14
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu perusahaan ataupun pabrik yang memiliki kegiatan produksi pastilah dalam proses produksinya melakukan kegiatan pengangkutan dan pemindahan bahan baku. Kegiatan pengangkutan dan pemindahan bahan baku tersebut haruslah dimanajemen dan direncanakan pada awal sebelum membangun perusahaan atau pabrik. Kegiatan pengangkutan dan pemindahan baku di dalam perusahaan atau pabrik sering disebut dengan material handling.
Material handling yang dilakukan diharapkan dapat memperlancar proses produksi secara efektif dan efisien serta dapat menghemat biaya produksi dan waktu kegiatan produksi. Oleh karena itu, kegiatan material handling haruslah direncanakan dan dianalisis dengan baik agar perusahaan dan pabrik tidak mengalami kerugian. Pada makalah ini akan dijelaskan tentang pengertian material handling, perencanaan, perhitungan jarak dan ongkos/biaya, dan peralatan yang digunakan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun beberapa rumusan masalah yang dapat dibuat adalah sebagai berikut:
Apakah yang dimaksud dengan material handling?
Bagaimanakah perencanaan material handling dalam suatu perusahaan atau pabrik?
Bagaimanakah cara perhitungan ongkos material handling?
Apakah peralatan-peralatan yang digunakan dalam kegiatan material handling?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan-tujuan yang dapat disusun dari rumusan masalah di atas adalah:
Mengetahui pengertian material handling.
Mengetahui perencanaan material handling dalam suatu perusahaan atau pabrik.
Mengetahui dan memahami perhitungan jarak dan ongkos material handling.
Mengetahui peralatan-peralatan yang digunakan dalam kegiatan material handling.
II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Material Handling
Menurut Rochman, et al. (2010), material handling bisa diartikan sebagai pergerakan, penyimpanan, perlindungan, pengendalian material di seluruh proses manufaktur dan distribusi termasuk penggunaan dan pembuangannya. Atau bisa didefinisikan sebagai penyediaan material dalam jumlah, kondisi, posisi, waktu dan tempat yang tepat untuk mendapatkan ongkos yang efisien.
Gambar 1. Penanganan material handling secara manual
Purwaningsih dan Purnawan (2007) juga menyatakan bahwa material handling adalah suatu kegiatan dalam memindahkan barang, dan bisa juga dikatakan sebagai seni dan ilmu yang meliputi penanganan, pemindahan, pengepakan, penyimpanan, sekaligus pengendalian dari bahan atau material dengan segala bentuknya. Kegiatan material handling dalam perusahaan melewati tiga tahapan pengembangan, yaitu:
Konvensional yaitu pemindahan bahan atau material yang masih sederhana, dengan fasilitas yang terbatas dan perhatian sedikit saja diberikan pada keterkaitan antara-antara keadaan yang terpisah.
Kontemporer yaitu pemindahan bahan yang mempunyai aliran barang yang menyeluruh.
Modern atau berorientasi ke sistem yaitu peindahan bahan dan kegiatan distribusi secara fisik sebagai bagian dari suatu sistem, termasuk pemindahan bahan dari semua sumber pasokan, seluruh pemindahan dalam pabrik, dan distribusi barang jadi ke pelanggan.
2.2 Perencanaan Material Handling
Perencanaan material handling di dalam perusahaan atau pabrik haruslah menyesuaikan dengan tata letak ataupun layout dari perusahaan karena tata letak yang baik dapat menangani sistem material handling secara menyeluruh. Jika sistem material handling yang kurang sistematis menjadi masalah yang cukup besar dan mengganggu proses produksi (Wignjosoebroto, 1996 dalam Susetyo, et al., 2010).
