1 BAB I PENDAHULUAN A. Lata Latarr Bel Belak akan ang g
Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama, dan cide yang berarti membunuh. Jadi Pestisida adalah mencakup bahan-bahan racun yang digunakan untuk membunuh jasad hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak dan sebagainya. Penggunaan pestisida biasanya dilakukan dengan dengan bahan bahan lain lain misaln misalnya ya dicamp dicampur ur minyak minyak dan air untuk untuk melaru melarutka tkanny nnya, a, juga juga ada yang yang meng menggu guna naka kan n
bubu bubuk k
untu untuk k
memp memper ermu muda dah h
dala dalam m
peng pengen ence cera ran n
atau atau peny penyeb ebar aran an dan dan
penyemprota penyemprotannya, nnya, bubuk yang dicampur sebagai sebagai pengencer pengencer umumnya umumnya dalam formulasi formulasi dust, atraktan (misalnya bahan feromon) untuk pengumpan, juga bahan yang bersifat sinergis lainnya untuk penambah daya racun. Secara luas pestisida diartikan diartikan sebagai sebagai suatu suatu at yang dapat bersifat bersifat racun, racun, menghambat menghambat pertumbuhan! pertumbuhan!perkem perkembangan bangan,, tingkah tingkah laku, perkembangbi perkembangbiakan, akan, kesehatan, kesehatan, pengaruh pengaruh hormon, hormon, penghambat makanan, membuat mandul, sebagai pengikat, penolak dan akti"itas lainnya yang mempengaruhi #P$.1 Pemb Pemban angu guna nan n
nasi nasion onal al
yang yang
meni mening ngka katt
seja sejala lan n
deng dengan an
terj terjad adin inya ya
peni pening ngka kata tan n
industrialisasi, sehingga diperlukan saran-sarana yang mendukung lancarnya proses industrialisasi terseb tersebut, ut, salah salah satuny satunya a yaitu yaitu dengan dengan mening meningkat katkan kan sektor sektor pertan pertanian ian.. %ondis %ondisii pertan pertanian ian di &ndonesia saat ini banyak yang diarahkan untuk kepentingan agroindustri. Salah satu bentuknya akan mengarah pada pola pertanian yang makin monokultur, baik itu pada pertanian darat maupun akuakultur. %ondisi tersebut mengakibatkan adanya berbagai jenis penyakit yang tidak dikenal atau menjadi masalah sebelumnya akan menjadi kendala bagi peningkatan hasil berbagai komoditi agroindustry.' ntuk ntuk mening meningkat katan an hasil hasil dari dari sektor sektor pertan pertanian ian maka maka diperl diperluka ukan n berbaga berbagaii sarana sarana yang yang mendukungnya dan terutama dalam hal mencukupi kebutuhan nasional dalam bidang pangan ! sandang sandang dan meningkatk meningkatkan an perekonomia perekonomian n nasional nasional dengan mengekspor mengekspor hasilnya hasilnya ke luar negeri. Sarana Sarana-sa -saran rana a yang yang menduk mendukung ung pening peningkat katan an hasil hasil di bidang bidang pertan pertanian ian ini adalah adalah alat-a alat-alat lat pertanian, pupuk, bahan-bahan kimia yang termasuk di dalamnya adalah pestisida. %ebiasaan petani dalam menggunakan pestisida kadang-kadang menyalahi aturan, selain dosis yang digunakan digunakan melebihi takaran, takaran, petani juga sering mencampur mencampur beberapa jenis pestisida, pestisida, dengan alasan untuk meningkatkan daya racunnya pada hama tanaman. $indakan yang demikian sebenarnya sangat merugikan, karena dapat menyebabkan semakin tinggi tingkat pencemaran pada lingkungan oleh pestisida.. *alaupun banyak petani yang pintar membaca, tetapi terkadang
' mereka mengacuhkan peringatan yang tertulis di tempat pestisida tersebut. Sebagian besar mereka tidak peduli untuk membaca atau mengikuti petunjuk penggunaannya.+ Pencemaran lingkungan pada industri pertanian disebabkan oleh penggunaan bahanbahan kimia pertanian. Penggunaan bahan-bahan kimia pertanian seperti pestisida dapat membahayakan kehidupan manusia dan hean karena residu pestisida terakumulasi pada produkproduk pertanian dan perairan, untuk meningkatkan produksi pertanian disamping juga menjaga keseimbangan lingkungan agar tidak terjadi pencemaran akibat penggunaan pestisida perlu diketahui peranan dan pengaruh serta penggunaan yang aman dari pestisida dan adanya alternatif lain yang dapat menggantikan peranan pestisida pada lingkungan pertanian dalam mengendalikan hama, penyakit dan gulma. Penyemprotan pestisida yang tidak memenuhi aturan akan mengakibatkan banyak dampak, diantaranya dampak kesehatan