MAKALAH PERANG SALIB Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam Dosen Pengampu: M. Ikhyak Ulumuddin, S.Th.I, M.A
Oleh: Abdul Khalimi Ami Ahmad Asfan Pane
PROGRAM STUDI HUKUM KEUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT PESANTREN KH. ABDUL CHALIM MOJOKERTO 2018
1
Kata Pengantar Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang Perang Salib guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam. Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentan Perang Salib ini dapat memberikan pengetahuan tentang sejarah dan dapat menjadi ilmu yang bermanfaat dan barokah.
i
Daftar Isi BAB I .................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN ................................................................................................ 1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1 Rumusan Masalah ................................................................................................. 2 Tujuan Penulisan ................................................................................................... 2 Sebab-sebab Terjadinya Perang Salib ................................................................... 3 Periodisasi Perang Salib ........................................................................................ 6 Dampak Perang Salib ............................................................................................ 9 BAB III ................................................................................................................. 10 PENUTUP ............................................................................................................. 10 Kesimpulan ........................................................................................................... 10 Daftar Pusta ........................................................................................................... 11
ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa penting dalam gerakan ekspansi Bani Saljuk adalah peristiwa Manzikard dalam tahun 464 H/ 1071 M.1 yang popular dengan sebutan revolusi Malazkird. Serbuan yang gencar dari ekspansi yang dipimpin oleh Alp Arselan ini telah menempatkan imperium Bizantium pada posisi yang tidak menguntungkan. Kondisi ini memaksa pihak Bizantium meminta bantuan Keuskupan Agung di Roma untuk menyelamatkan bumi Bizantium.2 Tetapi bila ditarik dari akar sejarahnya, konfrontasi antara kaum Muslimin dan Nasrani, sesungguhnya sudah terjadi jauh sebelum peristiwa Manzikad.3 Jadi wajar saja, jika bibit permusuhan dan kebencian umat Nasrani terhadap Islam sudah mengakar dan pertumbuhan kebencian mereka dipercepat dengan hadirnya kekuatan Bani
Saljuk
yang
menguasai
Baitul
Maqdis,
daerah
yang
merupakan
kebanggaan sekaligus tempat suci umat Kristiani. Kehadiran Bani Saljuk di Baitul Maqdis Yerussalem telah menghilangkan kemerdekaan Ummat Nasrani untuk berziarah kesana. Peristiwa di atas memberikan gambaran bahwa konfrontasi antara Kaum Muslimin dan Nasrani kebanyakan dipengaruhi oleh unsur-unsur religius dan motif ini pula yang didengung-dengungkan oleh Paus Urbanus II untuk mengerahkan seluruh umat Kristiani di Eropa dengan memproklamirkan perang suci yang populer dengan sebutan “Perang Salib.”4
1
Joesoef Syu’ub, Sejarah Daulah Abbasiyah, Jilid III (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hal. 87.
2
Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid I, Cet VIII; (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1994), hal. 250-253. 3 4
Ibid., hal. 250-253. Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Asek, Jilid I, (Jakarta: UI Press, 1985), hal. 78.
1
Peristiwa Perang Salib ini telah dibayar oleh umat Islam melalui perjuangan yang besar dan pada sisi lain Perang Salib telah memberikan keuntungan bagi pihak Eropa. Ini diakui sendiri oleh para orientalis; mereka mengatakan bahwa Perang Salib merupakan jembatan emas bagi tumbuhnya peradaban dan kebudayaan Barat di Eropa. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang melatarbelakangi terjadinya perang salib? 2. Bagaimana periodisasi perang salib? 3. Bagaimana dampak perang salib? C. Tujuan Penulisan 1. Memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam. 2. Sebagai bentuk perhatian mahasiswa terhadap sejarah dan menjadi sebuah kajian ilmiah. 3. Dapat mengetahui latar belakang, proses berlangsungnya, dan dampak perang salib.
