MATA KULIAH PEMBIAYAAN AGRIBISNIS I “Efektifitas Pembiayaan Pertanian Dengan PUAP”
Oleh : 1. Adrian Bobby Purba 2. Eko Alfredo Damanik 3. Ratnanta Indriani C. 4. Yunita Fadhilah 5. Yuvita Yuvita Alfanur Alfanurani ani
Dosen
(H34124036) (H34124023) (H34124028) (H34124049) (H3412 (H3412401 4015) 5)
Nilai
: Feryanto W.K SP, M.Si
Hari / Tanggal
: Kamis, 28 Maret 2013
Praktikum
: VII
Ruang
: Kimia
Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor 2013
LEMBAR PENGESAHAN Efektifitas Pembiayaan Pertanian Dengan PUAP
Nama Ketua Ketua Kelompo Kelompok k : Adrian Boby Purba Anggota
: 1. Eko Alfredo Damanik
(H34124036)
2. Ratnanta Indriani C.
(H34124028)
3. Yunita Fadhilah
(H34124049)
4. Yuvita Alfanurani
Dosen Praktikum
(H34124023)
(H34124015)
: Feryanto W.K SP, M.Si
“Tugas akhir ini merupakan bagian dari syarat Mk. Pembiayaan Agribisnis”
Bogor, 28 Maret 2013 Mengetahui, Dosen Praktikum
Ketua Kelompok
( Feryanto W.K SP, M.Si )
(Adrian Boby Purba)
Mengetahui, Koordinator Matakuliah Pembiayaan Agribisnis Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
(Dr. Ir. Dwi Rachmina, M.Si)
RINGKASAN Program program
Pengembangan
yang
diinisiasi
Usaha
oleh
Agribisnis
Kementrian
Perdesaan
Pertanian.
(PUAP)
Menteri
adalah
Pertanian
membentuk Tim Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan melalui Keputusan Menteri Pertanian (KEPMENTAN) Nomor 545/Kpts/OT.160/9/2007. Program PUAP adalah bentuk fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani.
Program PUAP dilaksanakan oleh gabungan kelompok tani (Gapoktan) serta didampingi oleh tenaga Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT).
Keberadaan gapoktan sebagai ujung tombak pelaksanaan
PUAP di lapanganan diharapkan dapat mempengaruhi masyarakat petani untuk ikut berpartisipasi dalam program PUAP. Untuk itu sangat diperlukan kelembagaan gapoktan yang aktif dan kehadiran pemimpin yang mampu memotivasi masyarakat untuk berperan serta aktif dalam program PUAP. Pelaksanaan PUAP yang sesuai dengan sistematika yang ada. Sehingga, penyampaian banuan modal sampai ke tangan yang tepat yaitu Gapoktan yang membutuhkan. Maka akan tercapai keberhasilan Gapoktan itu sendiri. Adapun pelaksanaanya
untuk
mencegah
penyelewengan
dana,
maka
diperlukan
penyaluran dana yang transparan. Ini biasanya memiliki koridoryang penting yaitu Gapoktan didampingi oleh Tenaga Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani. PUAP dilaksanakan secara terintegrasi dengan kegiatan Departemen Pertanian maupun kementrian atau lembaga lain dibawah payung program PNPM mandiri. Cara mendapatkan PUAP yaitu kelompok tani harus terlebih dahulu membuat RUA (Rencana Usaha Anggota) kemudian RUA ini dikembangkan dalam bentuk RUK (RencanaUsaha Kelompok). Dari RUK inilah ditetapkan RUB (Rencana Usaha Bersama) yang menjadi acuan dalam pemberian dan pengelolan PUAP tersebut.
Transparansi penyampaian
dana melalui rekening
langsung ke
Gapoktan. Dengan terkelolanya koridor ini dengan baik, maka kelembagaan petani akan mampu mengelola dan meningkatkan usaha pertanian sampai usaha pertaniannya berkembang. Ketiga jurnal yang kami bahas dalam makalah ini menunjukkan, bahwa ratarata hasil keluaran PUAP efisiensi untuk mengembangkan usaha pertanian yang i
ada didaerah. Hal ini ditunjukkan dengan indicator output dan outcome yang tepat pada sasaran. Tetapi pada jurnal ketiga PUAP belum efisien, dikarenakan terkendala oleh letak geografis yang kurang mendukung, sehingga penyaluran dana PUAP belum optimal.
