PENCAHAYAAN ALAMI
KATA PENGANTAR Puji Syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan karunia-Nya
sehingga
kami
dapat
menyelesaikan
makalah
yang
berjudul
“Pemahaman Sistem Utilitas (Pencahayaan (Pencahayaan Alami) studi kasus Rumah Type Jean, Citraland Denpasar” guna memenuhi tugas ke-2 ke-2 mata kuliah Sains Bangunan dan Utilitas 1. Tidak lupa diucapkan terima kasih kepada Tim Dosen: 1. I Nyoman Susanta, ST., MErg. 2. Ni Made Mitha Mahastuti, ST.,MT 3. Ir. Evert Edward Moniaga 4. Ir. Ida Bagus Ngurah Bupala, MT. 5. Ir. Ida Bagus Gde Primayatna, MErg. 6. I Wayan Yuda Manik, ST., MT.
selaku dosen pembimbing mata kuliah Sains Bangunan dan Utilitas 1 yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan makalah ini. Diucapkan teri ma kasih juga kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tuntutan tugas ke-2 mata kuliah Sains Bangunan dan Utilitas 1, dimana setelah menyelesaikan tugas ini mahasiswa diharapkan mampu untuk lebih mengetahui mengenai sistem penghawaan alami dalam sebuah bangunan. Makalah ini disadari masih banyak kekurangan. Oleh karena itu diharap kepada pembaca untuk memberi masukan-masukan demi kesempurnaan makalah ini kedepannya.
Denpasar, 10 Oktober 2016
Tim Penyusun
December 18, 2016
1
PENCAHAYAAN ALAMI
DAFTAR ISI Kata Pengantar Pen gantar ............................................. ..................................................... .............................................................. ......... 1 Daftar Isi ............................................. .................................................... ....................................................................... ................... 2 BAB I Pendahuluan .................................................................................. ................. 3 1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 3 1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 3 1.3. Tujuan ................................................... .................................................... 4 1.4. Manfaat ................................................. .................................................... 4
BAB II Metode dan Objek ...................................................... ......................................................................................... ................................... 5 3.1. Metodologi Pendataan………………………………………………… Pendataan…………………………………………………..5 ..5 3.2. Letak Bukaan yang ada pada objek..………………………………… objek..…………………………………...9 ...9 3.3. Intensitas cahaya pada ruangan ……………………………………… ………………………………………..13 ..13 3.4. Solusi untuk Ruang Silau……………………………………………… Silau………………………………………………23 23
BAB IV PENUTUP……………………………………………………………… PENUTUP……………………………………………………………… ..25 Daftar Pustaka
26
December 18, 2016
2
PENCAHAYAAN ALAMI
BAB I
PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Cahaya merupakan pancaran elektromagnetik yang dapat terlihat oleh mata manusia. Pencahayaan dalam arsitektur merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan produktifitas manusia dalam bangunan, karena pencahayaan yang baik berperan besar dalam menyampaikan informasi visual ke indera penglihatan
sehingga
memungkinkan
orang
dapat
melihat
objek
yang
dikerjakannya dengan jelas. Pencahayaan dalam bangunan dapat dibagi menjadi dua bagian berdasarkan energi yang digunakan yaitu sistem pencahayaan alami dan sistem pencahayaan buatan. Pencahayaan alami merupakan pencahayaan yang berasal dari energy alam yaitu sinar matahari. Pemanfaatan pencahayaan alami dalam bangunan memiliki banyak dampak positif terutama menghemat energi serta mengurangi polusi. Pencahayaan alami dalam bangunan dapat ditimbulkan dengan penggunaan bukaan-bukaan seperti jendela ataupun ventilasi. Sifat-sifat yang dimiliki oleh cahaya antara lain, cahaya dapatd ipantulkan (refleksi), cahaya dapat dibelokan (refraksi), cahaya dapat dipadukan (interferensi), cahaya dapat dihantarkan (transmisi), dan cahaya juga dapat diserap (absorbsi). Untuk mendapatkan pencahayaan alami yang optimal dan menguntungkan bagi penggunanya harus memperhatikan hal-hal berikut: a. Variasi intensitas cahaya matahari. b. Distribusi dan terangnya cahaya. c. Efek dari lokasi dan pemantulan cahaya. d. Letak geografis dan kegunaan bangunan itu sendiri.