bagi manusia yaitu timbulnya keracunan pada petani yang dapat dilakukan dengan jalan memeriksa aktifitas kholinesterase darah. aktor yang berpengaruh dengan terjadinya keracunan pestisida adalah faktor dari dalam tubuh (internal) dan dari luar tubuh (eksternal). aktor dari dalam tubuh antara lain umur, jenis kelamin, genetik, status gii, kadar hemoglobin, tingkat pengetahuan dan status kesehatan. Sedangkan faktor dari luar tubuh mempunyai peranan yang besar. aktor tersebut antara lain banyaknya jenis pestisida yang digunakan, jenis pestisida, dosis pestisida, frekuensi penyemprotan, masa kerja menjadi penyemprot, lama menyemprot, pemakaian alat pelindung diri, cara penanganan pestisida, kontak terakhir dengan pestisida, ketinggian tanaman, suhu lingkungan, aktu menyemprot dan tindakan terhadap arah angina. Pestisida yang banyak direkomendasikan untuk bidang pertanian adalah golongan organofosfat, karena golongan ini lebih mudah terurai di alam. /olongan organofosfat mempengaruhi fungsi syaraf dengan jalan menghambat kerja enim kholinesterase, suatu bahan kimia esensial dalam mengantarkan impuls sepanjang serabut syaraf. Pengukuran tingkat keracunan berdasarkan aktifitas enim kholinesterase dalam darah dengan menggunakan metode $intometer %it, tingkat keracunan adalah sebagai berikut 0 2 - 133 2 kategori normal, 32 2 kategori keracunan ringan, '2 - 3 kategori keracunan sedang dan 32 - '2 kategori keracunan berat.4
5enurut *6#, jenis klasifikasi pestisida yang paling banyak digunakan adalah &nsektisida yang digunakan oleh 72 dari petani (terutama organofosfat 882, +82 pyretroides), diikuti oleh fungisida (42) dan herbisida (12). Selain berbahaya bagi kesehatan manusia, pestisida dapat mempunyai dampak buruk bagi lingkungan. Pestisida yang ditemukan dalam berbagai medium lingkungan hanya sedikit sekali, namun kadar ini mungkin akan lebih tinggi bila pestisida terus bertahan di lingkungan (residu). Pestisida dapat bertahan lama pada lingkungan karena mempunyai aktu paruh yang lama seperti jenis klororganik seperti 99$ (Dikloro-Difenil-Trikloroetan). 9alam lingkungan air aktu paruh 99$, lebih dari 13 tahun, sedangkan dieldrin, '3 tahun. 9alam tanah, aktu paruh 99$ sekitar +3 tahun. :ahkan, 99$ (3,' ppm) masih ditemukan dalam sampel lemak pada binatang ;ntartika.
73 juta. Sedangkan total nilai pasar pestisida nasional ?p 4 triliun per tahun.7 #rganisasi %esehatan 9unia (*6#) menyebutkan, 83 persen penggunaan pestisida di negara maju, sayangnya 83 persen keracunan terjadi di negara berkembang. Sementara mengacu penelitian &nternational ?ice ?esearch &nstitute (&??&) dan #rganisasi Pangan 9unia (;#), ledakan hama ereng coklat disebabkan karena keseimbangan ekosistem padi saah hancur.7 9ata *orld 6ealth #rganiation (*6#) memperkirakan sekitar juta orang yang bekerja pada sektor pertanian di negara-negara berkembang terkontaminasi pestisida dan sekitar 18.333 orang diantaranya meninggal setip tahunnya.13 6asil penelitian Jors, dkk ('33) di :oli"ia, menunjukkan baha intoksikasi pestisida yang umum di kalangan petani terkait dengan frekuensi penyemprotan, penggunaan organofosfat dan sejumlah upaya perlindungan yang dilakukan oleh petani saat penyemprotan.11 9ata kesehatan Pekanbaru tahun '33 ada ++4 orang meninggal akibat keracunan pestisida setiap tahunnya dan sekitar 32 mengalami gejala keracunan saat menggunakan pestisida %arena petani kurang tau cara menggunakan pestisida secara efektif dan penggunaan pestisida secara berlebihan, dan berdasarkan hasil penilitian &r. @a #de ;rief 5. ?ur.S<. dari
+ Sumatera :arat tahun '33 mengatakan penyebab keracunan pestisida di ?iau akibat kurang pengetahuan petani dalam penggunaan pestisida secara efektif dan tidak menggunakan alat pelindung diri saat pemajanan pestisida,hasilnya dari '33 responden yang peda dasarnya para petani hanya '32 petani yang menggunakan ;P9 (alat pelindung diri), 432 patani tidak tau cara menggunakan pestisida secara efektif dan mereka mengatakan setelah manggunakan pestisida timbul gejala pada tubuh (mual,sakit tenggorokan, gatal - gatal, pandangan kabur, 9ll.)dan sekitar '32 petani tersebut tidak tahu sama sekali tentang bahaya pestisida terhadap kesehatan. 1' Selain itu, Penelitian yang dilakukan ?unia ('338) di 9esa $ejosari %ecamatan Agablak %abupaten 5agelang mendapatkan baha dari 8 sampel petani yang ditetliti, didaptkan petani yang menderita keracunan sebanyak orang (74,'2).1 B. Rumusan Masalah