Rochman, et al. (2010) mengatakan bahwa tujuan utama perencanaan material handling adalah untuk mengurangi biaya produksi dan guna meningkatkan efisiensi perpindahan material dari satu departemen ke departemen lainnya. Oleh karena itu, perlu memperhatikan beberapa pertimbangan seperti karakteristik material, tingkat aliran material, tipe tata letak pabrik dan peralatan yang sesuai. Pertimbangan lain yang harus dilakukan adalah aliran material yang menyangkut jumlah material dan jarak perpindahan material.
Tabel 1. Karakteristik dari metode material handling
Menurut Herjanto (2008), perencanaan penanganan material adalah suatu komponen penting dalam perencanaan fasilitas, terutama dalam kaitannya dengan desain tata letak. Ada beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan di dalam perencanaan penanganan material, yaitu:
Sistem penanganan material yang disusun harus dapat memenuhi tujuan dan persyaratan dasar, serta mempertimbangkan keinginan masa datang.
Sistem kegiatan penanganan dan dan penyimpanan hendaknya merupakan suatu sistem operasi yang terintegrasi termasuk dalam penerimaan, inspeksi, penyimpanan, produksi, perakitan, pengemasan, pergudangan, pengangkutan dan transportasi.
Peralatan penanganan material dan prosedurnya agar didesain sedemikian rupa dengan mempertimbangkan faktor kemampuan manusia dan keterbatasannya, sehingga dapat terjadi interaksi yang efektif dengan manusia yang menggunakan sistem.
Metode dan peralatan penanganan material yang dipilih harus memberikan biaya per unit angkut yang rendah.
Faktor pemakaian energi dari sistem penanganan material dan prosedurnya harus diikutsertakan dalam melakukan justifikasi ekonomi.
Penggunaan ruangan harus dimanfaatkan seefektif mungkin.
Sedapat mungkin manfaatkan gaya berat untuk memindahkan material, dengan tetap memperhatikan keterbatasan yang menyangkut faktor keselamatan tenaga kerja, kerusakan maupun kehilangan produk.
Untuk meningkatkan informasi pengendalian material, sedapat mungkin gunakan komputerisasi dalam sistem penanganan material dan penyimpanan.
Dalam penanganan dan penyimpanan, arus data agar dapat diintegrasikan dengan arus fisik material.
Urutan operasi dan tata letak peralatan harus efektif dan efisien.
Metode dan peralatan penanganan material agar distandarisasikan sehingga terdapat kesamaan dalam pelaksanaan dan acuan yang digunakan.
Peralatan penanganan material jika mungkin dimekanisasikan untuk meningkatkan efisiensi.
Metode dan peralatan penanganan material yang digunakan harus memiliki dampak minimal terhadap lingkungan.
Metode penanganan harus sesederhana mungkin, dengan mengeliminasi, mengurangi, atau mengkombinasikan gerakan dan atau peralatan yang tidak perlu.
Metode dan peralatan yang dipilih sedapat mungkin bisa digunakan untuk berbagai tugas dalam berbagai kondisi operasi.
Metode dan peralatan penanganan material harus sesuai dengan peraturan keselamatan yang berlaku.
Sistem penanganan material harus mencakup rencana pemeliharaan dan jadwal perbaikan untuk semua peralatan serta kebijaksanaan jangka panjang untuk penggantian peralatan dan metode yang using.
2.3 Ongkos Material Handling
Menurut Susetyo, et al. (2010), kendala yang dialami perusahaan dalam proses dan fasilitas produksi adalah dalam hal pemindahan bahan baku yang kurang efisien. Seperti dalam proses produksinya terdapat aliran pemindahan bahan yang berpotongan (cross movement) dikarenakan tata letak mesin yang kurang teratur sehingga dapat mengakibatkan proses produksi terganggu, jarak antar departemen produksi yang cukup jauh sehingga dapat menimbulkan ongkos material handling yang cukup besar. Oleh karena itu perlu adanya suatu pertimbangan bagaimana membuat atau mengubah tata letak fasilitas yang lebih efektif dan efisien.
