Ekosistem Pangan dan Gizi Penduduk Etnis China di Pecinan Semarang Tugas Project Tugas Project Based Learning Dilakukan Dilakukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas MK Ekologi Pangan dan Gizi Semester V 3 SKS
Disusun Oleh: Nizarifa Nadia F
25010111140305 25010111140305
Lintang Sekar Langit
25010111140310 25010111140310
Ervina Fidia
25010111140314 25010111140314
Damayanti
Yustina Retno Larasati
25010111140316 25010111140316
Maya Sari Aprilina
25010111140320 25010111140320
Erda Nur Purnamasari
25010111140331 25010111140331
Rify Rosmahelfi
25010111140339 25010111140339
Asriati Wahidah
25010111140343 25010111140343
Debby Sukma Wardani
25010111140348 25010111140348
Milka Noviananda Hardy
25010111140361 25010111140361
KELOMPOK 2 - E 2011
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang Oktober 2013
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Project Laporan Project Based Learning (Pjbl) (Pjbl) Tugas Akhir Kuliah Mata Kuliah Ekologi Pangan Dan Gizi Semester V Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Tahun 2014 JUDUL: EKOSISTEM PANGAN DAN GIZI PENDUDUK ETNIS CHINA DI PECINAN SEMARANG
Disusun oleh: Nizarifa Nadia F
25010111140305 25010111140305
Lintang Sekar Langit
25010111140310 25010111140310
Ervina Fidia
25010111140314 25010111140314
Damayanti
Yustina Retno Larasati
25010111140316 25010111140316
Maya Sari Aprilina
25010111140320 25010111140320
Erda Nur Purnamasari
25010111140331 25010111140331
Rify Rosmahelfi
25010111140339 25010111140339
Asriati Wahidah
25010111140343 25010111140343
Debby Sukma Wardani
25010111140348 25010111140348
Milka Noviananda Hardy
25010111140361 25010111140361
Laporan PjBL ini telah ditinjau dan direvisi. Semarang, Januari 2014 Dosen Penanggung Jawab Mata Kuliah
Ir. Laksmi Widajanti, M.Si. NIP. 196608131992032003 196608131992032003
ii
PRAKATA
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Ekologi Pangan dan Gizi di Pecinan Semarang. Laporan dengan judul “Ekosistem Pangan dan Gizi Penduduk Etnis China di Pecinan Semarang” Dengan terselesaikannya laporan ini, perkenankan penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Dra. VG. Tinuk Istiarti, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat , Universitas Diponegoro. 2. Dosen Pembimbing yaitu Ir. Laksmi Wijajanti, M.Si dan Dina R Pangestuti, S.TP, M.Gizi yang sudah membimbing kami. 3. Orang tua yang telah memberikan dukungan moril dan materiil dalam menyelesaikan laporan ini. 4. Teman-teman seperjuangan yang telah membantu dalam meyelesaikan laporan ini. 5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang membantu terselesainya laporan ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari pambaca sangat kami harapkan.
Semarang, Desember 2013
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan.................. Pengesahan........................................ ............................................ ....................................... .................
ii
Prakata......................................................................................................
iii
Daftar Isi........................................... Isi................................................................. .............................................. .................................. ..........
iv
Daftar Tabel............................................. Tabel................................................................... ............................................ ........................... .....
v
Daftar Gambar............................................. Gambar................................................................... ............................................ ........................
vi
Bab I Pendahuluan Latar Belakang........................................... Belakang................................................................. .................................. ............
1
Tujuan ............................................ .................................................................. ............................................ ........................
3
Manfaat........................................................................................
3
Bab II Metode Penelitian Waktu dan Tempat...................................... Tempat............................................................ ................................. ...........
4
Populasi dan Subjek .......................................... ................................................................ .......................... ....
5
Pengambilan Data ................................................. ....................................................................... ......................
5
Pengolahan Data ............................................... ..................................................................... ........................... .....
8
Bab III Hasil Dan Pembahasan ............................................... ............................................................... ................
10
Bab IV Penutup Kesimpulan...................................................................................
25
Saran ............................................... ..................................................................... ............................................ ........................
25
Daftar Pustaka .............................................. .................................................................... ............................................ ......................
27
Lampiran
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pelaksanaan Kegiatan ……………………………………………… 4 Tabel 2. Matriks Pengolahan Hasil Wawancara Responden 1-10 Tabel 3. Matriks Pengolahan Hasil Wawancara Responden 11-18
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Mind Map Pengaruh Budaya Terhadap Pola Konsumsi Masyarakat di Pecinan, Kota Semarang ………………………………………………..
11
Gambar 2. Grafik Distribusi Frekuensi Usia Responden …………………….. 12 Gambar 3. Grafik Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden …………… 13 Gambar 4. Grafik Distribusi Jenis Pekerjaan Responden ……………………. 14 Gambar 5. Grafik Permintaan Jenis Makanan di Pecinan, Kota Semarang ….. 14 Gambar 6. Distribusi Frekuensi Konsumsi Daging Babi Masyarakat di Pecinan, Kota Semar ang ………………………………………………………………. 15 Gambar 7. Grafik Pengetahuan Responden Mengenai Kandungan Gizi Daging Babi ………………………………………………………………………….. 16 Gambar 8. Grafik Perubahan Pola Konsumsi Responden Terhadap Daging Babi Masyarakat Pecinan, Kota Semarang ………………………………………... 17 Gambar 9. Grafik Olahan Daging Babi yang Biasa Dikonsumsi Responden....18 Gambar 10. Grafik Kategori IMT Responden ………………………………… 19 Gambar 11. Grafik Keluhan Responden Selama Mengkonsumsi Daging Babi Masyarakat Pecinan, K ota Semarang ………………………………………… 21 Gambar 12. Grafik Hasil Pengukuran Tekanan Darah Responden ………….. 22 Gambar 13. Grafik Jenis Aktivitas yang biasa dilakukan responden ………… 23
vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Kota Semarang merupakan salah satu kota yang memiliki keragaman warisan budaya dari masa lalu yang sampai sekarang masih dapat dirasakan keberadaannya. Ragam warisan dari zaman Kolonial misalnya, dapat dilihat di sekitar kawasan kota lama Semarang, kemudian warisan budaya Timur Tengah juga masih kentara di kawasan Pekojan-Kauman, selain itu nuansa dari warisan budaya Cina juga masih dapat dirasakan di kawasan Pecinan, mulai dari ujung utara Jalan Beteng-Pekojan-Jagalan-Pedamaran serta sejumlah gang lain Gang Baru, Gang Mangkok, Gang Pinggir, Gang Warung, Gang Tengah, Gang Besen dan lainnya. Etnis China memiliki berbagai jenis makanan yang bisa dikatakan sering dikonsumsi, salah satunya adalah daging babi. Secara fisik daging babi adalah daging yang berwarna merah jambu, mempunyai serat halus, mempunyai lemak lunak dan berwarna putih jernih. Karakteristik kimia daging babi diketahui memiliki kandungan air yang besar yakni sekitar 70%. Komposisi daging babi segar tergantung pada spesies, kondisi hewan, jenis daging serta penanganannya. Selain kandungan air, daging babi juga terdiri dari protein dan lemak. Daging yang berlemak mengandung kadar air dan protein yang rendah. Daging babi mengandung energi sebesar 457 kilokalori, protein 11,9 gram, lemak 45 gram, kalsium 7 miligram, fosfor 117 miligram, dan zat besi 2 miligram. Selain itu di dalam Daging Babi Gemuk juga terkandung vitamin B1 0,58 miligram. Kandungan kadar lemak yang sangat tinggi pada daging babi merupakan salah satu faktor pemicu hipertensi. Faktor penyebab utama terjadinya hipertensi adalah aterosklerosis yang didasari dengan konsumsi lemak yang berlebih. Disamping itu makanan yang mengandung natrium tinggi juga dapat memicu terjadinya hipertensi.