1. :agaimana peranan pestisida dalam bidang pertanianB '. :agaimanakah jenis-jenis dari pestisidaB . :agaimanakah mekanisme keracunan pestisida serta efeknya pada system tubuhB +. ;pakah factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya keracunan pestisidaB C. Tujuan 1. Tujuan umum
$ujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui pengaruh pestisida terhadap kesehatan petani 2. Tujuan khusus
a. ntuk mengetahui peranan pestisida dalam bidang pertanian b. ntuk mengetahui pestisida dan jenis-jenisnya c. ntuk mengetahui mekanisme keracunan pestisida serta efeknya pada system tubuh. d. ntuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pestisida
BAB II PEMBAHAAN
A. Peranan Pest!s!"a Dalam B!"ang Pertan!an
Pestisida
adalah
bahan
kimia
yang
digunakan
untuk
mengendalikan
perkembangan!pertumbuhan dari hama, penyakit dan gulma. $anpa menggunakan pestisida akan terjadi penurunan hasil pertanian. Pestisida secara umum digolongkan kepada jenis organisme yang akan dikendalikan populasinya. &nsektisida, herbisida, fungsida dan nematosida digunakan untuk mengendalikan hama, gulma, jamur tanaman yang patogen dan nematoda. Jenis pestisida yang lain digunakan untuk mengendalikan hama dari tikus dan siput.1+ Peraturan 5enteri Pertanian Aomor 0 3!P=?5=A$;A!S?.1+3!'!'33 mendefinisikan baha pestisida adalah at kimia atau bahan lain dan jasad renik serta "irus yang digunakan untuk0 1) memberantas atau mencegah hama-hama tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasilhasil pertanian. ') 5emberantas rerumputan. ) 5ematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman yang tidak diinginkan. +). 5engatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagianbagian tanaman, tidak termasuk pupuk. ). 5emberantas atau mencegah hama-hama luar pada hean-hean piaraan dan ternak. 4). 5emberantas dan mencegah hama-hama airC ). 5emberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasadjasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan alat-alat pengangkutanC 8). 5emberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau air.1 :erdasarkan ketahanannya di lingkungan, maka pestisida dapat dikelompokkan atas dua golongan yaitu yang resisten dimana meninggalkan pengaruh terhadap lingkungan dan yang kurang resisten. Pestisida yang termasuk organochlorines termasuk pestisida yang resisten pada lingkungan dan meninggalkan residu yang terlalu lama dan dapat terakumulasi dalam jaringan melalui rantai makanan, contohnya 99$,
4 komponen pengendalian, yang mana harus sejalan dengan komponen pengendalian hayati, efisien untuk mengendalikan hama tertentu, mudah terurai dan aman bagi lingkungan sekitarnya. Penerapan usaha intensifikasi pertanian yang menerapkan berbagai teknologi, seperti penggunaan pupuk, "arietas unggul, perbaikan pengairan, pola tanam serta usaha pembukaan lahan baru akan membaa perubahan pada ekosistem yang sering kali diikuti dengan timbulnya masalah serangan jasad penganggu.
Pestisida dapat dikelompokkan atas dua golongan berdasarkan ketahanannya di lingkungan,
yaitu yang resisten yang meninggalkan pengaruh terhadap lingkungan dan yang
kurang resisten. Pestisida yang termasuk organochlorines termasuk pestisida yang resisten pada lingkungan dan meninggalkan residu yang terlalu lama dan dapat terakumulasi dalam jaringan melalui rantai makanan, contohnya 99$,
%emampuan pestisida untuk dapat menimbulkan terjadinya keracunan dan bahaya injuri tergantung dari jenis dan bentuk at kimia yang dikandungnya. a. 'rgan()(s)at
#rganofosfat berasal dari 6P#+ (asam fosfat). Pestisida golongan organofosfat merupakan golongan insektisida yang cukup besar, menggantikan kelompok chlorinated hydrocarbon yang mempunyai sifat0
1) =fektif terhadap serangga yang resisten terhadap chorinatethydrocarbon. ') $idak menimbulkan kontaminasi terhadap lingkungan untuk jangka aktu yang lama ) %urang mempunyai efek yang lama terhadap non target organisme +) @ebih toksik terhadap hean-hean bertulang belakang, jika dibandingkan dengan organoklorine. ) 5empunyai cara kerja menghambat fungsi enzym cholinesterase .
