KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran kehadiran Allah SWT, berkat rahmat dan dan karunia-NYA kami dapat dapat menyelesaikan makalah ini yang bertemakan “Pandangan “ Pandangan – – Pandangan Pandangan Pendididkan” Pendididkan ” Tak lupa juga shalawat serta salam selalu terlimpahkan kepada nabi Muhammad SAW., sang manusian yang paling di cintai Allah SWT.seseorang yang selalu jadi panutan seluruh kaum muslimin di seluruh dunia. Semoga kemuliaan selalu menyertaimu wahai Rasulullah SAW, beserta segenap keluarga dan sahabat mu sertab orang-orang yang megikutimu. Makajah ini di buat untuk memenuhi tugas Pengantar Pendidikan yang di bawakan oleh Dosen Ust. Isrofil Siregar,M.Pd.I. Mungkin dalam pembuatan makalah ini masih banyak memiliki kekurangan baik dari segi penulisan, isi dan lain sebagainya. Maka kami sangat mengharapkan kritikkan dan saran guna perbaikan untuk pembuatan makalah di hari yang akan datang. Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga tulisan sederhana ini semoga dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pembaca.Atas semua ini kami mengucapkan terimakasih bagi segala pihak yang telah ikut membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Batam, Oktober 2017
Penyusun
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ...............................................................................................................
i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1 Latar Belakang...........................................................................................................................
1
Rumusan Masalah .....................................................................................................................
1
Tujuan Makalah .........................................................................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 2 PANDANGAN-PANDANGAN PENDIDIKAN .....................................................................
2
Empirisme ...................................................................................................................
2
Nativisme ....................................................................................................................
3
Naturalisme .................................................................................................................
3
Konvergensi ................................................................................................................ 4 Perenialisme ................................................................................................................ 4 Essensialisme .............................................................................................................. 4 Progressivisme ............................................................................................................ 5 Rekonstruksionisme ....................................................................................................
5
TOKOH DAN GERAKAN BARU PENDIDIKAN ................................................................. 5 Paulo Freire (1921-1997) ............................................................................................
5
Ivan Illich (1926-2002) ...............................................................................................
5
Piere Bourdieu (1930-2002) ....................................................................................... 6 TEORI-TEORI PENDIDIKAN DI INDONESIA.....................................................................
6
Teori Bahaviorisme .....................................................................................................
6
Teori Kognitivisme .....................................................................................................
7
Teori konstruktivisme .................................................................................................
8
Teori Humanistik ........................................................................................................ 8 PANDANGAN PENDIDIKAN DI INDONESIA ....................................................................
9
BAB III PENUTUP ................................................................................................................... 11 Kesimpulan ................................................................................................................................ 11 Daftar Pustaka ........................................................................................................................... 12
ii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan memiliki nuansa berbeda antara satu daerah dengan daerah lain, sehingga banyak bermunculan pemikiran – pemikiran yang dianggap sebagai penyesuaian proses pendidikan den gan kebutuhan yang diperlukan. Karenanya banyak teori yang dikemukakan para pemikir yang bermuara pada munculnya berbagai aliran pendidikan. Oleh karena itu perlu kita ketahui faktor – faktor apa saja yang dominan pengaruhnya dalam perkembangan peserta didik. Dalam makalah ini, penulis akan memaparkan padangan-pandangan yang mempengaruhi peserta didik, baik dari keturunan, lingkungan, gabungan antara keduanya dan fitrah/potensi.
1.2 Rumusan Masalah Adapun yang kita bahas pada makalah ini antara lain :
8 macam Pandangan – Pandangan Pendidikan
Tokoh dan Gerakan Baru Pendidikan
Teori-Teori Pendidikan di Indonesia
Pandangan pendidikan di Indonesia
1.3 Tujuan Makalah 1. Untuk memenuhi tugas Pengantar Pendidikan yang di bawakan oleh Dosen Ust. Isrofil Siregar,M.Pd.I. 2. Mengetahui jenis-jenis pandangan ( aliran ) pendidikan 3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan teori pendidikan 4. Mengetahui teori-teori pendidikan dan tokohnya yang ada di Indonesia dan dunia
1
BAB II PEMBAHASAN Pendidikan dipandang sebagai bidang studi interdisipliner karena didasarkan atas berbagai bidang ilmu seperti filsafat moral sosial (Rousseau, Piaget), Psikologi (Freud, Piaget, Dewey), dan
teori
kepribadian
(Peck,
Havinghurst,
danMaslow).
