MAKALAH
LGBT DALAM PANDANGAN UNDANG-UNDANG DAN HAL ASASI MANUSIA
Untuk pemenuhan persyaratan ujian praktek Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan
Disusun Oleh :
Azhira Azzahra
6/IXE
SMP N 1 MUNTILAN
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
JALAN PEMUDA NO.161 MUNTILAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lesbian, Gay, Bioseksual, Transgender atau yang lebih dikenal dengan
''LGBT'' akhir-akhir ini memang sedang ramai diperbincangkan. Perilaku
dan fenomena LGBT sudah lama terjadi di Indonesia maupun di belahan bumi
lain. Namun, LGBT menjadi isu dan topik diskusi yang melibatkan negara
dan institusi internasional baru belakangan ini saja terjadi.
Bagi masyarakat Indonesia yang masih setia pada norma dan tradisi
agama, sangat wajar kalau mereka menentang. Lebih dari itu, alasan mereka
tidak saja norma agama, melainkan juga dikhawatirkan akan mempengaruhi
pertumbuhan remaja yang masih dalam proses pencarian identitas diri,
sehingga akan membawa mereka ke gaya hidup yang dianggap menyalahi adat
dan kepantasan sosial.
Bagi pejuang pembela hak asasi manusia, LGBT itu hak seseorang yang
mesti dihargai. Maka tak bisa dihindari munculnya pro-kontra baik mereka
yang membahas dari sisi psikologis ilmiah, analisis teologi, maupun
kebijakan publik yang mesti diambil pemerintah.
B. Rumusan Masalah
Banyaknya kasus homo seksual dan keinginan kaum mereka untuk
melegalkan perikatan mereka telah banyak menuai pro dan kontra dan
sejumlah pertanyaan khususnya di Indonesia ini sendiri yang menganut
kebudayaan timur dan sejumlah norma norma dan dengan penduduk mayoritas
muslim yang jelas jelas melarang hal tersebut.
1. Bagaimana LGBT ditinjau dari pandangan hukum?
2. Apa pendapat dari sisi Pro kontra LGBT?
3. Bagaimana Sikap pemerintah mengenai LGBT?
4. Apakah mungkin hal tersebut dapat dilegalkan di Indonesia?
C. Tujuan
1. Tujuan khusus
Untuk memenuhi ujian praktek mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan tahun ajaran 2015/2016
2. Tujuan umum :
a. Dapat lebih memahami LGBT dalam aspek hukum
b. Diharapkan setelah membuat makalah penulis dapat berfikir kritis
tentang berita yang diterima baik itu melalui media sosial maupun
cetak
c. Penulis ingin memberikan informasi tentang LGBT kepada pembaca, agar
pembaca dapat menghindar dari pengaruh LGBT
D. Manfaat
Sejalan dengan tujuan penulisan laporan karya tulis ini, maka ada
beberapa manfaat dan kegunaan baik untuk penulis sendiri maupun untuk
pihak lain. Diantaranya adalah:
1. Kegunaan teoritis
Hasil dari penulisan laporan karya ilmiah ini dapat digunakan untuk
menambah wawasan dan pengetahuan mengenai LGBT dalam pandangan hukum
yang ada di Indonesia.
2. Kegunaan praktis
a. Mengembangkan dan meningkatkan wawasan bagi penulis dan pembaca
seputar LGBT sehingga penulis dan pembaca dapat menghindari pengaruh
LGBT
b. Meningkatkan daya pikir penulis dan pembaca dalam menangkap berita
seputar LGBT sehingga kita sebagai konsumen berita dapat menjadi
konsumen cerdas.
c. Penulis ingin memperjelas bahwa perilaku LGBT tidak sesuai dengan
budaya ketimuran dan norma yang ada di Indonesia
d. Penulis ingin menjelaskan bahwa perilaku LGBT bukanlah bagian dari hak
asasi manusia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian LGBT
LGBT (Lesbian, Gay, Bioseksual, Transgender) adalah rasa
ketertarikan romantis dan atau seksual atau perilaku antara individu
berjenis kelamin atau gender yang sama. Sebagai orientasi seksual,
homoseksualitas mengacu kepada "pola berkelanjutan atau disposisi untuk
pengalaman seksual, kasih sayang, atau ketertarikan romantis" terutama
atau secara eksklusif pada orang dari jenis kelamin sama, "LGBT juga
mengacu pada pandangan individu tentang identitas pribadi dan sosial
berdasarkan pada ketertarikan, perilaku ekspresi, dan keanggotaan dalam
komunitas lain yang berbagi itu."
