EKSPLOITASI ANAK DI INDONESIA
Oleh: Metta Maurilla
(118114094)
Leonardo Susanto
(118114105)
Monica Oktavia
(118114118)
Adelia Desti Endah Sari
(118114121)
Ester Novitayanti Silaban
(118114123)
Yohana Mutiara Sakti
(118114124)
Winda Sekarjati
(118114126)
Apriyanto Gomes
(118114127)
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2011
DAFTAR ISI Halaman judul ........................................................................................................ Kata pengantar ....................................................................................................... Daftar Isi ................................................................................................................. Bab 1 : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................... 1.2 Tujuan Penulisan...................................................................................... 1.3 Rumusan Masalah.................................................................................... 1.4 Manfaat Penulisan.................................................................................... Bab 2 : Isi 2.1 Eksploitasi................................................................................................ 2.2 Contoh Kasus........................................................................................... 2.3 Pembahasan.............................................................................................. Bab 3 : Penutup 3.1 Kesimpulan.............................................................................................. 3.2 Saran.........................................................................................................
i ii iii 1 2 2 2 3 4 6 7 7
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya yang berlimpah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pengampu kami. Kami
berterima kasih kepada dosen yang telah membimbing kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat waktu. Pada tugas ini kami mengangkat topik mengenai kasus eksploitasi anak karena kasus ini menarik perhatian kami dan penting untuk digali secara mendalam melalui kacamata ilmu Pancasila. Kami mengangkat masalah ini karena kasus eksploitasi anak sedang marak dan heboh terjadi di Indonesia. Banyak anak diperdagangkan untuk melakukan tindakan-tindakan yang tidak lazim dilakukan oleh anak-anak dibawah umur, oleh karena itu kami mengangkat topik ini secara mendalam untuk mengkritisi apakah nilai Pancasila telah diaktualisasikan secara menyeluruh di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kiranya, masalah perdagangan anak di Indonesia dapat diminimalkan, sehingga dapat menjadi bangsa yang menjunjung tinggi nilai Pancasila terutama nilai-nilai kemanusiaan yang terkandung didalamnya.
Yogyakarta, 8 November 2011
Penulis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Beberapa tempat di Indonesia belakangan ini banyak ditemukan tindak eksploitasi anak yang semakin hari semakin mewabah. Bahkan ironisnya pelakunya terkadang adalah orang tuanya sendiri yang ingin memperoleh keuntungan dengan mengeksploitasi anaknya. Anak-anak yang mempunyai usia dibawah usia produktif dipaksa untuk bekerja untuk memenuhi kehidupan keluarganya. Para orang tua kerap kali selalu mempunyai berbagai alasan untuk melakukan tindak eksploitasi terhadap anaknya. Keadaan ekonomi selalu menjadi alasan para orang tua untuk menutupi tindakan eksploitasinya tersebut. Drs. Hadi Supeno, MSi, Ketua KPAI, mengatakan bahwa eksploitasi anak-anak di Indonesia sangat tinggi dan sangat bervariasi. Hal tersebut ditunjukkan pada beragamnya jenis eksploitasi pada anak di Indonesia. Berikut adalah beberapa contoh kasus yang dapat kita paparkan antara lain orangtua yang membawa anaknya mengemis dan memulung, lalu orang tua yang mendorong anaknya untuk menjadi penyanyi cilik terkenal di stasiun televisi, yang terakhir adalah orangtua yang membantu mewujudkan mimpi anaknya untuk menjadi penyanyi terkenal. Benang merah yang terkait dari ketiga kasus tersebut adalah masalah ekonomi. Ekonomi adalah faktor yang merajai menjamurnya eksploitasi anak di dunia. Banyak anak-anak di Indonesia yang rentan terhadap kekerasan, baik dilakukan oleh orang tua, teman ataupun orang yang lebih dewasa. Kekerasan yang dialami oleh anak-anak bisa bersifat fisik maupun non fisik. Selain eksploitasi yang berujung pada faktor ekonomi, anak pun tidak terhindar kekerasan berupa pelampiasan buruk lingkungan di sekellilingnya. Anak yang mengalami kekerasan seperti kekerasan fisik atau psikis yang dilakukan oleh ayah atau ibunya di rumah berdampak negatif bagi jiwa anak. Di Indonesia masih banyak dijumpai anak-anak yang berumur di bawah usia produktif yang dimanfaatkan untuk bekerja. Selain eksploitasi banyak juga anak-anak di Indonesia yang dijual oleh orang tuanya sendiri. Hal ini sangat menyedihkan karena anakanak tersebut seharusnya menempuh pendidikan sesuai dengan umurnya.
