MACULAR MACULAR HOLE
Disusun oleh : Muhamad
Ichsan Pribadi
1110103000076 Pembimbing :
dr. Sylvia, Sp.M
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA RSUP RSU P FATMAW FATMAWATI ATI JAKARTA JA KARTA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIERSITAS ISLAM NE!ERI S"ARIF S"ARIF HIDA"ATULLAH HIDA"ATULLAH JAKART JAKA RTA A #$%& 'A' I PENDAHULUAN
Macular hole atau lubang makula adalah suatu pembukaan atau rbekan seluruh seluruh ketebalan ketebalan retina yang meliputi !vea mata. "dapun "dapun kasus lubang lubang makula makula pertama kali dilaprkan pada tahun ta hun 1#$6 leh %napp, yang ter&adi pada penderita dengan ri'ayat trauma.1
Sebagian Sebagian besar peneliti men&elaskan men&elaskan bah'a lubang lubang makula makula disebabkan disebabkan leh tarikan vitreretinal yang idipatik dan seringkali ter&adi pada 'anita de'asa. Pada Pada tahun tahun 1$$(, 1$$(, the Eye Disease Case-control Study melaprkan Study melaprkan bah'a 7)* lubang makula ter&adi pada 'anita dan lebih dari +0* ter&adi pada usia 6+ sampai 7( tahun. 1 eri terdahulu menyebutkan bah'a lubang makula merupakan penyebab hilang hilangnya nya pengli penglihat hatan an sentral sentral yang yang ireversi ireversibel bel dan menyeb menyebabk abkan an kebuta kebutaan. an. Seiring berkembangnya pengetahuan tentang pat!isilgi, diagnsis dan bedah vitreretina, vitreretina, memungkin memungkinkan kan untuk dilakukannya dilakukannya perbaikan perbaikan lubang lubang makula makula dan !ungsi penglihatan. Maka Maka dari dari itu itu penu penuli liss ingi ingin n memb membah ahas as lebi lebih h &auh &auh meng mengen enai ai luba lubang ng makula makula,, selain selain sebagai sebagai tugas tugas re!erat re!erat syarat syarat kelulu kelulusan san kepani kepanitraa traan n klinik klinik Ilmu Ilmu Penyakit Mata -SP /atma'ati akarta, dan semga re!erat ini dapat menabah ilmu pengetahuan ilmu penyakit mata.
'A' # TINJAUAN PUSTAKA Macular Hole Hole
#(%( De)inisi
Macular hole lubang makula2 adalah terbukanya seluruh ketebalan retina yang mengenai bagian tengah !vea. 1,),3 #(#( E*i+emiologi
ubang makula idipatik umumnya ter&adi pada individu yang sehat pada dekade keenam atau ketu&uh dari hidupnya. sia nset rata4rata 6+ tahun, namun nset pada pasien usia dekade ketiga telah dilaprkan. 5anita lebih sering terkena daripada pria, dengan perbandingan )1. Sekitar 104)0* kasus ter&adi pada kedua mata, namun nsetnya &arang ter&adi bersamaan. ) #(, E-iologi
%ebanyakan kasus lubang makula adalah idipatik, ter&adi pada pasien yang tidak memiliki ri'ayat patlgis pada mata. "kan tetapi, prses patlgis dapat menginduksi secara sekunder pembentukan dari lubang makula. ubang makula dapat terbentuk segera setelah ter&adi trauma tumpul merupakan deskripsi a'al mengenai lubang makula yang dikemukakan leh erman %napp pada tahun 1#6$. Selain trauma, masalah kular lain yang dihubungkan dengan pembentukan lubang makula adalah edema makula kistid, membran epiretina, sindrm traksi vitremakular, rhegmatogenous retinal detachment, penyakit best, mipia tinggi dengan sta!ilma psterir, lightning strike injury, retinpati hipertensi!, makraneurisma yang ruptur, dan retinpati diabetik prli!erati!. ) Selama bertahun4tahun, para peneliti mencari alasan sistemik mengapa lubang makula terbentuk. Pada studi Eye Disease Case-Control , banyak !aktr resik sistemik yang mungkin telah diteliti secara prspekti!. anya kadar !ibringen serum yang meningkat yang berhubungan dengan meningkatnya resik ter&adinya lubang makula idipatik. ubang makula merupakan kndisi yang &arang, diperkirakan ter&adi pada satu dari +000 pasien.)
