BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah
Dua fungi utama bank syariah adalah mengumpulkan dana dan menyalurkan dana. Penyaluran dana yang dilakukan baank yariah adalah pemberian pembiayaan kepada debitur yang membutuhkan, baik untuk modaal usaha maupun untuk konsumsi. Praktek pembiayaan yang sebenarnya dijalankan oleh lembaga keuangan islami adalah pembiayaan dengan sistem bagi hasil atau syirkah. Praktik syirkah ini terkemas dalam dua jenis pembiayaan , yaitu mudharabah ( MDA ) dan pembiayaan Musyarakaah ( MSA ). Jenil pembiayaan lainnya terkemas dalam pembiayaan berakad / sistem jual beli, yaitu pembiayaan mudharabah ( MDA ) , bai as – as – salam salam dan bai istishna. Dalam dunia bank syariah praktik MDA dan MSA hingga saat ini masih belum menjadi primadona jenis pembiayaan, bahkan dibeberapa lembaga pembiayaan praktik pembiayaan akad ini merupakan praktik yang dihindari atau katakanlah sebagai se bagai anak tiri. Di temukan beberapa kendala stagnaasi pembiayaan , antara lain : a. Belum adanya manual teknis yang mampu memberikan petunjuk bagi pengelola untuk bertindak secara rasional b. Trauma sejarah Mudharabah dan Musyarakah c. Kelemahan sumberdaya manusia d. Pengaruh praktik konvensionaal bank Berdasarkan kendala – kendala tersebut, maka perlu dilakukan langkah – langkah strategis yang dapat dijadikan dasar dalam melakukan analisis pembiayaan secara baik. B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah antara lain : 1. Bagaimana pengertian dari Pembiayaan ? 2. Bagaimana analisis Pembiayaan ? 3. Bagaiman Pemantauan dan Pengawasan Pembiayaan ?
1
4. Bagaimana Penanganan pembiayaan Bermasalah ? 5. Bagaimana penggolongan Kolektabilitas Pembiayaan ? 6. Bagaimana Penyitaan Barang Jaminan Pembiayaan ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Pembiayaan. 2. Untuk mengetahui Analisis Pembiayaan. 3. Untuk mengetahui Pemantauan dan Pengawasan Pembiayaan. 4. Untuk mengetahui Penanganan Pembiayaan Bermasalah. 5. Untuk mengetahui Pertolongan Kolektabilitas Pembiayaan. 6. Untuk mengetahui Penyitaan Barang Jaminan Pembiayaan.
D. Metode Penulisan
Makalah ini menggunakan metode “bibliografi” yaitu metode dengan berdasarkan pengumpulan buku- buku yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas dalam penyusunan makalah ini.
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Pembiayaan
Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah kepada nasabah. Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dikerjakan oleh orang lain. Menurut M. Syafi’I Antonio menjelaskan bahwa pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit . Sedangkan menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan menyatakan Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. B. Analisis Pembiayaan
Analisa Pembiayaan diperlukan agar bank syariah memperoleh keyakinan bahwa pembiayaan yang diberikan dapat dikembalikan oleh nasabahnya. 1) Jenis – Jenis Aspek yang Dianalisa
Jenis-jenis aspek yang dianalisa secara umum dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :
3
a. Analisa terhadap kemauan bayar, disebut analisa kualitatif . Aspek yang dianalisa mencakup karakter/ watak dan komitmen dari nasabah. b. Analisa terhadap kemampuan bayar, disebut dengan analisa kuantitatif . Pendekatan yang dilakukan dalam perhitungan kuantitatif , yaitu untuk menentukan kemampuan bayar dan perhitungan kebutuhan modal kerja nasabah adalah dengan pendekatan pendapatan bersih. 2). Kriteria Pemberian Pembiayaan
Jangan pernah memberikan pembiayaan bila pertimbangan lebih kepada : a.
Belas kasihan
b.
Kenalan (bersaudara atau teman)
c.
