BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Agama Islam merupakan agama samawi yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW. Beliau memulai dakwah menyebarkan agama Islam dari tanah
kelahirannya, Makkah Al Mukarramah. Pada awalnya dakwah beliau hanya
diikuti oleh beberapa orang terdekat saja. Banyak dari kalangan orang-
orang Quraisy yang menentang dakwah beliau. Bahkan mereka memusuhi
Nabi dan orang-orang yang mengikuti ajarannya. Hingga berbagai usaha
pembunuhan Nabi pun sering dilakukan orang-orang Quraisy. Selama
sekitar sepuluh tahun dakwah beliau di Makkah, jumlah pengikut masih
sangat sedikit.
Kemudian di tahun kesebelas kenabiannya, beliau dan para
pengikut melakukan hijrah ke Madinah. Disinilah Nabi Muhammad mulai
menyusun strategi dakwah untuk mengajak orang masuk Islam. Pertama
kali yang beliau lakukan adalah membentuk pemerintahan. Dengan
kegigihan Nabi dan para sahabat dalam berdakwah, Islam pun semakin
menyebar luas ke tanah berbagai tanah arab. Dan jumlah umat Islam pun
semakin hari semakin bertambah. Hal ini dapat kita lihat dari
peperangan-peperangan yang dilakukan Rasulullah SAW. Perang Badar yang
merupakan perang besar pertama umat Islam melawan orang-orang kafir
hanya membawa pasukan sekitar 300 orang, kemudian Perang Uhud membawa
pasukan 1000 orang. Dan peperangan-peperangan berikutnya dengan jumlah
pasukan yang semakin banyak.
Setelah Rasulullah wafat, dakwah Islam dilanjutkan oleh
Khulafaur Rasyidin. Di zaman para khalifah inilah Islam sudah mulai
merambah ke berbagai negara dan benua. Termasuk diantaranya negara
Indonesia, yang mulai dimasuki Islam pada zaman Khalifah Usman bin
'Affan. Beliau mengirimkan delegasi untuk menyampaikan Islam ke negeri
Cina. Dan sebelum sampai di negeri Cina para delegasi singgah di
Nusantara. Dari delegasi yang dikirim Khalifah Usman inilah Islam
mulai berkembang di Indonesia. Kemudian dakwah dilanjutkan oleh para
pedagang dari India. Sehingga jumlah umat Islam di Indonesia terus
bertambah setiap harinya. Hingga saat ini dakwah Islam di Indonesia
masih terus berlanjut. Dan dari berbagai survei menunjukan bahwa
mayoritas penduduk di Indonesia adalah Muslim.
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah dan perkembangan Islam di Indonesia?
2. Bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam di
Indonesia?
3. Bagaimana peranan umat Islam dalam kehidupan bangsa Indonesia?
3. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui sejarah dan perkembangan Islam di Indonesia.
2. Mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam di
Indonesia.
3. Mengetahui peranan umat Islam dalam kehidupan bangsa Indonesia.
4. Metode dan Prosedur Penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan
menggunakan informasi dari berbagai referensi buku baik dalam negeri
maupun luar negeri.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah dan Perkembangan Islam di Indonesia
Pada tahun 30 Hijriah atau 651 M, hanya berselang sekitar 20
tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Usman ibnu 'Affan RA
mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum
lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini,
para utusan Usman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara.
Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah
mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Dalam versi lain
disebutkan bahwa suatu golongan Zaidiyah yang pro terhadap Ali ibn Abi
Thalib mengungsi dari kerajaan Bani Umayyah karena dikejar-kejar,
telah bermukim di Cina sebelum tahun 750 M. Inilah perkenalan pertama
penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan pedagang
Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi
dari negeri nan hijau ini sambil berdakwah.
Islam masuk Indonesia bukan dari pedagang India atau Persi tapi
langsung dari Arab dan penyiarnya orang Arab Islam. Adapun pengikut-
pengikut mereka adalah pedagang-pedagang dari Gujarat yang turut
mengambil bagian dalam perdagangan. Daerah di Indonesia yang mula-mula
dimasuki Islam adalah Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Jawa Tengah,
kemudian lama kelamaan agama Islam masuk ke pelosok tanah air dengan
pesatnya.