2
BAB II PEMBAHASAN A. Sebab-sebab Terjadinya Perang Salib Gagasan untuk menjalankan peperangan demi membela kepercayaan agama merupakan idealisme keagamaan yang tersusun menjadi satu, meskipun demikian berbagai kecenderungan juga mendapat tempat yang layak dalam tujuan Perang Salib untuk menguasai kembali tempat suci Yerussalem dengan cara-cara militer. Karena itu untuk merumuskan sebab-sebab terjadinya Perang Salib, maka perlu menganalisis kondisi pihak Eropa sebelum perang mulai pecah, atau minimal dianalisa walaupun sekilas sikap dan tindakan pihak Eropa di abad-abad pertengahan. Perang salib berlangsung selama kurang lebih dua abad, di mulai dari perang salib I sampai perangsalib VIII yaitu dari tahun 1096-1291. Perang Salib adalah penyerangan dari kefanatikan Kristen yang dikoordinir oleh Paus yang mempunyai tujuan untuk merebut kota suci Palestina dari tangan kaum Muslimin. Selain itu, perang ini yang disebabkan oleh beberapa faktor lain yakni faktor agama, politik, sosialekonomi. Perang yang terjadi hampir dua abad ini adalah timbul karena reaksi orang Kristen terhadap umat Islam yang dianggap sebagai pihak penyerang. Berdasarkan sejarah yang ada, sejak tahun 632 sampai terjadinya perang salib beberapa kota penting dan tempat suci umat Kristen dikuasai oleh umat Islam, seperti Suriah, Asia kecil, Spanyol, dan Sisilia.5 Disebut Perang Salib, karena ekspedisi militer Kristen mempergunakan salib sebagai simbol pemersatu untuk menunjukkan bahwa peperangan yang mereka lakukan adalah perang suci dan bertujuan untuk membebaskan kota suci Baitulmakdis (Yerusalem) dari tangan orang-orang Islam.6 Penyebab langsung terjadinya perang salib adalah permintaan Kaisar Alexus Connesus pada tahun 1095 kepada Paus Urbanus II. Kaisar dari Bizantium meminta bantuan dari Romawi karena daerah-daerah yang tersenbar sampai ke pesisir Laut Marmora “dibinasakan” oleh Saljuk. Bahkan, kota Konstantninopel diancam pula. 5 6
Ensiklopedi Islam (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2003), hal. 240. Philip K. Hitti. The Arab a Short History, (London: The Mac Millan Press, 1974), hal. 635.
3
Adanya permintaan ini, Paus melihat kemungkinan untuk mempersatukan kembali (gerejaYunani dengan Romawi yang telah terpecah tahun 1009-1054).7 Isi pidato yang menyulut Perang Salib terjadi pada 26 November 1095 Paus Urban menyampaikan pidatonya di Clermont, bagian tenggara Prancis dan memerintahkan orang-orang Kristen agar “memasuki lingkungan makan suci, merebutnya dari orang-orang jahat dan menyerahkannya kembali kepada mereka.” Mungkin inilah pidato paling berpengaruh yang pernah disampaikan oleh Paus sepanjang catatan sejarah.8 Orang-orang di dan meneriakkan slogan Deus Vult (tuhan menghendaki) sambil mengacung-acungkan tangan. Pada musim semi 1097, 150.000 manusia, sebagian besar orang Franka, Norman, dan sebagian lagi rakyat biasa menyambut seruan untuk berkumpul di Konstantinopel. Pada saat itulah genderang Perang Salib ditabuh.9 Penyebab lain Perang Salib diantaranya adalah: 1. Faktor Agama Dalam perspektif agama perang salib terjadi karena kaum Kristen merasa terhina atas perlakuan yang mereka terima ketika menunaikan ibadah ketanah suci Yerussalem. Mereka merasa terganggu atas perlakukan Bani Saljuk yang menguasai Baitulmakdis, perlakukan tersebut tersebut telah menyinggung perasaan orang-orang Kristen karena Yerussalem bagi mereka adalah sebagai kota suci sebagai tempat kelahiran Yesus. Kini telah dikuasai oleh Bani Saljuk, sehingga mereka merasa tidak bebas lagi menjalankan ritual agamanya yang mendapat gangguan dari Bani Saljuk. Disamping itu Penguasa Saljuk menetapkan beberapa peraturan untuk umat Kristen yang mengunjungi Baitulmakdis, peraturan-peraturan tersebut sangat mengganggu mereka, sehingga mereka merasa tidak aman lagi, untuk beribadah ke Baitul Makdis.10 Hal tersebut telah memicu kebencian dan 7
