"STUDY ON GREEN TRANSPORTATION SYSTEM OF INTERNATIONAL METROPOLISES"
Disusun Oleh:
Nama Penyusun : Anggun Dian Hardiyanti
NIM : 1504101010085
Dosen Pengasuh : Dr. Irin Caisarina, ST., M,Sc.
NIP : 197605182005012002
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
STUDY ON GREEN TRANSPORTATION SYSTEM OF INTERNATIONAL METROPOLISES
Studi Mengenai Sistem "Green Transportation" Pada Metropolis Internasional
PENDAHULAN
Latar Belakang
Udara merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan, baik untuk manusia, hewan, maupun tumbuhan. Seiring dengan meningkatnya perkembangan industri dan pembangunan kota-kota menyebabkan menurunnya kualitas udara saat ini. Selain berdampak pada kesehatan masyarakat, tentu juga berdampak pada lingkungan sekitar. Udara panas menyengat seolah terperangkap dimana pun dan sangat mengganggu bagi warga didaerah yang mempunai aktivitas tinggi. Terutama pada daerah perkotaan dengan lalu lintas yang padat dimana ruang terbuka hijau juga menyempit.
Salah satu penyebab mengapa hal tersebut terjadi ialah karena emisi karbon berlebih yang dikeluarkan oleh kendaraan. Aktivitas kendaraan yang tinggi diperkotaan menyumbang sebagian besar emisi karbon. Menurut Widiantono (2009) dalam Tjokronegoro dkk. (____), data lingkungan yang ada menunjukkan bahwa sektor transportasi umumnya berkontribusi sekitar 23% dari emisi gas CO (carbon monoxide/green house gas) dan tumbuh lebih cepat jika dibandingkan penggunaan energi di sektor lainnya. Hal tersebut memberikan dampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap masyarakat. Polusi udara akibat pembuangan asap dapat menyebabkan iritasi mata, mengganggu pernapasan, pusing kepala dan badan menjadi lemas. Belum lagi efek tidak langsung seperti, kenaikan temperatur udara, melubangi lapisan ozon, mencairnya lapisan es kutub, efek rumah kaca, perubahan iklim dan sebagainya. Hal tersebut yang kita kenal dengan pemanasan global.
Disisi lain kenaikan volume kendaraan dan pertumbuhan transportasi pun terus meningkat. Menurut Kusminingrum dkk. (2008), tahun 1999 pertumbuhan jumlah kendaraan di kota besar hampir mencapai 15% per tahun. Ketersediaan angkutan umum yang tidak memadai membuat masyarakat cenderung bergantung kepada kendaraan pribadi. Tingkat pelayan angkuta umum tehadap publik pun terasa bekurang. Selain memicu kemacetan, hal tersebut juga berdampak pada konsumsi energi yang berlebihan. Penggunaan kendaraan bermotor memicu penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) seperti premium, solar, dan premix tentunya menimbulkan pembuangan hasil pembakaran berupa asap atau emisi yang tidak terelakkan. Pada tahun 2020 setengah dari jumlah penduduk Indonesia akan menghadapi permasalahan pencemaran udara perkotaan, yang didominasi oleh emisi dari kendaraan bermotor (Kusminingrum dkk., 2008).
Keadaan ini mendorong adanya strategi-strategi yang berupa penggunaan teknologi ramah lingkungan dalam upaya memenuhi kebutuhan transportasi masyarakat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah sistem "Green Transportation". Menurut Li (2016), Green transportation adalah sebuah konsep moda perjalanan rendah karbon dan ramah lingkungan. Maksudnya adalah konsep ini berpusat pada perangkat transportasi berwawasan lingkungan seperti berjalan, bersepeda, pemanfaatan angkutan umum, dan kereta. Dalam tulisan ini akan membahas mengenai green transportation, penerapan yang telah dilakukan dan upaya-upaya untuk mewujudkan trasportasi yang ramah lingkungan.
ISI
Kajian Pustaka
Green Transportation
Green transportation adalah sebuah konsep yang dimaksudkan agar moda transportasi lebih ramah lingkungan. Pada tahun 2016, Li menyebutkan bahwa Green transportation is a low-carbon and environmental travelling mode. Teori ini mengedepankan transpostasi yang ramah lingkungan.