Nasabah orang terhormat (terkenal, disegani, status sosial tinggi dll)
Utamakan berdasarkan unsur-unsur :
Kelayakan usaha
Kemampuan membayar
Aspek yang dinilai sebelum melakukan analisa pembiayaan adalah sebagai berikut :
Kemampuan memperoleh keuntungan.
Sisa pembiayaan dengan pihak lain (kalau ada).
Bebas rutin di luar kegiatan usaha.
3). Prinsip – Prinsip Pemberian Pembiayaan
Dalam melakukan penilaian permohonan pembiayaan bank syariah bagian marketing harus memperhatikan beberapa prinsip utama yang berkaitan dengan kondisi secara keseluruhan calon nasabah. Di dunia perbankan syariah prinsip penilaian dikenal dengan 5 C + 1 S , yaitu :
4
a. Character Yaitu penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon penerima pembiayaan dengan tujuan untuk memperkirakan kemungkinan bahwa penerima pembiayaan dapat memenuhi kewajibannya. b. Capacity Yaitu penilaian secara subyektif tentang kemampuan penerima pembiayaan untuk melakukan pembayaran.Kemampuan diukur dengan catatan prestasi penerima pembiayaan di masa lalu yang didukung dengan pengamatan di lapangan atas sarana usahanya seperti toko, karyawan, alat-alat, pabrik serta metode kegiatan. c. Capital Yaitu penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh calon penerima pembiayaan yang diukur dengan posisi perusahaan secara keseluruhan yang ditujukan oleh rasio finansial dan penekanan pada komposisi modalnya. d. Collateral Yaitu jaminan yang dimiliki calon penerima pembiayaan. Penilaian ini bertujuan untuk lebih meyakinkan bahwa jika suatu resiko kegagalan pembayaran tercapai terjadi , maka jaminan dapat dipakai sebagai pengganti dari kewajiban. e. Condition Bank syariah harus melihat kondisi ekonomi yang terjadi di masyarakat secara spesifik melihat adanya keterkaitan dengan jenis usaha yang dilakukan oleh calon penerima pembiayaan. Hal tersebut karena kondisi eksternal berperan besar dalam proses berjalannya usaha calon penerima pembiayaan. f. Syariah
5
Penilaian ini dilakukan untuk menegaskan bahwa usaha yang akan dibiayaai benar benar usaha yang tidak melanggar syariah sesuai dengan fatwa DSN “Pengelola tidak boleh menyalahi
hukum
syariah
Islam
dalam
tindakannya
yang
berhubungan
dengan
mudharabah.” 4) Tujuan dan Fungsi Pembiayaan a. Tujuan Pembiayaan
Tujuan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah untuk meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai dengan nilai-nilai Islam.Pembiayaan tersebut harus dapat dinikmati oleh sebanyak-banyaknya pengusaha yang bergerak dibidang industri, pertanian, dan perdagangan untuk menunjang kesempatan kerja dan menunjang produksi dan distribusi barang barang dan jasa-jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. b. Fungsi pembiayaan
Keberadaan bank syariah yang menjalankan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah bukan hanya untuk mencari keuntungan dan meramaikan bisnis perbankan di Indonesia, tetapi juga untuk menciptakan lingkungan bisnis yang aman, diantaranya : 1. Memberikan pembiayaan dengan prinsip syariah yang menerapkan sistem bagi hasil yang tidak memberatkan debitur . 2. Membantu kaum dhuafa yang tidak tersentuh oleh bank konvensional karena tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh bank konvensional. 3. Membantu masyarakat ekonomi lemah yang selalu dipermainkan oleh rentenir dengan membantu melalui pendanaan untuk usaha yang dilakukan. 5). Prosedur Analisis Pembiayaan
Aspek-aspek penting dalam analisis pembiayaan yang perlu dipahami oleh pengelola bank syariah: 1. Berkas pencataan
6
2. Data pokok dan analisis pendahuluan a. Realisasi pembelian, produksi dan penjualan b. Rencana pembelian, produksi dan penjualan c. Jaminan d. Laporan keuangan e. Data kualitatif dari calon debitur 3. Penelitian data 4. Penelitian atas realisasi usaha 5. Penelitian atas rencana usaha 6. Penelitian dan penilaian barang jaminan 7. Laporan keuangan dan penelitiannya. 7). Keputusan Permohonan Pembiayaan
1. Bahan pertimbangan pengambilan keputusan 2. Wewenang pengambilan keputusan 8). Analisa Setiap Aspek Pembiayaan
Setelah mengetahui secara jelas titik kritis dari suatu usaha calon nasabah pembiayaan, maka berikutnya adalah melakukan analisa setiap aspek yang berkaitan dengan usaha calon nasabah pembiayaan tersebut. 1. Aspek Yuridis a. Kapasitas untuk mengadakan perjanjian b. Status badan sesuai dengan ketentuan hukum berlaku 2. Aspek Pemasaran a. Siklus hidup produk b. Produk subtitusi c. Perusahaan pesaing d. Daya beli masyarakat e. Program promosi f.