LGBT bukanlah penyakit kejiwaan dan bukan penyebab efek psikologis
negatif, prasangka terhadap kaum LGBT yang menyebabkan efek semacam
itu. Istilah umum dalam LGBT yang sering digunakan adalah lesbian untuk
perempuan pecinta sesama jenis dan gay untuk pria pecinta sesama jenis,
meskipun gay dapat merujuk pada laki-laki atau perempuan.
B. Presentase Pengidap LGBT
Dalam modernitas Barat, menurut berbagai penelitian, 2% sampai 13%
dari populasi manusia adalah pengidap LGBT atau pernah melakukan
hubungan sesama jenis dalam hidupnya. Sebuah studi tahun 2006
menunjukkan bahwa 20% dari populasi secara anonim melaporkan memiliki
perasaan homoseksual, meskipun relatif sedikit peserta dalam penelitian
ini menyatakan diri mereka sebagai kaum LGBT atau bisa dikatakan
homoseksual.
C. Sejarah LGBT di Indonesia
Budaya rasa malu yang melekat pada homoseksualitas, aktivitas
homoseksual jarang tercatat dalam sejarah Indonesia. Tidak seperti di
budaya Asia lainnya seperti India, Cina atau Jepang, erotika homoseksual
dalam lukisan atau patung hampir tidak ada dalam seni rupa Indonesia.
Homoseksualitas hampir tidak pernah direkam atau digambarkan dalam
sejarah Indonesia. Sebuah pengecualian langka adalah catatan abad ke-18
mengenai dugaan homoseksualitas Arya Purbaya, seorang pejabat di istana
Mataram, meskipun tidak jelas apakah itu benar-benar didasarkan pada
kebenaran atau sebuah rumor kejam untuk mempermalukan dirinya.
Meskipun waria, laki-laki yang berpenampilan seperti wanita, dan
pelacur, telah lama memainkan peran mereka dalam budaya Indonesia,
identitas homoseksualitas laki-laki gay dan perempuan lesbian di
Indonesia hanya diidentifikasi baru-baru ini, terutama melalui
identifikasi dengan rekan-rekan gay dan lesbian Barat mereka, melalui
film, televisi, dan media. Sebelum rezim Orde Baru Soeharto budaya lokal
Indonesia mengenai gay dan lesbi belum ada.
Pergerakan gay dan lesbian di Indonesia adalah salah satu yang
terbesar dan tertua di Asia Tenggara. Aktivisme hak-hak gay di Indonesia
dimulai sejak 1982 ketika kelompok kepentingan hak-hak gay didirikan di
Indonesia. " Lambda Indonesia" dan organisasi serupa lainnya muncul di
akhir 1980-an dan 1990-an. Saat ini, ada beberapa kelompok utama LGBT di
negara ini termasuk "Gaya Nusantara" dan "Arus Pelangi". Sekarang ada
lebih dari tiga puluh LGBT kelompok di Indonesia.
D. Hak Hukum LGBT
Hukum pidana nasional tidak melarang hubungan homoseksual pribadi
dan yang tidak bersifat komersial antara orang dewasa. Sebuah RUU
nasional untuk mengkriminalisasi homoseksualitas, bersama dengan hidup
bersama, perzinahan dan praktek sihir, gagal diberlakukan pada tahun
2003 dan tidak ada rencana berikutnya untuk memperkenalkan kembali
undang-undang tersebut. Pada tahun 2002, Pemerintah Indonesia memberi
provinsi Aceh hak untuk memperkenalkan hukum syariah Islam yang dapat
mengkriminalisasi homoseksualitas, meskipun hanya untuk warga Muslim.
