PRODUKSI FURFURAL DARI TONGKOL JAGUNG Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Rekayasa Biokimia Dosen Pengampu: Yano Surya Pradana, S.T., M.Eng. Haniffurrahman, S.T., M. Eng.
Disusun Oleh: Kelompok 5
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2015
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas berkat Rahmat dan Karunia-Nya, alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah sebagai syarat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Rekayasa Biokimia yang berjudul ‘Produksi Furfural dari Tongkol Jagung’. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Haniffurrahman, S.T., M.Eng. selaku dosen mata kuliah Rekayasa Biokimia yang telah membimbing penulis dalam pembuatan makalah yang membahas tentang Produksi Furfural dari Tongkol Jagung. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan pihak-pihak yang telah membantu dalam segala hal sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan penuntun pembelajaran bagi mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Rekayasa Biokimia yang diperuntukkan dalam rangka menambah wawasan mahasiswa. Dalam makalah ini penulis memaparkan tentang deskripsi furfural yang memaparkan pengertian, sifat fisis dan kimia, serta kegunaannya. Kemudian, bagaimana kebutuhan furfural di Indonesia saat ini dan meninjau potensi furfural di pasar Indonesia. Selain itu, membahas mengenai teknologi produksi pembuatan furfural. Penulis menyadari bahwa adanya keterbatasan informasi dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk memperbaiki dan melengkapi makalah ini.
Yogyakarta, 15 Juni 2015
Penulis
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR............................................................................................ DAFTAR ISI.......................................................................................................... DAFTAR GAMBAR DAN TABEL...................................................................... BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG.................................................................... 1.2. RUMUSAN MASALAH............................................................... 1.3. TUJUAN ....................................................................................... 1.4. MANFAAT.................................................................................... BAB II PEMBAHASAN 2.1. DESKRIPSI FURFURAL 2.1.1. Pengertian............................................................................. 2.1.2. Sifat Fisis dan Kimia Furfural.............................................. 2.1.3. Kegunaan Furfural................................................................ 2.2. URGENSI KEBUTUHAN FURFURAL 2.2.1. Kebutuhan Industri.............................................................. 2.2.2. Ketersediaan Bahan Baku.................................................... 2.3. POTENSI PASAR FURFURAL 2.4. TEKNOLOGI PRODUKSI FURFURAL 2.4.1. Quacker Oats Process........................................................... 2.4.2. Rosenlew Process................................................................. 2.4.3. Petrole Chimie Process.........................................................
ii iii iv
2.4.4. Escher Wyss Process............................................................ PENUTUP 3.1. KESIMPULAN..............................................................................
8 10
3.2. SARAN........................................................................................... DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
10 11
LAMPIRAN...........................................................................................................
12
BAB III
.
1 2 2 2 3 3 4 4 6 7 8 8 8
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL Gambar 1.
Grafik Hubungan Antara Tahun versus Kebutuhan Furfural.........
5
Tabel 1.
Kebutuhan Furfural di Indonesia Berdasarakan Data Impor..........
5
Tabel 2.
Produktivitas Jagung di Indonesia Tahun 1996 – 2004..................
6
Tabel 3.
Macam Proses dalam Pembuatan Furfural.....................................
