1.DARAH Darah berasal dari bahasa Yunani haima yang artinya darah. Dalam darah terkandung hemoglobin yang berfungsi sebagai pengikat oksigen. Hemoglobin merupakan protein pengangkut oksigen. 1.1. KOMPONEN DARAH Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari darah, angka ini dinyatakan dalam nilai hermatokrit atau volume sel darah merah yang dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah. Korpuskula darah terdiri dari: 1. Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%). Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidak dianggap sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin dan mengedarkan oksigen. Sel darah merah juga berperan dalam penentuan golongan darah. Orang yang kekurangan eritrosit menderita penyakit anemia. Jumlah pada pria dewasa sekitar 5 juta sel/cc darah dan pada wanita sekitar 4 juta sel/cc darah. Kadar Hb inilah yang dijadikan patokan dalam menentukan penyakit Anemia. Eritrosit berusia sekitar 120 hari. 1. Keping-keping darah atau trombosit (0,6 – 1,0%) Trombosit bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah. Normal berkisar antara 200.000-300.000 keping/mm³ 1. Sel darah putih atau leukosit (0,2%) Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal virus atau bakteri. Fungsi utama dari leukosit tersebut adalah untuk Fagosit (pemakan) bibit penyakit/ benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Peningkatan jumlah lekosit merupakan petunjuk adanya infeksi. Orang yang kelebihan leukosit menderita penyakit leukimia, sedangkan orang yang kekurangan leukosit menderita penyakit leukopenia. Jumlah sel pada orang dewasa berkisar antara 6000 – 9000 sel/cc darah.Plasma darah adalah bagian yang tidak mengandung sel darah. Komposisi plasma darah : 1. Air 2. Protein Protein plasma terdiri dari : 1. Albumin
( 57% )
-Menjaga tekanan osmotik koloid
2. Globulin
( 40% )
-Terdiri dari α1, α 2, ß , γ globulin. -Berperan dlm kekebalan tubuh. -Tiap antibodi bersifat spesifik terhadap antigen dan reaksinya bermacam-macam: 1. Antibodi yang dapat menggumpalkan antigen (Presipitin) 2. Antibodi yang dapat menguraikan antigen (Lisin) 3. Antibodi yang dapat menawarkan racun (Antitoksin) 3. Fibrinogen
( 3% )
-Mengandung faktor-faktor koagulasi Serum adalah cairan berwarna kuning supernatan yg terdapat pada darah yg mengalami koagulasi. Serum tidak mengandung fibrinogen, faktor koagulasi ( f. II, f.V , f. VIII ). 1.2. FUNGSI DARAH Fungsi Umum Darah adalah : 1. Transportasi (sari makanan, oksigen, karbondioksida, sampah dan air) 2. Termoregulasi (pengatur suhu tubuh) 3. Imunologi (mengandung antibodi tubuh) 4. Homeostasis (mengatur keseimbangan zat, pH regulator) 2. TRANSFUSI DARAH Transfusi darah adalah tindakan memindahkan darah atau komponennya ke dalam sistim pembuluh darah seseorang. Komponen darah yang biasa ditransfusikan ke dalam tubuh seseorang adalah sel darah merah, trombosit, plasma, sel darah putih. Transfusi darah adalah suatu pengobatan yang bertujuan menggantikan atau menambah komponen darah yang hilang atau terdapat dalam jumlah yang tidak mencukupi. Transfusi darah dapat dikelompokkan menjadi 2 golongan utama berdasarkan sumbernya,yaitu transfusi allogenic dan transfusi autologus. Transfusi allogenic adalah darah yang disimpan untuk transfusi berasal dari tubuh orang lain. Sedangkan transfusi autologus adalah darah yang disimpan berasal dari tubuh donor sendiri yang diambil 3 unit beberapa hari sebelumnya, dan setelah 3 hari ditransferkan kembali ke pasien. 2.1 TUJUAN TRANSFUSI DARAH Tujuan dari transfusi darah atara lain : 1. Meningkatkan volume darah sirkulasi (setelah pembedahan, trauma).
2. Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar hemoglobin pada klien anemia. 3. Memberikan komponen seluler tertentu sebagai terapi (misalnya: faktor pembekuan untuk membantu mengontrol perdarahan pada pasien hemofilia). 4. Meningkatkan oksigenasi jaringan. 5. Memperbaiki fungsi Hemostatis. 2.2 INDIKASI TRANSFUSI DARAH Dalam pedoman WHO disebutkan : 1. Transfusi tidak boleh diberikan tanpa indikasi kuat. 2. Transfusi hanya diberikan berupa komponen darah pengganti yang hilang/kurang. Berdasarkan pada tujuan di atas, maka saat ini transfusi darah cenderung memakai komponen darah disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya kebutuhan akan sel darah merah, granulosit, trombosit, dan plasma darah yang mengandung protein dan faktor-faktor pembekuan. Indikasi transfusi darah dan komponen-konponennya adalah : 1. Anemia pada perdarahan akut setelah didahului penggantian volume dengan cairan. 2. Anemia kronis. 3. Gangguan pembekuan darah karena defisiensi komponen. 4. Plasma loss atau hipoalbuminemia. 5. Kehilangan sampai 30% EBV umumnya dapat diatasi dengan cairan elektrolit saja. Kehilangan lebih daripada itu, setelah diberi cairan elektrolit perlu dilanjutkan dengan transfusi jika Hb<8 gr/dl. 2.3. JENIS TRANSFUSI DARAH
Darah lengkap (whole blood)
Darah lengkap mempunyai komponen utama yaitu eritrosit, darah lengkap juga mempunyai kandungan trombosit dan faktor pembekuan labil (V, VIII). Volume darah sesuai kantong darah yang dipakai yaitu antara lain 250 ml, 350 ml, 450 ml. Dapat bertahan dalam suhu 4°±2°C. Darah lengkap berguna untuk meningkatkan jumlah eritrosit dan plasma secara bersamaan. Hb meningkat 0,9±0,12 g/dl dan Ht meningkat 3-4 % post transfusi 450 ml darah lengkap. Tranfusi darah lengkap hanya untuk mengatasi perdarahan akut dan masif, meningkatkan dan mempertahankan proses pembekuan. Darah lengkap diberikan dengan golongan ABO dan Rh yang diketahui. Dosis pada pediatrik rata-rata 20 ml/kg, diikuti dengan volume yang diperlukan untuk stabilisasi. Indikasi : 1. Penggantian volume pada pasien dengan syok hemoragi, trauma atau luka bakar
2. Pasien dengan perdarahan masif dan telah kehilangan lebih dari 25% dari volume darah total. Rumus kebutuhan whole blood 6 x ∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB Ket : -Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal -Hb pasien : Hb pasien saat ini Darah lengkap ada 3 macam. Yaitu : 1. Darah Segar Yaitu darah yang baru diambil dari donor sampai 6 jam sesudah pengambilan. Keuntungan pemakaian darah segar ialah faktor pembekuannya masih lengkap termasuk faktor labil (V dan VIII) dan fungsi eritrosit masih relatif baik. Kerugiannya sulit diperoleh dalam waktu yang tepat karena untuk pemeriksaan golongan, reaksi silang dan transportasi diperlukan waktu lebih dari 4 jam dan resiko penularan penyakit relatif banyak. 1. Darah Baru Yaitu darah yang disimpan antara 6 jam sampai 6 hari sesudah diambil dari donor. Faktor pembekuan disini sudah hampir habis, dan juga dapat terjadi peningkatan kadar kalium, amonia, dan asam laktat. 1. Darah Simpan Darah yang disimpan lebih dari 6 hari sampai 35 hari. Keuntungannya mudah tersedia setiap saat, bahaya penularan lues dan sitomegalovirus hilang. Sedang kerugiaannya ialah faktor pembekuan terutama faktor V dan VIII sudah habis. Kemampuan transportasi oksigen oleh eritrosit menurun yang disebabkan karena afinitas Hb terhadap oksigen yang tinggi, sehingga oksigen sukar dilepas ke jaringan. Hal ini disebabkan oleh penurunan kadar 2,3 DPG. Kadar kalium, amonia, dan asam laktat tinggi.