Pendapat beberapa ahli tentang waktu dan daerah yang mula-mula
dimasuki Islam di Indonesia antara lain:
- Drs. Juned Pariduri
Islam masuk di Sumatera Utara (Tapanuli) pada abad ke-7 atau
sekitar tahun 670 M, karena ada makam Syekh Mukaiddin di
Tapanuli, makam tersebut berangka tahun 48 H (670 M).
- Dr. Hamka
Islam masuk ke Jawa pada abad ke-7 atau sekitar tahun 674 M.
- Zainal Arifin Abbas
Islam masuk di Sumatera Utara pada abad ke-7 sekitar tahun
648 M.
Para ahli tersebut berpendapat bahwa Islam masuk di Indonesia
pada abad ke-7 berarti pada abad ke-13 Islam sudah berkembang dengan
pesatnya dan telah merata di seluruh Indonesia. Hal ini ditandai
dengan adanya penemuan-penemuan batu nisan yang berciri khas Islam.
Dari kerajaan Samudera Pasai, Islam menyebar ke seluruh pulau
Sumatera, Malaka sampai ke pulau Jawa. Setelah itu di Indonesia
berdiri kerajaan-kerajaan Islam yang besar (Demak, Banten, Cirebon,
Aceh, Mataram, Pajang, Makassar, dan lain-lainnya dan kemudian menjadi
pusat tempat penyebaran Islam.
2.1.1 Perkembangan Islam di Sumatera
Islam masuk ke Sumatera pada abad ke-7 Masehi, yang pada
waktu itu di Sumatera telah berdiri kerajaan Budha di Sriwijaya
(683 – 1030 M) yang menjadikan Islam masuk ke daerah itu sedikit
mengalami kesulitan, dan pada waktu itu kerajaan Sriwijaya
mendapat serbuan dari India, maka kesempatan itu digunakan untuk
menyebarkan Islam bagi daerah-daerah, seperti di Samudera Pasai
sehingga berdirilah kerajaan Islam yang pertama di Samudera
Pasai.
Karena ada beberapa versi sejarah yang berbeda, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa Islam di Sumatera terbagi menjadi:
2.1.1.1 Islam di Aceh
- Kerajaan Perlak
Sultan Perlak adalah Sultan Alaidin Sayid Maulana
Abdul Aziz Syah. Ia dilantik pada tanggal 1
Muharram tahun 225 H.
- Samudera Pasai
Silsilah keturunan Malik Al-Saleh yang memerintah
Samudera Pasai tahun 650 – 688 H menunjukkan bahwa
beliau keturunan Raja Islam, yaitu Makhdum Sultan
Malik Ibrahim Syah Johan Berdaulat tahun 365 – 402
H.
- Kerajaan Aceh
Salah seorang pembawa agama Islam di Aceh adalah
Syekh Abdullah Arif yang datang dari Arab. Beliau
mempunyai murid bernama Burhanuddin yang kemudian
menyebarkan ajaran agama Islam di Pariaman,
Sumatera Barat.
2.1.1.2 Islam di Barus
Papan Tinggi adalah sebuah pemakaman di Bandar
Barus, Pantai Barat Sumatera Utara. Di salah satu
batu nisan terdapat sebuah nama Said Mahmud Al-
Hadramaut. Selain itu seorang Islam bernama Sulaiman
telah sampai di Pulau Nias pada tahun 851 M. Sulaiman
menyebutkan Bandar Barus itu penghasil kapur barus
dan ia singgah di bandar ini.
2.1.1.3 Islam di Sumatera Timur
Sebuah makam ulama yang bernama Imam Shadiq bin
Abdullah wafat 23 Sya'ban 998 H ditemukan di
Klumpang, Deli, yaitu bekas kerajaan Haru/Aru.
- Kerajaan Siak
Islam diperkirakan masuk di kerajaan ini pada abad
12 M. Ini dapat terlihat pada peninggalan kuburan
bertahun 1128 M yang bercorak Islam, yaitu kuburan
Nizamuddin Al- Kamil seorang laksamana dari
dinasti Fatimiah.
2.1.1.4 Islam Masuk di Sumatera bagian Selatan
Dikisahkan oleh Ibnu Batutah bahwa hubungan
dagang antara khalifah Abbasiyah (751 – 1268 M)
dengan Sriwijaya telah berlangsung. Bahkan sebelumnya
telah ada pedagang utusan dari khalifah Umayyah (661
– 750 M), dan banyak pedagang Sriwijaya sendiri yang
berlayar ke negara-negara Timur Tengah.