#(. An/-omi M/0ul/
-etina merupakan lapisan terdalam dari mata, suatu membran tipis yang lembut dan transparan. apisan ini merupakan åan yang sangat berkembang di mata. apisan retina tampak ber'arna merah keunguan akibat adanya sel batang dan krid vaskuler di ba'ahnya. ( -etina terbentang dari diskus ptikus hingga ke ra serata. -etina terbagi men&adi dua daerah, yaitu kutub psterir dan retina peri!er, yang dipisahkan leh garis khayal ekuatr retina, yang &uga dibagi men&adi dua daerah , yaitu diskus ptikus dan makula lutea.(
!/mb/1 #(%( An/-omi m/-/( &
8iskus ptikus merupakan daerah melingkar ber'arna merah &ambu dengan diameter sekitar 1,+ mm. Pada diskus ptikus semua lapisan retina berakhir kecuali serabut4serabut sara!, yang mele'ati lamia kribrsa untuk bergabung men&adi nervus ptikus. Suatu daerah depresi bagian yang menurun2 dapat terlihat pada diskus, disebut physiological cup. "rteri dan vena sentralis retina muncul dari bagian tengah daerah cup tersebut.( Makula lutea atau disebut &uga dengn yellow spot, merupakan daerah yang terletak di kutub psterir ke arah tempral dari diskus ptikus, ber'arna lebih merah dibandingkan dengan daerah disekelilingnya, dengan diameter sekitar +,+ mm. /vea sentralis merupakan daerah yang menurun pada bagian tengah makula. /vea sentralis ini memiliki diameter kurang lebih 1,+ mm dan merupakan bagian yang paling sensiti! dari retina. Pada bagian tengah !vea sentralis ini terdapat daerah yang lebih menurun lagi yang disebut !vela, dengan diameter sekitar 0,3+ mm, dan terletak kurang lebih 3 mm dari tepi tempral diskus ptikus. 8aerah yang mengelilingi !vea terdiri dari daerah para!vea dan peri!vea.( -etina peri!er merupakan daerah yang dibatasi leh ekuatr retina di bagian psterir dan ra serata di bagian anterir. 9ra serata merupakan batas peri!er yang bergerigi di mana retina berakhir. 8i bagian ini retina merekat dengan kuat pada vitreus dan krid. (
!/mb/1 #(#( Fun+us no1m/l +/e1/h2+/e1/h m/0ul/( #
Secara histlgis, retina terdiri dari sepuluh lapisan, yaitu dari luar ke dalam2.( a.
:pitel pigmen. apisan ini merupakan lapisan terluar dari retina, terdiri dari selapis sel4sel yang mengandung pigmen. apisan ini melekat dengan kuat pada basal lamina membran ;ruch2 pada krid.
b.
apisan sel4sel batang dan kerucut. Sel4sel batang dan kerucut dikenal &uga sebagai !treseptr. apisan !treseptr ini hanya terdiri dari segmen terluar dari sel4sel !treseptr yang tersusun secara palisade. erdapat sekitar 1)0 &uta sel batang dan 6,+ &uta sel kerucut. Sel batang memiliki substansi !tsensiti! ber'arna ungu rhdpsin2 dan menya&ikan penglihatan peri!er dan penglihatan dengan cahaya yang sedikit penglihatan sktpik2. Sel kerucut &uga memiliki substansi !tsensiti! dan terutama bertanggung &a'ab pada penglihatan sentral penglihatan !ttpik2 dan penglihatan terhadap 'arna.
c.
