BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada zaman sekarang ini isu mengenai kaum LBGT sedang marak di dalam
masyarakat, baik masyarakta Indonesia maupun masyrakat dunia. Mereka, kaum
LGBT pada saat ini sudah tidak malu-malu dan sembunyi-sembunyi akan
hubungan mereka, bahkan mereka sedang berusaha agar hubungan sesama jenis
ini dilegalkan di seluruh dunia dengan anggapan bahwa hubungan yang mereka
jalankan adalah merupakan bagian dari hak asasi manusia juga.
Di Indonesia sendiri para kaum LGBT telah mencoba untuk mebuat legal
hubungan mereka yang dianggap sebagai hak asasi manusia itu. Tentu saja hal
tersebut tidak mungkin dapat berjalan dengan mudah karena hal tersebut
bertentangan dengan idealitas bangsa ini. Dan mengingat mayoritas penduduk
Indonesia bergama muslim, tentunya hal tersebut sangat dilarang karena di
dalam ajaran Islam sendiri hal tersebut sangat bertentangan dengan ajaran
Al-Quran dan Hadis.
Di dalam jiwa bangsa Indonesia secara keseluruhan pun telah melarang
perilaku LGBT, ini tercermin dalam hukum adat yang ada, terlebih lagi
Terdapat hukum positif Indonesia yaitu undang-undang perkawianan yang
telah mengatur dalam pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 1974 yang berbunyi:
"Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa".
Pasal tersebut mencerminkan bahwa perkawinan yang diakui oleh Negara
Indonesia adalah perkawinan yang dilakukan antara pria dan wanita
berdasarkan ajaran agama yang mereka anut. Oleh karena itu, maraknya isu
mengenai LGBT harusnya kembali ditinjau dari segi agama dan hukum positif
yang ada.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah LGBT itu?
2. Bagaimana Islam memandang perilaku LGBT?
3. Bagaimana hukum positif Indonesia mengatur mengenai LGBT?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui apa itu LGBT.
2. Mengetahui bagaimana pandangan Islam terkait perilaku menyimpang LGBT.
3. Mengetahui bagaimana hukum Indonesia mengatur mengenai perilaku LGBT.
4. Mengetahui dampak dan bahaya dari LGBT.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. LGBT Menurut Pandangan Islam
LGBT adalah akronim dari "lesbian, gay, biseksual, dan transgender".
Istilah ini digunakan semenjak tahun 1990-an dan menggantikan frasa
"komunitas gay". Akronim ini dibuat dengan tujuan untuk menekankan
keanekaragaman "budaya yang berdasarkan identitas seksualitas dan gender".
Kadang-kadang istilah LGBT digunakan untuk semua orang yang tidak
heteroseksual, bukan hanya homoseksual, biseksual, atau transgender.[1]
Lesbian, Gay, Bisexual dan Transgender (LGBT) merupakan penyimpangan
orientasi seksual yang bertentangan dengan fitrah manusia, agama dan adat
masyarakat Indonesia.[2]
Lesbian adalah istilah bagi perempuan yang mengarahkan orientasi
seksualnya kepada sesama perempuan, Gay adalah sebuah istilah bagi laki-
laki yang umumnya digunakan untuk merujuk orang homoseksual atau sifat-
sifat homoseksual, Biseksualitas merupakan ketertarikan romantis,
ketertarikan seksual, atau kebiasaan seksual kepada pria maupun wanita.
Istilah ini umumnya digunakan dalam konteks ketertarikan manusia untuk
menunjukkan perasaan romantis atau seksual kepada pria maupun wanita
sekaligus, dan Transgender merupakan ketidaksamaan identitas gender
seseorang terhadap jenis kelaminnya yang ditentukan, atau kelaminnya dari
laki-laki menjadi perempuan. Transgender bukan merupakan orientasi
seksual.[3]
Menurut pandangan barat LGBT merupakan bagian dari hak asasi manusia
yang harus dilindungi. Dukungan kaum liberal terhadap pelaku LGBT tidak
hanya berupa wacana namun direalisasikan dengan mendirikan organisasi
persatuan, forum-forum seminar dan pembentukan yayasan dana internasional.