@ebih dari 3.333 komponen organofosfat telah disynthesis dan diuji untuk akti"itas insektisidanya. $etapi yang telah digunakan tidak lebih dari 33 jenis saja deasa ini. Semua produk organofosfat tersebut berefek toksik bila tertelan, dimana hal ini sama dengan tujuan penggunaannya untuk membunuh serangga. :eberapa jenis insektisida digunakan untuk keperluan medis misalnya fisostigmin, edroprium dan neostigmin yang digunakan utuk akti"itas kholinomimetik (efek seperti asetyl kholin). #bat tersebut digunakan untuk pengobatan gangguan neuromuskuler seperti myastinea gra"is. isostigmin juga digunakan untuk antidotum pengobatan toksisitas ingesti dari substansi antikholinergik (mis0 trisyklik anti depressant, atrophin dan sebagainya). isostigmin, ekotiopat iodide dan organophosphorus juga berefek langsung untuk mengobati glaucoma pada mata yaitu untuk mengurangi tekanan intraokuler pada bola mata. #rganophosphat disintesis pertama di Jerman pada aal perang dunia ke &&. :ahan tersebut digunakan untuk gas saraf sesuai dengan tujuannya sebagai insektisida. Pada aal synthesisnya diproduksi senyaa tetraethyl pyrophosphate ($=PP), parathion dan schordan yang sangat efektif sebagai insektisida, tetapi juga cukup toksik terhadap mamalia. Penelitian berkembang terus dan ditemukan komponen yang poten terhadap insekta tetapi kurang toksik terhadap orang (mis0 malathion), tetapi masih sangat toksik terhadap insekta. #rganophosphat adalah insektisida yang paling toksik diantara jenis pestisida lainnya dan sering menyebabkan keracunan pada orang. $ermakan hanya dalam jumlah sedikit saja dapat menyebabkan kematian,tetapi diperlukan lebih dari beberapa mg untuk dapat menyebabkan kematian pada orang deasa. #rganofosfat menghambat aksi pseudokholinesterase dalam plasma dan kholinesterase dalam sel darah merah dan pada sinapsisnya. =nim tersebut secara normal menghidrolisis asetylcholin menjadi asetat dan kholin. Pada saat enim dihambat, mengakibatkan jumlah asetylkholin meningkat dan berikatan dengan reseptor muskarinik dan nikotinik pada system saraf pusat dan perifer. 6al tersebut menyebabkan timbulnya gejala keracunan yang berpengaruh pada seluruh bagian tubuh. Seseorang yang keracunan pestisida organophospat akan mengalami gangguan fungsi dari saraf-saraf tertentu. Sebagai bagian "ital dalam tubuh, susunan saraf dilindungi dari toksikan dalam darah oleh suatu mekanisme protektif yang unik, yaitu saar darah otak dan saar darah saraf. 5eskipun demikian, susunan saraf masih sangat rentan terhadap berbagai toksikan. 6al ini dapat dikaitkan dengan kenyataan baha neuron mempunyai suatu laju metabolisme yang tinggi dengan sedikit kapasitas untuk metabolisme anaerobik. Selain itu, karena dapat dirangsang oleh listrik, neuron cenderung lebih mudah kehilangan integritas membran sel. Panjangnya akson juga memungkinkan susunan saraf menjadi lebih rentan terhadap efek toksik, karena badan sel harus memasok aksonnya secara struktur maupun secara metabolisme.
8 Susunan saraf terdiri atas dua bagian utama, yaitu susunan saraf pusat (
&nsektisida karbamat telah berkembang setelah organofosfat. &nsektisida ini daya toksisitasnya rendah terhadap mamalia dibandingkan dengan organofosfat, tetapi sangat efektif untuk membunuh insekta Struktur karbamate seperti physostigmin, ditemukan secara alamia dalam kacang
#rganokhlorin atau disebut EChlorinated hydrocarbon F terdiri dari beberapa kelompok yang diklasifikasi menurut bentuk kimianya. Gang paling populer dan pertama kali disinthesis adalah EDichloro-diphenyltrichloroethan F atau disebut 99$. 5ekanisme toksisitas dari 99$ masih dalam perdebatan, alaupun komponen kimia ini sudah disinthesis sejak tahun 18+. $etapi pada dasarnya pengaruh toksiknya terfokus pada neurotoksin dan pada otak. Saraf sensorik dan serabut saraf motorik serta kortek motorik adalah merupakan target toksisitas tersebut. 9ilain pihak bila terjadi efek keracunan perubahan patologiknya tidaklah nyata. :ila seseorang menelan 99$ sekitar 13mg!%g akan dapat menyebabkan keracunan, hal tersebut terjadi dalam aktu beberapa jam. Perkiraan @93 untuk manusia adalah 33-33 mg!%g.
