BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Cavum oris atau rongga mulut merupakan ruangan fungsional yang menjadi bagian pertama dalam pencernaan. Cavum oris merupakan pokok bahasan ilmu dalam kedokteran gigi. Mempelajari cavum oris dapat membantu dalam penatalaksanaan kasus ± kasus kedokteran gigi seperti dalam konservasi gigi, prostodonsia, orthodonsia, oral medicine, bedah mulut, periodonsia, dan kedokteran gigi anak. Cavum oris memiliki banyak fungsi diantaranya sebagai pencernaan awa l yang dibantu dengan dengan sekresi glandula salivarius, memanipulasi bunyi yang dihasilkan oleh laring, dan untuk pernapasan karena berhubungan berhubungan dengan faring. Jika kesehatan rongga mulut terganggu, fungsi rongga mulut juga dapat t erganggu. erganggu. Cavum oris terletak di inferior cavum nasi. Cavum oris dikelilingi labium oris dan pipi pada bagian samping dan anterior, palatum molle dan palatum durum di bagian atap, bagian dasar terdiri dari lingua dan gigi ± geligi. Bagian belakang cavum oris membuka ke oropharynx melalui isthmus oropharyngeus. Otot utama pipi adalah m. buccinators yang bersama dengan lidah mengatur supaya makanan tetap berada di gigi molar saat dikunyah. Mempelajari cavum oris berarti ikut mempelajari gigi geligi dan komponenkomponennya. Terdapat dua periode gigi yaitu decidui dan permanen. Gigi decidui berjumlah 20 (masing-masing kuadran terdiri dari 5) dan gigi permanen berjumlah 32 (masing-masing kuadran terdiri dari 8). Gigi terbentuk dari email, dentin, cementum, pulpa yang terdiri dari jaringan ikat, pembuluh darah dan saraf. Penjelesan komponen gigi tersebut akan dijelaskan dalam pembahasan makalah ini. Dengan mempelajari cavum oris dan jaringan sekitarnya dapat membantu tenaga kesehatan gigi dalam mengetahui gejala klinis atau penyakit yang terjadi sehingga dapat menjalani pengobatan dan pencegahan guna mempertahankan fungsi dan struktur cavum oris dan jaringan sekitar. Makalah ini akan membahas lebih dalam mengenai rongga mulut dan jaringan sekitarnya yang dapat membantu memperluas pengetahuan guna kemajuan tenaga kesehatan gigi.
1
1.2 Rumusan Masalah 1.
Apa penjelasan dari rongga mulut?
2. Bagaimana struktur dan komponen dari gigi geligi? 3. Apa saja jaringan yang ada di sekitar r ongga mulut?
1.3 Tujuan 1.
Agar dapat mengetahui apa yang dimaksud rongga mulut
2. Agar dapat mengetahui apa saja jaringan di sekitarnya dan dapat memperluas pengetahuan mengenai gigi geligi 3. Agar mengetahui hubungan mempelajari rongga mulut dan jaringan sekitarnya dengan dunia kedokteran gigi 4. Agar tenaga kesehatan gigi dapat merencanakan prosedur pengobatan terhadap gejala yang terjadi di rongga mulut dan jaringan sekitarnya.
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Rongga Mulut
Mulut adalah rongga lonjong pada permulaan saluran pencernaan. Terdiri atas dua bagian. Bagian luar yang sempit, atau vestibuka, yaitu ruang di antara gusi serta gigi dengan bibir dan pipi, dan bagian dalam, yaitu rongga mulut yang dibatasi di sisi-sisinya oleh tulang maxilaris dan semua gigi, dan di sebelah belakang bersambung dengan awal farinx. (Pearce,
1979)
Rongga mulut terbentang mulai dari permukaan dalam gigi sampai orofaring. Atap mulut dibentuk oleh palatum durum dan mole. Di bagian posterior palatum mole berakhir pada uvula. Lidah membentuk dasar mulut. Pada bagian paling posterior dari rongga mulut terletak tonsil di antara kolumna a nterior dan posterior. (Swartz,
Gambar 2. 1. Rongga Mulut (Swartz,
1989)
1989)
Mulut merupakan jalan masuk menuju system pencernaan dan berisi organ aksesori yang bersifat dalam proses awal pencernaa n. Secara umum terdiri dari 2 bagian, yaitu: 1.