9
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara agraris (agriculture country) yang mempunyai berbagai keragaman hasil pertanian mulai dari padi, ubi kayu, sayur-sayuran, jagung dan sejumlah hasil pertanian lainnya. Jumlah limbah yang terus meningkat belum diimbangi dengan kemajuan teknologi dalam pemanfaatan limbah tersebut. Tentunya hal ini menjadi masalah yang harus diselesaikan. Sehingga diperlukan upaya-upaya khusus untuk mengolah limbah pertanian dari kekayaan biodiversity yang kita miliki menjadi bernilai ekonomis. Biomassa limbah pertanian dari berbagai tanaman, seperti tongkol jagung, baggase tebu, sekam padi atau gandum, dll., mengandung pentosan. Salah satu komoditi yang dapat diproduksi dari pentosan adalah furfural. Produktivitas jagung di Indonesia tiap tahun semakin meningkat. Pada tahun 2003 produktivitasnya 32,41 Kuintal per Hektar (Ku/Ha) dan semakin meningkat pada tahun 2004 yaitu 33,36 Kuintal per Hektar (Ku/Ha). Pertumbuhan produktivitas jagung rata-rata pertahun mencapai 29,13 Ku/Ha. Produktivitas jagung di Indonesia senantiasa mengalami peningkatan, ini disebabkan oleh permintaan jagung untuk bahan pangan semakin bertambah seiring dengan pertumbuhan penduduk Indonesia. Selain untuk bahan pangan, tanaman jagung juga banyak dimanfaatkan dalam industri kimia, obat-obatan dan industri kerajinan. Tongkol jagung memiliki kadar pentosan yang cukup tinggi. Pentosan adalah polisakarida yang bila dihidrolisa akan pecah menjadi monosakarida-monosakarida dengan lima atom karbon (pentosa). Pentosan jika dihidrolisa dengan asam akan membentuk senyawa yang disebut furfural. Biasanya para petani membuang tongkol jagung yang sudah dikeringkan setelah mengambil biji jagungnya, namun kadang -kadang tongkol juga dimanfaatkan sebagai bahan bakar tungku untuk memasak. Tongkol jagung akan memberikan nilai ekonomis yang tinggi jika dikonversi menjadi furfural. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yuwono (2000), tongkol jagung mengandung 30-32% pentosan. Pentosan (hemiselulose) merupakan gula sederhana (polisakarida) yang merupakan bahan baku dalam pembuatan furfural. Pemanfaatan tongkol jagung sebagai bahan baku pembuatan furfural sangat menguntungkan, karena diantara bahan baku pembuat furfural lainnya, tongkol jagung memiliki kandungan pentosan yang paling besar. Hingga saat ini seluruh kebutuhan furfural untuk dalam negeri diperoleh melalui impor. Impor terbesar diperoleh dari Negara RRT yang saat ini menguasai 72% pasar furfural dunia.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
Bagaimana deskripsi tentang furfural Bagaimana urgensi kebutuhan furfural di Indonesia Bagaimana potensi furfural di Indonesia Bagaimana teknologi produksi furfural
1.3. TUJUAN Makalah ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan produk furfural meliputi pengertian, sifat fisis dan kimia serta kegunaannya 2. Menganalisis urgensi kebutuhan furfural di Indoensia ditinjau dari kebutuhan industri saat ini dan ketersediaan bahan baku 3. Mengkaji pentingnya furfural untuk perindustrian Indonesia di masa mendatang 4. Mengetahui teknologi-teknologi yang digunakan dalam upaya produksi furfural 1.4. MANFAAT Makalah ini semoga bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang produk furfural baik secara harfiah maupun fungsional dalam perindustrian Indonesia saat ini. Dimana secara harfiah menjelaskan apa itu yang disebut dengan furfural, bagaimana sifat fisis dan kimianya serta mengetahui kegunaannya. Selain itu, berdasarkan fungsional dapat memberi pemahaman tentang bagaimana pentingnya produk ini di masa mendatang bagi perindustrian Indonesia. Kemudian, mengetahui apa saja teknologi proses yang digunakan untuk membuat produk furfural. Bagi pembaca, semoga makalah ini dapat dijadikan rujukan untuk membuat karya yang lebih baik.
