SWAMEDIKASI LUKA BAKAR Makalah Mata Kuliah Swamedikasi Dosen Pengampu : Dra. Rina Melani, Apt.
Disusun Oleh : Ipung Arisanti
:
175020013
Ery Ardiyantiningtyas
:
175020014
Ida Rotus Saadah
:
175020016
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 2017
2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja, dan dapat terjadi di mana saja baik di rumah, di tempat kerja bahkan di jalan atau di tempat-tempat lain. Anakanak kecil dan orang tua merupakan populasi yang beresiko tinggi untuk mengalami luka bakar. Penyebab luka bakar pun bermacam-macam bisa berupa api, cairan panas, uap panas, bahan kimia, aliran listrik dan lain-lain. Luka bakar yang terjadi, akan menimbulkan kondisi kerusakan kulit selain itu juga dapat mempengaruhi berbagai sistem tubuh. Perawatan luka bakar disesuaikan dengan penyebab luka bakar, luas luka bakar dan bagian tubuh yang terkena. Luka bakar yang terjadi karena tersiram air panas, terkena zat kimia atau radiasi, maupun sinar matahari membutuhkan penanganan yang berbeda. Kecepatan dari penyembuhan luka dapat dipengaruhi dari zat-zat yang terdapat dalam obat yang diberikan, jika obat tersebut mempunyai kemampuan untuk meningkatkan penyembuhan dengan cara merangsang lebih cepat pertumbuhan sel-sel baru pada kulit (Prasetyo et al., 2010). Salah satu upaya terapi luka bakar adalah dengan pemberian bahan yang efektif mencegah inflamasi sekunder (Rahim et al., 2011) B. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah: 1.
Apa saja yang dapat menyebabkan luka bakar ?
2.
Obat apa saja yang dapat diberikan untuk swamedikasi pengobatan luka bakar?
C. Tujuan Makalah Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui : 1.
Definisi Luka Bakar, etiologi dan patofisiologinya
2.
Swamedikasi yang diberikan kepada pasien untuk mengobati luka bakar
3
BAB II PEMBAHASAN A. Defenisi Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan kulit, mukosa maupun jaringan yang lebih dalam, yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti air, api, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar akan mengakibatkan tidak hanya kerusakan kulit, tetapi juga amat memengaruhi seluruh sistem tubuh (Nina, 2008). Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi (Wim de Jong, 2005). B. Etiologi Luka bakar dapat disebabkan oleh banyak hal yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan panas api secara langsung maupun tidak langsung, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia, air, dll) atau zat-zat yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat) (Wim de Jong. 2005). Bahan kimia yang dapat menyebabkan luka bakar adalah asam kuat atau basa kuat acids atau bases. Luka bakar akibat bahan kimia umumnya disebabkan karena sifat kimiawi bahan tersebut yang tajam dan dapat membakar kulit, seperti sodium hidroksida, silver nitrate, dan bahan kimia berbahaya lainnya (seperti asam sulfur ataupun asam nitrat). Asam hidroflorik dapat menyebabkan kerusakan tulang, namun jenis kerusakan yang terjadi sulit dibuktikan. Bahan kimia ini dapat menimbulkan reaksi terbatas pada kulit, reaksi pada seluruh tubuh ataupun keduanya. C. Patofisiologi Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai peranan dalam homeostasis. Kulit merupakan organ terberat dan terbesar dari
4
tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong. Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat (David, S. 2008).
Gambar 1. Lapisan Kulit
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan oedem dan menimbulkan bula yang banyak
elektrolit.
Hal
itu
menyebabkan
berkurangnya
volume
cairan
intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat tiga. Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20% akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin berkurrang.
5
Pembengkakkan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam (James M Becker, 118-129). Secara garis besar ada lima mekanisme penyebab timbulnya luka bakar, yaitu terutama adalah sebagai berikut : 1.
Api
: kontak dengan kobaran api.
2.
Luka bakar cair
: kontak dengan air mendidih, uap panas, dan minyak panas.
3.
Luka bakar kimia
: asam akan menimbulkan panas ketika kontak dengan jaringan organik.