Bagian luar (vestibula) yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi
2. Bagian rongga mulut (bagian) dalam yaitu rongga yang dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris, palatum dan mandibularis di sebelah belakang bersambung dengan faring.
3
Selaput lendir mulut ditutupi ephitelium yang berlapis-lapis. Dibawahnya terletak kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan lendir. Selaput ini sangat kaya akan pembuluh darah dan juga memuat banyak ujung akhir saraf sensoris. (Pearce,
1979)
Di sebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam ditutupi oleh selaput lendir mukosa. Ada beberapa bagian yang perlu diketahui, yaitu: 1.
Palatum a. Palatum durum yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah depan tulang maksilaris. Palatum durum adalah suatu struktur tulang berbentuk konkaf. Bagian anteriornya mempunyai lipatan-lipatan yang menonjol, atau rugae. (Swartz, 1989)
b. Palatum mole terletak dibelakang yang merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak, terdiri dari jaringan fibrosa dan selaput lendir. Palatum mole adalah suatu daerah fleksibel muscular di sebelah posterior palatum durum. Tepi posterior berakhir pada uvula. Uvula membantu menutup nasofaring selama menelan. (Swartz,
1989)
Gambar 2. 2 Gigi-geligi dan tulang palatum (Pearc e, 1979) 2. Rongga mulut a. Bagian gigi terdapat gigi anterior yang sangat kuat yang tugasnya memotong dan gigi posterior yang tugasnya menggiling. Pada umumnya otot-otot pengunyah dipersarafi oleh cabang motorik dari saraf cranial ke 5. Proses mengunyah di kontrol oleh nucleus dalam batang otak. Perangsangan formasi retikularis dekat pusat batang otak untuk pengecapan dapat menimbulkan pergerakan mengunyah secara ritmis dan kontinu. Mengunyah makanan bersifat penting untuk
4
pencernaan semua makanan, terutama untuk sebagian besar buah dan sayursayuran mentah karena zat ini mempunyai membrane selulosa yang tidak dapat dicerna diantara bagian-bagian zat nutrisi yang harus diuraikan sebelum dapat digunakan. b. Tulang Alveolar. Tulang alveolar terdiri atas tulang spons di antara dua lapis tulang kortikal. Pembuluh darah dan saraf gigi menembus tulang alveolar ke foramen apical untuk memasuki rongga pulpa. Tulang alveolar cukup labil dan berfungsi sebagai sumber kalsium siap pakai untuk mempertahankan kadar darah ion ini. Setelah hilangnya gigi permanen atau setelah periodontitis dapat terjadi resorbsi nyata dari tulang a lveolar. (Fawcett, 2002) c. Gingiva. Gingiva adalah membran mukosa yang melapisi vestibukum dari rongga mulut dan melipat di atas permukaan luar tulang alveolar. Saat mendekati gigi, ia menyatu dengan tepian bawah lapis merah muda yang lebih kuat yang disebut gusi atau gingiva, yang merupakan bagian membrane mukosa yang terikat erat pada periosteum Krista tulang alveolar. Ia dilapisi epitel berlapis gepeng dengan banyak papilla jaringan ikat menonjol pada dasarnya. Epitel ini berkeratin, tetapi dalam lingkungan basah ini ia t idak memiliki stratum granulosum dan selsel gepeng lapis superfisialnya tetap berinti piknotik. (Fawcett, 2002) d. Ligamentum P eriodontal. Akar gigi masing-masing dibungkus lapis kolagen padat, membentuk membrane periodontal atau ligament periodontal di antara sementum dan tulang alveolar di sekitarnya. Serat-seratnya berjalan miring ke atas dari sementum ke tulang hingga tekanan pada gigi menekan serat-serat yang tertanam dalam tulang. Ligamen periodontal menahan gigi pada sakunya dan masih memungkinkan sedikit gerak (Fawcett, 2002). e. Pulpa. Pulpa, yang memenuhi rongga gigi, berasal dari jaringan yang membentuk papilla dentis selama perkembangan embrional. Arteriol kecil memasuki pulpa melalui foramen apical dan cabang kapilernya pecah dekat dasar odontoblas dan sebagian terdapat diantaranya. Mereka ini berlanjut ke dalam vena kecil yang letaknya lebih ke pusat pulpa. (Fawcett, 2002) f. Lidah. 5
