FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKALAH TEKNOLOGI PADAT TABLET KHUSUS
OLEH : KELOMPOK 1/C2 : RAFIKA FIRDA U. HATIBIE ADINDA PUTRI SANGAJI RAHMAWATI KAMARIA KALIKI
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR 2017
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan menyelesaikan makalah tentang “TABLET KHUSUS” KHUSUS” tepat pada waktunya. Adapun tujuan dibuatnya makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi padat. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini, masih banyak terdapat kesalahan. Maka dari itu, kami mengharapkan masukan yang dapat kami jadikan sebagai motivasi untuk menyempurnakan makalah ini, oleh karena itu kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan harap untuk dimaklumi.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Makassar, 26 Mei 2017
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.................................................................................................1 KATA PENGANTAR..................................................................................................2 DAFTAR ISI ................................................................................................................3 BAB I : PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang......................................................................................4 I.2 Rumusan Masalah.................................................................................5 I.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................5 I.4 Maksud Penulisan.................................................................................5 BAB II : PEMBAHASAN A. Pengertian tablet…...............................................................................6 B. Faktor Formulasi..................................................................................9 C. Komponen...........................................................................................15 D. Metode Pembuatan….........................................................................18 E. Contoh….............................................................................................22 BAB III : PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................................27 B. Saran...................................................................................................27 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................28
3
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan . Tablet dapat berbeda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancur, dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat secara oral atau melalui mulut. Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling ban yak diproduksi dan juga banyak mengalami perkembangan dalam formulasinya. Beberapa keuntungan sediaan
tablet
adalah
sediaan
lebih
kompak,
dosisnya
tepat,
mudah
pengemasannya dan penggunaannya lebih praktis dibanding sediaan yang lain. Selain mengandung bahan aktif, tablet biasanya mengandung bahan tambahan yang mempunyai fungsi tertentu. Bahan tambahan yang umum digunakan adalah bahan pengisi, bahan pengikat, bahan pengembang, bahan pelicin atau zat lain yang cocok. Bahan tambahan yang digunakan pada pembuatan tablet harus inert , tidak toksik dan mampu melepaskan obat dalam keadaan relatif konstan pada jangka waktu tertentu. Granulasi basah merupakan salah satu cara pembuatan tablet metode cetak tidak langsung, yang lebih banyak digunakan dibandingkan dengan cara lain. Granul yang dihasilkan lebih spheris sehingga tablet yang dihasilkan biasanya lebih kompak , sedangkan Metode kempa langsung yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsung campuran zat aktif dan eksipien kering , tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya , namun hanya dapat digunakan pada
4
kondisi zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab. I.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tablet khusus? 2. Bagaimana faktor formulasinya? 3. Apa komponen tablet khusus? 4. Bagaimana metode pembuatan tablet khusus? 5. Bagaimana contohnya ? I.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian tablet khusus 2. Untuk mengetahui bagaimana faktor formulasinya 3. Untuk mengetahui komponen tablet khusus 4. Untuk mengetahui metode pembuatan tablet khusus 5. Untuk mengetahui contoh dari tablet khusus I.4 Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca, untuk menambah wawasan dan sebagai bahan pelajaran untuk dapat mendeskripsikan tablet khusus.
5
BAB II PEMBAHASAN A. DEFINISI 1. Pengertian Tablet
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung 1 jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai Zat pengisi, sat pengembang, zat pengikat , zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok.(FI III 1979, hal 6) Formulasi tablet adalah suatu campuran serbuk yang mengandung bahan aktif dan bermacam bahan tambahan yang dapat memberikan sifat alir, sifat adhesive, dan sifat antisticking yang tepat. ( Pharmaceutics and Pharmacy Practise, hal 222) Berdasarkan Jenis Bahan Penyalut
Berdasarkan jenis bahan penyalut, tablet dapat dibedakan menjadi: 1. Tablet salut gula ( dragee), Adalah tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapisan gula baik berwarna maupun tidak. Lapisan gula berasal dari suspensi dalam air mengandung serbuk yang tidak larut, sepe rti pati, kalsium karbonat, talk, atau titanium dioksida yang disuspensikan den gan gom akasia atau gelatin. 2. Tablet salut selaput ( film-coated tablet ), Tablet kempa yang disalut dengan salut tipis, bewarna atau tidak dari bahan polimer yang larut dalam air yang hancur cepat di dalam saluran cerna. Penyalutan tidak perlu berkali-kali. Disalut dengan hidroksi propil metil selulosa, metil selulosa, hidroksi propil selulosa, Na-CMC, dan campuran selulosa asetat ftalat dengan PEG yang tidak mengandung air atau mengandung air.
