Makalah Agama Islam
ISLAM SEBAGAI TATANAN HIDUP YANG HOLISTIK
Disusun oleh : 1. Fitriya
(081311733035)
2. Rusydina Firdausi
(081311733038) (081311733038)
3. Titania Rachma Safitri
(081311733047) (081311733047)
4. Iswatun Hasanah
(081311733050) (081311733050)
5. Violentaria Gita Salina
(081311733052) (081311733052)
6. Anak Agung Lara S
(081311733054) (081311733054)
7. Amalia Indah Lestari
(081411233009 (081411233009 )
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga 2016
Kata Pengantar
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas t ugas mata kuliah Agama Islam II. Agama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia dapat dikaji melalui berbagai sudut pandang. Islam sebagai agama yang telah berkembang selama empat belas abad lebih menyimpan banyak masalah yang perlu diteliti, baik itu menyangkut ajaran dan pemikiran keagamaan maupun realitas sosial, politik, ekonomi dan budaya. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memahami kebenaran akan Islam yang merupakan tatanan hidup yang holistik, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Airlangga. Kami selaku penyusun sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Surabaya, 26 September 2016
Penyusun
BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Pengantar Apakah Holistik itu? Kata HOLISTIC memiliki arti menyeluruh yang terdiri dari kata HOLY and HEALTHY. Pandangan holistik bermakna membangun manusia yang utuh dan sehat, dan seimbang terkait dengan seluruh aspek dalam pembelajaran; seperti spiritual, moral, imajinasi, intelektuan, budaya, estetika, emosi, dan fisik. Sedangkan Holistisisme adalah sebuah filosofi cara pandang yang berprinsip bahwa mengenal keseluruhan sebagai suatu kesatuan lebih utama daripada hanya sekedar memahami bagian bagiannya (karena semua bagian dibuat untuk keseluruhan)-upaya untuk memahami sesuatu secara menyeluruh-orientasi pada keseluruhan. Dalam makalah ini akan dibahas tentang pandangan hidup holistik dari swudut
pandang Islam. Cara pandang atau cara berfikir holistik adalah upaya untuk memahami
sesuatu
secara
utuh-menyeluruh-tidak
terpecah
belah-tidak
parsialistik,tidak terkotak kotak kedalam pandangan yang partikularistik,dan itu ibarat upaya merangkai potongan potongan puzzle untuk menemukan rahasia gambar yang utuh-menyeluruh.
1.2.
Rumusan Masalah Rumusan masalah pada makalah ini antara lain:
1.
Bagaimana mengungkapan bahwa dalil Islam adalah Agama yang paling diridloi Allah?
2.
Bagaimana menunjukkan dalil Islam adalah Agama paripurna?
3.
Bagaimana menunjukkan dalil Islam sebagai agama yang universal?
4.
Bagaimana menjelaskan dengan dalil bahwa Islam dapat menyelesaikan seluruh problematika ummat hingga akhir jaman?
5.
Bagaimana menguraikan makna kaaffah serta syarat dan cara menjadi kaaffah dalam ber-Islam dalam surah Al baqoroh ayat 208?
1.3.
Tujuan Adapun tujuan penyusunan makalah ini antara lain:
1.
Untuk mengungkapan bahwa dalil Islam adalah Agama yang paling diridloi Allah.
2.
Untuk menunjukkan dalil Islam adalah Agama paripurna.
3.
Untuk Bagaimana menunjukkan dalil Islam sebagai agama yang universal.
4.
Untuk menjelaskan dengan dalil bahwa Islam dapat menyelesaikan seluruh problematika ummat hingga akhir jaman.
5.
Untuk menguraikan makna kaaffah
serta menjelaskan syarat dan cara menjadi
kaaffah dalam ber-Islam dalam surah Al baqoroh ayat 208.
BAB II PEMBAHASAN
2.1.
