MAKALAH PENGANTAR RISET KEPERAWATAN ETIK PENELITIAN DAN CONTOH KASUS PELANGGARAN ETIK PENELITIAN
Dosen Pengajar : Hj. Ruslinawati, Ns., M.Kep Oleh :
Linda Makiah Muhammad Irwannor Saputra Nikmatullah Ridha Nopriyanti Rara Wahdiana Rosana Aprilia Siti Rahmah Syarifah Salmah Jean Fransisca Aurora Kelompok : I
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JENIS BANJARMASIN, BANJARMASIN, 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah etika penelitian tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada semua teman yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis hanya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi diri sendiri maupun kepada pembaca umumnya. Penulis menyadari dengan keterbatasan yang kami miliki sebagai manusia biasa, namun karena tugas ini adalah amanah, maka tersusunlah hasil pemikiran kami yang mungkin masih jauh dari sutu kesempurnaan untuk itu kami mengharapkan kritik dan pesan demi menyempurnakan makalah ini.
Banjarmasin, Oktober 2017
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .....................................................................................
ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................
iii
LAMPIRAN .....................................................................................................
iv
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...........................................................................
1
1.2 Tujuan .........................................................................................
2
BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Etika Penelitian .........................................................
3
2.2 Fungsi Penelitian dan Etika ........................................................
5
2.3 Prinsip-prinsip Etika Penelitian ..................................................
6
2.4 Prinsip Etika Dalam Penelitian Keperawatan Ethical .................
9
2.5 Pelanggaran Etika Penelitian ......................................................
10
BAB 3 KASUS DAN PEMBAHASAN 3.1 Contoh Kasus Eksperimen Sterilisasi ........................................
12
3.2 Pembahasan Kasus .....................................................................
13
BAB 4 PENUTUP 4.1 Simpulan ....................................................................................
16
4.2 Saran ..........................................................................................
16
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
17
ii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Manusia adalah mahluk sosial yang selalu berinteraksi secara terus menerus terhadap diri sendiri, keluarga dan lingkungan masyarakat. Dalam berinteraksi dengan manusia lain ada peraturan, norma-norma dan kaidah yang telah dibuat oleh diri sendiri maupun norma yang telah disepakati bersama, baik itu peraturan tertulis mau pun peraturan yang tidak tertulis. Salah satu bentuk peraturan adalah etika. Ada etika bagaimana seorang anak berperilaku kepada orang tuanya, Ada etika yang mengatur bagaimana seorang dosen mengajar dengan baik dan benar kepada mahasiswanya, begitu pula mahasiswa berperilaku kepada dosennya, dan ada etika bagaimana polisi harus memperlakukan seorang pelaku kriminal kejahatan. Ketidaktahuan seorang akan etika inilah yang sering lalai membuat benturan-benturan. Atau, mereka tahu, namun masing-masing memakai etika yang berbeda.
Manusia adalah
mahluk ciptaan tuhan yang paling agung dan sempurna, yang dilengkapi dengan peralatan jasmaniah dan rohaniah. Salah satu yang membedakan manusia dengan mahluk yang lainnya adalah manusia diberikan akal, budi, dan hati nurani, selain seperangkat naluri. Bila suatu ketika seorang peneliti dihadapkan pada suatu situasi dan ia harus memutuskan sesuatu apa yang harus ia lakukan, seorang peneliti akan berpikir mengenai baik dan buruknya, untung dan ruginya, serta boleh atau tidaknya tindakan itu ia lakukan. Pada saat itulah mekanisme peralatan rohaniah seorang peneliti berjalan. Seorang peneliti harus berfikir secara ilmiah, berpikir ilmiah menurut Poedjawijatna sebagaimana yang dikutip oleh Vardians yah (2005) ada empat cara berfikir ilmiah diantaranya adalah objektif, metodis, sistematis dan universal. Sementara itu menurut Jacob (2004), peneliti dalam melaksanakan seluruh kegiatan penelitian harus memegang teguh sikap ilmiah ( scientific attitude) serta menggunakan prinsip-prinsip etika penelitian. Meskipun intervensi yang dilakukan dalam penelitian tidak memiliki risiko yang dapat merugikan atau membahayakan subjek penelitian, namun peneliti perlu
1
2
mempertimbangkan aspek sosioetika dan menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan.