Sel darah merah
Packed red cell Packed red cell diperoleh dari pemisahan atau pengeluaran plasma secara tertutup atau septik sedemikian rupa sehingga hematokrit menjadi 70-80%. Volume tergantung kantong darah yang dipakai yaitu 150-300 ml. Suhu simpan 4°±2°C. Lama simpan darah 24 jam dengan sistem terbuka.(3)
Packed cells merupakan komponen yang terdiri dari eritrosit yang telah dipekatkan dengan memisahkan komponen-komponen yang lain. Packed cells banyak dipakai dalam pengobatan anemia terutama talasemia, anemia aplastik, leukemia dan anemia karena keganasan lainnya. Pemberian transfusi bertujuan untuk memperbaiki oksigenasi jaringan dan alat-alat tubuh. Biasanya tercapai bila kadar Hb sudah di atas 8 g%. Untuk menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr/dl diperlukan PRC 4 ml/kgBB atau 1 unit dapat menaikkan kadar hematokrit 3-5 %. Diberikan selama 2 sampai 4 jam dengan kecepatan 1-2 mL/menit, dengan golongan darah ABO dan Rh yang diketahui. Kebutuhan darah (ml) : 3 x ∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB Ket : -Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal -Hb pasien : Hb pasien saat ini Tujuan transfusi PRC adalah untuk menaikkan Hb pasien tanpa menaikkan volume darah secara nyata. Keuntungan menggunakan PRC dibandingkan dengan darah jenuh adalah: 1. Mengurangi kemungkinan penularan penyakit 2. Mengurangi kemungkinan reaksi imunologis 3. Volume darah yang diberikan lebih sedikit sehingga kemungkinan overload berkurang 4. Komponen darah lainnya dapat diberikan pada pasien lain. Indikasi: : 1. Kehilangan darah >20% dan volume darah lebih dari 1000 ml. 2. Hemoglobin <8 gr/dl. 3. Hemoglobin <10 gr/dl dengan penyakit-penyakit utama : (misalnya empisema, atau penyakit jantung iskemik) 4. Hemoglobin <12 gr/dl dan tergantung pada ventilator. Dapat disebutkan bahwa : Hb sekitar 5 adalah CRITICAL Hb sekitar 8 adalah TOLERABLE Hb sekitar 10 adalah OPTIMAL
Transfusi mulai diberikan pada saat Hb CRITICAL dan dihentikan setelah mencapai batas TOLERABLE atau OPTIMAL 1. Frozen Wash Concentrated Red Blood Cells (Sel Darah Merah Pekat Beku yang Dicuci) Diberikan untuk penderita yang mempunyai antibodi terhadap sel darah merah yang menetap. 1. Washed red cell Washed red cell diperoleh dengan mencuci packed red cell 2-3 kali dengan saline, sisa plasma terbuang habis. Berguna untuk penderita yang tak bisa diberi human plasma. Kelemahan washed red cell yaitu bahaya infeksi sekunder yang terjadi selama proses serta masa simpan yang pendek (4-6 jam). Washed red cell dipakai dalam pengobatan aquired hemolytic anemia dan exchange transfusion.(3) Untuk penderita yang alergi terhadap protein plasma 1. Darah merah pekat miskin leukosit Kandungan utama eritrosit, suhu simpan 4°±2°C, berguna untuk meningkatkan jumlah eritrosit pada pasien yang sering memerlukan transfusi. Manfaat komponen darah ini untuk mengurangi reaksi panas dan alergi.(6)
White Blood Cells (WBC atau leukosit)
Komponen ini terdiri dari darah lengkap dengan isi seperti PRC, plasma dihilangkan 80 % , biasanya tersedia dalam volume 150 ml. Dalam pemberian perlu diketahui golongan darah ABO dan sistem Rh. Apabila diresepkan berikan dipenhidramin. Berikan antipiretik, karena komponen ini bisa menyebabkan demam dan dingin. Untuk pencegahan infeksi, berikan tranfusi dan disambung dengan antibiotik. Indikasi : Pasien sepsis yang tidak berespon dengan antibiotik (khususnya untuk pasien dengan kultur darah positif, demam persisten /38,3° C dan granulositopenia).
Suspensi trombosit
Pemberian trombosit seringkali diperlukan pada kasus perdarahan yang disebabkan oleh kekurangan trombosit. Pemberian trombosit yang berulang-ulang dapat menyebabkan pembentukan thrombocyte antibody pada penderita. (3) Transfusi trombosit terbukti bermanfaat menghentikan perdarahan karena trombositopenia. Komponen trombosit mempunyai masa simpan sampai dengan 3 hari.(2) Indikasi pemberian komponen trombosit ialah : 1. Setiap perdarahan spontan atau suatu operasi besar dengan jumlah trombositnya kurang dari 50.000/mm3. Misalnya perdarahan pada trombocytopenic purpura, leukemia, anemia aplastik, demam berdarah, DIC dan aplasia sumsum tulang karena pemberian sitostatika terhadap tumor ganas.
2. Splenektomi pada hipersplenisme penderita talasemia maupun hipertensi portal juga memerlukan pemberian suspensi trombosit prabedah. Rumus Transfusi Trombosit BB x 1/13 x 0.3 Macam sediaan: 1. Platelet Rich Plasma (plasma kaya trombosit) Platelet Rich Plasma dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar. Penyimpanan 34°C sebaiknya 24 jam. 1. Platelet Concentrate (trombosit pekat) Kandungan utama yaitu trombosit, volume 50 ml dengan suhu simpan 20°±2°C. Berguna untuk meningkatkan jumlah trombosit. Peningkatan post transfusi pada dewasa rata-rata 5.000-10.000/ul. Efek samping berupa urtikaria, menggigil, demam, alloimunisasi Antigen trombosit donor.(6) Dibuat dengan cara melakukan pemusingan (centrifugasi) lagi pada Platelet Rich Plasma, sehingga diperoleh endapan yang merupakan pletelet concentrate dan kemudian memisahkannya dari plasma yang diatas yang berupa Platelet Poor Plasma. Masa simpan ± 48-72 jam.(3)
Plasma
Plasma darah bermanfaat untuk memperbaiki volume dari sirkulasi darah (hypovolemia, luka bakar), menggantikan protein yang terbuang seperti albumin pada nephrotic syndrom dan cirhosis hepatis, menggantikan dan memperbaiki jumlah faktor-faktor tertentu dari plasma seperti globulin.(3) Macam sediaan plasma adalah: 1. Plasma cair Diperoleh dengan memisahkan plasma dari whole blood pada pembuatan packed red cell. 1. Plasma kering (lyoplylized plasma) Diperoleh dengan mengeringkan plasma beku dan lebih tahan lama (3 tahun). 1. Fresh Frozen Plasma Dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar dan langsung dibekukan pada suhu -60°C. Pemakaian yang paling baik untuk menghentikan perdarahan (hemostasis).(3)
Kandungan utama berupa plasma dan faktor pembekuan, dengan volume 150-220 ml. Suhu simpan -18°C atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun. Berguna untuk meningkatkan faktor pembekuan bila faktor pembekuan pekat/kriopresipitat tidak ada. Ditransfusikan dalam waktu 6 jam setelah dicairkan. Fresh frozen plasma (FFP) mengandung semua protein plasma (faktor pembekuan), terutama faktor V dan VII. FFP biasa diberikan setelah transfusi darah masif, setelah terapi warfarin dan koagulopati pada penyakit hepar. Setiap unit FFP biasanya dapat menaikan masing-masing kadar faktor pembekuan sebesar 2-3% pada orang dewasa. Sama dengan PRC, saat hendak diberikan pada pasien perlu dihangatkan terlebih dahulu sesuai suhu tubuh. Pemberian dilakukan secara cepat, pada pemberian FFP dalam jumlah besar diperlukan koreksi adanya hypokalsemia, karena asam sitrat dalam FFP mengikat kalsium. Perlu dilakukan pencocokan golongan darah ABO dan system Rh. Efek samping berupa urtikaria, menggigil, demam, hipervolemia. Indikasi : -
Mengganti defisiensi faktor IX (hemofilia B)
- Neutralisasi hemostasis setelah terapi warfarin bila terdapat perdarahan yang mengancam nyawa. - Adanya perdarahan dengan parameter koagulasi yang abnormal setelah transfusi massif -
Pasien dengan penyakit hati dan mengalami defisiensi faktor pembekuan 1. Cryopresipitate
Komponen utama yang terdapat di dalamnya adalah faktor VIII, faktor pembekuan XIII, faktor Von Willbrand, fibrinogen. Penggunaannya ialah untuk menghentikan perdarahan karena kurangnya faktor VIII di dalam darah penderita hemofili A. Cara pemberian ialah dengan menyuntikkan intravena langsung, tidak melalui tetesan infus, pemberian segera setelah komponen mencair, sebab komponen ini tidak tahan pada suhu kamar. (2) Suhu simpan -18°C atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun, ditransfusikan dalam waktu 6 jam setelah dicairkan. Efek samping berupa demam, alergi. Satu kantong (30 ml) mengadung 75-80 unit faktor VIII, 150-200 mg fibrinogen, faktor von wilebrand, faktor XIII Indikasi : -
Hemophilia A
-
Perdarahan akibat gangguan faktor koagulasi
-
Penyakit von wilebrand
Rumus Kebutuhan Cryopresipitate :
0.5x ∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB 1. Albumin Dibuat dari plasma, setelah gamma globulin, AHF dan fibrinogen dipisahkan dari plasma. Kemurnian 96-98%. Dalam pemakaian diencerkan sampai menjadi cairan 5% atau 20% 100 ml albumin 20% mempunyai tekanan osmotik sama dengan 400 ml plasma biasa Rumus Kebutuhan Albumin ∆ albumin x BB x 0.8 2.4 GOLONGAN DARAH DAN CARA PENGUMPULAN DARAH Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). -
Sistem ABO
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:
-
Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A atau O.
Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B hanya dapat menerima darah dari orang dengan dolongan darah B atau O
Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB.
Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan darah O hanya dapat menerima darah dari sesama O Sistem Rhesus
Sistem rhesus ini ditemukan melalui penyuntikan sel-sel darah merah kera Macacca rhesus kepada marmot (guinea-pig) untuk mendapatkan anti serum. Anti serum yang didapat ternyata bereaksi dengan sel-sel darah merah. ,antigen-Rh yang ditemukan dalam darah kera Macaca rhesus oleh Landsteiner dan Wiener pada tahun 1940 itu juga ditemukan dalam darah manusia. Berdasarkan ada tidaknya antigen-Rh, maka golongan darah manusia dibedakan atas dua kelompok, yaitu : 1.Rhesus positif, bila dalam darah merahnya terdapat faktor Rh pada permukaan sel darah merahnya 2.Rhesus negatif, bila dalam darah merahnya tidak terdapat faktor Rh pada permukaan sel darah merahnya Jika seseorang Rh(+), maka ia dapat menerima darah dengan Rh(+) atau Rh(-). Sedangkan orang dengan Rh(-), hanya bisa menerima darah dengan Rh (-) saja. Oleh karena itu darah Rh(-) sering disediakan untuk operasi-operasi darurat dimana tidak ada waktu lagi untuk melakukan pengecekan golongan darah seseorang. Untuk dapat menyumbangkan darah, seorang donor darah harus memenuhi syarat sebagai berikut:[1] 1. calon donor harus berusia 17-60 tahun, 2. berat badan minimal 50 kg 3. kadar hemoglobin >12,5 gr% 4. tekanan darah 100-150 (sistole) dan 70-100 (diastole). 5. Nadi 30-100x/menit teratur 6. menandatangani formulir pendaftaranan 7. tidak mengalami gangguan pada pembeku darah 8. lulus pengujian kondisi berat badan, hemoglobin, golongan darah, dan pemeriksaan oleh dokter 9. untuk menjaga kesehatan dan keamanan darah, calon donor tidak boleh dalam kondisi atau menderita sakit seperti alkoholik, penyakit hepatitis, diabetes militus, epilepsi, atau kelompok masyarakat risiko tinggi mendapatkan AIDS serta mengalami sakit seperti demam atau influensa; baru saja dicabut giginya kurang dari tiga hari; pernah menerima transfusi kurang dari setahun; begitu juga untuk yang belum setahun menato, menindik, atau akupunktur; hamil; atau sedang menyusui. Penyumbang darah (donor) disaring keadaan kesehatannya. Denyut nadi, tekanan darah dan suhu tubuhnya diukur, dan contoh darahnya diperiksa untuk mengetahui adanya anemia.
Ditanyakan apakah pernah atau sedang menderita keadaan tertentu yang menyebabkan darah mereka tidak memenuhi syarat untuk disumbangkan. Keadaan tersebut adalah hepatitis, penyakit jantung, kanker (kecuali bentuk tertentu misalnya kanker kulit yang terlokalisasi), asma yang berat, malaria, kelainan perdarahan, AIDS dan kemungkinan tercemar oleh virus AIDS. Hepatitis, kehamilan, pembedahan mayor yang baru saja dijalani, tekanan darah tinggi yang tidak terkendali, tekanan darah rendah, anemia atau pemakaian obat tertentu; untuk sementara waktu bisa menyebabkan tidak terpenuhinya syarat untuk menyumbangkan darah. Biasanya donor tidak diperbolehkan menyumbangkan darahnya lebih dari 1 kali setiap 2 bulan. Untuk yang memenuhi syarat, menyumbangkan darah adalah aman. Keseluruhan proses membutuhkan waktu sekitar 1 jam, pengambilan darahnya sendiri hanya membutuhkan waktu 10 menit. Biasanya ada sedikit rasa nyeri pada saat jarum dimasukkan, tetapi setelah itu rasa nyeri akan hilang. Standard unit pengambilan darah hanya sekitar 0,48 liter. Darah segar yang diambil disimpan dalam kantong plastik yang sudah mengandung bahan pengawet dan komponen anti pembekuan. Sejumlah kecil contoh darah dari penyumbang diperiksa untuk mencari adanya penyakit infeksi seperti AIDS, hepatitis virus dan sifilis. Darah yang didinginkan dapat digunakan dalam waktu selama 42 hari. Pada keadaan tertentu, (misalnya untuk mengawetkan golongan darah yang jarang), sel darah merah bisa dibekukan dan disimpan sampai selama 10 tahun. Karena transfusi darah yang tidak cocok dengan resipien dapat berbahaya, maka darah yang disumbangkan, secara rutin digolongkan berdasarkan jenisnya; apakah golongan A, B, AB atau O dan Rh-positif atau Rh-negatif. Sebagai tindakan pencegahan berikutnya, sebelum memulai transfusi, pemeriksa mencampurkan setetes darah donor dengan darah resipien untuk memastikan keduanya cocok: teknik ini disebut cross-matching. Crossmatch adalah pemeriksaan serologis untuk menetapkan sesuai atau tidak sesuainya darah donor dengan darah resipien. Dilakukan sebelum transfusi darah dan bila terjadi reaksi transfusi darah. Terdapat dua cara pemeriksaan, yaitu: 1. Crossmatch mayor : mencampur enitrosit donor (aglutinongen donor) dengan serum resipien (aglutinin resipien) 2.