Islam Adalah Agama Yang Sempurna dan Diridloi Allah Islam merupakan satu-satunya agama yang memiliki kesempurnaan di segala aspek
yang dapat diaplikasikan oleh manusia dalam kehidupan pada setiap waktu dan tempat. Islam satu-satunya ideologi yang dapat menuntun manusia untuk mencari kesempurnaan yang menjadi idamannya. Walaupun agama Islam merupakan agama terakhir tetapi di sinilah letak keutamaan dan kesempurnaan agama ini dibandingkan dengan agama-agama lainnya, baik itu agama samawi yang turun dari Allah maupun agama atau jalan hidup yang lahir dari ide dan pengalaman spiritual seseorang. Islam datang sebagai penyempurna bagi agama-agama yang telah datang sebelumnya. Dan Rasulullah sebagai pembawa dan pengemban risalah Ilahi merupakan nabi terakhir yang setelahnya tidak akan ada lagi Nabi dan Rasul. Selain itu, islam merupakan satu-satunya agama yang diridlai oleh Allah Ta’ala. Seperti yang terdapat dalam surat Ali Imran ayat 19:
Artinya: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. ” Allah Subhanahu wa ta'ala mengabarkan (dalam ayat di atas) bahwa agama yang sah dan di ridhoi serta di terima di sisiNya adalah cuma satu yaitu agama Islam yang maknanya berserah diri kepada Allah Ta'ala dengan mentauhidkan dan tunduk padaNya dengan ketaatan dan berlepas diri dari kesyirikan. Oleh karena itu, Allah memerintahkan kepada umat manusia untuk mencari agama yang benar-benar dapat diterima disisi-Nya. Selain agama Islam, Allah tidak akan menerima dan menganggap pemeluknya sebagai hambanya. Jika hal ini terjadi, maka
manusia itu benar-benar berada dalam kelompok orang yang merugi. Seperti yang terdapat dalam surat Ali Imran ayat 85:
Artinya: “ Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”
Islam adalah agama yang sempurna . Islam diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah agama yang paling sempurna, karena ajarannya meliputi semua ajaran yang pernah diturunkan oleh Allah kepada para nabi sebelum Muhammad mencakup perkara dhohir dan bathin baik dalam masalah pokok-pokok (agama) ataupun cabang-cabangnya yang tidak di dapati sedikitpun kekurangan dan cela,. Ajaran agama Islam juga meliputi berbagai aspek kehidupan manusia, mulai aspek ibadah dan muamalah hingga aspek-aspek lainnya. Kesempurnaan Islam ini ditegaskan dalam al-Quran:
Artinya: “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridoi Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. al-Maidah [5]: 3)
2.2.
Islam, Agama Sempurna dan Paripurna Agama Islam merupakan nikmat terbesar yang Allah anugerahkan kepada umat
Nabi Muhammad SAW. Agama Islam merupakan agama yang diemban oleh penghujung dan pemimpin para Nabi dan Rasul yang tidak ada lagi Nabi dan Rasul setelah Rasulullah, sehingga agama Islam merupakan agama terakhir dan paripurna yang mencakup dan mengatur segala aspek kehidupan. Seperti yang ditegaskan pada QS. Al- Ma’idah ayat ke3:
Yang artinya : “ Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” Ayat diatas bermakna bahwa Allah SWTmemberitakan bahwa agama Islam adalah agama yang telah sempurna. Artinya telah sampai pada tingkatan paripurna (lengkap). Maksud dari Islam yang sudah sempurna yaitu : 1. Karena Islam sudah sempurna sejak masa Nabi Muhammad SAW, maka agama Islam tidak memerlukan tambahan, apalagi revisi ajaran, serta 2. Islam telah mengatur segala aspek kehidupan. Imam Ibnu Katsir Rahimahullah Ta’ala berkata,”Ini merupakan kenikmatan Allah SWT yang terbesar kepada umat ini, dimana Allah SWT telah menyempurnakan agama mereka sehingga mereka tidak membutuhkan agama selainnya. Dan (tidak pula membutuhkan) Nabi selain Nabi mereka; oleh karena itu, Allah SWT menjadikannya (Nabi Muhammad SAW) sebagai penutup para Nabi dan mengutusnya kepada jin dan manusia, maka tidak ada haram kecuali yang beliau haramkan, tidak ada agama selain apa yang beliau syari’atkan, dan setiap apa yang beliau beritakan adalah benar dan jujur, tiada kedustaan didalamnya.” Berikut merupakan beberapa contoh kesempurnaan agama Islam, diantaranya : 1. Tauhid Tauhid menjadi masalah yang sangat penting sebab tauhid merupakan kunci kebahagiaan dunia dan akhirat. Tauhid berarti mengesakan Alla SWT dan tidak menyekutukan-Nya dalam hal-hak yang menjadi kekhususan Allah SWT. Para ulama menyimpulkan bahwa tauhid terbagi menjadi tiga, yakni : a) Tauhid Rububiyyah Didalam tauhid ini mengajarkan kita untuk meyakini sebenar-benarnya bahwa Allah SWt adalah satu-satunya pencipta, penguasa, pemberi rezeki, dan sebagainya. Seperti yang difirmankan Allah SWT pada QS.at-Taubah:116.