1.2 Tujuan
1.2.1
untuk mengetahui apa itu etika penelitian
1.2.2
untuk mengetahui apa saja fungsi etika penelitian
1.2.3
untuk mengetahui apa saja prisip etika penelitian
1.2.4
untuk mengetahui apa saja prinsip etik dalam penelitian keperawatan ethical
1.2.5
untuk mengetahui apa saja macam-macam pelanggaran etika penelitian
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Etika Penelitian
Etika berasal dari bahasa Yunani ethos. Istilah etika bila ditinjau dari aspek etimologis memiliki makna kebiasaan dan peraturan perilaku yang berlaku dalam masyarakat. Menurut pandangan Sastrapratedja (2004), etika dalam konteks filsafat merupakan refleksi filsafati atas moralitas masyarakat sehingga etika disebut pula sebagai filsafat moral. Etika mencakup norma untuk berperilaku, memisahkan apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak boleh dilakukan. Etika membantu manusia untuk melihat secara kritis moralitas yang dihayati masyarakat, etika juga membantu kita untuk merumuskan pedoman etis yang lebih adekuat dan norma-norma baru yang dibutuhkan karena adanya perubahan yang dinamis dalam tat a kehidupan masyarakat. Etika penelitian berkaitan dengan beberapa norma, yaitu norma sopan santun yang memperhatikan konvensi dan kebiasaan dalam tatanan masyarakat, norma hukum mengenai pengenaan sanksi ketika terjadi pelanggaran dan , norma moral yang meliputi itikat dan kesadaran yang baik dan jujur dalam penelitian. Etika membantu manusia untuk melihat secara kritis moralitas yang dihayati dalam suatu masyarakat, etika juga membantu kita dalam merumuskan pedoman etis yang kuat dan norma-norma baru yang dibutuhkan karena adanya perubahan yang dinamis dalam tata kehidupan dalam suatu masyarakat. Sedangkan etika dalam ranah penelitian lebih merujuk pada prinsip-prinsip etis yang diterapkan dalam kegiatan penelitian. Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa etika adalah ilmu atau pengetahuan yang membahas manusia, terkait dengan perilakunya terhadap manusia lain atau sesama manusia. Kode etik peneliti adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti ( subjek penelitian ) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil penelitian tersebut. Etika peneliti ini mencakup juga perilaku peneliti atau
3
4
perilakuan peneliti terhadap subjek penelitian serta sesuatu yang dihasilkan oleh peneliti bagi masyarakat. Pengertian peneliti di sini adalah seseorang yang karena
pendidikan
dan
kewenangannya
memiliki
kemampuan
untuk
melakukan investigasi ilmiah dalam suatu bidang keilmuan tertentu, dan atau keilmuan yang bersifat lintas disiplin. Sedangkan subjek yang diteliti adalah orang yang menjadi sumber informasi, baik masyarakat awam atau professional berbagai bidang, utamanya professional bidang kesehatan. Di dalam penelitian, etika adalah jaminan agar tidak ada seorang pun yang dirugikan atau memperoleh dampak negatif kegiatan penelitian, misalnya pelanggaran terhadap persetujuan publikasi hasil penelitian, kerahasiaan, salah penyajian hasil temuan, besarnya biaya penelitian, dan sebagainya. Pada penelitian survei, peneliti tidak boleh melupakan hak-hak responden yang harus dilindungi saat pengumpulan data. Peneliti perlu mempersiapkan instrumen penelitian yag dapat menghindarkan responden dari rasa