Pasangan sesama jenis Indonesia dan rumah tangga yang dikepalai
oleh pasangan sesama jenis tidak memenuhi syarat untuk salah satu
perlindungan hukum yang tersedia untuk pasangan lawan jenis menikah.
Pentingnya di Indonesia untuk harmoni sosial mengarah ke tugas daripada
hak untuk ditekankan, yang berarti bahwa hak asasi manusia bersama
dengan hak-hak homoseksual sangat rapuh. Namun, komunitas LGBT di
Indonesia telah terus menjadi lebih terlihat dan aktif secara politik.
Hukum Indonesia tidak mengkriminalisasi homoseksualitas, jika
dilakukan secara pribadi, dan di antara orang dewasa. Namun, hukum
Indonesia tidak mengakui pernikahan gay, serikat sipil atau manfaat
kemitraan domestik. Pasangan sesama jenis tidak memenuhi syarat untuk
mengadopsi anak di Indonesia. Hanya pasangan menikah yang terdiri dari
suami dan istri yang bisa melakukan mengadopsi. tidak ada hukum untuk
melindungi warga negara Indonesia dari diskriminasi atau pelecehan atas
dasar orientasi seksual atau identitas gender mereka.
Jadi,intinya di Indonesia sendiri penagnan kasus homo seksual
masihlah lembek karena pemerintah tidak secara tegas melarangnya.hanya
untuk kasus kasus komersial sajalah yang dipidanakan sedangkan untuk
kasus-kasus sosialnya masih belum dipidanakan,padahal jelas-jelas dalam
uu oerkawinan no.1 tahun 1974 melarang akan adanya pernikahan sejenis.
Karena tanpa dipungkiri hubungan sesama jenis dapat menimbulkan
keinginan untuk pernikahan sesama jenis pula ujungnya dan hal tersebut
pastilah juga telah melanggar norma-norma yang terpatri dalam masyarakat
termasuk norma agama khususnya norma agama islam yang jelas jelas
melarang akan hal tersebut,terlebih lagi mayoritas penduduk Indonesia
yang beragam muslim hal tersebut pastilah mempengaruhi pandangan bangsa
terhadap suatu hal karena factor dari agama mayoritas masyarakat yang
bersangkutan.
E. Kondisi Kehidupan Kaum LGBT
Indonesia memiliki penganut agama Islam paling banyak di dunia
dengan 87% dari warganya menyebut diri sebagai Muslim. Kebijakan
keluarga dari pihak berwenang Indonesia, tekanan sosial untuk menikah
dan agama berarti bahwa homoseksualitas pada umumnya tidak didukung.
Baik Muslim tradisionalis dan modernis, dan juga kelompok agama lainnya
seperti Kristen, terutama KatolikRoma umumnya menentang homoseksualitas.
Banyak kelompok fundamentalis Islam seperti FPI (Front Pembela Islam)
dan FBR (Forum Betawi Rempuk) secara terbuka memusuhi orang-orang LGBT
dengan menyerang rumah atau tempat mereka bekerja dari orang-orang yang
mereka yakini ancaman bagi nilai-nilai Islam.
Diskriminasi eksplisit dan homofobia kekerasan dilakukan terutama
oleh para ekstremis religius, sementara diskriminasi halus dan
marjinalisasi terjadi dalam kehidupan sehari-hari antara teman-teman,
keluarga, di tempat kerja atau sekolah. Orang-orang LGBT sering
mengalami pelecehan yang dilakukan oleh para polisi tapi sulit untuk
mendokumentasikannya karena korban menolak untuk memberikan pernyataan
karena seksualitas mereka. Orang-orang LGBT sering ditangkap atau
dituduh karena orientasi seksual mereka. Juga gay di penjara mengalami
pelecehan seksual karena orientasi seksual mereka, dan sering tidak
melaporkannya karena menjadi trauma dan takut dikirim kembali ke penjara
dengan mengalami kekerasan lebih lanjut.
