BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kosmetik menjadi salah satu kebutuhan sehari-hari setiap orang. Karena Penampilan adalah hal yang penting, berbagai cara dilakukan demi menciptakan penampilan yang menarik. Seiring perkembangan ilmu pengetahuaan dan industri, ragam kosmetik terus berkembang. Berbagai jenis kosmetik dengan fungsi dan manfaat spesifik bermunculan di masyarakat. Kosmetik saat ini telah menjadi kebutuhan manusia yang tidak bisa dianggap sebelah mata lagi. Dan sekarang semakin terasa bahwa kebutuhan kebutuhan adanya kosmetik yang beraneka bentuk dengan ragam warna dan keunikan kemasan serta keunggulan dalam memberikan fungsi bagi bagi konsumen konsumen menuntut menuntut industri kosmetik untuk semakin terpicu mengembangkan teknologi teknologi yang tidak saja
mencakup
peruntukannya peruntukannya
dari
kosmetik
itu
sendiri
namun
juga
kepraktisannya didalam penggunaannya Untuk mendapatkan produk kosmetika yang baik, sediaan dibuat dengan berbagai pertimbangan. Dasar kosmetika biasanya terdiri dari bermacam-macam bahan dasar, bahan aktif dan bahan pelengkap. Bahan-bahan tersebut mempunyai aneka fungsi antara lain seperti pelarut, suspending agent, emulgator, emulgator, surfactan, pengawet, antioksidan, pewarna, pewangi dll. dll. Pada umumnya 95% dari kandungan kosmetika adalah bahan dasar dan 5% bahan aktif atau kadang-kadang tidak mengandung bahan aktif , Yang mempunyai fungsi spesifik masing masing. Pada makalah ini akan dibahas mengenai zat tambahan antiokidan pada kosmetik, mulai dari pengertian antioksidan, fungsi antioksidan sebagai bahan tambahan pada kosmetik, jenis antioksidan, syarat apenggunaan antioksidan, pertimbangan dalam pemilihan antioksidan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Kosmetik ? 2. Apa itu Antioksidan ? 3. Apa fungsi bahan tambahan antioksidan pada kosmetik ? 1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu kosmetik 2. Untuk mengetahui apa itu antioksidan beserta contohnya 3. Untuk mengetahui fungsi dari bahan tambahan antioksidan pada kosmetik
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetik
Kosmetik berasal dari kata Yunani “kosmetikos” yang berarti ketrampilan menghias, mengatur. Defenisi kosmetik dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. HK.00.05.42.1018 adalah setiap bahan atau sediaan dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (BPOM RI, 2008). Kosmetik saat ini telah menjadi kebutuhan manusia yang tidak bisa dianggap sebelah mata lagi. Dan sekarang semakin terasa bahwa kebutuhan adanya kosmetik yang beraneka bentuk dengan ragam warna dan keunikan kemasan serta keunggulan dalam memberikan fungsi bagi konsumen menuntut industri kosmetik untuk semakin terpicu mengembangkan teknologi yang tidak saja
mencakup
peruntukannya
dari
kosmetik
itu
sendiri
namun
juga
kepraktisannya didalam penggunaannya(5). Penggunaan kosmetik harus disesuaikan dengan aturan pakainya. Misalnya harus sesuai jenis kulit, warna kulit, iklim, cuaca, waktu penggunaan, umur, dan jumlah pemakaiannya sehingga tidak menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Sebelum mempergunakan kosmetik, sangatlah penting untuk mengetahui lebih dulu apa yang dimaksud dengan kosmetik, manfaat dan pemakaian yang benar. Maka dari itu perlu penjelasan lebih detail mengenai kosmetik. 2.2 Kelompok Bahan Dasar Kosmetik
Produk kosmetik diperlukan tidak hanya oleh kaum wanita tetapi juga oleh kaum pria sejak lahir sampai akhir hayat. Produk kosmetik dapat digunakan setiap hari maupun secara insidental atau berkala dan dipakai di seluruh tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tidak semua bahan kosmetika cocok untuk setiap
3
