BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH 1.1.1. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Cempaka Putih 1.1.1.1. Keadaan Geografis a.
Letak Wilayah
Kecamatan Cempaka Putih adalah salah satu kecamatan yang berada di wilayah Kotamadya Jakarta Pusat, terdiri dari Kelurahan Cempaka Putih Timur, Cempaka Putih Barat dan Rawasari. b.
Batas Wilayah Kecamatan Cempaka Putih
1. Sebelah Utara : Jl. Let. Jendral Suprapto (berbatasan dengan Kecamatan Kemayoran) 2. Sebelah Barat : Rel Kereta Api Stasiun Kramat, Jl. Mardani, Jl.Percetakan Negara (berbatasan dengan Kecamatan Johar Baru) 3. Sebelah Selatan : Jl. Pramuka Raya (berbatasan dengan Kecamatan Matraman)
c. Luas Wilayah Tabel 1.1 Luas Wilayah Kecamatan Kecamatan Cempaka Putih Kelurahan
Luas Wilayah Jumlah RW Jumlah RT (Ha) Cempaka Putih Barat 121.87 Ha 13 151 Cempaka Putih Timur 222.06 Ha 8 106 Rawasari 124.75 Ha 9 109 Jumlah 468.68 Ha 30 366 (Sumber : Laporan Tahunan Kantor Kecamatan Cempaka Putih dan Kantor Lurah
CPB I, CPB II, CPT dan Rawasari)
Dilihat dari data pada tabel di atas Cempaka Putih Timur memiliki wilayah sekitar 222.06 Ha dan merupakan wilayah wila yah terluas dibandingkan dengan Cempaka Putih Barat dan Rawasari.
1.1.1.2. Keadaan Demografi Jumlah Penduduk
c. Luas Wilayah Tabel 1.1 Luas Wilayah Kecamatan Kecamatan Cempaka Putih Kelurahan
Luas Wilayah Jumlah RW Jumlah RT (Ha) Cempaka Putih Barat 121.87 Ha 13 151 Cempaka Putih Timur 222.06 Ha 8 106 Rawasari 124.75 Ha 9 109 Jumlah 468.68 Ha 30 366 (Sumber : Laporan Tahunan Kantor Kecamatan Cempaka Putih dan Kantor Lurah
CPB I, CPB II, CPT dan Rawasari)
Dilihat dari data pada tabel di atas Cempaka Putih Timur memiliki wilayah sekitar 222.06 Ha dan merupakan wilayah wila yah terluas dibandingkan dengan Cempaka Putih Barat dan Rawasari.
1.1.1.2. Keadaan Demografi Jumlah Penduduk
Tabel 1.3 Pertumbuhan Alamiah dan Mobilitas Penduduk No
Kelurahan
1 2 3
Cempaka Putih Barat Cempaka Putih Timur Rawasari Jumlah
Lahir Lk Pr 89 82 12 14 131 136 232 232
Mati Lk Pr 7 4 4 4 95 61 106 69
Pindah Lk Pr 127 132 38 40 350 324 515 496
Datang Lk Pr 168 220 24 14 255 273 447 507
(Sumber: Laporan Tahunan Kantor Kecamatan Cempaka Putih dan Kantor Lurah CPB, CPT dan Rawasari)
Dari data di atas bahwa didapatkan data terbanyak pada kasus perpindahan didapat pada Kelurahan Rawasari dan data kedatangan didapat pada Kelurahan Cempaka Putih Barat.
Tabel 1.4 Gambaran Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Tabel 1.5 Gambaran Penduduk Menurut Agama No
Kelurahan
Jumlah Agama Penduduk Islam Protestan Katolik Hindu Budha 1 Cempaka Putih Barat 35.490 32.971 1.225 1.089 111 94 2 Cempaka Putih 25.335 14.555 4.762 3.111 1.667 1.240 Timur 3 Rawasari 16.164 14.585 323 1.169 116 7 Jumlah 76.989 62.111 6.310 5.369 1.894 1.341 (Sumber: Laporan Tahunan Kantor Kecamatan Cempaka Putih dan Kantor Lurah
CPB,CPT dan Rawasari)
Agama Islam merupakan agama terbanyak dari ketiga Kelurahan. Hal tersebut dilihat dari jumlah penduduk yang memeluk agama Islam sebesar 62.111 penduduk.
