17
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan manusia perlu dipertahankan dengan cara memenuhi kebutuhan hidupnya. Dan untuk memenuhi hal tersebut, manusia harus bekerja siang dan malam. Bahkan sepertinya tidak mengenal waktu sehingga mengorbankan satu hal yang sangat berarti, yaitu istirahat dan tidur (Siregar,2011)
Istirahat dan tidur yang tepat sama pentingnya dengan nutrisi yang baik dan latihan yang adekuat. Setiap orang memerlukan jumlah istirahat dan tidur yang berbeda. Dengan tidak tepatnya jumlah tidur dan istirahat seseorang maka akan mempengaruhi pada kemampuan berkonsentrasi, membuat keputusan, kelabilan emosi, serta partisipasi dalam kehidupan sehari-hari yang menurun. (Potter dan Perry,2013)
Tidur adalah bagian dari penyembuhan dan perbaikan (McCance et al., 2010). Ketika seseorang dalam kondisi tidur, ia akan merasakan relax secara mental, terbebas dari rasa kegelisahan, dan merasakan ketenangan dalam fisiknya. Tidur adalah reccurant, perubahan dari kesadaran yang terjadi untuk periode yang berkelanjutan. Ketika seseorang mendapatkan tidur yang tepat, mereka merasa bahwa energi mereka telah dipulihkan. Tidur memberikan waktu untuk perbaikan dan pemulihan sistem tubuh. Kualitas yang memadai dan kuantitas tidur berkontribusi pada kesehatan yang optimal. (Potter dan Perry,2011)
Mencapai kualitas tidur yang baik menjadi sangat penting bagi kesehatan dan sebagai bentuk penyembuhan dari penyakit. Pasien yang sedang sakit sering kali membutuhkan lebih banyak tidur dan sitirahat daripada pasien yang sehat. Namun demikian biasanya penyakit mencegah beberapa pasien untuk mendapatkan tidur dan istirahat yang adekuat. Lingkungan rumah sakit atau perawatan jangka panjang dan aktivitas pemberian layanan sering kali membuat pasien sulit tidur. Atau beberapa pasien memang mempunyai gangguan tidur sebelumnya, sedangkan pasien yang lain bertambah masalah tidurnya akibat dari penyakit dan lingkungan rawat inap (Potter dan Perry,2013).
Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menjelaskan konsep istirahat dan tidur, antara lain; definisi istirahat dan tidur, fungsi istirahat dan tidur, mekanisme tidur, tahap-tahap tidur, kebutuhan istirahat dan tidur berdasarkan usia, faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur. Dan menjelaskan masalah yang sering ditemukan pada klien gangguan istirahat dan tidur beserta asuhan keperawatannya.
Manfaat
Mahasiswa memiliki dasar teori tentang konsep istirahat dan tidur yang kuat sehingga mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada klien.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Istirahat dan Tidur
Terdapat beberapa pengertian Tidur Menurut Para Ahli.Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar dimana seseorang masih dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya (Guyton & Hall, 1997). Menurut Potter & Perry (2005), Tidur merupakan proses fisiologis yang bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan. Tidur merupakan kondisi tiak sadar dimana induvidu dapat dibangunkan oleh stimulasi atau sensoriyang sesuai (Guyton dalam Aziz Alimul H) atau juga dapat dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang, dengan ciri adanya aktifitas yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi terhadap perubahan fisiologis dan terjadi penurunan respon terhadap rangsangan dari luar.
Tidur adalah suatu keadaan relative tanpa sadar yang penuh ketengan tanpa kegiatan yang erupakan urutan siklus yang berulan-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badanlah yang berbeda.(e-jurnal.com)
2.2 Fungsi Tidur
Tujuan tidur masih belum jelas. Tidur berkonstribusi dalam menjaga kondisi fisiologis dan psikologis. Tidur NREM membantu perbaikan jaringan tubuh. Selama tidur NREM, fungsi biologis lambat. Denyut jantung normal orang dewasa sehat sepanjang hari rata-rata 70-80 denyut per menit atau kurang jika individu berada dalam kondisi fisik yang sangat baik. Namun, selama tidur denyut jantung turun ampai 60 denyut per menit aau kurang. Ini berarti bahwa selama tidur jantung berdetak 10-20 kali lebih lambat dalam setiap menit atau 60-120 kali lebih sedikit dalam setiap jam. Oleh karena itu, tidur nyenyak bermanfaat dalam mempertahankan fungsi jantung. Fungsi biologis lainnya yang menurun selama tidur adalah pernafasan, tekanan darah, dan otot.
Tubuh membutuhkan tidur secara rutin untuk memulihkan proses biologis tubuh. Selama tidur, gelombang lambat dan dalam (NREM tahap 4), tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk perbaikan dan pembaruan sel epitel dan sel-sel yang khusus seperti sel-sel otak. sintetis protein dan pembelahan sel untuk peremajaan jaringan seperti kulit, tulang, mukosa lambung, atau otak terjadi selama istirahat dan tidur. Tidur NREM sangat penting bagi anak-anak, yang mengalami tahap 4 tidur yang lebih lama.