kondisi kulit, jika terjadi ketidakcocokan, akan timbul iritasi pada kulit. Oleh karena itu, perhatikan kandungan bahan kimia yang tercantum di kemasan tiaptiap produk. Dasar kosmetika biasanya terdiri dari bermacam-macam bahan dasar, bahan aktif dan bahan pelengkap. Bahan-bahan tersebut mempunyai aneka fungsi antara lain sebagai solvent (pelarut), emulsier (pencampur), pengawet, adhesive (pelekat), pengencang, absortent (penyerap) dan desinfektan. Pada umumnya 95 % dari kandungan kosmetika adalah bahan dasar dan 5 % bahan aktif atau kadang-kadang tidak mengandung bahan aktif. Hal ini mengandung arti bahwa kosmetika, sifat dan efeknya tidak ditentukan oleh bahan aktif tetapi terutama oleh bahan dasar kosmetika tersebut. Bahan dasar kosmetika dikelompokkan sebagai berikut : 1. Solvent (Pelarut) Solvent atau pelarut adalah bahan yang berfungsi sebagai zat pelarut seperti air, alkohol, eter, dan minyak. Bahan yang dilarutkan dalam zat pelarut terdiri atas 3 bentuk yaitu padat misalnya garam, cair misalnya gliserin dan gas misalnya amoniak. 2. Emulsier (Pencampur) Emulsier merupakan bahan yang memungkinkan dua zat yang berbeda jenis dapat menyatu, misalnya lemak atau minyak dengan air menjadi satu campuran merata (homogen). Emulgator, umumnya memiliki sifat menurunkan tegangan permukaan antara dua cairan ( surfactant ). Contoh emulgator yaitu lilin lebah, lanolin, alkohol atau ester asam-asam lemak. 3. Preservative (Pengawet) Bahan pengawet digunakan untuk meniadakan pengaruh kuman - kuman terhadap kosmetika, sehingga kosmetika tetap stabil tidak cepat kadaluwarsa. Bahan pengawet yang aman digunakan biasanya yang bersifat alami. Bahan pengawet untuk kosmetika dapat menggunakan senyawa asam benzoat, alkohol, formaldehida dan lainlain. Jenis pengawet kimia efeknya pada kulit seringkali tidak baik. Untuk mengetahui efek yang ditimbulkan, penggunaan kosmetik
4
sebaiknya dicoba dulu misalnya pada kulit di belakang telinga. Kosmetika yang sudah kadaluwarsa sebaiknya tidak digunakan lagi. Batas kadaluwarsa beberapa jenis kosmetik, sejak kemasan dibuka dapat dilihat pada tabel berikut : Jenis Kosmetik Krim dan Cairan Pelembab, Liquid Foundation, Susu/Krim Pembersih Serbuk Perona Mata, Perona Pipi, Bedak Tabur atau Padat
Pensil Pensil Mata, Pensil Alis, dan Pensil Bibir Kosmetik Bibir Lipstick, Lipgloss, Lipbalm, Lipcare, Lip moisturizer 4. Adhesive (Pelekat)
Masa Pakai 1 Tahun
2 Tahun
1 Tahun 1 Tahun
Ciri Kadaluwarsa Berbau, berlendir, menggunpal
berubah warna,
Dapat bertahan lama jika tidak terkontaminasi. Apabila kuas atau spons yang digunakan kotor, produk akan mudah terkena jamur. Ujung pensil keras dan pecah Berbau, Mengering, Membuat bibir kering dan gatal
Bahan yang biasanya terdapat dalam kosmetika seperti bedak, dengan maksud agar bedak dapat dengan mudah melekat pada kulit dan tidak mudah lepas. Bahan pelakat dalam bedak antara lain menggunakan seng stearat dan magnesium stearat. 5. Astringent (Pengencang) Merupakan bahan pengencang yang mempunyai daya untuk mengerutkan dan menciutkan jaringan kulit. Bahan pengencang biasanya menggunakan zat-zat yang bersifat asam lemah dalam kadar rendah, alkohol dan zat -zat khusus lainnya. 6. Antioksidan Antioksidan adalah substansi yang dapat memberikan elektron. Fungsinya adalah melindungi tubuh dari serangan radikal bebas, dengan cara menunda, memperlambat, dan mencegah proses oksidasi. Dalam arti khusus, antioksidan adalah zat yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas dalam oksidasi lipid (15). 7. Absortent (Penyerap).
5
Bahan penyerap mempunyai daya mengabsorbsi cairan, misalnya kalsium karbonat dalam bedak yang dapat menyerap keringat di wajah. 8. Desinfektan Desinfektan berguna untuk melindungi kulit dan bagian-bagian tubuh lain terhadap pengaruh-pengaruh mikroorganisme. Desinfektan dalam kosmetika sering menggunakan ethyl alkohol, propilalkohol, asam borat fenol dan senyawasenyawa amonium kuaterner.