Tabel 1.7 Jumlah Rumah Menurut Jenis Bangunan No
1 2 3 4
Jenis Bangunan
Rumah Permanen Rumah Semi Permanen Rumah Biasa Rusun Apartemen
CPB 3.570 1.003 1.500 1
Kelurahan CPT 2.700 4.205 807 -
Jumlah Rawasari 1.529 982 775 1
7.799 6.190 3.082 2
Tabel 1.7 Jumlah Rumah Menurut Jenis Bangunan (lanjutan) No
Jenis Bangunan
Kelurahan Jumlah CPB CPT Rawasari 5 Rumah Susun Jumlah 6.074 7.712 3.287 17.073 (Sumber: Laporan Tahunan Kantor Kecamatan Cempaka Putih dan Kantor Lurah
CPB,CPT dan Rawasari)
Mayoritas penduduk di Kecamatan Cempaka Putih bertempat tinggal di rumah yang permanen dan semi-permanen berdasarkan jumlah masing-masing yaitu 7.799 dan 6.190. Di daerah Cempaka Putih Barat menyumbangkan nilai
Tabel 1.9 Fasilitas Kesehatan di Wilayah Kecamatan Cempaka Putih No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Puskesmas Pos Kesehatan Balai Pengobatan Apotik Rumah/Toko Obat Posyandu Klinik KB Karang Balita/Pos Penimbangan PPKB Panti Pijat Laboratorium Klinik Tenaga Medis 1. Dokter Umum 2. Dokter Anak 3. Dokter THT 4. Dokter Gigi 5. Dokter Kebidanan/kandungan 6. Dokter Kulit 7. Dokter Mata 8. Dokter Penyakit Dalam
Jumlah 3 3 16 0 3 0 16 9 9 23 0 2
7 0 0 0 0 0 0 0
terdepan dan mempunyai misi sebagai penggerak pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya yakni satu atau sebagian wilayah kecamatan, mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya, memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakannya, memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, dan masyarakat beserta lingkungannya. Seiring dengan semangat otonomi daerah maka puskesmas dituntut untuk mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanannya yang akan dilaksanakan tetapi pembiayaannya tetap didukung oleh pemerintah. Sebagai organisasi pelayanan mandiri, kewenangan yang dimiliki puskesmas juga meliputi kewenangan merencanakan kegiatan sesuai masalah kesehatan di wilayahnya, kewenangan menentukan kegiatan yang termasuk public goods atau private goods serta kewenangan menentukan target kegiatan sesuai kondisi geografi puskesmas. Jumlah
kegiatan
pokok
puskesmas
diserahkan pada
setiap
puskesmas sesuai kebutuhan masyarakat dan kemampuan sumber daya yang
2. Pelaksanaan upaya kesehatan yang semula lebih bersifat terpilah-pilah ( fragmented ) berubah menjadi kegiatan yang terpadu (integrated ). 3. Sumber pembiayaan kesehatan yang semula lebih banyak dari pemerintah berubah menjadi pembiayaan kesehatan lebih banyak dari masyarakat. 4. Pergeseran pola pembayaran dalam pelayanan kesehatan yang semula fee for service menjadi pembayaran secara pra-upaya. 5. Pergeseran pemahaman tentang kesehatan dari pandangan komsutif menjadi investasi. 6. Upaya kesehatan yang semula lebih banyak dilakukan oleh pemerintah akan bergeser lebih banyak dilakukan oleh masyarakat sebagai mitra pemerintah ( partnership). 7. Pembangunan kesehatan yang semula bersifat terpusat (centralization) menjadi otonomi daerah (decentralization). 8. Pergeseran proses perencanaan dari top down menjadi bottom up seiring dengan era desentralisasi.
b. Preventif (upaya pencegahan) c. Kuratif (pengobatan) d. Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)
1.1.2.4 Visi Puskesmas
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah tercapainya Kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat. Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat Kecamatan di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Indikator Kecamatan sehat yang ingin dicapai mencakup empat indikator utama, yaitu: 1. Lingkungan sehat 2. Perilaku sehat
Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan, menuju kemandirian hidup. c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan serta meningkatkan efisiensi pengelolaan dana, sehingga dapat dijangkau oleh seluruh an ggota masyarakat. d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya. Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan bertempat tinggal di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan menerapkan kemajuan
wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. 2. Pusat pemberdayaan masyarakat. Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut menerapkan, menyelenggarakan dan memantau progran kesehatan. Pemberadayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosisal budaya masyarakat setempat. 3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Diagram1.1 Fungsi Puskesmas
(Sumber : Trihoho, 2005)
Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas,
e. Program Perbaikan Gizi Masyarakat f. Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular g. Program Pengobatan Dasar Berikut ini akan ditampilkan upaya kesehatan wajib yang ditampilkan dalam bentuk tabel, yaitu sebagai berikut:
Tabel 1.10 Indikator Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas Program Kesehatan Wajib
Kegiatan
Promosi Kesehatan
Promosi hidup bersih dan sehat
Kesehatan Lingkungan
Penyehatan pemukiman
Kesehatan Ibu dan Anak
ANC Pertolongan persalinan MTBS Imunisasi
Indikator
Tatanan sehat Perbaikan perilaku sehat Cakupan air bersih Cakupan jamban keluarga Cakupan SPAL Cakupan rumah sehat Cakupan K1, K4 Cakupan linakes Cakupan MTBS Cakupan imunisasi, terdiri
Tabel 1.10 Indikator Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas (lanjutan) Program Kesehatan Wajib
Pengobatan
Kegiatan
Promosi Kesehatan Medik dasar UGD
Laboratorium sederhana (Sumber : Trihono, 2005)
Indikator
% kadar gizi Cakupan pelayanan Jumlah kasus yang ditangani Jumlah pemeriksaan
1.1.2.9 Upaya Kesehatan Pengembangan
Program yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Program kesehatan pengembangan dipilih dari daftar program kesehatan pokok puskesmas yang telah ada yakni : a. Program Kesehatan Sekolah b. Program Kesehatan Olahraga c. Program Perawatan Kesehatan Masyarakat
penyelenggaraan tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas. Dasar pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi puskesmas dalam menyelenggarakan setiap program puskesmas, baik program kesehatan wajib maupun program kesehatan pengembangan.