Pendidikan
sebagai
usaha
memanusiakan manusia memiliki skop yang luas dan multitafsir. Skop pendidikan dimaknai sebagai pandangan-pandangan atau aliran-aliran pendidikan yang lahir karena latar belakang filsafat dan pendekatanya berbeda. Ragam keilmuan yang melengkapi pendidikan menjadikan kajian tentangnya dapat menimbulkan tafsir yang banyak (multitafsir).
2.1 PANDANGAN-PANDANGAN PENDIDIKAN Pandangan atau aliran pendidikan lahir salah satunya karena latar belakang dan pengaruh filsafat pendidikan sebagai cara pandangnya. Pandangan atau aliran dalam hal ini tidak membedakan antara aliran klasik dan modern. Secara umum, pandangan-pandangan pendidikan terdiri dari empirisme, nativisme, naturalisme, dan konvergensi. Menurut Brameld (dalam O’Neil, 2002: 22), terdapat empat pandangan
tentang
pendidikan
yang
disebutnya
sebagai
perenialisme,
esensialisme,
progressivisme, dan rekonstruksionisme.
Empirisme
Empirisme berasal dari kata empiri yang berarti pengalaman. Tokoh empirisme ini adalah John Locke (1632-1704), seorang filosof berkebangsaan inggris. Menurut Indar (1994: 42), Locke percaya bahwa anak lahir didunia ini sebagai kertas kosong atau sebagai meja berlapis lilin (tabula rasa) yang belum ada tulisan diatasnya sehingga aliran ini disebut juga dengan nama aliran “tabula rasa”. Empiris beranggapan bahwa seluruh pengetahuan adalah keluaran pengalaman personal. Pengalaman yang dimaksud biasanya dianggap lahir dari perjumpaan daya tangkap indrawi antara individu dengan sebuah dunia yang mengada secara mandiri untuk diketahui (O’Neil, 2002: 591). Sasaran pendidikan pada aliran ini, yaitu membentuk akal sehat dalam tubuh yang sehat. Disamping John Locke, terdapat juga ahli pendidikan yang lain dan mempunyai pandangan yang hampir sama, yaitu Helvatus (seorang ahli filsafat yunani) yang
2
berpendapat bahwa manusia dilahirkan dengan jiwa dan watak yang hampir sama, yaitu suci dan bersih. Demikian pula dengan seorang pemikir jaman Aufklarung bernama Claude Adrien Helvetius (1715-1771) juga telah merumuskan jawaban dari pertanyaannya: bagaimana dapat terjadi agar manusia liar itu menjadi manusia yang kuat dan terampil, beradab, serta kaya akan ilmu dan gagasan-gagasan. Schunk (2012: 9) meringkas empirisme sebagai keyakinan bahwa pengalaman merupakan satu-satunya bentung pengetahuan. Locke, Berkley, Hume dan Miil adalah beberapa tokoh yang mendukung pandangan-pandangan empiris.
Nativisme
Aliran ini adalah penganut dari ajaran filsafat idealisme. Tokoh nativisme adalah Arthur Schopenhauer (1788-1860) yang berpandangan bahwa faktor pembawaan yang bersifat kodrat dari kelahiran dan tidak mendapatkan pengaruh dari alam sekitar atau pendidikan sekalipun, dan itulah yang disebut kepribadian manusia. Nativisme berasal dari bahasa latin, yaitu nativs yang memiliki arti terlahir. Aliran ini percaya bahwa potensi-potensi dari faktor pembawaan yang bersifat kodrati sebagai pribadi seorang, bukan hasil pendidikan. Paham ini menentang paham empirisme yang dikemukakan oleh John Locke. Pandangan dari aliran ini sering disebut juga sebagai aliran persimistis karena menerima kepribadian sebagaimana adanya dengan tidak mempercayai adanya nilai-nilai pendidikan untuk mengubah kepribadian. Keberhasilan pendidikan anak ditentukan oleh anak itu sendiri, bukan oleh pendidikan.