Crossmatch minor : mencampur eritrosit resipien (aglutinongen resipien) dengan serum donor (aglutinin donor)
Cara menilai basil pemeriksaan adalah sebagai berikut: Bila kedua pemeriksaan (crossmatch mayor dan minor tidak mengakibatkan aglutinasi eritrosit, maka diartikan bahwa darah donor sesuai dengan darah resipien sehingga transfusi darah boleh dilakukan; bila crossmatch mayor menghasilkan aglutinasi, tanpa memperhatikan
hasil Crossmatch minor, diartikan bahwa darah donor tidak sesuai dengan darah resipien sehingga transfusi darah tidak dapat dilakukan dengan menggunakan darah donor itu Bila Crossmatch mayor tidak menghasilkan aglutinasi, sedangkan dengan Crossmatch minor terjadi aglutinasi, maka Crossmatch minor harus diulangi dengan menggunakan serum donor yang diencerkan. Bila pemeriksaan terakhir ini ternyata tidak menghasilkan aglutinasi, maka transfusi darah masih dapat dilakukan dengan menggunakan darah donor tersebut. Bila pemeriksaan dengan serum donor yang diencerkan menghasilkan aglutinasi, maka darah donor itu tidak dapat ditransfusikan. 2.5 PROSES TRANSFUSI DARAH 1. Jelaskan prosedur kepada klien. Tentukan apakah klien pernah mendapatkan transfusi sebelumnya dan catatan reaksi ,jika ada. 2. Minta klien untuk melaporkan gejala berikut: Menggigil, sakit kepala, gatal dan kemerahan dengan segera. 3. Pastikan bahwa klien telah menandatangani format persetujuan / informed concern. 4. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan. 5. Buat jalur IV dengan kateter besar (diameter 18-G atau 19-G). 6. Gunakan selang infus yang mempunyai filterGantungkan wadah larutan NaCl 0,9% untuk diberikan setelah menginfuskan/ pemberian transfusi darah. 7. Ikuti protokol institusi dalam mendapatkan produk darah dari bank darah. Minta darah bila anda telah siap menggunakannya. 8. Dengan perawat yang lain, identifikasi kebenaran produk darah dan klien : 1. Periksa kompatibilitas yang tertera pada kantong darah dan informasi pada kantong itu sendiri. 2. Untuk darah lengkap, periksa golongan ABO dan tipe RH pada catatan klien. 3. Periksa ulang produk darah dengan pesanan dokter. 4. Periksa tanggal kadaluarsa pada kantong darah. 5. Periksa darah terhadap adanya bekuan / gumpalan darah. 6. Tanyakan nama klien dan periksa / cocokkan dengan gelang tangannya/gelang nama. 7. Dapatkan data dasar tanda-tanda vital klien. 8. Mulai untuk mentransfusikan darah :
1. Utamakan / isi jalur IV dengan 0,9 % normal saline. 2. Mulai transfusi dengan lambat melalui tetesan pertama pada filter. 3. Atur kecepatan tetesan 2 ml/menit pada 15 menit pertama transfusi dan tetap bersama klien. Jika ditemukan adanya reaksi, hentikan transfusi, siram / suntik jalur IV dengan normal saline secara lambat dan beritahu dokter dan bank darah. 4. Monitor tanda-tanda vital : 1. Dapatkan tanda vital klien setiap 5 menit selama 15 menit pertama transfusi dan setiap jam untuk yang berikutnya mengikuti kebijakan institusi/rumah sakit. 2. Observasi klien terhadap adanya kemerahan, ruam kulit, gatal, dispnea, bintik-bintik merah di kulit. 12 Lepaskan dan buang sarung tangan. Cuci tangan. 13. Lanjutkan mengobservasi terhadap reaksi samping / efek samping transfusi. 14. Catat pemberian darah dan produk darah. Catat cairan yang digunakan mengikuti kebijakan rumah sakit / institusi. Bila transfusi sudah selesai (complete), Kembalikan kantong plastik dan selangnya ke bank darah. 2.6 REAKSI TRANSFUSI DAN PENCEGAHANNYA Pada umumnya komplikasi transfusi ini dibagi menjadi : I. Reaksi imunologi II. Reaksi non imunologi I. REAKSI IMUNOLOGI A. REAKSI TRANSFUSI HEMOLITIK Reaksi transfusi hemolitik merupakan reaksi yang jarang terjadi tetapi serius dan terdapat pada satu diantara dua puluh ribu penderita yang mendapat transfusi. Lisis sel darah donor oleh antibodi resipien. Hal ini bisa terjadi dengan cara reaksi transfusi hemolitik segera dan reaksi transfusi hemolitik lambat Reaksi ini sering terjadi akibat kesalahan manusia sebagai pelaksana, misalnya salah memasang label atau membaca label pada botol darah.
Tanda-tanda reaksi hemolitik lain ialah menggigil, panas, kemerahan pada muka, bendungan vena leher , nyeri kepala, nyeri dada, mual, muntah, nafas cepat dan dangkal, takhikardi, hipotensi, hemoglobinuri, oliguri, perdarahan yang tidak bisa diterangkan asalnya, dan ikterus. Pada penderita yang teranestesi hal ini sukar untuk dideteksi dan memerlukan perhatian khusus dari ahli anestesi, ahli bedah dan lain-lain. Tanda-tanda yang dapat dikenal ialah takhikardi, hemoglobinuri, hipotensi, perdarahan yang tiba-tiba meningkat, selanjutnya terjadi ikterus dan oliguri. Terapi reaksi transfusi hemolitik : pemberian cairan intravena dan diuretika. Cairan digunakan untuk mempertahankan jumlah urine yang keluar. Diuretika yang digunakan ialah : 1. Manitol 25 %, sebanyak 25 gr diberikan secara intravena kemudian diikuti pemberian 40 mEq Natrium bikarbonat. 2. Furosemid Bila terjadi hipotensi penderita dapat diberi larutan Ringer laktat, albumin dan darah yang cocok. Bila volume darah sudah mencapai normal penderita dapat diberi vasopressor. Selain itu penderita perlu diberi oksigen. Bila terjadi anuria yang menetap perlu tindakan dialysis. B. REAKSI TRANSFUSI NON HEMILITIK 1. Reaksi transfusi “febrile” Tanda-tandanya adalah sebagai berikut : Menggigil, panas, nyeri kepala, nyeri otot, mual. 2. Reaksi alergi a. Anafilaksis : Keadaan ini terjadi bila terdapat protein asing pada darah transfusi. b. Urtikaria, paling sering terjadi dan penderita merasa gatal-gatal. Biasanya muka penderita sembab. Terapi yang perlu diberikan ialah antihistamin, dan transfusi harus disetop. II. REAKASI NON IMUNOLOGI a. Reaksi yang disebabkan oleh volume yang berlebihan. b. Reaksi karena darah transfusi terkontaminasi c. Virus hepatitis, Malaria, sifilis, virus CMG dan virus Epstein-Barr parasit serta bakteri. e. AIDS Untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya reaksi selama transfusi, dilakukan beberapa tindakan pencegahan. Setelah diperiksa ulang bahwa darah yang akan diberikan memang
ditujukan untuk resipien yang akan menerima darah tersebut, petugas secara perlahan memberikan darah kepada resipien, biasanya selama 2 jam atau lebih untuk setiap unit darah. Karena sebagian besar reaksi ketidakcocokan terjadi dalam15 menit pertama, , maka pada awal prosedur, resipien harus diawasi secara ketat. Setelah itu, petugas dapat memeriksa setiap 30- 45 menit dan jika terjadi reaksi ketidakcocokan, maka transfusi harus dihentikan. .1. Latar Belakang Teknik transfusi darah ditemukan pada tanggal 3 Juni 1667, untuk pertama kalinya dalam sejarah kedokteran dan operasi, dokter asal Perancis, Jean Baptist Denis berhasil melakukan transfusi darah. Keberhasilan operasi transfusi darah pertama ini merupakan lompatan besar dalam ilmu kedokteran karena sebelumnya, banyak sekali pasien yang harus kehilangan nyawanya akibat kekurangan darah.(4) Pengobatan dengan transfusi diakui serta diterima dalam dunia kedokteran, setelah Dr. Karel Landsteiner menemukan golongan darah A, B, AB dan O pada tahun 1940 dan patokan inilah yang dipakai sampai sekarang di dunia.(3) Teknik pemisahan plasma darah ditemukan 3 Juni 1904, Charles Richard Drew, seorang dokter penemu teknik pemisahan dan pengawetan plasma darah, terlahir ke dunia di kota Washington D.C. Ia menuntut ilmu kedokteran di McGill University di Montreal, Kanada. Pada tahun 1938, Drew mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di Columbia Univesity, New York dan di sana ia melakukan penelitian terhadap berbagai problem yang ditemukan dalam transfusi darah. Selama penelitian itu, dia menemukan bahwa plasma darah atau cairan darah yang tidak mengandung sel, dapat dikeringkan dan disimpan dalam waktu lama tanpa mengalami kerusakan. Penemuan besar Charles Drew ini mendapat sambutan dari dunia inetrnasional dan pada tahun 1939, Drew menerima bantuan dana dari Asosiasi Transfusi Darah dan ia membuka bank penyimpanan darah di Columbia Presbyterian Hospital. Pada tahun 1940, Charles Drew menerima gelar doktor dan menjadi warga AS kulit hitam pertama yang menerima gelar ini. Charles Drew meninggal dunia tahun 1950 akibat kecelakaan mobil.(4)
I.2. Tujuan
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui tentang definisi transfusi darah, macam bentuk sediaan darah serta komponen darah, indikasi pemberian transfusi darah, komplikasi dan reaksi transfusi darah.