Bappeda Banda Aceh (2010) mengeluarkan sebuah defenisi bahwa green transportation adalah transportasi umum hijau yang fokus pada pembangunan transportasi massal yang berkualitas. Green transportation bertujuan untuk meningkatkan penggunaan transportasi massal, mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, penciptaan infrastruktur jalan yang mendukung perkembangan transportasi massal, mengurangi emisi kendaraan, serta menciptakan ruang jalan yang ramah bagi pejalan kaki dan pengguna sepeda.
Pada defenisi yang dikemukakan oleh Widiantono (2009) menyatakan bahwa green transportation termasuk dalam tranportasi berkelanjutan. Transportasi berkelanjutan ialah upaya untuk memenuhi kebutuhan mobilitas transportasi generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhan mobilitasnya dan merupakan gerakan yang mendorong penggunaan teknologi ramah lingkungan dalam upaya memenuhi kebutuhan transportasi masyarakat (Widiantono, 2009).
Menurut Tjokronegoro (_____), kriteria green transportation adalah penggunaan bahan bakar ramah lingkungan, jenis bahan bakar hijau, penggunaan teknologi ramah lingkungan (Hybrid), transportasi massal, fasilitas jalur sepeda, fasilitas pejalan kaki, tingkat emisi, dan STMS (Smart Transportation Management System).
Green transportation mengacu pada sarana transportasi dengan dampak yang rendah pada lingkungan, termasuk transportasi non-motorized yaitu berjalan kaki dan bersepeda, penggunaan kendaraan hijau, casharing, serta berusaha untuk membangun atau melindungi sistem transportasi yang hemat bahan bakar dan ruang sehingga dapat menciptakan gaya hidup sehat (Andriani, 2013).
Pendapat-pendapat diatas memiliki kesamaan yaitu sama-sama mengedepankan transportasi yang ramah lingkungan. Tentu hal tersebut juga harus dibarengi dengan kepuasan publik. Publik juga harus menjaga dan ikut campur tangan karena publik sebagai pelaku yang menjalankan konsep green transportation.
Upaya Mewujudkan Transportasi Ramah Lingkungan
Upaya untuk mewujudkan transportasi ramah lingkungan adalah dengan mengkaji terlebih dahulu kriteria-kriteria apa saja yang dikatakan sebagai transportasi ramah lingkungan.
Penggunaan teknologi ramah lingkungan perlu diperhatikan dan dijalankan, karena ini menjadi salah satu pengganti bahan bakar fosil yang saat ini masih digunakan. Dengan mengganti bahan bakar fosil ke bahan bakar ramah lingkungan itu berarti telah membantu mengurangi emisi karbon yang dihasilkan kendaraan. Kemudian dilihat sejauh mana dapat bertahan tidak menggunakan bahan bakar fosil.
Berkaitan dengan hal diatas, bahan bakar hijau tentu juga harus masuk kriteria "ramah lingkungan". Penggunaan bahan bakar ramah lingkungan yang menguntungkan akan mendorong untuk membuat inovasi-inovasi baru bahan bakar hijau apapun bentuknya. Hal ini juga harus dibarengi dengan teknologi yang dapat mengolah dan membuat bahan bakar ramah lingkungan.
Kriteria selanjutnya yaitu adalah fasilitas publik. Yang harus dicapai adalah membenahi fasilitas-fasilitas sistem transportasi. Melakukan perbaikan pelayanan trasportasi massal terhadap masyarakat. Seperti menyediakan sarana angkutan umum yang cepat, murah dan nyaman yang dapat menjangkau seluruh bagian kota serta memiliki transit yang dekat-dekat. Apabila transportasi massal berjalan dengan baik, maka dapat membantu mengurangi jumlah emisi karbon yang dikeluarkan kendaraan dan mengurangi kemacetan.
Kemudian menyediakan jalur-jalur khusus bagi pengguna sepeda dan pejalan kaki. Selain menyehatkan dan membuat tubuh segar-bugar, bersepeda dan berjalan kaki merupakan aktivitas transportasi yang tidak merusak lingkungan.