BAB II PEMBAHASAN 2.1. DESKRIPSI FURFURAL 2.1.1. Pengertian Furfural merupakan senyawa aldehid yang memiliki struktur furan dengan rumus kimia C5H4O2 dapat diproduksi dari sisa-sisa makanan atau limbah pertanian seperti kulit jeruk, kulit pisang, kulit labu, tongkol jagung, tangkai bunga matahari, daun kering, jerami, gabus, kulit kacang dan kulit tumbuhan-tumbuhan melalui percobaan sederhana. Nama furfural berasal dari kata latin furfur, artinya dedak, yang menunjukkan sumber memperolehnya. Furfural adalah aldehyde dari furan dengan gugus CHO pada tempat kedua. Aldehyde dengan pertalian eter (C- O-C) dan sebuah sistem pertukaran tunggal dengan ikatan ganda membuat furfural menjadi bahan yang aktif yang mempunyai peluang besar untuk dimanfaatkan didalam industri. Senyawa-senyawa yang dimiliki keluarga furan merupakan kelompok industri yang sangat penting. Meskipun dari sudut pandang kimia furan adalah senyawa induk, tetapi furfural berkemungkinan senyawa yang paling baik dikenal dari kelompok industri tersebut. (Mc Ketta, 2003) Furfural diproduksi dari sumber daya pertanian yang dapat diperbaharui secara periodik seperti residu hasil pangan dan limbah kayu. Dari beragam komponen material nabati, polisakarida pentosan merupakan bahan dasar pendahuluan utama furfural dan hampir sama dengan selulosa terdistribusinya secara luas di alam. Furfural diproduksi secara komersial dimana pentosan dihidrolisis menjadi pentosa dan pentosa kemudian disiklodehidarasikan menjadi furfural. (C5H8O4)n + nH2O nC5H10O5 C5H10O5
C5H4O2 + 3 H2O
2.1.2. Sifat Fisis dan Kimia Furfural Furfural mudah larut dalam pelarut polar organik tetapi sedikit larut dalam air dan alkana. Seperti senyawa aldehid dan senyawa aromatik lainnya mengalami reaksi yang sama. Kestabilan gugus aromatik pada furfural tidak sebesar benzena tetapi lebih mudah mengalami reaksi hidrogenasi atau reaksi adisi daripada senyawa aromatik lainnya. Furfural merupakan salah satu senyawa aldehid tanpa hidrogen α (alfa) sehingga tidak dapat menjalani adisi diri untuk menghasilkan suatu produk aldol. Ketika dipanaskan sekitar 250°C, furfural terurai menjadi furan dan karbon monooksida yang
disebut reaksi karbonilasi, adakalanya dengan ledakan. Selain itu furfural dapat ditransformasi menjadi furfuril alkohol melalui reaksi Cannizaro. Furfural dipanasi dengan larutan natrium hidroksida pekat, akan mengalami reaksi disproporsionasi dimana separuh furfural teroksidasi menjadi garam furoik dan separuh lainnya akan tereduksi menjadi furfuril alkohol. Natrium furoik dan furfuril alkohol yang diperoleh dapat dipisahkan berdasarkan kelarutan kedua zat tersebut pada suatu pelarut yang sama, yaitu eter.
2.1.3. Kegunaan Furfural Furfural yang diproduksi dari polimer pentosan (hemiselulosa) dalam materi mentah tumbuhan atau limbah pertanian dengan degradasi oleh asam digunakan sebagai pelarut dalam pemurnian minyak pelumas untuk mengekstraksi diena (bahan baku pembuatan karet) dari senyawa hidrokarbon lain. Juga merupakan kunci penting untuk mensitesis senyawa-senyawa turunannya, antara lain furfuril alkohol, furfuril amina, asam furoik, furan, tetrahidrofuran, 5-hidroksimetilfurfural, 2-metilfuran dan lain-lain. Manfaat furfural sangat penting dalam industri kimia, antara lain: a.
Bahan pembentuk resin
b.
Zat penghilang warna pada wood resin
c.
Sebagai intermediate pada pembuatan pyrole dan pyrolidine, pyrilidine dan piperidine
d.