4.
Luka bakar listrik
: Bisa timbul dari sambaran petir atau aliran listrik. Luka bakar listrik memiliki karakteristik yang unik, sebab sekalipun
sumber panas (listrik) berasal dari
luar tubuh, kebakaran/kerusakan yang parah justru terjadi di dalam tubuh. 5.
Luka bakar kontak : kontak langsung dengan obyek panas, misalnya dengan wajan panas atau knalpot sepeda motor.
D. Penilaian Derajat Luka Bakar. Luka bakar dapat diklasifikasikan menurut dalamnya jaringan yang rusak dan disebut sebagai luka bakar superfisial partial thickness, deep partial thickness dan full thickness. Istilah deskriptif yang sesuai adalah luka bakar derajat-satu, derajat-dua, dan derajat-tiga. 1. Luka bakar grade I Disebut juga luka bakar superficial Mengenai lapisan luar epidermis, tetapi tidak sampai mengenai daerah dermis. Sering disebut sebagai epidermal burn Kulit tampak kemerahan, sedikit oedem, dan terasa nyeri. Pada hari ke empat akan terjadi deskuamasi epitel (peeling).
6
2. Luka bakar grade II a. Superficial partial thickness: Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan atas dari dermis Kulit tampak kemerahan, oedem dan rasa nyeri lebih berat daripada luka bakar grade I Ditandai dengan bula yang muncul beberapa jam setelah terkena luka Bila bula disingkirkan akan terlihat luka bewarna merah muda yang basah Luka sangat sensitive dan akan menjadi lebih pucat bila terkena tekanan Akan sembuh dengan sendirinya dalam 3 minggu ( bila tidak terkena infeksi ), tapi warna kulit tidak akan sama seperti sebelumnya. b. Deep partial thickness Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan dalam dari dermis disertai juga dengan bula permukaan karena variasi
luka
berbecak
merah
muda
dan
putih
dari vaskularisasi pembuluh darah( bagian yang putih
punya hanya sedikit pembuluh darah dan yang merah muda mempunyai beberapa aliran darah luka akan sembuh dalam 3-9 minggu. 3. Luka bakar grade III Menyebabkan kerusakan jaringan yang permanen Rasa sakit kadang tidak terlalu terasa karena ujung-ujung saraf dan pembuluh darah sudah hancur. Luka bakar meliputi kulit, lemak subkutis sampai mengenai otot dan tulang. 4. Luka Bakar grade IV Berwarna hitam
7
Gambar 2. Derajat Luka Bakar
E. Terapi Pada Luka Bakar 1.
Terapi Farmakologi (Pedoman Penggunaan Obat Bebas Dan Bebas Terbatas, 2006) a. Obat yang mengandung perak sulfadiazine Kegunaan : untuk luka bakar Pemakaian : Oleskan 2-4 mm krim/salep pada permukaan luka. Untuk luka yang agak luas,
oleskan
dengan
menggunakan
spatula atau sarung tangan. Gunakan 2 kali sehari, atau sesering mungkin bila diperlukan. Lalu tutup dengan perban dan plester Instruksi khusus : Setiap
akan
menggunakan
krim/salep,
permukaan luka harus bersih. Untuk melepaskan perban akan lebih mudah sambil disiram air secara perlahan-lahan atau membasuhnya dengan larutan antiseptic Perhatian : hanya untuk obat luar
8
Peringatan : Jangan gunakan obat ini kepada bayi prematur, bayi yang baru lahir atau pada ibu-ibu yang sedang hamil b. Obat yang mengandung
oleum iecoris aselli (minyak ikan,
”levertraan”) Kegunaan : Untuk membantu penyembuhan luka bakar Pemakaian : 2-3 kali sehari, dioleskan Perhatian : Hanya untuk obat luar Peringatan : Jangan digunakan bila luka sudah terinfeksi 2. Non farmakologi Yang boleh diberikan kepada penderita : a. Cairan susu
Susu merupakan cairan yang paling bagus untuk mengompress luka bakar kecil. Rendam daerah luka dengan susu selama 15 menit atau lebih. Bila anda kesulitan merendam, anda bisa menggunakan handuk yang telah dibasahi susu untuk menutup daerah yang terbakar. Lemak yang terdapat dalam susu akan menyejukan daerah yang terbakar dan mempercepat penyembuhan. b. Lidah buaya akan mempercepat proses penyembuhan. Dua atau tiga
