KONSEP DIRI MASLOW
Untuk memenuhi tugas mata ajar Kebutuhan Aktualisasi Diri Dosen Pengampu : Bambang Edi Warsito, S.Kp. M.Kes
Oleh : Kelompok III Wiwik Sumbogo
(22020115183006)
Elias Johan
(22020115183007)
Caslina
(22020115183009)
Indah Ayu S
(22020115183010)
Yurongki Donana
(22020115183025)
JURUSAN STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2016
DAFTAR ISI Hal 1
DAFTAR ISI BAB I
2 : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang B. Tujuan BAB II
3 4
: PEMBAHASAN A. B. C. D. E. F.
BAB III
Definisi Konsep Diri Komponen – komponen Konsep Diri Dimensi Konsep Diri Faktor yang mempengaruhi Konsep Diri Rentang respon konsep diri Konsep diri berdasarkan kebutuhan A. Maslow
5 6 9 12 14 14
: PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran
15 15
DAFTAR PUSTAKA
16
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG 2
Konsep diri merupakan konsep dasar yang perlu diketahui perawat untuk mengerti perilaku dan pandangan terhadap dirinya, masalahnya, serta lingkungannya. Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus dapat meyakini bahwa klien adalah makhluk bio-psiko-sosio-spiritual yang utuh dan unik sebagai satu kesatuan dalam berinteraksi terhadap
lingkungannya
dan
dirinya
sendiri.
Setiap
individu
berbeda
dalam
mengimplementasikan stimulus dalam lingkungannya yang diperoleh melalui pengalaman yang unik dengan dirinya sendiri dan orang lain. Konsep ide adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri berkembang secara bertahap dimulai dari bayi dapat mengenali dan membedakan orang lain. Proses yang berkesinambungan dari perkembangan konsep diridipengaruhi oleh pengalaman interpersonal dan cultural yang memberikan perasaan positif, memahami kompetensi pada area yang bernilai bagi individu dan dipelajari melalui akumulasi kontak-kontak social dan pengalaman dengan orang lain. Dalam merencanakan asuhan keperawatan yang berkualitas perawat dapat menganalisis respon individu terhadap stimulus atau stressor dari berbagai komponen konsep diri yaitu citra tubuh, ideal diri, harga diri, identitas dan peran. Dalam memberikan asuhan keperawatan ada lima prinsip yang harus diperhatikan yaitu memperluas kesadaran diri, menggali sumber-sumber diri, menetapkan tujuan yang realistic sertabertanggung jawab terhadap tindakan. Konsep diri adalah semua ide, pikiran kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Ide-ide, pikiran, perasaan, dan keyakinan ini merupakan persepsi yang bersangkutan tentang karakteristik dan kemampuan interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek sekitarnya serta tujuan dan idealismenya. Konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh baik fisik, emosi, intelektual, social, dan spiritual. Konsep diri merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku, artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya. Dapat disimpulkan bahwa konsep diri merupakan cara pandang secara menyeluruh tentang dirinya, yang 3
meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya maupun lingkungan terdekatnya.