Sebagai bahan pembuatan senyawa furan yang lain seperti furfural alkohol, tetrahidro furfuril alkohol
e. Sebagi pelarut selektif untuk memisahkan senyawa jenuh dan tidak jenuh dalam minyak, solven untuk resin dan wax f. Produksi fiber plastik g. Desinfektan h. Produksi plastik
2.2. URGENSI KEBUTUHAN FURFURAL 2.2.1 Kebutuhan Industri Dalam
rangka
memasuki
pembangunan
jangka
panjang,
pemerintah
menitikberatkan pembangunan nasional pada sektor industri. Dengan berbagai kebijakan yang diambil, pemerintah terus berupaya untuk menciptakan iklim segar bagi pertumbuhan industri, khususnya industri kimia. Pembangunan industri kimia ini
ditekankan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, pemanfaatan sumber daya alam yang ada, menciptakan lapangan kerja, mendorong perkembangan industri lain dan ekspor. Furfural merupakan bahan kimia organik yang dewasa ini dikonsumsi sebagai bahan pembantu maupun bahan baku industri-industri tertentu. Furfural mempunyai rumus kimia C5H4O2, dan dikenal sebagai furfuraldehyde atau furfural, kadang-kadang disebut furfural dan furol. Furfural adalah aldehid fural dengan group CHO- terletak pada kedua sisinya. Furfural di dalam negeri saat ini dikonsumsi oleh beberapa jenis industri yang dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu: industri minyak pelumas dengan porsi 82% konsumsi lain-lain dengan porsi 18 %, yang sebagian besar dikonsumsi oleh karet industri sintetis. Tabel 1. Kebutuhan Furfural di Indonesia Berdasarkan Data Impor Tahun
Jumlah Ton/tahun
1999
96,394
2000
153,993
2001
208,973
2002
226,632
2003
285,823
Sumber: Biro Pusat Statistik data impor (1999-2003)
400 Kebutuhan (Ton/Tahun)
y = 45,15x - 90150 2
R = 0,9778
300
200
100
0 1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
Tahun
Gambar 1. Grafik Hubungan antara Tahun versus Kebutuhan Furfural. Dari hasil regresi diperoleh persamaan hubungan antara tahun versus kebutuhan furfural,
yaitu: Y = 45,15x – 90150. Sehingga pada tahun 2015 diperkirakan kebutuhan furfural mencapai Y = 45,15 (2015) – 90150 = 827,25 ton/tahun. Jadi perkiraan pada tahun 2015 kebutuhan furfural mencapai 827,25 ton/tahun. 2.2.2 Ketersediaan Bahan Baku Agar suatu industri dapat berlangsung diperlukan kondisi yang baik mengenai harga produk dan harus menguntungkan dari segi teknis dan ekonominya. Salah satu bahan yang mempunyai nilai ekonomis untuk dimanfaatkan di Indonesia adalah boggol jagung yang merupakan limbah hasil pengolahan bahan pangan jagung. Bonggol jagung dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pupuk organik, bahan bakar ketel, bahan baku pulp, furfural dan lain-lain. Tongkol jagung merupakan salah satu limbah padat pertanian yang mengandung pentosan sehingga memiliki nilai ekonomis untuk diolah menjadi produk yang lebih bermanfaat. Tongkol jagung akan memberikan nilai ekonomis yang tinggi jika dikonversi menjadi furfural. Tabel 2. Produktivitas Jagung di Indonesia Tahun 1996-2004 Produktivitas Jagung TAHUN (Ku/Ha) 1996 24.9 1997 26.1 1998 26.4 1999 26.6 2000 27.65 2001 28.45 2002 30.88 2003 32.41 2004 33.36 2005 34.54 Rata-rata 29.129 Produktivitas jagung di Indonesia tiap tahun semakin meningkat. Pada tahun 2003 produktivitasnya 32,41 Kuintal per Hektar (Ku/Ha) dan semakin meningkat pada tahun 2004 yaitu 33,36 Kuintal per Hektar (Ku/Ha). Pertumbuhan produktivitas jagung rata-rata pertahun mencapai 29,13 Ku/Ha. Produktivitas jagung di Indonesia senantiasa mengalami peningkatan, ini disebabkan oleh permintaan jagung untuk bahan pangan semakin bertambah seiring dengan pertumbuhan penduduk Indonesia. Oleh karena itu, bahan baku pembuatan furfural di Indonesia sangat melimpah sehingga hal ini menjadi kesempatan
untuk mengembangkan produksi furfural dalam negeri.