Teori lain tentang tujuan dari tidur adalah bahwa tubuh menghemat energi selama tidur. Otot-otot rangka semakin rileks, dan tidak adanya kontraksi otot mempertahankan energi kimia untuk proses seluler. Tidur akan menurunkan laju metabolisme basal yang selanjutnya dapat menghemat suplai energi tubuh.
Tidur REM diperlukan untuk menjaga jaringan otak dan tampaknya menjadi penting bagi pemulihan kognitif. Tidur REM berhubungan dengan perubahan aliran darah otak, peningkatan aktivitas korteks, peningkatan konsumsi oksigen, dan pelepasan epinefrin. Gabungan kegiatan ini membantu penyimpanan memori dan proses belajar. Selama tidur, otak menyaring informasi yang tersimpan tentang kegiatan hari itu.
Manfaat tidur dalam perilaku sering tidak diketahui sampai seseorang mendapatkan masalah akibat kurangnya tidur. Hilangnya tidur REM menyebabkan perasaan bingung dan curiga. Berbagai fungsi tubuh (misalnya : suasana hati, performa motorik, memori dan keseimbangan) berubah saat kehilangan tidur lama terjadi. Perubahan dalam fungsi imun alami dan seluler juga muncul akibat kurangnya tidur tingkat sedang sampai berat. Penelitian memperkirakan bahwa lalu lintas, rumah, dan kecelakaan berhubungan dengan pekerjaan yang disebabkan oleh tertidur memakan biaya miliaran dolar dalam setahun di Amerika Serikat berkaitan dengan hilangnya produkttivitas, biaya perawatan kesehatan, dan kecelakaan.
Mimpi. Meskipun mimpi terjadi di kedua fase tidur NREM dan REM, tetapi mimpi pada tidur REM lebih hidup dan rumit, beberapa orang percaya bahwa mimpi-mimpi tersebut secara fungsional penting untuk belajar pengolahan memori serta adaptasi terhadap stres isi dari mimpi REM mengalami kemajuan sepanjang malam, dari mimpi tengtang peristiwa terkini hingga ke mimpi yang bersifat emosional pada masa kanak-kanak atau masa lalu. Kepribadian mempengaruhi kualitas dari mimpi : misalnya, orang kreatif memiliki mimpi yang rumit dan kompleks, sementara orang yang tertekan mengalami mimpi tentang ketidakberdayaan.
Kebanyakan orang bermimpi tentang kekhawatiran yang sedang berlangsung, seperti pertengkaran dengan pasangan atau kekhawatiran atas pekerjaan. Kadang-kadang seseorang tidak menyadari ketakutan yang mereka rasakan yang diwakili dalam mimpi aneh. Psikolog klinis mencoba menganalisis sifat simbolik dari mimpi sebagai bagian dari psikoterapi klien. Kemampuan untuk menggambarkan mimpi dan menafsirkan maknanya kadang-kadang membantu menyelesaikan masalah pribadi atau ketakutan-ketakutannya.
Teori lain mengatakan bahwa mimpi menghapus fantasi tertentu atau kenangan tidak masuk akal. Karena kebanyakan orasng melupakan mimpi mereka, hanya sedikit yang ingat mimpi atau tidak percaya mimpi, seseorang harus berfikir secara sadar tentang halk tersebut pada saat bangun. Orang-orang yang dapat mengingat mimpi dengan jelas biasanya terbangun hanya setelah periode tidur REM.
2.3 Mekanisme Tidur
Tidur merupakan salah satu cara untuk melepaskan kelelahan jasmani dan kelelahan mental. Dengan tidur semua keluhan hilang arau berkurang dan akan kembali mendapatkan tenaga serta semangat untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi.
Makhluk hidup mempunyai irama kehidupan yang sesuai dengan beredarnya waktu dalam siklus 24 jam. Irama yang seiring dengan rotasi bola dunia disebut sebagai Irama Sirkadian. Pusat kontrol irama sirkadian terletak pada bagian ventral anterior hypothalamus.
Bagian susunan saraf pusat yang mengadakan kegiatan penyesuain terletak pada substansia ventrikulo retikularis medulo oblogata yang disebut sebagai pusat tidur. Bagian susunan saraf pusat yang menghilangkan hubungan terdapat bagian rostral madulo oblogata disebut sebagai pusat penggugah atau aurosal state.
Tidur dibagi menjadi dua tipe yaitu :
Rapid Eye Movement (REM)
Non Rapid Eye Movement (NREM)
Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 3 stadium lalu diikuti oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terdiri secara bergantian antara 4 – 7 kali siklus semalam. Bayi baru lahir total tidur 16 – 20 jam/hari, anak-anak 10 – 12 jam/hari, kemudian menurun 9 – 10 jam/hari pada umur di atas 10 tahun dan kira-kira 7 – 7,5 jam/hari pada orang dewasa.
