BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Diperk Diperkirak irakan an terjad terjadii sekita sekitarr 10.000 10.000 kasus kasus cedera cedera tulang tulang belaka belakang ng dalam setahun, terutama pada pria muda yang belum menikah. Biaya yang harus harus dikelu dikeluark arkan an untuk untuk pengob pengobatan atan rehabi rehabilita litasi si dan cacat cacat sangat sangat besar besar.. Penyebab Penyebab utama cedera adalah akibat kecelakaan mobil, didikuti oleh cedera karena jatuh dan cedera olah raga. Kecelakaan Kecelakaan pada olah raga kntak fisik dan menyelam merupakan penyebab utama kuadriplegia. Penang Penangana anan n akut akut pada pada cedera cedera tulang tulang belaka belakang ng dimula dimulaii pada pada saat dicurigai terjadi cedera dan difkuskan pada tujuan primer pengobatan yaitu memaksimalka memaksimalkan n pulihnya pulihnya neurologic neurologic,, memulihkan memulihkan alignment alignment normal, normal, dan mencegah mencegah terjadinya terjadinya komplikasi komplikasi sekunder sekunder.. Tujuan Tujuan ini dapat dicapai hanya hanya dengan dengan mengga menggabun bungka gkan n usaha usaha sebuah sebuah tim yang yang terdiri terdiri dari dari berbag berbagai ai latar latar belakang ilmu pengetahuan multidispliner!.
B.
Tujuan
Tujuan penulisan laporan pendahuluan ini adalah " #engetahui hui dan memaham memahamii tentang tentang trauma trauma tulang tulang belaka belakang, ng, proses proses a. #engeta penyakit dan penatalaksanaan yang diberikan. #engetahui dan memahami memahami mengenai mengenai asuhan kepera$atan kepera$atan pada kasus b. #engetahui dengan trauma tulang belakang #ampu menerap menerapkan kan proses proses asuhan asuhan kepera$ kepera$atan atan pada pada kasus kasus dengan dengan c. #ampu trauma tulang belakang
BAB II TINJAUAN TEORI
A.
Definisi
%edera tulang belakang adalah cedera mengenai cer&icalis, &ertebralis, dan lubalis akibat trauma ' jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olah raga dsb. #edula spinalis terdiri dari (1 segmen jaringan syaraf yang masing) masing memiliki sepasang syaraf spinal yang keluar dari kanalis &ertebralis melalui foramina inter&ertebrales lubang pada tulang &ertebra!. Berdasarkan tempat keluarnya, syaraf spinal dibagi menjadi * bagian yaitu"
1.
Saraf servikalis (8 pasang)
2.
Saraf torakalis (12 pasang)
3.
Saraf lumbalis (5 pasang)
4.
Saraf sakralis (5 pasang)
5.
Saraf koksigeal (1 pasang) +emua saraf spinal kecuali bagian torakal, pada bagian &entralnya saling
terjalin membantuk jalinan saraf yang disebut fleksus. Dengan demikian terbentuk lima buah fleksus yaitu" fleksus ser&ikalis' brakialis, lumbalis, sakralis, koksigealis. Pada setiap fleksus ini terdapat cabang)cabang yang menuju pada bagian)bagian yang dipersarafi.
1. Fleksus servikalis (C1C4) !empersarafi le"er #an belakang kepala. Sala" satu saraf $ang penting a#ala" saraf frenikus $ang memper#arafi #iafragma. 2. Fleksus brakialis (C5%1 & %2)
!empersarafi ekstrimitas atas. Cabangcabangn$a $ang penting pa#a tangan a#ala" saraf ra#ialis' me#ianus #an ulnaris. 3. Sarafsaraf torakal (%3%11) %i#ak membentuk fleksus tetapi keluar #ari ruang interkostal sebagai saraf interkostalis. !empersarafi otototot ab#omen bagian atas' kulit #a#a #an ab#omen. 4. Fleksus umbalis (%124) fleksus sakralis (4S4) #an fleksus koksigealis (4saraf koksigealis) *agian ini mempersarafi kulit #an otototot tubu" bagian ba+a" serta ekstrimitas bagian ba+a". Saraf utama pa#a fleksus ini a#ala" saraf iskia#ikus $ang merupakan saraf terbesar #alam tubu". Saraf iscia#ikus $ang menembus bokong #an bagian belakang pa"a ini memiliki cabang $ang sangat ban$ak. Cabangcabangn$a tersebut kemu#ian mempersarafi otot pa"a posterior' tungkai ba+a" ' sebagian besar kulit tungkai ba+a". Se#angkan perineum #ipersarafi k"usus ole" pleksus koksigealis.
B.
Etiologi
%edera tulang belakang terjadi sebagai akibat " 1.
atuh dari ketinggian, misal pohon kelapa, kecelakaan ditempat kerja.
2.
Kecelakaan lalu lintas
3.