Lidah manusia sebenarnya dibentuk oleh otot-otot yang terbagi atas 2 kelompok, yaitu otot-otot yang hanya terdapat dalam lidah (otot intrinsik) dan otot-otot ekstrinsik yang salah satu ujungnya mempunyai perlekatan di luar lidah, yaitu pada tulang rahang bawah di dasar mulut dan tulang lidah. Otot intrinsik mempunyai serat lebih halus daripada otot ekstrinsik. Otot-otot ini penting dalam proses mengunyah dan mengucapkan kata-kata. Pergerakan lida h diatur oleh saraf otak ke- 12. (Wibowo, 2005) Permukaan belakang lidah yang terlihat pada saat seseorang membuka mulut ditutupi oleh selaput lendir yang mempunyai tonjolan-tonjolan ( papilla). Pada papilla ini terdapat alat pengecap (taste-bud ) untuk mengenal rasa manis, asin, asam (di ujung depan), dan pahit (di pangkal lidah). Di samping itu, lidah juga mempunyai ujung-ujung saraf perasa yang dapat menangkap sensasi panas dan dingin. Rasa pedas tidak termasuk salah satu bentuk sensasi pengecapan, tetapi suatu rasa panas yang termasuk sensasi umum. Pengecapan diurus oleh saraf otak ke-7 dan sensasi umum oleh saraf otak ke-5. (Wibowo, 2005) Apabila lidah diangkat ke atas, suatu perlekatan mukosa, frenulum, dapat terlihat di bawah lidah di garis tengah yang menghubungkan lidah dengan dasar mulut. (Swartz,
1989)
Gambar 2. 3 Gambar lidah dari atas (Swartz,
1989)
g. Kelenjar ludah. Terdiri dari: 1.
Kelenjar parotis, letaknya dibawah depan dari telinga diantara proses mastoid kiri dan kanan mandibularis. Kelenjar parotis merupakan kelenjar ludah terbesar. Nervus fasial berjalan melalui kelenjar ini. (Swartz,
1989)
6
P arotid
gland terletak di belakang tulang rahang bawah di bawah daun
telinga dan mempunyai saluran yang bermuara di depan gigi geraham ke-2 atas. Gondongeun atau parotitis epidemica merupakan penyakit infeksi virus yang mengenai kelanjar ini. (Wibowo, 2005) 2. Kelenjar submaksilaris terletak dibawah fongga mulut bagian belakang. 3. Kelenjar subliingualis, dibawah selaput lendir, bermuara di dasar rongga mulut.
2.2 Gigi dan Komponennya
Sebuah gigi mempunyai mahkota, leher, dan akar. Mahkota gigi menjulang di atas gusi, lehernya dikelilingi gusi dan akarnya berada di bawahnya. Gigi dibuat dari bahan yang sangat keras, yaitu dentin. Di dalam pusat strukturnya terdapat rongga pulpa. (Pearce,
1979)
Gambar 2. 4 Diagram potongan sagital gigi molar pertama bawah manusia (Fawcett, 2002) Orang dewasa memiliki 32 gigi,
16
tertanam di dalam proses alveolaris maksila dan
16
di dalam mandibula. Yang disebut gigi permanen ini didahului oleh satu set sebanyak 20 gigi desidua, yang mulai muncul sekitar 7 bulan setelah lahir dan lengkap pada umur 6-8 tahun. Gigi ini akan tanggal antara umur enam dan tiga belas, dan diganti secara berangsur oleh gigi permanen, atau suksedaneus. Proses penggantian gigi ini berlangsung sekitar 12 tahun sampai gigi geligi lengkap, umumnya pada umur 18, dengan munculnya molar ketiga atau gigi kebijakan. (Fawcett, 2002)
7
Semua gigi terdiri atas sebuah mahkota yang menonjol di atas gusi atau gingival, dan satu atau lebih akar gigi meruncing yang tertanam di dalam lubang atau alveolus di dalam tulang maksila atau mandibula. Batas antara mahkota dan akar gigi disebut leher atau serviks. (Fawcett, 2002) Manusia memiliki susunan gigi primer dan sekunder, yaitu: a. Gigi primer, dimulai dari tuang diantara dua gigi depan yang terdiri dari 2 gigi seri,
1
taring, 3 geraham dan untuk total keseluruhan 20 gigi b. Gigi sekunder, terdiri dari 2 gigi seri, 1 taring, 2 premolar dan 3 geraham untuk total keseluruhan 32 gigi.