Indonesia memang memiliki reputasi sebagai sebuah negara Muslim
yang relatif moderat dan toleran, yang memang memiliki beberapa aplikasi
untuk orang-orang LGBT. Ada beberapa orang LGBT di media dan pemerintah
nasional telah memungkinkan komunitas LGBT terpisah ada, bahkan mengatur
acara-acara publik. Namun, adat istiadat sosial Islam konservatif
cenderung mendominasi dalam masyarakat yang lebih luas. Homoseksualitas
dan cross-dressing tetap tabu dan orang-orang LGBT secara berkala
menjadi sasaran hukum agama setempat atau kelompok main hakim sendiri
oleh para fanatik.
F. Pendapat Pro penyetujuan HAM LGBT
Banyak masyarakat Indonesia yang menyetujui jika perilaku LGBT
dimasukan ke dalam hak asasi manusia. Sejumlah pejuang hak asasi manusia
menginginkan keadilan bagi pengidap LGBT. Hal itu, didasarkan bahwa LGBT
hal yang tidak dapat dipilih ataupun dihindari. Sebaiknya tidak ada lagi
diskriminasi terhadap kaum LGBT dan memberikan kesempatan mereka untuk
hidup nyaman dalam masyarakat. Kelompok LGBT dianggap berbeda karena
orientasi seksual yang tidak wajar. Mereka juga manusia yang ingin
diterima di tengah masyarakat, hidup nyaman dan diinginkan. Peningkatan
kualitas hidup di sini, termasuk mengembalikan hak mereka untuk saling
memiliki di masyarakat.
G. Pendapat Kontra terhadap Adanya HAM
Hampir mayoritas rakyat negeri ini tak sependapat dengan
legalilitas pernikahan sejenis. Pernikahan sejenis dianggap sebagai
bentuk penyimpangan terhadap norma susila dan agama.
Pendapat beberapa agama yang ada di Indonesia atas pernikahan
sejenis itu. Dalam pandangan Buddha, pernikahan sejenis merupakan
halangan untuk mencapai kesucian. Bahkan homoseksual dianggap sebagai
salah satu faktor penyebab penurunan moral di masyarakat. Padahal, untuk
mencapai kesucian itu diperlukan landasan moral yang baik.
Menurut ideologi Kristen (Protestan), tujuan utama pernikahan
adalah untuk melestarikan kehidupan atau keturunan. Ini hanya bisa
dicapai bila mereka yang menikah berlainan jenis kelamin.
Agama Katholik pun memiliki paham yang sama. Dalam suatu ikatan
pernikahan hanya bisa dilakukan oleh pria dan wanita atau laki-laki dan
perempuan. Para pemeluk agama ini juga menganggap perilaku homoseksual
itu sebagai bentuk penyimpangan.
Penolakan atas pernikahan sejenis juga dianut oleh agama Hindu.
Agama ini jelas-jelas melarang pernikahan yang dilakukan oleh pasangan
yang berjenis kelamin sama. Tak beda dengan empat agama itu, Konghucu
pun memililki pemahaman yang sama. Pemeluk Konghucu memilliki prinsip,
bahwa pernikahan itu terjadi antara laki-laki dan wanita. Hampir semua
masyarakat mengetahui, bahwa Islam juga menolak dengan keras pernikahan
sejenis.
H. LGBT Bukan HAM
LGBT bukanlah bagian dari hak asasi manusia karena hak asasi manusia
merupkan hak yang diberikan oleh tuhan yang menciptakan kita sebagai
anugrah yang maha kuasa dan tuhan menciptakan kita berpasang pasangan
dengan lawan jenis kita.
Kita tidak dapat mengatakan sesuatu hal sebagai hak terlebih lagi
hak asasi manusia bila kita juga telah melanggar hak orang lain karena
suatu hak orang yang satu tidak mungkin bersingguangan dengan hak
manusia yang lainnya.
Karena bila kita berbicara homoseksual itu artinya kita membicarakan
pihak yang dirugikan pula yaitu:
Orang tua yang dirampas haknya oleh kita karena keinginan setiap orang
tua untuk menimang cucu dari darah dagingnya sendiri sirna karena
secara biologis sesame jenis tidaklah mungkin dapat menghasilkan
keturunan karena tidak bertemunya antara sel telur dan sel sperma.