7 99$ dihentikan penggunaannya sejak tahun 17', tetapi penggunaannya masih berlangsung sampai beberapa tahun kemudian, bahkan sampai sekarang residu 99$ masih dapat terdeteksi. /ejala yang terlihat pada intoksikasi 99$ adalah sebagai berikut0 1) Aausea, "omitus ') Paresthesis pada lidah, bibir dan muka ) &ritabilitas +) $remor )
Pada dasarnya tidak ada batas yang tegas tentang penyebab dari keracunan berbagai macam at kimia, karena setiap at kimia mungkin menjadi penyebab dari keracunan tersebut, yang membedakannya adalah aktu terjadinya keracunan dan organ target yang terkena. 1. Mekan!sme )!s!(l(g!s kera+unan
:ahan-bahan racun pestisida masuk ke dalam tubuh organisme (jasad hidup) berbedabeda menurut situasi paparan. 5ekanisme masuknya racun pertisida tersebut dapat melalui melalui kulit luar, mulut dan saluran makanan, serta melalui saluran pernapasan. 5elalui kulit, bahan racun dapat memasuki pori-pori atau terserap langsung ke dalam sistem tubuh, terutama bahan yang larut minyak ( polar ). $anda dan gejala aal keracunan organofosfat adalah stimulasi berlebihan kolinergenik pada otot polos dan reseptor eksokrin muskarinik yang meliputi miosis, gangguan perkemihan, diare, defekasi, eksitasi, dan sali"asi. %eracunan organofosfat pada sistem respirasi mengakibatkan bronkokonstriksi dengan sesak nafas dan peningkatan sekresi bronkus. Pada umumnya gejala ini timbul dengan cepat dalam aktu 4-8 jam, tetapi bila pajanan berlebihan daapt menimbulkan kematian dalam beberapa menit. &ngesti atau pajanan subkutan umumnya membutuhkan aktu lebih lamauntuk menimbulkan tanda dan gejala. a. Ra+un kr(n!s
13 ?acun kronis menimbulkan gejala keracunan setelah aktu yang relatif lama karena kemampuannya menumpuk (akumulasi) dalam lemak yang terkandung dalam tubuh. ?acun ini juga apabila mencemari lingkungan (air, tanah) akan meninggalkan residu yang sangat sulit untuk dirombak atau dirubah menjadi at yang tidak beracun, karena kuatnya ikatan kimianya. ;da di antara racun ini yang dapat dirombak oleh kondisi tanah tapi hasil rombakan masih juga merupakan racun. 9emikian pula halnya, ada yang dapat terurai di dalam tubuh manusia atau hean tapi menghasilkan metabolit yang juga masih beracun. 5isalnya sejenis insektisida organoklorin, 9ieldrin yang disemprotkan dipermukaan tanah untuk menghindari serangan rayap tidak akan berubah selama 3 tahun sehingga praktis tanah tersebut menjadi tercemar untuk berpuluh-puluh tahun. 9ieldrin ini bisa diserap oleh tumbuhan yang tumbuh di tempat ini dan bila rumput ini dimakan oleh ternak misalnya sapi perah maka dieldrin dapat menumpuk dalam sapi tersebut yang kemudian dikeluarkan dalam susu perah. 5anusia yang minum susu ini selanjutnya akan menumpuk dieldrin dalam lemak tubuhnya dan kemudian akan keracunan. Jadi dieldrin yang mencemari lingkungan ini tidak akan hilang darilingkungan, mungkin untuk aktu yang sangat lama. *. Ra+un akut
?acun akut kebanyakan ditimbulkan oleh bahan-bahan racun yang larut air dan dapat menimbulkan gejala keracunan tidak lama setelah racun terserap ke dalam tubuh jasad hidup.
:ahan kimia dari kandungan pestisida dapat meracuni sel-sel tubuh atau mempengaruhi organ tertentu yang mungkin berkaitan dengan sifat bahan kimia atau berhubungan dengan tempat bahan kimia memasuki tubuh atau disebut juga organ sasaran. =fek racun bahan kimia atas organorgan tertentu dan sistem tubuh. 4 a. Paru$,aru "an s!stem ,erna)asan
11 =fek jangka panjang
terutama disebabkan iritasi (menyebabkan bronkhitis atau
pneumonitis). Pada kejadian luka bakar, bahan kimia dalam paru-paru yang dapat menyebabkan udema pulmoner (paru-paru berisi air), dan dapat berakibat fatal. Sebagian bahan kimia dapat mensensitisasi atau menimbulkan reaksi alergik dalam saluran nafas yang selanjutnya dapat menimbulkan bunyi seaktu menarik nafas, dan nafas pendek. %ondisi jangka panjang (kronis) akan terjadi penimbunan debu bahan kimia pada jaringan paru-paru sehingga akan terjadi fibrosis atau pneumokoniosis. *. Hat!
:ahan kimia yang dapat mempengaruhi hati disebut hipotoksik. %ebanyakan bahan kimia menggalami metabolisme dalam hati dan oleh karenanya maka banyak bahan kimia yang berpotensi merusak sel-sel hati. =fek bahan kimia jangka pendek terhadap hati dapat menyebabkan inflamasi sel-sel (hepatitis kimia), nekrosis (kematian sel), dan penyakit kuning. Sedangkan efek jangka panjang berupa sirosis hati dari kanker hati. +. -!njal "an saluran ken+!ng
:ahan kimia yang dapat merusak ginjal disebut nefrotoksin. =fek bahan kimia terhadap ginjal meliputi gagal ginjal sekonyong-konyong (gagal ginjal akut), gagal ginjal kronik dan kanker ginjal atau kanker kandung kemih. ". !stem sara)
:ahan kimia yang dapat menyerang syaraf disebut neurotoksin. Pemaparan terhadap bahan kimia tertentu dapat memperlambat fungsi otak. /ejala-gejala yang diperoleh adalah mengantuk dari hilangnya keaspadaan yang akhirnya diikuti oleh hilangnya kesadaran karena bahan kimia tersebut menekan sistem syaraf pusat. :ahan kimia yang dapat meracuni sistem enim yang menuju ke syaraf adalah pestisida. ;kibat dari efek toksik pestisida ini dapat menimbulkan kejang otot dan paralisis (lurnpuh). 9i samping itu ada bahan kimia lain yang dapat secara perlahan meracuni syaraf yang menuju tangan dan kaki serta mengakibatkan mati rasa dan kelelahan. e. Darah "an sumsum tulang
Sejumlah bahan kimia seperti arsin, benen dapat merusak sel-sel darah merah yang menyebabkan anemia hemolitik. :ahan kimia lain dapat merusak sumsum tulang dan organ lain tempat pembuatan sel-sel darah atau dapat menimbulkan kanker darah. ).