Yang berarti : “Sesungguhnya kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi. Dia menghidupkan dan mematikan. dan sekali-kali tidak ada pelindung dan penolong bagimu selain Allah.” (QS at-Taubah [9]: 116). b) Tauhid Uluhiyah Tauhid Uluhiyyah adalah memurnikan segala macam ibadah hanya untuk Allah semata, baik ibadah lisan, hati, dan anggota badan. Tauhid inilah yang berisi kandungan La Ilaha Illallah yang berarti “tidak ada sembahan yang berhak untuk diibadahi kecuali Allah saja”. Maka tidak boleh menyerahkan ibadah seperti do’a, menyembelih, nadzar, dan sebagainya kepada selain Allah SWT, sekalipun dia adalah malaikat atau nabi. Di antara dalil tauhid ini adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang selalu dibaca oleh kaum muslimin dalam shalat mereka:
Yang berarti : “Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.” c) Tauhid Asma’wa Shifat Tauhid asma‘ wa shifat adalah mengimani nama-nama dan sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah disebutkan al-Qur‘an dan hadits shahih tanpa tahrif
(pengubahan),
tanpa
ta’thil
(pengingkaran),
tanpa
takyif
(membagaimanakan/menjelaskan tata caranya), dan tanpa tamtsil (penyerupaan). Di antara dalil yang menunjukkan tentang sifat ini adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Yang berarti : “Hanya milik Allah asma‘ul husna, maka bermohonlah kepada -Nya dengan menyebut asma‘ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS al-A’raf [7]: 180). 2. Syarat Diterimanya Amal Setiap muslim dan muslimah tentu saja mendambakan agar ibadahnya diterima oleh Allah SWT. Seluruh ibadah manusia akan sia-sia belaka kecuali apabila telah memenuhi dua syarat, yaitu : a) Ikhlas Seseorang harus benar-benar memurnikan niatnya hanya untuk Allah SWT, bukan karena oamrih kepada manusia, bangga terhadap dirinya, atau penyakit hati lainnya. Syarat ini memang berat, namun barang siapa yang berusaha dan bersungguh-sungguh untuk memenuhi syarat ini, niscaya akan dimudahkan oleh Allah SWT :
Yang artinya : “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS al-Bayyinah [98]: 5). b) Al-Ittiba’ Sesorang harus berupaya untuk beribadah sesuai uang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Allah SWT berfirman :
Yang artinya :
“Katakanlah: “Jika kamu (benar -benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. “(QS Ali Imran [3]: 31) Imam Ibnu Katsir Rahimahullahu Ta’ala berkata, “Ayat yang mulia ini merupakan hakim bagi orang-orang yang mengaku cinta kepada Allah tetapi dia tidak mengikuti jalan yang ditempuh Nabi, dia dusta dalam pengakuannya sehingga dia mengikuti syari’at dan agama Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam setiap ucapannya, perbuatannya, dan keadaannya.”
2.3.