Membran limitans eksterna. apisan ini merupakan membran yang berlubang4lubang, dimana lubang4lubang tersebut merupakan le'atnya prsesus4psesus dari sel batang dan kerucut.
d.
apisan nukleus luar. apisan ini terdiri dari nukleus dari sel4sel batang dan kerucut.
e.
apisan pleksi!rm luar. apisan ini terdiri dari hubungan antara u&ung4u&ung sel batang dan kerucut dengan dendrit dari sel4sel biplar dan sel4sel hri<ntal.
!.
apisan nukleus dalam. apisan ini terutama terdiri atas badan sel dari sel4sel biplar. 8i lapisan ini &uga terdapat badan sel dari sel amakrin hri<ntal dan sel Muller, serta kapiler dari arteri sentralis retina.
g.
apisan pleksi!rm dalam. apisan ini terdiri dari hubungn antara aksn dari sel4sel biplar, dendrit dari sel4sel ganglin, dan prsesus dari sel4sel amakrin.
h.
apisan sel ganglin. apisan ini terdiri atas badan sel4sel ganglin. erdapat dua &enis sel ganglin, yaitu sel ganglin kecil dan sel ganglin plisinapstik.
i.
apisan serabut sara!. apisan ini terdiri atas aksn dari sel4sel ganglin, yang mele'ati lamina kribrsa untuk membentuk nervus ptikus.
&.
Membran limitans interna. apisan ini merupakan lapisan terdalam retina dan memisahkan retina dengan vitreus.
!/mb/1 #(,( L/*is/n2l/*is/n 1e-in/( &
Pada !vea, tidak terdapat sel batang, sel4sel kerucut tersusun rapat, dan lapisan4lapisan retina lain sangat tipis di daerah ini. ;agian tengahnya !vela2 terdiri dari sel4sel kerucut dan nukleus sel4sel tersebut yang dilapisi membran limitans interna yang tipis. apisan4lapisan retina yang lain tidak terdapat didaerah ini. Pada daerah !vea yang mengelilingi !vela, aksn dari sel4sel kerucut tersusun secara blik lapisan enle2 untuk men&angkau pinggir dari !vea.( -etina merupakan åan kular yang paling kmpleks. Mata melakukan tugas sebagai instrumen ptik, reseptr yang kmpleks, dan sebuah transduser yang e!ekti!. Sel4sel batang dan kerucut pada lapisan !treseptr mengubah stimuli cahaya men&adi impus sara! yang diknduksikan melalui &alur penglihatan menu&u ke krteks penglihatan ksipital. +
!/mb/1 #(.( !/mb/1/n his-ologis +/1i m/0ul/ +/n )o3e/
#(& P/-ogenesis
Patgenesis ter&adinya lubang makula masih belum &elas. =amun terdapat beberapa teri yang mencba men&elaskan bagaimana ter&adinya lubang makula tersebut, diantaranya sebagai berikut.1 ". eri trauma. Pada tahun 1#6$, %napp melaprkan kasus lubang makula pada serang pasien yang mengalami trauma mata dengan diagnsis perdarahan
makula. 8ua tahun kemudian, =yes menggambarkan lubang makula yang diakibatkan leh trauma padaserang gadis berusia 13 tahun. 8iasumsikan trauma tumpul kuli dapat menyebabkan ter&adinya lubang makula dari energi mekanik yang dihasilkan leh gelmbang cairan vitreus, sehingga ter&adi nekrsis makula.