Daerah pemasaran
7
g. Faktor musim h. Manajemen pemasaran i.
Kontrak penjualan
3. Aspek Teknis a. Lokasi Usaha Memiliki Surat Keterangan Domisili, Dekat pasar, bahan baku, tenaga kerja, suply peralatan, transportasi, dan lain-lain. b. Fasilitas gedung tempat usaha IMB, SHM / HGB / Surat Sewa, daya tampung, persyaratan teknis seperti Amdal, dan lain-lain. c. Mesin-mesin yang dipakai Kapasitas, konfigurasi mesin, merk , reparasi, fleksibilitas d. Proses produksi Efesiensi proses, standar proses, desain dan rencana produksi. 4. Aspek Keuangan a. Kemampuan memperoleh keuntungan b. Sisa pembiayaan dengan pihak lain c. Beban rutin di luar kegiatan usaha d. Arus kas 5. Aspek Jaminan a. Syarat ekonomi b. Syarat yuridis 9). Alat analisis
Alat analisis pembiayaan dapat berupa angket. 10). Rumusan hasil analisis
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perumusan hasil analisis pembiayaan : 1)
Identitas pemohon
2)
Umur calon antara 22 – 50
8
3)
Alamat rumah jelas, jika kontrak : masih berapa ta hun calon kontrak
4)
Tempat calon usaha berada di dekat wilayah kerja bank syariah yang bersangkutan
5)
Identitas usaha
6)
Pengalaman usaha minimal 2 tahun
7)
Lokasi usaha strategis
8)
Status usaha bukan sambilan
9)
Status tempat usaha diprioritaskan milik sendiri
10) Aspek pasar 11) Barang yang diproduksi/ dijual tidak terlalu banyak pesaing dan memang dibutuhkan banyak orang. Upaya kreatif dan inovatif perlu dimiliki agar dapat melihat peluang peluang pasar yang dapat dimasuki sekaligus memperoleh keuntungan. 12) Sumber bahan baku 13) Sumber bahan baku mudah diperoleh, cukup murah, jika memungkinkan dapat di daur ulang. 14) Aspek pengelola 15) Mempunyai perencanaan usaha ke depan yang detail. 16) Mempunyai pengalaman dan tenaga terampil. 17) Mempunyai catatan usaha, seperti : buku jurnal, laporan transaksi, catatan laba/ rugi,dll. 18) Aspek ekonomi 19) Produk yang diproduksi dan dijual tidak merusaj lingkungan, baik barang jadi maupun limbahnya 20) Produk yang dibuat tidak dilarang oleh agama maupun Negara 21) Permodalan 22) Peminjam harus mempunyai modal minimal 30% dari pembiayaan yang diajukan ke bank syariah 23) Data keuangan 24) Korelasi prosentase kemampuan membayar anggota pembiayaan harus 30% dari kemampuan menabungnya. 11). Rekomendasi Analisis
9
Adalah gambaran kesimpulan rekomendasi analisis pembiayaan yang terdapat di dalam bank syariah, apakah nasabah tersebut memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh bank syariah untuk mendapatkan pembiayaan atau tidak. C. Pemantauan dan Pengawasan Pembiayaan
Pembiayaan adalah suatu proses, mulai dari analisis kelayakan pembiayaan sampai pada realisasinya. Namun realisasi pembiayaan bukanlah tahap terakhir dari proses pembiayaan. Setelah realisasi pembiayaan, maka pejabat bank syariah perlu melakukan pemantauan dan pengawasan pembiayaan.Aktivitas ini memiliki aspek dan tujuan tertentu.Untuk itu perlu dibicarakan hal-hal yang terkait dengan aktivitas pemantauan dan pengawasan pembiayaan. 1. Tujuan Pemantauan dan Pengawasan Pembiayaan