1
Kejadian hipertensi juga ditentukan oleh faktor yang dapat diubah. Modifikasi perilaku atau gaya hidup melalui pengetahuan dan pendidikan gizi dapat dilakukan untuk meminimalisir faktor pemicu dan meningkatkan faktor pencegah kejadian hipertensi. Faktor risiko yang bisa diubah antara lain adalah gaya hidup dan status gizi. Gaya hidup yang diduga berhubungan dengan kejadian hipertensi antara lain meliputi aktivitas fisik dan kebiasaan makan. Kebiasaan makan yang diamati adalah kebiasaan mengkonsumsi makanan berlemak seperti daging babi. Tekanan darah dipengaruhi oleh aktivitas fisik. Tekanan darah akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas fisik dan lebih rendah ketika beristirahat. Seseorang dengan aktivitas fisik yang kurang, memiliki kecenderungan 30-50% terkena hipertensi daripada mereka yang aktif. Konsumsi pangan tinggi lemak seperti daging babi dapat menyebabkan penyumbatan
pembuluh
darah
yang
dikenal
dengan
aterosklerosis.
Keberadaannya yang berlebih di dalam tubuh akan menyebabkan penumpukan dan pembentukan plak di pembuluh darah. Pembuluh darah menjadi semakin sempit dan elastisitasnya berkurang. Kandungan lemak atau minyak lainnya yang dapat mengganggu kesehatan apabila jumlahnya berlebih diantaranya kolesterol, trigliserida, low density lipoprotein (LDL). Pola konsumsi pangan adalah jenis dan frekuensi beragam pangan yang biasa dikonsumsi, biasanya berkembang dari pangan setempat atau dari pangan yang telah ditanam di tempat tersebut untuk jangka waktu yang panjang. Pola konsumsi pangan manusia di abad modern ini pada dasarnya terbentuk melalui tahapan sejarah yang sangat panjang dan merupakan interaksi dari beragam faktor pengaruh. Jenis pangan yang dikonsumsi manusia berkembang, sejalan dengan peradaban manusia. Pola konsumsi dinamakan pula kebiasaan makan, kebiasaan pangan atau pola makan. Banyak faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan, diantaranya adalah perbedaan etnis, tingkat sosial ekonomi, geografi, iklim, agama, dan kepercayaan serta tingkat kemajuan teknologi. Meskipun banyak faktor yang mempengaruhi cara
2
makan dan kebiasaan pangan individu, tiga faktor yang terpenting adalah ketersediaan pangan, pola sosial budaya, dan faktor pribadi. Kelompok kami memilih kawasan Pecinan sebagai penelitian ekologi pangan dan gizi karena ingin mengetahui pola konsumsi, dan aktivitas seharihari penduduk etnis China di kawasan Pecinan. Kelompok kami meninjau ekologi pangan dan gizi penduduk cina di kawasan pecinan dari sisi: 1. Makanan yang biasa di konsumsi oleh penduduk etnis China. 2. Pola konsumsi penduduk etnis China. 3. Aktivitas sehari-hari yang dilakukan penduduk etnis China.
B. Tujuan
Tujuan umum dari makalah penelitian ekologi pangan dan gizi di kawasan Pecinan ini adalah untuk mengetahui ekologi pangan dan gizi di kawasan Pecinan
secara
keseluruhan
sedangkan
tujuan
khusus
dari
makalah
perencanaan ini adalah: 1. Mengetahui makanan yang biasa dikonsumsi penduduk di kawasan Pecinan. 2. Mengetahui pola makan penduduk di kawasan Pecinan. 3. Mengetahui aktivitas sehari-hari penduduk di kawasan Pecinan.
C. Manfaat
1. Manfaat Bagi Penduduk di Kawasan Pecinan a. Dapat mengetahui makanan yang sehat dan tidak sehat bagi tubuh. b. Dapat melakukan pola hidup yang sehat dengan cara menyeimbangkan makanan yang dimakan dan aktivitas yang dilakukan. 2. Manfaat Bagi Mahasiswa a. Dapat mengetahui pola makan penduduk di kawasan Pecinan. b. Dapat meneliti kandungan makanan yang baik bagi tubuh dengan cara mengetahui makanan yang biasa dimakan oleh penduduk di kawasan Pecinan. c. Dapat menentukan hipotesa status gizi penduduk di kawasan Pecinan
3
BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Tempat
: Pecinan, Semarang
Waktu
Tabel 1. Pelaksanaan Kegiatan No Kegiatan
Waktu
1.
Survei I Penentuan tempat tujuan
18 Oktober 2013
1.
Diskusi dan Penyusunan rencana kerja
21 Oktober 2013
2.
Pengumpulan rencana kerja sementara
22 Oktober 2013
3.
Survei II
8 November 2013
5.
Pengumpulan
hasil
survei
dan 9 November 2013
pengolahan data 6.
Survei III Observasi secara langsung 26 November 2013 pola konsumsi masyarakat asli pecinan Survei IV
7.
Rekapitulasi
29 November 2013 data,
diskusi,
dan 29 November 2013
pemecahan masalah 8.
Diskusi pembuatan laporan
1 Desember 2013
9.
Diskusi revisi laporan
3 Desember 2013
10.
Pengumpulan laporan akhir
6 Desember 2013
Dalam penelitian ini dilakukan survei dan pengamatan di rumah penduduk Pecinan Kota Semarang. Survei dilakukan 4 kali, yang pertama untuk melihat bagaimana keadaan lokasi Pecinan terkait dengan ekologi pangan dan gizi di sekitarnya. Survei yang kedua untuk melakukan wawancara terhadap penduduk asli pecinan atau masyarakat cina yang tinggal di Pecinan Semarang. Survei ketiga dan keempat dilakukan untuk mencari data yang belum didapatkan. Selanjutnya akan diidentifikasi dan dianalisis lebih lanjut mengenai hasil pengamatan tersebut.