Umumnya, biaya yang diperlukan dalam kegiatan material handling cukup besar. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meminimalkan biaya perpindahan barang yakni melalui perbaikan tata letak penempatan barang. Tata letak penempatan barang yang baik adalah tata letak yang memungkinkan barang yang tersimpan dapat terjangkau dan jarak pemindahan yang minimum. Jarak pemindahan yang minimum akan dapat mengurangi biaya perpindahan barang sehingga dapat mengurangi total biaya operasional gudang (Tompkins dan Smith, 1990 dalam Karonsih, et al., 2013).
Susetyo, et al. (2010) juga mengatakan bahwa pemilihan ongkos material handling sebagai kriteria keberhasilan dari relayout disebabkan oleh beberapa alasan, yaitu:
Ongkos material handling cukup besar dan terjadi secara terus menerus di samping juga termasuk dalam klasifikasi ongkos variabel. Material handling pada dasarnya merupakan kegiatan yang tidak produktif yaitu dalam arti tidak memberikan nilai tambah apa-apa dari material yang dipindahkan.
Ongkos material handling dapat dengan mudah dihitung. Biasanya ongkos material handling akan proporsional dengan jarak pemindahan material.
Ongkos material handling seringkali akan sangat dipengaruhi oleh relayout-nya sendiri.
Pengukuran jarak dilakukan dengan pengukuran rectilinier dan pada pengukuran jarak masing-masing tidak memperhatikan adanya lintasan, sehingga pengukuran dilakukan secara langsung dari masing-masing titik tengah departemen produksi.
Karonsih, et al. (2013) juga menyatakan bahwa perhitungan jarak dilakukan dengan dengan mengukur jarak antara titik keluar masuk dengan titik pusat blok penyimpanan dari masing-masing material. Untuk mengetahui jarak pemindahan dihitung menggunakan metode rectilinier yaitu dengan rumus di bawah ini:
Untuk menghitung ongkos material handling pada layout awal ialah dengan rumus:
OMH = Biaya Mesin + Biaya Operator
dimana biaya mesin dapat dihitung dengan rumus:
Kemudian untuk perhitungan ongkos material handling per meternya dapat dihitung dengan rumus:
Sehingga, ongkos material handling tiap satuan jaraknya adalah:
2.4 Peralatan Material Handling
Menurut Purwaningsih dan Purnawan (2007), ada beberapa desain peralatan material yang umum terdapat dalam dunia industri, yaitu:
Peralatan Kontainer dan Pengunitan
Kontainer: Pallet; Skid dan Skid boxes
Gambar 2. Skid Boxes
Sumber: Google image (2015)
Pengunitan: Stretchwrap; Palletizers
Peralatan Transportasi Material, yaitu peralatan yang menggunakan gaya berat atau tenaga (mesin), biasanya digunakan untuk memindahkan muatan merata dari tempat ke tempat sepanjang satu lintasan tetap, dengan fungsi utama mengantar.
Konveyor: Chute conveyor; Belt conveyor (Flat belt conveyor, Telescoping belt conveyor, Troughed belt conveyor, Magnetic belt conveyor); Roller conveyor; Wheel conveyor (ban pengantar yang membawa beban di atas serangkaian peluncur, yang bergerak di atas bantalan); Peluncur pengangkut bertenaga (listrik); Corong gravitasi (luncuran yang terbuat dari logam); Slat conveyor; Chain conveyor; Tow line conveyor; Trolley conveyor; Power and free conveyor; Cart-on-Track conveyor; Sorting conveyor (Deflector, Push diverter, Rake puller, Moving slat conveyor, Pop-up skewed wheels, Pop-up rollers, Tilting slat conveyor, Tilt tray sorter, Cross belt sorter, Bombardier sorter).