Terampasnya hak pasangan yang sebenarny/yang sejati karena manusia itu
telah diciptakan berpasang pasangan seperti magnet kutub positif
dengan magnet kutub negative,maka bila magnet yang positif itu bertemu
dengan magnet yang positif juga maka si magnet pasangannya yaitu yang
berkutub negative akan kehilangan pasangannya,dan hal tersebut bisa
saja malah memunculkan masalah baru yaitu si pasangan yang lain akan
mencoba menemukan pasangan yang sejenis juga padahal sebenarnya mereka
tidak akan dapat menyatu satu sama lainnya.
Terampasnya hak manusia yang lainnya karena perbandingan antara laki-
laki dan perempuan adala 1:4 bila kaum laki laki sebagiannya adalah
gay misalnya maka perbandingannya akan menjadi 1:8 itu artinya hal
tersebut tidaklah baik bagi ekosistem karena pasti akan banyak hal hal
yang tidak diinginkan terjadi
Sebenarnya tujuan pernikahan adalah menciptakan keluarga yang harmonis
dan melanjutkan generasi,maka bila hal tersebut dilakkukan sesama
jenis tidaklah mungkin dapat menghasilkan keturunan dan apabila itu
terjadi maka regenerasii akan terhenti yang itu sama artinya dengan
pemberhentian kehidupan dunia.
Oleh karena itu, hal tersebut saya berpendapat bahwa menjadi homoseksual
bukanlah merupakan suatu pilihan apalagi suatu hak asasi manusia karena
hal tersebut,kita telah merampas hak-hak manusia yang lainnya.
Dan menurut pandangan saya sebenarnya homoseksual merupkan penyakit
kejiwaan yang dapat disembuhkan karena hal tersebut bukanlah gejala
alamiah karena yang alamiah adalah ketertarikan dengan lawan jenis bukan
dengan sesama jenis jadi, jelaslah hal tersebut bukanlah bagian dari
HAM.
I. Kemungkinan Legalnya LGBT
Legalnya LGBT di Indonesia sangat kecil kemungkinannya dan hampir
dipastikan tidak mungkin karena UUD dan UU perkawinan telah melarangnya.
Terlebih lagi mayoritas penduduk kita yang muslim pastilah bila ada
wancana hal tersebut akan di legalkan pasti akan bertindak karena bagi
ajaran umat muslim hal tersebut adalah salah dan tidak dibenarkan apapun
keadaanya.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
LGBT bukanlah suatu pilihan yang di benarkan apalagi merupakan suatu
hak asasi manusia karena homo seksual bisa menimbulkan keburukan-
keburukan pada masyarakat dan akan merampas hak orang lain juga.
Karena bila itu adalah suatu hak terlebih lagi merupakan hak asasi
manusia hal tersebut tidaklah mungkin menimbulkan kerugian-kerugian pada
orang lain juga.dan dengan dilakukannya homo seksual maka akan lebih
terbuka kemungkinan akan penyakit kelamin berbahaya.
Jadi pada intinya hal tersebut tidaklah dapat dikatagorika sebagai
hak asasi manusia karena lebih banyak keburukannya di bandingkan
kebaikannya.dan HAM yang benar adalah HAM yang tidak menimbulkan
keburukan namunmenimbulkan banyak kebaikan-kebaikan.
B. SARAN
Sebaiknya pemerintah lebih bertindak tegas dan berani mengatakkan
bahwa hal tersebut salah dan dilarang di Indonesia karena hal tersebut
lebih banyak mengandung keburukan bila di bandingkan dengan kebaikannya.
DAFTAR PUSTAKA
Faktor-faktor Penyebab Terjadinya LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan
Transgender) - Perpustakaan Muslim Indonesia diperoleh 6 Maret 2016
https://id.wikipedia.org/wiki/LGBT diperoleh 6 Maret 2016
http://gayanusantara.or.id/sejarah.html diperoleh 6 Maret 2016
https://www.usaid.gov/sites/default/files/documents/2496/Being_LGBT_in_Asia_
Indonesia_Country_Report_Bahasa_language.pdf diperoleh 6 Maret 2016
http://www.republika.co.id/berita/jurnalisme-
warga/wacana/16/01/28/o1n41d336-menelisik-perjalanan-lgbt-di-indonesia-
part1 diperoleh 6 Maret 2016