Ibid., hal. 636. Dedi supriyadi. Sejarah Peradaban Islam. (Bandung: CV. Pustaka Setia. 2008). Hal. 171. 9 Ibid., hal. 172. 10 Hasan Ibrahim, Tarikh al-Islam, Jilid IV, (Kairo: Maktabat al-Nahdhah al- Mishriyah, 1976), hal. 243 8
4
kemarahan serta sikap anti pati umat Kristen terhadap Islam, sehingga mendorong mereka bersatu untuk menghancurkan Islam, dan merebut kembali daerah-daerah yang pernah mereka kuasai, yang puncak dari kemarahan itu telah mendorong mereka untuk melakukan perang suci atau perang salib. 2. Faktor Politik Kekalahan Bizantium di Marzikan tahun 1071 dan jatuhnya Asia kecil dibawah kekuasaan Bani Saljuk telah mendorong
Kaisar Alexius untuk
meminta bantuan kepada Paus Urban II untuk mengembalikan kekuasaannya di sejumlah wilayah yang diduduki oleh Bani Saljuk, permohonan ini diterima oleh Paus dengan catatan bahwa Kaisar harus tunduk kepadanya. Sementara itu dilain pihak kekuasaan Islam diwaktu itu barada dalam kelemahan, sehingga memicu semangat juang kalangan Kristen untuk melancarkan serangan diwaktu itu, Dinasti Saljuk di Asia Kecil sedang mengalami perpecahan setelah Sultan Malik Syah (1071-1092) wafat, terjadi perebutan kekuasaan di antara putera-puteranya.
Disamping itu Dinasti
Fatimiyyah di Mesir dalam keadaan lumpuh pula, sedangkan kekuasaan Islam di Spayol pada waktu itu dalam kondisi yang lemah.11 Kondisi sosiol politik tersebut menjelaskan kepada kita bahwa ummat Islam pada waktu itu berada pada titik nadir yang lemah, umat Islam telah berpecah-pecah, keadaan yang seperti ini memberikan peluag yang besar bagi umat Kristen untuk melancarkan serangan kesejumlah wilayah-wilayah yang berbasiskan Islam. 3. Fakto Sosial Ekonomi Para pedagang besar yang berada di pantai timur Laut Tengah, terutama yang berada di kota Venezia, Ganoa, dan Pisa, berambisi untuk menguasai sejumlah kota dagang di sepanjang pantai timur dan selatan Laut Tengah untuk memperluas jaringan perdagangan mereka. Untuk itu, mereka rela menanggung
Ahmad Syalabi, Mausu’ah al-Tarikh al-Islamy, Jilid V, (Kairo: Maktabah al-Nahdah alMisriyyah, 1977), hal. 557 11
5
sebagian dana perang salib dengan maksud menjadikan kawasan itu sebagai pusat perdagangan mereka bila Kristen Eropa memperoleh kemenangan.12 Ini menunjukkan kepada kita bahwa perang salib ini, ternyata tidak murni dilandasi oleh dorongan spritual keagamaan, ia bukan lagi menjadi perang suci, disini yang menjadi motifator bukan lagi agama tetapi persoalan ekonomi untuk memperoleh keuntungan. B. Periodisasi Perang Salib Philip K. Hitti menyederhanakan periodisasi Perang Salib dalam tiga periode. Pertama masa penaklukan (1009-1144); kedua, masa timbulnya reksi umat Islam (1144-1192); ketiga, masa perang saudara kecil-kecilan yang berakhir sampai 1291 M. 1. Periode Pertama Disebut periode penaklukan. Jalinan kerjasama Kaisar Alwxus 1 dan Paus Urbanus II berhasilkan membangkitkan semangat umat Kristen, terutama pada pidato Paus Urbanus II di Clermont (Perancis selatan), 26 November1095. Pidato tersebut membuat orang Kristen, mendapat suntikan untuk mengunjungi kuburan suci. Hassan Ibrahim Hassan dalam buku Tarikh AL-Islam (Sejarah Kebudayaan Islam mennggambarkan gerakan ini sebagai gerombolan rakyat jelata yang tidak memiliki pengalaman perang, tidak disiplin, dan tanpa persiapan. Gerakan ini di pimpin oleh Pierre I’ermite. Sepanjang jalan menuju Konstantinopel, mereka membuat keonaran, melakukan perampokan, dan bahkan terjadi bentrokan dengan penduduk Hongaria dan Bizantium. Akhirnya, dengan mudah, pasukan Salib ini dapat di kalahkan oleh pasukan Dinasti Saljuk. Pasukan Salib berikutnya di pimpin oleh Godfrey of Bouillon. Gerakan ini lebih merupakan gerakan militer yang terorganisasi rapi. Mereka berhasil menduduki kota suci Palestina (Yerussalem) pada 7 juli 1099. Pasukan Godfrey ini melakukan pembantaian besar-besaran terhadap umat Islam tanpa
12
Dedi Supriyadi, op. cit. hal. 172.