Bahkan beberapa negara telah melegalkan dan memfasilitasi perkawinan sesama
jenis. Salah satu lembaga penggalangan dana pendukung perlindungan hak
asasi pelaku LGBT yaitu Global Equality Fund yang diluncurkan pada Desember
2011 oleh menteri luar negeri AS Hillary Rodham Clinton. Lembaga ini
mencakup upaya keadilan, advokasi, perlindungan dan dialog untuk menjamin
pelaku LGBT hidup bebas tanpa diskriminasi.[4]
Mazhab Islam tradisional berdasarkan ayat-ayat al-Quran dan hadis
menganggap homoseksual bertindak satu jenayah yang boleh dihukum dan
merupakan dosa, dan dipengaruhi oleh para ulama seperti Imam Malik dan Imam
Shafi. Al-Quran menyebut kisah "orang-orang Lut" dibinasa oleh kemurkaan
Tuhan kerana mereka terlibat dalam tindakan nafsu "berahi" dalam golongan
lelaki.[5]
Dalam Islam LGBT dikenal dengan dua istilah, yaitu Liwath (gay) dan
Sihaaq (lesbian). Liwath (gay) adalah perbuatan yang dilakukan oleh laki-
laki dengan cara memasukan dzakar (penis)nya kedalam dubur laki-laki lain.
Liwath adalah suatu kata (penamaan) yang dinisbatkan kepada kaumnya Luth
'Alaihis salam, karena kaum Nabi Luth 'Alaihis salam adalah kaum yang
pertama kali melakukan perbuatan ini (Hukmu al-liwath wa al-Sihaaq, hal.
1). Allah SWT menamakan perbuatan ini dengan perbuatan yang keji (fahisy)
dan melampui batas (musrifun). Sebagaimana Allah terangkan dalam Al-Quran
Surah Al 'Araf: 80 – 81 yang artinya:[6]
"Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah)
tatkala dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan
faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia
ini) sebelummu. Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melampiaskan
nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, bahkan kamu ini adalah
kaum yang melampaui batas." (TQS. Al 'Araf: 80 – 81)
Sedangkan Sihaaq (lesbian) adalah hubungan cinta birahi antara sesama
wanita dengan dua orang wanita saling menggesek-gesekkan anggota tubuh
(farji')nya antara satu dengan yang lainnya, hingga keduanya merasakan
kelezatan dalam berhubungan tersebut (Sayyid Sabiq, Fiqhu as-Sunnah, Juz
4/hal. 51).[7]
Hukum Sihaaq (lesbian) sebagaimana dijelaskan oleh Abul Ahmad Muhammad
Al-Khidir bin Nursalim Al-Limboriy Al-Mulky (Hukmu al liwath wa al Sihaaq,
hal. 13) adalah haram berdasarkan dalil hadits Abu Said Al-Khudriy yang
diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim (no. 338), At-Tirmidzi (no. 2793) dan Abu
Dawud (no. 4018) bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata:
"Janganlah seorang laki-laki melihat aurat laki-laki lain, dan jangan
pula seorang wanita melihat aurat wanita lain. Dan janganlah seorang
laki-laki memakai satu selimut dengan laki-laki lain, dan jangan pula
seorang wanita memakai satu selimut dengan wanita lain."
Namun, tak dapat dipungkiri bahwa LGBT kini semakin marak, apalagi
dengan datangnya angin segar dari Amerika Serikat yang kini memperbolehkan
pernikahan sesama jenis, hal ini merupakan suatu kabar gembira bagi kaum
LGBT di Amerika Serikat, meskipun tak sedikit yang mengecam hal tersebut.
Melihat apa yang terjadi di Amerika Serikat, kaum LGBT di seluruh penjuru
dunia, termasuk Indonesia semakin memperbesar kekuatan untuk memperoleh hak
mereka sebagai LGBT. Pertanyaannya, bagaimanakah pandangan mengenai hal ini
dalam perspektif hukum, khususnya Islam?