B. TUJUAN 1. Untuk mengetahui pengertian konsep diri 2. Untuk mengetahui komponen konsep diri 3. Untuk mengetahui dimensi konsep diri 4. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi konsep diri 5. Untuk mengetahui rentang respon konsep diri 6. Untuk mengetahui konsep diri berdasarkan kebutuhan Abraham Maslow
BAB II PEMBAHASAN
A. DEFENISI Secara umum, Konsep diri berasal dari bahasa inggris yaitu “self concept” merupakan suatu konsep mengenai diri individu itu sendiri yang meliputi bagaimana seseorang memandang, memikirkan dan menilai dirinya sehingga tindakan-tindakannya sesuai dengan konsep tentang dirinya tersebut. Konsep diri mempunyai banyak pengertian dari beberapa ahli. Berikut merupakan konsep diri menurut para ahli yang lain: 4
1. Stuart & Sundeen (2005) , konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. 2. Keliat (2005), Konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh, fisikal, emosional, intelektual, sosial dan spiritual. 3. Potter & Perry (2005), Konsep diri adalah citra subjektif dari diri dan pencampuran yang kompleks dari perasaan, sikap dan persepsi bawah sadar maupun sadar. Konsep diri memberi kita kerangka acuan yang mempengaruhi manejemen kita terhadap situasi dan hubungan kita dengan orang lain. 4. Kozier (2010), Konsep diri merupakan citra mental individu. Konsep diri yang positif penting untuk kesehatan mental dan fisik individu. Individu
yang
memiliki
konsep
diri
positif
lebih
mampu
mengembangkan dan mempertahankan hubungan interpersonal dan lebih tahan terhadap penyakit psokologis dan fisik. Individu yang memiliki konsep diri yang kuat seharusnya lebih mampu menerima atau beradaptasi dengan perubahan yang mungkin terjadi sepanjang hidupnya. Cara pandang individu terhadap dirinya mempengaruhi interaksinya dengan orang lain. 5. Tarwoto (2004), Konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan, dan nilai yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri berkembang secara bertahap saat bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain. B. KOMPONEN KONSEP DIRI Konsep diri terdiri dari Citra Tubuh (Body Image), Ideal Diri (Self ideal), Harga Diri (Self esteem), Peran (Self Rool) dan Identitas (self idencity). 1. Citra Tubuh (Body Image) Body Image (citra tubuh) adalah sikap individu terhadap dirinya baik disadari maupun tidak disadari meliputi persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran dan dinamis karena secara konstan berubah seiring
dengan
persepsi
dan
pengalaman-pengalaman
baru.
Body image berkembang secara bertahap selama beberapa tahun 5
dimulai sejak anak belajar mengenal tubuh dan struktur, fungsi, kemampuan dan keterbatasan mereka. Body image (citra tubuh) dapat berubah dalam beberapa jam, hari, minggu ataupun bulan tergantung pada stimuli eksterna dalam tubuh dan perubahan aktual dalam penampilan, stuktur dan fungsi (Potter & Perry, 2005). 2. Ideal Diri Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya bertingkah
laku
berdasarkan
standar
pribadi.
Standar
dapat
berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan/disukainya atau sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang diraih. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita ataupun penghargaan diri berdasarkan norma-norma sosial di masyarakat tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian diri. Ideal diri berperan sebagai pengatur internal dan membantu individu mempertahankan kemampuan menghadapi konflik atau kondisi yang membuat bingung. Ideal diri penting untuk mempertahankan kesehatan dan keseimbangan mental. Pembentukan ideal diri dimulai pada masa anak-anak dipengaruhi oleh orang yang dekat dengan dirinya yang memberikan harapan atau tuntunan tertentu. Seiring dengan berjalannya waktu individu menginternalisasikan harapan tersebut dan akan membentuk dari dasar ideal diri. Pada usia remaja, ideal diri akan terbentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman. Pada usia yang lebih tua dilakukan penyesuaian yang merefleksikan berkurangnya kekuatan fisik dan perubahan peran serta tanggung jawab. 3. Harga Diri Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain yaitu : dicintai, dihormati dan dihargai. Mereka yang menilai dirinya positif cenderung bahagia, sehat, berhasil dan dapat menyesuaikan diri, sebaliknya individu akan merasa dirinya negative, relatif tidak sehat, cemas, tertekan, pesimis, merasa tidak dicintai atau tidak diterima di lingkungannya (Keliat BA, 2005). Harga diri dibentuk sejak kecil dari adanya penerimaan dan perhatian. Harga diri akan meningkat sesuai dengan meningkatnya usia. Harga diri akan sangat mengancam pada saat pubertas, karena pada saat ini 6
harga diri mengalami perubahan, karena banyak keputusan yang harus dibuat menyangkut dirinya sendiri. Harga diri terkait dengan berbagai hal yang berperan vital, diantaranya: a. Kualitas emosi b. Aktualisasi diri c. Kepercayaan diri 4. Peran Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu di dalam kelompok sosial. Setiap orang disibukkan oleh beberapa peran yang berhubungan dengan posisi pada tiap waktu sepanjang daur kehidupannya. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri. Faktor – faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri individu terhadap peran : a. Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran b. Tanggapan yang konsisten dari orang – orang yang berarti terhadap perannya c. Kecocokan dan keseimbangan antara peran yang diembannya d. Keselarasan norma budaya dan harapan individu terhadap perilaku e. Pemisahan situasi yang akan menciptakan penampilan peran yang tidak sesuai. 5. Identitas Diri Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat diperoleh individu dari observasi dan penilaian dirinya, menyadari bahwa individu dirinya berbeda dengan orang lain. Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain, dan tidak ada duanya. Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak, bersamaan dengan berkembangnya konsep diri. Dalam identitas diri ada otonomi yaitu mengerti dan percaya diri, respek terhadap diri, mampu menguasai diri, mengatur diri dan menerima diri. Ciri – ciri individu yang mempunyai kepribadian sehat : a. Citra tubuh positif dan akurat b. Ideal diri realistis c. Harga diri tinggi d. Penampilan peran memuaskan e. Identitas jelas Ciri individu dengan identitas diri yang positif :
7
a. Mengenal diri sebagai organisme yang utuh terpisah dari orang lain. b. Mengakui jenis kelamin sendiri c. Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan d. Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat e. Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan yang akan datang f. Mempunyai tujuan yang bernilai yang dapat dicapai / direalisasikan.
