BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerukunan beragama di tengah keanekaragaman budaya merupakan aset dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.Dalam perjalanan sejarah bangsa, Pancasila telah teruji sebagai alternatif yang paling tepat untuk mempersatukan masyarakat Indonesia yang sangat majemuk di bawah suatu tatanan yang inklusif dan demokratis.Sayangnya wacana mengenai Pancasila seolah lenyap seiring dengan berlangsungnya reformasi. Berbagai macam kendala yang sering kita hadapi dalam mensukseskan kerukunan antar umat beragama di Indonesia, dari luar maupun dalam negeri kita sendiri.Namun dengan kendala tersebut warga Indonesia selalu optimis, bahwa dengan banyaknya agama yang ada di Indonesia, maka banyak pula solusi untuk menghadapi kendala-kendala tersebut.Dari berbagai pihak telah sepakat untuk mencapai tujuan kerukunan antar umat beragama di Indonesia seperti masyarakat dari berbagai golongan, pemerintah, dan organisasi-organisasi agama yang banyak berperan aktif dalam masyarakat. Keharmonisan dalam komunikasi antar sesama penganut agama adalah tujuan dari kerukunan beragama, agar terciptakan masyarakat yang bebas dari ancaman, kekerasan hingga konflik agama. Berdasarkan keberagaman yang ada di Indonesia, maka penulis membuat makalah ini sebagai salah satu upaya agar pembaca dapat mengamalkan kerukunan dalam kehidupan bermasyarakat.
B. Rumusan Masalah 1. Apa definisi dan pengertian dari kerukunan ?
2. Apa kendala-kendala dalam mewujudkan kerukunan ? 3. Bagaimanakah sikap-sikap umat beragama ? 4. Bagaimana solusi dalam menjaga kerukunan ? 5. Bagaimana peran keluarga dalam membentuk sikap yang menjaga kerukunan ? 6. Bagaimana cara mewujudkan kerukunan umat beragama di Indonesia ? 7. Bagaimana kerukunan dalam Huma Betang ? 8. Bagaimana pandangan Alkitab khususnya Hukum Kasih dalam mewujudkan kerukunan ?
C. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan penulisan pada makalah ini sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui definisi dan pengertian kerukunan. 2. Untuk mengetahui kendala-kendala dalam mewujudkan kerukunan. 3. Untuk megetahui sikap-sikap umat beragama. 4. Untuk mengetahui solusi dalam menjaga kerukunan. 5. Untuk mengetahui peran keluarga dalam membentuk sikap yang menjaga kerukunan. 6. Untuk mengetahui cara mewujudkan kerukunan umat beragama di Indonesia. 7. Untuk mengetahui kerukunan dalam Huma Betang. 8. Untuk mengetahui pandangan Alkitab khususnya Hukum Kasih dalam mewujudkan kerukunan. D. Manfaat Penulisan Berdasarkan tujuan penulisan makalah ini, maka diharapkan pembaca dapat mengetahui definisi dan pengertian kerukunan, kendala-kendala dalam mewujudkan kerukunan, sikap-sikap umat beragama di Indonesia,solusi dalam menjaga kerukunan, peran keluarga dalam menjaga
2. Apa kendala-kendala dalam mewujudkan kerukunan ? 3. Bagaimanakah sikap-sikap umat beragama ? 4. Bagaimana solusi dalam menjaga kerukunan ? 5. Bagaimana peran keluarga dalam membentuk sikap yang menjaga kerukunan ? 6. Bagaimana cara mewujudkan kerukunan umat beragama di Indonesia ? 7. Bagaimana kerukunan dalam Huma Betang ? 8. Bagaimana pandangan Alkitab khususnya Hukum Kasih dalam mewujudkan kerukunan ?
C. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan penulisan pada makalah ini sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui definisi dan pengertian kerukunan. 2. Untuk mengetahui kendala-kendala dalam mewujudkan kerukunan. 3. Untuk megetahui sikap-sikap umat beragama. 4. Untuk mengetahui solusi dalam menjaga kerukunan. 5. Untuk mengetahui peran keluarga dalam membentuk sikap yang menjaga kerukunan. 6. Untuk mengetahui cara mewujudkan kerukunan umat beragama di Indonesia. 7. Untuk mengetahui kerukunan dalam Huma Betang. 8. Untuk mengetahui pandangan Alkitab khususnya Hukum Kasih dalam mewujudkan kerukunan. D. Manfaat Penulisan Berdasarkan tujuan penulisan makalah ini, maka diharapkan pembaca dapat mengetahui definisi dan pengertian kerukunan, kendala-kendala dalam mewujudkan kerukunan, sikap-sikap umat beragama di Indonesia,solusi dalam menjaga kerukunan, peran keluarga dalam menjaga
kerukunan, cara mewujudkan kerukunan, kerukunan dalam Huma Betang dan Pandangan Alkitab dalam mewujudkan kerukunan
BAB II PEMBAHASAN 2.1 DEFINISI KERUKUNAN
Kerukunan (dari ruku,bahasa Arab, artinya tiang atau tiang-tiang yang menopang rumah; penopang yang member kedamain dan kesejahteraan kep ada penghuninya) secara luas bermakna adanya suasana persaudaraan dan kebersamaan antar semua orang walaupun mereka berbeda secara suku, agama, ras, dangolongan. Sementara istilah kerukunan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, diartikan sebagai“ Kesatuan Hati” dan “Bersepakat” Untuk tidak menciptakan perselisihan dan pertengkaran”. Kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh muatan makna”Baik”, dan “Damai”.Intinya, hidup bersama dalam masyarakat dengan “Dengan kesatuan hati” dan “bersepakat”. Kerukunan juga bias bermakna suatu proses untuk menjadi rukun karena sebelumnya ada ketidak rukunan,serta kemampuan dan kemauan untuk hidup berdampingan dan bersama dengan damaisertatenteram. Kerukunan juga bisa bermakna suatu proses untuk menjadi rukun karena sebelumnya ada ketidakrukunan, serta kemampuan dan kemauan untuk hidup berdampingan dan bersama dengan damai serta tenteram. Adapun kerukunan menurut pandangan beberapa teori yaitu seabgai berikut : 1.
Teori Nilai: kerukunan dan integrasi sosial dapat terjadi apabila masing-masing kelompok dan subkultur dalam masyarakat saling mentaati tatanan nilai-nilai sosial budaya. Nilai merupakan sesuatu yang diyakini dan dijalankan dalam masyarakat.
2.
Teori struktural: kerukunan sosial dipengaruhi oleh struktur sosial dalam masyarakat. Pihak penguasa
sebagai
struktur
tertinggi
dapat
menerapkan
peraturan-peraturan
yang
mengintegrasikan masyarakat. Dengan kata lain kerukunan sosial dalam konteks ini terjadi dibawah tekanan. 3.