ii
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan Penulisan Tugas Akhir
Matakuliah Pembiayaan Agribisnis ini. Tema yang dipilih adalah Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP), dengan judul “Efektivitas Pembiayaan Pertanian dengan PUAP”. Penulis menyadari bahwa Penulisan Tugas Akhir
ini dapat
diselesaikan
karena bantuan berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Feryanto W.K SP, M.Si selaku dosen praktikum atas saran, arahan dan motivasinya dalam penyusunan
tugas, serta saran dan koreksiannya. Ucapan
terimakasih juga penulis sampaikan Ibu Dr. Ir. Dwi Rachmina, M.Si Koordinator Matakuliah Pembiayaan Agribisnis
selaku
yang telah memberikan ilmu
selama kegiatan perkuliahan. Semoga Penulisan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Bogor, Maret 2013
Penulis
iii
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................2 RINGKASAN....................................................................................................I KATA PENGANTAR......................................................................................... III DAFTAR ISI...................................................................................................IV DAFTAR TABEL............................................................................................... V DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ VI I.PENDAHULUAN...........................................................................................VI I.1LATAR BELAKANG......................................................................................................... VI I.2PERUMUSAN MASALAH................................................................................................. VII I.3TUJUAN..................................................................................................................... VII II.KERANGKA TEORI..................................................................................... VIII II.1PROGRAM PUAP....................................................................................................... VIII II.2 INDIKATOR K EBERHASILAN PUAP.................................................................................. IX II.3PENGERTIAN PEMBIAYAAN ............................................................................................. X III. METODE PENULISAN................................................................................. XI 3.1PENGUMPULAN DATA................................................................................................... XI 3.2METODE ANALISIS....................................................................................................... XI IV.PEMBAHASAN..........................................................................................XII DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................2
iv
DAFTAR TABEL TABEL 1. PENDAPATAN PETANI SEBELUM DAN SESUDAH MENERIMA DANA PUAP .................................................................................................................. XIII TABEL 2. DATA KECAMATAN DI KABUPATEN MANOKWARI PENERIMA.............XIV TABEL 3. KONDISI AWAL GAPOKTAN, PPL PENDAMPING, PMT, RUB GAPOKTAN PUAP 2008.................................................................................................XVII TABEL 4. NILAI PENYALURAN, JUMLAH NILAI USAHA AKHIR GAPOKTAN PUAP 2008......................................................................................................... XVIII
v
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
I.
I.1
Latar Belakang Kemiskinan di perdesaan akan terus manjadi masalah pokok nasional
sehingga penanggulangan kemiskinan tetap menjadi program prioritas untuk tercapainya kesejahteraan sosial bagi masyarakat. Oleh karena itu pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian dan perdesaan secara langsung maupun tidak
langsung
akan
berdampak
pada
pengurangan
penduduk
miskin.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 2009 jumlah penduduk miskin tercatat 32,53 juta jiwa (14,15%). Dari jumlah tersebut sekitar 20,65 juta jiwa berada di perdesaan dengan mata pencaharian utama di sektor pertanian. Pada umumnya petani di perdesaan berada pada skala usaha mikro yang memiliki luas lahan salah lebih kecil dari 0,3 hektar. Pada bulan Maret 2010, BPS mencatat jumlah penduduk miskin turun menjadi 31,02 juta jiwa (13,33%). Pemerintah telah berhasil menurunkan angka kemiskinan sebanyak 1,57 juta jiwa (0,82%).
Meskipun demikian, kemiskinan
akan tetap menjadi sorotan bagi pemerintah, oleh karena itu Kementerian Pertanian mulai tahun 2008 telah melaksanakan program Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan
(PUAP)
dibawah
koordinasi
Program
Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri) dan berada dalam kelompok program pemberdayaan masyarakat. PUAP merupakan program kementerian pertanian bagi petani di perdesaan dalam
rangka
meningkatkan
kualitas
hidup,
kemandirian,
dan
kesejahteraan dengan memberikan fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani yang salah satu tujuannya yaitu memberikan kepastian akses pembiayaan kepada petani anggota Gapoktan. Gabungan Kelompok Tani penerima dana PUAP sebagai kelembagaan tani pelaksana PUAP tentunya menjadi salah satu penentu sekaligus indikator bagi keberhasilan program PUAP itu sendiri.Pelaksanaan PUAP diharapkan dapat menjadi jalan tumbuh dan berkembangnya Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) yang dimiliki dan dikelola oleh Gapoktan di pedesaan. vi
Tersalurkannya dana BLM PUAP kepada petani, buruh tani dan rumah tangga tani miskin anggota Gapoktan sebagai modal untuk melakukan usaha produktif pertanian, merupakan slah satu ciri keberhasilan pelaksanaan PUAP. Keberhasilan
tersebut
akan
berdampak
pada
peningkatan
produktivitas,
berkembangnya usaha mikro yang dimiliki oleh para petani kecil, yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan masyarakat kecil, yang menjadi target utama dari pengadaan program PUAP tersebut.
