TEORI BANGUNAN BARU
SEA TRIAL
ARRANGED BY ALFAN RAHMATULLAH FIRMAN SAHRUL SAHRUL ROMADHON
TEKNIK BANGUNAN KAPAL POLITEKNIK NEGERI MADURA 2017
(33311501002) (33311501005) (33311501016)
TEORI BANGUNAN BARU
12/27/2017
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................ 1 KATA PENGANTAR ............................................................................................................. 2 BAB 1 PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG ............................................................................................................. 3 RUMUSAN MASALAH......................................................................................................... 3 TUJUAN PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3 BAB II PEMBAHASAN
DEFINISI & HAL PENTING TERKAIT SEA TRIAL ............................................................ 4 JENIS-JENIS PENGUJIAN PADA SEA TRIAL ..................................................................... 5 BAB III PENUTUP
KESIMPULAN........................................................................................................................ 18 SARAN .................................................................................................................................... 18
1
TEORI BANGUNAN BARU
12/27/2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena hanya atas rahmat Nya kami dapat menyelesaikan makalah sederhana ini yang memiliki judul “ Sea Trial”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Bangunan Baru yang ada di Jurusan Teknik Bangunan Kapal Politeknik Negeri Madura. Kemudian, tidak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini, khususnya kepada:
1. Tristiandinda Permata ST. MT selaku dosen pengampu pada mata kuliah Teori Bangunan Baru sekaligus sebagai Dosen Wali Mahasiswa Jurusan Teknik Bangunan Kapal Semester 5. 2. Rekan-rekan satu kelas. 3. Orang tua kami yang tak henti-hentinya berdoa untuk kami dan selalu memberikan dukungan kepada kami dalam segala situasi dan kondisi, serta 4. Pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu.
2
TEORI BANGUNAN BARU
12/27/2017
BAB I PENDAHULUAN 1.1.
LATAR BELAKANG Kapal merupakan kendaraan laut yang memiliki berbagai fungsi, baik itu s ebagai sarana
transportasi manusia seperti pada kapal penumpang ataupun pada kapal niaga yang digunakan untuk memuat barang dengan berbagai jenis. Berbeda dengan kendaraan da rat, kapal beroperasi di laut sehingga memiliki resiko bahaya yang lebih tinggi, maka tidak heran jika aturan dan regulasi mulai dari kapal direncanakan sampai kapal tersebut sampai ke pemilik kapal (owner) sangatlah ketat. Sebuah kapal yang selesai dibangun tidak semerta-merta langsung diserahkan (di delivery) kepada pemilik kapal. Namun ada serangkaian prosedur pengujian yang harus dilaksanakan oleh pihak pembuat kapal (galangan kapal) untuk memastikan bahwa spesifikasi teknis kapal telah sesuai dengan owner requirements yang telah disepakati sebelumnya antara pihak galangan dan pemilik kapal. Serangkaian prosedur tersebut disebut dengan Sea Trial. Sea Trial wajib dilakukan untuk kapal yang baru dibangun (new building) dan juga
merupakan salah satu syarat untuk dapat mendaftarkan kapal kedalam suatu klas. Prosedur pengujian pada sea trial ini meliputi seluruh system yang ada pada kapal seperti: starting system, steering gear, anchoring system, maupun performa kapal itu sendiri misalkan dalam hal
maneuver, kecepatan, performa mesin induk, dan lain-lain yang akan dibahas pada makalah ini. 1.2.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka muncul rumusan masalah yang dapat dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan berikut: 1. Apakah yang dimaksud dengan sea trial? 2. Apa saja serangkaian pengujian yang harus dilakukan ketika sea trial? 3. Bagaimanakah prosedur melakukan pengujian sea trial? 4. Dimanakah Sea Trial dapat dilakukan?
1.3.