Teori idealis: kerukunan sosial dapat terjalin apabila terdapat ide, gagasan, visi ataupun ideologi yang mengikat anggota masyarakat secara keseluruhan.
4.
Teori resiprositas: kerukunan sosial dan integrasi sosial dapat terjadi apabila dalam masyarakat dibangun jalinan sosial yang mantap. Berkaitan dengan teori resiprositas sosial Turner mengajukan pokok teori pertukaran: Manusia selalu mencari keuntungan dalam transaksi sosial Dalam transaksi sosial manusia memperhitungkan untung rugi Kesadaran atas alternatif bagi dirinya Adanya persaingan Relasi pertukaran berlangsung dalam semua konteks sosial bahkan dalam komoditas tak berwujud misalnya perasaan dan jasa.
5.
Teori interaksi: kerukunan sosial dapat terjadi apabila terjadi interaksi rasional antar kelompok, etnis, agama dll dalam masyarakat yang saling menguntungkan, memberikan manfaat bagi masing-masing. Langkah-langkah untuk mencapai kerukunan seperti itu, memerlukan proses waktu serta
dialog, saling terbuka, menerima dan menghargai sesama, sertacinta-kasih. Sedangkan kerukunan umat beragama yaitu hubungan sesama umat beragama yang dilandasi dengan toleransi, saling pengertian, saling menghormati, saling menghargai dalam kesetaraan pengamalan ajaran agamanya dan kerja sama dalam kehidupan masyarakat dan bernegara. Umat beragama dan pemerintah harus melakukan upaya bersama dalam memelihara kerukunan umat beragama, di bidang pelayanan, pengaturan dan pemberdayaan.Sebagai contoh yaitu dalam mendirikan rumah ibadah harus memperhatikan pertimbangan Ormas keagamaan yang berbadan hukum dan telah terdaftar di pemerintah daerah.Pemeliharaan kerukunan umat beragama baik di tingkat Daerah, Provinsi, maupun Negara pusat merupakan kewajiban seluruh warga Negara
beserta instansi pemerintah lainnya. Lingkup ketentraman dan ketertiban termasuk memfalisitasi terwujudnya kerukunan umat beragama, mengkoordinasi kegiatan instnsi vertical, menumbuh kembangkan keharmonisan saling pengertian, saling menghormati, saling percaya diantara umat beragama, bahkan menerbitkan rumah ibadah.
Landasan Hukum Kerukunan Umat Beragama di Indonesia
1. Landasan Idiil, yaitu Pancasila (sila pertama yakni Ketuhanan Yang Maha Esa). 2. Landasan Konstitusional, yaitu Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 29 ayat 1: "Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa". Dan Pasal 29 ayat 2: "Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu". 3. Landasan Strategis, yaitu Ketatapan MPR No.IV tahun 1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara. Dalam GBHN dan Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) tahun 2000, dinyatakan bahwa sasaran pembangunan bidang agama adalah terciptanya suasana kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang penuh keimanan dan ketaqwaan, penuh kerukunan yang dinamis antar umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, secara bersama-sama makin memperkuat landasan spiritual., moral dan etika bagi pembangunan nasional, yang tercermin dalam suasana kehidupan yang harmonis, serta dalam kukuhnya persatuan dan kesatuan bangsa selaras dengan penghayatan dan pengamalan Pancasila. 4. Landasan Operasional a. UU No. 1/PNPS/l 965 tentang larangan dan pencegahan penodaan dan penghinaan agama. b. Keputusan bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama RI. No.01/Ber/Mdn/1969 tentang pelaksanaan aparat pemerintah.
c. SK. Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri RI. No.01/1979 tentang tata cara pelaksanaan pensyiaran agama dan bantuan luar negeri kepada lembaga-lembaga keagamaan swasta di Indonesia. d. Surat edaran Menteri Agama RI. No.MA/432.1981 tentang penyelenggaraan peringatan hari besar keagamaan. 2.2 KENDALA-KENDALA DALAM MEWUJUDKAN KERUKUNAN
Dalam mewujudkan cita-cita luhur yaitu terciptanya
kerukunan di dalam kehidupan
bermasyarakat, hal tersebut mengalami berbagai kendala-kendala yang menjadikannya semakin sulit untuk diwujudkan. Adapun kendala-kendala yang dihadapi dalam mewujudkan hal tersebut adalah sebagai berikut : 1. Rendahnya Sikap Toleransi Toleransi mengandung arti sikap saling menghargai, sikap yang pro kerukunan dan kontra pada perpecahan.Toleransi terhadap agama – agama bukan berarti manyakini, apalagi mengikuti ajaran agama – agama tersebut.Hal tersebut dikarenakan tiap agama mempunyai pegangan dan keyakinan masing-masing.Masing-masing pihak tidak usah saling memaksa untuk mengikuti kehendak masing-masing.Pada pada era modern ini masyarakat belum sepenuhnya pemikirannya ikut modern dengan lebih bisa menghargai perbedaan.Sebagian oran g menganggap bahwa agama adalah urusan pribadi dengan Tuhannya.Namun, kesalahpahaman sering terjadi disini.Yaitu bahwa masyarakat menganggap bentuk toleransi yang sebisanya di aplikasikan yaitu dengan sikap cuek atau acuh tak acuh, seperti yang tidak mau tahu.Sikap seperti ini mengarah pada sikap toleransi malas-malasan. Menurut Dr. Ali Masrur, M.Ag, salah satu masalah dalam komunikasi antar agama sekarang ini adalah munculnya sikap toleransi malas-malasan (lazy tolerance) sebagaimana
diungkapkan P. Knitter. Sikap ini muncul sebagai akibat dari pola perjumpaan tak langsung (indirect
encounter)
antar
agama,
khususnya
menyangkut
persoalan
teologi
yang
sensitif.Sehingga kalangan umat beragama merasa enggan mendiskusikan masalah-masalah keimanan. Tentu saja, dialog yang lebih mendalam tidak terjadi, karena baik pihak yang berbeda keyakinan/agama sama-sama menjaga jarak satu sama lain. Masing-masing agama mengakui kebenaran agama lain, tetapi kemudian membiarkan satu sama lain bertindak dengan cara yang memuaskan masing-masing pihak. Yang terjadi hanyalah perjumpaan tak langsung, bukan perjumpaan sesungguhnya. Sehingga dapat menimbulkan sikap kecurigaan diantara beberapa pihak yang berbeda agama, maka akan timbullah yang dinamakan konflik. 2. Kepentingan Politik Faktor Politik, Faktor ini dapat menjadi salah satu kendala dalam mewujudkan sebuah kerukunan terutama kerukunan antar umat beragama. Sebuah kerukunan yang telah dibangun dengan dalam waktu lama bisa saja rusak karena dipengaruhi kepentingan politik.Kepentingan politik dapat ikut serta memengaruhi hubungan antaragama dan bahkan merusak hubungan antaragama, seperti yang sedang terjadi di Indonesia saat ini.Contohnya dalam Pilkada dimana isu agama seringkali digunakan untuk mengumpulkan kantong-kantong suara bagi calon-calon pemimpin di pilkada. 3. Sikap Fanatisme Sikap fanatisme timbul karena adanya kemajemukan sosial, sikap fanatik tak mungkin ada tanpa didahului perjumpaan dua kelompok sosial. Dalam kemajemukan itu manusia menemukan kenyataan bahwa ada golongannya.