4
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi Populasi merupakan seluruh subjek penelitian yang memiliki kuantitas, kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan. Populasi dalam obsevasi ekosistem pangan dan gizi di Pecinan, Kota Semarang ini adalah penduduk asli Pecinan, Kota Semarang atau penduduk etnis China yang bertempat tinggal di Pecinan, Kota Semarang. 2. Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili suatu populasi (Saryono, 2011). Besarnya sampel dalam penelitian yang akan dilakukan menggunakan cara non probability sampling dengan metode consecutive.
Metode
consecutive sampling
merupakan
pengambilan sampel dengan pertimbangan dan tujuan tertentu diantaranya waktu, biaya dan tenaga. Pengambilan sampel penelitian dengan menggunakan teknik NonRandom
Sampling,
dengan
metode
purposive
sampling
yaitu
penarikan sampel yang dilakukan dengan cara memilih/mengambil subyek-subyek yang didasarkan pada tujuan-tujuan tertentu. Teknik ini dipilih karena alasan yang didasarkan waktu,tenaga dan biaya sehingga tidak mengambil sampel yang besar jumlahnya dan jauh letaknya. Sedangkan yang menjadi sumber dan responden dalam penelitian ini adalah 20 orang masyarakat etnis China di Kawasan Pecinan, Kota Semarang.
C. Pengambilan Data
Pengambilan data bertujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dan mengetahui kebenarannya. Dalam pengamatan ini, pengambilan data dilakukan melalui pegambilan data primer yaitu dengan cara observasi, wawancara, dan sebar kuesioner terhadap pedagang dan
5
masyarakat etnis China di kawasan Pecinan, Kota Semarang. Metode metode yang digunakan dalam pengambilan data adalah sebagai berikut : 1.
Studi Literatur/ Studi Kepustakaan Studi Kepustakaan adalah kegiatan mengumpulkan data dengan cara mendapatkan teori-teori yang relevan dengan topik penelitian dari kepustakaan yang berhubungan. Tujuan utama melakukan studi literature ialah a) menemukan variable-variabel yang akan diteliti. b) membedakan hal-hal yang sudah dilakukan dan menentukan hal-hal yang perlu dilakukan, c) melakukan sintesa dan memperoleh perspektif baru, d) menentukan makna dan hubungan antar variabel. Studi Literatur adalah mencari referensi teori yang relevan dengan kasus atau permasalahan yang ditemukan. Referensi tersebut berisikan tentang a Deskripsi Pecinan Semarang secara umum b Budaya yang ada di Pecinan Semarang c Makanan khas warga Tionghoa yang ada di Pecinan Semarang Referensi ini dapat dicari dari jurnal, artikel, laporan penelitian, dan situs situs di internet. Keluaran dari studi literatur ini adalah terkoleksinya referensi yang relevan dengan tujuan penelitian.
2. Observasi Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang menggunakan pertologan indera mata. Teknik ini bermanfaat untuk mengurangi jumlah pertanyaan, mengukur kebenaran jawaban pada wawancara, untuk memperoleh data yang tidak dapat diperoleh dengan cara wawancara atau angket. Dalam pengumpulan data dengan teknik observasi terdapat beberapa kelemahan, keterbatasan kemampuan indera mata, hal-hal yang sering dilihat, perhatian akan berkurang hingga adanya kelainan kecil tidak terdeteksi. Untuk mengatasi kelemahan tersebut dapat dilakukan cara-cara seperti melakukan pengamatan berulang dan pengamatan dilakukan oleh beberapa orang.
6
Observasi yang kami lakukan adalah mengamati atau memperhatikan pada kebiasaan penduduk tionghoa dalam konsumsi makanan sehari hari dan cara penduduk tionghoa di Pecinan dalam mengkonsumsi makanan Observasi yang kami lakukan yaitu dengan cara checklist atau melihat langsung keadaan lapangan. Adapun teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipasi aktif yang bertujuan untuk memperoleh informasi tentang pola konsumsi penduduk etnis China di Pecinan, dan aktivitas fisik apa yang dilakukan untuk mengimbangi pola konsumsi. Dalam proses observasi dan pencarian data, kami menggunakan sistem kelompok dalam kelompok yaitu berkelompok tetapi dalam pencarian datanya di bagi dua yang bertujuan agar data yang kami peroleh dapat segera mencukupi. 3. Wawancara Wawancara merupakan proses interaksi atau komunikasi secara langsung antara pewawancara dengan responden. Teknik wawancara dilakukan jika peneliti memerlukan komunikasi atau hubungan dengan responden. Data yang dikumpulkan umumnya bersifat fakta, sikap, pendapat, keinginan, dan pengalaman sehingga kemungkinan jika dilakukan dengan kuisioner akan kurang memperoleh tanggapan responden. Teknik ini pertama untuk responden yang tidak membaca tulis atau sejenis pertanyaan yang memerlukan penjelasan dari pewawancara atau memerlukan penerjemahan. Teknik wawancara adalah teknik percakapan dengan maksud tertentu. Teknik ini dilakukan dengan cara mengadakan percakapan antara peneliti dan narasumber sehingga adanya proses tanya jawab antara peneliti sebagai penanya, dan para pedagang di pasar sebagai penjawabnya (narasumber). Pada tahapan wawancara ini bertujuan untuk memperoleh informasi dari penduduk etnis China di Pecinan, Kota Semarang, mengenai pola konsumsi, konsumsi daging babi atau tidak, akivitas fisik yang
7
dilakukan, budaya yang berpengaruh terhadap pola konsumsi, dan sebagainya.
D. Pengolahan dan Analisis Data
Metode yang digunakan dalam kegiatan Project Based Learning (PjBL) adalah metode survei deskriptif. Survei deskriptif dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena yang terjadi di dalam populasi tertentu. Pada umumnya survei deskriptif digunakan untuk membuat penilaian terhadap suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu program di masa sekarang, kemudian hasilnya digunakan untuk menyusun perencanaan perbaikan program tersebut. Survei deskriptif juga dapat didefinisikan suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam masyarakat (Notoatmodjo, 2010). 1.