Fungsi gigi adalah dalam proses matrikasi (pengunyahan). Mengunyah ialah menggigit dan menggiling makanan di antara gigi atas dan ba wah. Gerakan lidah dan pipi membantu dengan memindah-mindahkan makanan linak ke palatum keras 8ensit gigi-gigi. (Pearce,
1979)
Makanan yang masuk kedalam mulut di potong menjadi bagian-bagian kecil dan bercamput dengan saliva unutk membentuk bolus makanan yang dapat ditelan.
Komponen-komponen gigi meliputi: a. Email Email gigi adalah substansi paling keras di tubuh. Ia berwarna putih kebiruan dan hampir transparan. Sembilan puluh smebilan persen dari beratnya a dalah mineral dalam bentuk Kristal hidroksiapatit besar-besar. Matriks organic hanya merupakan tidak lebih dari 1% massanya. (Fawcett, 2002) b. Dentin Dentin terletak di bawah email, terdiri atas rongga-rongga berisi cairan. Apabila lubang telah mencapai dentin, cairan ini aka n menghantarkan rangsang ke pulpa, sehingga pulpa yang berisi pembuluh saraf akan menghantarkan sinyal rasa sakit itu ke otak. (Maulani, 2005) Dentin bersifat semitranslusen dalam keadaan segar, dan berwarna agak kekuningan. Komposisi kimianya mirip tulang namun lebih keras. Bahannya 20 % organic dan 80% anorganik. (Fawcett, 2002) c. Pulpa Pulpa merupakan bagian yang lunak dari gigi. Bagian atap pulpa merupakan bentuk kecil dari bentuk oklusal permukaan gigi. Pulpa mempunyai hubungan dengan 8
jaringan peri- atau interradikular gigi, dengan demikian juga dengan keseluruhan jaringan tubuh. Oleh karena itu, jika a da penyakit pada pulpa, jaringan periodontium juga akan terlibat. Demikian juga dengan perawatan pulpa yang dilakukan, akan memengaruhi jaringan di sekitar gigi. (Tarigan, 2002) Bentuk kamar pulpa hampir menyerupai bentuk luar dari mahkota gigi, misalnya tanduk pulpa terletak di bawah tonjol gigi. Pada gigi dengan akar lebih dari satu, akan terbentuk lantai kamar pulpa yang mempunyai pintu masuk ke saluran akar, disebut orifisum. Dari orifisum ke foramen apical dis ebut saluran akar. Bentuk saluran akar ini sangat bervariasi, dengan kanal samping yang beragam, selain kadang-kadang juga ditemukan kanal ta mbahan (aksesori) yang ujungnya buntu, tidak bermuara ke jaringan periodontal. (Tarigan, 2002) Bahan dasar pulpa terdiri atas 75% air dan 25% bahan 9ensiti, yaitu: -
Glukosaminoglikan
-
Glikoprotein
-
Proteoglikan
-
Fibroblas sebagai sintesis dari kondroitin sulfat dan dermatan sulfat. (Tarigan, 2002)
Pulpa gigi berisi sel jaringan ikat, pembuluh darah, dan s erabut saraf. (Pearce,
1979)
Pada saluran akar ditemui pembuluh darah, jaringan limfe, juga jaringan saraf, yang masuk ke rongga pulpa dan membentuk percabangan jaringan yang t eratur serta menarik. Jaringan yang memasok darah dari pulpa, masuk dari foramen a pical, tempat arteri dan vena masuk serta keluar. Selain pembuluh darah dan jaringan limfe, jaringan saraf masuk juga ke pulpa melalui foramen 9ensit. (Tarigan, 2002) d. Sementum Akar gigi ditutupi lapisan sementum t ipis, yaitu jaringan bermineral yang sangat mirip tulang. Melihat sifat fisik dan ki miawinya, sementum lebih mirip tulang dari jaringan keras lain dari gigi. Ia terdiri atas matriks serat-serat kolagen, glikoprotein, dan mukopolisakarida yang telah mengapur. Bagian servikal dan lapis tipis dekat dentin adalah sementum aselular. Sisanya adalah sementum selular, dimana terkurung sel-sel mirip osteosit, yaitu sementosit, dalam 9ensit dalam matriks. (Fawcett, 2002)
2.3 Jaringan Sekitar Rongga Mulut
Jaringan sekitar mulut (Harshanur,
1991): 9
1.