2.3. POTENSI PASAR FURFURAL Furfural di dalam negeri saat ini dikonsumsi oleh beberapa jenis industri yang dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu: industri minyak pelumas dengan porsi 82% konsumsi lain-lain dengan porsi 18 %, yang sebagian besar dikonsumsi oleh karet industri sintetis. Dari hasil regresi diperoleh persamaan hubungan antara tahun versus kebutuhan furfural, yaitu : Y = 45,15x – 90150. Sehingga pada tahun 2015 diperkirakan kebutuhan furfural mencapai Y = 45,15 (2015) – 90150 = 827,25 ton/tahun. Jadi perkiraan pada tahun 2015 kebutuhan furfural mencapai 827,25 ton/tahun. Namun, hingga saat ini kebutuhan furfural di Indonesia masih mengimpor dari negara-negara Eropa seperti, Amerika, Perancis, Finlandia, Argentina, Italia, Spanyol, Hungaria, Jepang, dan Cina. Potensi produksi di Indonesia antara lain: a.
Dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri
b.
Dapat memberi kesempatan bagi berdirinya industri-industri yang menggunakan furfural sebagai bahan baku
c.
Dapat menghemat devisa negara karena berkurangnya impor furfural
d.
Bila memungkinkan dapat diekspor sehingga dapat menambah devisa negara.
2.4. TEKNOLOGI PRODUKSI FURFURAL Sampai saat ini ada 4 macam proses teknologi pembuatan furfural yaitu : a. b. c. d.
Quaker Oats Process Rosenlew Process Petrole Chimie Process Escher Wyss Process
2.4.1. Quaker Oats Process Pada pembuatan furfural dengan cara Quaker Oats menggunakan asam sulfat sebagi katalis. Larutan asam sulfat diserap kedalam sekam padi, baggase, tongkol jagung
atau bahan baku lainnya. Dalam hal ini digunakan spherical digester dengan putaran horisontal dan high pressure steam dengan suhu 153 oC, tekanan 4,2 kg/cm2 gauge. Sesudah suhu dan tekanan digester tercapai, valve uap dibuka kemudian didistilasi. Uap dilewatkan boiler sedang cairan yang mengandung furfural masuk ke stripping column, kemudian dikondensasi dan dipisahkan menjadi dua lapisan. Proses Quaker Oats membutuhkan waktu 6 – 8 jam penguapan, 100 kg bahan, 284 kg air, 2 kg asam sulfat dan steam 260 kg untuk menghasilkan 10 kg furfural. 2.4.2. Rosenlew Process Bahan baku diserap dari kolom distilasi furfural pada suhu 80 oC diumpankan ke reaktor. Pada reaktor, furfural dipertahankan pada tekanan 11 – 12 kg/cm 2. Steam dilewatkan reaktor melalui dasar reaktor sebesar 5 kg/cm2. Dalam kondisi normal waktu tinggal bahan baku dalam reaktor 1 – 2 jam. Kondensat yang berisi 5 – 7 dan furfural kemudian didistilasi, didekantasi dan didehidrolisa. 2.4.3. Petrole Chimie Process Proses ini didasarkan pada Agrifurane Process. Bahan baku diumpankan ke dalam reaktor bersama – sama dengan air dan juga asam fosfat sebagai katalis kemudian ditambahkan steam. Pada keadaan normal, perbandingan padat cair adalah 1 : 6. Steam yang digunakan bertekanan 10 kg/cm2. Reaksi padat cair terjadi pada tekanan 6,5 kg/cm2 dan temperatur 170 oC. Seperti sistem lain, furfural didistilasi membentuk azeotrop kemudian didekantasi agar terpisah menjadi dua lapisan. Lapisan bawah yang kaya akan furfural dinetralisasi dan didehidrasi menjadi furfural teknik. 2.4.4. Escher Wyss Process Dalam proses ini bahan baku dari storage ditransfer ke belt conveyor menuju bucket elevator untuk di umpankan menuju reaktor. Pada waktu masuk reaktor, bahan baku diaerasi dengan cara dikontakkan dengan steam pada suhu 190 oC, tekanan 12 kg/cm2 dan dicampur asam asetat sebagai katalis. Produk yang berisi furfural dan asam asetat meninggalkan seksi atas reaktor sebagai uap bersama kelebihan steam dan melewati condenser. Uap dikondensasi, kondensat didinginkan dengan dilewatkan sistem. Kondensat diaerasi, disaring dan dikumpulkan dalam intermediate storage tank. Secara garis besar dapat ditabelkan sebagai berikut: Tabel 3. Macam proses dalam pembuatan furfural.