Kecelakaan olah raga %edera terjadi akibat hiperfleksi, hiperekstensi, kompresi atau rotasi
tulang belakang. Didaerah torakal tidak banyak terjadi karena terlindung oleh struktur torak. -raktur dapat berupa patah tulang sederhana, kompresi, kominutif, dan dislokasi, sedangkan kerusakan sumsum tulang belakang dapat berupa memar, kontusio, kerusakan melintang, laserasi dengan atau tanpa gangguan peredaran darah, atau perdarahan. Kelainan sekunder pada sumsum tulang belakang
dapat disebabkan oleh hipoksemia dan iskemia. skemia disebabkan hipotensi, udem, atau kompresi. Perlu
disadari bah$a
kerusakan
pada sumsum tulang belakang
merupakan kerusakan yang permanent karena tidak akan terjadi regenerasi dari jaringan saraf. Pada fase a$al setelah trauma tidak dapat dipastikan apakah gangguan fungsi disebabkan oleh kerusakan sebenarnya dari jaringan saraf atau disebabkan oleh tekanan, memar atau udem.
C.
Patofisiologi
/kibat suatu trauma mengenai tulang belakang mengakibatkan patah tulang belakang paling banyak ser&ikalis dan lumbalis. -raktur dapat berupa patah tulang sederhana, kompresi, kominutif, dan dislokasi. +edangkan sumsum tulang belakang dapat berupa memar, kontusio, kerusakan melintang, laserasi dengan atau tanpa gangguan peredaran darah.
D.
Tanda dan Gejala
ambaran klinik bergantung pada lokasi dan besarnya kerusakan yang terjadi. Kerusakan melintang manifestasinya " hilangnya fungsi motorik maupun sensorik kaudal dari tempat kerusakan di sertai syok spinal. +yok spinal terjadi pada kerusakan mendadak sumsum tulang belakang karena hilangnya rangsang dari pusat. Ditandai dengan" 1.
Kelumpuhan flasid
2.
/refleksi
3.
ilangnya prespirasi
4.
angguan fungsi rectum dan kandung kemih
5.
Priapismus
6.
Bradikardi dan hipotensi. +etelah syok spinal pulih kembali, akan terdapat hiperrefleksi. Terlihat
pula tanda gangguan fungsi autonom, berupa kulit kering karena tidak berkeringat dan hipotensi ortostatik serta gangguan kandung kemih dan gangguan defekasi. +indrom sumsum belakang bagian depan menunjukkan kelumpuhan otot lurik diba$ah tempat kerusakan disertai hilangnya rasa nyeri dan suhu pada kedua sisinya, sedangkan rasa raba dan posisi tidak terganggu. %edera sumsum belakang sentral jarang ditemukan. Keadaan ini pada umumnya terjadi akibat cedera didaerah ser&ikal dan disebabkan oleh hiperekstensi mendadak sehingga sumsum belakang terdesak dari dorsal oleh ligamentum fla&um yang terlipat. #anifestasinya berupa tetraparese parsial. angguan pada ekstermitas ba$ah lebih ringan daripada ekstremitas atas, sedangkan daerah perianal tidak terganggu. +indrom Bro$n)+e2uard disebabkan oleh kerusakan separuh lateral sumsum tulang belakang. ejala klinik berupa gangguan motorik dan hilangnya rasa &ibrasi dan posisi ipsilateral' di kontralateral terdapat gangguan rasa nyeri dan suhu. Kerusakan tulang belakang setinggi &ertebra 31)34 mengakibatkan anesthesia perianal, gangguan fungsi defekasi, miksi, impotensi serta hilangnya refleks anal dan refleks bulboka&ernosa. +indrom ini disebut sindrom konus medularis. +indrom kauda e2uine disebabkan oleh kompresi pada radiks lumbo sacral setinggi ujung konus medularis dan menyebabkan kelumpuhan dan anesthesia di daerah lumbosakral yang mirip dengan sindrom konus medularis.
E.
Peeriksaan Penunjang 1.
+inar 5 spinal " untuk menentukan lokasi dan jenis cedera tulang belakang fraktur atau dislokasi!
2.
%T scan " untuk menentukan tempat luka6jejas
F.
3.
#7 " untuk mengidentifikasi kerusakan syaraf spinal
4.
-oto rongent thorak " mengetahui keadaan paru
5.
/D " menunjukkan keefektifan pertukaran gas dan upaya &entilasi
Pengkajian 1.
/kti&itas dan istirahat " kelumpuhan otot terjadi kelemahan selama syok spinal
2.
+irkulasi " berdebar)debar, pusing saat melakukan perubahan posisi, hipotensi, bradikardia, ekstremitas dingin atau pucat
3.
8liminasi " inkontinensia defekasi dan berkemih, retensi urine, distensi perut, peristaltic usus hilang
4.
ntegritas ego " menyangkal, tidak percaya, sedih dan marah, takut, cemas, gelisah dan menarik diri
5.
Pola makan " mengalami distensi perut, peristaltic usus hilang
6.
Pola kebersihan diri " sangat tergantung dalam melakukan /D3
7.
9eurosensori " kesemutan, rasa terbakar pada lengan atau kaki, paralisis flasid, hilangnya sensasi dan hilangnya tonus otot, hilangnya refle, perubahan reaksi pupil, ptosis
8.