2.3 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah substansi yang dapat memberikan elektron. Fungsinya adalah melindungi tubuh dari serangan radikal bebas, dengan cara menunda, memperlambat, dan mencegah proses oksidasi. Dalam arti khusus, antioksidan adalah zat yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas dalam oksidasi lipid (15). Antioksidan mampu melindungi sel dari efek berbahaya radikal bebas oksigen reaktif, yang dikaitkan sebagai penyebab berbagai penyakit, seperti penyakit-penyakit degeratif, kanker dan proses penuaan dini. Konsentrasi maksimum
antioksidan
yang
disetujui
oleh
FDA
(Food
and
Drug
Administration)adalah 0,02% -0,05%. Seperti diketahui bahwa radikal bebas dapat berasal dari dalam tubuh sebagai hasil dari metabolisme tubuh, juga dapat berasal dari faktor eksternal, seperti asap rokok, polutan dan sebagainya. Radikal bebas adalah spesies yang tidak stabil, karena memiliki elektron yang tidak berpasangan, sehingga akan berusaha untuk mencari pasangan elektron dari molekul atau sel yang lain. Protein lipida dan DNA dari sel manusia sehat merupakan sumber pasangan elektron yang baik.Ketika antioksidan menyerang radikal bebas, antioksidan dan radikal bebas akan saling berikatan. Selanjutnya terbentuk radikal bebas yang baru, yang relatif lemah dan tidak membahayakan
6
2.4 Manfaat dan Fungsi Antioksidan
Antioksidan merupakan zat yang dibutuhkan oleh tubuh secara umum dapat menghambat oksidasi lemak. Dalam tubuh manusia radikal bebas, sebagai sampingan proses pembentukan energi. Pada jumlah tertentu, radikal bebas dibutuhkan agar dapat membantu sel darah putih atau leukosit untuk menghancurkan atau memakan kuman yang masuk ke dalam tubuh. Namun jika kondisi radikal bebas dalam tubuh terlalu banyak akan bersifat merusak tubuh. Meningkatkatnya radikal bebas yang berlebih ini akan berakibat penuaan dini, karena dapat merusak senyawa lemak yang dapat menghilangkan elastisitas kekencangan kulit sehingga mengakibatkan keriput. Salah satu manfaat utamanya adalah untuk melindungi kulit dari paparan sinar UVA/UVB yang dapat merusak kulit. Selain mencegah penuaan dini, antioksidan juga disinyalir mampu mencegah tumbuhnya sel kanker payudara pada wanita, antioksidan seperti flavonoid, glikosida, dan polifenol juga mencegah penyakit alzheimer dan kardiovaskular. Ada dua cara dalam mendapatkan antioksidan, yaitu : 1. Dari luar tubuh (eksogen) dengan cara melalui makanan dan minuman yang mengandung vitamin C, E, atau betakaroten, dan 2. Dari dalam tubuh (endogen), yakni dengan enzim superoksida dismutase (SOD), glutation peroksidase (GSH Px), perxidasi, dan katalase yang diproduksi oleh tubuh sebagai antioksidan. Berdasarkan penelitian, mengonsumsi antioksidan secara berlebihan (dari makanan maupun suplemen) dapat meningkatkan risiko kerusakan hati. intinya bahwa kelebihan antioksidan juga akan berakibat tidak baik bagi kesehatan. Dari sini, dilihat lagi senyawa2 yang gampang teroksidasi khususnya vitamin adalah vitamin C, lalu vitamin E. Dan dari sisi mineral, yang berguna untuk antioksidan seperti Zincum / Seng (Zn), Selenium (Se). Dan terakhir yang dari golongan metabolit sekunder tumbuhan yaitu senyawa terpen yaitu karoten
7
yang ditandai dengan ciri khas sebagai pigmen berwarna orange. Dan yang biasa dikenal adalah jenis beta-karoten. 2.5 Klasifikasi Antioksidan
Berdasarkan mekanisme antioksidan didalam tubuh di golongkan menjadi tiga kelompok yaitu : 1. Antioksidan primer (antioksidan edogenus) Suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan primer apabila dapat memberikan atom hidrogen secara cepat kepada senyawa radikal, kemudian radikal antioksidan yang terbentuk segera berubah menjadi senyawa yang lebih stabil. Antioksidan endogen merupakan antioksidan yang dapat di sintesis oleh tubuh, contoh dari antioksidan endogen antaralain superoksida dismutase (SOD), katalase dan peroksidase. Antioksidan primer dapat menunda atau menghambat tahap inisiasi bereaksi dengan radikal bebas atau dengan menghambat tahap propagansi dengan bereaksi dengan radikal peroksi atau radikal alkokosi dengan reaksi sebagai berikut : AH + L*
A* + LH
AH + LOO*
A* + LOOH
AH + LO*
A* + LOH
2. Antioksidan sekunder (antioksidan eksogenus) Antioksidan sekunder adalah senyawa penangkap radikal bebas yang mampu mencegah terjadinya reaksi berantai, sehingga tidak terjadi kerusakan yang lebih hebat. Contoh antioksidan sekunder adalah vitamin C, vitamin E dan betakaroten. Antioksidan sekunder disebut juga antioksidan eksogenus atau antioksidan non enzimatis serta disebut pula sebagai sistem pertahanan preventif. Terbentuknya senyawa oksigen reaktif pada sistem pertahanan ini dihambat dengan cara pengkelatan
8
metal, atau dirusak pembentukannya. Pengkelatan metal terjadi dalam cairan ekstraseluler. 3. Antioksidan tersier Kelompok antioksidan tersier meliputi sistem enzim DNA repair dan metionin
sulfoksida
reduktase.