2.1.2 Perkembangan Islam di Pulau Jawa
Islam masuk ke Jawa Tengah pada masa pemerintahan
Sima pada tahun 674 M, masuknya Islam ke Jawa Timur di
tandai dengan adanya makam Fatimah binti Maimun yang di
batu nisannya bertuliskan Arab, sekitar tahun 1082 M, dan
masuknya Islam ke Jawa Barat disiarkan oleh haji Purba pada
pemerintahan Mundingsari pada tahun 1190 M. Islam dapat
berkembang dengan pesat ketika kerajaan Majapahit (Hindu)
merosot. Islam di Jawa tidak akan pernah lepas dari peranan
Walisongo yang begitu gigih dalam menyiarkan Islam,
sehingga dengan cepat Islam berkembang ke seluruh Pulau
Jawa.
Adapun jasa-jasa Walisongo dalam penyebaran Islam di
Jawa adalah menyebarkan Islam kepada penduduk pedalaman
pulau Jawa, sebelum Wlisongo, Islam hanya berkembang di
daerah pesisir, Walisongo berhasil mendirikan beberapa
kerajaan Islam di Pulau Jawa, yaitu: Demak, Pajang, dan
Banten, Walisongo juga berhasil mengubah kesenian Jawa dari
pengaruh Hindu menjadi pengaruh Islam.
Setelah berdirinya kerajaan Islam Demak tahun 1500 M,
maka Jawa Tengah merupakan salah satu pusat kegiatan agama
Islam, adapun wali yang mengembangkan Islam di Jawa yaitu:
- Sunan Gresik
Beliau berasal dari Kasyan Bangsa Arab, kemudian
menyiarkan Islam di kota Gresik.
- Sunan Ampel
Beliau keturunan putri raja Aceh yang menikah
dengan seorang penyiar Islam dari Arab. Beliau
menyiarkan Islam di Ampel dan Surabaya.
- Sunan Bonang
Membentuk kader-kader Islam dengan mendirikan
pondok pesantren.
- Sunan Drajat
Beliau menyiarkan Islam di Sedayu, Jawa Timur.
- Sunan Kalijaga
Mengajarkan Islam dengan memasukan hikayat Islam
kedalam cerita wayang yang dipertunjukkan untuk
rakyat.
- Sunan Giri
Beliau belajar Islam di Malaka selama tiga tahun,
kemudian menyebarkan Islam di Giri (dekat Gresik).
- Sunan Muria
Beliau adalah putra dari sunan Kalijaga yang
menikah derngan Dewi Sujinah dan mempunyai seorang
putra yang bernam Pangeran Santri. Untuk
kepentingan dakwahnya Dia menciptakan lagu "Sinom
dan Kinanthi".
- Sunan Kudus
Mengajarkan Islam dengan cara memperdalam agama
dan mengikis habis pengaruh Hindu.
- Sunan Gunung Jati
Beliau belajar Islam di Makkah. Menyiarkan Islam
yang berpusat di Gunung Jati.
2.1.3 Perkembangan Islam di Sulawesi
Islam di Sulawesi tidak sebaik Islam di Jawa dan
Sumatera, cara pengislaman di Sulawesi pun dilakukan dengan
jalan damai, tidak ada kekerasan sama sekali. Adapun yang
menyiarkan Islam di Sulawesi adalah Datuk Ribandang dan
Datuk Sulaiman.
Di wilayah Sulawesi Utara mulai dari Mandar sampai
Manado pada pertengahan abad ke-16 menjadi bawahan Kerajaan
Ternate yang rajanya adalah seorang muslim. Atas ajakan
Raja Ternate, Raja Bolang Mongondow memeluk Islam. Sampai
ke timur Kepulauan Maluku, pada awal abad ke-16 telah
memiliki kerajaan Islam, yakni Kerajaan Bacan. Mubaligh
dari kerajaan Ini terus mendakwahkan Islam ke kawasan
tetangganya di Papua melalui jalur perdagangan.
2.1.4 Perkembangan Islam di Kalimantan
Sekitar tahun 1550 di Banjar berdiri kerajaan Islam
dengan rajanya bergelar Sultan Suryanullah dan pada saat
itu juga banyak rakyat Banjar yang memeluk agama Islam
begitu pula dengan daerah-daerah yang berada di bawah
kekuasaan Banja.