TUJUAN PEMBAHASAN
Memberikan pemahaman bagi mahasiswa ataupun pembaca mengenai definisi, je nis pengujian, prosedur, serta komponen-komponen lain yang berkaitan dengan Sea Trial pada sebuah kapal.
3
TEORI BANGUNAN BARU
12/27/2017
BAB II PEMBAHASAN 2.1.
DEFINISI & HAL PENTING TERKAIT SEA TRIAL Sea Trial yaitu percobaan yang dilakukan untuk memastikan kapal yang dbangun sesuai
dengan spesifikasi teknis yang dipesan oleh pihak owner . Sea trial dilakukan termausk menguji kapal dan sistem yang berjalan. Sebenarnya ada beberapa istilah lain untuk sea trial ini diantaranya adalah: acceptance trials, underway trials, final contract trials . (http://dosenkapal.com/2017/08/test-dan-trial-pada-kapal/).
IMO Recommendations MSC 137(76)
Kemampuan maneuver kapal (maneuverability) pada sebuah kapal dapat dievaluasi dari karakteristik uji maneuvering konvensional yang dilakukan.
Dua jenis metode trial yang dapat digunakan: - Uji skala model atau prediksi komputer menggunakan model matematis pada tahapan design/ full-scale trials harus dilakukan untuk memvalidasi hasil. - Full Scale Trials.
Kecepatan saat sea trial = minimal 90% dari kecepatan maksimal (full speed) = 85% dari power maksimum engine .
Kondisi Persyaratan Sea Trial
Perairan yang memiliki kedalaman > 4 kali sarat kapal pada bagian midship.
Memiliki kondisi perairan yang tenang (kecepatan angin <5Bft dan Sea State Value<4).
Full Load (summer load line draught), pada kondisi even keel.
Kapal mampu melaju lurus dalam kecepatan konstan pada saat uji kecepatan (speed test).
4
TEORI BANGUNAN BARU
12/27/2017
JENIS-JENIS PENGUJIAN PADA SEA TRIAL
2.2.
a) Starting Test
Gambar 1.0 (www.brighthubengineering.com)
Merupakan pengujian yang dilakukan dengan cara menghidupkan dan mematikan mesi n utama kapal (main engine) secara berulang kali sesuai standar yang telah ditetapkan oleh class. Berikut meruapakan ketentuan dalam melakukan starting test:
Untuk reversible engine, system starting harus mampu menyala dengan sempurna dalam waktu 12 kali percobaan.
Untuk non-reversible engine, system starting harus mampu menyala dengan sempurna dalam waktu 6 kali percobaan.
Untuk system start yang menggunaka electric starter, sistemnya harus dapat dipastikan dapat bekerja sesuai standar pabrikan (manufacturer guidance).
Scope/Item Penilaian
Jumlah total berapa kali system dilakukan start (number of starting)
Konfirmasi fungsi system saat test apakah bekerja dengan baik atau tidak (functional test confirmation).
5
TEORI BANGUNAN BARU
12/27/2017
b) Stop Inertia Test
Gambar 1.1 (www.marineinsight.com)
Tujuan dilakukannya stop inertia test ini adalah untuk mengukur waktu dan jarak yang dibutuhkan yang diukur dari kondisi ketika main engine ( full throttle condition) kemudian mesin dimatikan sampai kecepatan kapal mencapai 2 knots.
Scope/Item Penilaian Kecepatan kapal sebelum main engine dimatikan (pada posisi full throttle atau pada 100% load atau pada 100% putaran mesin (rpm)).
Waktu yang dibutuhkan sampai kecepatan kapal mencapai 2 knots setelah main engine kapal dimatikan.
Jarak tempuh (advance distance) dari kecepatan penuh kapal (full speed) sampai kecepatan kapal mencapai 2 knots (pada kondisi mesin yang telah dimatikan).