6
membedakan laki-laki dan wanita, anak-anak dan dewasa serta tua dan muda.Mereka juga membumihanguskan bangunan-bangunan milik umat Islam. Sebelum menduduki Baitul Makdis, pasukan ini terlebih dahulu merebut Anatalia Seletan, Tarsus, Antiolia, Allepo, dan ar-Ruba’ (Eddesa), juga merebut Tripoli, Syam (Suriah), dan Arce. Kemenangan pasukan salib pada periode ini telah mengubah peta dunia Islam dan berdirinya kerajaan-kerajaan Latin-kristen di timur seperti kerajaan Baitulmakdis (1099)di bawah pemerintahan raja Godfrey, Edessa (1099)di bawah raja Baldwin ,dan Tippoli(1099)di bawah kekuasaan raja Reymond.13 2. Periode kedua Disebut periode reaksi umat Islam (1144-1192). Jatuhnya beberapa kekuasaan Islam ke tangan kaum Salib membangkitkan kaum Muslimin menghimpun kekuatan untuk menghadapi mereka. Di bawah komando Imaduddin Zangi, gubernur Mosul, kaum muslimin bergerak maju membendung serangan pasukan Salib. Bahkan mereka berhasil merebut kembali Allepo dan Addesa (1144). Setelah Imaduddin wafat tahun 1146, posisinya di gantikan oleh putranya, Nuruddin Zanki. Ia meneruskan cita-cita ayahnya yang ingin membebaskan negara-negara islam di timur dari cengkraman kaum Salib.Kotakota yang berhasil di bebaskan, antara lain Damaskus (1147), Antiolia (1149), dan Mesir (1169). Kemenangan kaum muslimin ini ,terutama setelah munculnya Salahuddin Yusuf al-Ayyubi (Saladin) di Mesir yang berhasil membebaskan Baitulmakdis pada 2 Oktober 1187.Keberhasilan umat Islam ini telah membangkitkan kaum Salib untuk mengirim ekspedisi di pimpin oleh raja-raja besar Eropa, seperti Frederick I (Barbarossa, Kaisar Jerman), Richard I (The lion hearted Raja Inggris), dan phillif II (Augustus, Raja Prancis).
13
Ibid., hal. 173.
7
Ekspedisi Salib ini di bagi beberapa divisi, sebagian menempuh jalan darat dan sebagian lagi menempuh jalur laut. Frederick yang memimpin divisi darat tewas ketika menyebrangi sungai Armenia, dekat kota Ruba’, (Eddesa). Sebagian tentaranya kembali, kecuali beberapa orang yang terus melanjutkan perjalanannya di bawah pimpinan putra Frederik. Dua divisi lainnya yang menempuh jalur laut bertemu di Sisilia. Mereka berada di Sisilia hingga musim dingin berlalu. Karena terjadi kesalah pahaman, akhirnya mereka meninggalkan Sisilia secara terpisah. Richard menuju Chiprus dan mendudukinya, kemudian melanjutkan perjalanan ke Suriah (syam), sedangkan Philip langsung ke Arce, dan pasukannya berhadapan dengan pasukan Saladin, sehingga terjadi pertempuran sengit. Namun, akhirnya pasukan
Saladin
memilih
mundur
dan
mengambil
langkah
untuk
mempertahankan Mesir. Dalam keadaan demikian, pihak Richard dan pihak Saladin sepakat untuk melakukan gencatan senjata dan membuat perjanjian. Inti perjanjian damai itu adalah daerah pedalaman akan menjadi milik kaum muslimin dan umat Kristen berziarah ke Baitulmakdis akan terjamin keamanannya. Adapun dareah Pesisir Utara, Arce, dan Jaita berada di bawah kekuasaan tentara Salib.14 3. Periode ke tiga Periode ketiga (1193-1291) lebih di kenal dengan periode perang saudara kecil-kecilan atau periode kehancuran di dalam pasukan Salib. Hal ini di sebabkan oleh ambisi politik untuk memperoleh kekuasaan dan sesuatu yang bersifat matearilistik daripada motivasi agama. Dalam periode ini, muncul pahlawan wanita dari kalangan kaum muslimin yang terkenal gagah berani, yaitu Syajar Ad-Durr. Ia berhasil menghancurkan pasukan raja Louis IX dari Prancis sekaligus menangkap raja tersebut. Bukan hanya itu, pahlawan wanita yang gagah berani ini telah mampu menunjukkan kebesaran Islam dengan membebaskan dan mengizinkan Raja Louis IX kembali ke Negrinya, Prancis.15 14 15
Ibid., hal. 174. Ibid., hal 174.
