutan jernih, praktis tidak larut dalam larutan organic
Stabilitas
:
Stabil
terhadap
panas,
na-cmc
dapat
disterilisasi dalam keadaan kering dengan mempertahankan suhu pada 160◦C selama 1 jam tetatpi akan terjadi penurunan viskositas secara perlahan-lahan dan sifat-sifat larutan yang dibuat dari bahan dari bahan yang disterilkan memburuk pH
: 6-8,5
3. Veegum
Nama resmi
: Magnesium almunium silikat
Nama lain
: Veegum
Pemerian
: serbuk warna putih, cokelat
Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam air, alkohol, dan pelarut organic
Stabilitas
: umumnya cukup stabil apabila ditempatkan dalam
keadaan
kering,
stabil
pada
penambahan pH, mengabsorbsi beberapa substansi
dan
kompatibel
pelarut-pelrut
organic Kegunaan
: Suspending agen
Inkompatibilitas
: tidak stabil pada larutan asam di bawah ph 3,5, larutan pekat, dan dapat mengabsorbsi beberapa obat
4. Carbomer
Nama resmi
: Carbomer
Kelarutan
: Larut dalam air, alkohol, dan gliserin
Stabilitas
: Bentuk
serbuk
menyebabkan
dari
carbomer
pertumbuhan
kapang
tidak dan
jamur, tetapi mikroba akan tumbuh dengan
baik pada dispersi (dalam air) yang tidak diberi bahan pengawet pH
: ±3
penyimpanan
: Suhu kamar, terlindung dari cahaya
5. Tween 80
Nama resmi
: Polysorbatum 80
Nama lain
: Tween 80
Pemerian
: Cairan kental seperti minyak ; jernih, kuning muda hingga coklat muda, bau karakteristik, rasa pahit dan hangat.
Kelarutan
: Mudah larut dalam air, dalam etanol, dalam etil aseat P dan dalam metanol P,sukar larut dalam parafin cair dalam minyak biji kapas P.
Bobot
: Lebih kurang 1.08 g/ml
Kekentalan
: Antara 300 dan 500 sentistokes pada suhu 25ºC
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan
: Sebagai emulgator fase air .
HLB
: 15
6. Gliserol
Nama resmi
: Glycerolum
Nama lain
: Gliserol, Gliserin
Pemerian
: Cairan seperti sirop; jernih; tidak berwarna; tidak berbau; manis diikuti
rasa hangat;
higroskopik. Jika disimpan beberapa lama pada
suhu
rendah
dapat
mamadat
membentuk massa hablutr tidak berwarna yang tidak melebur hingga mencapai suhu lebih kurang 20°.
Kelarutan
: Dapat bercampur dengan air, dan dengan etanol (95%) P, praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter dalam minyak lemak.
7. Asam Sitrat (FI IV, 48)
Nama resmi
: Acidum Citricum
Nama Sinonim:
: Asam Sitrat
Berat molekul
: 192,12
Rumus molekul
: C6H8O7
Pemerian
: Hablur bening tidak berwarna atau serbuk hablur granul sampai halus, putih; tidak berbau atau praktis tidak berbau; rasa sangat asam. Bentuk hidrat mekar dalam udara kering.
Kelarutan
: Sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam etanol; agak sukar larutndalam eter.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan
: Bahan dasar pendapar
8. Natrium Sitrat (FI IV, 588)
Nama resmi
: Natrii Citras
Nama Sinonim
: Natrium Sitrat
BM
: 258,07
RM
: C6H5 NAO7
Pemerian
: Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur, putih.