Tabel 1.11 Indikator Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas Upaya kesehatan pengembangan Upaya Kesehatan Sekolah
Kegiatan
Indikator
UKS/UKGS
Jumlah Sekolah dg UKS/UKGS % sekolah sehat Jumlah kelompok senam Jumlah klub jantung sehat
Upaya perawatan kesehatan masyarakat
Memasyarakatkan olah raga untuk kesehatan Kunjungan rumah konseling
Upaya kesehatan kerja
Memasyarakatkan
% pos UKK
Upaya kesehatan olah raga
% keluarga rawan yang dikunjungi
1.1.2.10
Azas Puskesmas
1. Azas pertanggungjawaban wilayah
Puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini puskesmas harus melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain sebagai berikut : a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan sehingga berwawasan kesehatan. b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya. d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara merata dan terjangkau di wilayah kerjanya.
2.
Azas Pemberdayaan Masyarakat
Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat,
3.
Azas Keterpaduan
Untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta diperolehnya hasil yang optimal, penyelenggaraan setiap program puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu. Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan yakni : a.
Keterpaduan Lintas Program Program memadukan penyelengaraan berbagai program kesehatan yang menjadi tanggung jawab puskesmas. Contoh : MTBS, UKS, Puskesmas Keliling, Posyandu
b.
Keterpaduan Lintas Sektor Program memadukan penyelenggaraan program puskesmas dengan program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatn dan dunia usaha. Contoh keterpaduan lintas sektoral antara lain 1. UKS, Keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan & agama. 2. Promosi Kesehatan, keterpaduan sektor kesehatan dengan dengan camat,
lebih mampu (baik vertikal maupun horizontal). Rujukan program kesehatan perorangan dibedakan atas : 1. Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan tindakan medis (contoh: operasi) dan lain-lain. 2. Rujukan Bahan Pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap. 3. Rujukan Ilmu Pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang lebih kompeten untuk melakukan bimbingan tenaga puskesmas dan atau menyelenggarakan pelayanan medis spesialis di puskesmas.
b. Rujukan Kesehatan Masyarakat (Kesehatan) Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah masalah kesehatan masyarakat, misalnya kejadian luar biasa, pencemaran lingkungan dan bencana. Rujukan kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam: 1. Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan fogging, peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio visual,
Gambar 1.2 Sistem Rujukan Puskesmas
(Sumber :Trihono, 2005)
1.1.3
Gambaran Umum Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih
Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih mulai beroperasi pada bulan Juli 1990 setelah terjadi pemisahan wilayah dengan Kecamatan Johar Baru. Pada
menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah secara bertahap. Maka Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih sejak tahun 2007 menjalankan keputusan tersebut.
Gambar 1.3 Skema Puskesmas di wilayah Kecamatan Cempaka Putih
Keterangan
: Puskesmas Kecamatan : Puskesmas Kelurahan
mengatur dan pelatihan-pelatihan sesuai kompetisi. 2.
Meningkatkan dan mengembangkan sarana dan prasarana dalam mencapai layanan prima.
3.
Mengetahui dan mampu memenuhi kebutuhan pelanggan.
4.
Petugas mampu melaksanakan pelayanan prima dengan penuh tanggung jawab dan etika
5.
Melaksanakan pelayanan prima melaluli program-program dan layanan unggulan.
C. Kebijakan Mutu Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih adalah memberikan pelayanan kesehatan profesional yang berorientasi pada peningkatan kepuasan pelanggan melalui pemenuhan persyaratan pelanggan serta peraturan terkait. D. Tujuan Puskesmas adalah sebagai berikut : 1. Memperluas jangkauan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif 2. Memperluas jangkauan pelayanan kesehatan yang bersifat preventif 3. Memperbanyak ragam pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif
pengendalian,
Puskesmas
Kelurahan,
pengembangan
upaya
kesehatan,
pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan di wilayah kerjanya.
1.1.3.3 Fungsi Puskesmas
1.
Puskesmas Kecamatan merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan yang
mempunyai
tugas
melaksanakan
pelayanan,
pembinaan,
pengendalian Puskesmas Kelurahan, pengembangan upaya kesehatan dan pendidikan di wilayah kerjanya 2.
Melakukan pembinaan, pengawasan, pengendalian terhadap pengelolaan dan pelayanan Puskesmas Kelurahan
3.
Memberikan pelayanan kesehatan klinis meliputi: loket, rekam medis, klinik umum, ibu anak, KB, gigi, spesialis, konsultasi remaja, gizi, geriatri, klinik 24 jam, persalinan
4.
Rawat inap, laboratorium klinik, apotek, farmasi komunikasi, radiologi, optik, serta klinik lainnya sesuai kebutuhan
5.