Dalam Pasal 22 Ayat (3)UU RI No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia menyebutkan bahwa "Setiap orang bebas mempunyai, mengeluarkan, dan
menyebarluaskan pendapat sesuai hati nuraninya, secara lisan atau tulisan
melalui media cetak maupun media cetak elektronik dengan memperhatikan
nilai-nilai agama, kesusilaan, ketertiban, kepentingan umum, dan keutuhan
bangsa".
Dalam agama Islam pun seperti yang sudah jelas bahwa Allah SWT. Tuhan
Yang Maha Esa melarang keras hamba-Nya agar tidak masuk ke dalam golongan
orang–orang yang menyukai sesama jenis, seperti lesbi ataupun gay,
biseksual, dan transgender.
Islam menghendaki pernikahan antar lawan jenis, laki-laki dengan
perempuan, tidak semata untuk memenuhi hasrat biologis namun sebagai ikatan
suci untuk menciptakan ketenangan hidup dengan membentuk keluarga sakinah
dan mengembangkan keturunan umat manusia yang bemartabat. Perkawinan sesama
jenis tidak akan pernah menghasilkan keturunan, dan mengancam kepunahan
generasi manusia. Perkawinan sesama jenis semata-mata untuk menyalurkan
kepuasan nafsu hewani. Sanksi bagi pelaku semua pelanggaran seksual
tersebut adalah hukuman mati,
Rasulullah SAW bersabda:
"…dari Ibnu Abbas, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:" Barang siapa
menjumpai kalian orang yang melakukan perbuatan kaum Luth, maka
bunuhlah orang yang mengerjakan dan orang yang dikerjai".[Hadist Ibnu
Majah No. 2561 Kitabul Hudud].
Dalam hadits lain Rasulallah SAW bersabda:
"… Ibnu Abbas meriwayatkan: "Barang siapa menjimak muhrimnya maka
bunuhlah, dan barang siapa menjimak hewan maka bunuhlah pelaku dan
binatang yang dijimak". [Hadist Ibnu Majah No. 2564 Kitabul Hudud].[8]
Dari semua penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam
ajaran agama Islam, tidak ada satu pun dalil yang membenarkan perilaku
LGBT. Islam melarang keras perilaku menyimpang lesbian, gay, biesexual,
maupun transgender karena bertentangan dengan fitrah manusia. Selain itu,
Islam menentang keras hal ini karena juga berbahaya dari sisi kesehatan dan
juga demi keberlangsungan hidup manusia itu sendiri. Dan azab Allah begitu
pedih bagi seseorang yang melampaui batas. Maka dari itu, bagi setiap
penganut perilaku LGBT hendaklah mereka segera mengerti bahwa tidak ada
segala sesuatu yang Allah larang kecuali untuk kebaikan manusia itu
sendiri. Sesungghnya Allah Maha penerima Taubat. Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang (QS. Surah At' Taubah: 27), maka Bertaubatlah.
2.2 LGBT DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF
OPINI di media massa terkait dengan kelompok Lesbian, Gay, Biseksual,
dan Transgender ("LGBT") terbagi menjadi dua bagian. Ada beberapa pihak
mendukung dan ada yang menolak keberadaan mereka. Bahkan banyak analisa
yang menarik atas keberadaan LGBT dari berbagai perspektif diantaranya
Agama, Kedokteran, bahkan dalam perspektif Hak Asasi Manusia; tidak sedikit
atas beberapa pendapat tersebut menimbulkan perdebatan yang mengemukakan
salah satunya adalah berbicara hak asasi manusia.