Enzim-enzim
ini
berfungsi
dalam
perbaikan biomokuler yang rusak akibat reaktivitas radikal bebas. Kerusakan DNA yang terinduksi senyawa radikal bebas dicirikan oleh rusaknya single dan double strand, baik gugus non basa maupun basa.
Sedangkan menurut brands william et al 1995, aktivitas antioksidan merupakan kemampuan suatu senyawa atau ekstrak untuk menghambat reaksi oksidasi yang dapat dinyatakan dengan persen penghambatan. Mekanisme kerja antioksidan secara umum adalah menghambat oksidasi lemak , oksidasi lemak terdiri dari tiga tahap utama yaitu inisiasi, propagasi, dan terminasi. Tahap inisiasi terjadi pembentukan radikal asam lemak, yaitu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil dan sangat reaktif akibat dari hilangnya satu atom hidrogen atau reaksi 1, pada tahap selanjutnya yaitu propagasi, radikal asam lemak akan bereaksi dengan oksigen akan membentuk radikal peroksi atau reaksi 2. Radikal peroksi lebih lanjut akan menyerang asam lemak menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam lemak baru atau reaksi 3. Hidroperoksida yang terbentuk berisifat tidak stabil dan akan terdegradasi lebih lanjut menghasilkan senyawa-senyawa karbonil rantai pendek seperti aldehida dan keton bertanggung jawab atas flavor makanan berlemak. Tanpa adanya antioksidan reaksi oksidasi lemak akan mengalami terminasi melalui reaksi antar radikal bebas membentuk kompleks bukan radikal atau reaksi 4. Berikut tahapan oksidasi lemak secara lengkap : Inisiasi
: RH — - R* + H*
(1)
Propagasi
: R* + O2 —– ROO*
(2)
ROO* + RH —– ROOH +R* Terminasi
: ROO* +ROO* — - non radikal
(3) (reaksi 4)
9
R* + ROO* — - non radikal R* + R* —– non radikal
Mekanisme kerja antioksidan memiliki dua fungsi, fungsi utama pertama merupakan fungsi utama dari antioksidan yaitu sebagai pemberi atom hidrogen. Senyawa ini dapat memberikan atom hidrogen secara cepat ke radikal lipida (R*, COO*) atau mengubahnya kebentuk lebih stabil, sementara turunan radikal antioksidan (A*) tersebut memiliki keadaan lebih stabil di banding radikal lipid. Fungsi
kedua
merupakan
fungsi
sekunder
antioksidan,
yaitu
memperlambat laju auto oksidasi dengan berbagai mekanisme diluar mekanisme pemutusan rantai lipid ke bentuk lebih stabil. Penambahan antioksidan (AH) primer dengan konsentrasi rendah pada lipida dapat menghambat atau mencegah reaksi autooksidasi lemak dan minyak. Penambahan tersebut dapat menghalangi reaksi oksidasi pada tahap inisiasi maupun propagasi. Radikal-radikal antioksidan (A*) yang terbentuk pada reaksi tersebut relatif stabil dan tidak mempunyai cukup energi untuk dapat bereaksi dengan molekul lipida lain membentuk radikal lipida baru, gordon 1990. Berdasarkan
konsentrasi
antioksidan
yang
di
tambahkan
dapat
berpengaruh pada laju oksidasi. Pada konsentrasi tinggi aktivitas antioksidan grup fenolik sering lenyap bahkan antioksidan tersebut menjadi perooksidan. Pengaruh jumlah konsentrasi pada laju oksidasi tergantung pada struktur antioksidan, kondisi dan sampel yang di uji.