Kecepatan angin, arah angin, dan kondisi perairan.
c) Progressive Speed Trial Engine Load 25% 50% 75% 100%
Engine Power As Calculation As Calculation As Calculation As Calculation
Engine Rpm As on Panel As on Panel As on Panel As on Panel
Run Between Mile Posts One-Double-Run One-Double-Run One-Double-Run One-Double-Run
(Tabel 1.0)
6
TEORI BANGUNAN BARU
12/27/2017
Pengujian ini dilakukan dengan beban mesin yang ditingkatkan secara progresif dalam rangka untuk menentukan hubungan antar akecepatan kapal dengan beban yang ditanggung oleh mesin kapal. Prosedur dari progressive speed trial ini dapat dilihat pada tabel 1.0 diatas.
Scope/Item Penilaian
Kecepatan kapal
Parameter mesin induk kapal, seperti: RPM, Posisi throttle, dan komponen penting lain.
Cuaca, sea state condition, kecepatan relative angin, arah angin, dan kedalaman perairan.
Gambar 1.2 Trayek lintasan pada Progressive Speed Trial
d) Crash Stop Ahead and Crash Stop Astern Tujuan dari pengujian ini adalah untuk membuktikan atau memastikan bahwa Main Engine telah sesuai saat digunakan untuk emergency stop , dan untuk mengukur waktu
serta jarak antara titik pemberhentian astern / depan dibawah headway sampai RPM menjadi stabil (steady). Berikut merupakan prosedur dalam menjalankan pengujian Crash Stop Ahead and Crash Stop Astern:
Stop Astern Test
- Ketika kapal melaju kedepan dengan kondisi beban mesin sebesar 100% (sehuungan dengan MCR nya) kemudian putaran mesin dibalik dari kondisi putaran awalnya sampai mencapai kecepatan yang stabil. - Pengaturan dari Main Engine ketika pengujian stop astern test dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini:
7
TEORI BANGUNAN BARU
12/27/2017
(Tabel 1.1)
Scope/Item Penilaian
Kecepatan kapal setiap interval 10 detik pada speed log yang ada pada wheel house.
Sudut arah kapal setiap interval 10 detik yang diukur mengunakan kompas gyroscope.
Putaran mesin (rpm) setiap interval 10 detik
Kecepata, dan arah angin, kondisi perairan, dan kedalaman perairan ketika test berlangsung.
Waktu yang berjalan dari signal “full ahead” sampai berhenti total, yaitu dari main engine dimatikan (astern/ahead)
putaran mesin mulai berputar kearah yang sebaliknya sampai kapal benar-benar berhenti dengan sempurna.
8
TEORI BANGUNAN BARU
12/27/2017
e) Turning Circle Test
Gambar 1.3 Turning Circle Test (www.marineinsight.com)
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menguji kemampuan olah gerak kapal (maneuverability), jarak maksimum advance (maximum advance advance distance), dan
diameter taktis maksimum (maximum tactical diameter) saat kapal melakukan maneuver. Prosedur pengujian turning circle test terdiri dari:
Pertama, kapal dijalankan dalam kecepatan konstan dengan arah lurus tanpa mengalami yawing.
Kedua, rudder kapal dibelokkan kearah yang spesifik (starboard side atau port side). Sudut rudder pada pengujian ini diatur sebesar 35 derajat. Tahap ini disebut dengan first execute.
Sebagai response dari perubahan sudut rudder maka kapal akan berubah arah lajunya.
Kemudian kapal akan mulai membentuk lingkaran (circle) karena sudut rudder konstan. Pada tahap ini kecepatan anguler dan linier kapal j uga konstan.
9
TEORI BANGUNAN BARU
12/27/2017
Prosedur ini dilakukan dalam dua tahap, jika pada tahap pertama kapal dibelokkan kearah starboard , maka setelah beberapa cycle arah putaran kapal diganti kearah port side dan
sebaliknya.
Scope/Item Penilaian
Waktu yang dibutuhkan untuk mengubah arah kapal sampai membentuk sudut 90 dan 180 derajat.
