MAKALAH KLASIFIKASI HADITS
Oleh : Kelompok 1 Rifdah Adilah A. A. Sofyan / 5!11"#$
FAK%LTAS DAK&AH DA' KOM%'IKASI %I' ALA%DDI' MAKASSAR $15
(A( I )*'DAH%L%A' A La+a, (elakanPada awalnya Rasulullah S.A.W melarang sahabat untuk menulis hadits, karena dikhawatirkan bercampur baur penulisannya dengan Al-Qur'an. Perintah untuk menuliskan hadis yang pertama kali oleh khaliah !mar bin Abdul A"is. #eliau menulis surat kepada gubernur di madinah yaitu Abu #akar bin $uhammad bin Amr %a"m Al-Alsory untuk membukukan hadits. Sedangkan ulama yang pertama kali mengumpulkan hadis adalah Arroby bin Sobiy dan Said bin Abi Arobah. Akan tetapi pengumpulan hadits tersebut masih acak &tercampur antara yang sohih dengan dhoi, dan perkataan para sahabat. Sebagian orang bingung termasuk kelompok kami melihat (umlah pembagian hadits yang banyak dan beragam. )etapi kebingungan itu kemudian sedikit men(adi hilang setelah melihat pembagian hadits yang ternyata dilihat dari berbagai tin(auan dan berbagai segi pandangan, bukan hanya dari satu segi pandangan sa(a. %adis memiliki beberapa cabang dan masing-masing memiliki pembahasan yang unik dan tersendiri diantaranya* %adits dapat ditin(au dari segi (umlah perawinya &kuantitasnya, semakin banyak orang yang meriwayatkan suatu hadits maka semakin +alid hadits tersebut dari segi kuantitas. uantitas perawinya mulai dari sahabat, tabiin sampai kepada perawi yang meriwayatkan suatu hadits dalam (umlah yang seimbang pada setiap tingkatan (thabaqat). engan (umlah yang banyak dan seimbang tersebut, maka mustahil mereka menurut kebiasaan akan berbohong, /amun ada (uga hadits yang diriwayatkan oleh sedikit orang, sehingga mengurangi +aliditas hadits tersebut. $aka berdasarkan (umlah perawinya ini, hadits men(adi bertingkat- tingkat, mulai dari tingkat atas yang paling diterima sampai yang cukup hanya diterima. %adits-hadits yang mutawattir yang tergolong hadits yang ma0bul dan wa(ib diterima dan diamalkan, sedangkan hadits masyhur atau hadits Ahad, maka ia bisa sa(a berstatus shahih, hasan, ataupun dhai, tergantung kualitas masing-masing hadits tersebut.
( Rman Maalah ari uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah #agaimanakah hadits ditin(au dari segi kuantitasnya, yaitu* A %adits $utawatir # %adits Ahad
0 Tan )enlian ita dapat memahami pengertian dan macam dari hadits $utawatir dan hadits Ahad dan (uga dapat mengetahui pembagian hadits ini, dengan itu kita bisa memilah dan memilih hadits yang dapat diterima dan sekaligus bisa di(adikan sebagai landasan suatu hukum. #ahkan ketika ada suatu hadits yang masuk dalam kategori mutawatir, kita dituntut untuk meyakini kebenarannya.