BAB II PEMBAHASAN II.1. Definisi Transfusi darah ialah pemindahan darah dari donor ke dalam peredaran darah penerima (resipien).(2) Definisi lain adalah sutu proses pekerjaan memindahkan darah dari orang yang sehat kepada oarang yang sakit.(3) Darah tersusun dari komponen-komponen eritrosit, leukosit, trombosit dan plasma yang mengandung faktor pembekuan. Pemberian komponen darah yang diperlukan saja dapat dibenarkan daripada pemberian whole blood yang lengkap, prinsip ini lebih ditekankan lagi pentingnya di bidang pediatri dikarenakan bayi maupun anak yang sedang tumbuh tidak perlu diganggu sistem imunologisnya oleh antigen yang tidak diperlukan. Pemberian whole blood hanya dilakukan atas indikasi anemia pasca perdarahan yang akut dan untuk transfusi tukar.(2) II.2. Macam-macam bentuk sediaan darah dan komponen darah a. Darah lengkap (whole blood) Darah lengkap mempunyai komponen utama yaitu eritrosit, darah lengkap juga mempunyai kandungan trombosit dan faktor pembekuan labil (V, VIII). Volume darah sesuai kantong darah yang dipakai yaitu antara lain 250 ml, 350 ml, 450 ml. Dapat bertahan dalam suhu 4°±2°C. Darah lengkap berguna untuk meningkatkan jumlah eritrosit dan plasma secara bersamaan. Hb meningkat 0,9±0,12 g/dl dan Ht meningkat 3-4 % post transfusi 450 ml darah lengkap.(6) b. Sel darah merah
Packed red cell
Packed red cell diperoleh dari pemisahan atau pengeluaran plasma secara tertutup atau septik sedemikian rupa sehingga hematokrit menjadi 70-80%. Volume tergantung kantong darah yang dipakai yaitu 150-300 ml. Suhu simpan 4°±2°C. Lama simpan darah 24 jam dengan sistem terbuka.(3) Packed cells merupakan komponen yang terdiri dari eritrosit yang telah dipekatkan dengan memisahkan komponen-komponen yang lain. Packed cells banyak dipakai dalam pengobatan anemia terutama talasemia, anemia aplastik, leukemia dan anemia karena keganasan lainnya. Pemberian transfusi bertujuan untuk memperbaiki oksigenasi jaringan dan alat-alat tubuh. Biasanya tercapai bila kadar Hb sudah di atas 8 g%. Dosis transfusi darah didasarkan atas makin anemis seseorang resipien, makin sedikit jumlah darah yang diberikan per et mal di dalam suatu seri transfusi darah dan makin lambat pula jumlah tetesan yang diberikan. Hal ini dilakukan untuk menghindari komplikasi gagal jantung. Dosis yang dipergunakan untuk menaikkan Hb ialah dengan menggunakan rumus empiris: Kebutuhan darah (ml) = 6 x BB (kg) x kenaikan Hb yang diinginkan. Penurunan kadar Hb 1-2 hari pasca transfusi, maka harus dipikirkan adanya auto immune hemolytic anemia. Hal ini dapat dibuktikan dengan uji coombs dari serum resipien terhadap eritrosit resipien sendiri atau terhadap eritrosit donor. Keadaan demikian pemberian washed packed red cell merupakan komponen pilihan disamping pemberian immuno supressive (prednison, imuran) terhadap resipien.(2)
Red cell suspension Dibuat dengan cara mencampur packed red cell dengan cairan pelarut dalam jumlah
yang sama.
Washed red cell Washed red cell diperoleh dengan mencuci packed red cell 2-3 kali dengan saline, sisa
plasma terbuang habis. Berguna untuk penderita yang tak bisa diberi human plasma. Kelemahan washed red cell yaitu bahaya infeksi sekunder yang terjadi selama proses serta
masa simpan yang pendek (4-6 jam). Washed red cell dipakai dalam pengobatan aquired hemolytic anemia dan exchange transfusion.(3)
Darah merah pekat miskin leukosit Kandungan utama eritrosit, suhu simpan 4°±2°C, berguna untuk meningkatkan
jumlah eritrosit pada pasien yang sering memerlukan transfusi. Manfaat komponen darah ini untuk mengurangi reaksi panas dan alergi.(6)
c. Suspensi granulosit/leukosit pekat Kandungan utama berupa granulosit dengan volume 50-80 ml. Suhu simpan 20°±2°C. Lama simpan harus segera ditransfusikan dalam 24 jam.(6) Transfusi granulosit diberikan bila penderita nutropenia dengan panas tinggi telah gagal diobati dengan antibiotik yang tepat lebih dari 48 jam. Transfusi granulosit diberikan kepada para penderita leukemia, penyakit keganasan lainnya serta anemia aplastik yang jumlah leukositnya 2000/mm3 atau kurang dengan suhu 39°C atau lebih. Donor dari keluarga terdekat akan memperkecil kemungkinan reaksi transfusi. Bila tidak diperoleh donor yang cocok golongan ABO-nya maka dapat dipilih donor golongan O. Komponen suspensi granulosit harus diberikan segera setelah pembuatan dan diberikan secara intravena langsung atau dengan tetesan cepat. Efek pemberian transfusi granulosit ini akan tampak dari penurunan suhu, bukan dari hitung leukosit penderita. Penurunan suhu terjadi sekitar 1-3 hari pasca transfusi.(2) d. Suspensi trombosit Pemberian trombosit seringkali diperlukan pada kasus perdarahan yang disebabkan oleh kekurangan trombosit. Pemberian trombosit yang berulang-ulang dapat menyebabkan pembentukan thrombocyte antibody pada penderita. (3) Transfusi trombosit terbukti bermanfaat menghentikan perdarahan karena trombositopenia. Indikasi pemberian komponen trombosit ialah setiap perdarahan spontan atau suatu operasi besar dengan jumlah trombositnya kurang dari 50.000/mm3. misalnya perdarahan pada trombocytopenic purpura, leukemia, anemia aplastik, demam berdarah, DIC
dan aplasia sumsum tulang karena pemberian sitostatika terhadap tumor ganas. Splenektomi pada hipersplenisme penderita talasemia maupun hipertensi portal juga memerlukan pemberian suspensi trombosit prabedah. Komponen trombosit mempunyai masa simpan sampai dengan 3 hari.(2) Macam sediaan:
Platelet Rich Plasma (plasma kaya trombosit)
Platelet Rich Plasma dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar. Penyimpanan 34°C sebaiknya 24 jam.
Platelet Concentrate (trombosit pekat) Kandungan utama yaitu trombosit, volume 50 ml dengan suhu simpan 20°±2°C.