!/mb/1 #(&( Lub/ng m/0ul/ 4*/n/h bes/15 +eng/n 1obe0/n 1e-in/ senso1i0 +i se0elilingn6/ 4*/n/h 0e7il5( &
;. eri 8egenerasi %istid dan >askular. /uchs 1$012 dan ?ats 1$072, mereka menyatakan bah'a ter&adi perubahan kistik di daerah yang berdekatan dengan lubang makula dan menduga perubahan ini disebabkan leh trauma ataupun mekanisme lainnya. Pada beberapa kasus lubang makula tidak ter&adi segera setelah trauma, diduga ter&adi vaskntriksi yang diikuti vasdilatasi sehingga menyebabkan degenerasi kistik pada pusat makula. 8egenerasi kistid makula sentral berkaitan dengan beberapa kndisi seperti hipertensi berat, klusi arteri sentalis retina, klusi vena retina, penyakit cats, si!ilis, makulpati karena sinar, dan traksi dari vitreus. ?ats dan %uhnt menduga ter&adi perubahan vaskular terkait usia yang menimbulkan degenerasi kistik dan akhirnya menyebabkan perubahan lubang makula. ?. eri >itreus. Pada tahun 1$1) @eeman menggambarkan menggambarkan secara histpatlgi adanya kndensasi vitreus premakular yang berdekatan dengan !vea yang mengalami degenerasi sistik. Menurut ister 1$)(2, terdapat kntraksi dari pita !ibrsa vitreus secara anterpsterir yang menyebabkan ter&adinya distrsi makula, traction retinal detachtment , degenerasi sistid makula, dan akhirnya men&adi lubang makula. -eese et al. 1$672 yang menyatakan bah'a separasi vitreus dari !vea dapat menyebabkan avulsi !vea yang akhirnya menyebaban luban makula. Mrgan dan Schat< 1$#62 men&elaskan suatu prses penipisan invlusinal pada makula yang merupakan gabungan dari teri vitreus, vaskular dan degenerasi kistik. esi makula ini digambarkan sebagai !vea yang tipis dan agak atr!i yang kehilangan bentuk dan !ungsi nrmalnya. Menurut teri ini, a'alnya ter&adi perubahan pada pembuluh darah krid yang akan mengganggu per!usi krid yang akan menyebabkan perubahan !vea, retina, dan epitel pigmen. Perubahan vaskular ini menyebabkan degenerasi kistik retin sehingg ter&adi perubahan yang tetap dari struktur !vea dan epitel pigmen retina yang pada akhirnya menyebabkan penipisan makula. arikan vitreus akan menyebabkan lubang pada makula yang sudah mengalami
penipisan tersebut. Pada tahu 1$## Aass mengemukakan klasi!ikasi ururtan ter&adinya lubang makula yang idipatik dan perubahan yang mendahuluinya. %emudian pada tahun 1$$+ dibuat revisi tentang knsep ini. %nsep ini menekanka adanya tarikan vitreus secara tangensial. #(8 Kl/si)i0/si
Aass men&elaskan pembentukan lubang makula biasanya berkembang selama peride berminggu4minggu hingga berbulan4bulan mele'ati beberapa stadium. Pada kedua kasus, lubang makula biasanya terdeteksi ketika ge&ala yang ada pada pasien memburuk secara tiba4tiba. %lasi!ikasi dan karakteristik lubang makula untuk masing4masing stadium dapat dilihat sebagai berikut. +,7 ". Stadium I4". Pada stadium ini, ter&adi tarikan tangensial secara spntan leh vitreus pre!velar yang menyebabkan terlepasnya retina !velar, hilangnya depresi !veal dn ter&adi bintik !veal yang kekuningan dengan diameter 1004)00 mikrmeter. er&adi pelepasan terlkalisir yang dangkal dari krteks vitreus peri!veal dengan tetap ter&adi perlekatan yang persisten terhadap !vela. ;. Stadium I4;. %ntraksi vitreus akan menyebabkan lepasnya !vea, !vea men&adi mendatar. Perubahan ini menyebabkan gambaran cincin berbentuk dnat yang ber'arna kuning dengan diameter )0043+0 mikrmeter. er&adi ekstensi psterir dari psedkista dengan gangguan pada lapisan retina terluar. "tapnya masih utuh dengan tetap terdapat perlekatan hialid psterir dengan retina. ?. Stadium ). Mulai ter&adi pemisahan krteks vitreus disertai terbentuknya pseudperkulum. Pada stadium ini mulai dapat dilihat suatu lubang, yaitu de!ek seluruh ketebalan retina, dengan diameter kurang dari 300 mikrmeter, namun kadang4kadang tanda ini terle'atkan karena adanya pseud4perkulum. Pseud4 pekulum itu sendiri dari kndensasi vitreus dan prli!erasi glial yang akti!. Ae&ala gangguan penglihatan termasuk metamr!psia dan berkurangnya keta&aman penglihatan. %etika telah ter&adi lubang stadium ), hampir selalu berkembang men&adi stadium 3 dengan harapan yang kecil untuk te&adinya perbaikan penglihatan secara spntan.