(A( II
)*M(AHASA' A. )em2a-ian Hadi+ da,i e-i Kan+i+a 3)e,a4inya Para ulama hadits berbeda pendapat tentang pembagian hadits ditin(au dari aspek kuantitas atau (umlah perawi yang men(adi sumber berita. iantara mereka ada yang mengelompokkan men(adi tiga bagian, yakni hadits mutawatir, masyhur, dan ahad. Ada (uga yang membaginya men(adi dua, yakni hadits mutawatir dan hadits ahad. !lama golongan pertama, men(adikan hadits masyhur berdiri sendiri, tidak termasuk ke dalam hadits ahad, ini dilandasi oleh sebagian ulama ushul seperti diantaranya, Abu #akr Al-1ashshash &234-253 %. Sedangkan ulama golongan kedua diikuti oleh sebagian besar ulama ushul &ushuliyyun dan ulama kalam &mutakallimun. $enurut mereka, hadits masyhur bukan merupakan hadits yang berdiri sendiri, tetapi hanya merupakan bagian hadits ahad. $ereka membagi hadits ke dalam dua bagian, yaitu hadits mutawatir dan ahad. 6. %adits $utawatir a. Pengertian %adits $utawatir Secara etimologi, kata mutawatir berarti $utatabi &beriringan tanpa (arak. alam terminologi ilmu hadits, ia merupakan hadits yang diriwayatkan oleh orang banyak, dan berdasarkan logika atau kebiasaan, mustahil mereka akan sepakat untuk berdusta. Periwayatan seperti itu terus menerus berlangsung, semen(ak thaba0at yang pertama sampai thaba0at terakhir. Seperti redaksi berikut*
; CD EF> DG 8 ; 7< 9 ;: < H ;: I ; J KL;7M ;N ; L; X 78 ; 7Y < ; H V ; @ B ; O>I > ? ; ; ; =>? T G U H DG ;` => ;7 H V>` H Z[>B ;CD E: ;L; \ ]H ^ H_ ; C D
Artinya* “Hadits yang didasarkan pada panca indra (dilihat atau didengar) yang diberitakan oleh segolongan orang yang mencapai jumlah banyak yang mustahil menurut tradisi mereka sepakat bohong.”
!lama muta0addimin berbeda pendapat dengan ulama mutaakhirin tentang syarat-syarat hadits mutawatir. !lama muta0addimin berpendapat bahwa hadits mutawatir tidak termasuk dalam pembahasan ilmu isnad al-
hadits, karena ilmu ini membicarakan tentang shahih tidaknya suatu khabar, diamalkan atau tidak, adil atau tidak perawinya. Sementara dalam hadits mutawatir masalah tersebut tidak dibicarakan. 1ika sudah (elas statusnya sebagai hadits mutawatir, maka wa(ib diyakini dan diamalkan. b. Syarat %adits $utawatir 6. %adits $utawatir harus diriwayatkan oleh se(umlah besar perawi dan dapat diyakini bahwa mereka tidak mungkin sepakat untuk berdusta. !lama berbeda pendapat tentang (umlah minimal perawi. Al-Qadhi Al-#a0ilani menetapkan bahwa (umlah perawi hadits mutawatir sekurang-kurangnya 4 orang, alasannya karena (umlah /abi yang mendapat gelar !lul A"mi se(umlah 4 orang. Alstikhari menetapkan minimal 63 orang, karena 63 itu merupakan awal bilangan banyak. emikian seterusnya sampai ada yang menetapkan (umlah perawi hadits mutawatir sebanyak 53 orang. f. Adanya keseimbangan antara perawi pada thaba0at pertama dan thaba0at berikutnya. eseimbangan (umlah perawi pada setiap thaba0at merupakan salah satu persyaratan. 2. #erdasarkan tanggapan pancaindra #erita yang disampaikan para perawi harus berdasarkan panca indera. Artinya, harus benar-benar dari hasil pendengaran atau penglihatan sendiri. leh karena itu, apabila berita itu merupakan hasil renungan, pemikiran, atau rangkuman dari suatu peristiwa lain, atau hasil istinbath dari dalil yang lain, maka tidak dapat dikatakan hadits mutawatir.
c. $acam-$acam %adits $utawatir 6. %adits $utawatir a"hi, yaitu hadits yang diriwayatkan dengan laa" dan makna yang sama, serta kandungan hukum yang sama. ontoh $utawatir a"hi*
G ;: F D 9M ; < ; j 7 CD < > < ; ; H q H ; [ Y ; ; ;< :L; Z >
Artinya* “Barang siapa yang mendustakan atas namaku, maka hendaklah bersiap-siap bertempat tinggal di neraka.”