Kemajemukan
itu
orang yang segolongan dan ada yang berada di luar kemudian
melahirkan
pengelompokan
"ingroup"
dan
"outgroup".Fanatisme dalam persepsi ini dipandang sebagai bentuk solidaritas terhadap orangorang yang sepaham, dan tidak menyukai kepada orang yang berbeda paham.Ketidaksukaan itu tidak berdasar argumen logis, tetapi sekedar tidak suka kepada sesseorang yang tidak segolongan.
Sikap fanatik itu merupakan hal yang bias dimana seseorang tidak dapat lagi
melihat masalah secara jernih dan logis, disebabkan karena adanya masalah dalam sistem persepsi. 2.3. SIKAP TERHADAP KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA
Ada beberapa sikap masyarakat dalam kaitannya dengan kerukunan antar umat beragama.Yaitu :sikap eksklusif, inklusif, dan pluralis. Tiga sikap ini dipengaruhi oleh pola pikir, pengalaman, visi serta kemampuan memahami perwujudan kasih bagi sesama manusia. Perbedaan pandangam dan sikap seseorang terhadap agama yang dianutnya dan dianut oleh orang lain, potensi konflik antar umat beragama menjadi sangat besar. Karena ekspresi keberagaman a. Eksklusivisme Eksklusivisme adalah pandangan yang mengatakan bahwa kebenaran dan keselamatan hanya ada di dalam agama Kristen, sedangkan tradisi agama lain di luar Kristen tidak mendatangkan keselamatan.Agama-agama lain di luar kekeristenan dianggap tidak dapat menyelamatkan, karena itu orang beragama lain harus dikristenkan. Eksklusivisme merupakan karakteristik dari kebanyakan kelompok Kristen yang konservatif, terutama kalangan Injili.Salah satu tokoh yang mewakili pandangan ini adalah Karl Barth.Eksklusivisme merupakan sikap yang hanya mengakui agamanya sebagai agama yang paling benar dan baik. Sifat fanatisme sempit seperti ini akan melahirkan berbagai konsekuensi, antara lain perpecahan, perseteruan antar umat beragama, dan konflik. Bentuk eksklusivisme merupakan pola umum yang ada di abad pertengahan dan makin menipis seiring dengan perkembangan paradigma berpikir dalam
masyarakat.Meskipun tak dapat disangkal bahwa sampai saat ini, sikap tersebut masih mendominasi kelompok kecil pemeluk agama-agama. b. Inklusivisme Inklusivisme adalah sikap atau pandangan yang melihat bahwa agama-agama lain di luar kekristenan juga dikarunia rahmat dari Allah dan bisa diselamatkan, namun pemenuhan keselamatan hanya ada di dalam Yesus Kristus.Kristus hadir dan berkeja juga di kalangan mereka yang mungkin tidak mengenal Kristus secara pribadi.Dalam pandangan ini, orang-orang dari agama lain, melalui anugerah atau rahmat Kristus, diikutsertakan dalam rencana keselamatan Allah. Inklusivisme terbagi dalam dua model, yakni model In Spiteof dan model By Meansof Model In Spiteof, walaupun melihat institusi agama lain sebagai hambatan untuk menerima keselamatan, tidak menolak bahwa ada kemungkinan bahwa orang-orang yang beragama lain dapat diselamatkan oleh anugerah atau rahmat dari Allah. Sementara itu model B y Meansof bersikap lebih positif terhadap agama lain. Model ini melihat bahwa Allah juga memberikan rahmat melalui Kristus di dalam agama-agama lain, dalam kepercayaan dan ritualritual agama lain tersebut. Karena rahmat dan kehadiran Kristus di dalam diri dan mealalui agama-agama lain, maka orang-orang beragama lain itu juga terorientasi ke dalam gereja Kristen, dan disebut sebagai "Kristen Anonim". Pandangan ini dikemukakan oleh Karl Rahner.Inklusivisme adalah sikap yang dapat memahami dan menghargai agama lain dengan eksistensinya, keselamatan. c. Pluralisme
tetapi
tetap
memandang
agamanya
sebagai
satu-satunya
jalan
menuju
Pluralisme, adalah padangan bahwa Allah, yang disebut sebagai "Yang Nyata" (The Real) dapat dikenal melalui bermacam-macam jalan.Semua agama menuju pada satu "Yang Nyata" (The Real) yaitu Allah.[6] Yesus Kristus dilihat sebagai salah satu dari jalan keselamatan di antara jalan-jalan keselamatan lain, bukan satu-satunya jalan keselamatan. John Hick adalah salah satu tokoh yang menggunakan pandangan ini. Menurut Hick, "Yang Nyata" sebenarnya adalah satu, namun7 dimaknai dalam berbagai simbol dan tradisi keagamaan yang berbeda-beda. Pandangan ini dinilai mengesampingkan keunikan dalam agama-agama karena semua agama disamakan. Pluralisme adalah sikap yang menerima, menghargai, dan memandang agama lain sebagai agama yang baik serta memiliki jalan keselamatan. Dalam perspektif pandangan seperti ini, maka tiap umat beragama terpanggil untuk membina hubungan solidaritas, dialog, dan kerjasama dalam rangka mewujudkan kehidupan yang lebih baik dan lebih berpengharapan.
