- mengapa dilakukan KLTP - cara mengisolasi kulit pisang ambon dalam metode KLTP - pengertian KLTP - khasiat tanaman pisang ambon
Kromatografi lapis tipis preparatif dengan menggunakan silika gel untuk metode pemisahan senyawa.
Uji Kromatografi Lapis Tipis Dengan Berbagai EluenFull description
Kromatografi Lapis Tipis Preparatif Fraksi Aktif
Kromatografi Lapis Tipis Kromatografi digunakan di gunakan untuk memisahkan substansi s ubstansi campuran camp uran menjadi komponenkomponenkomponennya.
Seluruh
bentuk
kromatografi
berkerja berdasarkan prinsip ini.
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan b erdasarkan perbedaan kecepatan perambatan
komponen
dalam
medium
tertentu. Pada kromatografi, komponen-
komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase
diam d iam
akan
menahan komponen
campuran
sedangkan
melarutkan zat komponen campuran. campu ran. Komponen yang mudah
fase
g erak
akan
tertahan pada fase
diam akan tertinggal. Sedangkan komponen komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat. Semua kromatografi kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi kombinasi cairan-padatan) cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase
gerak
mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda Proses Proses kromatografi juga digunakan d igunakan dalam metode pemisahan komponen gula d ari komponen non
gula
dan
abu
dalam
tetes
menjadi fraksi-fraksi terpisah yang diakibatkan
olehperbedaan adsorpsi, adsorpsi, difusi dan eksklusi komponen gula dan non gula terhadap
adsorbent
Kantasubrata, 1993; Schneider, 1987).
tersebut
dan eluent yang digunakan (Hongisto dan Heikkila, Heikkila, 1977;
FASE
DI AM
Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Jel silika (atau
alumina)
merupakan
fase
diam.
Fase
diam
untuk kromatografi lapis tipis
seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendar flour dalam sinar ultra violet.Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Fase diam lainnya yang biasa digunakan adalah alumina-aluminium oksida. Atom permukaan
juga
memiliki gugus
aluminium pada
-OH. Apa yang kita sebutkan tentang
jel silika
kemudian digunakan serupa untuk alumina.
FASE
GERAK
Dalam kromatografi, eluent adalah fasa gerak yang berperan penting pada proses elusi bagi larutan umpan (feed)
untuk melewati fasa diam
adsorbent
sangat menentukan terjadinya pemisahan komponen. Oleh
dengan
eluent
(adsorbent).
Interaksi
antara
sebab itu pemisahan komponen gula dalam tetes secara kromatografi dipengaruhi oleh laju alir eluent dan jumlah umpan. Eluent dapat digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya pelarut atau campuran pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal ini yang banyak digunakan adalah jenis adsorben alumina atau sebuah lapis tipis
silika.
Penggolongan ini d ikenal sebagai deret eluotropik pelarut. Suatu pelarut yang bersifat larutan relatif polar, dapat mengusir pelarut yang relatif tak polar dari ikatannya dengan alumina (jel silika). (Kantasubrata, 1993).
Kecepatan gerak senyawa-senyawa ke atas pada lempengan itu tergantung pada: Bagaimana kelarutan senyawa dalam pelarut. Hal ini bergantung pada bagaimana besar atraksi antara molekul-molekul senyawa dengan pelarut. Bagaimana senyawa melekat pada fase diam, misalnya jel silika. Hal ini tergantung pada bagaimana besar atraksi antara senyawa dengan jel silika.
Anggaplah bercak awal pada alumina mengandung dua senyawa, yang satu dapat membentuk ikatan hidrogen, dan yang lainnya hanya dapat mengambil tiap-tiap bagian interaksi van der Waals yang lemah. Senyawa yang dapat membentuk ikatan hidrogen akan melekat pada jel silika lebih kuat dibanding senyawa lainnya. Kita mengatakan bahwa
senyawa ini
terjerap lebih
kuat dari
senyawa yang
lainnya. Penjerapan
merupakan pembentukan suatu ikatan dari satu substansi pada permukaan. Penjerapan bersifat tidak permanen, terdapat pergerakan yang tetap dari molekul antara yang terjerap pada permukaan jel silika dan yang kembali pada larutan dalam pelarut. Dengan jelas senyawa hanya dapat bergerak ke atas pada lempengan selama waktu terlarut dalam pelarut. Ketika senyawa dijerap pada jel silika-untuk sementara waktu proses penjerapan berhenti-dimana pelarut bergerak tanpa senyawa. Itu berarti bahwa semakin kuat senyawa dijerap, semakin kurang jarak yang ditempuh ke atas lempengan. Dalam
contoh
yang
sudah kita bahas,
senyawa
yang
dapat membentuk
ikatan
hidrogen akan menjerap lebih kuat daripada yang tergantung hanya pada interaksi van der Waals, dan karenanya bergerak lebih jauh pada lempengan.
Bagaimana
jika
komponen-komponen
dalam campuran
dapat membentuk
ikatan-ikatan hidrogen?
Terdapat perbedaan bahwa ikatan hidrogen pada tingkatan yang sama dan dapat larut dalam pelarut pada tingkatan yang sama pula. Ini tidak hanya merupakan atraksi antara senyawa dengan jel silika. Atraksi antara senyawa dan pelarut juga merupakan hal yang penting-hal ini akanmempengaruhi bagaimana mudahnya senyawa ditarik pada larutan keluar dari permukaan silika. Bagaimanapun, hal ini memungkinkan senyawa-senyawa tidak terpisahkan dengan b aik ketika anda
membuat kromatogram.
Dalam kasus itu,
perubahan pelarut dapat
membantu dengan baik-termasuk memungkinkan perubahan pH pelarut.