MAKALAH ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (Studi Kasus Batik Trusmi Cirebon)
Oleh : Feby Febryani Santana (240110130102)
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2016
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik merupakan salah satu warisan budaya yang dimiliki oleh Indonesia. Perkembangan batik sendiri dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Terlebih lagi setelah batik dikukuhkan oleh UNESCO pada tahun 2009 sebagai Warisan Budaya Dunia atau “World Heritage”. Hal itu menjadikan tren batik tidak hanya berkembang di dalam negeri tetapi juga berkembang di luar negeri dan mulai banyak dicari oleh masyarakat dunia. Salah satu sentra batik yang cukup terkenal adalah “Sentra Batik Trusmi” di Desa Trusmi Kulon, Kecamatan Plered. Daerah ini merupakan suatu kawasan industri batik, mulai dari industri mikro hingga menengah. Adanya “Sentra Batik Trusmi” ini memberikan dampak yang baik bagi masyarakat karena mampu menyerap tenaga kerja yang cukup besar dan memiliki peluang yang sangat baik untuk dijadikan sebagai suatu kawasan wisata industri. Disamping itu, pengelolaan industri yang kurang baik pada akhirnya akan dapat menyebabkan dampak buruk, terutama bagi kondisi lingkungan di sekitar “Sentra Batik Trusmi”. Salah satunya adalah pengolahan limbah dari proses produksi batik yang tidak dilakukan dengan baik serta pembuangan limbah secara sembarangan ke sungai yang pada akhirnya menyebabkan pencemaran lingkungan serta kerusakan ekosistem di lingkungan tersebut. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dengan studi kasus “Sentra Batik Trusmi” ini dilakukan untuk menganalisis dampak yang ditimbulkan dari keberadaan “Sentra Batik Trusmi” ini. Analisis ini dilakukan dari berbagai aspek, mulai dari aspek lingkungan, ekonomi, hingga sosial demografi. AMDAL mengenai “Sentra Batik Trusmi” ini diperlukan untuk dapat mengembangkan “Sentra Batik Trusmi” agar menjadi kawasan industri yang berwawasan lingkungan, sehingga tidak hanya memberikan dampak positif dari aspek ekonomi, tetapi juga dari aspek lain seperti lingkungan dan social demografi.
1.2 Tujuan Tujuan dari penyusunan makalah ini diantaranya adalah: 1. Mahasiswa mampu menyusun kerangka acuan AMDAL; 2. Mahasiswa mampu menyusun Rona Awal sebagai bagian dokumen kerangka acuan AMDAL.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Batik Industri batik di Indonesia umumnya merupakan industri kecil menengah (UKM) yang menjadi mata pencaharian sebagian masyarakat. Industri batik di Indonesia tersebar di beberapa daerah di pulau Jawa yang kemudian menjadi nama dari jenis-jenis batik tersebut seperti batik Pekalongan, batik Surakarta, batik Yogya, batik Lasem, batik Cirebon, batik Sragen. Setiap batik dari daerah tersebut memiliki ciri motif yang spesifik. Jenis batik yang diproduksi ada tiga yaitu batik tulis, batik cap dan batik printing. Perkembangan Industri batik di Indonesia sudah dimulai sejak puluhan tahun yang lalu. Sebagian besar masyarakat Indonesia telah mengenal batik baik dalam coraknya yang tradisionil maupun modern. Kata batik sendiri dalam bahasa Jawa berarti menulis. Batik adalah istilah yang digunakan untuk menyebut kain bermotif yang dibuat dengan teknik resist menggunakan material lilin (malam). Produk batik yang dihasilkan oleh industri batik di Indonesia ada 3 (tiga) yaitu, batik tulis, batik cap dan batik printing. Proses pembuatan ketiga batik ini berbeda. Pada awalnya, pengrajin batik hanya membuat batik tulis yang menggunakan pewarna dari alam seperti jati, pohon mengkudu, soga, nila. Disebut batik tulis karena proses penggambaran motifnya menggunakan tangan. Proses pembuatan batik tulis agak lama memakan waktu berminggu-minggu bahkan bulanan bila desain motifnya memang sulit