Pengembangan Islam di Kutai dilakukan oleh dua orang
muslim dari Makassar yang bernama Tuan Bandang dan Tuan
Tunggang Parangan, dengan cepat Islam berkembang di Kutai,
termasuk raja mahkota memeluk Islam. Kemudian pengembangan
Islam dilanjutkan ke daerah-daerah pedalaman pada
pemerintahan Aji di Langgar. Pada tahun 1550 M, di Sukadan
(Kalimantan Barat) telah berdiri kerajaan Islam. Ini
berarti jauh sebelum tahun itu, rakyat telah memeluk agama
Islam, adapun yang meng-Islamkan daerah Sukadana adalah
orang Arab Islam yang datang dari Sriwijaya. Di Sukadana
Sultan yang masuk Islam adalah Panembahan Giri Kusuma
(1591) dan Sultan Hammad Saifuddin (1677).
Sebelum Islam masuk ke Dayak, suku Dayak menyembah
berhala, tapi lama-kelamaan kebanyakan dari mereka memeluk
Islam. Pengislaman di Dayak melalui jalan perdagangan,
pernikahan, dan dakwah. Penyiaran Islam di Dayak dilakukan
oleh pendatang dari Arab, Bugis, dan Melayu. Perkembangan
Islam selanjutnya diteruskan oleh keturunan-keturunan
mereka dengan penuh semangat.
2.1.5 Perkembangan Islam di Irian Jaya
Masuknya Islam ke Papua, tidak bisa dilepaskan dengan
jalur dan hubungan daerah ini dengan daerah lain di
Indonesia. Selain faktor pengaruh kekuasaan Kerajaan
Majapahit, masuknya Islam ke kawasan ini adalah lewat
Maluku, di mana pada masa itu terdapat kerajaan Islam
berpengaruh di kawasan Indonesia Timur, yakni Kerajaan
Bacan. Bahkan keberadaan Islam Bacan di Maluku sejak tahun
1520 M dan telah menguasai beberapa daerah di Papua sejak
abad ke-16 dan telah tercatat dalam sejarah. Sejumlah
daerah seperti Waigeo, Misool, Waigama dan Salawati pada
abad ke-16 telah mendapat pengaruh dari ajaran Islam.
Melalui pengaruh Sultan Bacan inilah maka sejumlah pemuka
masyarakat di pulau-pulau tadi memeluk agama Islam,
khususnya yang di wilayah pesisir. Sementara yang di
pedalaman masih tetap menganut paham animisme.
Masuknya Islam ke daerah Papua terjadi pada awal abad
ke 17, atau dua abad lebih awal dari masuknya agama Kristen
Protestan yang masuk pertama kali di daerah Manokwari pada
tahun 1855, yaitu ketika dua orang missionaris Jerman
bernama C.W. Ottow dan G.J. Geissler mendarat dan kemudian
menjadi pelopor kegiatan missionaris di sana.
2.2 Perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam di Indonesia
Perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan di Indonesia pada
masa perkembangan agama Islam, yaitu berupa warisan seni dan ilmu
pengetahuan yang merupakan ungkapan penghayatan sekaligus saluran
pewartaan atau penyiaran ajaran Islam. Karya seni yang bercorak Islam
terdapat di bidang bangunan, seni musik, seni pahat lukis, seni
kaligrafi, dan seni sastra.
Peninggalan yang paling jelas di bidang bangunan atau arsitektur
adalah bangunan masjid. Masjid-masjid yang berasal dari masa
pertumbuhan dan perkembangan Islam di nusantara antara lain masjid
kuno di Demak, masjid Sendang Duwur Agung Kasepuhan di Cirebon, masjid
Agung di Banten, dan masjid Nanggroe Aceh Darussalam
Peninggalan berikutnya di bidang bangunan adalah keraton, di
lihat dari corak bangunannya, tampak bahwa keraton pada masa
pertumbuhan agama Islam merupakan perpaduan antara corak seni Hindu,
Islam, dan masyarakat setempat, dari perpaduan ini menghasilkan corak
bangunan yang khas.