Naturalisme
Pandangan ini hapir sama dengan aliran nativisme. Pandangan naturalisme menyatakan bahwa kecil kemungkinan manusia dapat dididik karena faktor pembawaan yang bersifat kodrat dari kelahiran. Tokoh aliran ini adalah Jean Jacques Rousseau (1712-1778), seorang filosof bangsa prancis yang mengemukakan pendapatnya dalam bukunya Emile. Emile (1762) merupakan novel tentang seorang anak yang diasuh secara terpisah dari anak-anak lainya. Rousseau mengemukakan bahwa semua adalah baik pada waktu datang dari tangan sang pencipta, tetapi semua menjadi buruk ditangan manusia. Aliran ini disebut juga aliran negativisme karena berpandangan bahwa pendidik hanya wajib membiarkan pertumbuhan anak didik saja dengan sendirinya dan selanjutnya diserahkan pada alam. Jadi, pendidikan tidak diperlukan dan yang dilaksanakan adalah menyerahkan anak didik ke alam agar
3
pembawaan yang baik tadi tidak menjadi rusak oleh tangan manusia melalui proses dan kegiatan pendidikan.
Konvergensi
Aliran ini merupakan sebuah usaha untuk mengompromikan dua macam aliran yang berbeda secara ekstrem, yaitu aliran empirisme dan nativisme. Tokoh aliran ini, yaitu Wiliam Stern (1871-1938), seorang ahli pendidikan bangsa jerman. Ia berpendapat bahwa pembawaan
dan
lingkungan
sama
pentingnya.keduanya
berpengaruh
terhadap
perkembangan anak didik. Hasil perkembangan dan pendidikan anak tergantung pada besar kecilnya pembawaan serta tuasi lingkunganya.
Perenialisme
Brameld dalam O’Neil (2002: 22) menjelaskan bahwa pada dasarnya perenialisme adalah sudut pandang dimana sasaran yang lain dicapai oleh pendidikan, pendidikan adalah kepemilikan atas prinsip-prinsip tentang kenyaaan, kebenaran, dan nilai, yang abadi, tak terikat waktu, tak terikat ruang. Perenialisme berakar pada tradisi filosofi yang bisa dilacak kembali kefilosofi Plato, Aristoteles, Thomas Aquinas, dan Robert M. Hutchins. Perenialisme berasal dari kata perennial diartikan sebagai abadi atau kekal yang dapat berarti pula terus tiada ahir. Indar (1994:137) menjelaskan bahwa esensi perenialisme ialah berpegang pada nilai-nilai atau norma-norma yang bersifat kekal abadi. Untuk mengobati zaman yang sakit ini, aliran ini memberikan konsep jalan keluar regressive road to culture, yaitu kembali atau mundur kepada kebudayaan masa lampau yang masih ideal.
Essensialisme
Tujuan umum aliran essensialisme adalah membentuk pribadi bahagia didunia dan akhirat. Oleh karena itu, pendidikanya ditetapkan berdasarkan kepentingan efektivitas pembinaan kepribadian yang mencakup ilmu yang harus dikuasai dalam kehidupan dan mampu menggerakkan keinginan manusia sehingga kurikulum essensialisme dianggap sebagai miniatur dunia yang dapat dijadikan sebagai ukuran kenyataan, kebenaran dan kegunaan. Bernadib (1985: 11) menyebutkan beberapa tokoh terkemuka yang berperan dalam penyebaran aliran essensialisme dan sekaligus meberikan pola dasar pemikiran pendidikan mereka. Diantara tokoh-tokoh tersebut, yaitu Desiderius Erasmus, Johann Henrich Peztalogi, dan William T. Haris.
4
Progressivisme
Tujuan utama sekolah menurt pandangan progressivisme adalah meningkatkan kecerdasan praktis, serta untuk membuat siswa menjadi lebih efektif dalam memecahkan berbagai problema yang disajikan dalam konteks pengalaman pada umumnya (O’Neil, 2002: 23). Progressivisme mempercayi manusia sebagai subjek yang memiliki kemampuan menghadapi dunia dan lingkungan hidupnya, serta mempunya kemampuan untuk mengatasi dan memecahkan masalah-masalah yang akan mengancam manusia itu sendiri.
Rekonstruksionisme
Aliran ini berpandangan bahwa sekolah semestinya diabadikan kepada pencapain tatana demokratis yang mendunia. Aliran ini percaya bahwa teori pada puncaknya tak terpisahkan dari latar belakang sosial dalam suatu era kesejarahan tertentu. Aliran ini bercita-cita untuk mewujudkan suatu dunia dimana kedaulatan nasional berada dalam pengayoman atau subordinat kedualatan dan otoritas internasional.