9. Menthol
Pemerian
: hablur heksagonal/ serbuk hablur, tidak berwarna, biasanya berbentuk jarum, atau massa yang melebur, berlemak seperti minyak pemen
Kelarutan
: sukar larut dalam air; sangat mudah larut dalam etanol, dalam kloroform, dalam eter, dan dalam heksana; mudah larut dalam asam asetat glasial, dalam minyak mineral, dan dalam minyak lemak, dan dalam minyak atsiri
Khasiat
: sebagai Pengaroma/pendingin
Konsentrasi
: untuk formula topical : 0,05-1% (Handbook of pharmaceutical Exipients hal 304)
Penyimpanan
: dalam wadah tertutup rapat sebaiknya pada suhu kamar terkendali
10. Alkohol (FI III, hal 65)
Nama resmi
: Aethanolum
Nama latin
: Etanol, alcohol
RM/BM
: C2H6O/46,07
Pemerian
: jernih,
tidak
berbau,
bergerak,
cairan
pelarut, menghasilkan bau yang khas dan rasa terbakar pada lidah. Penyimpanan
: dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk jauh dari nyala api.
11. Aqua Destillata (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi
: Aqua Destilata
Nama Sinonim
: Air suling
RM/BM
: H2O/1
Rumus struktur
:
Pemerian
: Cairan
Jernih,
mempunyai Rasa
tidak
berwarna,
tidak
Kelarutan
: Tidak mempunyai kelarutan karena secara umumnya
air
pembanding
merupakan
pelarut
dan
suatu larutan.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan
: Sebagai pelarut
Kelarutan
: Dalam bentuk hidrat mudah larut dalam air; sangat mudah larut dalam air mendidih; tidak larut dalam etanol.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan
: Bahan dasar pendapar
BAB IV FORMULASI DAN PERHITUNGAN
IV. Formula
Zink oksida
8%
( Zat Aktif )
Vegum
8%
( Pensuspensi )
Na-cmc
1%
( Pensuspensi )
Carbomer
1%
( Peningkat Viskositas )
As. Sitrat
0,04 g ( Pendapar )
Na sitrat
0,9 g
( Pendapar )
Tween-80
5%
( Pembasah )
Alkohol 95% 10%
( Pendingin/Pengawet )
Gliserin
30%
( Pelembab )
Menthol
3%
( Pengaroma )
Air add
100% ( Pembawa)
IV.2 Perhitungan
-
Zink oksida
=
x 100 ml = 8 g
-
vegum
=
-
carbomer
=
-
na-cmc
=
-
tween-80
=
-
Alkohol
=
-
Gliserin
=
-
menthol
=
-
Asam sitrat
= 0,04 g
-
Natrium sitrat
= 0,9 g
x 100 ml = 8 g
x 100 ml = 1 g
x 100 ml = 1 g
x 100 ml = 5 g
x 100 ml = 10 g
x 100 ml = 30 g
x 100 ml = 3 g
-
Aqua destillata
ad
=100 – ( 8%+8 %+5 %+1 %+1 % +5%+10
%+30%+3%) =100- 71 = 29 g
BAB V CARA KERJA DAN EVALUASI
V.1 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2. Dibersihkan alat dengan menggunakan alkohol 70% 3. Ditimbang semua bahan dengan menggunakan neraca analitik 4. Dikembangkan na.cmc selama ± 12 jam, vegum ± 12 jam dengan menggunakan air panas (Campuran A) 5. Dimasukkan dan dicampurkan zat aktif dan tween-80 (Campuran B) 6. Dimasukkan campuran B kedalam campuran A (Campuran C) 7. Dimasukkan carbomer dan larutan pendapar 8. Dimasukkan dan dicampurkan alkohol 9. Dimasukkan dan dicampurkan gliserin 10. Dimasukkan dan dicampurkan menthol 11. Ditambahkan sisa air 12. Dimasukkan kedalam botol yang telah diberi etiket V.1 Evaluasi Waktu