Mengkoordinasi temu lintas batas, lintas sektoral dalam penanggulangan
Atap
Genteng
Genteng
Genteng
Genteng
Plafon
Gypsum
Gypsum
Gypsum
Eternit
Dinding
Tembok
Tembok
Tembok
Tembok
Lantai
Keramik
Keramik
Keramik
Keramik
Pagar
Besi
Besi
Stainless
Besi
31
7
6
2
161.000
23.000
16.500
3.500
Telepon
Ada
Ada
Ada
Ada
Internet
Ada
Ada
Ada
Ada
Air
PAM
Pump
PAM
Pump
WC Listrik (watt)
(Sumber: Arsip Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih 2014)
b. Alat transportasi 1. Lima buah sepeda motor di Puskesmas Kecamatan 2. Pada awal tahun 2004 menerima satu unit Mobil Ambulance Mitsubishi L 300 untuk operasional Puskesmas
8. Obat-obatan. (perncanaan obat-obatan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing Puskesmas dengan melihat jumlah kunjungan pada tahun sebelumnya).
1.1.3.5 Sumber Daya Manusia
Potensi tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas wilayah Kecamatan Cempaka Putih Periode Januari – Desember 2014 berjumlah 88 orang, dengan perincian:
Tabel 1.13 Ketenagaan di Puskesmas Se-kecamatan Cempaka Putih Tenaga PNS Tenaga Kesehatan PENDIDIKAN
S2
S1 T E A
N
D4
Kesmas Spesialis Dokter Umum Dokter gigi Perawat Apoteker SKM Kebidanan
PUSKESMAS Kec. Kel. Kel. Rawasari Cemput CPB CPT 1 0 0 0 0 1 0 0 0 6 0 1 1
3 4 1 1 0
1 0 0 0 0
1 2 0 0 0
1 0 0 0 0
Jumlah
0 1 8 6 6 1 1 0
Tenaga Non Kesehatan PENDIDIKAN Kec. Cemput
Non Kesehatan S1 D3 Lainlain
Analis Kesehatan SPAG Pek. Kes Adm Komputer SLTA SLTP SD
PUSKESMAS Kel. Kel. Kel. CPB1 CPB2 Rawasari
Jumlah
1
0
0
0
1
0 1 1 0 3 0
0 1 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 2 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 JUMLAH 51 5 6 5 (Sumber: Arsip Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih 2014)
3 0 0 67
Tenaga PTT/ Honorer/ Kontrak PUSKESMAS PENDIDIKAN
Jumla h
Akfis
0
0
0
0
0
Gizi
0
0
0
0
0
Kesling
0
0
0
0
0
Farmasi
0
1
0
0
1
Rekam
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
medik Analis Kesh Lain
D1 Gizi
0
0
0
0
0
-
D1
0
0
0
0
0
lain
Kesling 0
0
0
0
0
D1 Bidan
Tenaga PTT/ Honorer/ Kontrak (lanjutan)
NON
D3
KESEHATA N
2
0
0
0
2
SLTA
7
1
0
1
9
SLTP
0
0
0
0
0
SD
0
0
0
0
0
37
3
2
2
44
r Lain - lain
JUMLAH
Kompute
(Sumber: Arsip Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih 2014)
1.1.3.6 Struktur Organisasi Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih
Stuktur organisasi Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih tahun 2010, terdiri atas Kepala Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih yang dibantu oleh Tata Usaha, bagian Mutu, seksi Kesehatan Masyarakat, seksi Pelayanan Kesehatan dan bertanggung jawab terhadap Puskesmas Kelurahan Cempaka Putih Barat 1, Puskesmas Kelurahan Cempaka Putih Barat 2, dan Puskesmas Kelurahan Rawasari. Seksi kesehatan masyarakat bertanggung jawab terhadap
Kepala Puskesmas Kecamatan Sub Bagian TU
Koordinator Pelayanan
Satuan Pelayanan Kesehatan
Puskesmas Kelurahan
Koordinator Penunjang
Satuan Pelayanan Penunjang
Subkelompok Jabatan Fungsional
Diagram 1.2 Struktur Organisasi Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih
2. Upaya penanggulangan. 3. Peran serta masyarakat. 4. Pengelolaan bahan-bahan yang mengandung penyebab penyakit. 5. Ganti rugi dan penghargaan. 6. Pembiayaan penanggulangan wabah. 7. Pelaporan. Di berbagai wilayah di Indonesia terdapat perbedaan tingkat endemitas dan jenis penyakit menular. Pada P2B2 penyakit yang endemis diwilayah Indonesia adalah demam berdarah, malaria, filariasis, leptospirosis dan rabies. Tingkat endemitas penyakit menular sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan (fisik, sosial, ekonomi) dan perilaku masyarakatnya. Kecamatan Cempaka Putih dengan karakteristik lingkungan dan perilaku masyarakat yang berbeda, memiliki endemisitas penyakit menular yang berbeda.
1.1.1.1. Leptospirosis
Kegiatan yang dilakukan :
dan hewan tersangka sekitar lokasi dengan bantuan tim kota/ kab administrasi provinsi dan pusat. Pencegahan : 1. Kebersihan perorangan dan lingkungan 2. Penggunaan APD (alat pelindung diri) 3. Pengendalian vektor (tikus dan insektivora) 4. Vaksinasi hewan kesayangan dan hewan ternak dinas kelautan dan pertanian Di Kecamatan Cempaka Putih tidak ditemukan
kasus penyakit
leptospirosis pada bulan Januari – Mei 2015
1.1.1.2. Rabies
Berdasarkan SK Mentri Pertanian No: 566/kpts/PD.640/10/2004 Provinsi DKI Jakarta telah dinyatakan bebas rabies dan untuk mempertahankan telah dibentuk Tim Koordinasi Pengaman Daerah Bebas Penyakit Rabies dan Penyakit Menular Hewan Linnya di Provinsi DKI
-
Pertolongan pertama pada kasus gigitan di puskesmas dan UPK lainnya, sambil melaporkan hewannya ke pemilik/Sudin Pertenakan untuk dipantau dan diumpan balikkan apakah termasuk hewan penular rabies/ HPR (hilang, mati, terjangkit atau tidaknya akan rabies)
-
Pemberian pasteur treatment atas indikasi di rabies treatment center
-
Perawatan penderita rabies di rumah sakit yang mempunyai ruang isolasi.