2.2 TOKOH DAN GERAKAN BARU PENDIDIKAN
Paulo Freire (1921-1997)
Freire Memutuskan untuk mengabdikan hidupnya pada perjuangan melawan kelaparan sehingga tidak ada lagi anak lain yang akan merasakan penderitaan seperti yang ia alami. Freire lahir pada tanggal 19 September 1921 di Recife, sebuah kota pelabuahan timur laut Brazil. Ayahnya bernama Edeltrus Neres Freire. Orang tuanya berasal dari golongan menengah, namun mengalami kesulitan finansial yang parah selama masa depresi besar. Oleh karena itu, Freire menyadari artinya lapar bagi anak sekolah dasar.(Collins, 1999: 6) Tahun 1944, Freire menikahi Elza Mala Costo Olivera dari Recife, seorang Guru Sekolah Dasar, Elza memberikan tiga orang putri dan dua orang putra.
Ivan Illich (1926-2002)
Karya Ivan Illich yang berjudul Deschooling Society 1972 ( Bebas Dari Sekolah), Memperlihatkan pandangan keritisnya terhadap praktik-praktik pendidikan. Ia mengatakan bahwa sekolah adalah tempat anak-anak ditekan dan di paksa untuk mempelajari hal-hal yang tidak mereka kehendaki atau senangi, padahal belajar yang baik dalah belajar yang berlangsung dalam suasana bebas, yang memungkinkan pelajar sendiri memilih pelajaran yang disukainya.
5
Piere Bourdieu (1930-2002)
Perhatian Utama Piere Bourdieu meliputi dua hal, yaitu menemukan hukum yang menerangkan mengapa struktur cenderung memproduksi dirinya sendiri dan memcari keterangan mengenai cara-cara pendidikan memindahkan pengetahuan dan gagasangagasan. Dalam hal ini, dia menekan pada cara-cara evaluasi,yaitu cara-cara menentukan kriteria yang digunakan untuk menetapkan apa peserta didik itu, “HEBAT”,”BIASA BIASA”, dan”LEMAH”. Piere Bourdieu lahir di desa Denguin (Distrik Pyrenees-Atlatiques), di Selatan Prencis pada 1 Agustus 1930. Ayahnya seorang petugas pos desa. Ia mendapatkan pendidikan di Lycee (SMA) di Pau, sebelum pindah ke Lycee Louis-Le-Grand di Paris, dan akhirnya masuk ke Ecole Normale Surerieure. Ia bekerja sebagai guru Lycee di Moulins dari tahun 1955-1958, ketika ia bergabung dengan ketentaraan dan dikirim ke Aljazair (Mertono, 2010: 55). Piere Bourdieu mengatakan bahwa pendidikan didirak diatas kekuasaan. Hal ini akan tampak jelas apabila seorang peserta didika tidak mau atau menolak Belajar.
2.3 TEORI-TEORI PENDIDIKAN DI INDONESIA Teori Pendidikan merupakan dasar yang memberikan la yanan pendidikan yang baik.
Teori Bahaviorisme
Behavisirisme adalah posisi filosof yang mengatakan bahwa untuk menjadi ilmu, psikologi harus lebih memfokuskan perhatiannya terhadap suatu yang dapat di teliti lingkungan dan perilaku dari pada fokus pada apa yang tersedia dalam individu, Persepsi persepsi, Pikiran-pikiran, berbagi citra, perasaan-perasaan, dan sebagainya. Perasaan itu sifatnya subyectif dan kebal bagi pengukuran sehingga tidak akan pernah menjadi ilmu yang objectif. Tokoh-tokoh teori ini antara lain, Ivan Pavlov, Edward Lee Thorndike, Jhon B. Waton, dan B.F. Skinner. Teori ini sering disebut Aliran Perilaku yang merupakan filosofi dalam psikologi yang berdasar pada proposisi bahwa semua yang dilakukan oleh organisme termasuk tindakan, pikiran atau perasaan dapat dan harus dianggap sebagai perilaku. Teori ini berpendapat bahwa perilaku demikian dapat digambarkan secara ilmiah tanpa melihat persitiwa fsikologis internal atau kontrak hipotesis seperti pemikiran. Keterangan kerja teori ini adalah EMPIRISME. Pengelompokan Teori Behavisirisme antar lain:
6
a.
Teori Koneksionalisme Tokoh teori Koneksionalisme adalah Edward Lee Thorndike (1874-1949).
Dimana Edward menjelaskan bahwa motif belajar dapat terjadi dengan terbentuknya hubungan atau ikatan, atau bond, atau asosiasi, atau koneksi natural yang kuat antara stimulus dan respons. b.