Setelah hal-hal diatas, hal yang dipeerhatikan selanjutnya adalah tingkat emisi. Berapa besar penurunan tingkat emisi setelah menjalankan sistem tersebut harus dilihat agar kita dapat mengetahui sebaik apa upaya yang telah dicapai dari menerapkan sistem green transportation.
Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi misalnya menaiikan tarif tol dan tarif parkir agak pengguna berpikir dua kali untuk menggunakan kendaraan pribadi. Melestarikan kendaraan-kendaraan yang tidak bermotor atau tanpa menggunakan bahan bakar seperti sepeda, sepeda listrik, kereta listrik, kendaraan berbahan bakar alternatif, dan kendaraan hybrid.
Kota-Kota Besar yang Menjalankan Sistem Green Transportation
Kopenhagen, Denmark
Kopenhagen adalah ibukota terbesar di Denmark. Kopenhagen merupakan salah satu kota paling ramah sepeda di dunia, dengan jumlah sepeda lebih banyak daripada jumlah penduduknya. Pada tahun 2012, sekitar 36% merupakan pengguna sepeda untuk pergi bekerja atau bersekolah. Hasilnya hal tersebut mengurangi dampak emisi karbon sebesar 90.000 ton setiap tahun. Kota Kopenhagen bahkan menargetkan 50% dari jumlah penduduk untuk aktif menggunakan sepeda di tahun 2015 (Li, 2016).
Infrastruktur pesepeda di kota ini sangat ekstensif dan sangat digunakan, memanjang sejauh 400 km jalur sepeda yang tidak menjadi satu dengan mobil atau pejalan kaki (Wikipedia, 2016).
Tiap tahun, angka pengayuh sepeda terus meningkat, sejalan dengan kebijakan pemerintah kota yang memberi ruang yang juga makin luas bagi pengguna sepeda. Selain itu aturan bersepeda juga diterapkan pada kota ini. Di persimpangan, garis berhanti bagi kendaraan bermotor berjarak lima meter di belakang garis bagi pengendara sepeda. Lampu hijau bagi sepeda juga 12 detik lebih cepat ketimbang mobil.
Para pengguna sepeda di Kopenhagen harus mematuhi beberapa peraturan: Jangan pernah melintasi trotoar atau lalu intas pejalan kaki, jangan pernah melintasi zebra cross, jangan pernah bersepeda di taman kota, jangan bersepeda dilarut malam dan selalu melintas di jalur kanan(Denmark mengemudi di sebelah kanan jalan). (Wikipedia, 2016).
Tokyo, Jepang
Tokyo adalah kota metropolitan yang didominasi oleh rail-way. Hampir seluruh transportasi dikota difasilitasi oleh kereta. Namun subway juga ikut mendominasi. Tujuh buah perusahaan regional kereta api Jepang atau yang disebut Japan Railways, meliputi hampir sebagian besar kota dan di desa Jepang. Beberapa kota besar di Jepang yang terhubung ke Tokyo maupun sebaliknya memiliki sistem metro, yaitu sistem kereta api untuk mengangkut para penumpang yang sebagaian besar adalah komuter (seseorang yang berpergian ke suatu kota untuk bekerja dan kembali ke kota tempat tinggalnya setiap hari).
Perbandingan Pengguna Moda Transportasi di Tokyo (Li, 2016)Perbandingan Pengguna Moda Transportasi di Tokyo (Li, 2016)Sebuah data yang disajikan oleh Li (2016) menunjukkan bahwa pada tahun 2008 rel menguasai sekitar 30% transportasi kota-kota besar di Jepang, kemudian 14% untuk sepeda dan 22 % berjalan kaki.
Perbandingan Pengguna Moda Transportasi di Tokyo (Li, 2016)
Perbandingan Pengguna Moda Transportasi di Tokyo (Li, 2016)
Sebenarnya masyarakat Jepang juga menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil. Namun jumlahnya tidak sebanyak di Indonesia. Hal yang memicu rendahnya tingkat penggunan kendaraan pribadi. Salah satunya adalah penerapan tarif pakir yang mahal. Memang harga mobil di Jepang tidaklah semahal di Indonesia. Namun pajak parkir yang sangat mahal membuat penduduknya lebih memilih alternatif lain seperti berjalan kaki dan menggunakan trasportasi umum.