&%R. Al-
#ukhari, $uslim, Ahmad, At-)irmid"i, An-/asai, dan Abu awud $enurut bnu Ash-Shalah hadits di atas diriwayatkan lebih 53 orang shahabat, 63 diantaranya para shahabat yang digembirakan /abi masuk surga, bahkan An-/awawi dalam yarah !uslim memberitakan, bahwa (umlah perawi mencapai f33 orang shahabat, tetapi hal tersebut dibantah oleh Al-ra0i karena (umlah itu termasuk hadits kemutlakan bohong. Pendapat yang lebih kuat adalah pendapat yang pertama. f. %adits $utawatir $anawi, yaitu hadits mutawatir yang berasal dari berbagai hadits yang diriwayatkan dengan laa" yang berbeda beda, tetapi (ika disimpulkan mempunyai makna yang sama tetapi laa"nya tidak. $isalnya hadits tentang mengangkat kedua tangan dalam berdoa. alam penelitian As-Suyuthi terdapat 633 periwayatan yang men(elaskan bahwa /abi mengangkat kedua tangannya ketika berdoa dalam beberapa kondisi yang berbeda, seperti dalam shalat istisqo", pada saat ada hu(an angin ribut, dalam suatu pertempuran, dan lain-lain. $aka disimpulkan bahwa mengangkat kedua tangan dalam berdoa muta#atir melihat keseluruhan periwayatan dalam kondisi yang berbeda tersebut. 2. $utawatir Amali, yaitu amalan agama &ibadah yang diker(akan oleh /abi $uhammad SAW, kemudian diikuti oleh para shahabat, kemudian diikuti lagi oleh )abiin, dan seterusnya, diikuti oleh generasi
sampai
sekarang.
$isalnya,
berita-berita
yang
men(elaskan tentang shalat baik waktu dan rakaatnya, shalat (ena"ah, "akat, ha(i, dan lain-lain yang telah men(adi i(ma para ulama.
$engingat syarat-syarat hadits mutawatir sangat ketat, terutama hadits mutawatir la"hi, maka bn %ibban dan Al-%a"imi menyatakan bahwa hadits mutawatir la"hi tidak mungkin ada. Pendapat mereka dibantah oleh bn Shalah. ia menyatakan bahwa hadits mutawatir &termasuk yang la"hi memang ada, hanya (umlahnya sangat terbatas. $enurut bn %a(ar Al-As0olani, %adits mutawatir (umlahnya banyak, namun untuk mengetahuinya harus dengan cara menyelidiki riwayat-riwayat hadits serta kelakuan dan siat perawi, sehingga dapat diketahui dengan (elas kemustahilan perawi untuk sepakat berdusta terhadap hadits yang diriwayatkannya. d. itab-itab %adits $utawatir, antara lain sebagai berikut* 6. $l-$%haar $l-!utanaatsirah &i $l-$khbaar $l-!uta#aatirah, karya As-Suyuthi. f. 'ath& $l-$%haar, karya As-Suyuthi. 2. a%hm $l-!utanaatsir min $l-Hadiits $l-!uta#aatir, karya $uhammad bin 1aar Al-attani. . $l-a"aalii $l-!utanaatsirah &i $l-$haadiits $l-!uta#aatirah, karya $uhammad bin )hulun Ad-imasy0i. f. %adits Ahad ata ahad merupakan bentuk plural dari kata wahid. ata wahid berarti satuv (adi, karena ahad berarti satuan, yakni angka bilangan dari satu sampai sembilan. $enurut istilah hadits ahad berarti hadits yang diriwayatkan oleh orang perorangan, atau dua orang atau lebih akan tetapi belum cukup syarat untuk dimasukkan kedalam kategori hadits mutawatir. Artinya, hadits ahad adalah hadits yang (umlah perawinya tidak sampai pada tingkatan mutawatir. Pembagian hadits ahad ada 2 macam, yaitu hadits, masyhur, a"i", dan gharib. a. %adits $asyhur Secara bahasa, masyhur diartikan tenar, terkenal, dan menampakkan. alam istilah hadits masyhur terbagi dua macam, yaitu*