sehingga harga jualnya juga relatif mahal. Selembar kain batik tulis dapat dihargai 200 ribu rupiah sampai dengan jutaan rupiah. Sangat tergantung pada kerumitan proses pembuatannya. Karena tingkat kesulitan pegerjaan atau lama tidaknya pengerjaan menentukan harga batik. Sehingga produksi batik tulis ini hanya diproduksi sesuai pesanan. Jenis batik yang kedua adalah batik cap. Disebut batik cap karena motif batik dibentuk dengan cap, biasanya dibuat dari tembaga. Batik cap juga disebut dengan batik cetak. Sehingga pada pengembangannya muncul jenis produksi sablon yaitu penggunanan klise atau hand print untuk mencetak motif diatas kain. Dengan proses produksi menggunakan sistem cap ini, para pengrajin dapat menghasilkan
produksi batik lebih banyak. Karena proses pembuatannya tidak terlalu lama. Pada perkembangan selanjutnya muncul jenis printing yaitu produksi batik melalui mesin. 2.2 Proses Pembuatan Batik Proses pembuatan batik dapat memakan waktulama, bahkan bermingu-minggu hingga berbulan-bulan tergantung dari tingkat kerumitan corak batik yang dibuat. Sedikitnya ada lima tahap pembuatan batik, belum termasuk proses penjemuran hingga kering. Kelima proses tersebut yaitu proses lengreng (menggambar sketsa),
esen-esen
(penebalan
sketsa),
penembokan
(pelapisan
malam),
pewarnaan, dan lorot (pelunturan). 1. Lengreng (Menggambar Sketsa) Lengreng adalah tahap menggambar sketsa. Sketsa digambar pada kain putih menggunakan pensil atau alat tulis halus lain. Fungsinya hanya untuk membuat garis pandu dan menampilkan sekilas motif kain. 2. Esen-esen (Penebalan Sketsa) Proses esen-esen ini adalah salah satu proses yang memakan waktu lama dan butuh ketekunan. Garis-garis sketsa yang sudah digambar tadi dipertebal dan diberi detail tambahan dengan canting, alat untuk menggambar batik. Tinta canting disebut 'malam'. Untuk meracik 'malam' dibutuhkan gandar (getah pinus), baron dan busir (sejenis bahan untuk aspal), dan dadu (campuran baron dan busir). Semua bahan ini dicampur dengan minyak lentik atau minyak goreng. Semakin rumit sketsanya, semakin lama proses esen-esen ini berlangsung. 3. Penembokan (Pelapisan Malam) Proses penembokan ini masih menggunakan canting dan malam. Gambargambar yang sudah dipertebal, kemudian di-block. Ruang-ruang putih diwarnai dengan tinta malam hingga padat. Ini dilakukan agar permukaan tersebut tidak menyerap air saat proses pewarnaan nanti. Semakin banyak warna yang ingin digunakan, semakin lama proses penembokan. 4. Pewarnaan
Kain yang sudah di-block tadi diletakkan di alat seperti timbangan atau ayunan bayi. Salah satu sisinya kemudian diisi cairan pewarna dan digoyanggoyang agar menyerap rata ke kain. Permukaan-permukaan kain yang sudah di-block tidak menyerap warna dan akan tetap putih. Selain dengan teknik digoyang, proses pewarnaan juga dapat dilakukan dengan teknik celup, yaitu dengan mencelupkan kain yang telah dilapisi malam ke dalamwadah yang berisi larutan warna. Proses pewarnaan ini dapat menggunakan pewarna alami maupun pewarna tekstil. Saat ini yang banyak digunakan adalah jenis pewarna tekstil karena lebih mudah didapatkan. 5. Lorot (Pelunturan) Tahap terakhir ialah lorot atau proses pelunturan. Tinta malam yang sudah dilekatkan ke kain tadi dihilangkan menggunakan air panas. Kain yang diblock tadi akan tetap putih. Setelah dilorot, proses berikutnya bergantung pada pengrajin. Jika warna yang dibutuhkan lebih dari satu, maka proses penembokan, pewarnaan dan pelorotan diulangi lagi sesuai kebutuhan dalam proses pembuatan batik tersebut. Perbedaannya, pada pengulangan kedua dan seterusnya, bagian kain yang sudah berwarnalah yang ditembok. Sementara permukaan kain yang putih dibiarkan, agar saat proses pewarnaan kelak permukaan putih ini menyerap warna. Setelah semua kain sudah berwarna, barulah kain dikeringkan. 2.3 Limbah Industri Batik Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih dikenal sebagai sampah, yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah. Karakteristik limbah adalah berukuran mikro, dinamis, penyebarannya berdampak