1. Kekayaan bank syariah akan selalu terpantau dan menghidari adanya penyelewengan penyelewengan baik oknum dari luar maupun dalam bank. 2. Untuk memastikan ketelitian dan kebenaran data administrasi di bidang pembiayaan. 3. Untuk memajukan efisiensi di dalam pengelolaan tata laksana usaha di bidang peminjaman dan sasaran pencapaian yang ditetapkan. 4. Kebijakan manajemen bank syariah akan dapat lebih rapi dan mekanisme dan prosedur pembiayaan akan lebih dipatuhi. 2. Media Pemantauan
1. Informasi dari luar bank syariah 2. Informasi dari dalam bank syariah 3. Meneliti perputaran yang terjadi atas debit dan kredit pada beberapa bulan berjalan 4. Memberikan tanda pada laporan sehingga dapat diantisipasi jika ada kekeliruan yang lebih besar 5. Periksalah adakah tanggal-tanggal jatuh tempo yang dijanjikan terealisasi 6. Meneliti buku-buku pembantu/ tambahan dan map-map yang berkaitan dengan peminjaman.
10
3. Kunjungan Pada Peminjam
Tujuannya adalah untuk mempertimbangkan dan memantau efektivitasdana yang dimanfaatkan peminjam. Hal-hal yang dilakukan 1)
Membuat laporan kegiatan peminjam
2)
Laporan realisasi kerja bulanan
3)
Laporan stok/ persediaan barang
4)
Laporan kegiatan investasi bulanan
5)
Laporan hutang dan piutang
6) Neraca R/ L per bulan, triwulan, dan semester 7)
Tingkat pengumpulan pendapatan
8)
Tingkat kemajuan usaha
9)
Tingkat efektivitas pemakaian dana
D. Penanganan Pembiayaan Bermasalah
Risiko yang terjadi dari peminjaman adalah peminjaman yang tertunda atau ketidakmampuan peminjam untuk membayar kewajiban yang telah dibebankan, untuk mengantisipasi hal itu maka bank syariah harus mampu menganalisis penyebab permasalahannya 1. analisa sebab kemacetan a. aspek internal 1) peminjam kurang cakap dalam usaha tersebuit 2) manajemen tidak baik atau kurang rapi 3) laporan keuangan tidak lengkap 4) penggunaan dana yang tidak sesuai dengan perenc anaan 5) perencanaan yang kurang matang 6) dana yang diberikan tidak cukup untuk menjalankan usaha tersebut b. aspek eksternal 1) aspek pasar kurang mendukung
11
2) kemampuan daya beli masyarakat kurang 3) kebijakan pemerintah 4) pengaruh lain di luar usaha 5) kenakalan peminjam 2. Menggali potensi peminjam Anggota yang mengalami kemacetan dalam memenuhi kewajiban harus dimotivasi untuk memulai kembali atau membenahi dan mengatisipasi penyebab kemacetan usaha atau angsuran. Untuk itu perlu digali potensi yang ada pada peminjam agar dana yang telah digunakan lebih efektif. 1. Melakukan perbaikan akad (remedial ) 2. Memberikan pinjaman ulang, mungkin dalam bentuk : pembiayaan al-qardul hasan; Murabahah atau Mudharabah 3. Penundaan pembayaran 4. memperkecil angsuran dengan memperpanjang waktu dan akad dan margin baru ( Rescheduling ) 5. Memeperkecil margin keuntungan atau bagi hasil. E. Penggolongan Kolektibilitas Pembiayaan
Ketidaklancaran
nasabah
membayar
angsuran
pokok
maupun
bagi
hasil
pembiayaan menyebabkan adanya kolektabilitas pembiayaan. Secara umum kolektabilitas pembiayaan dikategorikan menjadi lima macam yaitu 1)