8. Stadium 3. %ntraksi dan kndensasi krteks vitreus akhirnya menyebabkan pemisahan vitreus dan makula. ubang yang terbentuk berdiameter sekitar 3004 (00 mikrmeter, dan dikelilingi cairan subretina yang berbentuk seperti dnat. ialid psterir telah lepas dari daerah makula, namun masih melekat pada diskus ptikus. 8apat ter&adi edema intraretinal dan kista. :. Stadium (. Pada stadium ini ter&adi pemisahan ttal antara vitreus dengan makula yang ditandai dengan cincin 5eiss, dengan diameter lubang mencapai +00 mikrmeter dan dikelilingi leh cairan subretina dengan depsit ber'arna kekuningan di dalam lubang tersebut. Penurunan keta&aman penglihatan ter&adi terutama karena hilangnya !treseptr pada de!ek sentral, dengan hasil sktma sentral abslut. Sebagai tambahan, cairan subretina yang mengelilingi lubang dan elevasi
retina
sekunder menyebabkan
sktma
relati! di sekeliilingnya.
Penglihatan cenderung menurun secara prgresi!, men&adi stabil pada 6B60 atau lebih buruk ketika lubang mencapai diameter maksimumnya.
!/mb/1 #(8( S0em/ 0l/si)i0/si lub/ng m/0ul/ 6/ng +iusul0/n oleh !/ss( 9 #(( !e;/l/ 0lnis
%ebanyakan lubang makula idipatik tidak berge&ala pada stadium a'al. Pasien dengan lubang makula yang simtmatik akan mengeluhkan penglihatan sentral yang kabur atau sktma sentral dan metamr!psia. ;iasanya pasien menyadari hal tersebut ketika membaca atau memba'a kendaraan. Ae&ala4ge&ala berkembang bertahap dan terdapat 'aktu dimana pasien akan menutup sebelah matanya dan menyadari bah'a menurunnya penglihatan sentral hanya mncular. ;eberapa pasien dapat secara terus4menerus asimtmatik dan lubang yangada akan terdiagnsis hanya saat pemeriksaan !talmlgis rutin. a&am penglihatan pada lubang stadium 1 biasanya sekita 6B$ tau 6B1). %etika lubang full thicknes teridenti!ikasi stadium ) ke atas2, ta&am penglihatan bervariasi antara 6B1# hingga 3B60. Metamr!psia ter&adi karena elevasi retina nursensrik di sekitar lubang makula.$ #(9 Peme1i0s//n +/n Di/gnosis
%ebanyakan kasus lubang makula biasanya idipatik bersi!at asimtmatik pada stadium a'al. Pasien dengan lubang makula biaanya datang dengan mengeluh penglihatannya men&adi kabur pada bagian tengah. Secara umum, perlu ditanyakan beberapa hal kepada pasien, seperti sudah berapa lama ge&ala dirasakan, ri'ayat kuler, apakah pernah menderita glaukma, atau penyakit mata yang lain sebelumnya, kecelakaan atau trauma yang mengenai mata, perasi pada mata, dan penggunaan beberapa bat4batan yang dapat berhubungan dengan kista makular, seperti niasin sistemik dan analg prstaglandin tpikal. 3,$ ntuk pemeriksaan, dapat dilihat sebagai berikut. A.