takut, gelisah, malu, menderita fisik, dan kehilangan kebebasan pribadi. Peneliti perlu pula mendapatkan peretujuan resmi dari responden mengenai rancangan penelitia n, tujuan, dan alasan penelitian. Bagi penelitian bidang bisnis, persetujuan cukup secara lisan, tetapi tidak demikian halnya dengan jenis penelitian medis, psikologi, atau penelitian dengan responden anak-anak. Responden pun harus diberi kebebasan pribadi dalam menjawab kuesioner untuk menjaga validitas dalam penelitian, serta menjaga dan melindungi responden. Perawat peneliti sebagai tenaga perawat professional wajib dan mempunyai tanggung jawab moral untuk bekerja sesuai dengan standard kode etik profesi. Kode etik memberikan panduan kepada peneliti untuk : 2.1.1
Memilih tujuan, desain, metode pengukuran, dan subjek penelitian
2.1.2
Mengumpulkan dan menganalisis data
2.1.3
Menginterpretasikan hasil
2.1.4
Mempublikasikan laporan penelitian
5
2.2 Fungsi Penelitian dan Etika
Seperti telah diuraikan dalam bagian lain dalam buku ini, bahwa penelitian di samping sebagai proses pengembangan ilmu, tetapi juga sebagai produk ilmu itu sendiri: oleh karena itu, sebuah penelitian mempunyai fungsi ganda, yakni: 2.2.1
Fungsi Akademik (Teoretis) Sebuah penelitian seberapa kecil apapun harus mempunyai fungsi akademik atau teoretis. Artinya, hasil atau temuan sebuah penelitian jenis apapun dengan metode apapun pada hakikatnya adalah merupakan temuan akdemik, yang beararti merupakan sumbangan teoretis bagi pengembangan ilmu yang bersangkutan. Penelitian di bidang
kesehatan
hasilnya
jelas
secara
akademik
merupakan
pencerahan ilmu kesehatan. Dengan perkataan lain, hasil atau temuan sebuah penelitian apa pun merupakan tambahan khasanah ilmu pengetahuan. 2.2.2
Fungsi Terapan (Aplikatif) Bidang ilmu apapun, sebenarnya mempunyai aspek teori dan aspek aplikatif atau penerapannya bagi kesejahteraan masyarakat. Demikian pula kesehatan atau kesehatan masyarakat adalah ilmu ( science) dan seni (art ). Oleh sebab itu, penelitian di bidang apapun bukan sekadar membuktikan teori atau memperoleh teori baru, tetapi juga harus mempunyai implikasinya terhadap program peningkatan kesejahteraan masyarakat, termasuk program kesehatan masyarakat. Hal ini dimaksudkan bahwa hasil atau temuan sebuah penelitian, di samping menambah khasanah ilmu pengetahuan seperti disebutkan di atas, juga dapat merupakan masukan bagi pengembangan program-program, khususnya program kesehatan masyarakat. Inilah yang dimaksud bahwa penelitian itu juga mempunyai fungsi terapan atau aplikatif, di samping fungsi teoretis. Hasil sebuah penelitian, meskipun menemukan teori yang muluk-muluk, tetapi tidak dapat digunakan untuk perbaikan program, maka dapat dikatakan bahwa penelitian merupakan sarana atau cara untuk memperoleh masukan atau input bagi perencanaan atau
6
pengembangan program atau alternatif pemecahan masalah, termasuk masalah kesehatan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian harus dapat memenuhi
dua
fungsi
atau
peranan
ini: pengembangan ilmu dan
pengembangan kesejahteraan masyarakat . Apabila penelitian tidak memenuhi salah satu fungsi tersebut, apalagi kedua-duanya maka penelitian tersebut dapat dikatakan penelitian yang tidak etis karena mengingkari hakikat penelitian itu sendiri.