Pengurangan kecepatan ketika melakukan maneuver. Advance Distance: Jarak memanjang yang diukur dari pada saat kapal first execute
sampai kapal berubah arah sebesar 90 derajat. Berdasarkan ketentuan IMO, Advance Distance tidak boleh melebihi 4.5 kali panjang kapal.
Transfer Distance: Jarak melintang dari posisi awal kapal sampai kapal berubah arah
sebesar 90 derajat.
Tactical Diameter: Jarak melintang yang diukur pada saat kapal masih dalam tahap first execute atau posisi awal sampai kapal telah berubah arah sebesar 180 derajat.
Berdasarkan ketentuan IMO, Tactical Diameter tidak boleh melebihi 5 kali panjang kapal.
f) Turning Circle Test
Gambar 1.4 Zigzag maneuvering test (www.marineinsight.com)
10
TEORI BANGUNAN BARU
12/27/2017
Tujuan dilakukannya prosedur ini adalah untuk meguji stabilitas kapal dan menguji bagaimana respon kapal terhadap perubahan sudut rudder uang dilakukan secara tibatiba dengan besar sudut 10 atau 20 derajat. Prosedur pengujian ini antara lain:
Kapal dipacu dengan arah lurus kemudian kapal dibelokkan kearah starboard sampai arah sudut kapal mencapai 20 derajat.
Ketika sudut arah kapal telah mencapai 20 derajat dari posisi awal, lalu kapal dibelokkan kearah port side sampai arah kapal berubah 20 derajat kearah port side.
Proses ini dilakukan secara berulang-ulang dengan cycle time tertentu.
Berdasarkan sudut rudder yang diizinkan, zigzag test dibagi menjadi dua jenis, yaitu: - 10 derajat zigzag maneuver - 20 derajat zigzag maneuver.
Scope/Item Penilaian
Kecepatan kapal setiap interval 10 detik pada speed log.
Shaft Rpm setiap interval 10 detik.
Arah dan kecepatan angin, sea state, kedalaman perairan.
Overshoot Angle, yaitu kelebihan sudut yang dicapai oleh kapal pada tahap turning
sebelumnya.
Initial Turning Time, yaitu waktu yang dibutuhkan kapal untuk mengubah arah hadapnya
sebagai response dari perubahan sudut rudder nya.
11
TEORI BANGUNAN BARU
12/27/2017
g) Steering Gear Test
Gambar 1.5 Steering Gear Room ( IMarEST’s file)
Tujuan dilakukannya prosedur ini adalah untuk menguji kapabilitas atau kemampuan system steering gear dan system bantu pada steering gear . Prosedur dari pengujian ini adalah sebagai berikut:
Uji simulasi untuk pengaturan arrangement dari system bantu steering gear harus dilakukan untuk memverifikasi jika terjadi suatu kegagalan, propulsi dan steering gear tetap dapat dioperasikan, atau system backup propulsion dan steering gear dapat dengan segera menggantikan kerja kedua system tersebut.
Scope/Item Penilaian
Tes fungsional pada setiap system backup pada system steering gear termasuk dala, hal ini adalah local control pada steering gear room .
Kecepatan dan arah angin, sea state, kedalaman perairan pada saat dimulainya pengujian.
12
TEORI BANGUNAN BARU
12/27/2017
h) Anchoring Test
Gambar 1.6 Anchoring Test ( IMarEST’s file)
Tujuan utama dilakukannya pengujian ini adalah untuk menguji performa dari windlass.
Persyaratan & Kondisi Pengujian
Kapal harus berada dalam kondisi benar-benar berhenti dan menghadap keaeah angina sebelum melakukan pengujian.
Pengujian harus dilakukan pada perairan dalam dimana perairan tersebut mampu menurunkan jangkar sepanjang 3 shackle dari rantai jangkar.