Berguna untuk meningkatkan jumlah trombosit. Peningkatan post transfusi pada dewasa ratarata 5.000-10.000/ul. Efek samping berupa urtikaria, menggigil, demam, alloimunisasi Antigen trombosit donor.(6) Dibuat dengan cara melakukan pemusingan (centrifugasi) lagi pada Platelet Rich Plasma, sehingga diperoleh endapan yang merupakan pletelet concentrate dan kemudian memisahkannya dari plasma yang diatas yang berupa Platelet Poor Plasma. Masa simpan ± 48-72 jam.(3) e. Plasma Plasma darah bermanfaat untuk memperbaiki volume dari sirkulasi darah (hypovolemia, luka bakar), menggantikan protein yang terbuang seperti albumin pada nephrotic syndrom dan cirhosis hepatis, menggantikan dan memperbaiki jumlah faktor-faktor tertentu dari plasma seperti globulin.(3) Plasma diperlukan untuk penderita hiperbilirubinemia. Komponen albumin di dalam plasma yang diperlukan untuk mengikat bilirubin bebas yang toksis terhadap jaringan otak bayi. Tindakan ini biasanya mendahului suatu tindakan transfusi tukar. Dosis yang diperlukan ialah 35 ml/kgbb. Penggunaan sebagai plasma expander pada renjatan, substitusi protein pada kesulitan masukan oral jarang dilakukan.(2)
Macam sediaan plasma adalah:
Plasma cair Diperoleh dengan memisahkan plasma dari whole blood pada pembuatan packed red
cell.
Plasma kering (lyoplylized plasma) Diperoleh dengan mengeringkan plasma beku dan lebih tahan lama (3 tahun).
Fresh Frozen Plasma Dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar dan langsung dibekukan pada
suhu -60°C. Pemakaian yang paling baik untuk menghentikan perdarahan (hemostasis).(3) Kandungan utama berupa plasma dan faktor pembekuan labil, dengan volume 150220 ml. Suhu simpan -18°C atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun. Berguna untuk meningkatkan faktor pembekuan labil bila faktor pembekuan pekat/kriopresipitat tidak ada. Ditransfusikan dalam waktu 6 jam setelah dicairkan. Efek samping berupa urtikaria, menggigil, demam, hipervolemia.(6)
Cryopresipitate Komponen utama yang terdapat di dalamnya adalah faktor VIII atau anti hemophilic
globulin (AHG), faktor pembekuan XIII, faktor Von Willbrand, fibrinogen. Penggunaannya ialah untuk menghentikan perdarahan karena kurangnya AHG di dalam darah penderita hemofili A. AHG tidak bersifat genetic marker antigen seperti granulosit, trombosit atau eitrosit, tetapi pemberian yang berulang-ulang dapat menimbulkan pembentukan antibodi yang bersifat inhibitor terhadap faktor VIII. Karena itu pemberiannya tidak dianjurkan sampai dosis maksimal, tetapi sesuai dosis optimal untuk suatu keadaan klinis.(2) Pembuatannya dengan cara plasma segar dibekukan pada suhu -60°C, kemudian dicairkan pada suhu 4-6°C. Akibat proses pencairan terjadi endapan yang merupakan cryoprecipitate kemudian dipisahkan segera dari supernatant plasma.(3)
Setiap kantong kriopresipitat mengandung 100-150 U faktor VIII. Cara pemberian ialah dengan menyuntikkan intravena langsung, tidak melalui tetesan infus, pemberian segera setelah komponen mencair, sebab komponen ini tidak tahan pada suhu kamar. (2) Suhu simpan -18°C atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun, ditransfusikan dalam waktu 6 jam setelah dicairkan. Efek samping berupa demam, alergi.
Heated plasma Plasma dipanaskan pada suhu 60°C selama 10 jam. Bahaya hepatitis berkurang.
Heated plasma mengandung albumin 88%, globulin 12%, NaCL 0,06%, coprylic acid Na 0,02%, Na acetyl tuphtophen 0,02%, natrium cone 50 mEq/L
Albumin Dibuat dari plasma, setelah gamma globulin, AHF dan fibrinogen dipisahkan dari
plasma. Kemurnian 96-98%. Dalam pemakaian diencerkan sampai menjadi cairan 5% atau 20% 100 ml albumin 20% mempunyai tekanan osmotik sama dengan 400 ml plasma biasa II.3. Manfaat komponen darah Komponen darah diberikan melalui transfusi dimaksudkan agar transfusi tepat guna, pasien memperoleh hanya komponen darah yang diperlukan, mengurangi reaksi transfusi, mengurangi volume transfusi, meningkatkan efisiensi penggunaan darah, serta memungkinkan penyimpanan komponen darah pada suhu simpan optimal.(6) II.4. Indikasi (1,5) a. Sel darah merah Indikasi satu-satunya untuk transfusi sel darah merah adalah kebutuhan untuk memperbaiki penyediaan oksigen ke jaringan dalam jangka waktu yang singkat.
kehilangan darah yang akut, jika darah hilang karena trauma atau pembedahan, maka baik penggantian sel darah merah maupun volume darah dibutuhkan.
Transfusi darah prabedah diberikan jika kadar Hb 80 g/L atau kurang.
Anemia yang berkaitan dengan kelainan menahun, seperti penderita penyakit keganasan, artritis reumatoid, atau proses radang menahun yang tidak berespon terhadap hematinik perlu dilakukan transfusi.
Gagal ginjal, anemia berat yang berkaitan dengan gagal ginjal diobati dengan transfusi sel darah merah maupun dengan eritropoetin manusia rekombinan.
Gagal sumsum tulang karena leukemia, pengobatan sitotoksik, atau infiltrat keganasan membutuhkan transfusi sel darah merah dan komponen lain.
Penderita yang tergantung transfusi seperti pada talasemia berat, anemia aplastik dan anemia sideroblastik membutuhkan transfusi secara teratur.
Penyakit sel bulan sabit, beberapa penderita ini juga membutuhkan transfusi secara teratur, terutama setelah stroke.
Indikasi lain untuk transfusi pengganti pada penyakit hemolitik neonatus, malaria berat karena plasmodium falciparum dan septikemia meningokokus.
b. Indikasi untuk transfusi trombosit adalah :
Gagal sumsum tulang yang disebabkan oleh penyakit atau pengobatan mielotoksik.
Kelainan fungsi trombosit, yaitu berupa kelainan fungsi trombosit yang diturunkan seperti pada penyakit Glanzmann, sindrom Bernard-Soulier, dan defisiensi tempat penyimpanan trombosit. Penderita defek fungsi trombosit yang didapat, sekunder terhadap mieloma, paraproteinemia dan uremia.
Trombositopenia akibat pengenceran yang sekunder terhadap transfusi masif atau transfusi pengganti, dan penderita mengalami perdarahan.
Pintas kardiopulmoner, baik selama atau setelahnya perdarahan dapat terjadi karena trombositopenia akibat pengenceran, begitu juga karena gangguan fungsi trombosit.
Purpura trombositopenia autoimun, walaupun kemungkinan tidak efektif karena trombosit yang ditransfusikan hancur oleh autoantibodi yang sirkulasi.
c. Indikasi transfusi granulosit terbatas untuk kasus tertentu saja. Transfusi granulosit harus dipertimbangkan hanya untuk alasan seperti :
Neutropenia persisten dan infeksi berat yang terdapat bukti jelas infeksi bakteri atau jamur yang tidak dapat dikendalikan dengan pengobatan dengan antibiotik yang tepat selama 48-72 jam.
Fungsi neutrofil abnormal dan infeksi persisten seperti pada penyakit granulomatosa kronis dan sebagian kasus mielodisplasia.
Sepsis neonatus, terutama pada bayi prematur dengan sepsis dapat mengalami manfaat transfusi granulosit, walaupun keefektifannya tidak terbukti.
d. Fresh Frozen Plasma - Untuk mengoreksi defisiensi faktor pembekuan/pengentalan di (dalam) suatu pendarahan pasien dengan berbagai defisit faktor pembekuan atau pengentalan (penyakit hati, DIC, transfusi masive) - Warfarin yang berlebihan atau kekurangan vitamin K, proses perbaikan coagulopathy yang diperlukan di dalam 12-24 jam pasien dengan perdarahan atau pasien dengan resiko pendarahan tinggi - Penggantian defisiensi dalam Faktor V dan XI e. Cryoprecipitate - Hypofibrinogenemia - Fibrinogen <> · Transfusi raksasa(masive) · defisiensi kongenital · defisiensi yang didapat ( misalnya DIC) - kekurangan Faktor XIII
- Uremia, dengan perdarahan yang tak bereaksi dengan therapy non-transfusion ( misalnya, dialisis, desmopressin) - Dysfibrinogenemia ( disfungsi fibrinogen)
II.5. Komplikasi transfusi (6) Komplikasi transfusi terbagi menjadi lokal dan umum. Komplikasi lokal yaitu :
Kegagalan memilih vena.