2.3 Prinsip – Prinsip Etika Penelitian
Prinsip bahwa etika adalah menghargai hak dan martabat manusia, tidak akan pernah berubah.Prinsip ini juga diterapkan baik dalam bidang pendidikan maupun pekerjaan. Juga dalam meperoleh pelayanan kesehatan. Ketika mengambil keputusan klinis, perawat seringkali mengandalkan pertimbangan mereka dengan mengunakan kedua konsekuensi dan prinsip dan kewajiban moral yang universal. Hal yang paling funfamental dari prinsip ini adalah penghargaan atas sesame. Empat prinsip dasar lainnya bermula dari prinsip dasar ini yang menghargai otonomi kedermawanan maleficience dan keadilan. Macam-Macam Prinsip Etika Keperawatan Prinsip-Prinsip etika keperawatan terdiri dari : 2.3.1
Autonomy (Otonomi) Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan memutuskan. Orang dewasa dianggap kompoten dan memiliki kekuatan membuat keputusan sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang dihargai. Prinsip otonomi ini adalah bentuk respect terhadap seseorang, juga dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek propesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak pasien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
7
Perawat wajib menyadari dan menghargai keunikan individu yaitu menghargai hak orang tersebut untuk menjadi dirinya sendiri ,hak untuk memutuskan tujuan bagi dirinya sendiri. Misalnya : 2.3.1.1 Meminta persetujuan setiap tindakan yang akan dilakukan pada pasien. 2.3.1.2 Menghargai hak-hak pasien dalam mengambil keputusan. 2.3.1.3 Menerima keluhan-keluhan subyektif pasien. 2.3.1.4 Meminta informed consent bila akan melakukan atau dilakukan suatu pemeriksaan dan tindakan-tindakan untuk terapi. 2.3.2
Beneficence (Berbuat Baik) Beneficence berarti hanya mengerjakan sesuatu yang baik. Kebaikan juga
memerlukan
pencegahan
dari
kesalahan
atau
kejahatan,
penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Kadang-kadang dalam situasi pelayanan kesehatan kebaikan menjadi konflik dengan otonomi. Perawat wajib berbuat kebaikan yang menutungkan pasien, dan disini perawat sekaligus juga mempertimbangkan kerugian atau yang membahayakan pasien. Misalnya : perawat menganjurkan pasien dengan penyakit jantung untuk mengikuti program latihan fisik secara intesif dengan maksud meningkatkan kesehatan secara umum. Tetapi itu tidak perlu dilakukan, karena dengan latihan intensif tersebut ada risiko bagi pasien terkena serangan jantung. 2.3.3
Justice (keadilan) Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Perawat wajib berlaku adil dalam membuat keputusan dan bertindak untuk pasiennya. Misalnya
8
2.3.3.1 Perawat seorang diri bertugas di IGD, menerima pasien 2 orang mana pasien harus diberi pengobatan dulu ? apa pertimbangannya ? 2.3.3.2 Misalnya menolong dulu yang lebih gawat atau kesakitan. 2.3.3.3 Bila peralatan atau tenaga terbatas, sedangkankebutuhan lebih, bagaimana perawat membagiperalatan dan tenaga yang ada tersebut dipertimbangkan dengan rasa keadilan sesuai dengan kebutuhan objektif. 2.3.4 Non Malefience (tidak merugikan) Prinsip ini berarti segala tindakan yang dilakukan pada klien tidak menimbulkan bahaya/cedera secara fisik dan psikologik. 2.3.5
Veracity (kejujuran) Prinsip Veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap pasien dan untuk menyakinkan bahwa pasien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Perawat wajib mengatakan hal yang sebenarnya, dengan bijaksana demi kebaikan pasien. Misalnya: perawat memberitahukan keadaan penyakit pasien
yang sebenarnya
kepada
pasien
yang ingin
mengetahuinya, dengan tetap mempertimbangkan situasi dan kesiapan pasien untuk menerimnya. 2.3.6
Fidelity (loyalty/ketaatan) Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang lain. Perawat setiap pada komitmen dan menepati janjinya serta menyimpan rahasia pasien. Ketaatan, kesetian adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetian itu menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah
untuk
meningkatkan
kesehatan,
mencegah
memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
penyakit
9
2.3.7
Confidentiality (kerahasiaan) Aturan dalam prinsip kerahasian ini adalah bahwa informasi tentang klien harus dijaga privasinya. Apa yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibacadalam rangka pengobatan klien. Taka da satu orang pun dapat meperoleh informasi tersebut kecuali jika diizinkan dengan bukti persetujuannya. Diskusi tentang klien diluar area pelayananan, menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus di cegah.