2. Adapun langkah-langkah yang dilakukan apabila ada kasus gigitan HPR : -
Mencuci luka dengan sabun atau deterjen dan air yang mengalir selama kurang lebih 15 menit. Mencuci luka sangatlah penting karena virus rabies terbungkus lipid (lemak). Walaupun penderita gigitan ataun keluarga sudah dicuci pencucuan luka harus tetap dilakukan atau diulangi.
a. RSPI Sulianti Saroso, Jl. Sunter Permai Raya, Jakarta Utara, telp 6506559, 64011412 b. RSUD Tarakan, Jl. Kyai Caringin no 7 Jakarta Pusat telp 3842938 7.
Vaksinasi yang digunakan saat ini adalah purivied vero rabies vaksin (verorab) dengan cara pemberian hari ke 0 diberikan 2 angka suntikan di regio deltoideus kanan dan kiri masing-masing 0,5 ml IM, kemudian hari ke 7 dan 21 masing-masing 1x suntikan IM deltoid kiri dan kanan.
Di Kecamatan Cempaka Putih tidak ditemukan penyakit rabies pada periode Januari – Mei 2015.
1.1.1.3. Malaria
Pemberantasan malaria bertujuan untuk mencegah kematian akibat malaria, terutama jika terjadi KLB, menurunkan angka kematian, menurunkan angka kesakitan (insidensi dan prevalensi), meminimalkan kerugian sosial dan ekonomi akibat malaria. Pemberantasan malaria
2. Pengobatan
radikal,
adalah
pengobatan
penderita
malaria
berdasarkan diagnosa secara klinis dan pemeriksaan laboratorium sediaan darah. 3. Pengobatan MDA ( Mass Drug Administration), adalah pengobatan massal pada saat KLB, mencakup > 80% jumlah penduduk di daerah tersebut yang diobati. 4. Profilaksis, adalah pengobatan pencegahan dengan sasaran warga transmigrasi dan ibu hamil di daerah endemis malaria (Depkes RI, 2000). 3. Pemberantasan vektor Pemberantasan vektor dilakukan antara lain dengan penyemprotan rumah menggunakan insektisida untuk membunuh nyamuk dewasa, membunuh jentik melalui kegiatan anti larva atau larvasiding dan menghilangkan atau mengurangi tempat perindukan nyamuk untuk mengurangi jumlah nyamuk (Depkes RI, 2000). Di Kecamatan Cempaka Putih tidak ditemukan penyakit malaria pada
(microfilaria rate) menjadi 0% di setiap Kabupaten/Kota, (b) mencegah dan membatasi kecacatan karena filariasis. Program eliminasi filariasis di Indonesia ini menerapkan strategi Global Elimination Lymphatic Filariasis dari WHO. Strategi ini mencakup pemutusan rantai penularan filariasis melalui POMP filariasis di daerah endemis filariasis dengan menggunakan DEC yang dikombinasikan dengan albendazole sekali setahun minimal 5 tahun, dan upaya mencegah dan membatasi kecacatan dengan penatalaksanaan kasus klinis filariasis, baik kasus akut maupun kasus kronis. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota merupakan pengendali utama program eliminasi filariasis di tingkat kabupaten/kota yang mempunyai tugas dan kewenangan sebagai berikut: a. Menetapkan
kebijakan
eliminasi
filariasis
di
kabupaten/kota.
Menetapkan tujuan dan strategi eliminasi filariasis di tingkat kabupaten/kota. b. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan, monitoring dan evaluasi
Sejak tahun 2005, sebagai unit pelaksana atau IU (implementation unit ) penanganan filariasis adalah setingkat kabupaten/kota. Artinya, satuan wilayah terkecil dalam program ini adalah kabupaten/kota, baik untuk penentuan endemisitas maupun pelaksanaan POMP filariasis . Bila sebuah kabupaten/kota sudah endemis filariasis, maka kegiatan POMP filariasis harus segera dilaksanakan. Agar mencapai hasil optimal sesuai dengan kebijakan nasional eliminasi filariasis dilaksanakan dengan memutus rantai penularan, yaitu dengan cara POMP filariasis untuk semua penduduk di kabupaten/kota tersebut kecuali anak berumur kurang dari 2 tahun, ibu hamil, orang yang sedang sakit berat, penderita kronis filariasis yang dalam serangan akut dan balita dengan marasmus/kwasiorkor dapat ditunda pengobatannya. Di Kecamatan Cempaka Putih tidak ditemukan kasus penyakit filariasis pada periode Januari – Mei 2015.