Pengolahan Data
Pengolahan Data adalah suatu poses pemasukan data (input), transformasi data (recode transform), penyajian data dan interpretasi data (baik secara deskriptif maupun inferensial. Pengolahan data menggunakan beberapa tahapan, yaitu : a. Penyuntingan ( Editing ) dan Pembersihan (cleaning ) Penyuntingan ( Editing ) dan Pembersihan (cleaning ) adalah suatu proses memeriksa kelengkapan kuesioner, urutan logis pengisian kuesioner, konsistensi jawaban responden serta melakukan perbaikan apabila ada kesalahan dalam pengisisan serta diperlukan untuk melakukan perbaikan. Penyuntingan setelah kuesioner sudah diisi, setelah kegiatan pengambilan data primer dan sekunder di lapangan. b. Pemasukkan Data ( Entry Data) Setelah kuesioner diteliti atau disunting dan proses pengolahan data yaitu memasukkan data dalam bentuk pengelompokan data ke dalam aplikasi komputer. Aplikasi komputer yang digunakan dengan hasil
8
kuesioner ke dalam format deskripsi berupa narasi atau bersifat naratif. c. Mendeskripsikan Data Membaca hasil data yang telah dimasukkan dalam aplikasi dan mengubahnya menjadi bentuk susunan kalimat yang mudah dipahami. Analisis bisa langsung disajikan ataupun diceritakan dalam bentuk naratif agar lebih mudah dipahami. d. Interpretasi Data Interpretasi data merupakan suatu kegiatan yang menggabungkan hasil analisis dengan pernyataan, criteria, atau standar tertentu untuk menemukan makna dari data yang dikumpulkan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian yang sedang diperbaiki. Ada berbagai teknik dalam melakukan interpretasi data, antara lain dengan : 1) Menghubungkan data dengan pemahaman peneliti 2) Mengaitkan temuan (data) dengan hasil kajian pustaka atau teori terkait 3) Memperluas
analisis
dengan
mengajukan
pertanyaan
mengenai penelitian dan implikasi hasil penelitian 4) Meminta nasihat teman sejawat jika mengalami kesulitan
2.
Analisis Data
Setelah melakukan pengolahan data maka langkah selanjutnya dilakukan analisis data, analisis data dilakukan berdasarkan pada tujuan dan pokok permasalahan yang ada yaitu mengenai pola konsumsi penduduk etnis Cina di Pecinan, Kota Semarang.
9
BAB II PEMBAHASAN A. Gambaran Umum
Salah satu kajian penting mengenai masalah pangan adalah masalah pola konsumsi makanan, yang sebagian besarnya dipengaruhi oleh faktor sosial-budaya. Faktor-faktor sosial budaya tersebut antara lain pengetahuan, nilai, norma, kepercayaan, sikap, dan perilaku, khususnya yang berkaitan dengan perubahan gaya hidup (life style), selera, dan gengsi. Para ahli antropologi sepakat bahwa kebiasaan makan keluarga beserta
susunan
hidangannya
merupakan
salah
satu
manifestasi
kebudayaan dalam suatu keluarga. Manifestasi budaya yang diperlihatkan oleh suatu keluarga ini disebut gaya hidup keluarga yang nantinya akan menghasilkan bentuk atau struktur perilaku konsumsi pangan atau kebiasaan makan (food intake behavior) Perilaku masyarakat dalam memilih dan menentukan jenis, kuantitas, dan kualitas pangan dapat berubah karena faktor sosial-budaya, khususnya yang berkaitan dengan pengetahuan, nilai (selera dan kepuasan), norma, maupun kepercayaan. Perubahan itu berkaitan dengan meningkatnya pendapatan dan pengetahuan mengenai gizi dan kesehatan. Kelompok kami dalam melakukan PjBL ini memilih kawasan Pecinan di Semarang sebagai objek penelitian untuk mengetahui pengaruh budaya terhadap pola konsumsi dan permintaan pangan pada masyarakat etnis China di Pecinan, Kota Semarang. Pecinan atau Kampung China (atau Chinatown dalam Bahasa Inggris) merujuk kepada sebuah wilayah kota yang mayoritas penghuninya adalah orang Tionghoa. Budaya Tionghoa di Pecinan sangat kental, sehingga dapat memberi pengaruh terhadap pola konsumsi.
10
B. Mind Mapping
INPUT Pengaruh budaya tioghoa terhadap pola makan masyarakat etnis china di ecinan
PROSES Wawancara pola konsumsi daging babi dalam satu minggu, wawancara mengenai aktivitas fisik yang dilakukan dalam satu hari, dan olahraga yang biasa dilakukan dalam satu minggu
OUTPUT Pola konsumsi daging babi masyarakat Etnis China yang tinggal di Pecinan
OUTCOME Penjabaran hipotesa status gizi
FEEDBACK Masyarakat mengetahui pentingnya pengaturan pola makan yang baik
Gambar 1. Mind Map Pengaruh Budaya Terhadap Pola Konsumsi Masyarakat di
Pecinan, Kota Semarang
11
Gambar 1 menunjukkan Mind Map mengenai hal hal yang akan kelompok kami lakukan untuk project based learning di Pecinan Semarang. Kelompok kami melihat Pecinan merupakan tempat yang memiliki budaya yang kental dan dapat mempengaruhi pola konsumsi masyarakat yang tinggal di Pecinan Semarang. Input yang kami butuhkan untuk PjBL di Pecinan Semarang adalah pengaruh budaya Tionghoa terhadap pola konsumsi masyarakat etnis China di Semarang. Dalam prosesnya, kami akan mewawancarai populasi sasaran kami mengenai pola konsumsi sehari hari dan pola konsumsi daging babi yang merupakan salah satu makanan khas Tionghoa. Selain itu kami akan mengukur tekanan darah, berat badan, dan tinggi badan serta aktivitas fisik sehari hari guna mengetahui status gizi populasi sasaran. Output yang kami harapkan adalah diketahuinya pola konsumsi daging babi pada penduduk etnis China yang tinggal di Pecinan Semarang. Daging babi merupakan indikator perbedaan budaya yang khas dari budaya Tionghoa. Outcome dari PjBL kelompok kami adalah diketahuinya dugaan sementara mengenai status gizi masyarakat di Pecinan Semarang. C. Hasil dan Pembahasan 1. Identitas Responden
Usia Responden 6 5 4 3
Jumlah
2 1 0 20-25 26-30 31-35 36-40 41-45 46-50 51-55 56-60 >60
Gambar 2. Grafik Distribusi Frekuensi Usia Responden
Berdasarkan hasil observasi didapatkan umur responden paling banyak usia 20-25 tahun sebanyak 5 orang, usia 26-30 tahun sebanyak 3 orang, usia 31-35 tahun sebanyak 2 orang, usia 41-45 tahun sebanyak 1
12
orang, usia 46-50 sebanyak 2 orang, usia 51-55 sebanyak 2 orang, usia 5660 sebanyak 1 tahun, usia lebih dari 60 tahun sebanyak 3 orang. Responden kami hampir seluruhnya merupakan usia produktif. Penduduk usia produktif adalah penduduk yang berusia 15-64 tahun dan memiliki kemampuan untuk melakukan aktivitas yang rutin (Data Statistik Indonesia). Pada usia produktif seseorang akan membutuhkan energi banyak untuk aktivitas fisik yang bertambah. Tetapi pada usia lanjut (>64 tahun) energi tidak lagi diperlukan untuk aktivitas tetapi hanya untuk pemeliharaan sehingga kebutuhan energi menurun.