C. DIMENSI KONSEP DIRI Williams Fitts (dalam agustiani, 2006) membagi konsep diri dalam dua dimensi pokok, yaitu sebagai berikut: 1) Dimensi Internal Dimensi Internal atau yang disebut juga kerangka acuan (internal frame of reference) adalah penilaian yang dilakukan individu yakni penilaian yang dilakukan individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia di dalam dirinya. Dimensi ini terdiri dari tiga bentuk: a. Diri identitas (identity self) Bagian diri ini merupakan aspek yang paling mendasar pada konsep diri dan mengacu pada pertanyaan, "Siapakah saya?" Dalam pertanyaan tersebut tercakup label-label dan simbolsimbol yang diberikan pada diri (self) oleh individu-individu yang bersangkutan untuk menggambarkan dirinya
dan
membangun identitasnya, misalnya "Saya x". b. Diri Pelaku (behavioral self) Diri pelaku merupakan persepsi individu tentang tingkah lakunya, yang berisikan segala kesadaran mengenai apa yang dilakukan oleh diri. Selain itu bagian ini berkaitan erat dengan diri identitas. Diri yang adekuat akan menunjukkan adanya keserasian antara diri identitas dengan diri pelakunya, sehingga ia dapat mengenali dan menerima, baik diri sebagai identitas maupun diri sebagai pelaku. Kaitan dari keduanya dapat dilihat pada diri sebagai penilai. c. Diri Penerimaan/penilai (judging self) Diri penilai berfungsi sebagai pengamat, penentu standar, dan evaluator. Kedudukannya adalah sebagai perantara mediator antara diri identitas dan diri pelaku. 8
2) Dimensi Eksternal Pada dimensi eksternal, individu menilai dirinya melalui hubungan dan aktivitas sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta hal- hal lain di luar dirinya. Dimensi ini merupakan suatu hal yang luas, misalnya diri yang berkaitan dengan sekolah, organisasi, agama, dan sebagainya. Namun, dimensi yang dikemukakan oleh Williams Fitts adalah dimensi eksternal yang bersifat umum bagi semua orang, dan dibedakan atas lima bentuk, yaitu: a. Diri Fisik (physical self) Dalam hal ini terlihat persepsi seseorang mengenai kesehatan dirinya, penampilan dirinya (cantik, jelek, menarik, tidak menarik) dan keadaan tubuhnya (tinggi, pendek, gemuk, kurus). b. Diri etik-moral (moral-ethical self) Hal ini menyangkut persepsi seseorang mengenai hubungan dengan
Tuhan,
kepuasan
seseorang
akan
kehidupan
keagamaannya dan nilai-nilai moral yang dipegangnya, yang muliputi batasan baik dan buruk. c. Diri Pribadi (personal self) Diri pribadi merupakan perasaan atau persepsi seseorang tentang keadaan pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau hubungan dengan orang lain, tetapi dipengaruhi oleh sejauhmana individu merasa puas terhadap pribadinya atau sejauh mana ia merasa dirinya sebagai pribadi yang tepat. d. Diri Keluarga (family self) Bagian ini menunjukkan seberapa jauh seseorang merasa adekuat terhadap dirinya sebagai anggota keluarga, Serta terhadap peran maupun fungsi yang dijalankannya sebagai anggota dari suatu keluarga. e. Diri Sosial (social self) Bagian ini merupakan penilaian individu terhadap interaksi dirinya dengan orang lain maupun lingkungan di sekitarnya. Konsep diri memiliki dua kecondongan, yaitu: a. Konsep Diri Negatif Konsep diri negatif adalah penilaian negatif terhadap diri sendiri dan merasa tidak mampu mencapai sesuatu yang berharga, sehingga menuntun
9