December 18, 2016
3
PENCAHAYAAN ALAMI
1.2Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimana intensitas cahaya matahari pada Rumah Tinggal Tipe Jean? 1.2.2 Dimana letak bukaan atau jendela yang terdapat pada Rumah Tinggal Tipe Jean? 1.2.3 Bagaimana intensitas cahaya pada masing-masing ruang yang terdapat pada Rumah Tinggal Tipe Jean? 1.2.4 Bagaimana solusi untuk ruang yang tidak mendapat pencahayaan alami?
1.3Tujuan Tujuan dari tugas yang diberikan adalah agar mahasiswa mengetahui dan memahami sains dan utilitas khususnya pencahayaan (alami) pada objek observasi.
1.4Manfaat 1.4.1 Untuk Mahasiswa a. Meningkatkan pengetahuan tentang sains dan utilitas khususnya pencahayaan (alami). b. Meningkatkan kemampuan dalam membuat makalah dan kerjasama kelompok. 1.4.2 Untuk Dosen a. Memberikan tambahan wawasan kepada Bapak/Ibu dosen mengenai sistem pencahayaan (alami) pada objek observasi. b. Membantu Bapak/Ibu dosen untuk mengetahui tingkat kemampuan mahasiswa dalam membuat makalah.
December 18, 2016
4
PENCAHAYAAN ALAMI
BAB II
METODE DAN OBJEK 2.1 Metodologi Pendataan 2.1.1 Metode Analisis Dengan cara mengumpulkan data yang didapat dilapangan yang selanjutnya akan dianalisis dengan cara membandingkannya dengan teori yang didapat dari literature-literatur maupun buku sehingga kita mengetahui tentang sistem pencahayaan (alami) yang nyata dilapangan.
2.1.2 Metode Observasi Langsung Pendataan dilakukan dengan cara observasi langsung ke objek dengan menggunakan sketsa dan menggunakan alat ukur (meteran).
2.2 Analisis dan Identitas Objek 2.2.1 Fungsi Objek Dengan mempertimbangkan kelengkapan sistem utilitas yang ada dalam suatu fungsi bangunan dan untuk mempermudah proses birokrasi dalam perijinan untuk melakukan observasi, kami memilih sebuah bangunan dengan fungsi utama sebagai Rumah Tinggal sebagai objek observasi kami. Rumah Tinggal yang kami observasi adalah satu kawasan Perumahan Citraland Denpasar Bali.Rumah tinggal merupakan suatu bangunan yang dijadikan tempat tinggal dalam jangka waktu tertentu. Didalam rumah tinggal tersebut terdapat aktivitas seperti mandi, tidur, berkumpul, dan lain-lain. Dalam melakukan aktivitas tersebut tentu saja dibutuhkan suatu fasilitas untuk mengakomodasi aktifitas tersebut, oleh karena itu didalam suatu bangunan harus ada suatu sistem pengadaan sistem utilitas.
December 18, 2016
5
PENCAHAYAAN ALAMI
2.2.2 Kapasitas Objek Objek rumah yang kami observasi memiliki kapasitas 2-4 orang dewasa, dimana terdapat 2 (dua) kamar tidur dengan kasur size king yang memungkinkan ditempati 2 orang per kamar.