Lancar atau kolektabilitas 1
2)
Kurang lancar atau kolektabilitas 2
3)
Diragukan atau kolektabilitas 3
4)
Perhatian khusus atau kolektabilitas 4
5)
Macet atau kolektabilitas 5
Dengan penjelasan sebagai berikut :
12
1. Lancar Pembiayaan digolongkan lancar apabila memenuhi kriteria dibawah ini : i. Pembiayaan dengan ansuran diluar Pembiayaan Pemilikan Rumah ( PPR ) A. Tidak terdapat angsuran pokok, tunggakan bagi hasil / profit margin , atau cerukan karena penarikan atau 1) Terdapat tunggakan pokok, tetapi :
Belum melebihi 1 bulan, bagi pembiayaan yang ditetapkan
masa angsurannya kurang dari 1 bulan ; atau
Belum melebihi 3 bulan , bagi pembiayaan yang di tetapkan
masa angsuran bulanan, dua bulanan atau tiga bulanan, atau
Belum melampaui 6 bulan bagi pembiayaan yang masa
angsurannya ditetapkan 4 bulanan atau lebih; 2) Terdapat tunggakan bagi hasil/ profit margin , tetapi :
Belum melampaui 1 bulan bagi pembiayaan yang sama
angsurannya kurang dari 1 bulan; atau
Belum melampaui 3 bulan bagi pembiayaan yang sama
angsurannya lebih dari 1 bulan ; atau 3) terdapat cerukan karena penarikan tetapi jangka waktunya belum melampaui 15 hari kerja, ii. Pembiayaan dengan angsuran untuk pembiayaan pemilik rumah
Tidak terdapat tunggakanb angsuran pokok, atau
Terdapat tunggakan anguran pokok tetapi belum melampaui 6 bulan.
iii. Pembiayaan tanpa angsuran atau pembiayaan rekening koran Pembiayaan belum jatuh waktu, dan terdapat tunggakan bagi
hasil
Pembiayaan belum jatuh waktu dan terdapat tunggakan bagi
hasil , tetapi belum melampaui 3 bulan,
Pembiayan telah jatuh waktu dan telah diakukan analisis untuk
perpanjangannya tetapi karena kesulitan teknis belum dapat diperpanjang atau
13
Terdapat cerukan karena penarikan tetapi jangka waktunya
belum melampaui 15 hari kerjaa iv.
Cerukan rekening giro Terdapat cerukan rekening giro tetapi jangka waktunya belum melampaui 15 hari kerja
2. Kurang lancar Pembiayaan digolongkan kurang lancar apabila memenuhi kriteria dibawah ini : 1.
Pembiayaan dengan angsuran diluar Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) A Terdapat tunggakan angsuran pokok yang : 1. Melampaui
1
bulan
dan
melampaui
2
bulan
bagi
pembiayaan dengan angsuran kurang dari 1 bulan, 2. Malampaui 3 bulan dan belum melampaui 6 bulan bagi pembiayaan yang masa angsurannya ditetapkan bulanan, dua bulan atau tiga bulanan atau 3. Melampaui 6 bulan tetapi belum melampaui 12 bulan bagi pembiayaan yang masa angsurannya ditetapkan 6 bulan atau lebih B. Terdapat tunggakan bagi hasil tetapi : 1. Melampaui 1 bulan, tetapi belum melampaaui 3 bulaan bagi pembiayaan dengan masa angsuran kurang 1 bulan ; atau 2. Melampaui 3 bulan , tetapi belum melampaui 6 bulan bagi pembiayaan yang masa angsurannya lebih dari 1 bulan. C. Terdapat cerukan kaarenaa penarikan tetapi jangkaa waktunya belum melampaui 15 hari kerja. b. Pembiayaan dengan angsuran untuk pembiayaan Pemilikan Rumah Terdapat tunggakan angsuran pokok yang telah melampaui 6 bulaan tetapi belum melampaui 9 bulan. c.