I.2
Perumusan Masalah Berdasarkan hal-hal yang telah disampaikan di atas, rumusan masalah yang
diangkat kali ini adalah : a. Seberapa jauh pemerintah dapat melihat permasalahan mendasar yang dihadapi petani (kurangnya akses kepada sumber permodalan, pasar dan teknologi, serta organisasi tani yang masih lemah). b. Seberapa jauh peranan Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) yang
dilaksanakan
oleh
Departemen
Pertanian
dalam
menanggulangi
kemiskinan masyarakat kecil. c. Seberapa besar dampak dari program PUAP jika dilihat dari beberapa indikator keberhasilan dalam melihat keefektifan program tersebut terhadap pengembangan usaha dibidang agribisnis dan penigkatan pendapatan para masyarakat kecil.
I.3
Tujuan Berdasarkan dari rincian permasalahan diatas, maka tujuan penulisan
makalah ini adalah : a. Memberikan gambaran umum mengenai permasalahan atau hambatanhambatan yang dihadapi masyarakat petani miskin. b. Melihat peranan pemerintah melalui PUAP dalam menanggulangi permasalahan masyarakat petani miskin. c. Melihat efisiensi atau dampak yang menunjukkan adanya keberhasilan penyaluran dana PUAP berdasarkan indikator-indikator tertentu.
vii
II.
KERANGKA TEORI
II.1 Program PUAP Permasalahan mendasar yang dihadapi petani adalah kurangnya akses kepada sumber permodalan, pasar dan teknologi, serta organisasi tani yang masih lemah. Untuk itu, program penanggulangan kemiskinan merupakan bagian dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka. Salah satu program yang bertujuan kepada pengentasan kemiskinan di Perdesaan adalah Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP).
Program Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan (PUAP) merupakan salah satu program yang bertujuan mengurangi kemiskinan. Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) adalah program
yang
diinisiasi
oleh
Kementrian
Pertanian.
Menteri
Pertanian
membentuk Tim Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan melalui Keputusan Menteri Pertanian (KEPMENTAN) Nomor 545/Kpts/OT.160/9/2007. Program PUAP adalah bentuk fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani. Program PUAP dilaksanakan oleh gabungan kelompok tani (Gapoktan) serta didampingi oleh tenaga Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT). Keberadaan gapoktan sebagai ujung tombak pelaksanaan PUAP di lapanganan diharapkan dapat mempengaruhi masyarakat petani untuk ikut berpartisipasi dalam program PUAP. Untuk itu sangat diperlukan kelembagaan gapoktan yang aktif dan kehadiran pemimpin yang mampu memotivasi masyarakat untuk berperan serta aktif dalam program PUAP. Program PUAP dilaksanakan karena memiliki beberapa tujuan, diantaranya adalah: a. Mengurangi
kemiskinan
dan
pengangguran
melalui
penumbuhan
dan
pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah. b. Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, Pengurus Gapoktan, Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani.
viii
c. Memberdayakan
kelembagaan
petani
dan
ekonomi
perdesaan
untuk
pengembangan kegiatan usaha agribisnis, dan d. Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan. Beberapa hal yang menjadi sasaran atau tujuan dari adanya
kegiatan
penyaluran dana PUAP yaitu: 1) Berkembangnya usaha agribisnis di desa miskin/tertinggal sesuai dengan potensi pertanian desa, 2) Berkembangnya Gapoktan yang dimiliki dan dikelola oleh petani, untuk menjadi kelembagaan ekonomi 3) Meningkatnya kesejahteraan rumahtangga tani miskin, petani/peternak (pemilik dan atau penggarap) skala kecil, buruh tani 4) Berkembangnya usaha pelaku agribisnis yang mempunyai usaha harian, mingguan, maupun musiman (Novita, 2012).