2.6 Sumber Antioksidan
Berdasarkan sumbernya antioksidan dapat digolongkan ke dalam dua jenis yaitu jenis pertama, antioksidan yang
bersifat alami, seperti komponen
fenolik/flavonoid, vitamin E, vitamin C dan beta-karoten dan jenis ke dua, adalah antioksidan sintetis seperti BHA (butylated hydroxyanisole), BHT (butylated hydroxytoluene, propil galat (PG), TBHQ (di-t-butyl hydroquinone). 2.6.1 Antioksidan Alami
10
1. Tocopherol (Vitamin E)
Gambar 1. Rumus Struktur Tokoferol
Tokoferol, atau vitamin E, merupakan vitamin yang larut dalam lemak dan merupakan antioksidan alami yang dapat diisolasi dari minyak nabati. Ketika Tokoferol terisolasi, dihasilkan minyak kental yang bervariasi dalam warna dari kuning hingga merah kecoklatan. Daripada Tokoferol sendiri, ester dari Tokoferol sering digunakan dalam produk kosmetik dan perawatan pribadi. Ini termasuk ester, Tokoferil asetat, ester asam asetat dari Tokoferol, Tokoferil linoleat, ester asam linoleat dari Tokoferol; Linoleat tokoferil / oleat, campuran ester asam linoleat dan oleat dari Tokoferol, tokoferil Nicotinate, ester asam nikotinat dari Tokoferol; dan tokoferil suksinat, asam suksinat ester dari tokoferol. Kalium Fosfat Ascorbyl tokoferil, garam dari kedua vitamin E (tokoferol) dan vitamin C (Asam askorbat) juga dapat digunakan dalam produk kosmetik(13). Tokoferil asetat Lain-bahan turunan Tokoferol yang mungkin ditemukan dalam produk kosmetik termasuk tokoferil Dioleyl Methylsilanol, yang merupakan eter dioleyl dari monoether Asetat tokoferil dengan methylsilanetriol, dan Tocophersolan, yang juga disebut Polietilen Glikol 1000 tokoferil suksinat. Penambahan asam suksinat dan rata-rata 22 kelompok etilena oksida untuk tokoferil membuat Tocophersolan menjadi sebuah bentuk larut air-tokoferol. Dalam kosmetik dan produk perawatan pribadi, Tokoferol dan bahan-bahan lain yang dibuat dari Tokoferol, termasuk ester tokoferol digunakan dalam pembuatan lipstik, eye shadow, perona pipi, bedak wajah, foundation, pelembab, produk perawatan kulit, sabun mandi, kondisioner rambut, dan banyak produk lainnya(13).
11
2.6.2 Antioksidan Sintesis 1. Dibutylhydroxytoluene (BHT)
Nama IUPAC : 2,6-bis(1,1-dimethylethyl)-4-methylphenol
Gambar 1. Rumus Struktur BHT
BHT merupakan jenis antioksidan sintetis. Mekanisme kerjanya adalah sebagai “radical scavenging ”. Di dalam produk kosmetik BHT dipergunakan sebagai antioksidan dalam produk kosmetik yang menggunakan minyak tumbuhan ataupun hewan (Losion, Krim, Body Oil ). Level yang dipergunakan jarang melebihi dari 0.05%. BHT juga dipergunakan dalam industri makanan dan obat. BHT berperilaku sebagai analog sintetis dari vitamin E, yaitu sebagai “radical scavenging” yang mengakhiri dan menekan autoksidasi, suatu proses dimana tak jenuh (biasanya) senyawa organik diserang oleh oksigen atmosfer. BHT menghentikan reaksi autokatalitik dengan mengubah radikal peroksil menjadi hidroperoksida dengan jalan menyumbangkan satu atom hidrogen: RO2. + ArOH → ROOH + ArO. RO2. + ArO. → non radikal produk di mana R adalah gugus alkil dan di mana adalah antioksidan fenolik ArOH adalah BHT atau yang terkait. Dapat dilihat bahwa setiap BHT mengkonsumsi dua radikal peroksil. [burton]. LD 50lebih besar dari 9 g/kg. Pada manusia, belum cukup bukti bahwa pemakaian BHT menunjukkan hubungan yang signifikan dengan peningkatan risiko kanker.[6] 2. Butylhydroxyanisol (BHA)
Nama
IUPAC
:
2-tert -Butyl-4-hydroxyanisole
and
3-tert -butyl-4-
hydroxyanisole.
12
Gambar 2. Rumus Struktur BHA
BHA merupakan jenis antioksidan sintetis. Mekanisme kerjanyaadalah sebagai “radical scavenging ”. Di dalam kosmetik BHA dipergunakan sebagai antioksidan dalam produk kosmetik yang menggunakan minyak tumbuhan ataupun hewan (Losion, Krim, Body Oil). Level yang dipergunakan jarang melebihi dari 0.05%. BHA juga dipergunakan dalam industri makanan dan obat. US National Institutes Of Health melaporkan bahwa BHA cukup diantisipasi sebagai zat karsinogenik pada manusia berdasarkan bukti karsinogenisitas pada hewan percobaan. Pada tikus dan hamster emas Suriah, bila diberikan dalam dosis tinggi sebagai bagian dari diet mereka, BHA menyebabkan papiloma dan karsinoma sel skuamosa dari lambung pada hamster emas tersebutsedangkan pada tikus tidak ada efek karsinogenik bahkan menunjukkan bukti efek perlindungan terhadap karsinogenisitas bahan kimia lain. Pada pemeriksaan statistik manusia, tingkat asupan yang biasa (rendah) BHA tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan peningkatan risiko kanker.