Islam Sebagai Agama yang Universal Islam sebagai suatu agama telah ditempatkan sebagai suatu pilihan dan sekaligus
ajarannya dijadikan pedoman dalam kehidupan umat manusia. Sehingga keberadaannya telah memberikan arahan dalam pengembangan perdaban umat manusia dalam segala bidang terutama dalam bidang pengetahuan dan teknologi, bukan hanya ajaran ibadah dan aqidah semata. Islam adalah agama yang bersifat terbuka dimana Islam selalu memberikan keleluasaan kepada umatnya untuk berfikir ke depan dalam rangka mencapai tingkat peradaban dan kemajuan yang lebih baik. Islam merupakan agama yang memberikan rahmat bagi seisi dunia ini. Oleh karena itu syariah Islam sebagai suatu syariah yang dibawa oleh Rasul terakhir mempunyai keunikan tersendiri yaitu sebagai agama yang lengkap dan universal. Komprehensif dan lengkap berarti syariah Islam merangkum seluruh aspek kehidupan baik ritual (ibadah) maupun sosial ekonomi (muamalah). Universal bermakna syariah Islam dapat diterapkan dalam setiap tempat dan setiap waktu sampai hari akhir tiba nanti. Universalitas ini tampak jelas terutama pada bidang muamalah. Selain mempunyai cakupan luas dan fleksibel, muamalah tidak membeda bedakan antara muslim dan non muslim. Contoh
keuniversalan
Islam
antara
lain
tercermin
dari
ilmu-ilmu
yang
dikembangkan para ulama Islam pada Zaman Klasik (abad VIII-XIII M). Mereka tidak hanya mengembangkan ilmu-ilmu seperti tafsir, hadits, fiqih, tauhid, dan tasawuf, tetapi juga mengembangkan ilmu-ilmu keduniaan seperti ilmu kedokteran, matematika, astronomi, kimia, dan sebagainya Islam sebagai agama yang universal berarti aturan-aturan, penjelasan-penjelasan, perintah-perintah, larangan-larangan serta seruan/anjurannya berlaku untuk seluruh
manusia yang tidak terbatas pada umat Islam dan sampai hari akhir (kiamat nanti). Allah SWT banyak menjelaskan tentang keuniversalan Islam dalam banyak ayat-Nya di alQuranul Karim. Di antara ayat-ayat tersebut dapat di temukan pada: 1. Surat Al-Baqarah ayat 21:
Artinya “ Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa .” 2. Surat Al-Baqarah ayat 185:
Artinya: “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”
3. Surat Al-Baqarah ayat 187:
Artinya: “Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.”
4. Surat Al-Baqarah ayat 221.
Artinya: “Dan janganlah kamu menikahi wanita -wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.”
2.4.
Islam Sebagai Penyelesaian Segala Problematika Ummat Hingga Akhir Jaman Istilah problema/problematika berasal dari bahasa Inggris yaitu "problematic" yang
artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, problema berarti hal yang belum dapat dipecahkan; yang menimbulkan permasalahan. (Debdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Bulan Bintang, 2002), hal. 276). Problematika tersebut dapat muncul melalui factor internal dan eksternal. Factor internal datang akibat adanya terlalu banyak pengembangan paham di masyarakat, sehingga seseorang kurang dapat memfilter paham tersebut. Selain itu juga dapat disebabkan karena pengaruh kebiasaan ataupun kurangnya pengetahuan. Sedangkan faktor eksternal terjadi karena adanya pengaruh perbedaan budaya dan perbedaan pemikiran ataupun kondisi antara harapan dan kenyataan.
Al-Qur’an Al-karim adalah kalam Tuhan seluruh alam. Allah turunkan kepada Rasul- Nya Muhammad sallallahu’alaihi wa sallam untuk mengeluarkan manusian dari kegelapan menuju cahaya (keimanan). Dalam hal ini, telah dijelaskan bahwa Al-Quran akan menghilangkan keraguan atau masalah dalam diri untuk mendapatkan keyakinan dan pegangan yang kuat dalam menjalani kehidupan. Penjelasan ini terdapat pada Surat AlHadid ayat 9.
“Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang terang (Al-Quran) supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. Dan sesungguhnya Allah benar benar Maha Penyantun lagi Maha Penyayang terhadapmu.” QS. Al-Hadid: 9. Selain itu, Allah telah menjelaskan dalam AL-Qur’an Al-Karim kabar generasi awal dan terakhir, penciptaan langit dan bumi, di dalamnya memperinci halal dan haram, pokok adab, akhlak dan hukum ibadah. Begitu juga kisah para Nabi dan orang-orang sholeh sehingga dapat diikuti dan diambil hikmah untuk dipelajari. Di jelaskan pula mengenai orang mukmin dan orang kafir, bahwa sifat surga tempat tinggal orang mukmin dan sifat neraka tempat tinggal orang kafir.