6
3. Tablet salut kempa adalah tablet yang disalut secara kempa cetak dengan massa granulat yang terdiri atas laktosa, kalsium fosfat, dan zat lain yang cocok. Mula-mula dibuat tablet inti, kemudian dicetak lagi bersama granulat kelompok lain sehingga terbentuk tablet berlapis (multi layer tablet ). Tablet ini sering di gunakan untuk pengobatan secara repeat action. 4. Tablet salut enteric ( enteric-coated tablet ), atau lepas tunda, Adalah tablet yang dikempa yang disalut dengan suatu zat yang tahan terhadap cairan lambung, reaksi asam, tetapi terlarut dalam usus halus. maka diperlukan penyalut enterik yang bertujuan untuk menunda pelepasan obat sampai tablet melewati lambung. Bahan yang sering digunakan adalah alol, keratin, selulosa acetat phtalat. 5. Tablet lepas lambat , Tablet yang pelepasan zat aktifnya dimodifikasi sehingga tablet tersebut melepaskan dosis awal yang cukup untuk efek terapi yang kemudian disusul dengan dosis pemeliharaan sehingga jumlah zat aktif atau konsentrasi zat aktif dalam darah cukup untuk beberapa waktu tertentu. (misal tablet lepas lambat 6 jam, 12 jam, dsb). 6. Tablet berlapis, tablet yang disiapkan dengan pengempaan granuler tablet pada granulasi yang baru dikempa. Proses ini dapat diulangi untuk menghasilkan tablet berlapis banyak dari 2 atau 3 lapisan.
Berdasarkan Cara Pemakaian
Berdasarkan cara pemakaiannya, tablet dapat dibagi menjadi: 1. Tablet kunyah ( chewable tablet )
Bentuknya seperti tablet biasa, cara pakainya dikunyah dulu dalam mulut kemudian ditelan, umumnya tidak pahit. Dimaksudkan untuk dikunyah sehingga
meninggalkan
residu
yang
memberikan
rasa
enak
di
mulut.Diformulasikan untuk anak-anak, antasida dan antibiotic tertentu. Dibuat dengan cara dikempa .biasanya digunakan manitol, sorbitol dan sukrosa sebagai
7
pengikat dan pengisi. Tablet kempa yang mengandung zat aktif dan eksipien yang harus dikunyah sebelum ditelan 2. Tablet hisap ( lozenges, trochisi, pastiles )
Sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang membuat tablet melarut atau hancur perlahanlahan dalam mulut. Tablet yang mengandung zat aktif dan zat-zat penawar rasa dan bau, dimaksudkan untuk disolusi lambat dalam mulut untuk tujuan lokal pada selaput lendir mulut. Tablet ini dibuat dengan cara tuang disebut pastilles atau dengan cara kempa tablet menggunakan bahan dasar gula disebuttrochisi. Umumnya mengandung antibiotic, antiseptic, adstringensia. 3. Tablet larut (effervescent tablet)
Dibuat dengan cara dikempa. Selain zat aktif, tablet mengandung campuran zat asam dan natrium bikarbonat yang jika dilarutkan dengan air akan menghasilkan CO2. Diberi wadah yang tertutup rapat dan terlindung dari lembab, di etiket diberi tanda “bukan untuk ditelan”. Tablet ini harus dilarutkan dalam air baru diminum.Contohnya Ca-D-Redoxon, tablet efervesen Supradin. 4. Tablet Implantasi (Pelet)
Tablet kecil, bulat atau oval putih, steril, dan berisi hormon steroid, dimasukkan ke bawah kulit dengan cara merobek kulit sedikit, kemudian tablet dimasukkan, dan kulit dijahit kembali. Zat khasiat akan dilepas perlahan-lahan. Dibuat berdasarkan teknik aseptik, mesin tablet harus steril. Dimaksudkan untuk implantasi subkutan (Untuk KB, 3-6 bulan, mencegah kehamilan). 5. Tablet hipodermik ( hypodermic tablet )
Tablet cetak/kempa yang dibuat dari bahan mudah larut/melarut sempurna dalam air. Umumnya digunakan untuk membuat sediaan injeksi steril dalam ampul dengan menambahkan pelarut steril (FI IV). Umumnya berbobot 30 mg dan disuntikkan di bawah kulit (subkutan).Dilarutkan lebih dahulu sebelum dijadikan injeksi hipodermik.