Peninggalan selanjutnya adalah makam. Bagian makam yang paling
penting adalah nisan karena nisan merupakan tanda peringatan yang
utama. Dari nisan sebuah makam dapat kita ketahui siapa yang meninggal
dan kapan meninggalnya. Oleh karena itu pada nisan akan di jumpai
huruf atau angka. Nisan ada yang di buat dengan ukir-ukiran dan
dihiasi dengan tulisan Arab atau kaligrafi. Dengan demikian pada masa
ini telah berkembang ilmu pengetahuan tentang tulis-menulis Arab
(kaligrafi)
Peninggalan seni musik terungkap dari tradisi sekaten, yaitu
gamelan yang dibunyikan pada perayaan gerebeg Maulid Nabi Muhammad
SAW. Tradisi ini masih terjaga dengan baik pada Keraton Yogyakarta.
Perkembangan seni pahat dapat di lihat dari ukir-ukiran yang
terdapat pada lengkungan dan gerbang masjid, keraton, atau pada nisan.
Seni pahat yang berkembang pada masa perkembangan Islam tidak ada yang
berupa patung-patung karena hal itu bertentangan dengan ajaran Islam.
Peninggalan ilmu pengetahuan dan budaya pada bidang sastra
adalah berupa hikayat, babad, dan syair yang tertulis dengan huruf
daerah, ada juga yang menggunakan huruf Arab. Naskah-naskah yang
terkenal antara lain primbon-primbon abad ke-16 dari sunan Bonang dan
syair-syair melayu yang indah dari Hamzah Fansuri.
2.3 Peranan umat Islam dalam kehidupan bangsa Indonesia
Selama berabad-abad Indonesia mengalami penjajahan. Kekayaan
alam yang melimpah ruah jatuh ke tangan penjaah. Bukan hanya menjajah
politik dan ekonomi bangsa, tetapi juga menjajah hak asasi yang paling
mendasar bagi umat Islam, yaitu menjajah paham-paham agama Islam untuk
ditukar dengan paham Komunisme, Liberalisme, dan agama lain.
Atas dasar penindasan tersebut, semangat jihad mulai dikobarkan.
Pada abad ke-17 sampai 19 perlawanan umat Islam sudah nyata digerakkan
dan dipelopori tokoh-tokoh pahlawan Islam, seperti Sultan Agung
(Mataram), Sultan Agung Tirtayarsa dan Kyai Tapa (Banten), Sultan
Hasanuddin (Makassar), Teukeu Cik Ditiro (Aceh), Teuku Imam Bonjol
(Minangkabau), dan para kyai di seluruh pondok pesantren.
Pada waktu Indonesia memproklamirkan kemerdekaan tanggal 17
Agustus 1945, musuh-musuh masih berusaha menggagalkan arti dari
proklamasi tersebut. Untuk itu, Rois Akbar, K.H. Hasyim Asy'ari
menyerukan resolusi jihad. Tercetusnya resolusi jihad membuat para
pemuda di kala itu menggabungkan diri ke dalam pasukan Hizbullah yang
dipimpin oleh Zainal Arifin. Kemudian orang Islam yang awam bergabung
ke dalam barisan Sabilillah dibawah pimpinan K.H. Wahab Hasbullah.
Pada waktu revolusi 1945 – 1949, mereka menjadi pengawal revolusi
dengan merebut persenjataan Jepang untuk melawan agresi sekutu.
Namun sangat disayangkan, begitu besarnya kebencian penjajah
kepada muslimin di Indonesia. Snouck Hurgronje, penasihat pemerintah
kolonial Belanda menyampaikan sarannya kepada pemerintah kolonial
Belanda (Dutch Islamic Policy) dengan tujuan mematahkan perlawanan
umat Islam. Antara lain Snouck Hurgronje menyarankan, "yang harus
ditakuti pemerintah (pemerintah Belanda) bukanlah Islam sebagai agama,
tetapi Islam sebagai doktrin politik. Biasanya dipimpin small-minority
yang fanatik, yakni ulama yang membaktikan hidupnya terhadap cita-cita
Pan Islamisme. Golongan ulama ini lebih berbahaya kalau pengaruhnya
meluas kepada petani di desa-desa. Karena itu disarankan supaya
pemerintah bertindak netral terhadap Islam sebagai agama dan
sebaliknya bertindak tegas terhadap Islam sebagai doktrin politik."