Teori Classical Conditioning
Tokoh Classical Conditioning, Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936), seorang ahli psikologi dari Rusia beranggapan bahwa Conditioning adalah suatu motif belajar yang memungkinkan organisme memberikan respon terhadap suatu rangsangan yang sebelumnya tidak menimbulkan respon itu , atau suatu peroses untuk memperkenalkan berbagai reflek menjadi sebuah tingkah laku. c.
Teori Operant Conditioning Teori ini dikemukakan oleh Skinner, ia di lahirkan di Susquehanna pada Tahun
1904. Penerapan teori ini dalam pendidikan, diantara lain: 1.
Tidak menggunakan hukuman dalam pendidikan.
2.
Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk menghindari pelanggaran agar tidak menghukum.
3.
Tingkah laku yang diinginkan, bila dibuan anak, dibiarkan tidak diperhatikan, tetapi tingkah laku yang diinginkan, diberi reinforcement(reward).
4.
Melaksanakan master learning.
Teori Kognitivisme
Kerangka kerja atau dasar pemikiran toeri pendidikan kognitivisme adalah dasarnya rasional. Teori ini memiliki asumsi filosof yaitu the way in which we learn. Pengetahuan seseorang diperoleh berdasarkan pemikiran. Menurut teori ini, kita belajar disebabkan oleh kemampuan kita dalam menafsirkan peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam lingkungan. Dalam belajar terjadi dan menjelaskan secara ilmiah kegiantan mental internal dalam diri kita. Jadi dalam teori ini lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil. Dimana teori ini terdiri atas beberapa kelompok sebagai berikut : a. Teori Gestalt Tokoh yang menciptakan teori ini ialah Max Werteimer (1840-1943), seorang psikolog Jerman. Sari pati psikolog Gestalt adalah merupakan keseluruhan yang penuh arti. Motif tidak menerima stimulus secara tertutup, tetapi Stimulus-stimulus itu sacara bersama-sama serempak kedalam konfigurasi penuh arti. Penerapan teori ini adalah :
7
1. Sangat penting artinya bagi individu (murud) bila ia dapat menemikan pemahaman (insight) dengan cara sendiri tanpa diberi tahu sehingga guru harus pandai mengatur strategi bagaiman cara mengajar untuk menimbulkan pemahaman oleh murid sendiri tanpa murid merasa diberi tahu secara langsung. 2. Bila
ada
murid
yang
memiliki
masalah,
musid
diusahakan
untuk
mengintropeksi diri. b. Teori Medan (Filed Theory) Motif menurut teori Medan dapat didefinisikan sebagai suatu sistem intrelasi yang dinamis. Suatu bagiannya mempengaruhi tiap-tiap bagian yang lainnya, tidak satupun berada didalamnya dalam isolasi. Lingkungan dapat dipandang sebagai Medan, dari individu itu sendiri dapat dipikirkan sebagai suatu sistem interrela si yang dinamis.
Teori konstruktivisme
Menurut kaum Kontruktivisme, Belajar dalam pengertian ini merupakan proses aktif pelajar mengonstruksi teks, dialog, pengalaman fisik, dan lain-lain., dan juga merupakan proses mengisimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang di pelajari. Konsep pembelajaran menurut teori ini adalah suatu proses pembelajaran yang mengondisikan peserta didik untuk melakukan proses aktif membangun konsep, pengertian, dan pengetahuan baru berdasarkan fakta.
Teori Humanistik
Tokoh-tokoh dalam teori ini adalah Artuh Combs, Abraham H. Maslow, dan Carl Rogers. Aplikasi teori pendidikan humanistik antara lain : a) Confluent Education, Yaitu proses pendidikan yang memadukan pengalaman-
pengalaman efektif dengan belajar kognitif dalam kelas. b) Open Education, Yaitu proses pendidikan terbuka. c) Corrperative Education, Yaitu komposisi dalam pembelajaran untuk mendapatkan
pengetahuan secara bersama, dimana murid mondorong untuk saling membantu dalam pembelajaran. Maslow (Crapps, 1998:161) Menyatakan bahwa banyak tulisan mengenai motivasi atau motif selalu menhubung-hubungkan.