Kelompok LGBT di bawah payung "Hak Asasi Manusia" meminta masyrakat
dan Negara untuk mengakui keberadaan komunitas ini; bila kita melihat dari
Konstitusi Indonesia yakni Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 J yang
menyatakan sebagai berikut :
1. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam
tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud
semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan
kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai
dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban
umum dalam suatu masyarakat demokratis.[9]
Dalam konstusi Indonesia memandang HAM memiliki batasan, dimana
batasanya adalah tidak boleh bertentangan dengan moral, nilai-nilai agama,
keamanan dan ketertiban umum; Indonesia memang bukan Negara yang
berdasarkan Agama namun Pancasila jelas menyatakan dalam sila pertamanya
"Ketuhanan Yang Maha Esa" sehingga nilai-nilai agama menjadi penjaga sendi-
sendi konstitusi dalam mewujudkan kehidupan demokratis bangsa
Indonesia.[10] Begitu juga ditegaskan pula dalam UU Nomor 39 tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia Pasal 70 yang menyatakan sebagai berikut:
"Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan oleh Undang-undang dengan maksud untuk
menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain
dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral,
keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis".
Dan Pasal 73 UU HAM yang menyatakan,
"Hak dan kebebasan yang diatur dalam Undang-undang ini hanya dapat
dibatasi oleh dan berdasarkan undang-undang, semata-mata untuk menjamin
pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia serta kebebasan
dasar orang lain, kesusilaan, ketertiban umum, dan kepentingan bangsa".
Pembatasan-pembatasan HAM memungkinkan demi penghormatan kepada hak
asasi manusia oleh karenanya Negara hadir dalam melakukan batasan-batasan
tersebut untuk kepentingan bangsa.
Sebagai gambaran umum tentang hak asasi LGBT di Indonesia, hukum
nasional dalam arti luas tidak memberi dukungan bagi kelompok LGBT walaupun
homoseksualitas sendiri tidak ditetapkan sebagai tindak pidana. Baik
perkawinan maupun adopsi oleh orang LGBT tidak diperkenankan, tidak ada
undang-undang anti diskriminasi yang secara tegas berkaitan dengan
orientasi seksual atau identitas gender. Hukum indonesia hanya mengakui
keberadaan gender laki-lai dan perempuan saja, sehingga orang yang
transgender yang tidak memilih untuk menjalani operasi perubahan kelamin,
dapat mengalami masalah dalam pengurusan dokumen identitas dan hal lain
yang terkait.[11]
Hak asasi manusia tidak bisa dijadikan kedok untuk menganggu hak orang
lain atau kepentingan publik. Tidak ada argument yang relevan untuk
mengahapus larangan pernikahan sesama jenis dengan dasar pengahapusan
diskriminasi. Gay dan lesbian bukanlah kodrat manusia melainkan penyakit
sehingga tidak relevan mempertahankan kemauan mereka yakni legalisasi
pernikahan sesama jenis atas dasar persamaan.
Persamaan diberlakukan dalam hal pelayanan terhadap orang yang berbeda
suku, warna kulit, dan hal lain yang diterima di masyarakat. Gay dan
lesbian perlu diobati agar normal kembali sehingga tidak merusak masyarakat
dan oleh karenanya kewajiban negara untuk mengobati mereka bukan
melestarikannya.
Hak untuk menikah dan berkeluarga bukan ditujukan untuk menjustifikasi
pernikahan sesama jenis. Hukum perkawinan kita mendefinisikan perkawinan
adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagaimana diatur
dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Perkawinan bertujuan salah satunya melestarikan umat manusia. Sangat
kontras bila dibandingkan kaum LGBT yang penyuka sesama jenis. Bila
dilegalkan, LGBT akan berdampak pada timbulnya berbagai masalah. Mulai dari
menurunnya angka kelahiran karena sudah pasti sesama jenis tak bisa
menghasilkan keturunan, hingga masalah lain seperti yang sudah disinggung
di atas (keresahan masyarakat yang merasa keamanan hidupnya terusik hingga
retaknya keutuhan bangsa menjadi golongan pro dan kontra LGBT).
Dalam UU Perkawinan Indonesia juga memperhatikan dasar agama, yakni
Ketuhanan Yang Maha Esa. Menjadi salah satu alasan memperkuat pandangan
hukum Islam mengenai LGBT yang dilarang Allah SWT. Dapat disimpulkan bahwa
tidak dibenarkan bila kaum LGBT menjadi legal di Indonesia, mengingat
kembali Indonesia merupakan negara hukum dengan masyarakat yang menghargai
tradisi dan agama masing-masing.