hari setelah terluka, anda dapat membubuhi daerah luka dengan cairan dari daun lidah buaya. Kesejukan dari cairan itu akan membantu meredakan nyeri. Gunakan empat sampai 5 kali sehari tanpa ditutup dengan perban. c. Kentang juga bisa dipakai untuk pertolongan luka bakar. Irislah
kentang lalu tutup daerah yang terbakar menggunakan irisan tersebut. Zat tepung pada kentang akan menetralisir luka bakar, rasa nyeri dan mencegah pembentukan jaringan parut. d. Madu yang digunakan untuk menutup luka akan menyejukan luka,
meredakan nyeri dan mempercepat penyembuhan. Madu juga akan mencegah infeksi kuman serta melindungi daerah luka. e. Minyak lavender akan meredakan rasa nyeri dan mempercepat
penyembuhan serta mencegah jaringan parut. Pertama tama, bersihkan daerah luka dengan air dan sabun. Campur minyak lavender dengan
9
minyak zaitun dengan perbandingan 1 : 3. Selanjutnya tutuplah daerah luka dengan campuran tadi.
3. Hal yang harus diperhatikan : a.
Jangan mengoleskan odol, kecap, mentega pada daerah yang terkena luka bakar. Bahan-bahan ini hanya akan menyebabkan infeksi pada luka bakar dan bahkan memperlama proses penyembuhannya.
b.
Menutup luka bakar dengan menggunakan putih telur akan mencegah luka bakar menjadi kering.
c.
Jangan memecah bula atau lepuhan. Memecah bula hanya akan membuat infeksi pada luka bakar. Jika bula terlanjur pecah, bersihkan dan sementara tutup dengan kasa steril.
d.
Jangan menekuk daerah yang terkena luka bakar, terutama pada daerah-daerah
persendian
kontraktur/pemendekan
yang
karena akan
akan
menyebabkan
menyusahkan
proses
penyembuhannya. e.
Cepat berikan penanganan medis kepada penderita jika mengalami luka bakar berat atau luas. Kemungkinan penderita memerlukan oksigen jika mengalami udem/pembengkakan laring, atau perlu cairan infus karena luasnya luka bakar sehingga penguapan yang terjadi juga masif atau perlu diberikan antibiotik masif atau injeksi anti tetanus.
10
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Luka bakar merupakan jenis luka, kerusakan jaringan atau kehilangan jaringan yang diakibatkan sumber panas ataupun suhu yang tinggi, sumber listrik, bahan kimiawi, cahaya dan radiasi. Klasifikasi luka bakar berdasarkan tingkat keparahan adalah luka bakar derajat-satu, derajat-dua, dan derajat-tiga. Swamedikasi hanya dapat diberikan untuk luka bakar ringan dan preventif pada luka bakar berat yang akan dirujuk ke rumah sakit. Swamedikasi pada luka bakar ringan dapat diberikan secara farmakologi dan non farmakologi. B. SARAN Perlu adanya edukasi kepada tenaga kesehatan dan masyarakat dalam memberikan terapi obat dengan swamedikasi.
11
REFERENSI
Anggota IKAPI, 2013, Rujukan Cepat Obat Tanpa Resep Untuk Praktisi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 75-80. Anonim, 2006, Pedoman Penggunaan Obat Bebas Dan Bebas Terbatas, Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan, Jakarta. Bernard, D.P., 2009, Handbook of Nonprescription Drugs, APhA, Washington DC, 759-773. David, S., 2008, Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka Dalam : Surabaya Plastic Surgery, http://surabayaplasticsurgery.blogspot.com. James M Becker, Essentials of Surgery, Edisi 1, Saunders Elsevier, Philadelphia, 118-129 Wim de Jong, 2005, Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, EGC, Jakarta, 66-88.