II.2
Indikator Keberhasilan PUAP Pola dasar PUAP dirancang untuk meningkatkan keberhasilan penyaluran
dana BLM PUAP kepada Gapoktan dalam mengembangkan usaha produktif petani,
dalam
mendukung
Swasembada
dan
swasembada
berkelanjutan,
Diversifikasi pangan, Nilai tambah, Daya saing dan Ekspor, dan Peningkatan kesejahteraan petani. Menurut Deptan (2012), keberhasilan PUAP dapat dilihat dari beberapa indicator yang terdiri dari indicator keberhasilan output, outcome, dan indicator benefit dan impact. Indikator keberhasilan output diantaranya yaitu tersalurkannya dana PUAP kepada petani, buruh tani, maupun rumah tangga tani miskin anggota Gapoktan sebagai modal untuk melakukan usaha produktif pertania. terlakasanya
fasilitasi
penguatan
kapasitas dan
Selain itu , dapat
kemampuan sumberdaya
manusia pengelola Gapoktan, penyuluh pendamping, dan mitratani. Keberhasilan
pelaksanaan
kegiatan
PUAP
jika
dilihat
dari
Indikator
keberhasilan output antara lain: 1) Tersalurkannya dana BLM PUAP kepada petani, buruh tani dan rumah tangga tani miskin anggota Gapoktan sebagai modal untuk melakukan usaha produktif pertanian; 2) Terlaksananya fasilitasi penguatan kapasitas dan kemampuan sumber daya manusia pengelola Gapoktan, Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani. Keberhasilan
pelaksanaan
kegiatan
PUAP
jika
dilihat
dari
Indikator
keberhasilan outcome-nya antara lain:
ix
1) Meningkatnya kemampuan Gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola bantuan modal usaha untuk petani angota baik pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani 2) Meningkatnya jumlah petani, buruh tani dan rumah tangga tani yang mendapatkan bantuan modal usaha 3) Meningkatnya aktivitas kegiatan agribisnis (budidaya dan hilir) di perdesaan, dan 4) Meningkatnya pendapatan petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani dan rumah tangga tani dalam berusaha tani sesuai dengan potensi daerah. Selain indicator keberhasilan output dan outcome, keberhasilan PUAP dapat dilihat juga dari indicator lain yaitu indikator benefit dan impact yang antara lain adalah berkembangnya usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani di lokasi desa PUAP, berfungsinya Gapoktan sebagai lembaga ekonomi yang dimiliki dan dikelola oleh petani, dan berkurangnya jumlah petani miskin dan pengangguran di perdesaan.
II.3 Pengertian Pembiayaan Pembiayaan merupakan salah satu komponen strategis dalam revitalisasi pertanian. Secara garis besar, kebijakan pembiayaan pertanian mencakup 2 hal, yaitu: 1) Kebijakan
pembiayaan
pembanguna
pertanian
yang
memeprioritaskan
anggaran untuk sektor pertanian dan sektor pendukungnya 2) Kebijakan pembiayaan peranan yang mudah diakses masyarakat. Keberadaan Lembaga pertanian
di
Indonesia
Keuangan Mikro
sangat
penting.
sebagai
Berangkat
modal dari
pembangunan
sejarah
tentang
keberadaan lembaga keuangan mikro di pedesaan. Masyarakat Indonesia sejak lama mengembangkan keuangan mikro, seperti: lumbung pitih nagari, lumbung desa, jimpitan, dsb. Beberapa Lembaga Pengembangan Swadaya Masyarakat (LPSM) mengembangkan LKM Non Bank yang secara riil juga memberikan pelayanan keuangan mikro, seperti : PINBUK dengan BMT (dan/atau BaiQi khusus di NAD) dan POKUSMA, BK3I dengan Credit Union/Kopdit, Alisa Khadijah dengan SUA, Majlis Ekonomi Muhammadiyah dengan BTM, Lembaga Ekonomi NU dengan Syirkah Muawanah, beberapa repikator Grameen, ASA, dsb. Pemerintah melalui berbagai program dan proyek juga mengembangkan konsep keuangan mikro, seperti BKD, LPD, IDT, PPK, P4K, Takesra – Kukesra, P2KP, UED-SP, P2FM, BMT-KUBE, PEMP, MAP, PEMP, LPT INDAK, P2KER, LEPMM, P3KUM, PERKASSA, KPRS, PUAP, PNPM dan sebagainya. Pemberdayaan Gapoktan
x
PUAP menjadi Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) memerlukan tahapantahapan, antara lain : 1) Identifikasi Kebutuhan. 2) Sosialisasi Kegiatan Lkm-A 3) Pembentukan Pengurus dan Pengelola LKMA, 4) Penyusunan Anggaran Dasar (AD) dan 5) Anggaran Rumah Tangga (ART). 6) Operasionalisasi LKM-A. 7) Pengembangan LKM-A.
III.
METODE PENULISAN
3.1 Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan studi pustaka (library research).
Studi pustaka dilakukan untuk mengetahui
teori-teori atau konsep dasar yang akan dijadikan sebagai acuan untuk melakukan penulisan.