“(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” QS. An-Nahl: 89. Mengenai pengertian frasa ini, ada beberapa penjelasan yang dikemukakan oleh para mufassir. Al-Baghawi menyatakan bahwa Alquran menjelaskan segala sesuatu yang dibutuhkan manusia, yakni perintah dan larangan, halal dan haram, hudud dan hukumhukum. Ibnu Mas’ud menyatakan, “Sungguh Allah SWT telah menjelaskan kepada kita dalam Alquran semua ilmu dan segala sesuatu. Sedangkan Mujahid berkata, “Semua yang halal dan semua yang haram.”
Menurut Ibnu Katsir, penafsiran Ibnu Mas’ud lebih umum dan mencakup. Sebab Alquran meliputi semua ilmu yang bermanfaat, yakni berita tentang perkara yang telah terjadi dan yang akan terjadi, semua yang halal dan yang haram, semua yang dibutuhkan manusia, urusan dunia, agama, kehidupan, dan tempat kembali mereka (akhirat). Melalui penjelasan diatas diketahui bahwa pada islam selain dapat menyelesaikan permasalahan dalam diri seseorang (internal) untuk mendapatkan kedamaian dan kebahagiaan, juga diberikan aturan, hukum, perintah, larangan, perbedaan yang haram dan yang halal, untuk menyelesaikan permasalahan antar manusia ataupun permasalahan manusia dengan alam. Tidak hanya memberi petunjuk dalam kehidupan dunia, di dalam Al-Quran juga diberikan penjelasan mengenai kehidupan akhirat. Pada dasarnya seluruh agama memerintahkan untuk berbuat kebaikan, sehingga apabila seluruh manusia berbuat sesuai apa yang telah dituliskan, maka problematika di dunia dapat ditekan.
2.5.
Makna Kaffah serta Syarat dan Cara Menjadi Kaffah dalam Surat Al-Baqoroh Ayat 208.
Kaffah memiliki arti menyeluruh, sempurna, utuh, totalitas; tidak terpecah-pecah / mengambil yang disukai dan membuang sebagian yang lain yang tidak disukai; sebagai satu kesatuan; Pengertian kaffah adalah pengamalan atas ilmu seutuhnya sesuai dengan yang tersurat dalam Al Qur’an dan hadits nabi saw yang shoheh. Ada beberapa Imam yang memaknai kaffah diantaranya yaitu : Imam
ath
Thabari
menerangkan
makna
‘kaffah’
di
dalam
tafsirnya
adalah :“Perintah melaksanakan seluruh syari’at-syari’at-Nya (Islam) dan hukum-hukum hudud-Nya dengan tidak mengurangi sebagiannya dan mengamalkan sebagiannya. Yang demikian itu dimaksudkan karena ‘kaffah’ itu merupakan sifat dari pada Islam, maka ini dapat ditakwilkan “Masuklah kamu dengan menagamalkan seluruh ajaran -ajaran Islam, dan janganlah kamu mengurangi sedikitpun dari padanya wahai ahli Iman dengan Muhammad dan dengan apa yang ia datang dengannya.” Tafsir ath Thabari, Jaami’ al Bayaan fie Ta’wiil al Qur’an, 2/337. Al Ustadz Sayyid Quthb rahimahullah beliau menga takan: “Tatkala Allah menyeru orang-orang yang beriman agar masuk ke dalam Islam secara kaffah (total). Dia juga mengingatkan mereka dari mengikuti langkah-langkah syetan. Karena di sana tidak ada kecuali dua arah. Masuk ke dalam Islam secara kaffah atau mengikuti langkah-langkah syetan, Petunjuk
atau
kesesatan, Islam
atau
jahiliyah,Jalan
Allah
atau
jalan
syetan, Petunjuk Allah atau kesesatan syetan. Dengan ketegasan seperti ini seharusnya seorang muslim mampu mengetahui akan keberadaannya, sehingga tidak terombangambing, tidak ragu-ragu dan tidak bingung di antara berbagai jalan dan arah. Kaaffah secara bahasa artinya keseluruhan. Muslim yang sungguhan atau dalam alqur’an disebut dengan Kaaffah merupakan Muslim yang mengamalkan ajaran-ajaran Islam di setiap aspek kehidupan. Seorang Muslim belum bisa disebut Muslim yang kaaffah jika ia belum menjalankan ajaran Islam di segala aspek kehidupannya. Dengan demikian, Muslim yang kaffah tidak berhenti pada ucapan kalimat syahadat saja. Musl im yang kaffah tidak berhenti pada ritual-ritual keagamaan saja, tetapi sudah menjajaki substansi dari ritual-ritual tersebut. Dalam al-Qur’an sendiri telah jelas disebutkan untuk masuk ke dalam Islam secara keseuluruhan (Kaaffah) pada surat Al-Baqarah ayat 208.