13
3. Propyl Gallate
Nama IUPAC: Propyl 3,4,5-trihydroxybenzoate
Gambar 3. Rumus Struktur Propyl Gallate
Propyl
Gallate
adalah
ester
n-propil
dari
asam
galat
(3,4,5-
trihydroxybenzoic acid). Larut dalam etanol, etil eter, minyak, lemak babi, dan larutan berair dari polietilen glikol (PEG) ester dari etil alkohol, tapi hanya sedikit larut dalam air. Propil Gallate saat ini digunakan sebagai antioksidan secara luas dalam produk kosmetik dan digunakan pada konsentrasi maksimum 0,1%(11). Propil Gallate dipertimbangkan sebagai antioksidan yang aman untuk melindungi lemak dan minyak dari ketengikan. Data penyerapan melalui kulit belum tersedia, namun Propyl Gallate diserap ketika dicerna dan diekskresikan dalam urin. Studi pada hewan percobaan menunjukkan bahwa Propyl gallate sedikit beracun jika tertelan, tapi tidak ada efek sistemik yang dicatat dengan aplikasi dermal. Studi formulasi kosmetik, masing-masing formulasi mengandung 0,003% Propyl Gallate, tidak menghasilkan tanda-tanda fotosensitisasi atau fototoksisitas dalam total 371 subyek. Dalam praktek sebenarnya, formulasi kosmetik dapat mengandung Gallate Propyl pada konsentrasi sampai 0,1% dan penggunaan telah meningkat selama 20 tahun terakhir. Oleh karena itu, ilmuwan kosmetik percaya bahwa pembatasan konsentrasi 0,1% dalam kosmetik diperlukan dan cukup(11).
14
4. Tert -Butylhydroquinone (TBHQ)
Nama IUPAC:2-(1,1-Dimethylethyl)-1,4-benzenediol
Gambar 4. Rumus Struktur TBHQ
TBHQ berbentuk kristal padat yang berwarna putih bercahaya hingga cokelat. Dalam kosmetik, TBHQ digunakan dalam lipstik, cologne, pelembab dan produk kosmetik dekoratif. Dalam studi klinis, TBHQ bukan iritasi atau sensitizer saat diuji pada 0,14%. TBHQ adalah depigmenter kulit lemah di 1,0 dan 5,0% tetapi tidak pada 0,1%. Meskipun ambang batas untuk depigmentasi tidak didirikan, hubungan dosis-respon adalah cukup untuk menyimpulkan bahwa pada konsentrasi TBHQ penggunaan 0,1% dan kurang bukan depigmenter kulit manusia. Data lain menunjukkan bahwa bahan ini bukan agen fototoksik. Panel Ahli CIR menyimpulkan TBHQ itu aman sebagai bahan kosmetik pada konsentrasi tidak melebihi 0,1%. 5. Nordihydroguaiaretic acid (NDGA)
IUPAC Name : 4,4'-(2,3-dimethylbutane-1,4-diyl)dibenzene-1,2-diol
Gambar 5. Rumus Struktur NDGH
NDGA adalah senyawa antioksidan poten yang ditemukan dalam tanaman semak kreosot ( Larrea tridentata) yang berumur panjang. Diyakini bahwa NDGA mengurangi kerusakan sel akibat radikal bebas sehingga tanaman tersebut 15
berumur panjang. Sebuah studi 1986 memperlihatkan nyamuk perempuan yang memakan NDGA rentang hidupnya meningkat hingga 50%. Pabrik telah menggunakan tanaman ini sebagai obat untuk mengobati berbagai penyakit termasuk ketidaksuburan, rematik, artritis, diabetes, kandung empedu dan batu ginjal, nyeri dan peradangan meski penggunaannya hingga kini masih kontroversial. NDGA Secara luas digunakan selama tahun 1950-an sebagai pengawet makanan dan untuk melestarikan serat alami tetapi kemudian dilarang setelah laporan toksisitas pada awal 1960-an. Baru-baru ini, NDGA digunakan sebagai suplemen nutrisi, namun toksisitas terhadap ginjal dan hepatotoksisitas dilaporkan untuk penggunaan jangka panjang tanaman ini dan NDGA. Sebuah jurnal lain menyebutkan bahwa NDGA memiliki
aktifitas
menghambat
pertumbuhan sel kanker payudara.
2.7 Pertimbangan untuk menggunakan formula antioksidan dalam kosmetik
Pendekatan terbaik untuk menentukan penggunaan antioksidan dalam formulasi kosmetik adalah dengan jalan empiris. Publikasi riset dengan subjek antioksidan hanya bisa digunakan sebagai data atau panduan tambahan untuk menyiapkan tes dengan formula sebenarnya.
2.8 Pemilihan antioksidan dalam formula kosmetik
Boehm dan Williams menunjukkan bahwa selain memiliki aktivitas antioksidan, untuk digunakan dalam kosmetik sebuah antioksidan harus memiliki sifat fisik dan fisiologis tertentu, antara lain (7): 1.
Antioksidan tidak boleh memberikan bau atau rasa untuk persiapan untuk yang ditambahkan
2.
Antioksidan harus hampir netral dalam reaksi
3.
Antioksidan harus mudah dan pasti larut dalam substrat
4.
Antioksidan harus terbukti aman secara farmakologis aman
16
Kriteria di atas berlaku untuk produk farmasi dan makanan dan sama baiknya diterapkan untuk kosmetik, dengan tambahan bahwa antioksidan dalam kosmetik harus terbukti aman secara dermatologis dan bebas dari efek iritasi.