Studi pustaka dilakukan dengan cara mempelajari
berbagai buku literature, jurnal, paper, tulisan ilmiah, dan berbagai peraturan yang berkaitan dengan masalah yang dibahas. Data yang diperoleh dari hasil studi pustaka berupa data sekunder. Data sekunder didapatkan dari sumber lain seperti perpustakaan, internet, standar acuan, buku maupun e-book. Data-data tersebut diantaranya berupa panduan dalam pelaksanaan PUAP, beberapa penelitian mengenai pelaksanaan PUAP diberbagai daerah di Indonesia, dan data hasil akhir keadaan ekonomi suatu daerh setelah adanya pelaksanaan PUAP.
3.2 Metode Analisis Analisis keberhasilan pelaksanaan program PUAP oleh pemerintah di berbagai daerah di Indonesia dilakukan dengan melihat hasil dari berbagai karya xi
ilmiah atau penelitian mengenai kegiatan PUAP.
Keberhasilan pelaksanaan
program PUAP dapat dilihat dari beberapa indicator yaitu indicator output dan outcome serta indicator lain yaitu indikator benefit dan impact yang dapat menilai perkembangana usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani di lokasi desa PUAP.
IV.
PEMBAHASAN
Kemiskinan di Indonesia merupakan salah satu masalah besar yang menjadi perhatian pemerintah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2010 jumlah penduduk miskin Indonesia tercatat 31,02 juta jiwa (13,33%), turun 1,51 juta dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2009 sebesar 32,53 juta jiwa (15,15%).
Sekitar 64,23% dari jumlah tersebut berada di perdesaan
dengan mata pencaharian utama di sector pertanian. Untuk mengatasi masalah kemiskinan, maka dipandang perlu adanya grand strategy pembangunan pertanian melalui pemberdayaan petani kecil. Melalui konsepsi tersebut, maka diharapkan mampu menumbuhkan sektor pertanian, sehingga pada gilirannya mampu menjadi sumber pertumbuhan baru bagi perekonomian Indonesia, khususnya dalam hal pencapaian beberapa sasaran yaitu mensejahterkan petani, menyediakan pangan, sebagai wahana peme rataan pembangunan untuk mengatasi kesenjangan pendapatan antar masyarakat maupun kesenjangan antar wilayah, selain itu dapat menghasilkan devisa,
xii
menyediakan lapangan pekerjaan, peningkatan pendapatan nasional, dan tetap mempertahankan kelestarian sumberdaya. Salah satu upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi masalah kemiskinan pada masyarakat petani dan diharapkan mampu menjadi solusi tepat adalah dengan diadakannya Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan atau yang lebih dikenal dengan PUAP. Gabungan kelompok tani atau Gapoktan adalah pelaksana kegiatan PUAP yang ditunjang oleh pemerintah. Gapoktan merupakan salah satu lembaga keuangan petani. Program PUAP merpakan salah satu upaya pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan, namun program ini tidak selamanya berjalan dengan lancer. Keberhasilan pentaluran dana PUAP dapat dilihat dari beberapa indikator, salah satunya yaitu indikator keberhasilan outcome.
Sebagai contoh keberhasilan
Outcome dari para penerima bantuan PUAP dapat dilihat dari data yang di peroleh berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Ricky Yakob, Susy Edwina, Shore Khaswarina
(2012) terhadap tingkat pendapatan masyarakat
penerima bantuan PUAP di Desa Pandau Jaya Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar. Dana
yang
diberikan
pada
Desa
Pandau
Jaya
adalah
sebesar
Rp.100.000.000 Dana yang diberikan oleh pemerintah hanya satu tahap saja, dengan harapan dana tersebut menjadi modal dasar bagi desa penerima dan dengan dana tersebut terjadi perputaran. Anggota Gapoktan penerima PUAP pada tahap awal berjumlah 35 orang yang telah membuat RUB dan disetujui oleh penyuluh pendamping. Pembagian dana PUAP kepada 35 orang anggota Gapoktan adalah sama besar,dengan jumlah sebesar Rp. 2.857.143, dengan tingkat bunga 1%. Setiap anggota Gapoktan diwajibkan membayar simpanan pokok sebesar Rp.20.000 pada tahap awal pendaftaran anggota Gapoktan, dan membayar simpanan wajib sebesar Rp.10.000 per bulannya dan dana tersebebut dapat diambil anggota pada saat Rapat Akhir Tahunan (RAT).