Pemeriksaan jentik berkala adalah suatu usaha yang dilakukan dalam rangka mengendalikan perkembangan vektor penularan penyakit demam berdarah yaitu nyamuk Aedes aegypti tertutama pada siklus nyamuk saat berupa jentik nyamuk.Pemeriksaan ini dilakukan oleh dua pihak yaitu kader-kader kesehatan atau yang sering disebut dengan juru pemantau jentik (JUMANTIK) yang merupakan warga di RT dalam wilayah Kecamatan Cempaka Putih dan oleh non JUMANTIK yaitu petugas kesehatan dari puskesmas Kecamatan Cempaka Putih. Kegiatan tersebut biasanya dilaksanakan setiap hari Jumat. Kegiatan pemeriksaan yang dilakukan oleh JUMANTIK adalah : 1) Dilaksanakan di RT yang ada JUMANTIK . 2) Seluruh bangunan diperiksa ada/tidaknya jentik secara total coverage. 3) Melakukan pemeriksaan jentik pada tempat perindukan nyamuk di setiap rumah/bangunan berdasarkan tujuh tatanan.
Bila terdapat laporan Kasus DBD yang diterima Petugas Puskesmas maka akan ditindaklanjuti dalam waktu 2 x 24 jam.
4. Fogging Fokus DBD kasus (+) Fogging fokus dilakukan jika hasil PE (+) , kegiatan yang dilakukan adalah : 1) Fogging Fokus dilakukan setelah hasil PE (+) / 2x24 Jam . 2) Radius Pengasapan 200 meter . 3) Jumlah Pengasapan 2 siklus (2x) dengan interval 7 hari .
Jumlah Fogging Fokus
HASIL PE NO
1
BULAN
Januari
Posi tif
Nega tif
Bukan DBD
Tidak Ditem ukan
Jumlah
3
2
5
3
13
Siklus I
Siklus II
3
3
Jumlah Penderit a hasil PE (+) dan PE (-) 5
Keadaan Penderita
Sembuh
Meninggal
13
0
2
Kelurahan
28.135
46
0
<50
0
163,497
26.668
18
0
<50
0
67,496
Cempaka Putih Timur 3
Kelurahan Rawasari
Sumber: Bagian SurveillansPuskesmas Kecamatan Cempaka Putih
Tabel penderita DBD Perkelurahan Bulan April sampai dengan Mei 2015
No
Kelurahan
Jumlah
Januari
Februari
Maret
April
Mei
28
4
7
5
6
6
46
7
4
19
6
10
Kasus 1
Cempaka Putih Barat Cempaka Putih Timur
2
Cempaka
2
12
12
20
46
100
4
9
1
4
18
100
13
29
20
30
92
100
Putih Timur 3
Rawasari
Total
Sumber: Bagian SurveillansPuskesmas Kecamatan Cempaka Putih
Rekapitulasi Data Foging focus perkelurahan bulan Januari sampai dengan Mei tahun 2015 No
KELURAHAN
PE (+) (a)
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Cakupan
Cakupan Fogging
Fogging
Fogging
Fogging
Fogging
Fokus
Siklus 1
Siklus 2
Fokus
terhadap siklus 1
(c)
(d)
Fokus (b)
PE
(b/a
100%)
x dari
siklus
2
(d/c x 100%) dari Target 100%
2. Incidence Rate DBD di Kelurahan Cempaka Putih Timur pada bulan
Januari-Mei 2015 sebesar 163,497/100.000 penduduk. 3. Incidence Rate DBD di Kelurahan Rawasari pada bulan Januari-Mei 2015
sebesar 67,496/100.000 penduduk.
1.3
Rumusan Masalah
Setelah didapatkan identifikasi masalah dari salah satu program wajib di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih maka dipilih satu program yang menjadi masalah, dengan cara menghitung dan membandingkan nilai kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected ) dengan apa yang telah terjadi (observed ), selanjutnya dilakukan perumusan masalah untuk membuat perencanaan yang baik sehingga masalah yang ada dapat diselesaikan. Rumusan masalah dari program tersebut adalah sebagai berikut: 1. Incidence Rate DBD di Kelurahan Cempaka Putih Barat pada bulan
Januari-Mei 2015 sebesar 69,36/100.000 penduduk tidak mencapai target
BAB II PENETAPAN PRIORITAS MASALAH DAN PENYEBAB MASALAH 2.1. Penetapan Prioritas Masalah
Masalah adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected ) dengan apa yang aktual terjadi (observed ). Idealnya, semua permasalahan yang timbul harus dicarikan jalan keluarnya. Namun, karena keterbatasan sumber daya, dana, dan waktu menyebabkan tidak semua permasalahan dapat dipecahkan sekaligus. Untuk itu perlu ditentukan masalah yang menjadi prioritas Setelah pada t ahap awal merumuskan masalah, maka dilanjutkan dengan menetapkan prioritas masalah yang harus dipecahkan. Prioritas masalah didapatkan dari data atau fakta yang ada secara kualitatif, kuantitatif, subjektif, objektif serta adanya pengetahuan yang cukup. Pada BAB I, telah dirumuskan masalah yang terdapat dari tujuh program kesehatan dasar di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih. Karena keterbatasan
2.1.1. Metode MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment)
Pada metode ini parameter diletakkan pada baris dan harus ada kesepakatan mengenai bobot kriteria yang akan digunakan, dan masalahmasalah yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada kolom. Metode ini memakai lima kriteria untuk penilaian masalah tetapi masing-masing kriteria diberikan bobot penilaian dan dikalikan dengan penilaian masalah yang ada sehingga hasil yang didapat lebih objektif. Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas mas alah. Kriteria yang dipakai terdiri dari: 1. Emergency : Kegawatan menimbulkan kesakitan atau kematian. 2. Greatees member : Menimpa orang banyak, insiden/prevalensi. 3. Expanding scope : Mempunyai ruang lingkup besar di luar kesehatan. 4. Feasibility : Kemungkinan dapat/tidaknya dilakukan. 5. Policy : Kebijakan pemerintah daerah/nasional.