Pembiayaan Tanpa Angsuran
14
1. Pembiayaan belum jatuh waktu, dan 1) Terdapat tunggakan bagi hasil yang melampaui 3 bulan tetapi belum melampaui 6 bulan; atau 2) Terdapat
penambahan
plafon
atau
pembiayaan
baru
dimaksudkan untuk melunasi tunggakan bagi hasil atu 2. Pembiayaan belum jatuh tempo dan belum dibayar tetapi belum melampaui 3 bulan, atau 3. Terdapat cerukan karena penarikan tetapi jangka waktunya telah melapaui 15 hari kerja tetapi belum melampaui 30 hari kerja d. Pembiayaan yang diselamatkan 1. Tidak memenuhi kriteria tersebut pada kriteria lancar dan tidak ada tunggakan 2. Terdapat tunggakan tapi masih memenuhi kriteria pada kriteria lancar,atau 3. Terdapat
cerukan karena penarikan tetapi jangka waktu telah
melampaui 15 hari kerja dan belum melampaui 30 hari kerja. 3. Diragukan Pembiayaan digolongkan diragukan apaabila pembiayaan yang bersangkutan tidak memenuhi kriteria lancar dan kurang lancar, seperti tersebut pada kriteria lancar dan kurang lancar dan tetapi berdasarkan penilaian dapat disimpulkan, bahwa :
Pembiayaan masih dapat diselamatkan dan agunannya bernilai sekurang – kurangnya 75% dari utang peminjam termasuk bagi hasil atau
Pembiayaan tidak dapat diselamatkan tetapi agunannya masih bernilai sekurang – kurangnya 100% dari utang peminjam.
4
Macet Pembiayaan digolongkan macet apabila :
Tidak memenuhi kriteria lancar, kurang lancar dan diragukan;
Memenuhi kriteria diragukan tersebut tetapi jangka waktu 21 bulan sejak digolongkan diragukan belum ada pelunasan atau usaha penyelamatan , atau
15
Pembiayaan tersebut penyelesaiannya telah diserahkan kepada pengadilan negri atau badan usaha piutang negara ( BUMN ) atau telah dianjukan penggantian rugi kepada perusahaan asuransi kredit atau kslsu di bsnsdsn arbitrase syariah
Dari hail survei yang lakukan pada bank syariah di Yogyakarta ditemukan, bahwa dalam proses penanganan pembiayaan dilakukan sesuai dengan kolektabilitas pembiayaan , sebagai berikut : 1. Pembiayaan lancar. Dilakukan dengan cara : 1.
Pemantauan usaha nasabah
2.
Pembinaan anggota dengan pelatihan – pelatihan
2. Pembiayaan potensial bermasalah, dilakukan dengan cara: a. Pembinaan anggota b. Pemberitahuan dengan surat teguran c. Kunjungan lapangan atau silaturahmi oleh bagian pembiayaan kepada nasabah d. Upaya preventif dengan penanganan rescheduling, yaitu penjadwalaan kembali jangka waktu angsuran serta memperkecil jumlah angsuran. 3.
Pembiayaan kurang lancar , dilakukan dengan cara: 2. Membuat surat teguran atau peringatan 3. Kunjungan lapangan / silaturahmi oleh pembiayaan kepada nasabah secara lebih sungguh – sungguh 4. Upaya penyehatan dengan cara rescheduling
4
Pembiayaan diragukan / macet , dilakukan dengan cara : e. Dilakukan rescheduling f. Dilakukan reconditioning g. Dilakukan pengalihan atau pengalihan ulang dalam bentuk pembiayaan al – Qardhul Hasan.