Maka para penjajah berhasil melakukan strategi dalam pembuatan
naskah UUD 1945. Ketika para pendiri Republik ini berhasil merumuskan
satu gentlement agreement yang sangat luhur dan disepakati pada
tanggal 22 Juni 1945 kemudian dikenal sebagai Piagam Jakarta (Jakarta
Charter). Sesungguhnya Piagam Jakarta inilah mukadimah UUD '45 yang
pertama.
Selanjutnya tanggal 17 Agustus 1945 pada hari Jum'at dan bulan
Ramadhan, Indonesia lahir sebagai negara dan bangsa yang merdeka.
Hendaknya disadari oleh setiap muslim bahwa Republik yang lahir itu
adalah sebuah negara yang "berdasarkan ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syari'at Islam bagi pemeluk – pemeluknya."
Namun keesokan harinya tanggal 18 Agustus rangkaian kalimat
"dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi pemeluk-pemeluknya",
itu dihapus, diganti dengan kalimat: Yang Maha Esa. Inilah awal
pengkhianatan terhadap Islam dan umat Islam.
Dinamika zaman terus berjalan, kini umat Islam Indonesia menjadi
umat yang mayoritas, yaitu 90% dari semua bangsanya, yang seharusnya
memiliki arti penting dalam maju mundurnya kehidupan bangsa ini, sebab
umat Islam mempunyai peranan yang sangat penting dalam usaha
mempersatukan bangsa, disini terdapat beberapa peranan penting umat
Islam dalam berbangsa:
Pada tahun 1960, umat Islam berusaha mencegah gagasan
nasakom dan pada tahun 1965 mengusulkan pembubaran PKI
untuk menyelamatkan pancasila dan kesatuan bangsa.
Mempelopori penbentukan "front Pancasila" yang kemudian
diteruskan dengan penganiayan G30SPKI sebagai landasan
lahirnya Orde Baru.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) didirikan sehubungan dengan
tugasnya yang utama, yaitu memberikan pertimbangan mengenai
kehidupan beragama kepada pemerintah dan menjadi penghubung
antara pemerintah dengan ulama.
Untuk memperkuat ideologi Pancasila, umat Islam memajukan
pendidikan umum dan pendidikan agama dalam mencerdaskan
bangsa dan kesadaran bernegara serta memperkokoh persatuan
dan kesatuan.
Namun untuk mencapai kesatuan dan kemajuan, umat Islam membentuk
lembaga-lembaga, baik berupa organisasi sosial maupun lembaga –
lembaga pendidikan, seperti :
1. Majelis Ulama Indonesia (MUI)
MUI didirikan pada tanggal 26 Juli 1975, pertama kali
diketuai oleh Prof. Dr. Hamka, hingga tahun 1981, kemudian
diketuai oleh K.H Syukri Ghozali (1981 – 1983), setelah
beliau wafat digantikan oleh K.H Hasan Basri (1983 – 1990),
kemudian dilanjutkan oleh Prof. KH. Alie Yafie (1990 –
2000), selanjutnya dipimpin oleh KH. M. Sahal Mahfudz(2000
– 2005), dan sekarang dipimpin oleh K.H Ahmad Cholil
Ridwan, Lc.
Tujuan utama dari MUI adalah "menjadi penerjemah
serta menyampaikan pikiran-pikiran dan kegiatan pembangunan
Nasional dan daerah kepada masyarakat.
2. Nahdlatul Ulama (NU)
Keterbelakangan baik secara mental, maupun ekonomi
yang dialami bangsa Indonesia, akibat penjajahan maupun
akibat kungkungan tradisi, telah menggugah kesadaran kaum
terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini,
melalui jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang
muncul 1908 tersebut dikenal dengan "Kebangkitan Nasional".
Semangat kebangkitan memang terus menyebar ke mana-mana
setelah rakyat pribumi sadar terhadap penderitaan dan
ketertinggalannya dengan bangsa lain. Sebagai jawabannya,
muncullah berbagai organisasi pendidikan dan pembebasan.
Organisasi Nahdlatul Ulama ini bergerak dalam bidang
pendidikan dan dakwah, terutama dalam pembinaan pesantren-
pesantren di berbagai daerah di Indonesia.
3. Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di
Kampung Kauman Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330
H/18 November 1912. Organisasi ini bergerak dalam bidang
pendidikan dan kemasyarakatan.