2.1.2. Metode MCUA
cara melihat selisih antara pencapaian suatu kegiatan pada sebuah program kesehatan dengan target yang telah ditetapkan. 3. Expanding Scope Menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan terhadap sektor lain diluar sektor kesehatan. Parameter penilaian yang digunakan adalah seberapa luas wilayah yang menjadi masalah, berapa banyak jumlah penduduk di wilayah tersebut, serta berapa banyak sektor di luar sektor kesehatan yang berkepentingan dengan masalah tersebut. 4. Feasibility Kriteria lain yang harus dinilai dari suatu masalah adalah seberapa mungkin masalah tersebut diselesaikan. Parameter yang digunakan adalah ketersediaan sumber daya manusia berbanding dengan jumlah kegiatan, fasilitas terkait dengan kegiatan bersangkutan yang menjadi masalah, serta ada tidaknya anggaran untuk kegiatan tersebut. 5. Policy Berhubungan dengan orientasi masalah yang ingin diselesaikan adalah
Bobot 5 : paling penting. Bobot 4 : sangat penting sekali. Bobot 3 : sangat penting. Bobot 2 : penting. Bobot 1 : cukup penting. 2.1.2.1. E mergency
Menunjukkan besar kerugian yang timbul. Ini ditunjukkan dengan Case Fatality Rate (CFR).
Tabel 2.1 Penentuan Score Emergency pada Incidence Rate
di wilayah Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih berdasarkan skala No
Skala (‰)
Score
1
0-0,9
1
2
1,0-1,9
2
3
2,0-2,9
3
4
3,0-3,9
4
Tabel 2.3 Skala Score Greatest Member No
Range (per 100.000 penduduk)
Score
1
0-40
1
2
41-80
2
3
81-120
3
4
121-160
4
5
161-200
5
Tabel 2.4 Daftar Masalah Greatest Member Score
di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Periode Januari-Mei 2015 No
Masalah
Target
IR
Selisih
Score
1
Incidence Rate Cempaka Putih
<50
69,36
19,36
1
<50
163,497
113,497
4
<50
67,496
17,496
1
Barat 2
Incidence Rate Cempaka Putih Timur
3
Incidence Rate Rawasari
Tabel 2.6 Penentuan Expanding Scope Score Berdasarkan Keterpaduan Lintas Sektoral No
Lintas Sektor
Score
1
Tidak ada keterpaduan lintas sektor
5
2
Ada keterpaduan lintas sector
10
Tabel 2.7 Penentuan Expanding Scope Score di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Periode
Januari-Mei 2015 Jumlah Penduduk No
Daftar Masalah
≤20.000 1
Incidence Rate DBD di Puskesmas
Lintas Sektor
Jumlah
>20.000
10
10
20
10
10
20
10
10
20
Kelurahan Cempaka Barat 2
Incidence Rate DBD di Puskesmas Kelurahan Cempaka Timur
3
Incidence Rate DBD di Puskesmas Kelurahan Rawasari
2.1.2.4. F easibility
Tabel 2.1 Penentuan Score Feasibility berdasarkan Rasio Tenaga Kerja
Puskesmas terhadap Jumlah Penduduk No
Range
Score
1
1 : 1 – 1 : 1000
1
2
1 : 1001 – 1 : 2000
2
3
1 : 2001 – 1 : 3000
3
4
1 : 3001 – 1 : 4000
4
5
1 : 4001 – 1 : 5000
5
6
1 : 5001 – 1 : 6000
6
7
1 : 6001 – 1 : 7000
7
8
1 : 7001 – 1 : 8000
8
9
1 : 8001 – 1 : 9000
9
10
1 : 9001 – 1 : 10000
10
Tabel 2.8 Scoring Rasio tenaga medis P2B2 dengan jumlah penduduk No
Kelurahan
1
Cempaka Putih Barat
Jumlah tenaga
Jumlah
kerja
penduduk
4
40.368
Perbandingan
Score
1:10000
10
No
Kategori
Ketersediaan
Score
1
Obat
Tidak ada
2
Ada
1
Tidak ada
2
Ada
1
2
Alat
3. Ketersediaan dana, Scoring ketersediaan dana terhadap setiap kegiatan Puskesmas penilaian dibagi dua yaitu “Ada” dan “tidak ada”. Penilaian berdasarkan wawancara dengan pemegang program dan kepala Puskesmas tekait. Tabel 2.10 Scoring Ketersediaan Dana Terhadap Kegiatan
Di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Periode Januari-Mei 2015 No
Dana
Score
1
Ada
1
2
Tidak ada
2
terhadap permasalahan tersebut, serta
apakah masalah tersebut
terpublikasi di berbagai media. Parameter tersebut diberikan nilai berdasarkan parameter yang paling mungkin sampai ke masyarakat. Publikasi suatu isu kesehatan di media cetak memiliki jangkauan yang lebih luas dibandingkan dengan penyuluhan. Maka skor untuk Penyuluhan diberikan 1. Sedangkan untuk iklan di media cetak diberikan nilai 3. Begitupun dengan media elektronik yang memiliki jangkauan yang lebih luas dibandingkan dengan media cetak. Maka untuk adanya publikasi masalah kesehatan tersebut di media elektronik diberikan nilai 5.