2.2.3 Lokasi Objek
2.1. Pulau Bali dan Lokasi Ob ek
December 18, 2016
6
PENCAHAYAAN ALAMI
BAB III
DATA DAN PEMBAHASAN 3.1 Intensitas Cahaya pada Objek Observasi Bangunan yang terdapat di area Perumahan Citraland memiliki 2 tipe yaitu tipe Jean dan tipe Beryl , masing-masing tipe dibuat berderet memanjang dari tenggara ke barat laut. Masing-masing deretan Perumahan memiliki 10 bangunan, jadi total bangunan rumah tinggal yang terdapat pada area Perumahan Citraland ini yaitu 30 bangunan. Kedua tipe ini berada bersebelahan, tipe Jean berada di bagian barat daya sedangkan tipe Beryl ini berada di bagian timur laut.
Sketsa Denah Sumber: Dokumen Pribadi
December 18, 2016
7
PENCAHAYAAN ALAMI
Lintasan Matahari pada Area Sumber: Dokumen Pribadi
Pencahayaan yang didapat oleh area bangunan dirasa cukup optimal mulai dari pagi sampai sore hari. Hal ini dikarenakan area disekitar area bangunan yang mengarah dari timur ke barat hanya memilki sedikit penghalang, karena pada bagian timur bangunan merupakan bangunan dengan tipe yang sama dan pada bagian baratnya juga rumah dengan tipe yang sama mengingat Rumah Tinggal ini berada di daerah hijau dan asri. Pencahayaan pada area bangunan juga didukung dengan sedikitnya tumbuhan atau penglahang yang terdapat pada area. Namun pada jam menjelang malam, sinar matahari terhalngi oleh salah satu bangunan yang terdapat di belakangnya ,ini dikarenakan penempatannya sendiri yang berada di barat.
Sketsa Diagram Pencahayaan Sumber: Dokumen Pribadi
December 18, 2016
8
PENCAHAYAAN ALAMI
3.2 Letak Bukaan atau Jendela yang Terdapat pada Objek Observasi Area Perumahan Citraland memiliki
bangunan yang masing-masing
memiliki bukaan atau jendela untuk menyalurkan cahaya alami masuk kedalam ruang. setiap ruang juga memiliki intensitas cahaya yang berbeda tergantung dari letak bangunan serta posisi bukaan pada bangunan atau ruang. Terdapat 7 jenis bukaan yang dapat menyalurkan cahaya alami kedalam ruang , yaitu sebagai berikut:
December 18, 2016
9
PENCAHAYAAN ALAMI
December 18, 2016
10
PENCAHAYAAN ALAMI
Kusen Sumber: Dokumen Pribadi
Kusen Sumber: Dokumen Pribadi
Kusen Sumber: Dokumen Pribadi
December 18, 2016
11
PENCAHAYAAN ALAMI
Kusen
Kusen
Sumber: Dokumen Pribadi
Sumber: Dokumen Pribadi
Jendela Sumber: Dokumen Pribadi
Elemen penyusun jendela yang terdapat pada Rumah Tinggal semua terbuat dari Stainless Steel dengan finishing black dove dan dipadukan dengan kaca transparan. Jendela diatas dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
Jendela non permanen
Jendela Permanen
December 18, 2016
12
PENCAHAYAAN ALAMI
3.3 Intensitas Cahaya pada Masing-Masing Ruang yang Terdapat pada Rumah Tinggal Total ruang yang terdapat pada Rumah Tinggal yaitu 12 ruangan. Lantai 1
Pada lantai satu, ruang pada bangunan memiliki 7 fungsi yaitu:
Ruang keluarga: ruang ini dikelilingi oleh 2 pintu geser, 2 pintu utama dan 2 buah jendela yang berukuran besar, 2 buah jendela kecil.. Penempatan masing kusen terdapat pada foto dibawah:
Intensitas Cahaya pada Ruang Keluarga Sumber: Dokumen Pribadi
December 18, 2016
13
PENCAHAYAAN ALAMI
GAMBAR RUANG KELUARGA DAN RUANG MAKAN LT 1
GAMBAR POTONGAN PINTU JENDELA RUANG TAMU
December 18, 2016
14
PENCAHAYAAN ALAMI
GAMBAR POTONGAN KACA MATI RUANG TAMU
Penempatan tersebut membuat bangunan terlihat dari luar memiliki bukaan yang penuh sehingga ruang didalamnya mendapatkan cahaya yang optimal terutama pada pagi – siang hari, namun pada sore hari pencahayaaan dirasa berkurang karena hanya mengandalkan bukaan yang berada di barat daya dengan intensitas cahaya yang rendah. Melihat dari fungsi ruang yaitu sebagai ruang keluarga dan ruang makan yang banyak memiliki aktifitas didalamnya, cahaya yang masuk kedalam ruang dirasa sudah optimal melihat dari banyaknya bukaan serta lebar ruang yang hanya lima meter jadi cahaya yang masuk dapat mencakup seluruh ruang.
