LAPORAN PENDAHULUAN BATU BULI
Oleh : YOGI YANUAR RIZKI NIM 1730060
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN 2018
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendauluan dan Asuhan Keperawatan B A T U B UL UL I di Ruang 19 RSUD dr. Saiful Anwar Malang, yang dilakukan oleh : Nama
: Yogi Yanuar Rizki
NIM
: 17.30.060
Prodi
: Profesi Ners
Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Profesi Ners Departemen Keperawatan Dasar, yang dilaksanakan pada tanggal 25 Desember 2017 – 06 Januari 2018, yang telah disetujui dan disahkan pada : Hari
:
Tanggal
:
Malang,
Mahasiswa
(.................................)
Mengetahui,
Pembimbing Institusi
Pembimbing Klinik
(........................................)
(........................................)
A. PENGERTIAN
Batu saluran kemih adalah adanya batu di traktus urinarius. (ginjal, ureter, atau kandung kemih, uretra) yang membentuk kristal; kalsium, oksalat, fosfat, kalsium urat, asam urat dan magnesium.(Brunner & Suddath,2002). Batu saluran kemih atau Urolithiasis adalah adanya adanya batu di dalam saluran kemih. (Luckman dan Sorensen). Dari dua definisi tersebut diatas saya mengambil kesimpulan bahwa bahwa batu saluran kemih adalah adanya batu di dalam saluran perkemihan yang meliputi ginjal,ureter,kandung kemih dan uretra.
B. ETIOLOGI
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih sampai saat ini belum diketahui pasti, tetapi ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu pada saluran kemih yaitu: 1. Infeksi Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti pembentukan batu saluran kemih . Infeksi bakteri akan memecah ureum dan membentuk amonium yang akan mengubah pH urine menjadi alkali. 2. Stasis dan Obstruksi urine Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah pembentukan batu saluran kemih. 3. Ras Pada daerah tertentu angka kejadian batu saluran kemih lebih tinggi daripada daerah lain, Daerah seperti di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih. 4. Keturunan 5. Air minum Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan mengurangi kemungkinan terbentuknya batu ,sedangkan kurang minum menyebabkan kadar semua substansi dalam urine meningkat
6. Pekerjaan Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan terbentuknya batu daripada pekerja yang lebih banyak duduk. 7. Suhu Tempat yang bersuhu
panas menyebabkan banyak mengeluarkan
keringat sedangkan asupan air kurang dan tingginya kadar mineral dalam air minum meningkatkan insiden batu saluran kemih 8. Makanan Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka morbiditasbatu saluran kemih berkurang. Penduduk yang vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering menderita batu saluran kemih ( buli-buli dan Urethra ).
C. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala adanya batu dalam traktus urinarius tergantung pada adanya obstruksi, infeksi dan edema. 1. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi piala ginjal serta ureter proksimal. a. Infeksi pielonefritis dan sintesis disertai menggigil, demam dan disuria, dapat terjadi iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu menyebabkan sedikit gejala, namun secara perlahan merusak unit fungsional (nefron) ginjal. b. Nyeri hebat dan ketidaknyamanan. 2. Batu di ginjal a. Nyeri dalam dan terus menerus di area kontovertebral. b. Hematuri. c. Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita nyeri kebawah mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis. d. Mual dan muntah. e. Diare. 3. Batu di ureter
a. Nyeri menyebar kepaha dan genitalia. genitalia. b. Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urin yang keluar. c. Hematuri akibat abrasi batu. d. Biasanya batu keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5 – 1 cm. 4. Batu di kandung kemih a. Biasanya menimbulkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuri. b. Jika batu menimbulkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi retensi urin.
D. KLASIFIKASI
Stadium (staging) tumor kandung kemih penting untuk menentukan program pengobatan. Klasifikasiny adalah sebagai berikut : Ta : tumor terbatas pada epithelium. Tis : karsinoma in situ T1 : tumor sampai dengan lapisan subepitelium. T2 : tumor sampai dengan lapisan otot superficial. T3a : tumor sampai dengan otot dalam T3b : tumor sampai dengan lemak perivesika. T4 : tumor sampai dengan jaringan di luar kandung kemih : prostate, uterus, vagina, dinding pelvis dan dinding abdomen.
E. PATOFISIOLOGI
Penyebab spesifik dari batu kandung kemih adalah bisa dari batu kalsium oksalat dengan inhibitor sitrat dan glikoprotein. Beberapa promotor (reaktan) dapat memicu pembentukan batu kemih seperti asam sitrat memacu batu kalsium oksalat. Aksi reaktan dan intibitor belum di kenali sepenuhnya dan terjadi peningkatan kalsium oksalat, kalsium fosfat dan asam urat meningkat akan terjadinya batu disaluran kemih. Adapun faktor tertentu yang mempengaruhi pembentukan batu kandung kemih, mencangkup infeksi saluran ureter atau vesika urinari, stasis urine, priode
imobilitas dan perubahan metabolisme kalsium. Telah diketahui sejak waktu yang lalu, bahwa batu kandung kemih sering terjadi pada laki-laki dibanding pada wanita, terutama pada usia 60 tahun keatas serta klien yang menderita infeksi saluran kemih. ( Brunner and Suddarth. 2001 ) Kelainan bawaan atau cidera, keadan patologis yang disebabkan karena infeksi, pembentukan batu disaluran kemih dan tumor, keadan tersebut sering menyebabkan bendungan. Hambatan yang menyebabkan sumbatan aliran kemih baik itu yang disebabkan karena infeksi, trauma dan tumor serta kelainan metabolisme dapat menyebabkan penyempitan atau struktur uretra sehingga terjadi bendungan dan statis urin. Jika sudah terjadi bendungan dan statis urin lama kelamaan kalsium akan mengendap menjadi besar sehingga membentuk batu (Sjamsuhidajat dan Wim de Jong, 2001:997).