Tabel 2.12 Penentuan Nilai Policy Terhadap Kegiatan
Di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Periode Januari-Mei 2015 No.
Parameter
Score
1
Penyuluhan
1
2
Media Cetak
3
Tabel 2.14 Penentuan Masalah Menurut Metode MCUA di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Periode Januari-Mei 2015
No
Kriteria
Bobot
1
Emergency
2
3
Greatest Member Expanding Scope
MS-3
BN
N
BN
N
BN
5
1
5
1
5
1
5
4
1
4
4
16
1
4
3
20
60
20
60
20
60
4
Feasibility
2
10
20
4
8
6
12
5
Policy
1
9
9
9
9
9
9
41
95
38
98
37
89
Keterangan : 1. MS-1: Incidence Rate DBD di Kelurahan Cempaka Putih Barat 2. MS-2: Incidence Rate DBD di Kelurahan Cempaka Putih Timur 3. MS-3: Incidence Rate DBD di Kelurahan Rawasari
5. BN: Bobot x score.
MS-2
N
JUMLAH
4. N: Score.
MS-1
2.2. Menentukan Kemungkinan Penyebab Masalah
Setelah dilakukan penetapan prioritas terhadap masalah yang ada, selanjutnya ditentukan kemungkinan penyebab masalah untuk mendapatkan penyelesaian masalah yang ada terlebih dahulu. Pada tahap ini dicari apa yang menjadi akar permasalahan dari setiap masalah yang telah diprioritaskan. Pada tahap ini, digunakan diagram sebab akibat yang disebut juga dengan diagram tulang ikan ( fishbone diagram/Ishikawa). Dengan memanfaatkan pengetahuan dan dibantu dengan data Puskesmas yang tersedia dapat disusun berbagai penyebab masalah secara teoritis. Penyebab masalah dapat timbul dari bagian input maupun proses. Input yaitu sumber daya atau masukan yang diperlukan oleh suatu siste m. Sumber daya sistem adalah: (Azwar Azrul, 1996).
Man
: Sumber daya manusia.
Money
: Dana.
Material
: Sarana.
Method
Cara.
Berdasarkan perhitungan tabel MCUA tiga masalah di atas diambil dua sebagai prioritas masalah hasil diskusi, argumentasi dan justifikasi karena keterbatasan sumber daya, tenaga, waktu dan dana, yaitu : o
Incidence Rate DBD di Puskesmas Kelurahan Cempaka Putih Barat pada bulan Januari-Mei 2015 sebesar 69,362/100.000, tidak mencapai target yaitu <50/100.000.
o
Incidence Rate DBD di Kelurahan Cempaka Putih Timur pada bulan Januari-Mei 2015 sebesar 163,497/100.000, tidak mencapai target yaitu <50/100.000.
2.3.1. I ncidence Rate DBD di Kelurahan Cempaka Putih Barat
Incidence Rate DBD di Kelurahan Cempaka Putih Barat pada bulan Januari-Mei 2015 sebesar 69.362 /100.000, tidak mencapai target yaitu <50/100.000, dari diagram Fishbone ditemukan sembilan akar penyebab masalah. Akar penyebab masalah yang ditemukan dari input adalah : 1. Kebijakan Puskesmas Kec. Cempaka Putih (man)
1. Jumlah petugas terbatas (money) 2. Setiap kader memiliki alat pribadi untuk PSN (material ) 3. Petugas menganggap dengan lisan saja sudah cukup untuk membuat prosedur dijalani dengan baik (method ) 4. Kader tidak menjadikan kegiatan PSN sebagai prioritas (actuating)
2.3.2
I ncidence Rate DBD di Kelurahan Cempaka Putih Timur Incidence Rate DBD di Kelurahan Cempaka Putih Timurpada bulan Januari-Mei 2015 sebesar 163,497/100.000, tidak mencapai target yaitu <50/100.000, dari diagram Fishbone ditemukan sembilan akar penyebab masalah. Akar penyebab masalah yang ditemukan dari input adalah : 1. Banyaknya masyarakat yang bermata pencaharian pegawai (man) 2. Terbatasnya jumlah petugas di tingkat Kelurahan (money) 3. Kurangnya komunikasi antara petugas tingkat RW dan Kecamatan (material )
2. Kurangnya komunikasi antara petugas tingkat RW dan Kecamatan (material ) 3. Petugas menganggap dengan lisan saja sudah cukup untuk membuat prosedur dijalani dengan baik (method ) 4. Kader tidak menjadikan kegiatan PSN sebagai prioritas (actuating)
68
69
70
71