Jenis Kelamin Responden
50%
50%
Perempuan Laki-laki
Gambar 3. Grafik Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden
Responden yang menjadi sumber informasi kami berjumlah 18 orang dengan jenis kelamin laki laki dan perempuan berjumlah sama yaitu laki-laki 8 orang dan perempuan 8 orang. Kebutuhan energi akan berbeda berdasarkan jenis kelamin
13
Jenis Pekerjaan Masyarakat Pecinan 11% Penjaga toko
11% 50%
Pemilik toko Karyawan
11%
17%
Mahasiswa Pensiunan
Gambar 4. Grafik Distribusi Jenis Pekerjaan Responden
Berdasarkan data tersebut, mata pencaharian masyarakat Pecinan yang berprofesi sebagai penjaga toko dengan persentase 50 % dan 17 % berprofesi sebagai pemilik toko. Sehingga dapat disimpulkan bahwa masyarakat pecinan sebagian besar bekerja pada sektor perdagangan, baik sebagai pemilik maupun penjaga toko. Jenis tokonya antara lain seperti toko kain, toko perhiasan,dan mini market. Jenis pekerjaan ini tidak membutuhkan banyak gerak, dan aktivitas responden dalam sehari kebanyakan dihabiskan untuk menjaga toko.
2. Pola Konsumsi Permintaan Jenis Makanan di Pecinan 5%
Daging Babi 37%
26%
Mie Daging kambing Daging ayam
16% 16%
Gambar 5. Grafik Permintaan Jenis Makanan di Pecinan, Kota
Semarang
14
Sebelum kelompok kami melakukan survei pola konsumsi di masyarakat Pecinan,
kami sempat mewawancarai 11 pedagang di
pasar Semawis Pecinan. Dari hasil wawancara pedagang dapat dilihat bahwa 37% pedagang menjawab makanan yang sering dikonsumsi masyarakat Pecinan adalah daging babi. Permintaan jenis makanan yang paling banyak adalah daging babi, kemudian daging ayam. Permintaan daging babi berdasarkan pernyataan salah satu pedagang di Pasar Gang Baru ( salah satu pasar sumber utama untuk memperoleh daging babi di Pecinan) sebesar 1 ton. Permintaan ini akan meningkat pada hari raya imlek menjadi 2 ton, karena selain sebagai bahan konsumsi, bagi orang yang percaya daging babi juga dapat digunakan sebagai
persembhan
untuk
roh
nenek
moyang
dalam
ritual
sembahyangan, khususnya pada perayaan imlek. Setelah melakukan survei mengenai permintaan jenis makanan, kami melanjutkan survei ke masyarakat mengenai pola konsumsi daging babi yang menjadi permintaan utama di masyarakat pecinan.
Frekuensi Konsumsi Daging Babi Masyarakat di Pecinan (100%) 6%
11%
28%
1x sebulan
6% 17%
2x sebulan 4x sebulan
33%
8-12x sebulan Jarang
Gambar 6. Distribusi Frekuensi Konsumsi Daging Babi Masyarakat
di Pecinan, Kota Semarang
Berdasarkan Grafik 5 menunjukkan sebesar 33,33 % masyarakat Pecinan mengonsumsi daging babi sebanyak 8-12 kali dalam sebulan, dan hanya 6 % yang tidak pernah mengonsumsi daging babi.
15
Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan survei didapatkan hasil benar adanya masyarakat Pecinan banyak mengonsumsi daging babi. Hal
ini
ditunjukkan
sebesar
33,33
%
masyarakat
Pecinan
mengonsumsi daging babi dengan frekuensi 8-12 kali dalam sebulan, dan hanya 6 % yang tidak pernah mengonsumsi daging babi. Frekuensi konsumsi daging babi ini dipengaruhi oleh kemudahan akses masyarakat terhadap daging babi. Di Pecinan terdapat suatu pasar yaitu Pasar Gang Baru yang menyediakan berbagai macam daging babi, baik yang sudah diolah maupun yang masih berupa potongan daging. Kemudahan akses daging babi ini mempengaruhi frekuensi konsumsi daging babi pada masyarakat di Pecinan. Semakin mudah aksesnya maka akan semakin mudah juga untuk mengkonsumsi daging babi. Selain dari pasar, akses daging babi olahan juga dipermudah dengan adanya pasar Semawis di Pecinan setiap hari Jumat, Sabtu, dan Minggu. Pengetahuan Responden Mengenai Kandungan Gizi Daging Babi
28% Tahu Tidak Tahu 72%
Gambar 7. Grafik Pengetahuan Responden Mengenai Kandungan
Gizi Daging Babi
Berdasarkan Grafik dapat dilihat dari 18 responden ada 13 orang yang mengetahui tentang kandungan gizi yang terdapat pada daging babi, rata-rata menyebutkan bahwa daging babi mengandung lemak yang tinggi, dan ada 5 responden yang tidak mengetahui kandungan gizi daging babi.
16
Perubahan Pola Konsumsi
42% 58%
Berubah Tidak Berubah
Gambar 8. Grafik Perubahan Pola Konsumsi Responden Terhadap
Daging Babi Masyarakat Pecinan, Kota Semarang
Berdasarkan grafik dari 13 responden yang mengetahui bahwa daging babi tinggi lemak, 5 responden mengaku telah merubah pola konsumsi, dari yang sebelumnya sering menkonsumsi jadi mengurangi konsumsi daging babi, dan 7 responden mengaku tidak mengubah pola konsumsi daging babi walaupun sudah mengetahui kandungan daging babi yang tinggi lemak. Alasan 5 responden mengubah pola konsumsi daging babi adalah mereka sadar akan kesehatan dan mengetahui dampak negatif dari seringnya mengkonsumsi daging babi. Menurut Heinz,G. and P.Hautzinger dan Felner, daging babi mempunyai komposisi lemak paling tinggi diantara sapi dan domba, yaitu 9-11%, sementara daging sapi hanya 4-8%. Daging babi yang banyak mengandung lemak menambahkan kadar kolesterol di dalam darah. Dengan
semakin
tingginya
kadar
kolesterol
ini
maka
akan
menyebabkan proses penguraian dari protein yang dibutuhkan oleh tubuh menjadi lebih lambat. Selain itu, kondisi dari daging babi yang banyak mengandung cacing babi juga dapat menyebabkan beberapa penyakit ataupun virus (Depkes). Sudah menjadi budaya turun menurun untuk mengkonsumsi daging babi. Mengkonsumsi daging babi sudah menjadi santapan dari kecil, tradisi keluarga, baik dalam konsumsi sehari-hari maupun dalam perayaan hari besar. Rasanya
17
yang enak (karena berlemak) membuat orang tersebut tetap ingin memakan daging babi. Daging babi bagi mereka sudah menjadi makanan favorit yang susah untuk dihentikan konsumsinya. Terlebih rata-rata agama dilingkungan pecinan adalah non muslim, sehingga tidak adanya larangan khusus mengapa tidak boleh memakan daging babi. Olahan Daging Babi yang Biasa Dikonsumsi Responden