2.4 CARA MENJAGA KERUKUNAN 1. Kerukunan dalam rumahtangga dapat dimulai di dalam keluarga kita masing-masing. Ciptakanlah tolerensi diantara sesame anggota keluarga karena jika didalam setiap keluarga tolerensi dapat terjalin dengan baik, dan dapat dirasakan dalam kehidupan masyarakat. 2. kerukunan dalam masyarakat dapat upayakan dalam bertanggung jawab setiap Orang Nilainilai serta norma-norma beretika dalam bermasyarakat perlu ditanamkan. Sejak seseorang masih kecil. Saling menghormati,menghindari menggunakan perkataan kasar yang dapat menyinggung perasaan orang lain adalah salah satu cara yang dapat kita lakukan agar kita bisa bermasyarakat dengan baik. 3. Kerukunan dalam berbudaya bangsa Indonesia adalah orang-orang yang arif serta bijaksana. Budaya serta tradisi dibuat agar kehidupan d alam masayarakat semakin lengkap.Karena sifat kemajemukan budaya bangsa Indonesia yang beranekaragam, maka kerukunan dalam
berbudaya juga perlu diperhatikan. Lain ladang lain belalang, lain daerah lain pula budayanya. Oleh karena itu jika kita bepergian kesuatu tempat yang memiliki budaya yang sangat berbeda dengan budaya dari mana kita berasal, maka sudah kewajiban kita dengan senang hati untuk menghormati serta mengikuti budaya setempat. 5 Menjunjung tinggi toleransi antar umat Beragama di Indonesia. Baik yang merupakan pemeluk Agama yang sama, maupun dengan yang be rbeda Agama. Rasa toleransibisaberbentukdalammacam-macamhal. Misalnyaseperti, pembangunan tempat ibadah oleh pemerintah, tidak saling mengejek dan mengganggu umat lain dalam interaksi sehariharinya, atau memberi waktu pada umat lain untuk beribadah bila memang sudah waktunya mereka melakukan ibadah. Banyak hal yang bias dilakukan untuk menunjukkan sikap toleransi. Hal ini sangat penting demi menjaga tal i kerukunan umat beragama di Indonesia, karena jika rasa toleransi antar umat beragama di Indonesia sudah tinggi, maka konflikkonflik yang mengatas namakan Agama di Indonesia dengan sendirinya akan berkurang ataupun hilang sama sekali. 6. Selalu siap membantu sesama dalam keadaan apapun dan tanpa melihat status orang tersebut. Jangan melakukan perlakuan diskriminasi terhadap suatu agama, terutama saat mereka membutuhkan bantuan.Misalnya, di suatu daerah di Indonesia mengalami bencana alam.Mayoritas penduduknya adalah pemeluk agama Kristen. Bagi Anda yang memeluk agama lain, jangan lantas malas dan enggan yang sedang kesusahan hanya karena perbedaan agama. Justru dengan membantu mereka yang kesusahan, kita akan mempererat tali persaudaraan sebangsa dan setanah air kita, sehingga secara tidak langsung akan memperkokoh persatuan Indonesia.
7. Hormatilah selalu orang lain tanpa memandang Agama apa yang mereka anut. Misalnya dengan selalu berbicara halus dan sopan kepada siapapun. Biasakan pula untuk menomor satu kan sopan santun dalam beraktivitas sehari-harinya, terlebih lagi men ghormati orang lain tanpa memandang perbedaan yang ada. Hal ini tentu akan mempererat kerukunan umat beragama di Indonesia. 8. Bila terjadi masalah yang membawa nama agama, tetap selesaikan dengan kepala dingin dan damai, tanpa harus saling tunjuk dan menyalahkan. Para pemuka agama, tokoh masyarakat, dan pemerintah sangat diperlukan peranannya dalam pencapaian solusi yang baik dan tidak merugikan pihak-pihak manapun, atau mungkin malah menguntungkan semua pihak.Hal ini diperlukan karena di Indonesia ini masyarakatnya sangat beranekaragam. 9. masyarakat kita sebenarnya semakin dewasa dalam menanggapi isu-isu atau provokasi provokasi. Mereka tidak lagi mudah disulut dan diadu domba serta dimanfaatkan, baik oleh pribadi maupun kelompok demi target dan tujuan politik tertentu. Meskipun berkali-kali masjid dan gereja diledakkan, tetapi semakin teruji bahwa masyarakat kita sudah biasa membedakan mana wilayah agama dan mana wilayah politik. Ini merupakan ujian bagi agama autentik (authentic religion) dan penganutnya.Adalah tugas bersama, yakni pemerintah, para pemimpin agama, dan masyarakat untuk mengingatkan para actor politik di negeri agar tidak memakai agama sebagai instrument politik dan tidak lagi menebar terror untuk mengadu domba antar penganut agama.
2.5
PERAN
KERUKUNAN
KELUARGA
DALAM
MEMBENTUK
SIKAP
YANG
MENJAGA
Hidup rukun di dalam suatu keluarga merupakan hal yang sangat penting karena di dalam menjalani hidup, manusia sendiri sebagai makhluk sosial selalu memerlukan bantuan dari orang lain, terutama dari keluarga terdekatnya.Tetapi dalam kehidupan keluarga, tidak jarang dijumpai bahwa ada diantara anggota keluarga tersebut yang tidak rukun atau terjadi permasalahan. Di dalam keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak ini pasti memiliki kepribadian yang berbeda-beda.Oleh karena itu kerukunan dapat dimulai di dalam keluarga, agar tercipta kehidupan yang harmonis, nyaman, dan tentram.Kerukunan tidak tercipta atau terpelihara begitu saja secara tiba-tiba tapi merupakan kesadaran dan usaha dari masing-masing anggota keluarga untuk bertanggung jawab menciptakan dan memelihara kerukunan. Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga kerukunan antar anggota keluarganya, diantaranya adalah : 1.
Menumbuhkan toleransi Toleransi dalam kehidupan keluarga sangatlah diperlukan, karena kerukunan didapatkan
dari adanya toleransi dari masing-masing anggota keluarga. Dengan adanya toleransi akan membuat anggota keluarga itu dapat terhindar dari konflik. Misalnya jika ada saudara yang berbeda keyakinan yang berkunjung maka haruslah disambut sebagaimana mestinya, terutama dalam hal makanan. 2. Mengajarkan untuk saling menghargai Dalam keluarga juga diperlukan adanya sikap saling menghargai.Misalnya antara adik dan kakak, orang tuanya harus mengajarkan sikap saling menghargai jika adik dan kakak ini terjadi
perbedaan
pendapat.Caranya
bukan
membiarkan
mereka
berkelahi
untuk
mempertahankan argumen mereka. Peran orang tua haruslah mengajarkan mereka, untuk dapat menerima dan menghargai pendapat orang lain.
3. Mengajarkan untuk saling menghormati Dalam hubungan antar anggota keluarga, seorang anak haruslah dapat menghormati orang tuanya, ataupun orang lain yang lebih tua darinya. Dengan ditumbuhkannya sikap menghormati ini di dalam keluarga, maka anak maupun orang tua tidak akan semena-mena dalam berinteraksi. Di keluarga merupakan tempat yang paling utama untuk mengajarkan kepada anak sikap saling menghormati. Contohnya seorang anak yang berada di sekolah wajib menghormati gurunya, dan juga teman-temannya agar tercipta suasana yang nyaman dalam proses belajarnya. 4. Menciptakan suasana yang nyaman Di dalam lingkungan keluarga, orang tua harus dapat melindungi dan memberikan rasa nyaman saat berada di rumah. Dengan seperti itu anak akan lebih betah dirumah dan tidak akan mencari perhatian dari luar karena rasa aman dan nyaman itu sudah ia dapatkan di rumah. Misalnya menyediakan fasilitas yang baik untuk keperluan anak dan anggota keluarga yang lainnya, memyempatkan diri untuk berkumpul bersama di suatu waktu senggang untuk sekedar bercanda dan berbagi kisah. 5. Memberikan dukungan penuh Seorang anak maupun orang tuanya sendiri pasti sangat senang jiga mendapat dukungan dari orang terkasihnya. Anak pasti akan merasa memiliki tertantang untuk melakukan yang terbaik agar dapat membahagiakan orang tuanya. Dukungan dapat memberikan motivasi untuk sukses. Contohnya saat seorang anak akan mengikuti lomba, yang sangat diinginkannya adalah seluruh orang yang dikasihinya dapat memberikan dukungan kepadanya. 6. Memahami hak dan kewajiban masing-masing
Anak dan orang tua masing-masing memiliki hak dan kewajiban. Dalam membina keluarga, orang tua haruslah memberikan hak yang akan diterima anak secara adil. Dengan begitu anak tidak akan merasa iri dan dengki terhadap saudaranya sendiri, mereka juga secara bertahap akan menjalankan kewajibannya di dalam keluarga itu. 7. Memperkuat kerukunan itu dengan komunikasi sesering mungkin Komunikasi di dalam keluarga sangatlah diperlukan, walaupun pada kenyataannya sekarang komunikasi itu sudah tergantikan oleh teknologi.Banyak orang tua yang sangat sibuk sampai melalaikan tugas dan tanggung jawabnya sebagai orang tua, mereka jarang mengetahui kabar anaknya dirumah karena kesibukannya itu.Seharusnya dalam mencapai kerukunan, orang tua harus lebih banyak waktu bersama anggota keluarganya agar komunikasi itu terjalin. Contohnya disaat liburan mengajak anak untuk berlibur, rekreasi, piknik, ataupun mengunjungi saudaranya yang lain.
2.6 CARA MEWUJUDKAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI INDONESIA
Kerukunan hidup umat beragama di Indonesia dipolakan dalam Trilogi Kerukunan yaitu: 1. Kerukunan intern masing-masing umat dalam satu agama Ialah kerukunan di antara aliranaliran / paham-paham /mazhab-mazhab yang ada dalam suatu umat atau komunitas agama.Kerukunan intern umat beragama berarti adanya kesepahaman dan kesatuan untuk melakukan amalan dan ajaran agama yang dipeluk dengan menghormati adanya perbedaan yang masih bisa ditolerir. Misal dalam protestan ada GBI, Pantekosta dsb. Dalam katolik ada Roma dan ortodoks.Dalam islam ada NU, Muhammadiyah, dsb. Hendaknya dalam intern masing-masing agama tercipta suatu kerukunan dan kebersatuan dalam masing-masing agama.
2. Kerukunan di antara umat / komunitas agama yang berbeda-beda ialah kerukunan di antara para pemeluk agama-agama yang berbeda-beda yaitu di antara pemeluk islam dengan pemeluk Kristen Protestan, Katolik, Hindu, dan Budha. Kerukunan antar umat beragama adalah menciptakan persatuan antar agama agar tidak terjadi saling merendahkan dan menganggap agama yang dianutnya paling baik.Ini perlu dilakukan untuk menghindari terbentuknya fanatisme ekstrim yang membahayakan keamanan, dan ketertiban umum. Bentuk nyata yang bisa dilakukan adalah dengan adanya dialog antar umat beragama yang didalamnya bukan membahas perbedaan, akan tetapi memperbincangkan kerukunan, dan perdamaian hidup dalam bermasyarakat. Intinya adalah bahwa masing-masing agama mengajarkan untuk hidup dalam kedamaian dan ketentraman. 3. Kerukunan antar umat / komunitas agama dengan pemerintah Ialah supaya diupayakan keserasian dan keselarasan di antara para pemeluk atau pejabat agama dengan para pejabat pemerintah dengan
saling memahami dan menghargai
tugas masing-masing dalam
rangka membangun masyarakat dan bangsa Indonesia yang beragama.Terakhir adalah kerukunan umat beragama dengan pemerintah, maksudnya adalah dalam hidup beragama, masyarakat tidak lepas dari adanya aturan pemerintah setempat yang mengatur tentang kehidupan bermasyarakat. Masyarakat tidak boleh hanya mentaati aturan dalam agamanya masing-masing, akan tetapi juga harus mentaati hukum yang berlaku di negara Indonesia. Bahwasanya Indonesia itu bukan negara agama tetapi adalah negara bagi orang yang beragama. Menciptakan kerukunan umat beragama baik di tingkat daerah, provinsi, maupun pemerintah merupakan kewajiban seluruh warga negara beserta instansi pemerintah lainnya. Mulai dari tanggung jawab mengenai ketenteraman, keamanan,
dan ketertiban termasuk memfasilitasi
terwujudnya kerukunan umat beragama, menumbuh kembangkan keharmonisan saling pengertian, saling menghormati, dan saling percaya di antara umat beragama bahkan menertibkan rumah ibadah. Wujud nyata sikap kerukunan antar umat beragama berdasarkan trilogi diatas adalah sebagai berikut 1. Saling hormat menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya. 2. Saling hormat menghormati dan bekerja sama intern pemeluk agama, antar berbagai golongan agama dan umat-umat beragama dengan pemerintah yang sama-sama bertanggung jawab membangun bangsa dan Negara. 3. Saling tenggang rasa dan toleransi dengan tidak memaksa agama kepada orang lain. Sikap tenggang rasa, menghargai, dan toleransi antar umat beragama merupakan indikasi dari konsep trilogi kerukunan.
2.7 KERUKUNAN DALAM HUMA BETANG
Huma Betang adalah rumah adat masyarakat Kalimantan Tengah. Rumah yang dibangun dengan cara gotong royong ini berukuran besar dan panjang mencapai 30 – 150 meter , lebarnya antara 10-30 meter , bertiang tinggi antara 3-4 meter dari tanah. Penghuni Huma Betang bisa mencapai seratus bahkan dua ratus jiwa yang merupakan satu keluarga besar dan dipimpin oleh seorang Bakas lewu atau Kepala Suku. Huma Betang dibuat tinggi dengan maksud untuk menghindari dari banjir, serangan musuh, dan juga binatang buas. Lantai dan dindingnya terbuat dari kayu , sedangkan dibagian atap terbuat dari sirap. Kayu yang dipilih untuk membangun Huma Betang ini ialah kayu ulin selain ati rayap , kayu ulin mampu bertahan hingga ratusan tahun. Huma Betang atau rumah Betang merupakan rumah yang panjangnya rata-rata 30 — 150
meter, dengan material hampir seluruhnya terbuat dari kayu dengan resistensi tinggi terhadap cuaca. Tinggi tiangnya mencapai 2 — 3 meter dari permukaan tanah. Ia dihuni oleh 100 — 200 orang (Depdikbud 1978). Pada masa lalu, huma betang telah mengemban fungsi ideal sebagai tempat berlindung (shelter) bagi masyarakat suku Dayak. Selain fungsi tersebut, ia juga merupakan sarana pemupukan nilai-nilai budaya komunal dengan ikatan solidaritas dan toleransi yang tinggi bagi sesama penghuninya. Didirikannya huma betang (Kalimantan Tengah) secara analitis setidaknya atas dasar naluriah manusiawi manusia akan kebutuhan terhadap rasa aman dari berbagai ancaman eksternal. Ancaman eksternal tersebut berupa serangan binatang buas — untuk itu didirikan agak tinggi, 2 — 3m, serangan cuaca (banjir), lebih mudah memantau serangan musuh (bdk.Coomans 1987; Depdikbud 1978) (asang dan kayau), dan pemerolehan sirkulasi udara pada kolong rumah yang memadai.Di samping itu, pada bagian kolongnya yang tinggi tersebut tercermin berbagai kegiatan komunal (kegiatan milik umum) yang terpadu, misalnya sebagai tempat anak-anak bermain, para ibu bercengkerama dan sebagai tempat pengolahan hasil pertanian manakala musim panen tiba. Proses hidup dan berkehidupan berawal dari huma betang, yang di dalamnya telah diatur sedemikian rupa agar tercipta kehidupan yang selaras, serasi dan seimbang, antara sesama penghuni, dengan masyarakat lainnya, dengan alam, serta dengan Sang Pencipta. Ruang-ruang komunal (Ruang ruang milik umum atau publik) yang tercipta mengedepankan transformasi nilai-nilai etik dan kebudayaan yang egaliter (sederajat).Hal ini dapat dilihat dari fungsionalitas interior yang diperuntukkan bagi kebutuhan tersebut, misalnya terdapat ruang untuk bermusyawarah dan berinteraksi (ruang publik), kamar-kamar penghuni (ruang privat), los-los serta bagian dapur sebagai tempat pemenuhan kebutuhan penghuninya.Di
dalamnya terdapat aturan-aturan (biasanya tidak tertulis) dan berupa pantangan-pantangan (pamali) sebagai bimbingan moral (moral guidance) yang mendorong penghuninya harus sadar untuk melakukan dan tidak boleh melakukan sesuatu yang melanggar norma-norma yang luhur dan menjunjung tinggi nilai moral dan etika. Huma Betang tidak saja sebagai simbol kebudayaan Dayak atas transformasi nilai-nilai dan kebudayaan yang diwarisi kepada generasi kini, Huma Betang sekaligus merupakan kearifan tradisional masa lalu yang memberikan sumbangsih bagi tatanan dan refleksi atas pengelolaan sistem kehidupan yang majemuk pada masa kini. Huma Betang sebagai falsafah hidup memandang perbedaan sebagai mozaik bagi kekayaan — kekayaan huma betang yang multidimensi dengan aneka latar belakang, agama, dan status sosial penghuninya.Kehidupan yang tiada membeda-bedakan, egaliter, dan perspektif gender yang dulu didengungkan. Kalimantan Tengah memiliki tidak hanya budaya yang sangat beragam tetapi juga agama, suku dan bahasa, Waalaupun demikian masyarakat Dayak Penduduuk asli Kalimantan Tengah tetap menjaga persatuan agar perbedaan yang ada tidak menjadi masalah bagi mereka. Adanya sikap toleransi di Kalimantan Tengah karena masyarakat yang masih menjunjung dan menghayati Falsafah hidup Budaya Huma Betang.Falsafah hidup budaya Hidup Huma Betang tertuang dalam Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 16 Tahun 2008 tentang Kelembagaan Adat Dayak di Kalimantan Tengah, Pasal 10 Ayat 2 Huruf e yang berbunyi “.....selalu mengingatkan dan mendorong agar seluruh warga masyarakat adat Dayak ikut bertanggung jawab dalam menjaga, melestarikan, mengembangkan, dan membudayakan falsafah hidup budaya Huma Betang atau Belom Bahadat. Falsafah hidup budaya Hidup Huma Betang dapat diartikan sebagai ‘di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung’. Falsafah hidup Huma Betang memiliki kedudukan penting
dalam kehidupan masyarakat suku Dayak, dimana konteks kebudayaan masa lampau dipahami bersama dan dipegang sebagai falsafah bersama dalam kehidupan masyarakat di Kalimantan Tengah. Budaya Huma Betang atau Belom Bahadat merupakan sikap hidup yang menjunjung tinggi norma, serta sifat toleran dan saling menghargai. Hal ini sejalan dengan penjelasan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 16 Tahun 2008 Pasal 10 Ayat 2 Huruf e mengenai pengertian falsafah hidup budaya Huma Betang atau Belom Bahadat adalah perilaku hidup yang menjunjung tinggi kejujuran, kesetaraan, kebersamaan dan toleransi serta taat pada hukum (hukum negara, hukum adat dan hukum alam). Apabila telah mampu melaksanakan perilaku hidup Belom Bahadat, maka akan teraktualisasi dalam wujud belom bahadat hinje simpei yaitu hidup berdampingan, rukun dan damai untuk kesejahteraan bersama. Budaya Huma Betang sebagai kearifan lokal mengandung nilai-nilai positif yang dapat mendukung pembinaan rasa persatuan dan kesatuan bangsa di tengah masyarakat Indonesia yang multikultural, secara khusus penduduk di Kalimantan Tengah yang juga multikultural.Huma Betang memiliki nilai nilai kehidupan yang sangat dalam dan mendasar dalam kehidupan saat ini, nilai nilai terebut antara lain adalah : 1. Hidup rukun dan damai walaupun terdapat banyak perbedaan.