#antung "an ,em*uluh "arah /s!stem kar"!(0askuler
1' Sejumlah pelarut seperti trikloroetilena dan gas yang dapat menyebabkan gangguan fatal terhadap ritme jantung. :ahan kimia lain seperti karbon disulfida dapat menyebabkan peningkatan penyakit pembuluh darah yang dapat menimbulkan serangan jantung. g. %ul!t
:anyak bahan kimia bersifat iritan yang dapat menyebabkan dermatitis atau dapat menyebabkan sensitisasi kulit dan alergi. :ahan kimia lain dapat menimbulkan jeraat, hilangnya pigmen ("itiligo), mengakibatkan kepekaan terhadap sinar matahari atau kanker kulit. h. %anker Pau"ara
Penelitian dari :oada dkk ('31') di Spanyol, mendapatkan kandungan organoklorin pada anita sehat dibandingkan dengan pasien kanker payudara menunjukan hasil yang sangat berbeda. &ni menunjukkan baha campuran pestisida organoklorin dapat memainkan peran yang penting terhadap risiko kanker payudara.18 !.
!stem re,r("uks!
:anyak bahan kimia bersifat teratogenik dan mutagenik terhadap sel kuman dalam percobaan. 9isamping itu ada beberapa bahan kimia yang secara langsung dapat mempengaruhi o"arium dan testis yang mengakibatkan gangguan menstruasi dan fungsi seksual. 6asil penelitan Gucra dkk ('337) di Peru, mendapatkan baha terjadi penurunan yang signifikan terhadap kualitas air mani pada pria dengan metabolit #rganophospat.17 j.
!stem ang la!n
:ahan kimia dapat pula menyerang sistem kekebalan, tulang, otot dan kelenjar tertentu seperti kelenjar tiroid. Petani yang terpapar pestisida akan mengakibatkan peningkatan fungsi hati sebagai salah satu tanda toksisitas, terjadinya kelainan hematologik, meningkatkan kadar S/#$ dan S/P$ dalam darah juga dapat meningkatkan kadar ureum dalam darah.'3 D. akt(r$)akt(r ang Mem,engaruh! Terja"!na %era+unan Pest!s!"a
%eracunan pestisida tejadi bila ada bahan pestisida yang mengenai tubuh atau masuk ke dalam tubuh dalam jumlah tertentu. ;da beberapa faktor yangmempengaruhi keracunan pestisida antara lain 0 1. akt(r "ar! "alam tu*uh3 a. Us!a
mur adalah fenomena alam, semakin lama seseorang hidup makan umurpun akan bertambah. Semakin bertambahnya umur seseorang semakin banyak yang diaalminya, dan semakin banyak pula pemaparan yang dialaminya, dengan bertambahnya umur seseorang maka
1 fungsi metabolisme akan menurun dan ini juga akan berakibat menurunnya aktifitas kholinesterase darahnya sehinggga akan mempermudah terjadinya keracunan pestisida. sia juga berkaitan dengan kekebalan tubuh dalam mengatasi tingkat toksisitas suatu at, semakin tua umur seseorang maka efektifitas system kekebalan di dalam tubuh akan semakin berkurang.'1 *. #en!s kelam!n
%adar kholin bebas dalam plasma laki-laki deasa normal rata-rata sekitar +,+Hg!ml. %aum anita rata-rata mempunyai aktifitas khlinesterase darah lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. 5eskipun demikian tidak dianjurkan anita menyemprot pestisida, karena pada saat kehamilan kadar rata-rata kholinesterase cenderung turun. +. tatus kesehatan
:eberapa jenis pestisida yang sering digunakan menekan aktifitas kholinesterase dalam plasma yang dapat berguna dalam menetapkan o"er eDposure terhadap at ini. Pada orang-orang yang selalu terpapar pestisida menyebabkan naiknya tekanan darah dan kholesterol.'' ". tatus g!4!