6%
6% Babi kecap 44%
19%
Sate babi Babi berkuah Babi goreng
25%
Babi kukus
Gambar 9. Grafik Olahan Daging Babi yang Biasa Dikonsumsi
Responden Dalam mengkonsumsi daging babi, responden biasanya mengolah daging babi menjadi berbagai macam makanan. Dapat kita lihat pada Gambar 9, ada 7 responden atau 44% responden yang mengolah daging babi dimasak babi kecap, 4 responden atau 25% responden mengolah daging babi dengan cara dibakar dibuat sate dan babi panggang, 3 responden atau 19% responden mengolah daging babi dengan cara direbus dibuat sup, dibuat kuah sayur asin dan dibuat opor babi, dan rica-rica. 1 dengan cara digoreng biasa, dan 1 lagi dikukus. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pengolahannya yang paling sering dan disukai masyarakat Pecinan adalah masakan babi kecap. Babi kecap adalah masakan yang terbuat dari daging babi atau bisa dicampur dengan telur, kentang dan tahu yang ditumis dengan rempah-rempah seperti bawang putih, jahe, lada, dll dan dicampur dengan kecap asin maupun dan kecap manis. Dalam pengolahan
18
dagingnya, tergantung pada orang yang memasak. Ada yang sebelumnya direbus dulu dagingnya agar empuk dan saat ditumis tidak memerlukan waktu yang lama, ada yang daging digoreng sebentar sebelumnya dengan tujuan agar pada saat ditumis daging tidak hancur, dan ada juga yang langsung ditumis bersama bahan-bahan lainnya. Babi kecap menjadi favorit masyarakat Pecinan karena memiliki cita rasa yang enak, tekstur daging yang empuk, dan lemak babi yang keluar saat daging ditumis. Itu yang membedakan daging digoreng biasa atau yang diolah lainnya. Babi kecap disajikan dengan nasi putih biasa dan dimakan selagi hangat agar lebih enak. Masyarakat Pecinan mengkonsumsi babi kecap sudah dari dulu dan merupakan makanan yang khas. (Siti, 2010/)
3. Status Gizi
16
Kategori IMT Responden
14 12 10 8 6 4 2 0
Gambar 10. Grafik Distribusi Frekuensi Kategori IMT Responden
Berdasarkan observasi responden dapat diketahui tinggi badan dan berat badan, sehingga dapat dihitung IMT. Dari data responden didapatkan IMT normal sebanyak 14 responden, IMT overweight sebanyak 3 responden dan IMT obesitas II sebanyak 1 responden. 19
Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah salah satu cara untuk mengukur status gizi seseorang. Menurut Supariasa (2002), penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur di atas 18 tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan. Seseorang dikatakan kegemukan atau obesitas jika memiliki nilai IMT≥25.0. Obesitas merupakan faktor risiko munculnya berbagai penyakit degeneratif, seperti hipertensi, penyakit jantung koroner dan diabetes mellitus. Data dari studi Farmingham (AS) menunjukkan bahwa
kenaikan
berat
badan
sebesar
10%
pada
pria
akan
meningkatkan tekanan darah 6.6 mmHg, gula darah 2 mg/dl, dan kolesterol darah 11 mg/dl. Penelitian yang dilakukan pada remaja berumur 17-20 tahun menunjukkan adanya hubungan nyata positif antara status gizi (IMT) dengan tekanan darah sistolik (r=0.458; p<0.01). Hubungan nyata positif juga terdapat pada status gizi (IMT) dengan tekanan darah diastolik (r=0.250; p<0.05). Hal ini mengindikasikan bahwa contoh pada kategori status gizi gemuk memiliki tekanan darah sistolik maupun distolik yang lebih tinggi. Hubungan linear antara IMT dan tekanan darah ditemukan pada negara-negara berkembang seperti Indonesia, Ethiopia dan Vietnam. Risiko hipertensi pada orang yang overweight dan obesitas (IMT≥25.0) lebih tinggi di Indonesia (OR=7.68, 95% CI:3.88-15.0), di Ethiopia (OR= 2.47, 95% CI: 1.424.29) dan Vietnam (OR=2.67,95% CI: 1.75-4.08)
20
Keluhan Responden Selama Mengkonsumsi Daging Babi 16%
16% 63%
kolesterol hipertensi hiperglikemia tidak ada
5%
Gambar 11. Grafik Keluhan Responden Selama Mengkonsumsi
Daging Babi Masyarakat Pecinan, Kota Semarang Berdasarkan Gambar 11, sebanyak 16% responden menyatakan bahwa setelah mengonsumsi daging babi merasakan kolesterolnya tinggi. Responden yang mempunyai keluhan hipertensi setelah mengonsumsi daging babi sebanyak 16%, selain itu 5% responden mempunyai keluhan gula darah tinggi dan sisanya sebesar 63% tidak mempunyai keluhan setelah mengkonsumsi daging babi. Hipertensi dan kolesterol merupakan penyakit yang dikeluhkan oleh responden setelah mengkonsumsi daging babi. Seseorang dikatakan mengalami hipertensi jika memiliki tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg atau keduanya. Pada pengukuran tekanan darah dikenal dua istilah, yaitu tekanan darah sistolik dan diastolik. Tekanan darah sistolik menunjukkan besarnya tekanan pada dinding pembuluh darah pada saat jantung berkontraksi. Tekanan ini merupakan tekanan tertinggi pada pembuluh darah pada satu waktu tertentu,yaitu pada saat darah dipompakan dari ventrikel kiri. Tekanan darah diastolic menunjukkan besarnya tekanan pada dinding pembuluh darah pada saat otot jantung relaks diantara dua denyutan. Tekanan ini merupakan tekanan terkecil di pembuluh darah pada satu waktu tertentu, yaitu saat darah kembali ke atrium kanan. (Eric, 2004) Tekanan darah sistolik berpengaruh terhadap tekanan arteri pada gangguan kardiovaskular. Laki-laki yang memiliki TDD normal (<82 21
mmHg) tetapi TDS tinggi (>158 mmHg) memiliki risiko terkena gangguan kardiovaskular 2.5 kali lebih besar daripada seseorang dengan nilai TDD sama tetapi TDS nya normal (<130 mmHg) (Williams 1991). Masalah kekurangan atau kelebihan gizi pada orang dewasa merupakan masalah penting karena selain mempunyai risiko penyakit-penyakit tertentu juga dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Oleh karena itu, pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan secara
berkesinambungan.