2.3.8
Akuntabilitas (accountability) Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa tanggung jawab pasti pada setiap tindakan dan dapat digunakan untuk menilai orang lain. Akuntabilitas meruapakan stadar pasti yang mana tindakan seorang professional dapat nilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
2.3.9
Rasa hormat pada subyek manusia (respect for person) Diterapkan dalam 2 bentuk : 2.3.9.1 Menghormati otonomi subyek Menghormati pilihan bebas subyek untuk mau atau tidak dalam penelitian, serta keinginan subyek untuk mengundurkan diri setiap waktu sementara penelitian masih berjalan ( self determination) 2.3.9.2 Memberikan perlindungan subyek yang otonominya kurang Perlindungan kepada subyek yang bertergantungan/dependent atau rentan/vulnerable agar tidak terjadi penyalah-gunaan kondisi tersebut (harm and abuse)
2.4 Prinsip Etik dalam Penelitian Keperawatan Ethical
2.4.1
Menghormati otonomi partisipan, penjelasan kepada partisipan tentang derajat dan lama keterlibatan tanpa konsekuensi negatif dari penelitian.
2.4.2
Mencegah, meminimalkan kerugian dan atau meningkatkan manfaat bagi semua partisipan.
10
2.4.3
Menghormati kepribadian partisipan, keluarga dan nilai yang berarti bagi partisipan.
2.4.4
Memastikan bahwa keuntungan dan akibat dari penelitian terdistribusi secara seimbang.
Tujuan: a. Menjaga privasi partisipan. b. Memastikan integritas etik selama penelitian. c. Melaporkan semua kemungkinan yang terjadi dalam penelitian. d. Mempertahankan metodologi dan profesionalitas untuk peningkatan pelayanan keperawatan. e. Pada penelitian yang melibatkan binatang harus mendapatkan keuntungan yang maksimum dengan sedikit menyebabkan kerugian dan penderitaan bagi binatang.
2.5 Pelanggaran Etika Penelitian
Etika penelitian akademik diperlukan mencegah/mengatasi pelanggaran pelanggaran ilmiah ( scientific misconduct ). Seorang peneliti tidak boleh melakukan penipuan dalam menjalankan proses penelitian. Semua sistem etika melarang penipuan seperti ini. Pelanggaran ilmiah yang bisa terjadi pada seorang peneliti adalah: 2.5.1
Fabrikasi ( fabrication) Fabrikasi didefinisikan sebagai rekaman atau presentasi (dalam format apapun) yang menggunakan data fiksi (Sastrapratedja, 2009). Fabrikasi merupakan bentuk pelanggaran yang paling mencolok dari pelanggaran yang akan mempengaruhi kebenaran (Martono, 2015). Fabrikasi ini bisa berupa pemalsuan data dan metode penelitian. Fabrikasi sering terjadi dikarenakan adanya keinginan untuk memenuhi target, keterbatasan waktu, keterbatasan biaya, atau adanya persaingan antar peneliti.
11
2.5.2
Pemalsuan/Manipulasi data ( falsification) Ada beberapa penulis yang menyebut falsification sebagai research fraud . Seorang peneliti dilarang memalsukan/memanipulasi data atau prosedur untuk menghasilkan hasil sesuai dengan keinginan peneliti.
2.5.3
Plagiat ( plagiarism) Menurut Martono (2015) dan Sastrapratedja (2009), plagiarisme adalah mengklaim karya lain untuk menjadi milik sendiri. Plagiarisme bisa dilakukan secara keseluruhan (berupa salinan atau terjemahan dari makalah orang lain yang telah diterbitkan), atau lebih terbatas (mengambil dan memasukkan bagian tulisan orang lain ke dalam tulisan tanpa referensi).