6. $asyhur shthilahi, hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang lebih pada setiap tingkatan &thaba0ah pada beberapa tingkatan sanad tetapi tidak mencapai kriteria mutawatir. f. $asyhur hayr shthilahi, hadits yang populer pada ungkapan lisan ¶ ulama tanpa ada persyaratan yang deiniti. Artinya hadits yang populer atau terkenal dikalangan golongan atau kelompok orang tertentu, sekalipun (umlah periwayat dalam sanad tidak mencapai 2 orang atau lebih. ontoh hadits yang populer &masyhur dikalangan ulama ikih sa(a*
; <= > 9 9 C 7 9G 9 7 8 6 ?; = @ 9 < = E 9 <? B ?8
Artinya* Halal yang dimurka $llah adalah talak.” &%R. Al%akim b. %adits A"i" Secara bahasa, a"i" diartikan langka, sedikit, dan kuat. arena sedikit atau langkanya atau terkadang posisinya men(adi kuat ketika di datangkan sanad lain. %adits a"i" adalah hadits yang diriwayatkan oleh dua orang perawi
pada seluruh tingkatan &thaba0at sanad atau walaupun dalam satu tingkatan sanad sa(a. $isalnya dikalangan shahabat hanya terdapat dua orang yang meriwayatkannya, atau hanya dikalangan tabiin sa(a yang terdapat dua orang perawi sementara dikalangan shahabat hanya terdapat satu orang sa(a. 1adi, pada salah satu tingkatan sanad hadits tersebut didapatkan tidak kurang dari dua orang perawi atau satu tingkatan sanad yang terdiri dari dua orang. c. %adits harib Secara bahasa, berarti sendirian, terisolir, (auh dari kerabat, perantau asing, dan sulit dipahami. ari segi istilah yaitu* hadits yang bersendiri seorang pera#i dimana saja tingkatan (thabaqah) daripada beberapa tingkatan sanad.”
%adits gharib terbagi dua, yaitu* 6. harib $utlak, yaitu*
97 J? 9 9 P?J? 9Q 9 ? 7G 9=U 9 9< = V?W 9XY 9XZ 9 97 ; <= ?N 9 ?N 9 G ?XC ; <= \?] ? ^_?< ;= \ 7U 9` 9 [
Hadits yang gharabah-nya (pera#i satu orang) terletak pada
pokok sanad. *okok sanad adalah ujung sanad yaitu seorang shahabat.
f. harib /isbi &Relati, yaitu*
P?J? 9Q 9 ?X 9b 9 ? 7G 9=U 9 9< = V?W 9X 9YXZ 9
Hadits yang terjadi gharabah (pera#inya satu orang) di tengah sanad.
ata nisbi memberikan makna bahwa gharabah ter(adi secara relati atau dinisbatkan pada sesuatu tertentu tidak secara mutlak. Ada 2 macam gharabah nisbi, yaitu* a. $u0ayyad bi ats-tsi0ah, yaitu ke-gharib-an perawi hadits dibatasi pada siat ke-tsi0ah-an seorang atau beberapa orang perawi sa(a. b. $u0ayyad bi al-balad, yaitu hadits yang hanya diriwayatkan oleh suatu penduduk tertentu sedang penduduk yang lain tidak meriwayatkannya.
(. )em2a-ian Hadi+ da,i e-i Kali+a 3Sanad dan Ma+an Sebagiamana telah dikemukakan bahwa hadits muatawatir memberikan pengertian yang yaqin bi alqath, artinya /abi $uhammad benar-benar bersabda, berbuat atau menyatakan taqrir &persetu(uan dihadapan para shahabat berdasarkan sumber-sumber yang banyak dan mustahil mereka sepakat berdusta kepada /abi. arena kebenaran sumbernya sungguh telah meyakinkan, maka dia harus diterima dan diamalkan tanpa perlu diteliti lagi, baik terhadap sanadnya maupun matannya. #erbeda dengan hadits ahad yang hanya memberikan aedah "hanni &dugaan yang kuat akan kebenarannya, mengharuskan kita untuk mengadakan penyelidikan, baik terhadap matan maupun sanadnya, sehingga status hadits tersebut men(adi (elas, apakah diterima &maqbul) sebagai hu((ah atau ditolak &mardud).
Sehubungan dengan itu, para ulama ahli hadits membagi hadits dilihat dari segi kualitasnya, men(adi tiga bagian, yaitu hadits shahih, hadits hasan, dan hadits dha"i&.
