BAB II
ANALISIS
2.1. Pokok bahasan dari jurnal yang berjudul “ Law and ethics for robotic soldiers” Pokok bahasan dalam jurnal yang berjudul “ Law and ethics for robotic soldiers” adalah membahas hukum dan etika untuk tentara robot yang saat ini mungkin telah memenuhi pikiran negara-negara adikuasa seperti Amerika. Tentara robot yang kemudian digunakan untuk berperang ini mungkin menimbulkan banyak problematika dan permasalahan dalam pengerjaannya serta penggunaannya dalam kehidupan nyata. Ada banyak pihak yang setuju dengan tentara robot ini, namun adapula yang menentang tentara robot ini dengan berbagai alasan. Dalam jurnal tersebut dijelaskan beberapa tentara robot seperti Incremental Automation of Drones, Automated-Arms Racing, selain itu juga dijelaskan kerangka hukum dan etika persyaratan senjata dan robot otomatis. Empat objek yang menjadi kajian dari jurnal ini serta prinsip, kebijakan dan proses dalam membangun kerangka hukum dan etika tentara robot ini. Saat ini robot yang dikerahkan di medan perang di seluruh dunia bisa mengidentifikasi dan mengunci target tanpa banyak bantuan manusia. Ia bisa berbentuk peluncur granat bergerak hingga pesawat tanpa awak penembak roket. Meskipun bisa beroperasi secara efektif, selama ini robot-robot itu sedikit banyak membutuhkan bantuan tangan manusia untuk menekan tombol atau menarik picu. ’’Jika kita tidak hati-hati, itu bisa berubah (makin otonom),’’ profesor top . Pendorongnya, para pimpinan militer menginginkan robot yang lebih otonom sesegera mungkin. Sebab, mereka ingin lebih efisien dalam ongkos perang dan bebas risiko korban perang. Beberapa negara, dipimpin AS, sudah berlomba-lomba 4
membuat robot tempur untuk dikerahkan lebih banyak ke medan perang. Korsel dan Israel menggunakan robot sebagai penjaga perbatasan. India, Tiongkok, Rusia, dan Inggris juga meningkatkan penggunaan pasukan robot. 2.2. Tentara robot yang cara kerjanya bisa lebih efektif dari manusia Robot – robot ataupun instrumen militer yang dibuat tentunya lebih efektif dibandingkan tentara manusia, mereka tidak ragu dalam menembakan peluru, rudal maupun misil ke arah orang dewasa maupun anak – anak. Tidak ada perasaan yang dilibatkan hanya perintah dan kode – kode instruksi yang dijalankan dalam bentuk bit – bit oleh mikroprosessor, 100% efektif. Namun tentara robot ini tentunya memiliki banyak kelemahan yang mungkin bisa lebih banyak dari manusia pada umumnya. Contohnya Swords atau kependekan dari Special Weapons Observation Reconnaissance Detection Systems , Swords juga dilengkapi dengan senapan M249 atau M240, alat untuk melihat dikegelapan, dan lensa pembesar. Robot tersebut juga bisa melalui daerah berakrang dan kawat berduri.
Swords yang dapat menembakkan antara 300-350 peluru dalam satu menit itu memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan unit tempur tradisional. Tetapi Swords juga memiliki kelemahan, yaitu setiap robot hanya memiliki kecepatan maksimum 4 meter per jam dan hanya bisa dioperasikan selama satu hingga empat jam. Setelah itu, robot tersebut harus diisi bahan bakar kembali2. "Robot hanya dapat melakukan apa yang diprogramkan, dan dia memiliki fitur-fitur tertentu," tambahnya. Menurut Finkelstein, robot mampu menghindari kesalahan yang dilakukan prajurit manusia. Dia menuturkan, robot diprogram dengan secukupnya dan dibuat agar sedikit melakukan kesalahan seperti membunuh warga tak bersalah, dan kelompok bukan musuh. "Robot tidak memiliki ikatan emosional, mereka tidak memiliki rasa takut, mereka dapat bertindak dalam beberapa situasi. Namun, pihak yang lebih skeptis seperti Profesor Noel Sharkey, pendiri Komite Internasional untuk Kontrol Robot
2
See http://www.jawaban.com/index.php/mobile/news/detail/id/91/news/080117165849/page/6870/limit.html (last view sunday- 2012-11-04- 8.56 am.)
5
Bersenjata, mengatakan manusia lebih akuntabel sedangkan mesin tidak 3. Positifnya adalah dengan adanya tentara robot ini setidaknya bisa meminimalisasi hilangnya nyawa manusia akibat perang yang ekstrim.