Salah
satu
cara
adalah
dengan
mempertahankan berat badan yang ideal atau normal. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat, yaitu: antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik; sedangkan secara tidak langsung dibagi menjadi tiga, yaitu: survei konsumsi pangan, statistik vital dan faktor ekologi. (Nurhayati, 2009) Hubungan antara kelebihan berat badan dengan hipertensi dapat dijelaskan sebagai perubahan fisiologis, yaitu resistensi insulin dan hiperinsulinemia; aktivasi sistem saraf simpatik dan sistem reninangiotenin; serta perubahan organ ginjal. Peningkatan asupan energi juga berhubungan dengan peningkatan insulin plasma, yang berperan sebagai faktor natriuretik dan menyebabkan peningkatan reabsorbsi natrium ginjal sehingga menyebabkan meningkatnya tekanan darah. (Nurhayati, 2009). Status Tekanan Darah Responden 17% 28%
Hipertensi Tidak Hipertensi Tidak Terukur 55%
Gambar 12. Grafik Hasil Pengukuran Status Tekanan Darah
Responden
22
Dari hasil observasi warga etnis China di kawasan Pecinan, Kota Semarang, tidak membuktikan bahwa intensitas konsumsi daging babi mempengaruhi status penyakit hipertensi warga tersebut karena hanya ditemukan 17% dari 18 orang responden yang memiliki tekanan darah diatas 160/95 mmHg, yaitu 215/117 mmHg dan 163/93 mmHg. Hal ini menunjukkan bahwa status hipertensi seseorang tidak dapat diukur dari tingkat pola konsumsi daging babi saja tetapi banyak faktor yang dapat meningkatkan resiko seseorang terkena hipertensi, diantaranya adalah faktor - faktor yang tidak dapat dimodifikasi seperti faktor genetik, komplikasi penyakit, dan kelainan pada organ target (jantung, otak, ginjal), umur, jenis kelamin, dan etnis serta faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas dan nutrisi. (Yogiantoro, 2006) Seperti salah satu responden yang hasil pengukuran tekanan darahnya 215/117 mmHg mempunyai penyakit lain yaitu gagal ginjal. Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau produksi urine yang menyebabkan terjadinya gangguan pada pembuluh darah sehingga terjadilah hipertensi. (Warianto, 2011)
Jenis Aktivitas 17%
Jaga Toko 33%
17%
Kerja Aktivitas Rumah Tangga Jalan-Jalan
5% 28%
Gambar 13.
Olahraga
Grafik Persentase Jenis Aktivitas yang biasa dilakukan responden
23
Berdasarkan observasi aktivitas yang sering dilakukan antara lain jaga toko, kerja, aktivitas rumah tangga, olahraga, dapat dilihat bahwa responden yang mempunyai aktivitas kerja jaga toko sebanyak 33,33%; kemudian responden yang beraktivitas sebagai pekerja sebanyak 27,78%; sedangkan yang hanya melakukan aktivitas di dalam rumah tangga sebanyak 5,56%; dan yang hanya beraktivitas jalan-jalan sebanyak 16,67%; dan terakhir responden yang juga menyempatkan waktu untuk olahraga sebanyak 16,67%. Tekanan darah dipengaruhi oleh aktivitas fisik. Tekanan darah akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas fisik dan lebih rendah ketika beristirahat. Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Selama melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan energi diluar metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh (Supariasa 2001). Seseorang dengan aktivitas fisik yang kurang, memiliki kecenderungan 30-50% terkena hipertensi daripada mereka yang aktif.
24
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil survei, jenis makanan yang paling banyak diminta oleh masyarakat Pecinan, Kota Semarang adalah daging babi. Hal ini ditunjukkan bahwa sebesar 33,33 % masyarakat Pecinan mengonsumsi daging babi dengan frekuensi 8-12 kali dalam sebulan, dan hanya 6 % yang tidak pernah mengonsumsi daging babi. 2. Dari 13 responden yang mengetahui bahwa daging babi tinggi lemak, 5 responden mengaku telah merubah pola konsumsi, dari yang sebelumnya sering menkonsumsi jadi mengurangi konsumsi daging babi, dan 7 responden mengaku tidak mengubah pola konsumsi daging babi walaupun sudah mengetahui kandungan daging babi yang tinggi lemak. Alasan 5 responden mengubah pola konsumsi daging babi adalah mereka sadar akan kesehatan dan mengetahui dampak negatif dari seringnya mengkonsumsi daging babi. 3. Berdasarkan observasi aktivitas yang sering dilakukan antara lain jaga toko, kerja, aktivitas rumah tangga, olahraga, dapat dilihat bahwa responden yang mempunyai aktivitas kerja jaga toko sebanyak 33,33%; kemudian responden yang beraktivitas sebagai pekerja sebanyak 27,78%; sedangkan yang hanya melakukan aktivitas di dalam rumah tangga sebanyak 5,56%; dan yang hanya beraktivitas jalan-jalan sebanyak 16,67%; dan terakhir responden yang juga menyempatkan waktu untuk olahraga sebanyak 16,67%.
B. Saran
Daging Babi yang tinggi lemak sebaiknya jangan terlalu sering dikonsumsi karena dapat meningkatkan faktor resiko hipertensi dan gula darah tinggi. Sebaiknya imbangi pola makan tinggi lemak dengan aktivitas
25
fisik/ olahraga yang teratur. Dalam mengolah daging babi sebaiknya jangan diolah menjadi makanan yang kandungan lemaknya semakin tinggi, seperti digoreng, diopor. Olah daging babi menjadi makanan yang tidak bertambah kandungan lemaknya, seperti dikukus. Saat memasak daging babi diharapkan sampai matang, karena terdapat banyak parasit pada daging babi. Apabila dalam memasak tidak matang sempurna, daging babi beresiko menularkan penyakit kecacingan pada manusia.
26
DAFTAR PUSTAKA
Arianto, Nurcahyo Tri. 2011. Pola Makan Mie Instan : Studi Antropologi Gizi Pada Mahasiswa Antropologi Fisip Unair . Departemen Antropologi. FISIP Universitas Airlangga. Surabaya Atat, Stit. 2010. Meat Daging . Program Studi Pendidikan Tata Boga. Universitas Pendidikan Indonesia Choironi, Rosida. 2004. Karakteristik Ruang Gang Baru Pecinan Semarang. Semarang : Tesis Universitas Diponegoro Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Departemen Kesehatan. 2006. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi. Jakarta Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nurhayati, S. 2009. Gaya Hidup dan Status Gizi Serta Hubungannya Dengan Hipertensi. www.repository.ipb.ac.id diakses tanggal 4 Desember 2013 Riyanto. 2004. Pengembangan Pecinan Semarang Sebagai Kawasan Wisata Warisan Budaya Berdasarkan Persepsi Masyarakat Setempat (Local Comunities). Jurusan Perencanaan Wilayah Dan Kota Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Semarang Setiawan, Deka. 2012. Interaksi Sosial Antar Etnis Di Pasar Gang Baru Pecinan Semarang Dalam Perspektif Multikultural . Semarang : Universitas Negeri Semarang Sugiharto, Aris. 2007. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Grade II Pada Masyarakat . Tesis. Program Studi Magister Epidemiologi, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang Tapan, Erik 2004. Penyakit Ginjal dan Hipertensi. Jakarta: Elex Media Komputindo Warianto, Chaidar. 2011. Gagal Ginjal http://skp.unair.ac.id/repository/GuruIndonesia/GagalGinjal_ChaidarWarianto_20.pdf diakses tanggal 20 Desember 2013 Yogiantoro M. 2006. Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV . Jakarta: FK UI.