6. %adits shahih $enurut bahasa berarti sah, benar, sempurna, tiada celanyav. Secara istilah, beberapa ahli memberikan deinisi sebagai berikut*
$enurut bn Al-Shalah, Hadits shahih adalah hadits yang sanadnya bersambung &muttasil melalui periwayatan orang yang adil dan dhabith dari orang yang adil dan dhabith, sampai akhir sanad tidak ada
ke(anggalan dan tidak ber "illat”. $enurut mam Al-/awawi, hadits shahih adalah hadits yang bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh perawi yang adil lagi dhabith, tidak sya", dan tidak berillat.v
ari deinisi diatas dapat dipahami bahwa syarat-syarat hadits shahih adalah * 6 sanadnya bersambung, f perawinya bersiat adil, 2 perawinya bersiat dhabith, matannya tidak sya", dan 4 matannya tidak mengandung illat. $acam-macam hadits shahih, yaitu* a. Shahih lid"atihi &shahih dengan sendidirinya, karena telah memenuhi kriteria hadits shahih sebagaiman deinisi di atas. b. Shahih lighayrihi &shahih karena yang lain, yaitu hadits semestinya sedikit tidak memenuhi persyaratan hadits shahih ia baru sampai tingkat hadits hasan, karena di antara perawi ada yang kurang sedikit hapalannya dibandingkan dalam hadits shahih, tetapi karena diperkuat
dengan (alanxsanad lain. ualitas sanad lain terkadang sama-sama hasan atau lebih kuat lagi yakni shahih. f. %adits %asan ari segi bahasa hasan dari kata al-husnu &UVCD bermakna al-(amal & z7M{CD yang berarti keindahanv. $enurut istilah para ulama memberikan deinisi hadits hasan secara beragam. /amun, yang lebih kuat sebagaimana yang dikemukan oleh bnu ha(ar Al-As0alani dalam An-/ukbah, yaitu*
9 9 c9 9 ; g 9Z 7 U 7 ] 9 J? 9; <= 7[? ;Z 7 j? ; <= X 9 B J 9 ?q 9G ? r 9Xs 9 t= U 7 9u 7 ; u 9 9 <= w 9 x ?X 9 .\??=_ 9 \??=_ 9 v 7 7 ] C?[ ; <= 97 z {X| 9 < X 9 j 9 C Artinya* +habar ahad yang diri#ayatkan oleh orang yang adil, sempurna kedhabit-annya, bersambung sanadnya, tidak ber"illat, dan tidak ada sya% dinamakan shahih lid%tih. ika kurang sedikit ke-dhabit-annya disebut hasan lid%tih.”
engan kata lain hadist hasan adalah*
7 }9 ;~9 ^ 9 u 9 9 \ 7 v 9Z? 8 _?<; = B ?J g9 <= ?q 9G ? P7J 7 9Q 9 ;= XZ 9 97 9 9[ <= \? ;g?<= 9 z? _ 7• Hadits hasan adalah hadits yang bersambung sanadnya, diri#ayatkan oleh orang adil, kurang sedikit ke-dhabit-annya, tidak ada keganjilan (sya%), dan tidak illat.
riteria hadits hasan hampir sama dengan hadits shahih. Perbedaannya hanya terletak pada sisi ke-dhabit-annya. %adits shahih ke-dhabit-an seluruh perawinya harus "amm &sempurna, sedangkan dalam hadits hasan, kurang sedikit ke-dhabit-annya (ika dibanding dengan hadits shahih. $acam-macam hadits hasan, yaitu*
a. %asan lid"atihi adalah hadits hasan dengan sendirinya, karena telah memenuhi segala kriteria dan persyaratan yang telah ditentukan. Sebagaimana deinisi dan pen(elasan di atas. b. %asan lighayrihi %adits hasan lighayrihi, ada beberapa pendapat di antaranya adalah*
9 v Z? ^9 ?„ 7 =z 9=? w 7 ] g? 7 ƒ J?C 9<= 97 ; <= … 7 ‚ € 9~ 9 9 \ 7 7 Z? €U 9u ? ƒ U ?` \ 7 Z? $dalah hadits dha"i& jika diri#ayatkan melalui jalan (sanad) lain yang sama atau lebih kuat.