Pengaruh status gii pada orang deasa akan mengakibatkan0 1) kelemahan fisik dan daya tahan tubuhC ') mengurangi inisiatif dan meningkatkan kelambanan danC ) meningkatkan kepekaan terhadap infeksi dan lain-lain jenis penyakit. Semakin buruk status gii seseorang akan semakin mudah terjadi keracunan, dengan kata lain petani yang mempunyai status gii yang baik cenderung memiliki aktifitas kholinesterase yang lebih baik. 6asil penelitian yang dilakukan oleh atmaati ('334) menunjukkan baha ada hubungan status gii dengan aktifitas kholinesterase dalam darah petani penyemprot yang melakukan penelitian secara cross sectional.' e. Anem!a
%adar hemoglobin terdapat pada sel darah merah yang memiliki gugus hem dimana pembentukannya melalui proses reduksi dengan bantuan A;96, sedangkan kadara kholinesterase dalam kerjanya menghidrolisa membutuhkan energi, dimana pada saat pembentukan energi membutuhkan A;96. 6asil penelitian atmaati ('334) menunjukkan baha dari pemeriksaan darah petani penyemprot menunjukkan baha 7 2 petani penyemprot menderita anemia (I 1gr!dl).' ).
-enet!k
:eberapa kejadian pada hemoglobin yang abnormal seperti hemoglobin S. %elainan homoigot dapat mengakibatkan kematian pada usia muda sedangkan yang heteroigot dapat mengalami anemia ringan. Pada ras tertentu ada yang mempunyai kelainan genetik, sehingga aktifitas kholinesterase darahnya rendah dibandingkan dengan kebanyakan orang. g. T!ngkat Pengetahuan
1+ Pengetahuan yang cukup tentang pestisida sangat penting dimiliki, khususnya bagi petani penyemprot, karena dengan pengetahuan yang cukup diharapkan para petani penyemprot dapat melakukan pengelolaan pestisida dengan baik pula, sehingga risiko terjadinya keracunan dapat dihindari. 6asil penelitian 6alinda S@ ('33) menunjukkan baha untuk mencegah terjadinya keracunan pestisida pada petani beberapa hal yang harus menjadi perhatian selain dari tatalaksana penyemprotan adalah cara penyimpanan pestisida , cara mencampur pestisida dan cara membuang kemasan pestisida.'+ 2. akt(r "ar! luar tu*uh3 a. uhu l!ngkungan
Suhu lingkungan berkaitan dengan aktu menyemprot, matahari semakin terik atau semakin siang maka suhu akan semakin panas. %ondisi demikian akan mempengaruhi efek pestisida melalui mekanisme penyerapan melalui kulit petani penyemprot. *. Cara ,enanganan ,est!s!"a
Penanganan
pestisida
sejak
dari
pembelian,
penyimpanan,
pencampuran,
cara
menyemprot hingga penanganan setelah penyemprotan berpengaruh terhadap resiko keracunan bila tidak memenuhi ketentuan. +. Penggunaan Alat Pel!n"ung D!r!
Pestisida umumnya adalah racun bersifat kontak, oleh karenanya penggunaan alat pelindung diri pada petani aktu menyemprot sangat penting untuk menghindari kontak langsung dengan pestisida. Pemakaian alat pelindung diri lengkap ada macam yaitu 0 baju lengan panjang, celana panjang, masker, topi, kaca mata, kaos tangan dan sepatu boot. Pemakaian ;P9 dapat mencegah dan mengurangi terjadinya keracunan pestisida, dengan memakai ;P9 kemungkinan kontak langsung dengan pestisida dapat dikurangi sehingga resiko racun pestisida masuk dalam tubuh melalui bagian pernafasan, pencernaan dan kulit dapat dihindar (Aotoadmodjo, '33). Penelitian yang dilakukan 9e"ilia ('334) terhadap petani penyemprot cabai 9esa Sungai :endung ;ir %ec. %ayu ;ro %abupaten %erinci menyatakan baha ada hubungan antara penggunaan alat pelindung diri dengan akti"itas cholinesterase.' $etapi hal yang berbeda di dapatkan dari hasil penelitian ?unia ('338) menyatakan baha tidak ada
hubungan yang
bermakna antara kelengkapan ;P9 dengan kejadian keracunan pestisida.1 ". D(s!s ,est!s!"a
Semua jenis pestisida adalah racun, dosis yang semakin besar maka akan semakin besar terjadinya keracunan pestisida. %arena bila dosis penggunaan pestisida bertambah, maka efek dari pestisida juga akan bertambah. 9osis pestisida yang tidak sesuai dosis berhubungan dengan
1 kejadian keracunan pestisida organofosfat petani penyemprot. 9osis yang tidak sesuai mempunyai risiko empat kali untuk terjadi keracunan dibandingkan penyemprotan yang dilakukan sesuai dengan dosis aturan.'4 e. #umlah #en!s Pest!s!"a
5asing-masing pestisida mempunyai efek fisiologis yang berbeda-beda tergantung dari kandungan at aktif dan sifat fisik dari pestisida tersebut. Pada saat penyemprotan penggunaan pestisida jenis dapat mengakibatkan keracunan pada petani. :anyaknya jenis pestisida yang digunakan menyebabkan beragamnya paparan pada tubuh petani yang mengakibatkan reaksi sinergik dalam tubuh.' ).