Bibir dengan bagian-bagian a. Bibir atas b. Bibir bawah c. Tepi bibir d. Sudut bibir (commisure) dimana bibir atas dan bawah bertemu e. Tuberkel yaitu tonjolan bulat pada bibir atas tengah bawah
2. Filtrum Yaitu lekukan antara tuberkel dan hidung. 3. Labiomental groove Yaitu groove yang berjalan horizontal di bawah bibir bawah yang membatasi dagu. 4. Nasolabial groove Yaitu lekukan antara hidung/nasal dan bibir/labia. 5. Dagu Di sebelah depan, mulut dibatasi oleh bibir dan otot-otot yang melingkarinya. Bibir ini merupakan peralihan dari kulit dan selaput lendir. Perbedaannya dengan kulit adalah bahwa bibir tidak mempunyai lapisan tanduk dan lapisan epidermisnya tipis. Warna merah pada bibir disebabkan oleh warna merah darah dalam kapiler di bawahnya. Karena kulitnya tipis, bibir juga merupakan bagian yang 10ensitive pada manusia. (Wibowo, 2005) Pada orang yang kurang darah (anemia) warnanya pucat, sedangkan pada mereka yang darahnya mengalami gangguan oksigenasi & karbonisasi, darah dapat menjadi kebiru-biruan. (Wibowo, 2005)
10
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
a. Rongga mulut adalah bagian awal dari saluran pencernaan. Rongga mulut terbentang mulai dari permukaan dalam gigi sampai orofaring. Atapnya dibentuk oleh palatum durum dan mole, dasarnya dibentuk oleh lidah, dan dinding kiri dan kanan dibentuk oleh otot-otot pipi. b. Gigi merupakan salah satu organ penting yang terdapat dalam rongga mulut. Gigi terdiri dari dua macam, yaitu gigi decidui dan gigi permanen. Bagian-bagian dari gigi meliputi: email, dentin, pulpa, dan sementum. c. Jaringan sekitar rongga mulut terdiri atas bibir, filtrum, labiomental groove, nasolabal groove, dan dagu.
3.2 SARAN
a. Pokok bahasan Rongga mulut dan jaringan di sekitarnya merupakan pokok bahasan dasar sebelum membahas gigi dan anatominya. Untuk itu pokok bahasan ini lebih cocok untuk di tempatkan di a wal perkuliah sebagai kuliah pengantar.
11
DAFTAR PUSTAKA
Fawcett, Don W. 2002. Buku Ajar Histologi Edisi 12. Jakarta: EGC. Harshanur, Itjiningsih Wangidjaja.
1991. Anatomi
Gigi. Jakarta: EGC.
Maulani, Chaerita. 2005. Kiat Merawat Gigi Anak, P anduan Orang Tua dalam Merawat dan Menjaga Kesehatan Gigi bagi Anak-Anaknya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Pearce, Evelyn C.
1979. Anatomi
dan Fisiologi untuk P aramedis. Jakarta: Gramedia.
Swartz, Mark H. 1989. Textbook of P hysical Diagnosis. Philadelphia: W.B. Saunders Company. Tarigan, Rasinta. 2002. P erawatan P ulpa Gigi (Endodonti) . Jakarta: EGC. Wibowo, Daniel S. 2005. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta: Gramedia.
12