“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagimu.” Berdasarkan dari arti surat al-Bawarah ayat 208, maka dapat diketahui kandungan yang bisa ambil adalah sebagai berikut : 1. Manusia yang disebutkan dalam ayat tersebut adalah oranng-orang yang beriman. 2. Anjuran kepada orang yang beriman agar masuk dan mempercayai islam secara keseluruhan dan tidak setengah-setengah. 3. Anjuran kepada orang yang beriman untuk tidak mengikuti ajakan syaithan dalam melakukan larangan-larangan Allah. 4. Perintah untuk menjadikan syaithan sebagai musuh bagi orang-orang yang beriman. Tinjauan Asbabun Nuzul (Latar Belakang)
Dari kandungan ayat tersebut terdapat suatu kisah mengenai sekelompok kaum Yahudi yang menghadap Rasulullah SAW untuk menyatakan keimanannya. Namun, mereka (kelompok Yahudi) meminta kepada Rasul agar dibiarkan merayakan hari Sabtu dan mengamalkan Kitab Taurat pada malam hari. Mereka menganggap bahwa hari Sabtu merupakan hari yang harus dimuliakan, dan Kitab Taurat adalah kitab yang diturunkan oleh Allh SWT juga. Oleh karena itu, berkenaan dengan peristiwa tersebut, maka turunlah
ayat tersebut di atas, yang merupakan perintah agar tidak mencampur-baurkan agama. Di antara orang-orang Yahudi yang menghadap kepada Nabi itu adalah: Abdullah bin Salam, Tsa’labah, Ibnu Yamin, Asad bin Ka’ab, Usaid bin Ka’ab, Sa’id bin ‘Amr, dan Qais bin Zaid (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Ikrimah). Tinjauan Tafsir
Berdasarkan arti dari kandungan ayat tersebut, telah dijelaskan secara tegas bagi seorang muslim untuk mengambil sikap sehingga tidak tidak ragu, tidak terombang-ambing, dan tidak bingung dalam memilih berbagai macam manhaj yang harus dipilih. Karena sesungguhnya orang yang melaksanakan ajaran-Nya namun tanpa mengesampingkan ajaran lain, merupakan hamba yang berimanan tidak secara kaaffah (menyeluruh). Dari sinilah kita dapat mengetahui jika dalam menyakini agama Islam ini, terdapat dua pilihan yaitu : 1. Memeluk agama Islam dan menyakini secara keseluruhan dengan melaksanakan ajarannya dengan menerimanya secara baik dan lengkap. 2. Namun jika tidak mau menjalankan agama Islam secara keseluruhan maka orang tersebut mengikuti langkah-langkah syaithan dengan melakukan pembeda-bedaan ajaran Islam atau meremehkan ajarannya.
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1.