diri ke arah kelemahan dan emosional yang dapat menimbulkan keangkuhan serta keegoisan yang menciptakan suatu penghancuran diri. b. Konsep Diri Positif Merupakan penilaian positif serta mengenali diri sendiri secara baik, mengarah ke kerendahan hati dan kedermawanan sehingga ia mampu menyimpan informasi tentang diri sendiri, baik informasi positif maupun negatif. Konsep diri positif menganggap hidup adalah suatu proses penemuan yang membuat diri kita mampu menerima berbagai macam kejutan-kejutan, konsekuensi, imbalan serta hasil. Dengan demikian diri kita mampu menerima semua keadaan orang lain. D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSEP DIRI Menurut Stuart dan Sudeen, ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri. Faktor-fator tersebut terdiri dari teori perkembangan, Significant Other (orang-orang terpenting atau terdekat) dan Self Perception (persepsi diri sendiri). 1. Teori Perkembangan Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara bertahap sejak lahir seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain. Dalam melakukan kegiatannya memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau pengenalan tubuh, nama panggilan, pengalaman budaya dan hubungan interpersonal, kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata. 2.
Significant Other ( Orang yang terpenting atau yang terdekat) Dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri merupakan interpretasi dari pandangan orang lain terhadap diri, anak sangan dipengaruhi oleh orang yang dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat dengan dirinya, pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup, pengaruh budaya dan
3.
sosialisasi. Self Perception (Persepsi Diri Sendiri) Yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilainnya, serta persepsi individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif. 10
Sehingga konsep merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari perilaku individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang dapat dilihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan Intelektual dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang terganggu. Menurut Tarwoto (2006) faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri yaitu : 1. Tingkat perkembangan dan kematangan Perkembanngan anak seperti lingkungan mental, perlakuan dan pertumbuhan anak akan mempengaruhi konsep diri. 2. Budaya Pada usia anak-anak nilai-nilai akan diadopsi dari orang tuanya, kelompoknya dan lingkungannya. 3. Sumber eksternal dan internal Contoh eksternal : adanya dukungan dari masyarakat dan ekonomi yang
4.
kuat. Contoh internal : orang yang humoris, kopping individunya lebih efektif. Usia, keadaan sakit dan trauma Usia tua dan keadaan sakit akan mempengaruhi persepsi diri seseorang. Dalam kehidupan misalanya perkawinan, pekerjaan baru, ujian dan ketakutan, jika koping individu tidak adekuat maka akan menimbulkan
5.
depresi, menarik diri dan kecemasan. Pengalaman sukses dan gagal Ada kecenderunagan bahwa riwayat sukses akan meningakatkan konsep
diri. Menurut kozier (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri yaitu : 1. Perkembangan Saat individu berkembang, factor yang mempengaruhi konsep diri berubah. Sebagai contoh bayi membutuhkan lingkungan yang suportif dan penuh kasih saying. Sementara anak-anak membutuhkan kebebasan 2.
untuk menggali dan belajar. Keluarga dan Budaya Nilai yang dianut anak kecil sangat dipengaruhi oleh keluarganya dan budayanya. Selanjutnya teman sebaya mempengaruhi anak dan dengan demikian mempengaruhi rasa dirinya. Ketika anak berkontraksi dengan membedakan harapan dari keluarga, budaya dan teman sebaya. Sebagai contoh anak mungkin menyadari orang tuanya mengharapkan dia tidak minum alcohol dan mengharapkan dia menghadiri layanan agama setiap sabtu malam. Pada saat bersamaan teman sebayanya meminum bir dan
3.
mendorongnya untuk menghabiskan malam sabtunya bersama mereka. Stressor
11
Stressor dapat menguatkan konsep diri saat individu berhasil menghadapi masalah. Di pihak lain stressor yang berlebihan dapat menyebabkan respons maladaptive termasuk penyalahgunaan zat, menarik diri dan ansietas. Kemampuan individu untuk menangani 4.