7 Š 7 ] g? ; <= 97 r 9J ;g9 9 =z 9=? w \?†?g }9 ‡ 9 \ 7~7 U 7 ` 7 9Q9 v ˆ7 ƒ 9 ‰ 9< 9 \ 7G 9_ Y? 9 € ?=U ;<= ‚ ? $dalah hadits dha"i& jika berbilangan jalan sanadnya dan sebab kedha"i&an bukan karena &asik atau dustanya pera#i.
ari dua deinisi diatas dapat dipahami bahwa hadits dha"i& bisa naik man(adi hasan lighayrihi dengan dua syarat yaitu* a. %arus ditemukan periwayatan sanad lain yang seimbang atau lebih kuat. b. Sebab kedhaian hadits tidak berat seperti dusta dan asik, tetapi ringan seperti hapalan kurang atau terputusnya sanad atau tidak diketahui dengan (elas &ma(hul identitas perawi. 2. %adits hai %adits hai bagian dari hadits mardud. ari segi bahasa dhai& &|}CD berarti lemah lawan dari $l-'a#i &~GCD yang berarti kuat. elemahan hadits dhai ini karena sanad dan matannya tidak memenuhi kriteria hadits kuat yang diterima sebagian hu((ah. 1adi hadits dhai adalah hadits yang tidak memenuhi sebagain atau semua persyaratan hadits hasan dan shahih, misal sanadnya tidak bersambung
&muttashil, para perawinya tidak adil dan tidak dhabith, ter(adi kegan(ilan baik dalam sanad atau matan &syad" dan ter(adinya cacat yang tersembunyi &llat pada sanad atau matan. alam meriwayatkan hadits dhai tidak identik dengan hadits ma#dhu" &hadits palsu. iantara hadits dhai terdapat kecacatan para perawinya yang tidak terlalu parah, seperti daya hapalan yang kurang kuat tetapi adil dan (u(ur. Sedangkan
hadits
mawdhu perawinya
pendusta.
$aka
para
ulama
memperbolehkan meriwayatkan hadits dhai sekalipun tanpa men(elaskan kedhaiannya dengan dua syarat, yaitu* 6. )idak berkaitan dengan akidah, seperti siat-siat Allah. f. )idak men(elaskan hukum syara yang berkaitan dengan halal dan haram tetapi, berkaitan dengan masalah maui"hah, targhib wa tarhib &haditshadits tentang ancaman dan (an(i, kisah-kisah, dan lain-lain.
. Pembagian %adits dari segi Pengamalan %adits alam pengamalan hadits dhai para ulama berbeda berpendapat. Perbedaan itu dapat dibagi men(adi 2 pendapat, yaitu* 6. %adits dhai tidak dapat diamalkan secara mutlak baik dalam keutamaan amal &•adhail al amal atau dalam hukum sebagaimana yang diberitahukan oleh bnu Sayyid An-/as dari €ahya bin $ain. Pendapat pertama ini adalah pendapat Abu #akar bnu Al-Arabi, Al-#ukhari, $uslim, dan bnu %a"am. f. %adits dhai dapat diamalkan secara mutlak baik dalam adhail al-amal atau dalam masalah hukum &ahkam, pendapat Abu awud dan mam Ahmad. $ereka berpendapat bahwa hadits dhai lebih kuat dari pendapat para ulama. 2. %adits dhai dapat diamalkan dalam adhail al-amal, maui"hah, targhib &(an(i-(an(i yang menggemarkan, dan tarhib &ancaman yang menakutkan
(ika memenuhi beberapa persyaratan sebagaimana yang dipaparkan oleh bnu %a(ar Al-As0alani, yaitu berikut* a. )idak terlalu dhai, seperti di antara perawinya pendusta &hadits mawdhu atau dituduh dusta &hadits matruk, orang yang daya ingat hapalannya sangat kurang, dan berlaku asi0 dan bidah baik dalam perkataan atau perbuatan &hadits munkar. b. $asuk ke dalam kategori hadits yang diamalkan &mamul bih seperti hadits muhkam &hadits ma0bul yang tidak ter(adi pertentangan dengan hadits lain, nasikh &hadits yang membatalkan hukum pada hadits sebelumnya, dan ra(ih &hadits yang lebih unggul dibandingkan oposisinya. c. )idak diyakinkan secara yakin kebenaran hadits dari /abi, tetapi karena berhati-hati semata atau ikhtiyath. Sebagai salah satu syarat hadits dhai yang dapat diamalkan diatas adalah tidak terlalu dhai atau tidak terlalu buruk kedhaiannya. %adits yang terlalu buruk kedhaiannya tidak dapat diamalkan sekalipun dalam adhail al-amal. $enurut bnu %a(ar urutan hadits dhai yang terburuk adalah ma#dhu"", matruk, munkar, mu"allal, mudraj, maqlub, kemudian mudhtharib.