/unduskpi. ubang makula yang full thickness akan nampak seperti lesi bulat
atau val pada makula dengan depsit ber'arna putih kekuningan pada dasarnya. ;. "ngigra!i !luresens. Pemeriksaan ini dapat berguna sebagai tambahan bagi bimikrskpi. Pemeriksaan angigra!i !luresens ini biasanya menun&ukan
gambaran hiper!luresensi sentral pada !ase a'al 7$*2, namun pada kelainan makula lain yang menyerupai lubang makula &uga memberikan gambaran yang sama sekitar 63*2, sehingga pemeriksaan ini tidak banyak menlng untuk menegakkan diagnsis lubang makula. ?. Metde 5at
pemandu sinar laser laser aiming beam2. es ini dilakukan sama
seperti metde 5at
9ptical ?herence mgraphy 9?2. Pemeriksaan ini merupakan teknik
pencitraan diagnstik untuk pencitraan bereslusi tinggi dari retina. Aambaran cross sectional dari retna dapat diperleh dengan 10 reslusi lngitudinal. 9? dilakukan dengan pasien duduk di depan slit lamp dimana lensa dengan kekuatan 7#8 telah dipasang. Suatu laser dida superluminesens menghasilkan prbe beam dengan pan&ang gelmbang #(0 unit in!amerah2 yang di!kuskan ke retina. Sepasang galanometrically driven rthgnal scanning mirrr mengamati beam pada mata dan daerah retina dapat divisualisasikan dengan kamera in!ramerah. Aambaran cross sectional dari retina digantikan dengan 'arna4'arna yang sesuai dengan daerah re!leksivitas ptikal yang relati! tingi merah dan putih2 atau re!lektivitas rendah biru hingga hitam2. Aambaran tmgra!ik bereslusi tinggi yang didapat dari 9? dapat membantu membedakan lubang makula yang sebenarnya dengan lubang palsu pseudohole2 dan lubang lamelar. !/mb/1 #(( !/mb/1/n 1esolusi -inggi +/1i lub/ng m/0ul/ s-/+ium .( # #(< Di/gnosis '/n+ing
8iagnsis banding dari lubang makula dapat dilihat sebagai berikut. $ A.
ubang pada epiretina membran epimakular2, merupakan lesi yang paling
umum dikelirukan dengan lubang makula adalah membran epiretina yang memiliki lubang, kntraksi atau pinggiran sirkumlinier di dalam atau didekat dengan !vea. ;imikrskpi lensa kntak menun&ukanmembran tersebut dengan kntraktur dan macular puckering dengan retina yang nrmal di ba'ah membran. idak ditemukan cairan subretina dan edema retina di sekitar lubang. Membran epiretina dapat ditemukan berhubungan dengan lubang makula sendiri, &adi dengan adanya membran tersebut tidak menghapus kemungkinan adanya lubang makula. ;. 8egenerasi makula berhubungan dengan usia. "tr!i gegra!ik dari epitel pigmen retina dan retina di atasnya dapat menyerupai lubang makula. C.
:dema makula kistid. %etika ditemukan suatu kista sentral yang besar, hal ini
dapat terlihat seperti lubang makula yang full thickness. %ndisi kular yang lain yang berhubungan dengan edema makula kistid ini, seperti perasi pada mata atau kndisi in!lamasi pada mata dapat membedakannya dengan lubang makula. 8. ubang lamelar. Ini merupakan de!ek dengan setengah ketebalan dari makula retina yang biasanya merupakan hasil dari pembentukan lubang makula yang terhenti tau yang dapat dilihat pada kasus edema makula kistid krnik ketika laisan dalam kista yang tipis pecah. Suatu pseud4perkulum dapat diamati menutupi lubang lamelar dapat membuat kesalahan disgnsis. ;atas4batas dari lubang lamelar biasanya kurang tegas dan memiliki tepi yang landai. :. =evaskularisasi krid sub!vea dengan kista !vea dan edema inraretina dapat menyerupai lubang makula. /. raksi vitremakula dengan !vea kistik &uga dapat menyerupai lubang makula.