16
F. Penyitaan Barang Jaminan Pembiayaan
Jaminan yang menjaminkan nasabah kepada bank syariah dapat dilakukan pinalty atau penyitaan. Masalah penyitaan atau eksekusi jaminan di bank syariah sangat tergantung pada kebijakan manajemen. Ada yang melakukan eksekusi, namun ada pula yang tidak melakukan eksekusi jaminan nasabah yang mengalami kemacetan pembiayaan. Kebanyakan bank syariah lebih memberlakukan upaya rescheduling, reconditioning dan pembiayaan ulang dalam bentuk al – qardhul hasan dan jaminan harus tetap ada sebagian persyaratan jaminan. Kalaupun dengan terpaksa harus dilakukan dengan penyitaan, maka penyitaan dilakukan kepada nasabah memang nakal dan tidak mengembalikan pembiayaan. Namaun tetap dengan cara- cara sebagaimana yang diajarkan menurut ajaran islam seperti : 1.
Simpati : sopan, menghargai dan fokus ke tujuan penyitaan
2.
Empati : menyelami keadaan nasabah, bicara seakan untuk kepentingan nasabah, dll
3.
Menekan : tindakan inni dilakukan jika dua tindakan sebelumnya tidak diperhatikan. Apabila cara ke tiga juga di acuhkan oleh nasabah, maka cara – cara yang ditempuh
adalah dengan terpaksa untuk : 1.
Menjual barang jaminan
2.
Menyita barang yang senilai dengan pinjaman
17
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN
Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Dalam melakukan pembiayaan maka bank syariah memerlukan analisis pembiayaan agar bank syariah memperoleh keyakinan bahwa pembiayaan yang diberikan dapat dikembalikan oleh nasabahnya. Namun realisasi pembiayaan bukanlah tahap terakhir dari proses pembiayaan. S etelah realisasi pembiayaan, maka pejabat bank syariah perlu melakukan pemantauan dan pengawasan pembiayaan supaya memajukan efisiensi di dalam pengelolaan tata laksana usaha di bidang peminjaman dan sasaran pencapaian yang ditetapkan sehingga tujuan daripada adan ya pembiayaan bisa tercapai. B. Saran
Dari berbagai permasalahan yang ada pada manajemen pembiayaan syariah, maka kami sebagi penulis mempunyai saran bagi beberapa pihak, yaitu : 1)
Pemerintah Kami mempunyai saran agar pemerintah memberikan kemudahan akses dan dukungan terhadap kemajuan bank syariah di Indonesia sehingga bank syariah bisa diterima di semua lapisan masyarakat dan lebih ber kontribusi kepada pemerintah dalam pembangunan nasional.
2)
Bank Syariah Kami mempunyai saran agar bank syariah untuk lebih kreatif , inovatif , dan dinamis dalam pengeluaran dan pengembangan produk-produk pembiayaan sehingga bank syariah bisa bersaing dengan bank konvensional.
3)
Masyarakat
18
Kami mempunyai saran agar masyarakat lebih pro aktif dan perduli
terhadap
perbankan syariah dengan melakukan aktivitas penanaman dananya (menabung) dan juga penggunaan produk-poduk perbankan syariah karena sudah jelas kehalalannya dan mempunyai nilai lebih untuk pengembangan dan pemberdayaan umat dibandingkan dengan perbankan konvensional. 4)
Mahasiswa dan Akademisi Kami mempunyai saran agar para mahasiswa dan akademisi lebih kritis lagii dengan pola pembiayaan bank syariah yang kini telah ada sehingga bisa memberikan kontribusi terhadap pengembangan dan lahirnya produk-produk pembiayaan perbankan syariah yang sesuai dengan tuntutatn jaman dan masyarakat saat ini.
19
DAFTAR PUSTAKA
1.
Karim, Adiwarman, 2004, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada
2.
Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, 2003, Konsep , Produk dan Implementasi Operasional Bank Syaria, Jakarta : Djambatan
3.
Muhammad,, 2011, Manajemen Bank Syariah ( edisi revisi ), Yogyakarta : Unit penerbit dan percetakan sekolah tinggi ilmu manajemen YKPN.
20