Evaluasi
Uji organoleptis Uji pH T0
Uji densisitas Larutan Uji volume terpindahkan
T1
Uji organoleptis Uji pH Uji densisitas larutan Uji volume terpindahakan
Warna Bau
Pengamatan : Putih : Min
pH = 5,9 Bj = 0,918605 Rj = 0.954839 40 ml tidak terpindahkan (Selama
30 menit) - Warna : Putih - Bau : Min - 6,1 Bj = 0,918605 Rj = 0.954839 40 ml tidak terpindahkan = 40
(Selama 30 menit) T2
Uji organoleptis Uji pH
Uji densisitas larutan Uji volume terpindahkan
T3
Uji organoleptis Uji pH Uji densisitas larutan Uji volume terpindahkan
T4
Uji organoleptis Uji pH Uji densisitas larutan
Uji volume terpindahkan T5
Uji organoleptis Uji pH Uji densisitas larutan Uji volume terpindahkan
- Warna : Putih - Bau : Min - 6,3 Bj = 0,918605 Rj = 0.954839 39 ml terpindahkan = 39 (Selama 30
menit) - Warna : Putih - Bau : Min - 6,3 Bj = 0,918605 Rj = 0.954839
39 ml terpindahkan = 39 (Selama 30
menit) - Warna : Putih - Bau : Min - 6.3 Bj = 0,918605 Rj = 0.954839 38 ml terpindahkan = 38 (Selama 30
menit) - Warna : putih - Bau : Min - 6,1 Bj = 0,918605 Rj = 0.954839
38 ml terpindahkan = 38 (Selama 30
menit)
BAB VI PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan percobaan pembuatan sediaan suspensi topikal (lotio) menggunakan Zink oksida sebagai zat aktif. Zink oksida berupa serbuk, amorf sangat halus, putih, tidak berbau, praktis larut dalam air dan dalam etanol. Zink oksida bekerja sebagai bakteriostatik dan membasmi mikroorganisme yang berada dipermukaan kulit, atau sebagai antiseptikum lokal (FI III, 636;OOP, 229). Lotio merupakan salah satu sediaan kosmetik golongan emolien (pelembut) atau obat yang mengandung dua fase yang tidak stabil secara termodinamika (Mahapradipa 2012). Fungsi dari lotio adalah untuk mepertahankan kelembaban kulit, melembutkan, membersihkan mencegah kekurangan air pada kulit (kosmetik), untuk masalah pada sekitar bagian kulit karena bakteri atau jamur (Obat). Komponen-komponen penyusun lotio berupa bahan aktif, pengsuspensi, pengawet, dan pewangi (Setyaningsih, 2007). Adapun yang harus dilakukan sebelum membuat sediaan yaitu menyiapkan alat dan bahan. Semua alat yang akan digunakan dibersihkan terlebih dahulu menggunakan kapas yang diberi alkohol 70% agar alat yang akan digunakan tersebut terbebas dari mikroba atau bakteri, kemudian menimbang semua bahan yang digunakan dengan menggunakan neraca analitik, serta membuat stok air sesuai dengan formula yang dibuat. Pada pembuatan suspensi topikal ini digunakan Zink oksida 8 %. Menurut formularium nasinonal bahwa konsentrasi Zink oksida sebesar 8 % dapat digunakan sebagai antispetikum lokal (Dirjen POM 1979). Veegum dalam suspensi topikal ini berperan sebagai pensuspensi. Konsentrasi veegum sebagai pensuspensi 1-10 % (Rowe et al, 2003). Na-CMC dalam suspensi topikal ini berperan sebagai pensuspensi. dan peningkat viskositas. Konsentrasi na-cmc sebagai pensuspensi 1-10 % (Rowe et al, 2003).