luas dan antar generasi akan berdampak dalam jangka panjang. Faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah volume limbah, kandungan bahan pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah. Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan menjadi 4 bagian yaitu : limbah cair, limbah padat, limbah gas dan partikel, serta limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Untuk mengatasi limbah ini diperlukan pengolahan dan penanganan limbah. Pada dasarnya pengolahan limbah ini dapat dibedakan menjadi pengolahan menurut tingkatan perlakuan dan pengolahan menurut karakteristik limbah. Industri batik dan tekstil merupakan salah satu penghasil limbah cair yang berasal dari proses pewarnaan. Selain kandungan zat warnanya tinggi, limbah industri batik dan tekstil juga mengandung bahan-bahan sintetik yang sukar larut atau sukar diuraikan. Setelah proses pewarnaan selesai, akan dihasilkan limbah cair yang berwarna keruh dan pekat. Biasanya warna air limbah tergantung pada zat warna yang digunakan. Limbah air yang berwarna-warni ini yang menyebabkan masalah terhadap lingkungan. Limbah zat warna yang dihasilkan dari industri tekstil umumnya merupakan senyawa organik non-biodegradable, yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan terutama lingkungan perairan. Senyawa zat warna di lingkungan perairan sebenarnya dapat mengalami dekomposisi secara alami oleh adanya cahaya matahari, namun reaksi ini berlangsung relatif lambat, karena intensitas cahaya UV yang sampai ke permukaan bumi relatif rendah sehingga akumulasi zat warna ke dasar perairan atau tanah lebih cepat daripada fotodegradasinya. Kualitas limbah cair industri batik sangat tergantung jenis proses yang dilakukan, pada
umumnya limbah cair bersifat basa dan kadar organik yang
tinggi yang disebabkan oleh sisa-sisa pembatikan. Pada proses pencelupan (pewarnaan) umumnya merupakan penyumbang sebagian kecil limbah organik, namun menyumbang wama yang kuat, yang mudah terdeteksi, dan hal ini dapat mengurangi keindahan sungai maupun perairan. Pada proses persiapan, yaitu proses nganji atau penganjian, menyumbang zat organik yang banyak mengandung zat padat tersuspensi. Zat padat tersuspensi apabila tidak segera
diolah akan menimbulkan bau yang tidak sedap dan dapat digunakan untuk menilai kandungan COD dan BOD. Air bekas cucian pembuatan batik yang menggunakan bahan-bahan kimia banyak mengandung zat pencemar/racun yang dapat mengakibatkan gangguan terhadap lingkungan, kehidupan manusia, binatang maupun tumbuh-tumbuhan. Zat warna dapat mengakibatkan penyakit kulit dan yang sangat membahayakan adalah dapat mengakibatkan kanker kulit. Dengan banyaknya zat pencemar yang ada di dalam air limbah, akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang terlarut dalam air. Hal ini mengakibatkan matinya ikan dan bakteri-bakteri di dalam air, juga dapat menimbulkan kerusakan pada tanaman atau tumbuhan air, sehingga proses self purification yang seharusnya dapat terjadi pada air limbah menjadi terhambat. Semakin banyak zat organik dalam perairan akan mengalami pembusukan akibat selanjutnya adalah timbulnya bau hasil penguraian zat organik. Di samping bau yang ditimbulkannya, maka menumpuknya ampas akan memerlukan tempat yang banyak dan mengganggu keindahan tempat di sekitarnya. Dan selain bau dan tumpukan ampas yang mengganggu, maka warna air limbah yang kotor akan menimbulkan gangguan pemandangan.
BAB III HASIL 3.1 Hasil Tabel 1. Ringkasan Metode Studi No.
1.