2.5.4
Kepenulisan (authorship) Kepenulisan perlu diperhatikan dengan baik dengan memperhatikan tata penulisan ilmiah.
2.5.5
Kemubaziran (redundant ) Kemubaziran di sini terjadi karena adanya publikasi yang berulangulang. Seorang peneliti kembali mempublikasikan suatu bagian dari tulisan yang sudah pernah dipublikasikan.
2.5.6
Publikasi duplikat (duplicate publication) Publikasi duplikat diartikan
sebagai publikasi sebuah
artikel yang
identik atau tumpang tindih substansial dengan sebuah artikel yang sudah diterbitkan. Publikasi sebagai plagiarisme diri.
duplikat ini dapat diklasifikasikan
BAB 3 KASUS & PEMBAHASAN
3.1 Kasus Eksperimen sterilisasi
Undang-Undang untuk Pencegahan Kelainan Genetik disahkan pada tanggal 14 Juli 1933, yang melegalkan sterilisasi paksa terhadap orang-orang dengan penyakit keturunan seperti berpikiran lemah, skizofrenia, tunanetra, tunarungu, sakit jiwa, pengguna alkohol, serta cacat fisik dan mental lainnya. Undangundang ini diberlakukan untuk mendorong pertumbuhan ras Arya melalui sterilisasi orang-orang yang dianggap sebagai "bergenetik rendah". 1% dari penduduk Jerman yang berusia antara 17 sampai 24 tahun telah disterilkan dalam waktu 2 tahun. Dalam jangka 4 tahun, 300.000 pasien telah disterilkan. Dari bulan Maret 1941 hingga Januari 1945, eksperimen sterilisasi ini dilakukan di Auschwitz, Ravensbrück, dan kamp-kamp lainnya oleh Dr. Carl Clauberg. Tujuan dari eksperimen ini adalah untuk mengembangkan metode sterilisasi yang cocok untuk mensterilisasi jutaan orang dengan waktu dan
usaha
seminimal
mungkin.
Penelitian
ini
dilakukan
dengan
menggunakan X-ray, melalui operasi, dan berbagai penggunaan obat-obatan. Ribuan korban disterilkan. Selain eksperimentasi, pemerintah Nazi juga mensterilkan sekitar 400.000 individu sebagai bagian dari program sterilisasi wajibnya.
Eksperimen
penyuntikan
intravena
yang
mengandung yodium dan nitrat perak memang berhasil dilakukan terhadap subjek, namun memiliki efek samping seperti pendarahan vagina, sakit perut akut, dan kanker serviks. Oleh sebab itu, terapi radiasi menjadi eksperimen favorit untuk melakukan sterilisasi ini. Sayangnya, jumlah tertentu dari paparan radiasi menghambat atau menghilangkan kemampuan seseorang untuk menghasilkan ovum atau sperma. Terapi radiasi ini dilakukan melalui penipuan. Para tahanan dibawa ke sebuah ruangan dan diminta untuk mengisi formulir. Kemudian, terapi radiasi dilakukan tanpa diketahui oleh para tah anan tersebut. Banyak di antara mereka yang menderita luka bakar radiasi parah
12
13
3.2 Pembahasan Kasus
Berdasarkan kalimat di atas “Terapi radiasi ini dilakukan melalui penipuan. Para tahanan dibawa ke sebuah ruangan dan diminta untuk mengisi formulir. Kemudian, terapi radiasi dilakukan tanpa diketahui oleh para tahanan tersebut. Banyak di antara mereka yang menderita luka bakar radiasi parah” Berdasarkan
teori
Nasrullah,
2014
veracity atau
kejujuran
adalah
menyampaikan kebenaran pada setiap pasien dan untuk menyakinkan bahwa pasien sangat mengerti, mengatakan hal yang sebenarnya, dengan bijaksana demi kebaikan pasien. Menurut pendapat kami prinsip yang dilanggar oleh peneliti adalah veracity atau kejujuran, seharusnya dalam melakukan sebuah penelitian. Peneliti harus memiliki prinsip-prinsip etik yang harus dijalankan, salah satunya adalah veracity atau kejujuran. Dimana sebagai peneliti wajib mengatakan hal sebenarnya yang akan dilakukan, agar respoden maupun keluarganya dapat mempertimbangkan berpartisipasi atau tidak dalam penelitian tersebut.