Setelah diamati dari tahun 2008-2011, dapat
diketahui tingkat pendapatan petani di Desa Pandau Jaya sebagai berikut :
Tabel 1. Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Menerima Dana PUAP No
Jenis Komoditi
Sebelum PUAP Jumlah Harga Total (Rp) (Rp) 650
Sesudah PUAP Jumlah Harga Total (Rp)
1
Bayam
(ikat) 3.303
2.152.093
(ikat) 3.481
(Rp) 825
2.855.402
2
Kangkun
3.436
675
2.317.686
3.684
825
2.985.911
3
g
1.712
700
1.199.429
2.410
850
2.020.596 xiii
4
Sawi Selada Jumlah Rata-rata
2.576
725
1.863.882
2.639
850
2.210.089
11.027 2.756,75
2.750 687,50
7.533.090 1.883.272,
12.214 3.053,5
3.350 837,50
10.071.998 2.517.999,5
50
0
0
Berdasarkan data hasil riset tersebut, dapat diketahui bahwa menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata hasil produksi sebelum dan sesudah PUAP yaitu bayam 3303 ikat, kangkung 3436 ikat, sawi 1712 ikat,dan selada 2576 ikat dan setelah PUAP meningkat menjadi bayam 3481 ikat, kangkung 3684 ikat,sawi 2410 ikat, dan selada sebanyak 2639 ikat. Jumlah rata-rata total penerimaan berdasarkan table tersebut juga berbedabeda antara sebelum dan sesudah adanya PUAP. Rata-rata total penerimaan sebelum adanya PUAP yaitu: bayam sebesar Rp. 2.152.093, kangkung sebesar Rp. 2.317.686, sawi sebesar Rp.1.199.429, dan selada Rp.1.863.882, sedangkan setelah
PUAP
mengalami
peningkatan,
untuk
komoditi
bayam
sebesar
Rp.2.855.402, kangkung sebesar Rp. 2.985.911, sawi sebesar Rp.2.020.596, dan selada sebesar Rp.2.210.089. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa tingkat pendapatan usaha tani responden sesudah PUAP mengalami peningkatan dibandingkan pendapatan sebelum PUAP dengan tingkat kenaikan sebesar 14,47 persen. Keberhasilan penyaluran dana PUAP tidak cukup hanya melihat di satu titik sasaran yang menjadi fokus tetapi perlu kajian lanjut dengan melihat beberapa kasus yang terjadi di daerah lain. Sebagai contoh penyaluran dana PUAP yang telah dilakukan di Kabupaten Manokwari pada tahun 2012 dan telah dikaji oleh Elin R. Situmorang, Asfi Manzilati, dan Davis Kaluge dalam jurnalnya yang berjudul “Modal Sosial dan Keberhasilan Pelaksanaan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan di Kabupten Manokwari”. Berdasarkan dari data tersebut, jumlah penerima dan PUAP di kabupaten Manokwari sebanyak 7 kecamatan dengan masing-masing jumlah 30 Gapoktan. Adapaun jumlah Gapoktan pada masing-masing kecamatan adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Data Kecamatan di Kabupaten Manokwari Penerima Dana Gapoktan No 1 2
Kecamatan Minyambou Hingk
Jumlah Gapoktan 3 3
Dana 300.000.000 300.000.000 xiv
3 4 5 6 7
Ransiki Oransbari Warmare Prafi Masni Total
1 4 6 6 7 30
100.000.000 400.000.000 600.000.000 600.000.000 700.000.000 3.000.000.000
Setiap Kecamatan di kabupaten Manokwari memiliki jumlah Gapoktan yang berbeda-beda sehingga jumlah dana PUAP yang disalurkan pada setiap Gakoptan. Semakin banyak jumlah Gapoktan maka dana yang diterima semakin kecil.
Berdasarkan data perkembangan usaha tani yang dilakukan selama 2
tahun, dilakukan pengamatan terhadap keberhasilan program penyaluran dana PUAP.
Pengamatan dilakukan berdasarkan beberap indicator, yaitu indicator
output dan outcome.
1. Indikator Output a. Presentase bantuan tersalurkan Jumlah bantuan senilai Rp 100.000.000 dari panitia ke Gapoktan dinilai telah tersalurkan 100 persen.
Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah awal
rekening Gapoktan pas Rp 100.000.000.
Gapoktan yang telah disetujui
untuk mendapatkan dana bantuan diharuskan untuk membuka rekening dan bantuan langsung diterima dari pusat ke rekening mereka masing-masing.
b. Ketepatan sasaran Ketepatan
sasaran
yaitu
bantuan
tersebut
memang
benar-benar
dibutuhkan oleh petani. Petani sampel dalam penelitian ini memang benarbenar petani miskin. Miskin dalam hal kekurangan sarana modal dalam usahatani, contoh: mereka masih membutuhkan bibit, pupuk, maupun obatobatan yang dibutuhkan dalam usahatani mereka. Petani memiliki lahan relatif besar, namun tidak mempunyai modal untuk mengusahakan dengan teknologi, sehingga produksi relative kecil Produksi rendah menyebabkan pendapatan yang relatif rendah, sehingga tidak mampu membeli teknologi lebih baik untuk usahatani. Bantuan dana PUAP cukup membantu mereka dalam
membiayai
teknologi
yang
lebih
baik.