2.3. Bagaimana jika tentara robot menyerang target yang tidak seharusnya dan melanggar hukum perang Apakah sebuah tentara robot yang menyerang target yang tidak seharusnya dan melanggar hukum perang dapat diadili di pengadilan Numbereg atau di International Criminal Law(ICC)? Jawaban saya adalah bisa. Alasan saya adalah tentara robot bukanlah suatu alat yang bisa bergerak sendiri membidik musuh bahkan menghancurkan kawasan yang menjadi objek dari peperangan. Tentara robot pada dasarnya adalah buatan manusia dan dikendalikan oleh manusia. Manusia atau individu sendiri adalah subjek dari Hukum internasional4 dan bisa di adlili di mahkamah internasional, ICC, maupun lembaga hukum internasional lainnya dengan menggunakan konvensi jenewa 1949 yaitu pada pasal 49 dan 50 sebagai dasar hukumnya .
Pasal 49 Pihak Peserta Agung berjanji untuk menetapkan undangundang yang diperlukan untuk memberi sanksi pidana effektip terhadap orang-orang yang melakukan atau memerintahkan untuk melakukan salah satu di antara pelanggaran berat atas Konvensi ini seperti ditentukan di dalam Pasal berikut.
3
See http://international.okezone.com/read/2010/02/10/18/302121/robot-bisa-gantikan-tentara-di-medan-perang (last view friday- 7.10 pm - 2012-11-02) 4
See http://sm-noor.blogspot.com/2012/07/individu-sebagai-subjek-hukum.html(last view sunday 2012-11-04 – 9.43 am)
6
Tiap Pihak Peserta Agung berkewajiban untuk mencari orangorang yang disangka telah melakukan atau memerintahkan untuk melakukan pelanggaran-pelanggaran berat yang dimaksudkan, dan harus mengadili orang-orang tersebut, dengan tidak memandang kebangsaannya.
Pihak
dikehendakinya,
dan
perundang-undangannya
Peserta sesuai sendiri,
Agung dengan
dapat
juga,
jika
ketentuan-ketentuan
menyerahkan
kepada
Pihak
Peserta Agung lain yang berkepentingan, orang-orang tersebut untuk diadili, asal saja Pihak Peserta Agung tersebut dapat menunjukkan suatu perkara prima facie. Tiap Pihak peserta Agung harus mengambil tindakan-tindakan yang perlu untuk memberantas selain pelanggaran berat yang ditentukan
dalam
Pasal
berikut,
segala
perbuatan
yang
bertentangan dengan ketentuan-ketentuan Konvensi ini. Dalam segala keadaan, orang-orang yang dituduh harus mendapat jaminan-jaminan peradilan dan pembelaan yang wajar, yang tidak boleh kurang menguntungkan dari jaminan-jaminan yang diberikan oleh Konvensi Jenewa tentang Perlakuan Tawanan Perang tanggal 12 Agustus, 1949 sebagaimana diatur dalam Pasal 105 dan seterusnya. Pasal 50 Pelanggaran-pelanggaran berat yang dimaksudkan oleh Pasal yang
terdahulu
ialah
pelanggaran-pelanggaran
yang
meliputi
7
perbuatan-perbuatan berikut, apabila dilakukan terhadap orangorang atau milik yang dilindungi oleh Konvensi: pembunuhan disengaja, penganiayaan atau perlakuan tak berperikemanusiaan, termasuk percobaan-percobaan biologis, menyebabkan dengan sengaja penderitaan besar atau luka berat atas badan atau kesehatan, serta penghancuran yang luas dan tindakan perampasan atas harta benda yang tidak dibenarkan oleh kepentingan militer dan yang dilaksanakan dengan melawan hukum serta dengan semena-mena. Jadi disini yang diadili bukanlah robotnya tetapi manusia yang mengendalikan robot tersebut. Akademisi Amerika Serikat Patrick Lin yang bekerja untuk membuat etika robot untuk militer, mengungkapkan, robot dapat diprogram untuk mengikuti standar tertentu. Meski demikian, dia tetap mempertanyakan, "Benarkah kita dapat melakukan itu dengan komputer kita?" ujarnya. Saat ini, Amerika Serikat (AS) telah menggunakan robot-robot canggih di pertempuran, baik itu di Irak maupun di Afghanistan. Pentagon telah membuat kendaraan tanpa pengemudi yang disebut EATR. Robot mobil itu dapat mengisi ulang bahan bakar sendiri dengan materi organik ketika berjalan jarak jauh. Penemu EATR, Dr Robert Finkelstein dari Robotic Technology Inc, mengungkapkan, penemuannya membutuhkan bahan-bahan organik sebagai bahan bakar dan lebih vegetarian dibandingkan manusia.