2.9 Konsep aplikasi antioksidan dalam kosmetik
Vitamin dapat digunakan dalam semua produk kosmetik sebagai antioksidan. Vitamin A ( Retinyl palmitate), C (Asam askorbat) dan E (Tokoferol atau Asetat tokoferil) adalah antioksidan yang paling populer di perawatan kulit. Ada juga beberapa bahan alami yang kaya antioksidan. Beberapa di antaranya teh hijau, rose hip oil , sweet almond oil , minyak alpukat, ekstrak biji anggur, juga mineral selenium dan seng.
17
BAB III PEMBAHASAN
Kosmetik saat ini telah menjadi kebutuhan manusia yang tidak bisa dianggap sebelah mata lagi. Dan sekarang semakin terasa bahwa kebutuhan adanya kosmetik yang beraneka bentuk dengan ragam warna dan keunikan kemasan serta keunggulan dalam memberikan fungsi bagi konsumen menuntut industri kosmetik untuk semakin terpicu mengembangkan teknologi yang tidak saja
mencakup
peruntukkannya
dari
kosmetik
itu
sendiri
namun juga
kepraktisannya didalam penggunaannya. Penggunaan kosmetik harus disesuaikan dengan aturan pakainya. Misalnya harus sesuai jenis kulit, warna kulit, iklim, cuaca, waktu penggunaan, umur, dan jumlah pemakaiannya sehingga tidakmenimbulkan efek yang tidak diinginkan. Sebelum mempergunakan kosmetik, sangatlah penting untuk mengetahui lebih dulu apa yangdimaksud dengan kosmetik, manfaat dan pemakaian yang benar. Maka dari itu perlu penjelasan lebih detail mengenai kosmetik. 5 Kosmetika biasanya terdiri dari bermacam-macam bahan dasar, bahan aktif dan bahan pelengkap. Bahan-bahan tersebut mempunyai aneka fungsi antara lain sebagai solvent (pelarut), emulsier (pencampur), pengawet, adhesive (pelekat), pengencang, absortent (penyerap) dan desinfektan. Pada umumnya 95 % dari kandungan kosmetika adalah bahan dasar dan 5 % bahan aktif atau kadang-kadang tidak mengandung bahan aktif. Hal ini mengandung arti bahwa kosmetika, sifat dan efeknya tidak ditentukan oleh bahan aktif tetapi terutama oleh bahan dasar kosmetika tersebut. Salah satu bahan kimia yang terdapat didalam kosmetik adalah Antioksidan. Antioksidan adalah substansi yang dapat memberikan elektron. Fungsinya adalah melindungi sediaan dari proses oksidasi, dengan cara menunda, memperlambat, dan mencegah proses oksidasi. Dalam arti khusus, antioksidan adalah zat yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas dalam oksidasi lipid (Kochhar dan Rossell, 1990). Konsentrasi
18
maksimum antioksidan yang disetujui oleh FDA (Food and Drug Administration) adalah 0,02% -0,05%. Antioksidan dapat diklasifikasikan menurut asalnya dalam dua jenis yaitu antioksidan alami dan sintetis, yaitu jenis pertama, antioksidan yang bersifat alami, seperti komponen fenolik/flavonoid, vitamin E, vitamin C dan beta-karoten dan jenis ke dua, adalah antioksidan sintetis seperti BHA ( butylated hydroxyanisole), BHT (butylated hydroxytoluene, propil galat (PG), TBHQ (di-tbutyl hydroquinone)13 Boehm dan Williams menunjukkan bahwa selain memiliki aktivitas antioksidan, untuk digunakan dalam kosmetik sebuah antioksidan harus memiliki sifat fisik dan fisiologis tertentu, antara lain: 1. Antioksidan tidak boleh memberikan bau atau rasa untuk persiapan untuk yang ditambahkan 2. Antioksidan harus hampir netral dalam reaksi 3. Antioksidan harus mudah dan pasti larut dalam substrat 4. Antioksidan harus terbukti aman secara farmakologis aman Kriteria di atas berlaku untuk produk farmasi dan makanan dan sama baiknya diterapkan untuk kosmetik, dengan tambahan bahwa antioksidan dalam kosmetik harus terbukti aman secara dermatologis dan bebas dari efek iritasi5
19
BAB IV KESIMPULAN
1. Defenisi kosmetik dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. HK.00.05.42.1018 adalah setiap bahan atau sediaan dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut
terutama
untuk
membersihkan,
mewangikan,
mengubah
penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (BPOM RI, 2008). 2. Antioksidan adalah substansi yang dapat memberikan elektron. Fungsinya adalah melindungi tubuh dari serangan radikal bebas, dengan cara menunda, memperlambat, dan mencegah proses oksidasi. Dalam arti khusus, antioksidan adalah zat yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas dalam oksidasi lipid (Kochhar dan Rossell, 1990). Konsentrasi maksimum antioksidan yang disetujui oleh FDA (Food and Drug Administration)adalah 0,02% -0,05%. 3. Berdasarkan sumbernya antioksidan dapat digolongkan ke dalam dua jenis yaitu jenis pertama, antioksidan yang bersifat alami, seperti komponen fenolik/flavonoid, vitamin E, vitamin C dan beta-karoten dan jenis ke dua, adalah antioksidan sintetis seperti BHA (butylated hydroxyanisole), BHT (butylated
hydroxytoluene,
propil
galat
(PG),
TBHQ
(di-t-butyl
hydroquinone). 4. untuk digunakan dalam kosmetik sebuah antioksidan harus memiliki sifat fisik dan fisiologis tertentu, antara lain: Antioksidan tidak boleh memberikan bau atau rasa untuk persiapan untuk yang ditambahkan, Antioksidan harus hampir netral dalam reaksi, Antioksidan harus mudah dan pasti larut dalam substrat, Antioksidan harus terbukti aman secara farmakologis aman.