Fiksasi vena yang tidak baik.
Problem ditempat tusukan.
Vena pecah selama menusuk.
Komplikasi umum yaitu :
Reaksi-reaksi transfusi.
Penularan atau transmisi penyakit infeksi.
Sensitisasi imunologis
Transfusi haemochromatosis.
II.6. Reaksi transfusi (6) 1. Reaksi pyrogenik dapat timbul selama atau setelah transfusi, reaksi khas berupa peningkatan temperatur antara 38°C-40°C. Bisa disertai dengan menggigil, kemerahan, kegelisahan dan ketegangan, jika transfusi dihentikan reaksi dan kegelisahan akan hilang.
Pyrogen mungkin terdapat dalam material yang ditransfusikan atau dari alat yang dipakai untuk transfusi. Pyrogen merupakan produk metabolisme bakteri. 2. Reaksi alergi terdiri dari 2 mekanisme yaitu antigen dari donor dan antibodi dalam serum orang sakit bereaksi, antibodi dalam serum donor yang secara pasif ditransfer pada pasien beredar dengan antigen yang ada pada pasien. Antigen mungkin terdapat pada sel darah putih atau trombosit atau pada plasma donor. 3 reaksi alergi : - Anafilaksis dengan gejala syok disertai atau tanpa pireksia, dapat terjadi kegagalan sirkulasi primer akut, nadi cepat, tekanan darah turun, pernapasan berat. - Urtikaria bersifat umum, reaksi berat dapat timbul asma, peningkatan temperatur, menggigil, sakit kepala, nausea, muntah dan pernapasan berat. - Pireksia sulit dibedakan dengan reaksi pirogen. 3. Sirkulasi yang overload terjadi karena setelah pemberian yang cepat dan banyak terutama karena tambahan cairan koloid dan seluler, terjadi terutama pada penderita anemia, kelainan jantung atau degenerasi pembuluh darah. Reaksi demam dapat mendahului reaksi muatan sirkulasi berlebih. 4. Reaksi hemolitik terjadi setelah transfusi darah inkompatibel, reaksi yang diakibatkan oleh transfusi darah yang sudah hemolisis invitro. Mekanisme kerusakan sel darah merah non imunologis/kerusakan invitro. 5. Reaksi darah yang terkontaminasi bakteri khas dengan tanda kenaikan temperatur sampai 42°C, gangguan sirkulasi perifer, hypotensi dan nadi cepat. 6. Intoksikasi citrat akibat pengumpulan citrat dalam darah dan pengurangan ion calcium, citrat diekskresikan oleh ginjal dan dimetabolisme dalam hepar, dapat terakumulasi dalam darah selama transfusi pasien dengan penyakit liver dan ginjal yang berat dan dapat terjadi gagal jantung.
Fungsi Plasma, Sel Darah Merah, Sel Darah Putih dan Keping Darah - Darah merupakan jaringan yang tersusun atas plasma, sel darah merah, sel darah putih, dan keping darah. Kurang lebih 55% bagian dari darah adalah plasma. Darah mempunyai fungsi utama sebagai alat transportasi dimana darah dipompa oleh jantung dan dialirkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Berikut sel-sel dan komponen penyusun darah serta Fungsi Plasma, Sel Darah Merah, Sel Darah Putih dan Keping Darah: 1. Plasma Plasma adalah bagian cair darah dan sebagian besar tersusun oleh air. Sekitar 91% plasma darah terdiri atas air. Selebihnya adalah zat terlarut yang terdiri dari protein plasma (albumin, protrombin, fibrinogen, dan antibodi), garam mineral, dan zat-zat yang diangkut darah (zat makanan, sisa metabolisme, gas-gas, dan hormon). 2. Sel darah merah Sel darah merah tidak memiliki inti sel dan mengandung hemoglobin. Jumlah sel darah merah yang normal kurang lebih adalah 5 juta sel/mm3 darah. Sel darah merah dibentuk pada tulang pipih di sumsum tulang dan dapat hidup hingga 120 hari. Fungsi sel darah merah: Megangkut sari-sari makanan dan oksigen ke seluruh sel dan jaringan tubuh. Oksigen diangkut oleh Heimoglobin (Hb). 3. Sel darah putih Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid, dan dapat menembus dinding kapiler / diapedesis. Dalam keadaan normalnya terkandung 4x109 hingga 11x109 sel darah putih di dalam seliter darah manusia dewasa yang sehat - sekitar 7000-25000 sel per tetes.Dalam setiap milimeter kubil darah terdapat 6000 sampai 10000(rata-rata 8000) sel darah putih Fungsi sel darah putih : Melindungi tubuh dari benda asing seperti bakteri dan virus dengan cara memakan bakteri atau virus tersebut dengan kemampuan fagositosis 4. Keping Darah
Keping darah berbentuk bulat atau lonjong. Ukurankeping darah lebih kecil daripada sel darah merah. Jumlahnyakurang lebih 300.000 pada tiap 1 mm3 darah. Keping darah hidupnya singkat, hanya 8 hari. Fungsi keping darah : Berperan dalam proses pembekuan darah Itulah materi mengenai Fungsi Plasma, Sel Darah Merah, Sel Darah Putih dan Keping Darah, semoga bermanfaat. Hematologi Hematologi adalah cabang ilmu kesehatan yang mempelajari darah, organ pembentuk darah dan penyakitnya. Asal katanya dari bahasa Yunani haima artinya darah. Terdiri dari dua komponen: 1. Korpuskuler adalah unsur padat darah yaitu sel-sel darah Eritrosit, Lekosit, Trombosit. 2. Plasma Darah adalah cairan darah. Fungsi Umum Darah: 1. Transportasi (sari makanan, oksigen, karbondioksida, sampah dan air) 2. Termoregulasi (pengatur suhu tubuh) 3. Imunologi (mengandung antibodi tubuh) 4. Homeostasis (mengatur keseimbangan zat, pH regulator) Eritrosit (Sel Darah Merah): • Merupakan bagian utama dari sel darah. • Jumlah pada pria dewasa sekitar 5 juta sel/cc darah dan pada wanita sekitar 4 juta sel/cc darah. • Berbentuk Bikonkaf, warna merah disebabkan oleh Hemoglobin (Hb) fungsinya adalah untuk mengikat Oksigen. • Kadar Hb inilah yang dijadikan patokan dalam menentukan penyakit Anemia. • Eritrosit berusia sekitar 120 hari. Sel yang telah tua dihancurkan di Limpa . Hemoglobin dirombak kemudian dijadikan pigmen Bilirubin (pigmen empedu). Lekosit (Sel Darah Putih) • Jumlah sel pada orang dewasa berkisar antara 6000 – 9000 sel/cc darah. • Fungsi utama dari sel tersebut adalah untuk Fagosit (pemakan) bibit penyakit/ benda asing yang masuk ke dalam tubuh. • Maka jumlah sel tersebut bergantung dari bibit penyakit/benda asing yang masuk tubuh. • Jumlah sel pada orang dewasa berkisar antara 6000 – 9000 sel/cc darah. • Fungsi utama dari sel tersebut adalah untuk Fagosit (pemakan) bibit penyakit/ benda asing yang masuk ke dalam tubuh. • Maka jumlah sel tersebut bergantung dari bibit penyakit/benda asing yang masuk tubuh. Peningkatan jumlah lekosit merupakan petunjuk adanya infeksi (misalnya radang paru-paru). • Lekopeni Berkurangnya jumlah lekosit sampai di bawah 6000 sel/cc darah. • Lekositosis Bertambahnya jumlah lekosit melebihi normal (di atas 9000 sel/cc darah).