stressor sangat bergantung pada sumber daya personal Sumber Daya Individu memiliki sumber daya internal dan eksternal. Contoh sumber daya internal adalah percaya diri dan nilai diri, sedangkan sumber daya eksternal meliputi jaringan dukungan, pendanaan yang memadai, dan organisasi. Secara umum semakin besar jumlah yang dimiliki dan
5.
digunakan individu, pengaruhnya pada konsep diri semakin positif. Riwayat Keberhasilan dan Kegagalan. Individu yang pernah mengalami kegagalan menganggap diri mereka sebagai orang yang gagal, sementara individu yang memiliki riwayat keberhasilan memiliki konsep diri yang lebih positif, yang kemungkinan
6.
dapat mencapai lebih banyak keberhasilan. Penyakit Penyakit dan trauma dapat mempengaruhi konsep diri. Seorang wanita yang telah menjalani mastektomi mungkin memandang diri mereka tidak lagi manarik. Selain itu kehilangan akibat mastektomi dapat memengaruhi cara ia bertindak dan menilai dirinya sendiri.
E. RENTANG RESPON KONSEP DIRI Rentang respon konsep diri ( Skema : Rentang Respon Konsep Diri Stuart & Sundeen, 1991) Pengertian : a.
Aktualisasi diri : pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan
b.
latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan diterima. Konsep diri positif : apabila indivdu mempunyai pengalaman yang
c.
positif dalam beraktualisasi diri Harga diri rendah : transisi antara respon konsep diri adaptif dengan konsep diri maladaptive
12
d.
Kekacauan identitas : kegagalan aspek individu mengintergrasikan aspek-aspek identitas masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek
e.
psikososial, kepribadian pada masa dewasa yang harmonis. Depersonalisasi : perasaan yang tidak realistic dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain. (Kelliat, 2005)
F. KONSEP DIRI BERDASARKAN KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW Menurut Abraham Maslow, masing-masing individu mempunyai lima kebutuhan dasar manusia, yang disusun sesuai dengan hirarkinya dari yang paling potensial sampai yang paling tidak potensial sebagai berikut : 1. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis, seperti lapar dan haus 2. Kebutuhan-kebutuhan terhadap rasa aman 3. Kebutuhan-kebutuhan akan kasih sayang dan rasa memiliki 4. Kebutuhan penghargaan kepada diri 5. Kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan aktualisasi diri mengakibatkan suatu usaha untuk mengembangkan kapasitas-kapasitas seseorang, pemahaman diri, dan penerimaan diri yang terus dilakukan dan ditanamkan pada “sifat dalam” diri seseorang ( Burns, 1993 ).
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN Konsep diri adalah cara seseorang untuk melihat dirinya secara utuh dengan semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain. Sangatlah penting bagi seorang perawat untuk memahami konsep diri terlebih dahulu harus menanamkan dalam dirinya sendiri sebelum melayani klien, sebab keadaan yang dialami klien bisa saja mempengaruhi konsep dirinya, disinilah peran penting perawat selain memenuhi kebutuhan dasar fisiknya yaitu membantu klien untuk memulihkan kembali konsep dirinya. Ada beberapa komponen konsep diri yaitu identitas diri yang merupakan intenal idividual, citra diri sebagai pandangan atau presepsi, harga diri yang menjadi suatu tujuan, ideal diri menjadi suatu harapan, dan peran atau posisi di dalam masyarakat.Untuk membangun konsep diri kita harus belajar menyukai diri sendiri, 13
mengembangkan pikiran positif, memperbaiki hubungan interpersonal ke yang lebih baik, sikap aktif yang positif, dan menjaga keseimbangan hidup. Semua yang kita lakukan pasti ada manfaatnya begitu juga dalam memahami konsep diri, kita menjadi bangga dengan diri sendiri, percaya diri penuh, dapat beradaptasi dengan lingkungan, dan mencapai sebuah kebahagiaan dalam hidup. B. SARAN Disarankan setelah membaca makalah ini dan memahaminya agardiaplikasikan ilmunya dalam kehidupan sehingga, sikap saling mengertidan menghargai sesama manusia lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. Aziz Alimul.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.Surabaya: Salemba Medika Potter, Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta:EGC Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta:EGC Stuart, Gail & Sundden, Sandra.2005.Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta:EGC Wong L. Donna, Hockenberry-Eaton Marilyn,dkk. 2008.Buku Ajar Keperawatan Pediartik Vol.1.Jakarta: EGC
14