Dampak Penting
Metode Prakiraan
Hipotetik (DPH)
Dampak
Peningkatan runoff
Q = 0,00278 . C . I . dari
Data dan Informasi yang Relevan dan Dibutuhkan
A
Data
curah
hujan
kegiatan
Metode Pengumpulan
Metode Analisis Data untuk
Data untuk Prakiraan
Prakiraan
Isohyets pro
Data primer
Personal
Luas DAS berdasarkan
pembukaan
Metode bagan alir
wilayah administrasi
lahan 2.
Peningkatan dari
debu
Data ambient debu
proses
Parameter
kualitas
Sampling analisis lab
udara
Membandingkan
dengan
baku mutu udara
konstruksi 3.
Kebisingan
akibat
proses konstruksi
Data kebisingan
tingkat
Parameter
tingkat
kebisingan
Data sekunder
Pengujian data kebisingan
Data primer
hasil pengukuran terhadap tingkat
kebisingan
(secara keseluruhan dampak)
Data sekunder
Luas lahan
Metode Evaluasi
pada
wilayah industri 4.
Penurunan kualitas air
Metode Storet
Parameter
akibat
kualitas
air
Data primer
Membandingkan
Sampling
baku mutu air
dengan
pembuangan limbah air
Tabel 2. Ringkasan Proses Pelingkupan
No.
Deskripsi Rencana
Pengelolaan Lingkungan
Kegiatan yang
yang sudah direncanakan
Berpotensi
Sejak Awal sebagai
Menimbulkan
Bagian dari Rencana
Dampak Lingkungan
Kegiatan
Pelingkupan
Komponen Lingkungan Terkena Dampak
Dampak
Dampak Penting
Potensial
Hipotetik (DPH)
Evaluasi Dampak
Batas Wilayah Studi
Waktu Kajian
Potensial
Tahap Pra-Konstruksi 1.
2.
Mediasi
Perizinan
-
UU no. 28 Tahun 2002 tentang bangunan gedung
Masyarakat
Masyarakat
Keresahan
Tempat tinggal
Penyuluhan
Desa Trusmi,
masyarakat
masyarakat
atau
Plered,
terganggu
lobbying
Cirebon
Sengketa
Masyarakat yang
Relokasi
Desa Trusmi,
lahan dengan
setuju direlokasi
Plered,
3 bulan
3 bulan
masyarakat
pindah sedangkan
Cirebon
masyarakat yang tidak setuju tetap menetap Tahap Konstruksi 3.
Pengadaan bahan
-
Masyarakat
material
Aktivitas
Pengadaan bahan
Menentukan
Desa Trusmi,
masyarakat
material tidak
waktu
Plered,
mengganggu
mobilisasi
Cirebon
aktivitas
yang sesuai
3 bulan
masyarakat 4.
5.
Pembangunan sarana
UU no. 3 Tahun 2014
Komponen
Penurunan
Kondisi
Menggunakan
Desa Trusmi,
prasarana
tentang perindustrian
fisik dan
kualitas udara,
lingkungan tetap
material dan
Plered,
kimia,
kebisingan,
terjaga dan
teknologi
Cirebon
masyarakat
kemacetan
masyarakat tidak
ramah
terganggu
lingkungan
Perencanaan usaha
-
Masyarakat,
Terancamnya
Mengurangi
Diadakannya
Desa Trusmi,
industri kecil
industri kecil
pengangguran,
kerjasama
Plered,
mengembangkan
industri kecil
Cirebon
industri kecil Tahap Pasca Kosntruksi
1 tahun
3 bulan
6.