27
Tabel 2. Matriks Pengolahan Hasil Wawancara Responden 1-10
Identitas Responden
Informan Utama IU 1
IU2
IU3
IU4
IU 5
IU 6
IU 7
IU 8
IU 9
IU 10
Jenis kelamin
P
P
P
L
L
L
L
L
P
P
Umur
50 tahun
46 tahun
45 tahun
67 tahun
21 tahun
29 tahun
33 tahun
75 tahun
72 tahun
33 tahun
Pekerjaan
Penjaga toko 127/80
Penjaga toko 128/83
Pensiunan / pak rw -
Mahasiswa Pemilik toko 138/90
Pemilik toko 215/117
Pensiunan
Tekanan darah
Penjaga toko 109/80
158/83
Penjaga toko 163/93
Penjaga toko 88/56
Tinggi badan
165 cm
127 cm
155 cm
165 cm
174 cm
167 cm
175 cm
150 cm
158 cm
160 cm
Berat badan
57 kg
45,8 kg
54,6 kg
59 kg
58 kg
76,7 kg
77,1 kg
54,9 kg
57,7 kg
51,8 kg
Pertanyaan Pola konsumsi Konsumsi daging babi Pengetahuan kandungan gizi pada babi Informasi kesehatan
IU 1 1x seminggu Tahu, tinggi lemak Paham
IU2 IU 3 IU 4 2x 1x Jarang seminggu seminggu Kebanyakan Tidak Banyak lemak lemak
IU 5 1x sebulan
IU 6 Jarang
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
IU 7 IU 8 2-3 x Jarang seminggu Ya banyak Ya, Lemak lemak Kolesterol tinggi
IU 9 1x 2 minggu Ya, lemak tinggi
Tahu
Kolesterol Banyak lemak
Tahu
Tahu
IU 10 3x seminggu Tidak tahu
Mempengaruhi Ya Tidak pola konsumsi Cara mengolah Babi Babi kecap daging babi kecap, babi panggang Makanan khas Daging Tidak tahu sapi, seafood
Keluhan selama mengonsumsi daging babi Aktivitas olahraga
Ya Kuah Babi sayur kecap asin, babi kecap Ayam Daging kambing
Tidak ada
Tidak ada
Biasa saja Dibakar, disup
Sop shanghai, mie chinesse food Tidak ada
Gula darah tinggi
Kolesterol
Jaga toko
Kerja, jaga Aktivitas Jalan Basket, toko rumah cepat tiap futsal tangga pagi 45 menit
Ya, Mengurangi Mengurangi Tidak Tidak mengurangi Tidak tahu Sate, bakar, Di rebus Kecap, Digoreng, kuah sate, rica- diopor, rica disup Mie
Tidak ada
Tidak ada
Opor, ayam goreng
Mie ayam
Tidak ada
Kolesterol, hipertensi
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Jaga toko
Jaga toko
Jalan pagi Jalan(1/2 jam) jalan pagi
Jaga toko
Tabel 3. Matriks Pengolahan Hasil Wawancara Responden 11-18
Identitas Responden Jenis kelamin Umur Pekerjaan Tekanan darah Tinggi badan Berat badan Pertanyaan Pola konsumsi Konsumsi daging babi Pengetahuan kandungan gizi pada babi Mengetahui informasi kesehatan daging babi Mempengaruhi pola konsumsi Cara mengolah daging babi
Informasi Utama IU 11 L 25 tahun
IU 13 L 21 tahun Mahasiswa
114/70 170 cm 63,3 kg
IU 12 L 25 tahun Pekerja kantoran 122/91 169 cm 63,1 kg
IU 15 P 25 tahun
121/78 180 cm 72,4 kg
IU 14 P 27 tahun Pekerja kantoran 126/89 160 cm 90,3 kg
IU 16 P 60 tahun Pedagang
IU 17 L 30 tahun Pedagang
IU 18 P 55 tahun Pedagang
124/85 160 cm 50,7 kg
160 cm 55,9 kg
170 cm 60,2 kg
160 cm 55 kg
IU 11 1x seminggu
IU 12 2x seminggu
IU 13 1x seminggu
IU 14 Jarang
IU 15 1x sebulan
IU 16 Jarang
Tahu, tinggi Kebanyakan lemak lemak
Ya
Banyak lemak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Tahu
Tahu
Tahu
Tahu
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Kuah, sate
Tidak
Tanpa direbus
Babi kecap
Dipanggang, digoreng
Dibakar, direbus,
Dibakar, digoreng
Dikukus, direbus
Wiraswasta
IU 17
2-3 seminggu Ya banyak Ya, lemak Kolesterol
IU 18 x Jarang Lemak tinggi
Makanan khas lain Keluhan selama mengonsumsi daging babi Aktivitas olahraga
Daging sapi Bebek, ayam seafood Tidak ada Tidak ada
Jaga toko
Ayam Tidak ada
Kerja, fitness, Fitness berenang
Ayam, kambing Kolesterol
dikukus Ayam, cumi, Tidak ada udang Tidak ada Hipertensi
Kerja
Berenang
Kerja berjualan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Hipertensi
Kerja bantu Kerja berjualan berjualan
LAMPIRAN
Kuesioner Penjual
1.
Apakah yang anda ketahui tentang pecinan?
2.
Apakah alasan bapak/ibu berjualan di pecinan?
3.
Apakah penjual makanan menjual sesuai permintaan pembeli?
4.
Apa sajakah makanan khas yang dijual di pecinan?
5.
Mengapa di pecinan berjualan pada hari jumat, sabtu, minggu?
6.
Apa yang melatarbelakangi pecinan dijadikan tempat berjualan makanan?
7.
Siapa mayoritas penjual makanan di pecinan?
8.
Siapa mayoritas pembeli makanan di pecinan?’
9.
Apakah ada kriteria penjual untuk berjualan di pecinan?
10.
Apa yang melatarbelakangi anda berjualan di pecinan?
Kuesioner untuk Warga
1. Berapa kali dalam seminggu anda mengkonsumsi daging babi? ______________________________________________________ 2. Apa yang anda ketahui mengenai kandungan gizi daging babi? _________________________________________________________ 3. Apakah anda mengetahui informasi mengenai kesehatan daging babi? ___________________________________________________________ 4. Apakah dengan tahu kandungan gizi daging babi akan mempengaruhi pola konsumsi anda? ____________________________________________________________ 5. Bagaimana cara anda mengolah daging babi?(dimasak seperti apa) ____________________________________________________________ 6. Apakah ada makanan khas lain yang biasa dikonsumsi selain daging babi? ____________________________________________________________ 7. Apakah selama mengkonsumsi daging babi pernah adat keluhan kesehatan? ___________________________________________________________
Gambar responden yang sedang diukur tekanan darahnya
Gambar responden dan pewawancara saat pengukuran tekanan darah