Masa kerja menja"! ,enem,r(t
Semakin lama petani menjadi penyemprot, maka semakin lama pula kontak dengan pestisida sehingga resiko keracunan terhadap pestisida semakin tinggi. Penurunan aktifitas kholinesterase dalam plasma darah karena keracunan pestisida akan berlangsung mulai seseorang terpapar hingga ' minggu setelah melakukan penyemprotan. $etapi hal yang berbeda di dapatkan dari hasil penelitian ?unia ('338) menyatakan baha tidak ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kejadian keracunan pestisida.1 g. Lama menem,r(t
9alam melakukan penyemprotan sebaiknya tidak boleh lebih dari jam, bila melebihi maka resiko keracunan akan semakin besar. Seandainya masih harus menyelesaikan pekerjaannya hendaklah istirahat dulu untuk beberapa saat untuk memberi kesempatan pada tubuh untuk terbebas dari pemaparan pestisida. 6asil penelitian menunjukkan baha istirahat minimal satu minggu dapat menaikkan akti"itas kholinesterase dalam darah pada petani penyemprot. &stirahat minimal satu minggu pada petani keracunan ringan dapat menaikkan akti"itas kholinesterase dalam darah menjadi normal (8,32). Sedangkan petani dengan keracunan sedang memerlukan aktu istirahat yang lebih lama untuk mencapai akti"itas kholinesterase normal.'8 Penelitian yang dilakukan 9e"ilia ('334) terhadap petani penyemprot cabai 9esa Sungai :endung ;ir %ec. %ayu ;ro %abupaten %erinci menyatakan baha ada hubungan antara lama penyemprotan dengan akti"itas cholinesterase.' $etapi hal yang berbeda di dapatkan dari hasil penelitian ?unia ('338) menyatakan baha tidak ada hubungan yang bermakna antara lama menyemprot dengan kejadian keracunan pestisida.1
14 h. rekuens! Penem,r(tan
Semakin sering seseorang melakukan penyemprotan, maka semakin tinggi pula resiko keracunannya. Penyemprotan sebaiknya dilakukan sesuai dengan ketentuan. *aktu yang dianjurkan untuk melakukan kontak dengan pestisida maksimal ' kali dalam seminggu. Penelitian yang dilakukan 9e"ilia ('334) terhadap petani penyemprot cabai 9esa Sungai :endung ;ir %ec. %ayu ;ro %abupaten %erinci menyatakan baha ada hubungan antara frekuensi penyemprotan dengan akti"itas cholinesterase.' !.
T!n"akan ,enem,r(tan ,a"a arah ang!n
Penyemprotan yang baik searah dengan arah angin dan penyemprot hendaklah mengubah posisi penyemprotan apabila angin berubah. j.
5aktu menem,r(t
*aktu penyemprotan perlu diperhatikan dalam melakukan penyemprotan pestisida, hal ini berkaitan dengan suhu lingkungan yang dapat menyebabkan keluarnya keringat lebih banyak terutama pada siang hari. Sehingga aktu penyemprotan pada siang hari akan semakin mudah terjadinya keracunan pestisida melalui kulit. Salah satu masalah utama yang berkaitan dengan gejala keracunan pestisida adalah baha gejala dan tanda keracunan khususnya pestisida dari golongan organofosfat umumnya tidak spesifik bahkan cenderung menyerupai gejala penyakit biasa seperti pusing, mual dan lemah sehingga oleh masyarakat dianggap sebagai suatu penyakit yang tidak memerlukan terapi khusus. 5enurut /allo (1771) ada beberapa faktor yang mempengaruhi keracunan pestisida antara lain dosis, toksisitas senyaa pestisida, lamanya terpapar pestisida dan jalan pestisida masuk dalam tubuh.'7
BAB III PENUTUP
1
A. %es!m,ulan
1. Pestisida adalah bahan kimia yang penggunaannya dalam bidang pertanian yaitu untuk mengendalikan perkembangan!pertumbuhan dari hama, penyakit dan gulma. '. Pestisida dapat dikelompokkan atas dua golongan berdasarkan ketahanannya di lingkungan, yaitu yang resisten yang meninggalkan pengaruh terhadap lingkungan dan yang kurang resisten. . 5ekanisme masuknya racun pertisida tersebut dapat melalui melalui kulit luar, mulut dan saluran makanan, serta melalui saluran pernapasan. +. =fek racun dari bahan kimia kandungan pestisida dapata menyerang system tubuh seperti paru-paru, hati, ginjal dan saluran kencing, system syaraf, darah dan sumsum tulang, jantung dan pembuluh darah, kulit, payudara, system reproduksi serta system-sistem lain. . aktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya keracunan pestisida yaitu factor dalam tubuh (usia, jenis kelamin, status kesehatan, status gii, anemia, genetic, tingkat pengetahuan) dan factor luar tubuh (suhu, cara penanganan, penggunaan ;P9, dosis pestisida, jumlah jenis pestisida, masa kerja, lama menyemprot, frekuensi penyemprotan, tindakan penyemprotan, dan aktu menyemprot). B. aran
1. Perlunya penyuluhan dalam aplikasi pemakaian pestisida secara rutin kepada kelompok tani '. Petani diharapkan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap pada aktu melakukan penyemprotan. . Pemerintah perlu mencari alternati"e pembasmi hama yang lebih efektif dan aman dibandingkan pestisida.