8
6. Tablet bukal ( buccal tablet )
Digunakan dengan cara meletakkan tablet diantara pipi dan gusi, sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut. Tablet biasanya berbentuk oval, keras dan berisi hormon. Bekerja sistemik, tererosi atau terdisolusi di tempat tersebut dalam waktu yang lama (secara perlahan). 7. Tablet sublingual
Digunakan dengan cara meletakkan tablet di bawah lidah sehingga zat aktif secara langsung melalui mukosa mulut, diberikan secara oral. Tablet kempa berbentuk pipih yang berisi nitrogliserin. Biasanya untuk obat penyempitan pembuluh darah ke jantung (angina pectoris) sehingga harus cepat terlarut agar dapat segera memberi efek terapi. Diabsorbsi oleh selaput lendir di bawah lidah. 8. Tablet vagina (ovula)
Tablet kempa yang berbentuk telur (ovula) untuk dimasukkan dalam vagina yang di dalamnya terjadi disolusi dan melepaskan zat aktifnya. Biasanya mengandung antiseptik, astringen. Digunakan untuk infeksi lokal dalam vagina dan mungkin juga untuk pemberian steroid dalam pengobatan sistemik. Tablet vagina mudah melemah dan meleleh pada suhu tubuh, dapat melarut dan digunakan sebagai obat luar khusus untuk vagina 9. Tablet Rektal
Tablet kempa yang mengandung zat aktif yang digunakan secara rektal (dubur) yang tujuannya untuk kerja lokal atau sistemik. B. FAKTOR FORMULASI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FASE BIOFARMASETIKA ( dilihat dari tempat pemberian ) Biofarmasetika adalah ilmu yang mempelajari hubungan sifat fisikokimia formulasi obat terhadap bioavailabilitas obat. Bioavailabilitas menyatakan kecepatan dan jumlah obat aktif yang mencapai sirkulasi sistemik. Biofarmasetika bertujuan untuk mengatur pelepasan obat sedemikian rupa ke sirkulasi sistemik agar diperoleh pengobatan yang optimal pada kondisi klinik tertentu. 9
Absorpsi sistemik suatu obat dari tempat ekstravaskular dipengaruhi oleh sifatsifat anatomik dan fisiologik tempat absorpsi serta sifat-sifat fisikokimia produk obat. Biofarmasetika berusaha mengendalikan variabel-variabel tersebut melalui rancangan suatu produk obat dengan tujuan terapetik tertentu. Dengan memilih secara teliti rute pemberian obat dan rancangan secara tepat produk obat, maka bioavailabilitas obat aktif dapat diubah dari absorpsi yang sangat cepat dan lengkap menjadi lambat, kecepatan absorpsi yang diperlambat atau b ahkan sampai tidak terjadi absorpsi sama sekali. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui suatu rangkaian proses. Proses tersebut meliputi (1) disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat; (2) pelarutan obat; (3) absorpsi melewati membran sel menuju sirkulasi sistemik. Di dalam proses disintegrasi obat, pelarutan dan absorpsi, kecepatan obat mencapai sistem sirkulasi ditentukan oleh tahapan yang paling lambat dalam rangkaian tersebut. Tahap yang paling lambat di dalam suatu rangkaian proses kinetik disebut tahap penentu