Dari
hasil
penelitian
menunjukkan bahwa tercapai 100 persen dana tersalurkan pada petani yang membutuhkan. Sehingga dapat dikatakan keberhasilan dari ketepatan sasaran tercapai 100 persen.
c. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia
xv
Proses peningkatan sumberdaya manusia yang ada di daerah penelitian baru sebatas bidang modal. Pelatihan skill belum diperoleh petani. Pelatihan yang diikuti oleh Gapoktan hanya sebatas pelatihan penyusunan Rencana Usaha Bersama dan Rencana Usaha Kelompok yang ditujukan untuk pengisian kontra sebelum bantuan dana dicairkan. Kemampuan yang diterima oleh petani adalah dari diskusi pemecahan masalah secara bersama dalam Kelompok tani yang dimediasi oleh tenaga penyuluh lapangan baik mereka sebagai tenaga pendamping maupun tidak.
2. Indiktor Outcome a. Persentase petani miskin yang mendapatkan PUAP Bila dilihat dari jumlah petani miskin yang mendapatkan bantuan modal PUAP, dapat dikatakan masih relatif sedikit dibandingkan dari seluruh petani miskin yang ada Penting dicatat bahwa indikator miskin seperti yang telah diuraikan diatas adalah indikator miskin teknologi, karena dilihat dari kepemilikan dan penguasaan lahan relatif cukup besar. Sumbangan PUAP terhadap petani miskin yang ada di daerah ini relatif masih sedikit yaitu 5.45%, dengan kata lain baru 5.45% dari petani miskin yang boleh mendapatkan bantuan modal PUAP ini.
b. Pendapatan petani setelah adanya bantuan Pengukuran pendapatan petani setelah adanya bantuan dilihat dari besarnya pendapatan yang dikembalikan ke rekening Gapoktan oleh masingmasing kelompok tani atau petani sampel. Diasumsikan bahwa pendapatan tersebut merupakan tambahan pendapatan setelah adanya bantuan. Sebesar 65.85% petani telah mendapatkan hasil atau tambahan pendapatan dari penggunaan dana PUAP yang dikelola, namun masih terdapat petani dengan tambahan pendapatan sebesar Rp.0, artinya belum menyetor kembali dari hasil modal PUAP yang digunakan, mereka sebesar 34.15%. Tambahan pendapatan tertinggi adalah 3,5 juta rupiah yaitu sebanyak 8 KK petani (8.66%) yang mengalokasikan dan bantuan ke usaha penggemukan sapi, hasi penggemukan sapi yang dijual kemudia dibagi secara merata kemudia dikembalikan
kepada
kelompok
tani
mereka.
Rata-rata
tambahan
pendapatan yang diperoleh dari bantua dana PUAP adalah sebesar 1,35 juta rupiah.
xvi
Salah
satu contoh ketidakberhasilan
atau kegagalan
kegiatan PUAP
terhadap beberapa daerah dapat dilihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Rusli Burhansyah pada tahun 2008-2009 di Propinsi Kalimantan Barat yang telah dituangkan dalam jurnal yang berjudul “Pemberdayaan GAPOKTAN PUAP Kalimantan Barat Sebagai Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis Petani di Pedesaan” Provinsi Kalimantan Barat adalah salah satu wilayah yang merupakan sasaran penerima dana PUAP. Pada tahun 2008 menerima dana BLM PUAP pada 234 Gapoktan yang tersebar pada 11 kabupaten. Dari dana sebesar Rp 22, 4 Milyar sebagian besar (78,3%) digunakan untuk kegiatan Budidaya dan sisanya untuk kegiatan non budidaya. Kabupaten yang menerima dana PUAP diatas 10% dari dana total Provinsi berturut-turut yakni kabupaten Landak, Bengkayang, Sintang, Kapuas Hulu, Melawidan
Pontianak (Kab.Pontianak dan Kubu Raya).
Dana yang disalurkan terhadap propinsi Kalimantan Barat secara rinci dapat dilihat pada table di bawah ini.
Tabel 3. Kondisi Awal Gapoktan, PPL Pendamping, PMT, RUB Gapoktan PUAP 2008 No.