Kesimpulan Dari penjabaran diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Allah memerintahkan
kepada umat manusia untuk mencari agama yang benar-benar dapat diterima disisi-Nya. Islam merupakan satu-satunya agama yang memiliki kesempurnaan di segala aspek yang dapat diaplikasikan oleh manusia dalam kehidupan pada setiap waktu dan tempat.. sebagaimana diegaskan dalam Al-Quran:
Artinya: “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridoi Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. al-Maidah [5]: 3). Imam Ibnu Katsir Rahimahullah Ta’ala berkata,”Ini merupakan kenikmatan Allah SWT yang terbesar kepada umat ini, dimana Allah SWT telah menyempurnakan agama mereka sehingga mereka tidak membutuhkan agama selainnya. Dan (tidak pula membutuhkan) Nabi selain Nabi mereka; oleh karena itu, Allah SWT menjadikannya (Nabi Muhammad SAW) sebagai penutup para Nabi dan mengutusnya kepada jin dan manusia, maka tidak ada haram kecuali yang beliau haramkan, tidak ada agama selain apa yang beliau syari’atkan, dan setiap apa yang beliau beritakan adalah benar dan jujur, tiada kedustaan didalamnya.” Hal tersebut sesuai dengan sebuah dalil :
Yang artinya : “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku -cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.”
Islam sebagai agama yang universal berarti aturan-aturan, penjelasan-penjelasan, perintah-perintah, larangan-larangan serta seruan/anjurannya berlaku untuk seluruh manusia yang tidak terbatas pada umat Islam dan sampai hari akhir (kiamat nanti). Allah
SWT banyak menjelaskan tentang keuniversalan Islam dalam banyak ayat-Nya di alQuranul Karim. Penjelasan dikemukaan oleh Al-Baghawi menyatakan bahwa Alquran menjelaskan segala sesuatu yang dibutuhkan manusia, yakni perintah dan larangan, halal dan haram, hudud dan hukum-hukum. Ibnu Mas’ud menyatakan, “Sungguh Allah SWT telah menjelaskan
kepada
kita
dalam
Alquran
semua
ilmu
dan
segala
sesuatu. Sedangkan Mujahid berkata, “Semua yang halal dan semua yang haram.” Islam selain dapat menyelesaikan permasalahan dalam diri seseorang (internal) untuk mendapatkan kedamaian dan kebahagiaan, juga diberikan aturan, hukum, perintah, larangan, perbedaan yang haram dan yang halal, untuk menyelesaikan permasalahan antar manusia ataupun permasalahan manusia dengan alam. Tidak hanya memberi petunjuk dalam kehidupan dunia, di dalam Al-Quran juga diberikan penjelasan mengenai kehidupan akhirat. Pada dasarnya seluruh agama memerintahkan untuk berbuat kebaikan, sehingga apabila seluruh manusia berbuat sesuai apa yang telah dituliskan, maka problematika di dunia dapat ditekan. Kaaffah secara bahasa artinya keseluruhan. Muslim yang sungguhan atau dalam alqur’an disebut dengan Kaaffah merupakan Muslim yang mengamalkan ajaran-ajaran Islam di setiap aspek kehidupan. Berdasarkan dari arti surat al-Bawarah ayat 208, maka dapat diketahui kandungan yang bisa ambil adalah sebagai berikut : 1. Manusia yang disebutkan dalam ayat tersebut adalah oranng-orang yang beriman. 2. Anjuran kepada orang yang beriman agar masuk dan mempercayai islam secara keseluruhan dan tidak setengah-setengah. 3. Anjuran kepada orang yang beriman untuk tidak mengikuti ajakan syaithan dalam melakukan larangan-larangan Allah.
4. Perintah untuk menjadikan syaithan sebagai musuh bagi orang-orang yang beriman.
3.2. Saran Kami selaku penyusun menyadari segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu kami sebagai penyusun sangat menerima semua kritik dan saran yang bertujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan terkait makalah ini. Sebagai penutup kami sebagai penyusun mengucapkan permohonan maaf jika ada kesalahan baik yang disengaja atau yang tidak disengaja.
Daftar Pustaka
Muslim,
Muhammad Nur Ichwan. 2010. Kaffah dalam Beragama. https://muslim.or.id/2067-kaffah-dalam-beragama.html. Diakses pada tanggal: 27 September 2016.
K.H.Q. Shaleh dan H.A.A. Dahlan. 2000. Asbaabun Nuzul: Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Al-Qur’an. Bandung: CV. Penerbit Diponegoro.