Dapur berada dibagian barat daya bangunan dan berada diluar bangunan utama, sehingga tidak dibutuhkannya jendela karena sudah pada ruang terbuka.
December 18, 2016
15
PENCAHAYAAN ALAMI
GAMBAR POTONGA KACA MATI DAPUR
Intensitas Cahaya pada Dapur Sumber: Dokumen Pribadi
December 18, 2016
16
PENCAHAYAAN ALAMI
Kamar Mandi terdapat 1 kamar mandi yang terdapat di bawah tangga, terletak pada tengah bangunan dan terdapat kaca buram yang langsung mengarah ke halaman belakang. Satu satunya sumber masuk cah aya hanya melalui 1 bukaan sehingga dirasa kurang cukupnya pencahayaan alami yang masuk ke kamar manadi.
GAMBAR KAMAR MANDI TAMU
December 18, 2016
17
PENCAHAYAAN ALAMI
Intensitas Cahaya pada Kamar Mandi Sumber: Dokumen Pribadi
RUANG BACA LT.2
Pada lantai 2, hanya terdapat 4(empat) fungsi yaitu:
Ruang Baca
Ruang baca memiliki dimensi 2,5 x 2,3 meter, dengan area yang kecil maka pencahayaan yang dibutuhkan pada ruang ini tidak terlalu banyak, pada pagi sampai sore hari cahaya masuk melalui bukaan yang cukup lebar tepat pada dinding mengarah ke halaman belakang.
December 18, 2016
18
PENCAHAYAAN ALAMI
GAMBAR RUANG BACA LANTAI 2
Kamar Tidur Utama
Kamar tidur ini mendapat pencahayaan alami yang optimal pada pagi sampai siang hari karena letaknya yang berada di bagian Timur Laut, sehingga mendapatkan cahaya matahari pagi yang optimal ditambah adanya bukaan yang besar dari arah balkon Pada sore hari pencahayaan didalam kamar dirasa kurang dikarenakan minimnya bukaan yang terdapat pada pembatas bagian barat ruang.
December 18, 2016
19
PENCAHAYAAN ALAMI
GAMBAR KAMAR TIDUR UTAMA
December 18, 2016
20
PENCAHAYAAN ALAMI
GAMBAR POTONGAN PINTU JENDELA KAMAR TIDUR UTAMA
Kamar Mandi Utama
Kamar Mandi memiliki ukuran yang lebih besar dari kamar Mandi pada lantai , sehingga lebih banyak nya pencahayaan yang dibutuhkan, akan tetapi, hanya terdapat 1 bukaan pada bagian barat bangunan. Oleh karena itu cahaya yang masuk paling optimal pada siang hari karena tepat dating dari atas bangunan dan membias kedalam ruangan. Dengan kondisi minim bukaan memaksa kamar Mandi untuk menggunakan pencahayaan buatan.
December 18, 2016
21
PENCAHAYAAN ALAMI
GAMBAR KAMAR MANDI UTAMA LT 2
December 18, 2016
22
PENCAHAYAAN ALAMI
GAMBAR POTONGAN PINTU KAMAR MANDI UTAMA
3.4 Solusi untuk Ruang yang
Silau karena tingginya intensitas
pencahayaan alami. Pada Rumah Tinggal salah satu cara untuk mengatasi tingginya intensitas cahaya yang masuk sehingga menyebabkan silau adalah, dengan penambahan vegetasi di sekitaran bukaan yang ada sehingga mampu mengurangi intensitas yang cahaya yang masuk. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan menambahkan krei penghalang cahaya maupun dibuatkan canopy cahaya.