kecepatan (rate limiting step). Untuk obat-obat yang mempunyai kelarutan kecil dalam air, laju pelarutan serigkali merupakan tahap yang paling lambat, oleh karena itu mengakibatkan terjadinya efek penentu kecepatan terhadap bioavailablitas obat. Tetapi sebaliknya, untuk obat yang mempunyai kelarutan besar dalam air, laju pelarutannya cepat sedangkan laju lintas atau tembus obat lewat membran merupakan tahap paling lambat atau merupakan tahap penentu kecepatan. Fase biofarmasetik melibatkan seluruh unsur-unsur yang terkait mulai saat pemberian obat hingga terjadinya penyerapan zat aktif. Kerumitan peristiwa tersebut tergantung pada cara pemberian dan bentuk sediaan, yang secara keseluruhan berperan pada proses predisposisi zat aktif dalam tubuh. Seperti diketahui fase farmakodinamik dan farmakokinetik mempunyai sifat individual spesifik dalam interaksi tubuh dan zat aktif. Hal tersebut selanjutnya mempengaruhi intensitas farmakologik dan kinetik zat aktif suatu obat di dalam 10
tubuh. Dengan demikian fase biofarmasetik merupakan salah satu kunci penting untuk memperbaiki aktivitas terapetik. Fase bioarmasetik dapat diuraikan dalam tiga tahap utama, yaitu L.D.A yang berarti Liberasi (pelepasan), Disolusi (Pelarutan), dan Absorpsi (penyerapan). 1. Disintegrasi Sebelum absorpsi terjadi, suatu produk obat padat harus mengalami disintegrasi ke dalam partikel-partikel kecil dan melepaskan obat. 2. Liberasi (pelepasan) Suatu obat mulanya merupakan zat aktif yang jika mencapai tempat penyerapannya akan segera diserap. Proses pelepasan zat aktif dari sediaannya cukup rumit dan tergantung pada jalur pemberian dan bentuk sediaan, serta dapat terjadi secara cepat dan lengkap. Pelepasan zat aktif di pengaruhi oleh keadaan lingkungan biologis mekanis pada tempat pemasukan obat, misalnya gerakan peristaltic usus, hal ini penting untuk bentuk sediaan yang keras atau yang kenyal. 3. Disolusi Setelah terjadi pelepasan yang bersifat setempat, maka tahap kedua adalah pelarutan zat aktif yang terjadi secara progresif, yaitu pembentukan dispersi molekuler dalam air. Tahap ketiga ini merupakan keharusan agar selanjutnya terjadi penyerapan. Tahap ini juga ditetapkan pada obat-obatan yang dibuat dalam bentuk larutan zat aktif dalam minyak tetapi yang terjadi disini adalah proses ekstraksi (penyarian). Dengan demikian pemberian sediaan larutan tidak selalu dapat mengakibatkan penyerapan segera. Laju pelarutan adalah jumlah obat yang terlarut per satuan luas per waktu (misal g/cm2.menit). Laju pelarutan juga dipengaruhi pula oleh sifat fisikokimia obat, formulasi, pelarut, suhu media dan kecepatan pengadukan.
11
a.
Sifat Fisikokimia Obat Sifat fisika dan kimia partikel-partikel obat padat mempunyai pengaruh yang besar pada kinetika pelarutan. Sifat-sifat ini terdiri atas: luas permukaan, bentuk geometrik partikel, derajat kelarutan obat dalam air, dan bentuk obat yang polimorf.
b.