1.2 Tujuan Penulisan
- Makalah ini dibuat sebagai bahan presentasi dan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pengampu kami. - Mengetahui bentuk eksploitasi anak di bawah umur - Mewaspadai terjadinya eksploitasi anak - Meminimalisir terjadinya eksploitasi anak 1.3 Rumusan Masalah - Apa faktor yang menyebabkan terjadinya eksploitasi anak ? - Bagaimana bentuk- bentuk dari eksploitasi anak ? - Bagaimana eksploitasi anak jika dipandang dari konteks nilai - nilai Pancasila ? - Bagaimana cara menanggulangi terjadinya eksploitasi anak ? 1.4 Manfaat Penulisan - Menghimbau masyarakat agar tidak melakukan eksploitasi anak dibawah umur - Lebih kritis dalam menanggapi kasus eksploitasi anak
BAB II
ISI 2.1 EKSPLOITASI Eksploitasi mempunyai arti penguasaan dan pendayagunaan, sehingga jika hal ini dikaitkan dengan masalah eksploitasi terhadap anak berarti pendayaan atau penguasaan yang dilakukan kepada anak-anak dibawah umur. Masalah eksploitasi anak sudah muncul di negara Indonesia sekitar tahun 2000-an, disini anak- anak dibawah umur dipekerjakan dengan keras layaknya orang yang sudah tua, kemudian dijadikan pencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan beberapa golongan tertentu, bahkan ada pula yang terpaksa “dijual” untuk memperoleh hasil uang yang lebih besar. Kasus yang demikian rupa sulit untuk dibongkar oleh para petugas polisi, karena sangat tersembunyi dan sudah dilakukan secara profesional oleh orang-orang tertentu. Hal yang sering kita saksikan saat ini adalah banyaknya anak- anak di bawah umur yang menjadi gelandangan dan pengamen jalanan, bahkan anak-anak bayi yang mestinya dapat tidur dengan nyenyak di dalam kamar, terpaksa harus ikut dalam gendongan sang ibu saat mengamen di jalanan, saat melihat kejadian seperti itu tentu kita akan merasa iba terhadap apa yang telah terjadi, namun kita tidak pernah tau apa yang telah terjadi di balik itu semua. Dari luar, anak-anak itu tampak lelah, kelaparan, dan meminta belas kasihan, tetapi banyak kasus yang terjadi bahwa anak-anak itu meminta-minta untuk memenuhi kebutuhan orang lain, bukan dirinya sendiri, adanya tekanan dari beberapa pihak yang memaksa mereka untuk bekerja keras membuat anak-anak itu takut untuk menolak dan berkata tidak. Pihakpihak tersebut berfikir bahwa anak-anak akan lebih mudah menarik orang-orang disekitar untuk memberikan uang belas kasihan, tidak hanya itu saja mereka juga memaksa anak-anak untuk bekerja dari pagi hingga malam hari tanpa istirahat. Jika kasus ini terus saja terjadi tanpa adanya tindakan lebih lanjut, maka anak-anak di bawah umur akan kehilangan haknya sebagai anak, contohnya wajib belajar 9 tahun, kasih sayang dari orang tua, serta perlindungan dari orang tua. Eksploitasi anak dapat dihindarkan apabila pemerintah memberikan jaminan dan perlindungan terhadap anak-anak, terutama anak-anak dibawah umur, agar kehidupan mereka dapat berjalan layaknya anak-anak seusia mereka dan dapat menempuh pendidikan sesuai dengan usia mereka.