4. Organisasi Mahasiswa Islam
Organisasi Mahasiswa Islam berkembang sesuai dengan
semakin majunya dunia perguruan tinggi dan semakin
banyaknya generasi Islam dari golongan terpelajar, mereka
menghimpun diri dalam wadah organisasi mahasiswa, di
antaranya sebagai berikut :
a. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)
b. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam berdiri
pada tanggal 05 Februari 1947 (14 Rabiul awal 1366
H) di Yogjakarta oleh Lafran Paile. Organisasi ini
bergerak dalam bidang politik, yang mempunyai
tujuan utama, yaitu: "Terbinanya insan akademis,
pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan
bertanggung jawab kepada masyarakat adil dan
makmur yang diridhoi Allah."
c. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)
d. KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia)
Organisasi Mahasiswa Muslim yang lahir di
era reformasi yaitu tepatnya KAMMI lahir para ahad
tanggal 29 Maret 1998 pukul 13.00 WIB atau
bertepatan dengan tanggal 1 Dzulhijah 1418 H yang
dituangkan dalam naskah Deklarasi Malang.
Anggotanya tersebar di hampir seluruh
PTN/PTS di Indonesia. Selain itu, memiliki cabang
juga di Jepang. KAMMI muncul sebagai salah satu
kekuatan alternatif Mahasiswa yang berbasis
mahasiswa Muslim dengan mengambil momentum pada
pelaksanaan Forum Silahturahmi Lembaga Dakwah
Kampus (FS-LDK) X se-Indonesia yang
diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Malang
(UMM).
5. Organisasi Pelajar Islam
a. PII (Pelajar Islam Indonesia)
Sebuah organisasi Islam yang didirikan di kota
Yogyakarta pada tanggal 4 Mei 1947. Para pendirinya
adalah Yoesdi Ghozali, Anton Timur Djaelani, Amien
Syahri dan Ibrahim Zarkasji.
b. IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah)
c. IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama)
d. IPPNU (Ikatan Putri Nahdlatul Ulama)
e. KAPMI (Kesatuan Aksi Pelajar Muslim Indonesia)
6. Organisasi Islam yang lain
a. GUPPI (Gabungan Usaha Perbaikan Pendidikan Islam)
b. MDI (Majelis Dakwah Islamiyah)
c. MMI (Majelis Muslimin Indonesia)
d. GP. Anshar, IPM, Pemuda Muslim
e. HSBI (Himpunan Seni Budaya Islam)
f. HTI (Hizbut Tahrir Indonesia)
Hizbut Tahrir merupakan organisasi politik, bukan
organisasi kerohanian (seperti tarekat), bukan lembaga
ilmiah (seperti lembaga studi agama atau badan
penelitian), bukan lembaga pendidikan (akademis), dan
bukan pula lembaga sosial (yang bergerak di bidang
sosial kemasyarakatan). Politik yang diemban Hizbut
Tahrir adalah politik syar'iyah yaitu pelayanan terhadap
ummat. Syekh Taqiyyuddin An Nabhani adalah pendiri
Hizbut Tahrir. Pendirian Hizbut Tahrir didasarkan pada
QS Ali 'Imran ayat 104, yang berbunyi "Dan hendaklah ada
diantara kamu, segolongan umat yang menyeru kepada yang
ma'ruf (kebaikan) dan mencegah dari yang mungkar. Dan
mereka itulah orang-orang yang beruntung."
g. FPI (Front Pembela Islam)
FPI dideklarasikan pada 17 Agustus 1998 (atau 24
Rabiuts Tsani 1419 H) di halaman Pondok Pesantren Al Um,
Kampung Utan, Ciputat, di Selatan Jakarta oleh sejumlah
Habaib, Ulama, Mubaligh dan Aktivis Muslim dan
disaksikan ratusan santri yang berasal dari daerah
Jabotabek. Organisasi ini dibentuk dengan tujuan menjadi
wadah kerja sama antara ulama dan umat dalam menegakkan
Amar Ma'ruf dan Nahi Munkar di setiap aspek kehidupan.
h. Ikhwanul Muslimin
Ikhwanul Muslimin masuk ke Indonesia melalui
jamaah haji dan kaum pendatang Arab sekitar tahun 1930.