Huma Betang dihuni oleh 1 keluarga besar yang terdiri dari berbagai agama dan kepercayaan, namun mereka selalu hidup rukun dan damai.Perbedaan yang ada tidak dijadikan alat pemecah diantara mereka.Seiring dengan berkembangnya zaman , masyarakat Dayak sudah mulai meninggalkan rumah adatnya dan beralih kepada tempat tinggal yang lebih modern. Walaupun demikian keharmonisan tidak hanya terjadi di Huma Betang. Tetapi di dalam masyarakat yang selalu menjaga keharmonisan itu dengan cara saling hormat menghormati dan juga sikap toleransi.
2. Bergotong Royong.
Perbedaan yang ada tidak membuat penghuni Huma betang memikirkan kelompoknya sendiri. Mereka salalu bahu-membahu dalam melakukan sesuatu, misalnya apabila ada kerusakan di Huma Betang .mereka bersama-sama memperbaikinya , tidak memandang agama ataupun suku. Tidak hanya di Huma Betang,tetapi masyarakat juga dapat bahu-membahu dalam membangun daerahnya tidak memandang suku bahkan agama. 3. Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan kekeluargaan.
Pada dasarnya setiap penghuni rumah menginginkan kedamaian dan kekeluargaan. Apabila ada perselisihan akan di cari pemecahnya dengan cara damai dan kekeluargaan. Begitu pula di Huma Betang , masyarakat Dayak cinta damai dan mempunyai rasa kekeluargaan yang tinggi. 4. Menghormati Leluhur.
Setelah masuknya agama-agama baru seperti Hindu, Kristen, dan Islam, banyak masyarakat Dayak berganti kepercayaan.Walaupun demikian masih ada sebagian dari mereka yang menganut agama nenek moyang yaitu Kaharingan. Untuk menghormati leluhur mereka , masyarakat suku Dayak melakukan upacara adat. Upacara adat tersebut terdiri dari ritual membongkar makam leluhur dan membersihkan tulang belulangnya untuk kemudian disimpan di dalam sanding yang telah dibuat bersama-sama.
2.8 PANDANGAN ALKITAB TENTANG KERUKUNAN
Dalam komunitas yang terdiri dari berbeda-beda kebudayaan dan latar belakang memang sulit untuk mendapatkan kerukunan dan menyatukan pikiran.Juga dalam gereja, yang terdiri dari berbagai-bagai latar belakang, sulit untuk merukunkan walaupun sama-sama percaya kepada Yesus.Alkitab menyatakan bahwa kerukunan itu bukan berasal dari kita tapi diberikan oleh
Tuhan (karunia).Manusia yang berdosa sulit untuk rukun, tetapi oleh berkat Tuhan bisa rukun.Jadi semua hal-hal baik dalam kehidupan Kristiani adalah pemberian Tuhan. Supaya terwujudnya kerukunan itu kita harus: meminta kepada Tuhan dan berdoa. Kunci meminta dan berdoa kepada Tuhan yaitu percaya, dengan iman. Dalam Alkitab, mengenai kerukunan antar umat beragama terdapat pada beberapa nats, yaitu : -Mazmur 133:1-3 (1) Nyanyian ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! (2) Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. (3) Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya. Dalam Mazmur 133:1-3 ini menyatakan bahwa kerukunan itu baik dan indah. Di mana setiap orang dapat merasakan kebaikan dari kerukunan bagi dirinya sendiri, bagi satu dengan yang lainnya menjadi berkat bukan menjadi batu sandungan, dan kerukunan itu merupakan berkat Tuhan yang akan menjadikan orang-orang merasakan kedamaian d an kebahagiaan. -Amsal 10:12, Kebencian menimbulkan pertengkaran, tetapi kasih menutupi segala pelanggaran. Dalam ayat ini kita diingatkan bahwa kerukunan atau harmoni dalam kehidupan tidak pernah terjadi dengan sendirinya atau otomatis melainkan harus diusahakan secara sengaja dan serius. Bagaimanapun kondisi hati kita maka akan mempengaruhi sikap dan tindakan kita. Hati yang dipenuhi rasa benci, walaupun tidak kita perlihatkan, akan membawa dampak hubungan yang rusak dengan orang lain. Sebaliknya hati yang diliputi kasih justru akan melakukan segala hal yang diperlukan agar terjalin hubungan yang sehat. Satu hal yang dapat menciptakan
kerukunan yaitu dengan sikap saling menerima dan saling menghormati dalam keunikan dan kepribadian masing-masing. Dalam Ayat yang lain juga dijelaskan tentang panndangan Alkitab mengenai kerukunan yaitu pada : - Roma 15:7. "Oleh sebab itu terimalah satu akan yang lain sama seperti Yesus menerima kita." Kita semua orang berdosa, kita yang seharusnya binasa tetapi Yesus merangkul kita.Tuhan menerima semua suku, semua kaum dan bahasa. Untuk itu kita harus bisa menerima satu akan yang lain, supaya terwujud kerukunan dan berkat-berkat-Nya Tuhan perintahkan kepada kita. - Imamat 19:33-34 - (33) Apabila seorang asing tinggal padamu di negerimu, janganlah kamu menindas dia. (34) Orang asing yang tinggal padamu harus sama bagimu seperti orang Israel asli dari antaramu, kasihilah dia seperti dirimu sendiri, karena kamu juga orang asing dahulu di tanah Mesir; Akulah TUHAN, Allahmu. Dalam ayat ini menjelaskan bahwa jika ada orang asing yang tinggal di dalam rumah kita sekalipun orang itu berbeda keyakinan, maka haruslah kita berbuat baik dan hidup rukun agar tidak terjadi perselisihan dan tidak ada perbuatan-perbuatan yang akan menyakiti perasaan orang lain. Tuhan juga menginginkan kita unuk selalu hidup rukun dengan siapapun juga walaupun orang itu berbeda keyakinan. Kita sebagai orang Kristen diajarkan untuk tidak memilih-milih teman untuk berhubungan, melainkan akan selalu mencoba untu hidup rukun dan bertoleransi dengan sesama. Pada beberapa bagian dari Alkitab ini memberikan penjelasan mengenai bagaimana perlakuan umat Allah yang semestinya terhadap kelompok orang yang berbeda dari mereka, yaitu dengan menyatakan kasih persaudaraan kepada mereka. Pada contoh lain yang terdapat dalam Perjanjian Baru yaitu Kisah orang Samaria yang murah hati (Luk 10:29-37).