Pengoperasian Produksi
UU no. 32 Tahun 2009
Komponen
Konflik sosial
Penurunan kualitas
Meningkatkan
Desa Trusmi,
fisik, kimia,
air dan udara,
BOD, COD,
Plered,
biologi,
adanya limbah
TSS;
Cirebon
masyarakat
pabrik yang
mengadakan
mencemari sungai
pengolahan limbah
BAB IV DESKRIPSI 4.1
Deskripsi Rencana Usaha dan Kegiatan yang Dikaji Rencana usaha dan kegiatan yang dikaji yaitu adalah “Sentra Batik Trusmi”
di Desa Trusmi Kulon, Kecamatan Plered. Kegiatan pada rencana usaha “Sentra Batik Trusmi” dibagi menjadi 3 tahap, yaitu tahap pra-konstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi. Permasalahan yang ada pada tahap pra-konstruksi yaitu pada kegiatan mediasi dan perizinan membangun usaha atau kegiatan. Pada kegiatan mediasi, pihak yang memiliki peran kunci cukup besar yaitu adalah masyarakat. Hal ini dikarenakan masyarakatlah yang terlebih dahulu akan menerima dampak dari rencana usaha pembangunan “Sentra Batik Trusmi”. Pada tahap ini akan timbul keresahan pada masyarakat mengenai tempat tinggal yang akan terganggu. Setelah tahap mediasi ini selesai selanjutnya adalah tahap perizinan untuk membangun usaha “Sentra Batik Trusmi” ini. Tahap yang selanjutnya adalah tahap konstruksi. Pada tahap ini yang terbagi menjadi beberapa kegiatan yaitu pengadaan bahan material, pembangunan sarana dan prasarana usaha, serta kegiatan perencanaan usaha. Pada tahap ini kemungkinan akan timbul permasalahan baru, yaitu terganggunya aktivitas masyarakat akibat lalu-lalang kedaraan proyek konstruksi serta menurunnya kualitas udara akibat proses konstruksi. Dan tahap yang terakhir adalah tahap pasca konstruksi. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pengoperasian atau proses produksi. Kegiatan ini berpotensi menimbulkan penurunan kualitas air akibat pembuangan limbah dari industri batik ke sungai atau lingkungan di sekitarnya. 4.1.1 Deskripsi rona Lingkungan Awal Kegiatan usaha“Sentra Batik Trusmi” ini berpotensi untuk mencemari lingkungan dan merusak ekosistem lingkungan akibat pengelolaan limbah yang tidak benar. Limbah yang paling banyak dihasilkan dari proses produksi batik adalah limbah cair dari proses pewarnaan dan pelilinan. Limbah cair yang dibuang langsung ke lingkungan tanpa pengolahan atau pengelolaan terlebih dahulu dapat
mencemari lingkungan di sekitar tempat usaha. Pencemaran yang terjadi anatar lain pencemaran air, tanah dan udara. Limbah cair yang dibuang ke sungai misalnya dapat menurunkan kadar oksigen terlarut sehingga berakibat mengganggu ekosistem di sungai tersebut. Self purification air sungai akan terhambat akibat adanya limbah tersebut. Selain itu air limbah akan menimbulkan bau tidak sedap yang akan mengganggu aktivitas masyarakat disekitarnya serta merubah warna air sungai menjadi keruh atau pekat akibat sisa zat warna dari proses pembuatan batik. Permasalahan tersebut merupakan permasalahan yang selalu ada di setiap industri, terutama industri tekstil. Tidak ada tindakan penanganan yang serius dari pihak pengusaha menjadi salah satu kendala utamanya. Kendala lainnya adalah pengaturan atau dasar hukum mengenai pengelolaan limbah industri masih belum dapat diterapkan dengan tegas oleh pihak yang berwenang. 4.1.2 Dampak Penting Hipotetik Dampak penting hipotetik merupakan rincian dari dampak potensial yang mungkin ditimbulkan pada kegiatan-kegiatan usaha yang dilakukan. Dampak penting hipotetik ini diperlukan untuk menentukan upaya penanggulangan atau pencegahan yang tepat agar dapat meminimalisir dampak yang ditimbulkan terhadap komponen lingkungan yang terkena dampak. Pada tahap pra-konstruksi dampak penting hipotetik yang mungkin ditimbulkan adalah keresahan masyarakat akibat kemungkinan tempat tinggal yang terganggu serta sengketa lahan yang akan dijadikan tempat usaha. Salah satu upaya yang dapat diambil untuk mengatasi dampak tersebut adalah dengan melakukan penyuluhan atau lobbiying kepada masyarakat serta melakukan relokasi pada masyarakat yang tempat tinggalnya dibangun tempat uaha “Sentra Batik Trusmi”. Pada tahap konstruksi dampak penting hipotetik yang mungkin ditimbulkan adalah terganggunya aktivitas masyarakat akibat kegiatan konstruksi, kebisingan, kemacetan, penurunan kualitas udara, serta terancamnya industri kecil akibat perencanaan usaha “Sentra Batik Trusmi” tersebut. Hal-hal diatas dapat ditangani diantaranya dengan mengatur waktu mobilisasi yang sesuai dan tidak