Kabupaten/
Jumlah
Jumlah
Jumla
Jumlah
Jumlah
RUB Budidaya
Kota
Gapokta
Anggota
h
Penyuluh
Penyelia
n
Poktan
Pokta
Pendampi
Mitra
(orang)
n
ng
Tani (orang) 1
2.713.000
87.400
2.800.000
(Rp)
Total (Rp) Non
Budidaya (Rp)
1
Bengkayan
15
4120
221
(orang) 35
2 3
g Kpuas Hulu Kayong
25 12
4473 2534
189 184
45 33
2 2
2.500.000 433.000
0 167.000
2.500.000 1.200.000
4 5 6 7
Utara Ketapang Landak Melawi Pontianak
13 35 28 26
4412 5440 1335 929
239 267 129 541
28 54 22 48
0 2 1 3
562.000 3.350.000 2.730.500 1.552.230
138.000 150.000 69.500 1.047.75
1.300.000 3.500.000 2.800.000 2.600.000
941.000 340.000 855.000 1.562.775
0 59.000 560.000 145.000 1.237.72
1.000.000 900.000 1.000.000 2.800.000
17.539.00
5 4.360.99
22.400.00
5
5
0
8 9 10 11
Sambas Sanggau Sekadau Sintang TOTAL
10 9 10 28 232
1733 3240 523 1885 30624
228 168 60 275 2501
25 24 9 40 363
1 1 1 2 16
Gapoktan PUAP diharapkan sebagai model pemberdayaan kelembagaan petani khususnya lembaga pembiayaan agribisnis di pedesaan. Salah satu indikator untuk menilai Gapoktan sebagai lembaga keuangan mikro agribisnis dengan melihat kinerja dari penyaluran dana dan pendapatannya (Tabel 4). Dari xvii
Tabel 4 terlihat bahwa hanya 3 kabupaten yang melaporkan penyaluran dana BLM PUAP.
Tabel 4. Nilai Penyaluran, Jumlah Nilai Usaha Akhir Gapoktan PUAP 2008
N o
Kab/Kota
Jumlah
Jumla
Penerim
h
a Dana
modal
(Orang) Na
usaha 2M
1.319
2,5 M
Nilai
Jumlah nilai
Penyaluran
usaha akhir
(Rp)
(Rp)
2.342.389
Na
2,8 M
na
2.342.389.0
157,611 JT 1,2 M
Saldo (Rp)
1
Bengkaya
2
ng Kapuas
3
Hulu Kayong
Na
1,2 M
Na
00 Na
4 5 6 7 8
Utara Ketapang Landak Melawi Pontianak Sambas
30 Na Na Na Na
1,3 M 3,5 M 2,8 M 2,6 M 1M
Na Na Na Na 591.574.00
150.000.000 Na Na Na Na
1,3 M 3,5 M 2,8 M 2,6 M 1M
900 JT
0 Na
728.091.950
309.426.000
9 1 0 1
Sanggau Sekadau Sintang
93 Na 79
15,28
50
%
3.214.879.0
484.879.0
17,32
22,4
00 6.355.359.9
16.667.037.0
00 622.394.9
% 2,78%
M
50
00
50
1M
2.800.000.0
2,8 M
00 5.732.963.0 00
1521
(%)
n (Rp)
137.517.9
1 Total
Pendapata
1M
Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui bahwa laporan penyaluran dana BLM Gapoktan PUAP tahun 2008 belum lengkap. Hal ini disebabkan karena data dari PMT banyak yang belum menyampaikan data ke BPTP Kalimantan Barat sebagai Sekretarit PUAP Provinsi Kalimantan Barat. Kondisi ini berkaitan dengan letak geografis desa penerima dana PUAP yang jauh, pedalaman, terisolir, infrastruktur yang minim. Hal ini membuat biaya operasional pendampingan Gapoktan PUAP baik oleh PMT dan PPL menjadi mahal. Belum optimalnya penyaluran dana PUAP kepada masyarakat menunjukan bahwa ketidak berhasilan PUAP dinilai dari indikator output.
xviii
V . PENUTUP 5.1
Kesimpulan
5.2
Saran
1
DAFTAR PUSTAKA Yacob, R., Edwina, S., Khaswarina, S. 2008.
“Analisis Pendapatan Petani
Penerima Puap Di Desa Panadau Jaya Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar”. Burhansyah, Rusli. 2009. “Pemberdayaan Gapoktan Puap Kalimantan Barat Sebagai Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis Petani Di Pedesaan”. Vol. 7. No.2. 2010 : 1-5. Ayu, Novia Putri Setya. 2012. Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dan Hubungannya dengan Kapasitas Kelompok Tani di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Institut Pertnian Bogor. Bogor. Situmorang, E., Manzilati, A., Kaluge, D. 2012. “Modal Sosial Dan Keberhasilan Pelaksanaan
Program
Pengembangan
Usaha
Agribisnis
Pedesaan
Di
Kabupaten Manokwari”. Vol. 8 No. 2 Pebruari 2012 : 51 – 182.
2