9yeri6kenyamanan " nyeri tekan otot, hiperestesi tepat di atas daerah trauma, dan mengalami deformitas pada darah trauma
9.
Pernapasan " napas pendek, ada ronkhi, pucat, sianosis
10. Keamanan
G.
" suhu yang naik turun
Diagnosa ke!era"atan 1.
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelumpuhan otot difragma
2.
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelumpuhan
3.
angguan eliminasi al&i6konstipasi berhubungan dengan gangguan persarafan pada usus dan rectum
4.
Perubahan pola eliminasi urine berhubunagn dengan kelumpuhan syaraf perkemihan
5.
H.
angguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama
Peren#aan ke!era"atan
No Diagnosa $e!era"atan
1.
Peren#anaan $e!era"atan Tujuan dan $riteria %asil Ren#ana Tindakan Pola napas tidak efektifTujuan" ) Pertahankan jalan napas, posisikan kepala berhubungan dengan tanpa gerak kelumpuhan otot) +etelah dilakukan tindakan ) Kaji kecepatan, kedalaman, frekuensi, pera$atan irama, dan bunyi nafas, adanya sianosis.
difragma
Kriteria hasil" ) ) Klien mengatakan tidak sesak nafas lagi ) ) 7etraksi dinding dada tidak ada ) Pola nafas reguler )
) 77 " 1:)4; <6m ) /D normal
4.
Kerusakan mobilitas +etelah dilakukan tindakan fisik berhubungan kepera$atan diharapkan dengan kelumpuhan pasien " ) Tidak ada konstraktur
) Kekuatan otot meningkat ) Pasien mampu beraktifitas kembali secara bertahap
(.
;.
A.
Kelola6kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi oksigen 4); 36m! 3akukan pengisapan lendir dengan hati) hati tekanan, cara dan lama! selama 10)1* detik, catat sifat, $arna, dan bau sekret. /pabila klien sudah sadar, anjurkan dan ajak latihan nafas dalam. ) Kolaborasi untuk pemeriksaan analisa gas darah ) Kolaborasi pemasangan 8ndotrakeal Tube kalau perlu ) #onitor pola pernafasan tiap 4); jam
) Kaji teratur fungsi motorik ) nstruksikan pasien untuk memanggil bila minta pertolongan ) 3akukan log rolling ) Pertahankan sendi =0 derajat terhadap papan kaki ) >kur tekanan darah sebelum dan sesudah log rolling ) nspeksi kulit setiap hari ) Berikan relaksan otot sesuai indikasi seperti dia?epam
angguan eliminasi+etelah dilakukan tindakan al&i6konstipasi kepera$atan diharapkan klien berhubungan dengantidak menunjukkan adanya gangguan persarafangangguan eliminasi pada usus dan rectum al&i6konstipasi Kriteria hasil " Pasien bisa B/B secara teratur sehari 1 kali
) /uskultasi bising usus, catat lokasi dan
Perubahan pola eliminasi urine berhubunagn dengan kelumpuhan syaraf perkemihan
) Kaji pola berkemih ) %atat produksi urine tiap jam ) Palpasi kemungkinan adanya distensi
+etelah dilakukan tindakan kepera$atan diharapkan klien pola eliminasi kembali normal selama pera$atan Kriteria hasil " Produksi urine *0 cc6jam Keluhan eliminasi urine tidak ada angguan integritas kulit+etelah dilakukan tindakan berhubungan dengan tirahkepera$atan diharapkan klien baring lama tidak terjadi gangguan integrits kulit selama pera$atan Kriteria hasil " Tidak ada dekubitus Kulit kering
Daftar Pustaka
) ) ) ) )
karakteristiknya @bser&asi adanya distensi perut %atat adanya keluhan mual dan ingin muntah Pemasangan 9T Berikan diet seimbang TKTP Berikan obat sesuai indikasi
kandung kemih ) Pemasangan kateter
) ) ) ) )
nspeksi seluruh lapisan kulit 3akukan perubahan posisi sesuai indikasi Bersihkan dan keringkn kulit aga alas tidur agar tetap kering Berikan terapi kinetic sesuai kebutuhan
Closkey JC & Bulechek. 1996. Nursing Intervention Classification. 2nd ed. Mosby Year Book.
Johnson M, dkk. 2000. Nursing Outcome Classification (NOC). Second edition. Mosby. ismi#ar' 1,,-' Proses Keperawatan ' akarta' /0. eksopro#o Soelarto' 1,,5. Kumpulan kuliah ilmu bedah. *inarupa ksara' akarta. Samsu"i#aat' . 1,,. Buku ajar ilmu bedah . 6C' akarta
!"!. 200#$2006. Nursing Diagnosis: Deffinition & Classification. %hiladhelhia. 9elhaus, . +tumpf, D./. #oe, P..,1=A, Neurological and Neuromusculer Disorder, Current Pediatric Diagnosis, inth ed. Price, +./. 400*. Patofisiologi Konsep Klimik Prose-proses Penyakit Bag. II . 8%, akarta.