Tipe NREM dibagi dalam tiga stadium yaitu :
Tidur Stadium 1 (N1)
Stadium ini merupakan antara tahap terjaga dan tahap awal tidur. Saat seseorang mulai mengantuk, perlahan-lahan kesadaran mulai meninggalkan dirinya. Stadium ini disebut juga dengan Downiness, yaitu tahap ketika pikiran kita melayang-layang tak menentu tetapi masih menyadari kondisi di sekeliling sehingga merasa belum tidur.
Stadium ini hanya berlangsung 3 – 5 menit dan mudah sekali dibangunkan. Gambaran EEG biasanya terdiri dari gelombang campuran alfa, beta, dan kadang gelombang teta dengan amplitudo yang rendah. Tidak didapatkan adanya gelombang sleep spindle dan kompleks K.
Tidur Stadium 2 (N2)
Tak lama kemudian, kita akan semakin dalam tertidur dan masuk ke tidur fase stadium N2. Gelombang otak lambat masih menjadi latar, tetapi sesekali muncul gelombang khas berupa gelombang Sleep Spindle, gelombang verteks dan kompleks K. Pada stadium ini, tidur semakin sulit dibangunkan. Kita baru akan bangun dengan sentuhan atau panggilan yang berulang-ulang. Stadium tidur kedua adalah tahap tidur terbanyak, kira-kira 50% dari total tidur satu malam.
Tidur Stadium 3 (N3)
Setelah kira-kira 10 menit dalam tahap N2, kita akan masuk ke stadium tidur yang lebih dalam, yaitu tahap stadium 3 (N3). Stadium ini sering disebutkan tidur dalam atau tidur Slow Wave. Disebut demikian karena pada stadium ini gelombang otak semakin melambat (slow wave) dengan frekuensi yang lebih rendah pula.
Semua tampak teratur pada laporan EEG. Tahap N3 sebelumnya dikenal sebagai tahap tidur NREM 3 dan 4. Namun, kini digabung menjadi 1 tahapan N3 dikarenakan tidak bermakna secara klinis. Gambaran EEG terdapat lebih banyak gelombang delta simetris antara 25% - 50% serta tampak gelombang Sleep Spindle.
Dalam stadium inilah hormon pertumbuhan (Growth Hormon) dan prolaktin dikeluarkan oleh tubuh. Hormon pertumbuhan akan digunakan oleh tubuh untuk pertumbuhan pada bayi dan perbaikan jaringan yang rusak. Hormon ini diperlukan untuk mempertahankan keutuhan maupun kemudahan jaringan tubuh. Sementara prolaktin adalah hormon yang banyak tedapat pada ibu menyusui. Semakin bagus kualitas tidur ibu menyusui maka semakin tinggi pula produksi prolaktin.
Stadium tidur ini adalah tahap tidur terdalam. Untuk membangunkan orang yang tidur terdalam membutuhkan rangsangan yang lebih kuat. Rangsangan tersebut dapat berupa suara keras dan tepukan di pundak berulang-ulang. Ketika bangun dari tahap ini, kita tidak bisa langsung sadar sempurna. Diperlukan beberapa saat untuk memulihkan diri dari rasa bingung dan disorientasi.
Tidur tahap R(REM)
Dari tahap N3 biasanya kita akan terus menanjak dan kembali kepada tahap N2. EEG akan menunjukkan aktivitas otak yang meningkatkan secara drastis. Ini adalah pertanda seseorangg akan memasuki tahap tidur R (REM) atau hanyut dalam mimpi.
Tahap ini tubuh kita benar-benar tidak bisa menerima rangsangan apapun. Hal ini dikarenakan tubuh tidak merespons aktivitas otak yang menimbulkan lumpuh sesaat. Kelumpuhan ini dianggap sebagai sebuah pemgaman dari semua aktivitas sehari-hari. Namun, jangan khawatir karena masa lumpuh tersebut tidak berlangsung lama. Setelah 10 menit melewati tahap R, maka kita akan masuk kembali ke tahap N2 dan seterusnya hingga siklus tidur terpenuhi.
Menjelang pagi, hormon kortisol akan dikeluarkan. Hormon ini biasa disebut sebagai hormon stres karena dikeluarkan oleh kelenjar adrenal sebagai respon terhadap stres. Hal ini diasumsikan untuk mengatasi stres yang akan dihadapi ketika siang hari.
Secara umum, tahapan dalam mekanisme tidur kita mengikuti pole berikut : 1, 2, 3, 4, 3, 2, REM, 2, 3, 4, 3, 2, REM, 2, 3, 4, 3, 2, REM, 2, 3, 4, 3, 2, REM. Dan seterusnya. Dimana masing-masing siklus terjadi sekitar 60 – 100 menit. Hal ini berbeda pada tiap orang.
2.4 Kebutuhan Istirahat dan Tidur Berdasarkan Usia
Durasi tidur dan kualitas bervariasi antara orang-orang dari semua kelompok umur. Berikut pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur berdasarkan pada masing-masing usia :
Neonatus
Neonatus atau bayi baru lahir sampai usia 3 bulan tidur rata-rata sekitar 16 jam sehari, tidur hampir terus-menerus selama minggu pertama. Siklus tidur umumnya 40 – 50 menit dengan bangun setelah 1 – 2 siklus tidur. Sekitar 50% dari tidur ini adalah tidur REM yang merangsang pusat otak yang lebih tinggi. Hal ini penting untuk perkembangan karena neonatus tidak bekerja cukup lama untuk stimulasi eksternal yang signifikan.
Bayi
Bayi biasanya mengembangkan pola tidur malam dengan mimpi buruk dari usia 3 bulan. Bayi biasanya melakukan beberapa kali tidur siang, namun tidur rata-rata selama 8 – 10 jam di malam hari dengan waktu tidur total 15 jam per hari. Sekitar 30% dari waktu tidur adalah dalam siklus REM. Bangun umumnya terjadi di pagi hari, meskipun tidak bisa lagi bayi terbangun di malam hari.
Balita
Pada umur 2 tahun, anak-anak biasanya tidur sepanjang malam dan tidur siang setiap hari. Total tidur rata-rata 12 jam sehari. Setelah 3 tahun, anak-anak sering tidak tidur siang (Hockenberry dan Wilson, 2006). Umum bagi balita untuk terbangun di malam hari. Persentase tidur REM terus menerus. Selama masa ini, balita mungkin tidak mau tidur pada malam hari karena kebutuhan otonomi atau takut berpisah dari orang tua mereka.
Anak-anak Prasekolah
Rata-rata lama tidur anak prasekolah adalah sekitar 12 jam semalam (sekitar 20% adalah REM). Pada umur 5 tahun, anak prasekolah jarang membutuhkan tidur siang kecuali dalam budaya di mana tidur siang menjadi kebiasaan. Anak prasekolah biasanya mengalami kesulitan untuk rileks atau menenangkan diri setelah melewati hari yang sangat aktif dan memiliki masalah dengan ketakutan tidur, bangun pada malam hari, atau mimpi buruk. Bangun sebentar dan kemudian terlelap lagi adalah hal yang sering. Pada saat terbangun, anak akan menangis sebentar, berjalan-jalan, berbicara yang tidak dipahami, tidur sambil berjalan, atau mengompol.
Anak Usia Sekolah
Jumlah tidur yang diperlukan beurvariasi sepanjang masa sekolah. Anak usia 6 tahun rata-rata tidur 11 – 12 jam semalam, sedangkan anak usia 11 tahun tidur sekitar 9 – 10 jam. Anak usia 6 atau 7 tahun biasanya akan pergi tidur dengan beberapa dorongan atau dengan melakukan kegiatan yang tenang. Anak yang lebih tua sering menolak tidur karena suatu tidak peduli dengan rasa lelahnya atau kebutuhan untuk bebas.
Remaja
Rata-rata remaja mendapatkan sekitar 71/2 jam tidur per malam. Tipikal remaja yang khas dikarenakan sejumlah perubahan seperti kebutuhan sekolah, kegiatan sosial setelah sekolah, dan pekerjaan paruh waktu yang megurangi waktu untuk tidur. Waktu tidur yang sering disingkat menghasilkan EDS. Mengurangi kinerja di sekolah, kerentanan terhadap kecelakaan, masalah perilaku dan suasana hati, dan meningkatkan penggunaan alkohol adalah hasil dari EDS karena kurangnya tidur.
Dewasa Muda
Kebanyakan orang dewasa muda rata-rata tidur 6 – 8,5 jam per malam. Sekitar 20% dari waktu tidur adalah tidur REM yang tetap konsisten sepanjang hidup. Tekanan dalam pekerjaan, hubungan keluarga, dan kegiatan sosial sering mengarah pada insomnia dan penggunaan obat tidur. Kantuk di siang hari menyebabkan peningkatan jumlah kecelakaan, penurunan produktivitas, dan masalah interpersonal dalam kelompok usia ini. Kehamilan meningkatkan kebutuhan tidur dan beristirahat. Insomnia, gerakan tungkai yang periodik, sindrom kaki gelisah, dan gangguan pernafasan saat tidur merupakan masalah umum selama trimester ketiga kehamilan.
Dewasa Menengah
Selama masa dewasa menengah, total waktu tidur di malam hari mulai menurun. Jumlah tidur stadium 4 mulai turun, penurunan terus berlanjut seiring dengan meningkatnya usia. Insomnia sangat umum, mungkin karena perubahan dan stres pada usia dewasa menengah. Kecemasan, depresi, atau penyakit fisik tertentu yang menyebabkan gangguan tidur. Wanita menopause sering mengalami gejala insomnia.
Lansia
Keluhan kesulitan tidur meningkat seiring dengan meningkatnya umur. Episode tidur REM cenderung menyingkat. Ada penurunan progresif dalam tidur tahap 3 dan 4 NREM, bahkan beberapa lansia hampir tidak memiliki tidur tahap 4 atau tidur nyenyak. Seorang lansia terbangun lebih sering di malam hari, dan memerlukan lebih banyak waktu untuk mereka agar dapat tidur kembali. Kecenderungan untuk tidur siang tampaknya semakin meningkat seiring bertambahnya usia karena sering terjaga di malam hari.
Perubahan pola tidur sering disebabkan oleh perubahan dalam sistem saraf pusat yang memengaruhi pengaturan tidur. Penurunan sensorik mengurangi sensitivitas orang tua terhadap waktu untuk mempertahankan irama sirkadian. (Potter dan Perry, 2010)
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemenuhan Istirahat dan Tidur
Berikut sejumlah ufaktor yang memengaruhi kualitas dan kuantitas tidur. Sering kali faktor tunggal bukanlah satu-satunya penyebab untuk masalah tidur. Faktor fisiologis, psikologis, dan faktor lingkungan sering mengubah kualitas dan kuantitas tidur.
Obat dan Substansi
Kantuk, insomnia, dan kelelahan sering terjadi sebagai akibat langsung dari obat umum yang diresepkan. Obat ini mengubah pola tidur dan menurunkan kewaspadaan di siang hari, yang kemudian menjadi masalah bagi individu (Schweitzer, 2005). Obat yang diresepkan untuk tidur sering menyebabkan lebih banyak masalah daripada manfaat. Lansia mengonsumsi berbagai obatuntuk mengontrol atau mengobati penyakit kronis, dan efek gabungan beberapa obat bisa sangat mengganggu tidur. Salah satu substansi yang mendukung terjadinya tidur di banyak orang adalah L-triptofan, protein alami yang ditemukan dalam makanan seperti susu, keju, dan daging.
Gaya Hidup
Rutinitas seseorang dapat memengaruhi pola tidur. Seseorang individu yang bekerja secara rotasi sering mengalami kesulitan menyesuaikan perubahan jadwal tidur. Kesulitan mempertahankan kewaspadaan selama waktu kerja menghasilkan penurunan dan bahkan kinerja yang berbahaya. Perubahan lain dalam rutinitas yang mengganggu pola tidur meliputi melakukan pekerjaan berat yang tidak biasa, terlibat dalam kegiatan sosial sampai larut malam, dan mengubah waktu makan malam.
Pola Tidur yang Lazim
Kantuk patologis terjadi ketika individu perlu atau ingin terjaga. Orang yang mengalami kurang tidur sementara sebagai hasil dari aktivitas malam yang aktif atau jadwal kerja yang diperpanjang, biasanya akan merasa mengantuk keesokan harinya. Namun, mereka mampu mengatasi perasaan ini meskipun mengalami kesulitan melaksanakan tugas dan tetap memperhatikan. Kurang tidur yang kronis jauh lebih serius dari kurang tidur sementara dan menyebabkan perubahan serius pada kemampuan untuk melakukan fungsi sehari-hari. Kantuk cenderung paling sulit diatasi selama melakukan tugas yang menetap (tidak aktif).
Stres Emosional
Stres emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan sering menyebabkan frustasi ketika tidak dapat tidur. Stres juga menyebabkan seseorang berusaha terlalu keras untuk dapat tertidur, sering terbangun selama siklus tidur, atau tidur terlalu lama. Sters yang berkelanjutan menyebabkan kebiasaan tidur yang tidak baik.
Klien yang berusia lebih tua lebih sering mengalami kehilangan yang mengarah ke sters emosional seperti pensiun, gangguan fisik, atau kematian orang yang dicintai. Lansia dan orang yang menalami masalah depresi suasana hati mengalami penundaan waktu tidur, munculnya tidur REM labih awal, sering terbangun, meningkatkan waktu total tidur, perasaan tidur buruk, dan bangun lebih awal.
Lingkungan
Lingkungan fisik dimana seseorang tidur secara signifikan memengaruhi kemampuan untuk memulai dan tetap tidur. Ventilasi yang baik sangat penting untuk tidur nyenyak. Ukuran kenyamanan, dan posisi tempat tidur memengaruhi kualitas tidur.
Tingkat cahaya memengaruhi kemampuan seseorang untuk tidur. Beberapa klien memilih kamar yang gelap, sedangkan yang lain seperti anak-anak atau orang lansia, lebih menyukai cahaya lembut selama tidur. Klien juga mengalami kesulitan tidur berhubungan dengan suhu kamar. Sebuah ruangan yang terlalu hangat atau terlalu dingin sering menyebabkan klien menjadi gelisah.
Latihan dan Kelelahan
Seseorang yang cukup lelah biasanya dapat diukur dengan nyenyak, terutama jika kelelahan tersebut merupakan hasil kerja atau latihan yang menyenagkan. Berolahraga 2 jam atau lebih sebelum tidur memungkinkan tubuh untuk mendinginkan, mengurangi kelelahan, serta meningkatkan relaksasi. Namun, kelelahan yang berlebihan yang berasal dari pekerjaan yang melelahkan atau stres membuat sulit tidur. Ini adalah masalah umum bagi anak-anak sekolah dasar dan remaja.
Makanan dan Asupan Kalori
Mengikuti kebiasaan makan yang baik penting untuk menciptakan tidur yang baik. Makan besar, berat, dan/atau makanan pedas pada malam hari sering mengakibatkan gangguan pencernaan yang mengganggu tidur. Kafein, alkohol, dan nikotin yang dikonsumsi dimalam hari menghasilkan insomnia. Kopi, teh, cola, dan coklat yang mengandung kafein dan xanthenes menyebabkan keadaan tidak dapat tidur. Pengurangan secara drastis atau menghindari zat-zat ini merupakan strategi penting yang bisa digunakan untuk meningkatkan tidur. Beberapa alergi makanan menyebabkan insomnia. Pada bayi, alergi susu kadang menyebabkan bangun malam dan menangis atau kolik.
Kehilangan atau penambahan berat badan dapat memengaruhi pola tidur. Berat badan berkontribusi pada apnea tidur obstruktif karena terjadi peningkatan ukuran struktur jaringan lunak di saluran nafas bagian atas. Berat badan menyebabkan insomnia dan penurunan jumlah tidur. Gangguan tidur tertentu merupakan hasil dari diet semi-lapar yang populer di masyarakat peduli berat badan.
Masalah yang Seringkali Ditemukan Sampai pada Pemenuhan Istirahat dan Tidur
Insomnia
Insomnia merupakan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik secara kualitas maupun kuantitas. Seseorang yang terbangun dari tidur, tetapi merasa belum cukup tidur dapat disebut mengalami insomnia (Japardi, 2002).
Ada tiga jenis insomnia diantaranya:
Insomnia inisial: ketidakmampuan seseorang untuk dapat memulai tidur.
Insomnia intermitten: ketidakmampuan untuk memepertahankan tidur atau keadaan sering terjaga tidur.
Insomnia terminal: bangun secara dini dan tidak dapat tidur lagi
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami insomnia diantaranya adalah rasa nyeri, kecemasan, ketakutan, tekanan jiwa, dan kondisi yang tidak menunjang untuk tidur. Perawat dapat membantu klien mengatasi insomnia melalui pendidikan kesehatan, menciptakan lingkungan yang nyaman, melatih klien relaksasi, dan tindakan lainnya.
Ada beberapa tindakan atau upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia yaitu:
Memakan makanan berprotein tinggi sebelum tidur, seperti keju atau susu
Usahakan agar selalu beranjak tidur pada waktu yang sama
Hindari tidur di waktu siang atau sore hari
Berusaha untuk tidur hanya apabila merasa benar-benar kantuk dan tidak pada waktu kesadaran penuh
Hindari kegiatan-kegiatan yang membangkitkan minat sebelum tidur
Lakukan latihan-latihan gerak badan setiap hari, tetapi tidak menjelang tidur
Gunakan teknik-teknik pelepasan otot-otot serta meditasi sebelum berusaha untuk tidur
Somnambulisme
Somnambulisme merupakan gangguan tingkah laku yang sangat kompleks mencakup adanya otomatis dan semipurposeful aksi motorik, seperti membuka pintu, menutup pintu, duduk di tempat tidur, emnabrak kursi, berjalan kaki, dan berbicara. Somnambulisme ini lebih banyak terjadi pada anak-anak dibandingkan orang dewasa. Seseorang yang mengalami somnabulisme mempunyai risiko terjadinya cedera.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi somnabulisme yaitu dengan membimbing anak. Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi somnabulisme adalah dengan membuat lingkungan yang nyaman dan aman, serta dapat pula dengan menggunakan obat seperti Diazepam dan Valium.
Enuresis
Enuresis adalah kencing yang tidak disengaja (mengompol). Terjadi pada anak-anak dan remaja, paling banyak terjadi pada laki-laki. Penyebab secara pasti belum jelas, tetapi ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan enuresis seperti gangguan pada bladder, stres, dan toilet training yang kaku. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah enuresis anatara lain: hindari stres, hindari minum yang banyak sebelum tidur, dan kosongkan kandung kemih (berkemih dulu) sebelum tidur.
Narkolepsi
Narkolepsi merupakan suatu kondisi yang dicirikan oleh keinginan yang tak terkendali untuk tidur. Dapat dikatakan pula narkolepsi adalah serangan mengantuk yang mendadak sehingga ia dapat tertidur pada setiap saat di mana serangan tidur (kantuk) tersebut datang.
Penyebab narkolepsi secara pasti belum jelas, tetapi diduga terjadi akibat kerusakan genetika sistem saraf pusat dimana periode REM tidak dapat dikendalikan. Serangan narkolepsi ini dapat menimbulkan bahaya apabila terjadi pada waktu mengendarai kendaraan, pekerja yang bekerja pada alat-alat yang berputar-putar, atau berada di tepi jurang.
Obat-obat agripnotik dapat digunakan untuk mengendalikan narkolepsi yaitu sejenis obat yang membuat orang tidak dapat tidur. Obat tersebut diantarnya jenis ampetamin.
Night terrors
Night terrors adalah mimpi buruk. Umumnya terjadi pada anak usia 6 tahun atau lebih. Setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung terjaga dan berteriak, pucat dan ketakutan.
Mendengkur
Mendengkur disebabkan oleh rintangan terhadap pengaliran udara di hidung dan mulut. Amandel yang membengkak dan adenoid dapat menjadi faktor yang turut menyebabkan mendengkur. Pangkal lidah yang menyumbat saluran napas pada lansia. Otot-otot di bagian belakang mulut mengendur lalu bergetar jika dilewati udara pernapasan.
BAB 3
3.1 Study Kasus
Tuan Khumar berusia 73 tahun dirawat satu kamar dengan Tuan Lau yang berusia 79 tahun. Tuan Khumar beragama Sikh sedangkan Tuan Lau beragama kristen advent. Tuan Lau gemar mendengarkan musik gospel dari smartphonenya sambil bersenandung mengikuti lirik lagu. Sedangkan Tuan Khumar senang mengikuti berita dari iPad kesayangannya. Seringkali Tuan Khumar merasa terganggu dengan suara musik dan nyanyian Tuan Lau yang tidak kenal waktu termasuk di malam hari. Sebaliknya, Tuan Lau mengeluh sulit tidur karena Tuan Khumar tidak berhenti membaca dan menyalakan lampu. Tuan Lau bisa tidur jika kamar gelap-gulita.
Pengkajian
PASIEN 1 (Tuan Khumar)
PASIEN 2 (Tuan Lau)
DATA DEMOGRAFI
Nama : Khumar
Nama : Lau
Umur : 73 tahun
Umur : 79 tahun
Jenis Kelamin : Pria
Jenis Kelamin : Pria
Agama : Sikh
Agama : Kristen Advent
KELUHAN
UTAMA
merasa terganggu dengan suara musik dan nyanyian Tuan Lau yang tidak kenal waktu termasuk di malam hari
mengeluh sulit tidur karena Tuan Khumar tidak berhenti membaca dan menyalakan lampu
Batasan
Kharakteristik
Data Subyektif:
Merasa terganggu dengan suara musik dan nyanyian TN. Lau.
Data Obyektif:
Senang membaca berita dan menyalakan lampu.
Data Subyektif:
Mengeluh sulit tidur karena Tn. Khumar tidak berhenti membaca dan menyalakan lampu.
Data Obyektif:
-Gemar mendengarkan musik gospel termasuk dimalam hari.
-Bisa tidur jika kamar gelap-gulita.
Faktor yang Berhubungan
Faktor lingkungan (mis. Suara bising lingkungan, pencahayaan, suhu, kelembapan dan tatanan yang asing)
Hyegene tidur yang tidak adekuat
Ketidaknyamanan fisik (mis. Suhu tubuh, nyeri)
Pola aktivitas (mis. Pengaturan waktu, jumlah)
Faktor lingkungan (mis. Suara bising lingkungan, pencahayaan, suhu, kelembapan dan tatanan yang asing)
Hyegene tidur yang tidak adekuat
Ketidaknyamanan fisik (mis. Suhu tubuh, nyeri)
Pola aktivitas (mis. Pengaturan waktu, jumlah)
DIAGNOSIS
Tn. Khumar
Tn. Lau
Gagguan Pola Tidur yang Berhubungan Dengan Faktor Ritual sebelum tidur
Tujuan Umum:
Kebutuhan tidur terpenuhi
Tujuan khusus:
tidak terjaga di malam hari
Meningkatkan kenyamanan saat tidur
Kriteria hasil:
Merasa segar setelah tidur
Kebutuhan tidur terpenuhi
Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan faktor perubahan lingkungan
Tujuan Umum:
Memenuhi lingkungan yang sesuai dengan kebiasaan tidur
Tujuan khusus:
Menghilangkan irama sirkardian yang tidak normal; kemungkinan menyebabkan sulit tidur
Mengkondisikan lingkungan sesuai kebiasaan tidur dengan baik
Kriteria hasil:
Merasa rileks saat bangun
Mata kembali normal
Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan Manajemen waktu
Tujuan umum:
Membuat aktivitas menjadi teratur
Tujuan khusus:
Memperkuat aktivitas siang hari menjadi adekuat
Membuat tidur menjadi nyaman/ nyenyak/ optimal
Kriteria hasil:
Kebutuhan tidur lebih terpenuhi
Membuat tubuh menjadi rileks dan fit disaat bangun
INTERVENSI TINDAKAN
Tn. Khumar
Tn. Lau
Menjelaskan situasi dan keadaan kepada pasien
Memberikan penutup mata saat akan menjelang tidur
Memberikan penutup telinga pada T. Khumar ketika Tn Lau mendengarkan musik gospel
Melakukan penjadwalan mendengarkan musik. Pagi pukul 07.00, siang pukul 12.00, dan malam 3 jam sebelum tidur ±1 jam
Memajukan kebiasaan membaca Tn. Khumar ± 2 jam sebelum tidur
Melakukan penjadwalan tidur.
Tn. Lau dapat tidur ±7-8 jam (William, 1971) tanpa gangguan dan bangun tepat waktu.
Periksa pasien secara berkala
Periksa pasien secara berkala dengan catatan tidak memberikan tindakan keperawatan yang dapat membangunkan tidur
Tidak memberikan obat tidur
Tidak memberikan obat tidur
Memindahkan pasien ke kamar yang berbeda
RASIONAL TINDAKAN
Tn. Khumar
Tn. Lau
pasien dapat memahami situasi dan kondisi lingkungan
pasien dapat tidur dengan nyenyak meskipun lampu tetap menyala
Pasien dapat beraktivitas tanpa merasa terganggu dengan kebisingan yang ada di sekitarnya
Pasien tetap dapat mendengarkan music gospel bersamaan dengan asuhan keperawatan pada Tn. Khumar dapat terjaga dan dapat memenuhi kebutuhan tidur secara optimal
pasien tidak menimbulkan stimulan yang dapat memperlambat tidur dan dapat tidur tepat waktu
Terpenuhinya kebutuhan tidur secara optimal, maka tubuh pasien terasa segar dan mendapat pola tidur yang sehat
Pasien dapat tidur dengan pulas
Obat tidur dapat menganggu kualitas tidur pasien, dan menyebabkan mengantuk setiap hari dan dengan memberikan tindakan keperawatan yang dapat mengganggu tidur pasien, maka paisen tidak dapat tidur dengan optimal. Akibatnya disiang hari pasien akan merasa mengantuk.
Obat tidur dapat menganggu kualitas tidur pasien, dan menyebabkan mengantuk setiap hari
Menghilangkan gangguan yang ada pada kamar sebelumnya agar tidak terulang kembali
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Istirahat dan tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk ke dalam kebutuhan fisiologis. Istiarahat dan tidur sebagai salah satu kebutuhan dasar yang universal, karena semua manusia membutuhkan kebutuhan tidur dan istirahat. Hal ini mengindikasikan bahwa tidur memiliki peranan yang penting bagi manusia. Potter & Perry (2005) mengatakan bahwa kebutuhan untuk istirahat dan tidur adalah penting bagi kualitas hidup semua orang. Namun demikian, tiap individu memiliki kebutuhan yang berbeda dalam jumlah tidur (Quantity of Sleep) dan kualitas tidur (Quality of Sleep).
Fungsi dari istirahat dan tidur adalah memperbaiki keadaan fisiologis dan psikologis,melepaskan stress dan ketegangan, memulihkan keseimbangan alami diantara pusat-pusat neuron, waktu untuk memperbaiki dan menyiapkan diri untuk periode bangun,memperbaiki proses biologis dan memelihara fungsi jantung, mengembalikan konsentrasi dan aktivitas sehari-hari, menghemat dan menyediakan energi bagi tubuh, memelihara kesehatan optimal dan mengembalikan kondisi fisik tubuh. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur antara lain penyakit, lingkungan, kelelahan, gaya hidup, stress emosional, stimulan dan alkohol, diet, merokok, medikasi, motivasi.Sedangkan masalah yang seringkali ditemukan terkait pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur diantaranya insomnia, parasomnia, hipersomnia, narkolepsi, apnea saat tidur.
4.2 Saran
Dalam memberikan tindakan keperawatan hendaknya diperhatikan betul prosedur kerja yang akan dijalankan.
Mahasiswa hendaknya dapat memenuhi kebutuhan dasar manusia yang berhubungan dengan istirahat dan pola tidur sebelum melakukan tindakan keperawatan.
Menjelaskan atau memberitahukan pada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan harus selalu diterapkan oleh perawat sebelum melakukan tindakan keperawatan.
WOC (Web of Caution)
Proses penymbuhan lebih lamainsomniaGanguan pemenuhan tidurStress psikologiStress psikologiPemenuhan istirahat berkurangPemenuhan istirahat berkurangKebiasaan tidur di malam hariKenyamanan lingkunganKegemaran yang tak kenal waktuKenyamanan lingkunganRitual sebelum tidur
Proses penymbuhan lebih lama
insomnia
Ganguan pemenuhan tidur
Stress psikologi
Stress psikologi
Pemenuhan istirahat berkurang
Pemenuhan istirahat berkurang
Kebiasaan tidur di malam hari
Kenyamanan lingkungan
Kegemaran yang tak kenal waktu
Kenyamanan lingkungan
Ritual sebelum tidur
DAFTAR PUSTAKA
Capernito-Moyet.2010.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi13.
Jakarta:EGC
McCance KL, et al.2010.Pathophisiology:The Biology Basic For Disease In Adults and Children.6th Edition.Mosby Elsevier
NANDA International.2011.Nursing Diagnosis : Definitions & Classification 2012-2014.Heather Herdman. Alih Bahasa Made Sumarwati, S.Kp., MN. EGC:Jakarta
Potter,Perry.2013.Fundamental of Nursing.8th Edition.Mosby Elsevier
Potter,Perry.2011.Basic Nursing.7th Edition.Mosby Elsevier
Potter,Perry.2010.Fundamentals of Nursing Fundamental Keperawatan. Buku 3 Edisi 7.Salemba Medika:Jakarta
Siregar, Mukhlidah Hanum.2011.Mengenal Sebab-sebab, Akibat-akibat, dan Cara Terapi Insomnia.Flashbooks:Jogjakarta
Wilkinson dan Ahern.2009.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9.Jakarta:EGC
_________http://www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-tidur-menurut-para-ahli.html, diakses 27 Maret 2015