Gambar 3. Belt conveyor
Sumber: Google image (2015)
Kendaraan industri: Walking (Hand truck and hand cart, Pallet jack, Walkie stacker); Riding (Pallet truck, Platform trucks, Counterbalanced lift truck, Straddle carrier, Mobile yard crane); Automated (Automated guided vehicle, Automated electrical monorail, Sorting transfer vehicle)
Gambar 4. Pallet jack
Sumber: Google image (2015)
Monorel, Hoist dan Crane: Monorel; Hoist; Crane (Jib crane, Bridge crane, Gantri crane, Stacker crane)
Gambar 5. Jib crane
Sumber: Google image (2015)
Peralatan Penyimpanan dan Pengumpulan
Unit load storage and retrieval: Unit load storage equipment (Block stacking, Pallet stacking frame, Single deep selective rack, Double-deep rack, Drive-in rack, Drive-thru rack, Pallet-flow rack, Push-back rack, Mobile rack, Cantilever rack); Unit load retrieval equipment (Walkie standart, Counterbalance lift truck, Narrow aisle vehicle, Automated storage/Retrieval machines).
Gambar 6. Pallet stacking frame
Sumber: Google image (2015)
Small load storage and retrieval equipment: Operator to stock equipment (Bin shelving, Modular storage drawers in cabinets, Carton flow rack, Mezzanine, Mobile storage, Pallet); Operator to stock retrieval equipment (Picking cart, Order picker truck, Person abroad automated storage and retrieval machine, Robotic retrieval); Stock to operator equipment (Carousels, Minoload automated storage and retrieval machine, Vertical lift module, Automatic dispenser)
Gambar 7. Bin shelving
Sumber: Google image (2015)
Peralatan Identifikasi
Automatic identification and recognition: Bar coding; Optical character recognition; Radio frequency tag; Magnetic stripe; Machine vision.
Gambar 8. Machine vision
Sumber: Google image (2015)
Automatic, paperless communication: Radio frequency data terminal; Voice headset; Light and computer aids; Smart card.
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang sudah dijelaskan, maka dapat dibuat beberapa kesimpulan, yaitu:
Material handling adalah suatu kegiatan dalam memindahkan barang, dan bisa juga dikatakan sebagai seni dan ilmu yang meliputi penanganan, pemindahan, pengepakan, penyimpanan, sekaligus pengendalian dari bahan.
Tujuan utama perencanaan material handling adalah untuk mengurangi biaya produksi dan guna meningkatkan efisiensi perpindahan material dari satu departemen ke departemen lainnya.
Ongkos material handling dapat dihitung dengan rumus:
OMH = Biaya Mesin + Biaya Operator
Peralatan material handling yaitu: Peralatan Kontainer dan Pengunitan, Peralatan Transportasi Material, Peralatan Penyimpanan dan Pengumpulan, dan Peralatan Identifikasi.
3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa agar lebih mencari informasi dan materi mengenai material handling dari beberapa sumber, sehingga mahasiswa lebih mudah memahami kegiatan material handling dalam suatu pabrik.
DAFTAR PUSTAKA
Herjanto, Eddy. 2008. Manajemen Operasi. Edisi Ketiga. Jakarta: Grasindo.
Karonsih, S. Nurrisa; N. W. Setyanto; dan C. F. M. Tantrika. 2013. Perbaikan Tata Letak Penempatan Barang di Gudang Penyimpanan Material Berdasarkan Class Based Storage Policy. Diakses dari http://jrmsi.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jrmsi/article/viewFile/40/64 pada 30 Maret 2015.
Purwaningsih, Ratna dan P. A. Wicaksono. 2007. Ergonom Industri. Buku Ajar. Universitas Diponegoro. Semarang.
Rochman, Taufiq; R. D. Astuti; dan R. Patriansyah. 2010. Peningkatan Produkstivitas Kerja Operator melalui Perbaikan Alat Material Handling dengan Pendekatan Ergonomi. Performa, 9(1):1-10.
Susetyo, Joko; R. A. Simanjuntak; dan J. M. Ramos. 2010. Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Produksi dengan Pendekatan Group Technology dan Algoritma Blocplan untuk Meminimasi Ongkos Material Handling. Jurnal Teknologi, 3(1):75-84.