Carbomer dalam suspensi topikal ini berperan sebagai peningkat viskositas. Konsentrasi carbomer sebagai peningkat viskositas 1-10 % (Rowe et al, 2003). Tween-80 dalam suspensi topikal ini berperan sebagai agen pembasah dengan tujuan agar zat aktif terbasahi sempurna dan, untuk mengurangi potensi zat aktif kontak dengan udara bebas. Konsentrasi Tween-80 sebagai pensuspensi 1-5 % (Rowe et al, 2003). Asam sitrat dan natrium sitrat dalam sediaan suspense topikal ini berperan sebagai larutan penyangga, sebab ditinjau pH dari Zink oksida memiliki range pH yang lumayan sempit yaitu 6,95 – 7,37. Menurut Houston, peneliti dari Universitas Columbia, bahwa jika jarah pH yang saling berdekatan dapat mempengaruhi stabilitas dari zat itu sendiri. (Codex,987; Houston, 1995 ). Karena suspensi topikal merupakan sediaan setengah cair atau lotio maka mudah untuk ditumbuhi oleh mikroba, maka dibutuhkan pengawet yang dapat mencegah pertumbuhan mikroba, dalam suspense topila ini kami menggunakan Alkohol sebagai pengawet dengan konsentrasi 10 %. (Codex, 987;Rowe et,al 2003;Farmakope Indonesia III, 37; Effionora,87). Untuk menambah kualitas pemakaian dari sediaan suspense topikal, kami menambahkan gliserin sebagai pelembab (emollient) dengan konsentrasi 25% dan methol untuk memberikan aroma dan sensasi dingin pada saat pemakaian dengan konsentrasi 1%. (Rowe et al, 2003). Langkah
pertama
dalam
pembuatan
suspense
topikal
ini
dengan
mengembangkan pensuspensi dalam formulasi ini yaitu veegum dan na- cmc. Veegum dan na-cmc dikembangkan dalam air hangat (air formula) dengan waktu ± 12 jam. Dengan tujuan agar kedua pensuspensi tersebut terbasahi sempurna tanpa menimbulkan gumpalan-gumpalan pada saat pembuatan suspense. Kemudian zat aktif dibasahi dengan agen pembasah, dalam formulasi ini tween bertindak sebagai pembasah. Tween terlebih dahulu diencerkan dengan air (air formula) 5 ml untuk mengurangi kekentalannya. Kemudian ditetesi sedikit demi sedikit tween kedalam zat aktif, hingga zat aktif terbasahi semua dengan
tujuan untuk mengurangi potensi zat aktif yang masih kontak dengan udara bebas. Selanjutnya dimasukan vegum, na-cmc, dan zat aktif yang sudah di basahi dengan agen pembasah kedalam lumpang, dan digerus hingga zat terdispersi merata kedalam pensuspensi tersebut. Kemudian dimasukan adjuvant lainnya yaitu asam sitrat dan natrium sitrat yang telah di encerkan dengan air (air formula), dan menthol yang telah diencerkan dengan alkohol kedalam campuran sebelumnya, dan diaduk hingga merata. Kemudian dimasukan lotio kedalam botol yang telah diberi etiket, serta lotio siap untuk dievaluasi. Dari hasil evaluasi selama 6 hari (t 0-t5) zink lotio memiliki kestabilan yang bagus, tidak terdapat perubahan yang signifikan, dari uji Bj, viskositas, pH, volume terpindahkan maupun dari segi organoleptis (warna, dan bau), sehingga zink cocok untuk dibuat sediaan suspensi topikal (lotio). (Untuk hasil evaluasi dapat dilihat pada bab evaluasi t0-t5).
BAB VII PENUTUP
VII.1 Kesimpulan
1. Metode yang cocok digunakan dalam pembuatan larutan yaitu suspensi adalah metode campuran. 2. Dari hasil evaluasi selama 6 hari (t0-t5) zink lotio memiliki kestabilan yang bagus, tidak terdapat perubahan yang signifikan, dari uji Bj, viskositas, pH, volume terpindahkan maupun dari segi organoleptis (warna, dan bau), sehingga zink cocok untuk dibuat sediaan suspensi topikal (lotio). (Untuk hasil evaluasi dapat dilihat pada bab evaluasi t0-t5). VII.2 Saran
Untuk alat-alat maupun bahan-bahan di laboratorium teknologi sediaan cair dan semi padat lebih dilengkapi.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H. 1985. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi . Jakarta: UI press
Cahyadi, W. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: PT. Bumi aksara
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III . Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Dirjen POM. 1989. Farmakope Indonesia Edisi IV . Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Emulgel: a new platform for topical drug delivery Vikas singla*1, seema saini1, baibhav joshi1 and a.c rana2 2009.
Lund, W. 1994. The Pharmaceutical Codex. London: The Pharmaceutical Press th
Sean, C. 2009. Handbook Martindale Edition 35 . London: Pharmaceutical press Siswandono dan Soekardjo, B., (2000). Kimia Medisinal. Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press. hal. 291.303
Snow,E,K,dkk. 2010. AHFS Drug Information 1-4 Berhesda. Mangcand: American Society Of Health System Pharmacist