mengganggu aktivitas masyarakat, menggunakan material dan teknologi ramaha lingkungan serta menjalin kerjasama dengan industri kecil agar tidak ada yang dirugikan atau merasa terancam. Pada tahap pasca konstruksi dampak penting hipotetik yang mungkin ditimbulkan adalah penurunan kualitas lingkungan dan pencemaran lingkungan (pencemaran tanah, air dan udara) akibat pembuangan limbah sisa proses pembuatan batik. Hal tersebut dapat diatasi dengan melakukan pengelolaan limbah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan. 4.1.3 Batas Wilayah Studi dan Kegiatan yang Dikaji Penentuan batas wilayah studi ini diperlukan untuk melakukan pemantauan dan evaluasi dampak terhadap komponen lingkungan yang terkena dampak. Batas wilayah studi dalam hal ini meliputi tempat usaha atau kegiatan serta waktu pelaksanaan usaha atau kegiatan. Usaha “Sentra Batik Trusmi” ini dilakukan di Desa Trusmi Kulon, Kecamatan Plered. Pada tahap pra-konstruksi, total waktu yang dibutuhkan adalah 6 bulan. Pada tahap konstruksi, total waktu yang dibutuhkan adalah 1 tahun 6 bulan. Sedangkan pada tahap pasca konstruksi tidak terbatas waktu, akan tetapi waktu yang ditentukan untuk evalusi secara rutin adalah 6 bulan.
BAB V KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis studi kasus “Sentra Batik Trusmi” ini adalah: 1. Usaha “Sentra Batik Trusmi” ini dibangun di Desa Trusmi Kulon, Kecamatan Plered. 2. Proses pelingkupan pada usaha “Sentra Batik Trusmi” ini terbahi menjadi 3 tahap yaitu tahap pra-konstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi. 3. Tahap pra-konstruksi meliputi kegiatan mediasi dengan masyarakat dan perizinan, membutuhkan total waktu 6 bulan. 4. Tahap konstruksi meliputi pengadaan bahan material, pembangunan saran dan prasarana, serta perencanaan usaha, membutuhkan total waktu 1 tahun 6 bulan. 5. Tahap pasca konstruksi meliputi proses pengoperasian usaha atau proses produksi, dengan waktu evaluasi setiap 6 bulan. 6. Komponen yang terkena dampak dari pembangunan usaha “Sentra Batik Trusmi” ini diantaranya adalah lingkungan dan masyarakat. 7. Usaha “Sentra Batik Trusmi” ini berpotensi mencemari lingkungan dan merusak ekosistem lingkungan akibat pengelolaan limbah yang tidak benar. 8. Limbah yang paling banyak dihasilkan pada usaha “Sentra Batik Trusmi” ini adalah berupa limbah cair sisa proses pewarnaan dan pelilinan. 9. Untuk mengatasi atau mencegah kerusakan lingkungan akibat limbah cair dari usaha “Sentra Batik Trusmi” ini dapat dilakukan dengan membuat kolam penampungan limbah cair untuk kemudian dikelola lebih lanjut sebelum dibuang ke lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA Adrian, Jonathan. 2015. Mengintip Proses Pembuatan Batik Cirebon. Terdapat pada: http:// travel. kompas. com/ read/ 2015/ 09/11 /082655727 /Mengintip. Proses.Pembuatan.Batik.Cirebon (Diakses pada tanggal 29 Mei 2016 pukul 11.17 WIB) Amalia Sani, Rizqi. 2013. Pengolahan Limbah Batik. Terdapat pada: http:// rizqiamaliasani.blogspot.co.id/2013/05/pengolahan-limbah-batik-dengan.html (Diakses pada tanggal 29 Mei 2016 pukul 11.13 WIB) Nurainun, dkk. 2008. Analisis Industri Batik di Indonesia. Terdapat pada: file:///C:/Users/useRC/Downloads/1647-1432-1-SM.pdf (Diakses pada tanggal 29 Mei 2016 pukul 11.24 WIB) Ramelan, Rahardi. 2008. Industri Batik dan Permasalahannya. Terdapat pada: http://www.leapidea.com/presentation?id=94 (Diakses pada tanggal 29 Mei 2016 pukul 11.31 WIB)