Solusi untuk ruang yang tidak mendapatkan pancaran cahaya alami secara langsung Dikarenakan posisi ruang yang tidak dapat dirubah, salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghadirkan pencahayaan alami dalam ruang yaitu dengan membuat bukaan pada bagian samping ruang dengan memanfaatkan cahaya yang dipantulkan pada ruang disebelahnya.
December 18, 2016
23
PENCAHAYAAN ALAMI
Diagram Pencahayaan Sumber: Dokumen Pribadi
Untuk lebih memaksimalkan pencahayaan alami dalam ruang, komponen penyusun ruang seperti pintu dapat diganti bahan penyusunnya. Pintu kayu yang terdapat pada kamar mandi ini dapat diganti menggunakan pintu yang berbahan kaca es. Penggunaan kaca es ini bertujuan agar saat ruang yang digunakan dan pintu ditutup, pencahayaan yang ada di ruang sebelah dapat masuk ke ruang dalam serta tetap mampu menjaga privasi civitas yang menggunak an ruang tersebut.
Pintu Ice Glass Sumber: http://www.houzz.com/photos/529660/FrostedGlass-Door-traditional-bathroom-new-york
December 18, 2016
24
PENCAHAYAAN ALAMI
BAB IV
PENUTUP 4.1. Kesimpulan Pencahayaan dalam bangunan merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan produktifitas manusia, Pencahayaan alami merupakan pencahayaan yang berasal dari energy alam yaitu sinar matahari. Dalam objek pengamatan yaitu Rumah Tinggal Tipe Jean, pencahayaan alami dalam ruang ditimbulkan dengan penggunaan bukaan-bukaan seperti jendela ataupun ventilasi, dimana terdapat 7 jenis ventilasi yang ditempatkan sesuai dengan ukuran ruang dan arah datangnya sinar matahari itu sendiri. Pencahayaan yang didapat pada masing-masing ruang dirasa sudah optimal terutama pada ruangruang utama seperti ruang keluarga dan kamar tidur, hal ini tentu saja berpengaruh terhadap kenyamanan dari civitas yang ada didalamnya.
4.2 Saran Dalam merancang sebuah bangunan seperti rumah, villa, dll yang mengutamakan kenyamanan pengunanya, haruslah memperhitungkan penataan ruangnya agar setiap ruang yang ada mendapat pencahayaan alami yang optimal. Hal ini bertujuan agar kenyaman civitas yang ada dalam ruang tercapai serta dapat juga mengurangi penggunaan energi pada siang hari seperti penggunaan lampu. Fungsi dan besaran area ruang juga harus diperhatikan agar penempatan bukaan serta pemilihan bahan bukaan dapat direncanakan agar pencahayaan alami yang masuk keruangan menjadi optimal.
December 18, 2016
25
PENCAHAYAAN ALAMI
DaftarPustaka http://www.pengertianku.net/2015/06/pengertian-cahaya-dan-sifatnya-sertacontohnya.html (diakses pada tanggal 8, november, jam 4.56 PM) http://kumpulaninfosipil.blogspot.co.id/2012/02/pencahayaan-alami-dan-buatan.html (diakses pada tanggal 8, november, jam 5.07 PM) Manurung, Parmonangan. 2012. “Pencahayaan Alami dalam Arsitektur”. Yogyakarta. CV.Andi Offset Lechner, Norbert. 2012. “Heating, Cooling, Lighting Metode Desain untuk Arsitektur.”.Jakarta. Tangoro, Dwi. 2012. “Utilitas Bangunan”. Jakarta. UIP
December 18, 2016
26