Proses
Temperatur (oC)
Katalis
Yield (%)
Quaker Oats
153
asam sulfat
Rosenlew
180
-
24,6 – 27
Escher Wyss
190
asam asetat
24,6 – 27
Petrole Chimie
170
asam fosfat
39,7
Sumber : Mc. Ketta, 1978
36,2
BAB III PENUTUP 3.1. KESIMPULAN a. Kebutuhan furfural di Indonesia semakin meningkat b. Furfural banyak diaplikasikan dalam industri c. Furfural umumnya diproduksi dari hasil limbah pertanian yang mengandung pentosa d. Salah satu bahan yang mempunyai nilai ekonomis untuk dimanfaatkan di Indonesia adalah tongkol jagung e. Oleh karena itu, bahan baku pembuatan furfural di Indonesia sangat melimpah sehingga hal ini menjadi kesempatan untuk mengembangkan produksi furfural dalam negeri f. Sampai saat ini ada 4 macam proses teknologi pembuatan furfural yaitu Quaker Oats Process, Rosenlew Process, Petrole Chimie Process dan Escher Wyss Process 3.2. SARAN Indonesia merupakan negara yang kaya akan Sumber Daya Alam, termasuk hasil pertanian. Sebagian besar hasil pertanian merupakan limbah, namun sayangnya saat ini limbah tersebut belum dimanfaatkan dengan baik. Padahal limbah pertanian memiliki potensi memiliki nilai ekonomis yang tinggi apabila diolah dengan baik dan benar. Sebagai contoh adalah pemanfaatan limbah pertanian untuk produk furfural. Produk ini memiliki banyak kegunaan yang diaplikasikan dalam perindustrian. Tetapi, kebutuhan furfural di Indoensia masih tergantung kepada impor dari luar negeri terutama China. Bagaimana negeri dengan kekayaan sumber nabati yang melimpah justru hanya berpangku tangan pada produk negeri lain dan tidak mampu mengolah kekayaannya sendiri. Seandainya Indonesia mampu mengelola limbah pertanian, maka kebutuhan furfural dalam negeri akan terpenuhi oleh produksi negeri sendiri sehingga hal ini yang akan membawa pada Indonesia mandiri. Oleh karena itu, diperlukan riset agar mampu menerapakan teknologi yang tepat, efektif dan efisien untuk mengelola limbah pertanian menjadi furfural di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA Ace. ‘Pembuatan Furfural dari Tongkol Jagung: Hubungan Antara Suhu dan Waktu Proses Hidrolisis terhadap Yield’. Diambil dari sumber http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=20247219&lokasi=lokal Hidayat, Achmad Nur. ‘Perancangan Awal Pabrik Furfural Berbahan Baku Tongkol Jagung Menggunakan Software Superpro Designer di Indonesia’. Diambil dari sumber http://lib.ui.ac.id/opac/themes/green/detail.jsp?id=20247350&lokasi=lokal Nurjannah, Siti. ‘Perancangan Pabrik Furfural dari Tandan Kosong Kelapa Sawit Kapasitas 5.000 ton/tahun’. Diambil dari sumber Richana, Nur dan Suwarni. ‘Teknologi Pengolahan Jagung’. Diambil dari sumber
LAMPIRAN Anggota Kelompok 5 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Maulana Adi Wahyu Hamam Hario Satmoko Alfian Dama Irvan Mubarok Robbi Bagus Yudi Abdul Azis