Lalu pemerintah Jepang juga mengatur dan merencanakan ulang tentang ruang dan jalur sepeda. Angka kematian korban yang tinggi karena kecelakaan lalu lintas pada tahun 1970, membuat adminidrasi lalu lintas mengeluarkan peraturan dengan tujuan mengurangi angka kematian. Yaitu dengan mengizinkan pengguna sepeda untuk menggunakan jalur pejalan kaki atau trotoar.
Namun metode tersebut tidak bertahan pada waktu yang lama. Bukannya mendapat jalur khusus pesepeda akan tetapi malah pengguna sepeda harus berbagi jalur dengan pejalan kaki. Barulah pada tahun 2007 pemerintah Jepang mengubah Hukum Lalu Lintas dengan mengusulkan pemisahan antara pesepeda dengan pejalan kaki. Kemudian pada tahun 2010 akhirnya Tokyo mengelarkan kebijakan baru berupa membuat jalur husus sepeda di jalan raya dan memisahkan jalur untuk pesepeda dan pejalan kaki. Selain itu agar masyarakat lebih tertarik menggunakan sepeda, pemerintah juga sangat gencar melakukan promosi-promosi dan komunikasi. Misalnya berupa kampanye lalu lintas ramah lingkungan yang akan dilakukan setiap tahun.
PENUTUP
Kesimpulan
Dampak serius yang ditimbulkan oeh aktivitas transportasi apabila tidak ditangani segera akan menimbulkan permasalahan yang berat, baik itu yang nantinya dipikul pemerintah maupun masyarakat. Terutama pada kota-kota besar yang mempunyai lalu lintas yang padat. Dampak dapat berupa dampak langsung dan dampak tidak langsung. Maka untuk mencegahnya dilakukan upaya-upaya yang dapat mengurangi dampak negatif tersebut. Salah satunya adalah menerapkan sistem green transportation. Green transportation merupakan suatu gerakan yang mendorong pengurangan kebutuhan perjalanan dan ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan kendaraan bermotor pribadi. Hal tersebut diupayakan dengan cara antara lain membenahi fasilitas publik, angkutan umum, menyediakan jalur khusus pengguna sepeda, menaikkan tarif tol, tarif parkir dan sebagainya. Kota-kota besar di luar negeri juga dapat menjadi contoh bagaimanan menerapkan sistem green transportation di kota-kota besar lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, Dini Maria, dkk.. 2013. Penilaian Sistem Transportasi yang Mengarah Pada Green Transportation di Kota Surakarta. Semarang: Universitas Diponegoro.
BAPPEDA Banda Aceh. 2010. Green City. Banda Aceh: Website Resmi BAPPEDA Banda Aceh. Diakses pada 10 Maret 2016. (Http://bappeda.bandaacehkota.go.id/program-strategis/green-city/)
Beeyan. 2016. Bersepeda di Kopenhagen. Website resmi Wikipedia. Diakses pada 10 Maret 2016. (http://id.m.wikipedia.org/wiki/Bersepeda_di_Kopenhagen)
Bot, Wagino. 2016. Kopenhagen. Website resmi wikipedia. Diakses pada 10 Maret 2016. (Http://id.m.wikipedia.org/wiki/kopenhagen)
Kusminingrum, Nani dkk.. 2008. Polusi Udara Akibat Aktivitas Kendaraan Bermotor di Jalan Perkotaan Pulau Jawa dan Bali. Bandung: Pusat Litbang Jalan dan Jembatan.
Li, Han-ru. 2016. Study on Green Transportation System of International Metropolises. Beijing: Institute of Highway Ministry of Transport.
Susanto, Raymond. 2012. Manajemen Lalu Lintas dan transportasi hijau. Jakarta. Diakses pada 9 Maret 2016. (Http://id.m.wikibooks.org/wiki/Manajemen_Lalu_Lintas/Transportasi_Hijau)
Tjokronegoro, Kartika Harijono dkk.. _____. Penilaian Kesesuaian Penerapan Green Trasportation di Kota Bogor. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Widiantono, D. 2009. Green Transport: Upaya Mewujudkan Transportasi yang Ramah Lingkungan. Bulletin Online Tata Ruang. ISSN 1978-1571