Berdasarkan kalimat di atas “Eksperimen penyuntikan intravena yang mengandung yodium dan nitrat perak memang berhasil dilakukan terhadap subjek, namun memiliki efek samping seperti pendarahan vagina, sakit perut akut, dan kanker serviks”. Berdasarka teori Nasrullah, 2014 non maleficience atau tidak merugikan orang lain adalah segala tindakan yang dilakukan pada klien tidak menimbulkan bahaya/cedera secara fisik dan psikologik. Prinsip yang dilanggar oleh peneliti adalah prinsip non maleficience atau tidak merugikan orang lain, dalam sebuah penelitian juga harus memperhatikan prinsip etik non maleficience atau tidak merugikan orang lain dimana prisip ini dilakukan agar tidak menimbulkan hal-hal yang tidak membahayakan baik secara fisik dan psikologis bagi responden dan apabila memang terjadi kerugian maka ada jaminan atau kompensasi dari peneliti.
14
Berdasarkan kalimat di atas “Para tahanan dibawa ke sebuah ruangan dan diminta untuk mengisi formulir. Kemudian, terapi radiasi dilakukan tanpa diketahui oleh para tahanan tersebut”. Berdasarka teori Nasrullah, 2014 Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan memutuskan. Orang dewasa dianggap kompoten dan memiliki kekuatan membuat keputusan sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang dihargai. Prinsip yang dilanggar oleh peneliti adalah autonomy atau otonomi, salah satu prinsip etik keperawatan yang harus dipatuhi adalah autonomy di mana prinsip etik ini membebaskan responden untuk memilih dan memutuskan sendiri keputusannya dan seharusnya respoden dapat memberikan persetujuan tanpa paksaan dan bertindak secara rasional. Hak ini memberikan kebebasan kepada individu untuk memutuskan tujuan bagi dirinya sendiri.
Berdasarkan kalimat di atas “Undang-Undang untuk Pencegahan Kelainan Genetik disahkan pada tanggal 14 Juli 1933, yang melegalkan sterilisasi paksa terhadap orang-orang dengan penyakit keturunan seperti berpikiran lemah, skizofrenia, tunanetra, tunarungu, sakit jiwa, pengguna alkohol, serta cacat fisik dan mental lainnya”. Berdasarka teori Nasrullah, 2014 Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Prinsip yang dilanggar oleh peneliti adalah prinsip justice atau keadilan dalam sebuah penelitian dibutuhka adanya keadilan agar terciptanya persamaan perlakuan antar individu dengan menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Serta keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehata yang optimal.
