Makalah Sejarah
Tentang Pemberontakan PKI Madiun
Disusun oleh:
-Atiqoh Rif'atul Amaliya(07)
-Ellisa Rahmawati(15)
-Khabibatul Qoyyimah(23)
-Ridho Isnaini(31)
-Hardian Rahmadi(39)
Pemberontakan PKI di Madiun
Latar Belakang Pemberontakan.
Pemberontakan PKI di Madiun tidak bisa lepas dari jatuhnya kabinet Amir Syarifuddin tahun 1948, yaitu tandatanganinya perundingan Renville, ternyata perundingan Renville yang sangat merugikan Indonesia. Maka Amir Syarifuddin turun dari kabinetnya dan digantikan oleh Kabinet Hatta. Ia merasa kecewa karena kabinetnya jatuh kemudian membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) pada tanggal 28 Juni 1948.
Front Demokrasi Rakyat (FDR) ini didukung oleh Partai Sosialis Indonesia, Pemuda Sosialis Indonesia, PKI, dan Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI). Pada tanggal 11 Agustus 1948, Muso tiba dari Moskow. Semenjak kedatangan Muso bersatulah kekuatan PKI dan FDR dibawah pimpinan Muso dan Amir Syarifuddin.
Kelompok ini seringkali melakukan aksi-aksinya antara lain :
1. Melancarkan propaganda anti pemerintah.
2. Mengadakan pemogokan-pemogokan kerja bagi para buruh di perusahaan misalnya di pabrik karung di Delanggu Klaten.
3. Melakukan pembunuhan-pembunuhan misalnya dalam bentrok senjata di Solo 2 Juli 1948, Komandan Divisi LIV yakni Kolonel Sutarto secara tiba-tiba terbunuh. Pada tanggal 13 September 1948 tokoh pejuang 1945 Dr. Moewardi diculik dan dibunuh.
Gerakan PKI ini mencapai pucaknya pada tanggal 18 September 1948. PKI dibawah pimpinan Muso dan Amir Syarifuddin melancarkan pemberontakan yang dipusatkan di Madiun dan sekitarnya. Banyak pejabat pemerintah dan tokoh agama diculik dan dibunuh secara sadis. Mereka dibantai oleh orang-orang PKI di soco Gorang Gareng (Magetan) dan Kresek (Madiun). Muso-Amir Syarifuddin kemudian memproklamasikan berdirinya Negara Rapublik Soviet Indonesia.
Susunan pemerintah Negara Republik Soviet Indonesia adalah :
Kepala Negara : Muso
Kepala Pemerintahan : Amir Syarifuddin.
Panglima Angkatan Perang : Kol. Joko Suyono.
Tujuannya untuk meruntuhkan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan menggantinya dengan negara komunis. Pada waktu bersamaan, gerakan PKI dapat merebut tempat-tempat penting di Madiun.
2. Penumpasan PKI Madiun.
Presiden Soekarno dan perdana mentri M.Hatta mengutuk keras pemberontakan PKI di Madiun. Pemerintah segera melancarkan operasi penumpasan dengan GOM (Gerakan Operasi Militer). Panglima Jendral Soedirman kemudian mengeluarkan perintah harian yang isinya antara lain menunjuk Kolonel Gatot Subroto sebagai Gubernur Jawa Tengah dan Kolonel Sungkono Gubernur Militer Jawa Timur diperintahkan untuk memimpin dan menggerakkan pasukan untuk menumpas pemberontakan PKI di Madiun dan sekitarnya.