Tidakkah (apabila) golongan LGBT yang keberadaannya semakin terang-
terangan di Indonesia akan membuat masyarakat normal merasa tak aman dan
mengganggu kenyamanan? Sungguh, sangat salah jika menggunakan tameng HAM
untuk melegalkan tindakan kelompok LGBT, apalagi sampai membawa kasus ini
ke forum internasional melalui LSM yang mendapat dukungan dana besar dari
negara Barat yang menginginkan Indonesia menganut pelegalan LGBT
sebagaimana di berbagai Negara Barat.
Selain itu, dari persfektif agama pun LGBT merupakan sesuatu yang
dilarang karena tidak sesuai dengan fitrah manusia. Allah melarang keras
tindakan yang yang dikategorikan sebagai tindakan yang melampaui batas.
Dalam AL-Quran pun dijelaskan bagaimana Allah begitu melaknat perilaku kaum
Nabi Luth yang tetap bertahan dalam kekeliruan mereka hidup dengan perilaku
menyimpang dan menyalahi kodrat hingga akhirnya Allah memusnahkan mereka
semua dengan cara yang menyakitkan.
Sesungguhnya apabila Allah melarang suatu perbuatan, tidak ada suatu
alasan pun di baliknya kecuali untuk kebaikan manusia itu sendiri.
-----------------------
[1] Wikipedia. LGBT. 17 Februari 2016, [online]
(https://id.wikipedia.org/wiki/LGBT, diakses tanggal 19 Februari 2016,
pukul 14.55 WIB)
[2] Jaelani, Ahmad. Pandangan Islam Terhadap LGBT. 13 Februari 2016,
[online] (http://hizbut-tahrir.or.id/2016/02/13/pandangan-islam-terhadap-
lgbt/, diakses tanggal 19 Februari 2016, pukul 14.38 WIB)
[3] Yudhy, "LGBT Dalam Kacamata Islam", [online]
(http://almasoem.sch.id/lgbt-dalam-kacamata-islam/, pada tanggal 20
Februari 2016 pukul 23.57WIB)
[4] Yudhy, "LGBT Dalam Kacamata Islam", [online]
(http://almasoem.sch.id/lgbt-dalam-kacamata-islam/, pada tanggal 20
Februari 2016 pukul 23.57WIB)
[5] Wikipedia. LGBT dalam Islam. 10 Ogos 2015, [online]
(https://ms.wikipedia.org/wiki/LGBT_dalam_Islam, diakses tanggal 19 ebruari
2016, pukul 15.07 WIB)
[6] Jaelani, Ahmad. Pandangan Islam Terhadap LGBT. 13 Februari 2016,
[online] (http://hizbut-tahrir.or.id/2016/02/13/pandangan-islam-terhadap-
lgbt/, diakses tanggal 19 Februari 2016, pukul 15.11 WIB)
[7] Jaelani, Ahmad. Pandangan Islam Terhadap LGBT. 13 Februari 2016,
[online] (http://hizbut-tahrir.or.id/2016/02/13/pandangan-islam-terhadap-
lgbt/, diakses tanggal 19 Februari 2016, pukul 15.15 WIB)
[8] Yudhy, "LGBT Dalam Kacamata Islam", [online]
(http://almasoem.sch.id/lgbt-dalam-kacamata-islam/, pada tanggal 20
Februari 2016 pukul 23.57WIB)
[9] Sylviani Abdul Hamid, SH.I., MH. LGBT DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF.
https://www.islampos.com/lgbt-dalam-perspektif-hukum-positif-25331 diakses
tanggal 13 Februari 2016 pukul 06:31.
[10] http://dakwatuna.tumblr.com/post/139269918856/lgbt-dalam-perspektif-
hukum-positif-dalam diakses tanggal 13 Februari 2016 pukul 07:05.
[11]https://www.usaid.gov/sites/default/files/documents/2496/Being_LGBT_in_A
sia_Indonesia_Country_Report_Bahasa_language.pdf diakses tanggal 20
februari 2016 pukul 18:58