Jenis Pengujian Anchoring Test
Loading Test
Mesin windlass harus mampu atau berfungsi untuk menaikkan 55 mm (2 fathoms) rantai jangkar dalam keadaan dimana 82.5 (3 fathoms) dari rantai jangkar tercelup didalam air dan tidak tertahan oleh suatu apapun ketika mulai dinaikkan.
Chain Drum Brake Test Chain Drume Brake harus diuji dengan cara menjatuhkan jangkar kemudian ketika rantai
jangkar kira-kira telah mencapai ½ fathoms maka proses penurunan jangkar ditahan atau direm (brake) .
13
TEORI BANGUNAN BARU
12/27/2017
Prosedur Pengujian
Jatuhkan jangkaryang ada pada bagian starboard kapal dengan melepaskan rem jangkar pada mesin windlass, dan kurang lebih ketika sepanjang 82.5 m (3 fathoms) rantai jangkar telah tercelup masuk kedalam air maka pada saat itulah rem windlass diuji untuk menghentikan turunnya rantai jangkar.
Menaikkan 55 m (2 fathoms) jangkar pada sisi starboard menggunakan windlass.
Jatuhkan jangkar yang terdapat pada bagian port side kapal dengan cara melepaskan rem yang menahan rantai jangkar, kemudian ketika kurang lebih 55 m (2 fathoms) rantai jangkar telah tercelup masuk kedalam air maka rem jangkar diuji untuk menghentikan laju rantai jangkar.
Menaikkan sepanjang 27.5 m (1 fathooms) rantai jangkar yang terdapat pada sisi port menggunakan windlass.
Menaikkan sepanjang 27.5 m (1 fathoms) rantai jangkar yang terdapat pada kedua sisi kapal secara bersamaan
Scope/Item Penilaian
Kecepatan dalam menaikkan jangkar setiap 1 fathoms.
Kondisi cuaca, kecepatan dan arah angin, serta kedalaman perairan.
i) Blackout Test Tujuan dilakukannya penngujian ini ada;ah untuk memastikan keamanan pada kapal ketika kapal kehilangan daya listrik untuk starting otomatis dan menghbungkan Main Switch Board dengan Standby Generator.
Scope/Item Penilaian
Waktu yang dibutuhkan untuk start dan menghubungkan Main Switch Board pada Standby Generator setelah kapal mengalami kehilangan daya listrik pada electrical power supply.
Tes fungsional pada peralatan elektronik yang harus tetap dapat dioperasikan dalam kondisi blackout .
j) Endurance Test Tujuan dilakukannya penngujian ini antara lain untuk menguji ketahanan main engine pada kondisi operasi yang kontinyu (Service Continous Rating) dan untuk mengukur kemampuan dari mesin induk seperti powerm RPM, Konsumsi bahan bakar, dan durabilitas. Adapun prosedur pengujian dari Endurance Test ini yaitu:
14
TEORI BANGUNAN BARU
12/27/2017
Endurance Trial harus dilakukan minimal selama 6 jam pada kondisi operasional yang terus menerus (kontinyu) (85% MCR). Konsumsi bahan bakar sepanjang pengujian diperhitungkar sebagai refernsi operasional.
Scope/Item Penilaian
Kecepatan dan arah kapal.
Konsumsi bahan bakar pada flow meter,
Putaran poros.
Putaran mesin induk (ME).
Beban/Power mesin induk.
Temperature cooling (in & out) dan flow rate.
Tekanan dan temperature pada pelumas (LO).
Temperature gas buang (exhaust gas).
Udara dan kondisi lingkungan pada ruang mesin, dsb.
k) Noise Test Sepanjang dilakukannya sea trial, pengukuran level kebisingan harus dilakukan pada semua space atau ruangan seperti ruang private kabin pada geladak akomodasi, wheelhouse, dan ruang permesinan. Level kebisingan harus dicatat dan dilaporkan kepada pemilik kapal dan pihak-pihak yang berkepentingan. Pada kapal harus terdapat satu Salinan (copy) dari hasil pengukuran level kebisingan.