Cerita ini begitu dikenal mengingat latar belakang konflik yang terjadi antara orang Yahudi dan orang Samaria saat itu. Sejarah mencatat bahwa terjadi lebih dari satu kali konflik yang ada kekerasan dan penindasan antara orang Yahudi dan orang Samaria. Dimana orang-orang Yahudi tidak ingin berhubungan dengan orang-orang Samaria, mereka sama sekali tidak ingin untuk menginjakkan kakinya di tanah orang Samaria. Bangsa Samaria dianggap sebagai bangsa yang tidak berkenan dihadapan Tuhan.Tetapi menariknya adalah Yesus menceritakan seorang Samaria yang menolong orang yang dirampok para penjahat yang sangat besar kemungkinan adalah orang Yahudi, seorang yang adalah musuh bangsanya maupun agamanya. Maka di sini jelas Tuhan Yesus mengajarkan bahwa di dalam hal menolong atau berbuat baik kepada orang lain, perbedaan agama/kepercayaan tidak boleh menjadi halangan. - Gal 6:10 - Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman. Dasar-dasar Alkitab bagi kehidupan manusia yang bertoleransi dengan orang-orang beragama lain. Dengan demikian seorang Kristen haruslah orang yang bisa hidup bertoleransi dan rukun dengan kelompok-kelompok lain yang seiman maupun yang berbeda keyakinan.
Hukum kasih
Hukum kasih adalah hukum yang menjadi pedoman setiap umat Kristen dalam menjalani kehidupan.Hukum Kasih ini ditetapkan oleh Yesus Kristus.Hukum Kasih menjadi dasar umat Kristen dalam mewujudkan kerukunan termasuk kerukunan umat beragama. Hukum Kasih tercantum didalam Matius 22 : 36-40 yang berbunyi : “(36) "Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?" (37) Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. (38)
Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. (39) Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. (40) Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." Hukum yang pertama dan terutama adalah :”Mengasihi Allah”. Sedangkan hukum yang kedua adalah “Mengasihi sesamamu manusia.” Yesus menegaskan bahwa hukum yang kedua adalah “sama dengan itu” yaitu sama dengan hukum yang pertama, jadi hukum yang kedua juga adalah hukum yang sama-sama pentingnya. Apabila kasih sudah ada di hati setiap orang percaya maka akan mampu melaksanakan perintah-perintah itu. Tuhan Yesus mengajarkan untuk saling mengasihi, termasuk mengasihi seorang musuh seperti yang terdapat dalam Matius 5:43-44: (43) Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. (44) Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. (45) Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Dengan mewujudkan kasih kristus dalam kehidupan orang percaya dapat menciptakan kerukunan baik sesama orang percaya maupun yang berbeda keyakinan.Karena Tuhan mengajarkan bahwa kasih itu berlaku bagi semua orang tanpa memandang perbedaan yang ada.Dalam pengajaran Yesus tentang kasih terdapat unsur pengakuan terhadap keterikatan manusia secara keseluruhan sebagai anak-anak Bapa. Kasih memikirkan yang baik bagi orang lain bukan hanya mementingkan diri sendiri. Dengan demikian hubungan manusia dengan Allah maupun dengan sesamanya akan baik.
BAB III KESIMPULAN Dari pembahasan dalam makalah ini, dapat kami simpulkan berbagai macam bahasan mengenai kerukunan antar umat beragama, yaitu : 1. Kerukunan (dari ruku,bahasa Arab, artinya tiang atau tiang-tiang yang menopang rumah; penopang yang memberi kedamaian dan kesejahteraan kepada penghuninya) secara luas bermakna adanya suasana persaudaraan dan kebersamaan antarsemua orang walaupun mereka berbeda secara suku, agama, ras, dan golongan. 2. Kendala-kendala dalam mewujudkan kerukunan umat beragama yaitu, rendahnya sikap toleransi, agama dijadikan sebagai kepentingan politik dan adanya sikap 3. Tiga sikap masyarakat terhadap kerukunan umat beragama di Indonesia yaitu sebagai berikut : a. Eksklusivisme Eksklusivisme adalah pandangan yang mengatakan bahwa kebenaran dan keselamatan hanya ada di dalam agama Kristen, sedangkan tradisi agama lain di luar Kristen tidak mendatangkan keselamatan. b. Inklusivisme Inklusivisme adalah sikap atau pandangan yang melihat bahwa agama-agama lain di luar kekristenan juga dikarunia rahmat dari Allah dan bisa diselamatkan, namun pemenuhan keselamatan hanya ada di dalam Yesus Kristus. c. Pluralisme
Pluralisme, adalah padangan bahwa Allah, yang disebut sebagai "Yang Nyata" (The Real) dapat dikenal melalui bermacam-macam jalan.Semua agama menuju pada satu "Yang Nyata" (The Real) yaitu Allah. 4. Solusi dalam menjaga kerukunan : a. Kerukunan dalam rumah tangga dapat dimulai di dalam keluarga.Ciptakanlah tolerensi diantara sesama anggota keluarga karena jika didalam setiap keluarga tolerensi dapat terjalin dengan baik, dan dapat dirasakan dalam kehidupan masyarakat. b. Kerukunan dalammasyarakat dapat upayakan dalam bertanggung jawab setiap Orang Nilai-nilai serta norma-norma beretika dalam bermasyarakat perlu ditanamkan c. apabila pergi kesuatu tempat yang memiliki budaya yang sangat berbeda, maka sudah kewajiban untuk dengan senang hati menghormati serta mengikuti budaya setempat. d. Menjunjung tinggi toleransi antar umat Beragama di Indonesia. e. Selalu siap membantu sesama dalam keadaan apapun dan tanpa melihat status orang tersebut. f.
Hormatilah selalu orang lain tanpa memandang Agama apa yang mereka anut.
g. Masyarakat kita sebenarnya semakin dewasa dalam menanggapi isu-isu atau provokasi-provokasi. 5. Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga kerukunan antar anggota keluarganya, diantaranya adalah : a.
Menumbuhkan toleransi
b. Mengajarkan untuk saling menghargai c. Mengajarkan untuk saling menghormati d. Menciptakan suasana yang nyaman e. Memberikan dukungan penuh. f.
Memahami hak dan kewajiban masing-masing
g. Memperkuat kerukunan itu dengan komunikasi sesering mungkin 6. Secara teoritis cara mewujudkan kerukunan hidup umat beragama di Indonesia dipolakan dalam Trilogi Kerukunan yaitu,Kerukunan intern masing-masing umat dalam satu agama, Kerukunan di antara umat / komunitas agama yang berbeda-beda, dan Kerukunan antar umat / komunitas agama dengan pemerintah. 7. Kerukunan dalam huma betang yaitu :Hidup rukun dan damai walaupun terdapat banyak perbedaan,
bergotong-royong,
menyekesaikan
perselisihan
dengsn
damai
dan
kekeluargaan, setra menghormati leluhur. 8. Dalam Alkitab, mengenai kerukunan antar umat beragama terdapat pada beberapa nats, yaitu : -Mazmur 133:1-3 - Roma 15:7. - Imamat 19:33-34 - Gal 6:10 - Dan Hukum kasih yang menjadi pedoman setiap umat Kristen dalam menjalani kehidupan.