#(%$( Pen/-/l/0s/n//n
Sebelum tahun 1$#$, lubang makula idipatik dianggap tidak dapat dibati. %elly dan 'endel merupakan yang pertama melaprkan bah'a bedah vitreus dapat meningkatkan keta&aman penglihatan pada beberapa mata dengan lubang makula idipatik akut. Se&ak itu, vitrektmi untuk lubang makula idipatik dengan cepat men&adi prsedur yang digunakan secara luas di seluruh dunia. ) ubang stadium 1 a'alnya dibservasi sa&a, karena tiga alasan, yaitu lubang makula stadium 1 memiliki angka perbaikan spntan sebesar +0*, intervensi bedah tidak mencegah pembentukan lubang makula secara universal, dan vitrektmi untuk lubang stadium ) dengan nset baru memiliki angka kesuksesan yang sangat tinggi C$0*2. ) ika lubang stadium 1 mengalami penurunan keta&aman penglihatan secara signi!ikan yang bertahan selama beberapa bulan, maka tindakan bedah dapat dipertimbangkan. ;edah lubang makula dilakukan di ba'ah anestesi lkal, kecuali &ika pasien yang meminta anestesi umum. Suatu three-port core itrectomy standar dilakukan menggunakan baik insisi )0 gauge, )3 gauge, ataupun )+ gauge. %emudian krteks vitreus psterir yang intak ditahan, biasanya menggunakan instrumen vitrektmi dengan !ungsi memtng yang ditiadakan. %rteks vitreus psterir biasanya tidak terlihat sampai diangkat retina. Pengangkatan krteks vitreus dan hialid hingga pelepasan sempurna dari vitreus tercapai. Sisa vitreus psterir dipindahkan dengan instrumen pemtng untuk virektmi. Pada titik ini, membran epiretina, &ika ada, dikelupas menggunakan &arum bengkk yang ta&am atau !rsep. ika hasil kelupasan membran limitans interna dirasakan berguna, maka dapat &uga dilakukan. Membran limitan interna dapat di'arnai dengan pe'arna indcyanine green, triamsinln, atau trypan blue agar pengelupasan men&adi lebih mudah. Aas sul!ur heksa!lurida tedilusi atau gas per!lurprpan terdilusi diletakan di kavum vitreus untuk penutupan sklertmi. indakan ini dapat dapat dilakukan secara aman pada keadaan ra'at &alan. Pasien biasanya diinstruksikan untuk tetap mengarahkan 'a&ahnya ke ba'ah atau menunduk selama sekurang4kurangnya 7 hari setelah perasi, meskipun interval 3 hari hingga 3 minggu disarankan. )
%mplikasi dari tindakan bedah tersebut dapat berupa pembentukan katarak, dan rbekan atau pelepasan retina atau keduanya dapat ter&adi pada 10* pasien yang dilakukan bedah vitreus untuk lubang makula idipatik. Selain itu &uga dapat ter&adi pembukaan kembali dari lubang makula yang telah ditutup.) #(%%( P1ognosis
ubang stadium satu memiliki angka perbaikan spntan sekitar +0*. %etika ter&adi lubang stadium dua, tanpa tindakan bedah kehilangan penglihatan biasanya permanen. Penutupan spntan dari lubang makula yang full thickness ter&adi pada )4(* mata, mungkin karena pembentukan membran epiretina. Perbaikan penglihatan biasanya tidak ter&adi bersamaan. anpa perasi, lubang makula cenderug untuk stabil pada keta&aman penglihatan 6B60 4 6B)(0. 8engan perasi, memungkinkan ter&adi perbaikan penglihatan. %eberhasilan secara anatmi dapat ditentukan )4( minggu setelah perasi, ketika gas
telah
cukup terserap.