• Fungsi fagosit sel darah tersebut terkadang harus mencapai benda asing/kuman jauh di luar pembuluh darah. • Kemampuan lekosit untuk menembus dinding pembuluh darah (kapiler) untuk mencapai daerah tertentu disebut Diapedesis. Gerakan lekosit mirip dengan amoeba Gerak Amuboid. Jenis-jenis Lekosit • Granulosit Lekosit yang di dalam sitoplasmanya memiliki butir-butir kasar (granula). Jenisnya adalah eosinofil, basofil dan netrofil. • Agranulosit Lekosit yang sitoplasmanya tidak memiliki granola. Jenisnya adalah limfosit dan monosit. • Eosinofil mengandung granola berwama merah (Warna Eosin) disebut juga Asidofil. Berfungsi pada reaksi alergi (terutama infeksi cacing). • Basofil mengandung granula berwarna biru (Warna Basa). Berfungsi pada reaksi alergi. • Netrofil (ada dua jenis sel yaitu Netrofil Batang dan Netrofil Segmen). Disebut juga sebagai sel-sel PMN (Poly Morpho Nuclear). Berfungsi sebagai fagosit. • Limfosit (ada dua jenis sel yaitu sel T dan sel B). Keduanya berfungsi untuk menyelenggarakan imunitas (kekebalan) tubuh. sel T4 = imunitas seluler sel B4 = imunitas humoral • Monosit merupakan lekosit dengan ukuran paling besar • Disebut pula sel darah pembeku. • Jumlah sel pada orang dewasa sekitar 200.000 – 500.000 sel/cc. • Di dalam trombosit terdapat banyak sekali faktor pembeku (Hemostasis) antara lain adalah Faktor VIII (Anti Haemophilic Factor) • Jika seseorang secara genetis trombositnya tidak mengandung faktor tersebut, maka orang tersebut menderita Hemofili. Plasma Darah • Terdiri dari air dan protein darah Albumin, Globulin dan Fibrinogen. • Cairan yang tidak mengandung unsur fibrinogen disebut Serum Darah. • Protein dalam serum inilah yang bertindak sebagai Antibodi terhadap adanya benda asing (Antigen). • Zat antibodi adalah senyawa Gama Globulin. • Tiap antibodi bersifat spesifik terhadap antigen dan reaksinya bermacam-macam. – Antibodi yang dapat menggumpalkan antigen = Presipitin. – Antibodi yang dapat menguraikan antigen = Lisin. – Antibodi yang dapat menawarkan racun = Antitoksin. Komponen plasma yellowish clear liquid, composed of water, proteins and other solutes. • Water = 90% • Proteins = (all synthesized by the liver) • Albumin = 54%, regulates osmotic pressure
• Globulins = 38%, alpha and beta globulins in transport, • gamma globulins in defense (antibodies) • Fibrinogen = 7%, coagulation • Other solutes = Electrolytes – Na+, K+, Ca++, Mg++ Nutrients – glucose, amino acids, fatty acids, monoglycerides … Gases – O2, N2, CO2 Regulatory substance – hormones, enzymes Vitamins Wastes A. Plasma Darah Plasma darah merupakancairan darah berwarna jernih kekuningan atas 90% air dan sisanya zat-zat yang terlarut di dalam air. Zat-zat yang terlarut di dalam air tersebut antara lain sarisari makanan (glukosa, asam lemak, gliserol, asam amino) dan garam-garam mineral; enzim, hormon, dan antibodi; sisa-sisa metabolisme: urea dan asam urat; gas yang terlarut di dalam plasma darah: oksigen, karbon dioksida, dan nitrogen; protein yang terlarut dalam darah (protein darah), misalnya globulin, albumin, dan fibrinogen. Fungsi plasma darah adalah mengedarkan sari-sari makanan dari sisa-sisa metabolisme; berperan dalam pembekuan darah (dilakukan oleh fibrinogen); dan melawan benda/zat asing yang masuk ke dalam darah (dilakukan oleh antibodi)/ B. Eritrosit Eritrosit (sel darah merah) merupakan bagian utama sel-sel darah. Ciri-ciri eritrosit antara lain, berbentuk bundar, pipih, bikonkaf (cekung), dan tidak mempunyai inti sel. Eritrosit dibentuk di dalam sumsum merah tulang pipih (pada bayi dibentuk di dalam hati). Eritrosit berumur 120 hari. Eritrosit yang sudah tua dan rusak akan dirombak di dalam hati dan limpa. Eritrosit berwarna merah karena mengandung hemoglobin (Hb). Hemoglobin adalah suatu protein yang mengandung senyawa besi heme dan globin. Hb mempunyai daya ikat terhadap oksigen dan karbon dioksida. Fungsi eritrosit adalah mengangkut oksigen dari paru-paru (alveoli) ke seluruh tubuh dan mengangkut karbon dioksida dari seluruh tubuh ke paru-paru. C. Leukosit Ciri-ciri leukosit (sel darah putih) antara lain berbentuk tidak tetap, berukuran lebih besar daripada eritrosit, mempunyai inti sel berbentuk bulat atau cekung, tidak berwarna, dapat melakukan gerak ameboid (bergerak seperti amoeba), dan dapat melakukan diapedesis (menembus dinding pembuluh darah). Umur leukosit 6-9 hari. Jika sudah mati, leukosit diserap oleh hati. Leukosit dapat melawan kuman dengan cara memakannya (fagositosis). Jumlah leukosit dapat naik atau turun, bergantung pada ada atau tidaknya infeksi kumankuman tertentu. Leukosit dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu leukosit agranulosit dan leukosit granulosit. Leukosit agranulosit mempunyai sitoplasma tidak bergranula (tidak mempunyai butir-butir), terdiri atas limfosit dan monosit. Leukosit granulosit mempunyai sitoplasma bergranula, terdiri atas neutrofil, basofil, dan eosinofil. Ciri-ciri masing-masing leukosit sebagai berikut: 1. Limfosit: inti sel satu, berfungsi untuk imunitas (kekebalan), dan tidak dapat bergerak.
2. Monosit: inti satu berukuran besar, bersifat fagosit, dan dapat bergerak. 3. Neutrofil: granula berwarna merah kebiruan, bersifat fagosit, dan dapat bergerak. 4. Basofil: granula berwarna biru, bersifat fagosit dan dapat bergerak. 5. Eosinofil: granula berwarna merah, bersifat fagosit, dan dapat bergerak. Leukosit berfungsi sebagai pertahanan tubuh. Limfosit melindungi tubuh dengan cara membentuk antibodi, sedangkan leukosit yang lain melindungi tubuh dengan cara memakan kuman yang masuk ke dalam tubuh. Leukosit agranulosit dibentuk di dalam kelenjar limfa, sedangkan leukosit granulosit dibentuk oleh jaringan retikulo endotelium di dalam sumsum tulang. D. Trombosit Trombosit (sel darah beku/keping darah) memiliki ciri-ciri antara lain berbentuk tidak teratur, berukuran lebih kecil dari leukosit dan eritrosit, tidak berinti, dan rapuh (mudah pecah). Trombosit dibentuk dari fagmentasi (pecahan) megakariosit (sebuah sel dengan inti sangat besar). Umur trombosit sekitar 10 hari. Trombosit yang mati akan dihancurkan oleh limpa. Trombosit berperan penting dalam pembekuan darah. Karena sifatnya yang rapuh, trombosit akan pecah dan mengeluarkan faktor antihemofili berupa enzim trombokinase (tromboplastin) ketika pembuluh darah terluka. Dengan bantuan ion kalsium, dan vitamin K, trombokinase akan mengubah protombrin di dalam plasma darah menjadi trombin. Kemudian, trombin akan mengubah fibrinogen menjadi benang-benang fibrin. Benangbenang fibrin inilah yang akan menutup luka sehingga darah tidak keluar lagi.