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Urinalisa ; warna mungkin kuning, coklat gelap, berdarah, sec ara umum menunjukan SDM, SDP, kristal ( sistin,asam urat,kalsium oksalat), pH asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat) alkali ( meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), urine 24 jam :kreatinin, asam urat kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine menunjukan ISK, BUN/kreatinin serum dan urine; abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) s ekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis. 2. Darah lengkap: Hb,Ht,abnormal bila psien dehidrasi berat atau polisitemia. 3. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal ( PTH. Merangsang reabsobsi kalsium kalsium dari tulang, meningkatkan
sirkulasi
serum dan kalsium urine. 4. Foto Rntgen; menunjukan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area ginjal dan sepanjang ureter. 5. IVP: memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri, abdominal atau panggul.Menunjukan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter). 6. Sistoureterokopi;visualiasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukan batu atau efek obstruksi. 7. USG ginjal: untuk menentukan perubahan obstruksi,dan lokasi batu.
G. PENATALAKSANAAN
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih secepatnya harus dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk melakukan tindakan/ terapi pada batu saluran kemih adalah jika batu telah menimbulkan obstruksi, infeksi, atau harus diambil karena sesuatu indikasi sosial (Purnomo, 2003).
A. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karena batu dapat diharapkan keluar spontan. Terapi yang bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlkancar aliran urin dengan pemberian diuretikum, diuretikum, dan minum banyak banyak supaya dapat mendorong mendorong batu keluar dari saluran kemih kemi h (Purnomo, 2003). B. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy) Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal, atau batu buli-buli tanpa melalui tindakan invasive dan tanpa pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehinga mudah mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak jarang pecahan ini meniimbulkan kolik dan hematuria (Purnomo, 2003). C. Endourologi Tindakan endourologi adalah tindakan invasive minimal untuk mengeluarkan batu saluran keih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung kedalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai energy hidraulik, energy gelombang suara, atau dengan enersi laser. Beberapa tindakan endourologi itu adalah 1) PNL (Percutaneus Nephro Litholapaxy), 2) Litotripsi, 3) Ureteroskopi atau uretero-renoskopi, 4) Ekstraksi Dormia (Purnomo, 2003). D. Bedah Laparoskopi Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini sedang berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter. E. Bedah Terbuka Di klinik yang belum mempunyai fasilitas endourologi, laparoskopi, maupun ESWL, pengambilan batu masih dilakukan melalui mel alui pembedahan terbuka. pembedahan terbuka itu antara lain adalah pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran ginjal, dan
ureterolitotomi untuk batu di ureter. Tidak jarang pasien menjalani tindakan nefrektomi atau pengambilan ginjal karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis), korteksnya sudah sangat tipis, atau mengalami pengkerutan akibat batu saluran kemih yang menimbulkan obstruksi dan infeksi yang menahun (Purnomo, 2003).
H. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi dari batu kandung kemih ini adalah : 1. Hidronefrosis Adalah pelebaran pada ginjal serta pengisutan jari ngan ginjal, sehingga ginjal menyerupai sebuah kantong yang berisi kemih, kondisi ini terjadi karena tekanan dan aliran balik ureter dan urine ke ginjal akibat kandung kemih tidak mampu lagi menampung urine. Sementara urine terus-menerus bertambah dan tidak bisa dikeluarkan. Bila hal ini terjadi maka, akan timbul nyeri pinggang, teraba benjolan basar didaerah ginjal dan secara progresif dapat terjadi gagal ginjal. 2. Uremia Adalah peningkatan ureum didalam darah akibat ketidak mampuan ginjal menyaring hasil metabolisme ureum, sehingga akan terjadi gejala mual muntah, sakit kepala, penglihatan kabur, kejang, koma, nafas dan keringat berbau urine. 3. Pyelonefritis Adalah infeksi ginjal yang disebabkan oleh bakteri yang naik secara assenden ke ginjal dan kandung kemih. Bila hal ini terjadi maka akan timbul panas yang tinggi disertai mengigil, sakit pinggang, disuria, poliuria, dan nyeri ketok kosta vertebra. 4. Gagal ginjal akut sampai kronis 5. Obstruksi pada kandung kamih 6. Perforasi pada kandung kemih 7. Hematuria atau kencing darah 8. Nyeri pingang kronis kronis 9. Infeksi pada saluran ureter dan vesika urinaria oleh batu.
I. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan karena prosudur pembedahan 2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan sekunder terhadap : prosedur bedah, prosedur alat invasif, alat selama pembedahan kateter, irigasi kandung kemih. 3. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan batu pada vesika urinaria 4. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan shuhu tubuh karena terdapat inflamasi jaringan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth (2002). Keperawatan Medikal Bedah, Bedah, edisi 8, volume 2, EGC.Jakarta. Carpenito, Linda Juall (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan (terjemahan).PT (terjemahan).PT EGC, Jakarta. Digiulio Mary, dkk (2007). Medical Surgical Nursing Demystified . New York Chicago. Doenges,et al, (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan),PT (terjemahan), PT EGC. Jakarta. San Fransisco Lisbon London , (1999). Mexico Mexico City Milan New Delhi San Juan Seoul , Singapore Sydney Toronto. Soeparman, (1990). Ilmu (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. Sylvia dan Lorraine (1999). Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit . Edisi empat, buku kedua. EGC. Jakarta. www.laporan-pendahuluan-askep.com
Diagnosa keperawatan/
NOC
Masalah kolaborasi
NIC
Nyeri (akut) berhubungan
Tujuan :
Monitor :
dengan terputusnya
Setelah dilakukan asuhan
Monitor tanda tanda vital
kontinuitas jaringan karena
keperawatan selama 3x24 jam ,
Monitor tanda tanda infeksi
prosudur pembedahan
nyeri teradaptasi/hilang
Monitor perfusi janringan perifer (cyanosis,
Kriteria hasil :
Skala nyeri menurun
Ekspresi wajah tenang
Ungkapan verbal pasien bahwa nyeri berkurang
diaphoresis, akral dingin, CRT<2dtk)
Monitor kualitas nyeri paasien
Observasi, reaksii non
atau hilang
verbal dan
Istirahat cuukup
ketidaknyamanan.
Pasien mampu mengatasi nyeri dengan beberapa teknik non farmakologi
Mandiri :
Ttd dalam batas normal
Evaluasi keluhan nyari/ketidaknyamanan perhatikan lokasi dan karaterisitk, termasuk intensitas, skala (0-10)
Berikan alternative tindakan kenyamanan untuk mengurangi factor presipitasi nyeri
Gunakan komunikasi terapautik untuk mengetahui pengalaman nyari pasien
Pendidikan Kesehatan :
Ajarkan tehnik manajemen stress
Ajarkan tehnik distraksi (latihan nafas dalam, imajinasi, visualisasi, mendengarkan musi)
Kolaborasi :
Berikan analgestik untuk mengurangi nyeri
Resiko tinggi terhadap
Tujuan :
infeksi berhubungan
Setelah dilakukan tindakan
dengan trauma jaringan
keperawatan selama 1x24 jam,
sekunder terhadap :
infeksi tidak terjadi
Monitor :
baik local maupun sistemik
prosedur bedah, prosedur alat invasif, alat selama pembedahan kateter,
Monitor tanda tanda infeksi
Monitor tanda infeksi pada bagian tubuh yang rentan
Kriteria hasil :
irigasi kandung kemih.
Tidak terdapat tanda tanda
terkena infeksi
infeksi
Tanda tanda vital da;am
Monitor jumlah sel darah putih
Monitor tanda tanda vital
batas normal
Jumlah leukosit dalam batas normal (3500-
Mandiri :
10000/uL)
Menunjukan higine
Lakukan perawatan kulit yang adekuat pada kulit
Melaporkan tanda infeksi
yang bengkak/edema
Meruubah gaya hidup untuk mengurangi resiko infeksi
bila perlu
pribadi yang adekuat
pada petugas kesehatan
Lakukan isolasi pada pasien
Hasil kultur negatif
Inspeksi kondisi luka maupun luka insisi bedah
Lakukan pengambilan kultur
Pendidikan kesehatan :;
Anjurkan nutrisi dan cairan yang adekuat pada pasien
Anjurkan pasien istirahat dan exercise cukup
Ajari pasien dan keluarga untuk mencegah infeksi
Kolaborasi :
Kurangi penggunaan cabe atau lada dalam diet makanan
Laporkan bila terdapat tanda tanda infeksi
Laporkan bila hasil kultur positif
Berikan antibiiotik bila diitemukan tanda tanda infeksi
Gangguan eliminasi urine
Tujuan :
berhubungan dengan dengan batu
Eliminasi urine adekuat setelah
pada vesika urinaria
dilakukan tindakan keperawatan
Monitor :
Monitor intake dan output
Mandiri : Kriteris hasil :
Kandungkemih kosong
Merangsang reflek kandung kemih dengan menerapkan
Tidak ada residu urine >
kompres dingin pada perut
Membantu pasien BAK
Intake cairan dalam rentang normal
Berikan posisi nyaman
secara penuh
100-200 cc
Bebas dari ISK
Pendidikan kesehatan :
Tidak ada spasme bleder
Balance cairan seimbang
Anjurkan pasien dan keluarga untuk merekam output urine
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian medika mentosa dengan tim dokter