Pada zaman kemerdekaan, Agus Salim pergi ke Mesir dan
mencari dukungan kemerdekaan. Ikhwanul Muslimin memiliki
peran penting dalam proses kemerdekaan Republik
Indonesia. Atas desakan Ikhwanul Muslimin, negara Mesir
menjadi negara pertama yang mengakui kemerdekaan
Republik Indonesia, setelah dijajah oleh Belanda. Dengan
demikian, lengkaplah syarat-syarat sebuah negara
berdaulat bagi Republik Indonesia.
Ikhwanul Muslimin kemudian semakin berkembang di
Indonesia setelah Muhammad Natsir mendirikan partai yang
memakai ajaran Ikhwanul Muslimin, yaitu Partai Masyumi.
i. Persatuan Ummat Islam (PUI)
Organisasi massa Islam di Indonesia yang lahir pada 5
April 1952 di Bogor. Ia lahir dalam kondisi di mana
kebanyakan organisasi di Indonesia kala itu cenderung
terpecah belah. PUI lahir sebagai hasil fusi dua
organisasi besar kala itu. Yaitu Perikatan Ummat Islam
(PUI) pimpinan KH Abdul Halim, yang berpusat di
Majalengka, dengan Persatuan Ummat Islam Indonesia
(PUII) pimpinan KH Ahmad Sanusi, yang berpusat di
Sukabumi. Ormas hasil fusi ini kemudian melakukan
kegiatannya di sejumlah bidang, yaitu pendidikan,
sosial, kesehatan masyarakat, ekonomi dan dakwah. Bahkan
ormas ini sekarang telah merintis kegiatan di bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Sekarang
diketuai oleh KH. Cholid Fadlullah, SH.
j. Hidayatullah
Lahir pada saat umat Islam sedang menantikan
datangnya abad XV H yang diyakini sebagai abad
Kebangkitan Islam. Tema pokoknya pada saat itu adalah
"Back to Qur'an and Sunnah". Hidayatullah adalah sebuah
gerakan pemikiran yang mencoba menerjemahkan slogan
tersebut secara lebih konkrit sehingga Al Qur'an dan As-
Sunnah menjadi 'blue print' pengembangan peradaban
Islami.
Hidayatullah didirikan pada tanggal 7 Januari
1973/2 Dzulhijjah 1392 H di Balikpapan dalam bentuk
sebuah pesantren oleh Ust. Abdullah Said (alm), kemudian
berkembang dengan berbagai amal usaha di bidang sosial,
dakwah, pendidikan dan ekonomi serta menyebar ke
berbagai daerah di seluruh provinsi di Indonesia.
Melalui Musyawarah Nasional I pada tanggal 9 – 13 Juli
2000 di Balikpapan, Hidayatullah mengubah bentuk
organisasinya menjadi organisasi kemasyarakatan (ormas)
dan menyatakan diri sebagai gerakan perjuangan Islam.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah yang telah diuraikan diatas dapat
kita ambil kesimpulan bahwa Islam masuk ke Negara Indonesia
sejak tahun 651 M. Yaitu pada zaman Khalifah Usman bin 'Affan
yang pada waktu itu mengirim delegasi untuk mengenalkan
pemerintahan Islam ke Negeri Cina, namun dalam perjalanan ke
Cina tersebut delegasi singgah di Indonesia dan mengenalkan
kepada penduduk tentang Islam.
Semakin hari dakwah Islam terus berkembang pesat dari sejak
dinasti umayyah yang mendirikan pangkalan dagang di Sumatera.
Dari sini terbuka jalur perdagangan orang-orang Arab ke
Indonesia dengan membawa ajaran Islam. Perkembangan Islam di
Indonesia tidak terlepas dari dakwah para wali, terutama di
wilayah Jawa.
Di era modern dakwah Islam terus berkembang. Dengan
banyaknya organisasi-organisasi yang membawa misi dakwah Islam
membuat ajaran Islam terus terjaga. Hal ini berpengaruh terhadap
terhadap jumlah pemeluk Islam. Ajaran Islam yang universal dan
sesuai fitrah manusia, sangat mudah diterima oleh berbagai
kalangan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Kuntowijoyo. 1999. Budaya & Masyarakat. Yogyakarta: PT Tiara Wacana
Yogya
Mukti Ali. 1988. Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini. Jakarta: Rajawali
Harun Nasution. 1975. Pembaharuan dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang
Nata, Abuddin. 2001. Peta Keragaman Pemikiran Islam Di Idonesia. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada
Supriyadai, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: CV Pustaka Setia
Yatim, Badri. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada