1. Definisi
Istilah hernia berasal dari bahasa Latin yaitu herniae yang berarti penonjolan isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus (Giri Made Kusala, 2009). Hernia adalah prostrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia (Syamsuhidayat, 2004).
Hernia adalah defek dalam dinding
abdomen yang memungkinkan isi abdomen (seperti peritoneum, lemak, usus atau kandung kemih) memasuki defek tersebut, sehingga timbul kantong berisikan materi abnormal (Tambayong,2000). (Tambayong,2000). Hernia inguinalis adalah hernia yang paling umum terjadi dan muncul sebagai tonjolan di selangkangan atau skrotum. Hernia inguinalis terjadi ketika dinding abdomen berkembang sehingga usus menerobos kebawah melalui celah. Hernia tipe ini sering terjadi pada laki-laki dari pada perempua (Huda dan Kusuma,2015)
2. Etiologi a.
Umur Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun wanita. Pada orang dewasa khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit yang yang menyebabkan peningkatan peningkatan tekanan dalam rongga rongga perut.
b.
Jenis Kelamin Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis hernia Inguinal. Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah selangkangan, hal ini disebabkan oleh proses perkembangan alat
reproduksi. Penyebab lain laki-laki lebih banyak terkena penyakit ini disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh pabrik. Profesi buruh yang sebagian besar pekerjaannya mengandalkan kekuatan otot mengakibatkan adanya peningkatan tekanan dalam rongga perut sehingga menekan isi hernia keluar dari otot yang lemah tersebut. c.
Penyakit penyerta Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada kondisi tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing atau pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau konstipasi kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat memicu terjadinya tekanan berlebih pada abdomen yang dapat menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang lemah ke dalam kanalis inguinalis.
d.
Keturunan Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
e.
Obesitas Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh, termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
f.
Kehamilan Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi tekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus terjadinya hernia.
g.
Pekerjaan Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang berat dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-otot abdomen. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
h.
Kelahiran premature Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada bayi yang lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis belum sempurna, sehingga memungkinkan menjadi jalan bagi keluarnya organ atau usus melalui kanalis inguinalis tersebut. Apabila seseorang pernah terkena hernia, besar kemungkinan ia akan mengalaminya lagi. (Giri Made Kusala, 2009).
3.
Tanda dan Gejala
a. Nyeri Kolik Menetap b. Suhu Badan Normal atau Normal/meninggi c. Denyut Nadi Normal/meninggi atau Meninggi/tinggi sekali d. Leukosit Normal atau Leukositosis e. Adanya benjolan (biasanya asimptomatik) Keluhan yang timbul berupa adanya benjolan di daerah inguinal dan atau skrotal yang hilang timbul. Timbul bila terjadi peningkatan tekanan intra peritoneal misalnya mengedan, batuk-batuk, tertawa, atau menangis. Bila pasien tenang, benjolan akan hilang secara spontan. f. Nyeri Keluhan nyeri pada hernia ini jarang dijumpai, kalaupun ada dirasakan di daerah epigastrium atau para umbilikal berupa nyeri viseral akibat regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantung hernia (Jennifer, 2007). Bila usus tidak dapat kembali karena jepitan oleh anulus inguinalis, terjadi gangguan pembuluh darah dan gangguan pasase segmen usus yang terjepit. Keadaan ini disebut hernia strangulata. Secara klinis keluhan pasien adalah rasa sakit yang terus menerus. g. Gangguan pasase usus seperti abdomen kembung dan muntah. h. Pada Inspeksi : saat pasien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan diregio ingunalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah.
f. Palpasi: kantong hernia yang kosong dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ maka tergantung isinya, g. Pada palpasi mungkin teraba usus, omentum ( seperti karet ), ata u ovarium
4. Patofisiologi
Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau sebab yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada laki-laki ketimbang pada perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu, diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia.Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital (Erfandi, 2009).Pada orang tua kanalis inguinalis telah menutup. Namun karena merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat, kanal tersebut dapat
terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan Nervus Ilioinguinalis dan Nervus Iliofemoralis setelah apendiktomi(Erfandi, 2009).
5. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi 1) Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan mneghilang setelah berbaring. 2) Hernia inguinal
Lateralis : muncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral ke medial, tonjolan berbentuk lonjong.
Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.
3) Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum yang merupakan tojolan lanjutandari hernia inguinalis lateralis. 4) Hernia femoralis : benjolan dibawah ligamentum inguinal. 5) Hernia epigastrika : benjolan dilinea alba.\ 6) Hernia umbilikal : benjolan diumbilikal. 7) Hernia perineum : benjolan di perineum. b. Palpasi Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum (AIL) ditekan lalu pasien disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah medial maka dapat diasumsikan bahwa itu hernia inguinalis medialis. Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM) ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral titik yang kita tekan maka dapat diasumsikan sebagai nernia inguinalis lateralis. Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis inguinalis) ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateralnya berarti hernia inguinalis lateralis jika di medialnya hernia inguinalis medialis. 1) Hernia inguinalis : kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dua permukaan sutera, tanda ini disebut sarung tanda sarung tangan sutera. Kantong hernia yang berisi mungkin teraba usus, omentum (seperti karet), atau ovarium. Dalam hal hernia dapat direposisi pada waktu jari masih berada dalam annulus eksternus, pasien mulai mengedan kalau hernia
menyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis dan kalau samping jari yang menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis. lipat paha dibawah ligamentum inguina dan lateral tuberkulum pubikum. 2) Hernia femoralis : benjolan lunak di benjolan dibawah ligamentum inguinal 3) Hernia inkarserata : nyeri tekan. c. Perkusi Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan kemungkinan hernia strangulata. Hipertimpani, terdengar pekak. d. Auskultasi Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata). (Hudack& Gallo, 2007).
6. Pemeriksaan Penunjang a.
Pemeriksaan darah lengkap Menunjukan peningkatan sel darah putih, serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi
(peningkatan
hematokrit),
dan
ketidakseimbangan elektrolit. Pemeriksaan koagulasi darah: mungkin memanjang, mempengaruhi homeostastis intraoperasi atau post operasi b. Pemeriksaan urine
Munculnya sel darah merah atau bakteri yang mengidentifikasikan infeksi. c.
Herniografi.
d. USG e.
CT dan MRI
f.
Laparaskopi
g. Operasi Eksplorasi
7. Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan
A. Medis Setiap penderita hernia inguinalis lateralis selalu harus diobati dengan jalan pembedahan. Pembedahan secepat mungkin setelah diagnosa ditegakkan. Adapun prinsip pembedahan hernia inguinalis lateralis adalah : 1) Herniotomy : membuang kantong hernia, ini terutama pada anak – anak karena dasarnya dalah kongenital tanpa adanya kelemahandinding perut. 2) Herniorrhaphy : membuang kantong hernia disertai tindakan bedah plastik
untuk
memperkuat
dinding
perut
bagian
bawah
di
belakangkanalis inguinalis. Pada pasien yang didapatkan kontraindikasi pembedahan atau men olak dilakukan pembedahan dapat dianjurkan untuk memakai sabuk hernia (truss). Sabuk itu dipakai waktu pagi dimana penderita aktif dan dilepas pada waktu istirahat (malam). B. Manajemen keperawatana. 1) Pre operasi : Pengkajian : ditujukan pada nyeri, ada tonjolan pembengkakan daerahinguinal, cemas, tingkat pengetahuan pasien tentang hernia dan p enanganannya. Pengkajian juga ditujukan pada riwayat Diagnosa keperawatan : masalah keperawatan yang bisa muncul adalah gangguan kenyamanan, kecemasan, kurang pengetahuan Intervensi keperawatan (secara umum) ; beri posisi kepala tempat tidur ditinggikan, bila hernia turun/menonjol dimasukan kembali secara manual, anjurkan menggunakan sabuk hernia, beri analgesik sesuai advis, hindari manuever yang bisa meningkatkan tekanan intra abdominal : batuk kronik, angkat berat, mengedan secara kuat dan anjurkan untuk kompres dingin pada daerah yang bengkak.
2) Post operasi Dihubungkan dengan pembedahan umum lainnya seperti masalah resikotinggi infeksi, masalah gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan lukaoperasi, dan pendidikan pasien untuk perencanaan pulang. Hernia inguinalis lateralis reponibilis dilakukan tindakan bedah elektif karena di takutkan akan terjadi komlikasi yaitu Herniatomy dan Herniagrafi. Bedah elektif adalah kanalis di buka, isi hernia di masukkan kantong di ikat dan di lakukan bassiny plasty untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernia inkarserata dan strangulasi dilakukan bedah darurat yaitu cincin hernia di cari dan di potong usus dilihat apakah vital atau tidak bila vital dikembalikan ke rongga perut dan bila tidak di lakukan reseksi usus dan Anastomisis.
8. Analisa Data A. Pra-Operatif No
Data
Etiologi
Masalah
1
DS: - Laporan secara verbal DO: - Posisi untuk menahan nyeri - Tingkah laku berhati-hati - Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai) - Terfokus pada diri sendiri - Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan) - Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang) - Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil) - Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku) - Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah) - Perubahan dalam nafsu makan dan minum
Agen injury biologis
Nyeri Akut
2
DS :Menyatakan secara verbal adanya masalah DO: ketidakakuratan mengikuti instruksi, perilaku tidak sesuai
Kurang Informasi
Kurang Pengetahuan
3
DO/DS: - Insomnia - Kontak mata kurang - Kurang istirahat - Berfokus pada diri sendiri - Iritabilitas - Takut - Nyeri perut - Penurunan TD dan denyut nadi - Diare, mual, kelelahan - Gangguan tidur
Kurang pengetahuan tentang pembedahan yang akan dilaksanakan
Ansietas
-
Gemetar Anoreksia, mulut kering Peningkatan TD, denyut nadi, RR Kesulitan bernafas Bingung Bloking dalam pembicaraan Sulit berkonsentrasi
B. Post-Operatif
No Data
Etiologi
Masalah
1
intake
Ketidaksei
makanan
mbangan
tidak
nutrisi
adekuat
kurang dari
DS : - pasien mengatakan nyeri abdomen -
pasien mengeluh kejang perut
-
pasien mengatakan tidak nafsu makan
DO -
rontok rambut yang berlebihan kurang nafsu makan bisisng usus berlebihan konjungtiva pucat denyut nadi lemah
kebutuhann tubuh
9. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul A. Pra-Operatif
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologis 2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi 3. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pembedahan yang akan dilaksanakan
B. Post- Operatif
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhann tubuh berhubungan dengan intake makanan tidak adekuat
10. Nursing C are Planning A. Pra Operatif NO
1
Diagnosa Keperawa tan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…. Pasien akut tidak mengalami nyeri, berhubun dengan:Kriteria Hasil: Pain Level gan Pain control dengan Comfort level Indikator I E agen R R injury 1. Mampu 5 biologis mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) 2. Melaporkan 5 bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri 3. Mampu 5 mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) 4. Menyatakan rasa 5 nyaman setelah nyeri berkurang 5. Tanda vital 5 dalam rentang normal 6. Tidak mengalami 5 gangguan tidur
Nyeri
Intervensi Pain Management 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan 3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan 4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri 6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi 7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dalam, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin 8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……... 9. Tingkatkan istirahat 10. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur 11. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
2
Ket: 1. Keluhan Ekstrim 2. Keluhan Berat 3. Keluhan Sedang 4. Keluhan Ringan 5. Tidak ada keluhan Setelah dilakukan tindakan Kurang keperawatan selama…. pengetah Diharapkan pasien uan menunjukkan pengetahuan berhubu tentang proses penyakit dengan kriteria hasil: ngan Knowledge : disease process Knowledge : health Behavior dengan Indikator I E kurang R R 5 pemaha 1. Pasien dan
man tentang
keluarga menyatakan pemahaman
proses
tentang penyakit,
penyakit
kondisi, prognosis dan program pengobatan 2. Pasien dan
5
keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar 3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya Ket: 1. Keluhan Ekstrim
5
Teaching: Disease Process 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat. 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat 4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat 5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat 6. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat 7. Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat 8. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan 9. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan 10. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
3
2. Keluhan Berat 3. Keluhan Sedang 4. Keluhan Ringan 5. Tidak ada keluhan Ansietas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama… pasien berhubun kecemasan teratasi dgn kriteria gan hasil Anxiety self-control dengan Anxiety level kurang Coping Indikator I E pengetah R R uan 1. Pasien mampu 5 mengidentifikasi tentang dan pembedah mengungkapkan gejala cemas an yang 5 2. Mengidentifikasi, akan mengungkapkan dan menunjukkan dilaksana tehnik untuk kan mengontol cemas 3. Vital sign dalam 5 batas normal 4. Postur tubuh, 5 ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan Ket: 1. Keluhan Ekstrim 2. Keluhan Berat 3. Keluhan Sedang 4. Keluhan Ringan 5. Tidak ada keluhan
Anxiety Reduction (penurunan kecemasan) 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien 3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur 4. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut 5. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis 6. Libatkan keluarga untuk mendampingi pasien 7. Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi 8. Dengarkan dengan penuh perhatian 9. Identifikasi tingkat kecemasan 10. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan 11. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi 12. Kelola pemberian obat anti cemas:.......
B. Post-Operatif NO
1
Diagnosa Keperawa tan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Ketidaks eimbang
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
utrition Management
an nutrisi kurang dari kebutuha nn tubuh berhubun gan dengan intake makanan tidak adekuat
selama….pasien dapat mengontrol kebutuhan nutrisinya Kriteria Hasil: Nutrional Status Indikator 1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan 2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan 3. Mampu mengidentifik asi kebutuhan nutrisi 4. Tidak ada tanda tanda malnutrisi 5. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Ket: 1. Keluhan Ekstrim 2. Keluhan Berat 3. Keluhan Sedang 4. Keluhan Ringan 5. Tidak ada keluhan
I R
E R 5
5
5
5
5
1. Kaji adanya alergi makanan 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien. 3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C 5. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi 6. Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi) 7. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian. 8. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori 9. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi 10. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan Nutrition Monitoring 1. BB pasien dalam batas normal 2. Monitor adanya penurunan berat badan 3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan 4. Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan 5. Monitor lingkungan selama makan 6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
7. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi 8. Monitor turgor kulit 9. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah 10. Monitor mual dan muntah 11. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht 12. Monitor makanan kesukaan 13. Monitor pertumbuhan dan perkembangan 14. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva 15. Monitor kalori dan intake nuntrisi 16. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral 17. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
DAFTAR PUSTAKA
C.P Evelyn (2011). Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. PT Gramedia. Jakarta Nurarif A.H, H. Kusuma (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 1-2. MediaAction Publishing. Yogyakarta T.H Herdinan, S.Kamitsuru (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. EGC . Jakarta http://coretaniwin.blogspot.co.id/2016/08/laporan-pendahuluan-hernia.html http://singgihbayu77.blogspot.co.id/2015/01/laporan-pendahuluan-hernia.html https://setiakawan29.blogspot.com/2015/10/lp-hernia.html http://lutfyaini.blogspot.co.id/2014/05/laporan-pendahuluan-dan-askephernia.html
LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA DI POLIKLINIK BEDAH RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Program Profesi Ners Stase Keperawatan Medikal Bedah
OLEH : TITAH PALUPI NIM. 17.31.1010
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS STIKES CAHAYA BANGSA BANJARMASIN TAHUN 2017/2018
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA DI POLIKLINIK BEDAH RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN
OLEH : TITAH PALUPI NIM.17.31.1010
Banjarmasin, Maret 2018 Mengetahui,
Preseptor Akademik
(Liya Herlina, S.Kep.,Ns)
Preseptor Klinik
( Nurul Sa’adah, S.Kep., Ns )