Pasukan Siliwangi digerakkan dari Jawa Tengah. Brigade mobil dan Gabungan Divisi Jawa Timur digerakkan dari Jawa Timur. Pada tanggal 10 September 1948 keadaan Madiun segera dapat dikendalikan oleh pemerintah Indonesia. Muso tewas diponorogo, Amir Syarifuddin tertangkap di Purwodadi
PEMBERONTAKAN PKI MADIUN TAHUN 1948
A. Latar Belakang
1. Terbentuknya FDR (Front Demokrasi Rakyat) yang dipimpin oleh Amir Syarifuddin
2. Kedatangan Musso dari Uni Soviet yang membawa paham Komunis
3. Adanya kerja sama antara Musso dan Amir Syarifuddin untuk membentuk negara Komunis
B. Waktu Kejadian : 18 Desember 1948
C. Tempat Kejadian : Madiun, Jawa Timur
D. Tujuan :
1. Mendirikan Negara Republik Soviet Indonesia yang berhaluan Komunis
2. Menghancurkan dan menggulingkan kebinet Hatta
E. Tokoh Kejadian :
1. Musso (Tokoh utama dan Pemimpin pemberontakan PKI Madiun tahun 1948
2. Amir Syarifuddin (Pemimpin FDR)
F. Usaha Pemerintah :
1. Pemerintah mengadakan Operasi Militer di Jawa Tengah (Pimpinan Letkol Gatot Subroto), Jawa Timur (Pimpinan Letkol Sungkono), Divisi 3 Siliwangi di Jawa Barat ( Pimpinan Jend. Ahmad Yani)
G. Dampak Kejadian :
1. Banyak Korban Jiwa, baik dari TNI maupun PKI
2. Gagalnya pembentukan Negara Komunis
Madiun, Negara Republik Soviet Indonesia
ENAM puluh lima tahun yang lalu, tepatnya 18 September 1948, telah diproklamasikan Negara Republik Soviet Indonesia. Di bawah komando tokoh pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) 1926-1927 Musso dan Menteri Pertahanan Amir Sjarifoeddin. Rakyat Madiun berada di bawah genggaman komunisme.
Peristiwa Madiun merupakan satu rangkaian sejarah penting yang terjadi sesudah revolusi 17 Agustus 1945. Dalam pidatonya, pada 19 September 1948, Presiden Sukarno mengatakan, peristiwa Solo dan Madiun tidak berdiri sendiri. Masing-masing peristiwa memiliki keterkaitan satu dengan yang lain.
Inilah pembantaian pertama kaum komunis yang dilakukan pemerintah republik. Dalam tulisannya Konfrontasi Peristiwa Madiun 1948, Peristiwa Sumatera 1956 DN Aidit mengatakan, peristiwa Madiun didahului oleh kejadian-kejadian di Solo.
Dimulai dengan pembunuhan Komandan TNI Divisi IV Kolonel Sutarto. Dilanjutkan dengan penculikan dan pembunuhan terhadap lima orang perwira TNI Mayor Esmara Sugeng, Kapten Sutarto, Kapten Sapardi, Kapten Suradi dan Letnan Muljono.
Penculikan dan pembunuhan terhadap para pejuang komunis dilanjutkan pada 24 September 1948. Dua orang anggota PKI Slamet Wijaja dan Pardijo diculik, lalu dimasukkan ke dalam kamp resmi pemerintah di Danurejan, Yogyakarta.
Sesudah penculikan dan pembunuhan di Solo, keadaan di Madiun sangat tegang. Terjadi pertempuran antara pasukan bersenjata yang pro dan kontra terhadap komunis. Dalam peristiwa itu, terjadi penculikan dan pembunuhan di Solo. Puncaknya yang pertama, terjadi pada 18 September 1948 malam.
Di saat situasi tidak terkendali, Front Demokrasi Rakyat (FDR) mendesak Wakil Wali Kota Madiun Supardi bertindak untuk sementara sebagai penjabat residen selama residen Madiun belum kembali. Supardi merupakan orang komunis.
Pengangkatan Supardi sebagai residen sementara juga disetujui oleh pembesar-pembesar militer dan pembesar-pembesar sipil. Tindakan ini segera dilaporkan ke pemerintah pusat, dan dimintakan instruksi dari pemerintah pusat tentang apa yang harus dikerjakan selanjutnya.
Menurut Aidit, tindakan itu dinamakan pemerintah Hatta sebagai tindakan merobohkan pemerintah Republik Indonesia, tindakan mengadakan kudeta, dan mendirikan pemerintah Soviet. Atas dasar itu, Hatta mengerahkan tentara republik untuk menghancurkan kekuatan komunis di Madiun.
Pembersihan-pembersihan di Yogyakarta dan Solo memakan waktu satu minggu. Begitupun dengan operasi pembersihan di Madiun. Total operasi itu dilakukan selama dua minggu, dipimpin langsung Kolonel Nasution. Harusnya oleh Panglima Besar Letjen Sudirman. Tetapi beliau sakit dan digantikan Nasution.
Dalam operasi pembersihan ini, ribuan orang PKI dan pihak republik dinyatakan tewas. Inilah kisah memilukan di masa muda pemerintah republik. Selain harus menghadapi serangan yang datang dari luar, juga harus menghadapi serangan yang datang dari dalam.