2.4. Dasar hukum ketika tentara robot melanggar etika perang Saat ini belum ada undang-undang atau konvensi-konvensi yang mengatur tentang penggunaan tentara robot. Namun, jurnal ini mebahas sedikitnya rencana akan pembuatan konvensi untuk mendasari sistem perang yang menggunakan tentara robot. 8
Konvensi atau perjanjian internasional ini tentunya bertujuan untuk melindungi jika tentara robot yang digunakan merugikan pihak yang tidak ada kaitannya dengan perang. Jadi intinya, isi dari konvensi-konvensi tersebut sedikitnya haruslah memuat : •
Jenis-jenis robot apa saja yang dapat digunakan dalam perang
•
Batasan-batasan atau syarat-syarat yang di izinkan untuk kapasitas suatu tentara robot
•
Perlindungan hukum bagi pihak-pihak yang tidak terlibat dalam perang apabila dirugikan
•
Asas-asas hukum dan etika tentara robot
•
Hukuman bagi yang melanggar konvensi tersebut
9
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan Dari jurnal yang berjudul “ Law and ethics for robotic soldiers” dapat disimpulkan bahwa : Robot atau mesin pasti akan memasuki medan perang masa depan - tetapi mereka akan melakukannya secara bertahap, satu langkah kecil pada suatu waktu. Kombinasi perkembangan yang tak terelakkan menimbulkan tidak hanya pertanyaan strategis dan operasional yang kompleks, tetapi juga orang-orang hukum dan etika yang mendalam. Keniscayaan teknologi ini berasal dari kedua sisi penawaran dan permintaan. Kemajuan dalam sensor dan teknologi komputasi akan memasok mesin "cerdas" yang dapat diprogram untuk membunuh atau menghancurkan, sedangkan tempo meningkatnya operasi militer dan tekanan politik untuk melindungi personil sendiri dan orang-orang sipil dan properti akan menuntut penelitian, pengembangan, dan penyebaran . Robot – robot ataupun instrumen militer yang dibuat tentunya lebih efektif dibandingkan tentara manusia, mereka tidak ragu dalam menembakan peluru, rudal maupun misil ke arah orang dewasa maupun anak – anak. Tidak ada perasaan yang dilibatkan hanya perintah dan kode – kode instruksi yang dijalankan dalam bentuk bit – bit oleh mikroprosessor, 100% efektif. Namun disisi lain tentara robot juga memiliki banyak kelemahan seperti mahalnya peralatan atau bahan untuk membuat sebuah robot yang canggih dan keterbatasan kekuatan dari robot itu sendiri. 10
Mengenai Bagaimana jika tentara robot menyerang target yang tidak seharusnya dan melanggar hukum perang, saya berpendapat bahwa hal itu bisa saja terjadi bahkan sangat mungkin terjadi. Robot adalah sebuah mesin yang tentu saja dibuat oleh manusia dan dikendalikan sendiri oleh manusia. Jadi robot tidak bisa berdiri sendiri, masih ada manusia yang berperan dalam pengendalian robot tersebut. Jadi dalam hal ini ketika robot menyerang target yang tidak seharusnya dan melanggar hukum perang, maka yang seharusnya diadili adalah manusia yang mengendalikan robot tersebut. Untuk membuat suatu undang-undang atau konvensi internasional yang berkaitan dengan tentara robot untuk suatu pencegahan dapat ditarik kesimpulan bahwa konvensi tersebut sedikitnya harus memuat : •
Jenis-jenis robot apa saja yang dapat digunakan dalam perang
•
Batasan-batasan atau syarat-syarat yang di izinkan untuk kapasitas suatu tentara robot
•
Perlindungan hukum bagi pihak-pihak yang tidak terlibat dalam perang apabila dirugikan
•
Asas-asas hukum dan etika tentara robot
•
Hukuman bagi yang melanggar konvensi tersebut Pada dasarnya manusia dituntut untuk melakukan revolusi-revolusi karena
kemajuan yang semakin hari semakin maju. Teknologi yang terus berkembang kian memberikan efek dinamis bagi perkembangan hidup manusia. Disamping itu, perkembangan teknologi membuat para ahli atau peneliti mulai berlomba-lomba untuk mengembangakan produknya agar bisa dipakai dikemudian hari. Kecanggihan yang ditawarkan tentunya memberikan efek yang positif maupun negatif dalam dunia yang sesungguhnya. Seperti dalam makalah ini, tentara robot yang kini seringkali dipakai dalam peperangan bisa memberikan dampak positif maupun negatif dalam kehidupan bernegara. Negara-negara super power atau adikuasa tentu lebih mampu mengembangkan tentara robot dibandingkan dengan negara yang masih berkutat pada perekonomian yang stagnan. Dari sini dapat kita lihat bahwa penggunaan tentara 11
robot sebenarnya sedikit merugikan pihak yang tidak mempunyai kekuatan untuk itu, sedangkan untuk negara-negara yang mempunyai kekuatan itu adalah hal yang sangat menguntungkan bagi mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Terjemahan Geneva Convention 1949 http://fair-use.org/international-journal-of-ethics/1915/01/the-ethics-of-war http://international.okezone.com/read/2010/02/10/18/302121/robot-bisa-gantikan-tentara-dimedan-perang http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Humaniter_Internasional
12