8
2.4 PANDANGAN PENDIDIKAN DI INDONESIA Pendidikann di Indonesia berkembang terus-menerus mengikuti perubahan peradaban manusia. Ada bebrapa fase perkembagan di Indonesia yaitu: 1) Zaman Purba 2) Zaman pengaruh Hindu-Budha
memberi pandangan pendidikan yang sampai dengan sekarang masih dijalankan oleh masyarakat yang menganut pandangannnya. Dimana sistem pendidikan pada masa tersebut disebut sistem guru-kula. Pandangan tersebut dibuat oleh Djumhur dan Danasuparta (1985: 109). 3) Zaman perkembangan permulaan Islam
melahirkan pendangan pedidikan yang bercorak islam, dua lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam pendidikan dalam fase ini adalah Langgar dan Pesantren. 4) Zaman pengaruh Portugis dan Spanyol 5) Zaman pengaruh Belanda 6) Usaha-usaha rakyat di Lapangan pendidikan
banyak memberikan warna pendidikan di Indonesia sampai sekarang. Pada fase ini lahirlah institusi-institusi pendidikan yang diperkasai oleh tokoh-tokoh masyarakat dan organisasi-organisasi masyarakat berbasis keagamaan atau nasionalis. Diantara tokoh-tokoh tersebut yaitu R.A Kartini, R. Dewi Sartika, Rohana Kuddus, Muhammadiyah, Al Irsyad, Mathla’ul Anwar, Persatuan Umat Islam, Ki Hajar Dewantara (Taman Siswa), Persatuan Islam (Persisi), Nahdatul Ulama, Moh. Syafei (INS), Pondok Modern Gontor Ponorogo, dan Al-Jami’iyatul Wasliyah. Suwardi Suryaningrat (pada usia 39 tahun ganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara) dilahirkan di Yogyakarta pad tanggal 2 Mei 1889, putra KPH Suryaningrat dan cucu Pakualam III. Ki Hajar Dewantara dalam Djumhur dan Danasuptra (1985 : 173) mengatakan bahwa pendidikan itu (termasuk pengajar) bagi tiap-tiap bangsa berarti pemeliharaan guna mengembangkan benih turunan dari bangsa itu agar dapat berkembang dengan sehat lahir batin.
9
Mudyaharjo (2012: 299), mengutip Ki Hadjar Dewantara, mengatakan bahwa budaya bangsa sendiri harusnya dipakai sebagai petunjuk jalan untuk mencari penghidupan baruyang selaras dengan kodrat bangsa dan akan memberi kedamaian dalam hidup. Lain Ki Hajar Dewantara, lain pula yang dikerjakan oleh Moh. Syafei (1896-1966) dengan INS yang didirikan di Kayutanam pada tahun 1926. Moh. Syafei dilahirkan pada tanggal 21 Januari 1896 di Sumatera Barat. Dimana Moh. Syafei melalui INS bahwa rekonstruksi pengalaman dalam pendidikan harus diarahkan untuk mencapai efensiensi sosial. Dengan demikian, pendidkan harus merupakan suatu proses sosial. 7) Zaman pengaruh Jepang 8) Zaman Kemerdekaan.
10
BAB III PENUTUP Kesimpulan Dari penjelasan diatas dapat di simpulkan bahwa pandangan hidup itu sangat penting. Baik untuk kehidupan sekarang maupun kehidupan di akhirat. Dan sudah sepantasnya setiap manusia memilikinya. Maka pilihan pandangan hidup harus betul-betul berdasarkan pilihan akal bukan sekedar ikut-ikutan saja. Perlu kita sadari bahwa baik Tuhan maupun agama bagi kita adalah suatu kebutuhan. Bukan kebutuhan sesaat seperti makan, minum, tidur, dan sebagainya. Melainkan kebutuhan yang terus menerus dan abadi. Sebab setiap saat kita memerlukan perlindungan Allah SWT dan petunjuk agama sampai diakhir nanti. Manusia itu adalah mahluk ciptaan tuhan yang sangat sempurna Karna manusia memiliki segala yang tidak di miliki oleh mahluk lainnya. Dan pada hakekatnya manusia itu tidak bisa hidup sendiri tanpa ada manusia dan mahluk hidup lainnya. Manusia sebagai mahluk sosial berperan penting dalam peranannya mengatur hubungan yang terjalin antar suatu wilayah atau negara.
11
Daftar Pustaka
Susilowati, Retno.2008. PANDANGAN PENDIDIKAN DI INDONESIA https://retnosusilowati.wordpress.com/2008/06/10/pandangan-pendidikan-di-indonesia/
Kristanti, Anastasia.2014 Pengertian Pendidikan Menurut KH Dewantara. http://anastasiakristanti.blogs.uny.ac.id/2015/09/27/pengertian-pendidikan-menurut-khdewantara-dan-driyarkara/
Hadi, A Soedomo.2008. Pendidikan Suatu Pengantar .Surakarta:UNS Press.
12
Pertanyaan & Pemasukan
13