%eberhasilan secara anatmi
dide!inisikan sebagai hilangnya cairan subretina secara lengkap yang mengelilingi lubang makula. %eberhasilan secara visual dide!inisikan sebagai peningkatan keta&aman penglihatan paska4perasi sekurang4kurangnya dua atau lebih baris Snellen di ba'ah keta&aman penglihatan pre4perasi. ) 'A' , KESIMPULAN A. Macular
hole atau lubang makula adalah suatu pembukaan atau rbekan
seluruh ketebalan retina yang meliputi !vea mata. ;. %ebanyakan kasus lubang makula adalah idipatik, namun prses patlgis dapat menginduksi secara sekunder pembentukan dari lubang makula. ?. ubang makula idipatik umumnya ter&adi pada individu yang sehat pada dekade keenam atau ketu&uh dari hidupnya. sia nset rata4rata 6+ tahun. 5anita
lebih sering terkena daripada pria, dengan perbandingan )1. Sekitar 104)0* kasus ter&adi pada kedua mata, namun nsetnya &arang ter&adi bersamaan. 8. Patgenesis ter&adinya lubang makula masih belum &elas. =amun terdapat beberapa teri yang mencba yang men&elaskan ter&adinya lubang makula tersebut, diantaranya teri trauma, teri degenerasi kistid dan vaskular, serta teri vitreus. :. erdapat beberapa stadium untuk lubang makula yang dideskripsikan leh Aass, yaitu stadium 1 hingga stadium (. Pada kedua kasus, lubang makula biasanya terdeteksi ketika ge&ala yang ada pada pasien memburuk secara tiba4tiba, yaitu keta&aman penglihatan yang menurun dan mengaburnya penglihatan pada bagian tengah atau sktma sentral, serta adanya metamr!psia. /. ;erbagai pemeriksaan dapat diakukan untuk membantu menegakan diagnsis lubang makula, salah satunya dengan 9ptical ?herence mgraphy 9?2. Pemeriksaan ini merupakan teknik pencitraan diagnstik untuk pencitraan bereslusi tinggi dari retina, dan pemeriksaan ini biasanya digunakan untuk membantu menegakan diagnsa, serta menilai keadaan makula saat pre4dan paska4perasi. A. Sebelum tahun 1$#$, lubang makula idipatik dianggap tidak dapat dibati. %elly dan 'endel merupakan yang pertama melaprkan bah'a bedah vitreus dapat meningkatkan keta&aman penglihatan pada beberapa mata dengan lubang makula idipatik akut. Se&ak itu, vitrektmi untuk lubang makula idipatik dengan cepat men&adi prsedur yang digunakan secara luas di seluruh dunia. . ubang stadium satu memiliki angka perbaikan spntan sekitar +0*. %etika ter&adi lubang stadium dua, tanpa tindakan bedah kehilangan penglihatan biasanya permanen. anpa perasi, lubang makula cenderung unuk stabil pada keta&aman penglihatan 6B60 4 6B)(0. 8engan perasi, memungkinkan ter&adinya perbaikan peglihatan. DAFTAR PUSTAKA
1.
:!!endi, -.A., Sasn, 5. Idipathic Macular le. !urnal "ftalmologi #ndonesia. 8esember )010D 632 6#41+#.
2.
Ean!!, M., 8uker, .S. "pthalmology. 3rd :d. S" :lsevier, )00$.
3.
"merican "cademy ! 9phtalmlgy -etina Panel. $referred $ractice $attern% #diopathic Macular &ole. San /rancisc, ?" "merican "cademy ! 9pthalmlgyD )010.
4.
%hurana, ".%. 8isease ! the -etina. In %hurana, ".%. Comprehensie "pthalmology. (th :d. =e' 8elhi =e' "ge Internatinal )010 +)4)($.
5.
/letcher, :.?., ?hng, =.>. -etina, In -irdan4:va, P., 5hitcher, .P. 'aughan ( )sbury*s +eneral "pthalmology. 17th :d. S" the Mc Ara'4ill ?mpaniesD )010.
6.
Sehu, %.5., ee, 5.-. "phthalmic $athology% )n #llustrated +uide for Clinicians. S" ;lack'ell PublishingD )00+.
7.
%anski, .. "cFuired Macular 8isrders and -elated ?nditins. #n% anski, !.!. Clinical "phthalmology% ) Systemic )pproach. 16th :d. S" :lsevierD )010 646((.
8.
Smiddy, 5.:., /lynn, .5. Pathgenesis ! Macular les and heurapetic Implicatins. )m ! "phthalmology. )010D 13732D 3(4+)+.
$.
Sharma, E.-. et al. Macular le. % Science. )00#D ()2 +746#.