20
DAFTAR PUSTAKA
1.
Gessner G. H., The Condensed Chemical Dictionary, Eight Edition, Reinhold Publishing Corporation, Encyclopedia of Chemistry, 1971, 71-72. Dalam Juncan Anca Maria. Analysis of some antioxidants used in cosmetics by chromatographic methods. Babes-Bolyai University, Cluj-Napoca Faculty of Chemistry and Chemical Engineering
2.
Führer H., Dragoco Report , 1970, April, 79.
3.
Lupo M. P., Clinics in Dermatology, 19, 2001, 467-473.
4.
Andreassi M., Andreassi L., J. Cosmetic Dermatol., 2, 2004, 153-160.
5.
Schlossman M. L., The Chemistry and Manufactures of Cosmetics, Allured Publishing Corporation, 2000, 9. Dalam Juncan Anca Maria. Analysis of some antioxidants used in cosmetics by chromatographic methods. BabesBolyai University, Cluj-Napoca Faculty of Chemistry and Chemical Engineering
6.
Baran R., Maibach H. I., Textbook of Cosmetic Dermatology, 2nd Ed., London: Martin-Dunitz, 1998, 121-128. Dalam Juncan Anca Maria. Analysis of some antioxidants used in cosmetics by chromatographic methods. BabesBolyai University, Cluj-Napoca Faculty of Chemistry and Chemical Engineering.
7.
Boehm M., Williams J., J. Pharm., 232, 1943, 292. Dalam Juncan Anca Maria. Analysis of some antioxidants used in cosmetics by chromatographic methods. Babes-Bolyai University, Cluj-Napoca Faculty of Chemistry and Chemical Engineering.
8.
Juncan A. M., Hodi_an T., Rev. Soc. Rom. Chim. Cosmet. , 7, 3, 2007, 42-46. Dalam Juncan Anca Maria. Analysis of some antioxidants used in cosmetics by chromatographic methods. Babes-Bolyai University, Cluj-Napoca Faculty of Chemistry and Chemical Engineering.
9.
Botterweck AAM, Vergaen H, GoldBohm RA, KleinJans J, van den Brant PA
(2007).
"Intake
of
Butylated
Hydroxyanisole
and
Butylated
Hydroxytoluene and Stomach Cancer Risk: Results from Analyses in the Netherlands Cohort Study 10. Lupo M. P., Clinics in Dermatology, 19, 2001, 467-473. Dalam Juncan Anca
21
Maria. Analysis of some antioxidants used in cosmetics by chromatographic methods. Babes-Bolyai University, Cluj-Napoca Faculty of Chemistry and Chemical Engineering 11. Anonymous. Final report on the amended safety assessment of Propyl Gallate.Int J Toxicol. 2007;26 Suppl 3:89-118. 12. Youngren JF. Et al. Nordihydroguaiaretic acid (NDGA) inhibits the IGF-1 and c-erbB2/HER2/neu receptors and suppresses growth in breast cancer cells. Breast Cancer Res Treat. 2005 Nov;94(1):37-46 13. Tocopheryl Acetate. 2011 (diunduh 30 september 2017). Tersedia dari: URL: HYPERLINKhttp://www.cosmeticsinfo.org/ingredient_details.php?ingredien t_id=585 14. Burton, G. W.; Ingold, K. U., "Autoxidation of biological molecules. 1. Antioxidant activity of vitamin E and related chain-breaking phenolic antioxidants in vitro", Journal of the American Chemical Society, 1981, volume 103, pp 6472 – 6477 15. Kochhar, S.P dan Rossel, S.B. 1990. Detection, Estimation, and Evaluation of Antioxidant in Food System. Food Antioxidant. Elsevier Sci Publ Ltd. London, New York
22