. esimpulan Pembagian hadits bila ditin(au dari kuantitas perawinya dapat dibagi men(adi dua, yaitu hadits mutawatir dan hadits ahad. !ntuk hadits mutawatir (uga dibagi lagi men(adi 2 bagian yaitu* mutawatir la"hi, mutawatir manawi dan mutawatir amali. Sedangkan hadits ahad dibagi men(adi 2 macam, yaitu hadits masyhur &terbagi dua, yaitu* masyhur ishthilahi, masyhur ghayr ishthilahi, hadits a"i", dan hadits gharib terbagi * gharib mutlak, gharib nisbi &terbagi lagi men(adi dua, yaitu* mu0ayyad bi ats-tsi0ah dan mu0ayyad bi ats-tsi0ah‚. Sedangkan hadits bila ditin(au dari segi kualitas dapat dibagi men(adi dua macam, yaitu hadits ma0bul &diterima dan hadits mardud &ditolak. %adits ma0bul terbagi men(adi dua macam yaitu hadits mutawatir dan hadits ahad yang
shahih &lid"atihi dan lighayrihi dan hasan &lid"atihi dan lighayrihi, sedangkan hadits mardud adalah hadits yang dhai.
(A( III )*'%T%) A K*SIM)%LA' %adits dapat dibedakan men(adi tiga bagian berdasarkan kuantitasnya, yaitu * 6. %adits $utawatir, $asyhur, dan Ahad. /amun ada (uga ulama yang hanya membagi dua * 6. %adits $utawatir, dan f. Ahad. %adits $asyhur dimasukkan kedalam hadits Ahad.. Adapaun %adits $utawatir terbagi 2, yaitu * 6. $utawatir a"i, $a'nawi dan'amali. Sedangkan hadits ahad terbagi tiga pula, yaitu * 6. $asyhur, f. 'A"i" dan 2. harib. emudian hadits masyhur dibagi men(adi shahih hasan dan dhai dilihat dari segi kualitasnya. #egitu pula hadits dari segi kualitas (uga terbagi men(adi shahih, hasan dan dhai. Adapun hadits gharib dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu * 6. dari segi penyendirian perawinya, dan f. dari segi kaitannya antara penyendirian pada sanad dan matan.
1ika dilihat dari sudut pandang pertama, haidts gharib dibagi men(adi gharib muthla0 dan gharib nisbi, sedang bila dilihat dari sudut pandang kedua, hadits gharib dibedakan men(adi gharib pada sanad dan matan secara bersamasama dan gharib pada sanadnya sa(a.
( SARA' ita sebagai umat beragama islam yang berta0wa kepada Allah SW) hendaknya kita mempela(ari dan bisa mengerti tentang %adits sebagai sumber hukum yang ke dua setelah Al Quran, agar $enambah rasa keimanan kita sebagai hamba yang butuh akan ilmu pengetahuan dan dengan kita berpegang pada keduanya Al Quran dan %adits pasti kita akan selamat di dunia dan akhirat.
DAFTAR )%STAKA bnu %a(ar, Al-As0alaniƒ &tt. $atnu ukhbatul ikri i !ushthalah $hli $tsar , $aktabah aiilan, #andung. /ur chwan, $uhammad. f335. tudi /lmu Hadits. Semarang* Rasail. €uslem, /awir. f336. 0lumul Hadits. 1akarta* •). $utiara Sumber Widya.