15
Pembahasan Diskusi Kelompok
Dari diskusi yang kami laksanakan ada beberapa hal yang dibahas, yaitu : Kerugian dari penelitian yang dilakukan peneliti adalah efek samping yang diterima oleh sampel yaitu seperti pendarahan pada vagina ,sakit perut akut, kanker serviks , dan luka bakar radiasi parah, kelebihan peneltian yang dilakukan peneliti adalah pemerintah melegalkan dengan mengeluarkan Undang- Undang untuk pencegahan kelainan genetic pada tahun 1933, veracity yaitu dimana peneliti tidak menjelaskan secara detail tentang eksperimen yang dilakukan maupun metode yang digunakan saat eksperimen tersebut dilakukan penelitian, juga tidak memberitahukanpada sampel tentang efek samping maupun metode yangyang digunakan saat eksperimen dilakukan dan sanksi yang seharusnya peneliti terima ada, minimal hukuman penjara karena mereka tidak berprikamanusian terhadap para sampel, namun nyatanya kasus tersebut berakhir tanpa penyelesain yang adil, hubungan atara formulir dan iform concent adalah dimana pada saat sebelum eksperemen dilakukan para sampel ada diberkan semacam inform consent / formulir, namun tetap para peneliti tidak menjelaskan secara detail tentang eksperimen yang dilakukan. Sterilisasi dilakukan dengan 2 cara,yaitu diantaranya adalah : pertama, dengan obat obatan melalui penyuntikan ke intravena (pembuluh darah) yang mengandung yodium dan nitrat,kedua yaitu dengan melakukan x-ray dengan terapi radiasi kepada para tahanan, sterilisasi dilakukan pada seseorang yang berfikiran rendah , skizofrenia, tunanetra,tunarungu,sakit jiwa, pengguna alkohol , serta cacat fisik dan cacat mental karena pada seseorang yang berfikiran rendah , skizofrenia, tunanetra,tunarungu,sakit jiwa, pengguna alkohol , serta cacat fisik dan cacat mental, pemerintah menganggap mereka tersebut sebagai seseorang yang bergentik rendah .Tujuan serilisasi itu sendiri yaitu untuk mendorong pertumbuhan ras arya / ras unggul. Pemeirntah mengharapkan agar kedepannya tidak ada lagi yang seperti itu. Penelitian tetap dilanjutkan karena pada saat itu penelitian dibawah pemerintahan hitler yaitu seorang pemimpin jerman diktator sehingga walaupun penelitian tersebut lebih banyak kerugian, namun tetap dilanjutkan, karena menurut hilter ras arya jerman al ras terbaik.
BAB 4 PENUTUP 4.1 Simpulan
Pada prinsipnya sebab-sebab orang melakukan kegiatan peneli tian selain untuk memenuhi rasa ingin tahu terhadap sebuah gejala atau peristiwa juga untuk memecahkan masalah secara ilmiah dan dapat diterima dengan logika kemanusiaan. Etika penelitian adalah suatu ukuran dari tingkah laku dan perbuatan yang harus dilakukan oleh seorang peneliti dalam memperoleh datadata penelitiannya yang disesuaikan dengan adat istiadat serta kebiasaan masyarakat ditempat ia meneliti.Dalam penelitian kualitatif, salah satu ciri utamanya adalah orang sebagai alat/instrument untuk mengumpulkan data. Ini dapat dilakukan dalam pengamatan berperan serta, wawancara mendalam, pengumpulan dokumen, foto, dan sebagainya. Persoalan etika akan timbul apabila peneliti tidak menghormati, tidak mematuhi,dan tidak mengindahkan nilai-nilai masyarakat dan pribadi tersebut. Sementara si peneliti tetap berpegang teguh pada latar belakang, norma, adat, kebiasaan, dan kebudayaannya sendiri dalam menghadapi sebuah situasi dan konteks latar penelitiannya tersebut. Penting untuk menjaga hubungan antara peneliti dan pihak yang diteliti yang merupakan kunci penting keberhasilan penelitian, dan diperlukan kepekaan,keterampilan, dan juga seni untuk dapat memasuki lingkungan budaya yang akan diteliti. Kemampuan untuk berempati dan bergaul dengan orang lain jelas merupakan modal penting.
4.2 Saran
Setelah membaca tulisan ini diharapkan pembaca dapat memahami dan mengaplikasikan etika penelitian terutama di bidang keperawatan.
16
17
DAFTAR PUSTAKA
Hamid, Achir Yani S. (2008). Buku Ajar Riset Keperawatan, Konsep Etika dan Instrumentasi. Jakarta: EGC.
Nasrullah, Dede. (2014). Etika dan Hukum Keperawatan. Jakarta: CV. Trans Info Media
Notoadmojo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Pasolong Harbani. (2013). Metode Penelitian Administrasi Publik . Bandung : Alfabeta.
Sukmadinata. .(2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Sumarni, Murti. (2006). Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: CV Andi OFFSET.
Swarjana Ketut. (2013). Metodologi Peelitian Kesehatan. CV Andi OFFSET : Yogyakarta.