Syarat - Syarat Pengukuran
Level kebisingan diukur dengan ketentuhan dibawah ini:
Main Propulsion pada permesinan harus beroperasi pada state Normal Continuous Rating (NCR).
Segala jenis permesinan bantu lainnya, instrument navigasi, dll harus dioperasikan seluruhnya ketika akan dilakukan pengukuran pada kondisi pelayaran normal.
Ventilasi mekanis dan peralatan pengkondisi udara beroperasi dalam keadaan normal.
Semua pintu dan jendela pada ruangan harus dalam kondisi tertutup.
Prosedur Pengujian
Selama proses pengukuran level kebisingan, hanya orang-orang yang berkepentingan dalam proses tersebut yang diizinkan untuk hadir pada spaces yang akan dilakukan pengukuran.
Alat Sound Level Meter harus dikalibrasi dengan calibrator sebelum dan sesudah digunakan untuk pengukuran.
15
TEORI BANGUNAN BARU
12/27/2017
Satuan yang digunakan untuk membaca hasil pengukuran level kebisingan adalah dalam satuan dB(A).
l) Fire Fighting Euipment Test Pengujian ini dilakukan selama proses sea trial, untuk memastikan bahwa system siap beroperasi dengan baik.
Scope/Item Pengujian Segala jenis peralatan firefighting harus diuji coba, meliputi:
Hydrant utama pada main deck dan geladak akomodasi.
Portable Fire Extinguishers.
Fire Alarms & fire detector pada semua ruangan
Emergency fire pumps.
m) Life Saving Equipment Test Pengujian ini dilakukan selama proses sea trial, untuk memastikan bahwa LSA siap untuk digunakan dalam kondisi emergency .
Scope/Item Pengujian
Life Boats
- Life Boat diuji coba dengan dimuati oleh orang dengan jumlah atau kapasitas maksimum - Menurunkan davits pada kondisi loaded dengan menggunakan tuas yang ada di dalam life boat . - Melepas life boat dari davits dengan cara menggunakan tuas yang terdapat di dalam life boat.
- Starting mesin pada life boat .
Life Rafts
- Memeriksa lokasi penempatan dan jumlah dari life rafts berdasarkan safety plan. - Memeriksa unit-unit hidrolis yang digunakan untuk melepaskan life raft serta tanggal kadaluwarsanya. - Melakukan simulasi jika diperlukan.
Life Buoys
- Memeriksa keberadaan dan jumlah dari life buoys dan memeriksa kesesuaiannya berdasarkan safety plan kapal. - Melakukan simulasi “man over board”.
16
TEORI BANGUNAN BARU
12/27/2017
EPIRB dan SART - Memeriksa tanggal kadaluwarsa. - Memeriksa kapasitas baterai yang tersedia. - Memeriksa signal transmisi pada peralatan navigasi.
17
TEORI BANGUNAN BARU
12/27/2017
BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi Sea Trial
selain untuk memastikan kapal telah sesuai dengan spesifikasi teknis atau owner requirements namun sea trial juga dilakukan untuk memastikan bahwa seluruh system yang terinstal pada sebuah kapal mulai dari yang sifatnya teknis maupun yang berhuungan dengan keselamatan orang-orang yang berada diatas kapal dapat digunakan dan siap beroperasi dengan baik. Selain itu, data-data yang diperoleh dari hasil sea trial juga dapat digunakan sebagai referensi ketika kapal mulai dioperasikan nantinya.
3.2. SARAN Kami sebagai penyusun makalah telah berusaha sebaik mungkin untuk menyajikan makalah
tentang Sea Trial ini, namun apabila pembaca memiliki informasi tambahan terkait dengan yang dibahas pada makalah ini maka hal tersebut dapat ditambahkan sehingga diharapkan mampu menyempurnakan dan memperkaya konten pada makalah ini.
18