2.2 KASUS Pemerintah dan pihak berwenang yang memberikan sanksi pada orang tua atau oknum- oknum tertentu kurang tegas. Selain itu penyuluhan-penyuluhan tentang tindak
eksploitasi hanya diberikan di daerah perkotaan saja, padahal sebenarnya korbannya semua berasal dari daerah desa yang mencoba mengadu nasib di kota. Di Indonesia sendiri penyalahgunaan anak sebagai bahan mencari keuntungan pribadi sudah banyak contohnya. Dalam kampanye politik pun anak-anak sengaja di ikut sertakan dalam proses berbahaya yang mereka belum tahu apa artinya. Jual beli bayi dan perdagangan anak di bawah umur pun marak terjadi sehingga membuat beberapa kalangan masyarakat yang peduli akan kesejahteraan anak mempermasalahkan hal itu. Namun pemerintah yang mempunyai hak dan kewajiban mengenai masalah itu dirasa kurang peduli dalam menyikapi dan menyelesaikan hal itu. Kasus aneh yang terjadi pada salah satu model Indonesia yang dinikahi oleh Pangeran kerajaan asing. Hal ini juga merupakan contoh kasus eksploitasi anak. Jelas sekali bahwa itu merupakan penyalahgunaan anak untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Banyak juga kasus perseteruan orang tua yang tentunya tidak baik jika diekspose ke media karena itu akan berpengaruh buruk pada lingkungan anak-anaknya. Peran media memang sangat membantu dalam dunia informasi dan berita, sehingga kita tetap up to date untuk informasi. Namun di sisi lain media massa juga harus bisa memilah- milah mana yang pantas dan tidak pantas untuk dipertontonkan di muka umum, bukan hanya untuk meraih sensasi saja. Di televisi atau surat kabar sering kita dengar ada kasus penculikan anak dan kemudian dijual di luar negeri. Hal ini tentunya harus menjadi perhatian khusus bagi para orangtua yang mempunyai anak masih di bawah umur agar lebih berhati-hati. Kebanyakan dari korban penculikan itu terjadi karena kelalaian orangtua itu sendiri, mereka terlalu asik dengan kesibukan mereka masing-masing sehingga perhatian kepada sang anak menjadi kurang. Tentunya kita tidak mau jika anak kita dijual dan dijadikan budak di negara asing. Salah satu kasus di Semarang, yaitu ada seorang anak kecil sekitar 6 tahun menghampiri seorang ibu dan dengan lancar dia meminta uang kepada ibu tersebut, si ibu sebenarnya ingin memberi anak itu sedikit rejeki tetapi kemudian si ibu tersebut bertanya , "Mana ibu kamu, nak?" dan dengan polosnya dia menjawab "Itu lagi menunggu di lengkong(gang)". Si ibu berpura-pura melihat kearah gang dan ternyata benar disana ada seorang wanita berumur sekitar 30 tahunan sedang mengawasi gerak-gerik anaknya. Karena iba si ibu akhirnya memberi anak kecil itu uang 5000 dan ibu berpesan "Ini uang buat kamu, bukan untuk ibu kamu". Lalu dia berlalu pergi dari hadapan si ibu dan berjalan menuju arah ibunya. Dalam hati si ibu yang memberi uang, ia berkata "Begitukah wajah ibu-ibu Indonesia sekarang ini, bagaimana negara ini bisa maju?"
2.3 PEMBAHASAN Kita tahu bahwa Pancasila mengandung nilai material dan nilai formal, dimana nilai material adalah nilai Pancasila yang abstrak dan belum dapat dibedakan batas-batasnya antara sila satu dengan yang lain, nilai material sudah dilaksanakan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari namun masyarakat belum menyadarinya, sedangkan nilai formal adalah nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila yang sudah dapat dibedakan batas-batasnya. Jika dikaitkan dengan nilai moral Pancasila kasus eksploitasi anak yang terjadi dari contoh-contoh di atas, tidak sesuai dengan nilai nilai tersebut. Kasus ini tidak sesuai dengan
Sila ke-2 dan ke-5. Sila ke-2 berbunyi "Kemanusiaan yang adil dan beradab" dan sila ke-5 berbunyi "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia" Eksploitasi anak tidak sesuai dengan nilai yang terkandung dalam sila ke-2 Pancasila karena anak - anak tersebut tidak mendapatkan kehidupan yang layak. Mereka diperlakukan secara tidak adil, dengan dipekerjakan tanpa diberi upah, hasil yang mereka peroleh digunakan oleh pihak - pihak lain yang memaksa mereka untuk bekerja keras. Di samping itu, anak-anak yang dipaksa untuk bekerja keras juga kehilangan masa-masa mereka sebagai anak-anak. Anak-anak usia dini yang seharusnya belajar dan bermain malah dipaksa untuk bekerja. Eksploitasi anak juga tidak sesuai dengan nilai yang terkandung dalam sila ke-5 Pancasila karena anak- anak tersebut tidak mendapat fasilitas pendidikan yang memadai dari Pemerintah Daerah, sehingga anak-anak tersebut menjadi terlantar. Keadaan yang seperti ini membuat banyak orang tidak dapat menempuh pendidikan yang semestinya dan rendahnya pendidikan juga akan berpengaruh pada generasi selanjutnya.
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Kesimpulan yang didapat dari pembahasan diatas adalah: - Bentuk eksploitasi anak antara lain jual-beli anak dibawah umur, menjadikan -
seorang anak sebagai budak (pengemis), dan sebagainya. Eksploitas anak tidak sesuai dengan sila ke-2 dan ke-5. Rendahnya tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
terjadinya eksploitasi anak. 3.2 Saran - Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan pendidikan untuk anak- anak yang kurang mampu. - Orang tua sebaiknya tidak memaksakan kehendak dirinya sendiri. - Pemerintah seharusnya mengevaluasi kembali mengenai UU Perlindungan anak.