8
C. Akibat Perang Salib Perang Salib menimbulkan beberapa akibat penting dalam sejarah dunia. Perang Salib membawa Eropa ke dalam kontak langsung ke dalam dunia Muslim dan terjalinnya hubungan antara timur dan barat. Kontak ini menimbulkan saling tukar pikiran antara kedua belah pihak. Pengetahuan orang timur yang progresif dan maju memberi daya dorong besar bagi intelektual Eropa Barat.Hal ini meahirkan suatu bagian penting dalam menubuhkan Reneisans di Eropa. Keuntungan perang Salib bagi Eropa adalah menambah lapangan perdagangan, mempelajari kesenian, dan penemuan penting, seperti kompas pelaut, kincir angin, dan sebagainya dari orang Islam. Mereka juga dapat mengetahui cara bertani yang maju dan mempelajari kehidupan industri timur yang lebih berkembang .Ketika kembali ke Eropa, mereka mendirikan sebuah pasar khusu untuk barang barang timur. Orang barat mulai menyadari kebutuhan akan barang-barang timur, dan karena kepentingan ini perdagangan antara timur dan barat menjadi lebih berkembang. Kegiatan perdagangan tersebut lebih berpengaruh pada perkembangan kegiatan maritim di Laut Tengah. Orang-orang Islam yang pernah menguasai Laut Tengah kehilangan kekuasaan, sementara orang Eropa bebas menggunakan jalan laut melalui Laut Tengah tersebut.16
16
Ibid., hal. 175.
9
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Yang melatarbelakangi terjadiya Perang Salib adalah pidato Paus Urban di Clermont, bagian tenggara Perancis yang menyulut Perang Salib terjadi pada 26 November 1095. Dia menyampaikan pidatonya dan memerintahkan orang-orang Kristen agar “memasuki lingkungan makan suci, merebutnya dari orang-orang jahat dan menyerahkannya kembali kepada mereka.” Selain itu, faktor penyabab terjadinya Perang Salib ialah; faktor agama, faktor politik, dan faktor sosial ekonomi. Periodisasi Perang Salib sebenarnya lumayan panjang, mulai dari Perang Salib I sampai dengan Perang Salib VIII, akan tetapi, Philip K. Hitti menyederhanakan periodisasi Perang Salib dalam tiga periode. Pertama masa penaklukan (1009-1144); kedua, masa timbulnya reksi umat Islam (1144-1192); ketiga, masa perang saudara kecil-kecilan yang berakhir sampai 1291 M. Akibat dari peristiwa Perang Salib bansa Eropa mendapat keuntungan yang banyak, di antaranya; menambah lapangan perdagangan, mempelajari kesenian, dan penemuan penting, seperti kompas pelaut, kincir angin, dan sebagainya dari orang Islam.
10
Daftar Pustaka Syu’ub joesoef. Sejarah Daulah Abbasiyah II. Jakarta: Bulan Bintang, 1997. Syalabi Ahmad. Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid I, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1994. Nasution, Harun, 1985, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek, Jilid I, Jakarta: UI Press. Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2003. Hitti Philip K. The Arab a Short History, London: The Mac Millan Press, 1974. Supriyadi Dedi. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia. 2008. Ibrahim Hasan. Tarikh al-Islam, Jilid IV, Kairo: Maktabat al-Nahdhah al- Mishriyah, 1976. Syalabi Ahmad, Mausu’ah al-Tarikh al-Islamy, Jilid V, Kairo: Maktabah al-Nahdah al-Misriyyah, 1977.
11