Faktor Formulasi Yang Mempengaruhi Uji Pelarutan Obat Berbagai bahan tambahan dalam produk obat juga mempengaruhi kinetika pelarutan obat dengan mengubah media tempat obat melarut atau bereaksi dengan obat itu sendiri. Misalnya, magnesium stearat (bahan pelincir tablet) dapat menolak air, dan bila digunakan dalam jumlah besar dapat menurunkan pelarutan. Natrium bikarbonat dapat mengubah pH media. Untuk obat asam seperti aspirin dengan media alkali akan menyebabkan obat tersebut melarut cepat. Serta, bahan tambahan yang berinteraksi dengan obat dap at membentuk kompleks yang larut atau tidak larut dalam air, contoh tetrasiklina dan kalsium karbonat membentuk kalsium tetrasiklina yang tidak larut air.
4. Absorpsi Tahap ini merupakan tahap dari biofarmasetik dan awakl farmakokinetik jadi fase ini merupakan masuknya zat aktif dalam tubuh yang yang aturannya di tenggarai oleh pemahaman ketersediyaan hayati (bioavailibilitas). Penyerapan zat aktif tergantung pada berbagai parameter terutama sifat fisiko-kimia molekul obat. Dengan demikian proses penyerapan zat aktif terjadi apabila sebelumnya sudah dibebaskan dari sediaan dan sudah melarut dalam cairan biologi setempat. Tahap pelepasanm dan pelarutan zat aktif merupakan tahap penentu pada proses penyerapan zat aktif baik dalam hal jumlah yang diserap maupun jumlah penyerapannya.
12
SIFAT FISIKA-KIMIA OBAT YANG MEMPENGARUHI L.D.A 1. Faktor fisikokimia a.
Faktor fisika
Ukuran partikel : Penurunan ukuran partikel dapat mempengaruhi laju absorbsi dan kelarutannya.
Bentuk kristal dan amorf : Bentuk
amorf
tidak
mempunyai
struktur
tertentu,
terdapat
ketidakteraturan dalam tiga dimensinya. Secara umum, amorf lebih mudah larut daripada bentuk kristalnya. Dan bentuk kristal umumnya lebih sukar larut dari pada bentuk amorfnya.
Pengaruh polimorfisme : Fenomena polimorfisme terjadi jika suatu zat menghablur dalam berbagai bentuk Kristal yang berbeda, akibat suhu, teakanan, dan kondisi penyimpanan.
Solvat dan hidrat : Sewaktu pembentukan Kristal, cairan-pelarut dapat membentuk ikatan stabil dengan obat, disebut solvat. Jika pelarutnya adalah air, ikatan ini disebut hidrat. Bentuk hidrat memiliki sifat-sifat yang berbeda dengan bentuk anhidrat, terutama kecepatan disolusi.
c.
Faktor kimia
Pengaruh pembentukan garam : untuk mengubah senyawa asam dan basa yang sukar larut dalam air sehingga mempengaruhi laju kelarutannya.
Pengaruh pembentukan ester : menghambat atau memperpanjang aksi zat aktif
13
2. Faktor fisiologi a. Permukaan penyerap Lambung tidak mempunyai permukaan penyerap yang berarti dibandingkan dengan usus halus. Namun mukosa lambung dapat menyerap obat yang diberikan peroral dan tergantung pada keadaan, lama kontak menentukan terjadinya penyerapan pasfi dari zat aktif lipofil dan bentuk tak terionkan pada PH lambung yang asam.Penyerapan pasif dapat terjadi pada usus halus secara kuat pada daerah tertentu tanpa mengabaikan peranan PH yang akan mengionisasi zat aktif atau menyebabkan pengendapan sehingga penyerapan hanya terjadi pada daerah tertentu. Suatu alkaloida yang larut dan terionkan dalam cairan lambung, secara teori kurang diserap. Bila PH menjadi netral atau alkali, bentuk basanya akan mengendap pada PH 5,5. Bentuk basa tersebut kadang-kadang sangat tidak larut untuk dapat diserap dalam jumlah yang cukup . Oleh sebab itu harus dirancang suatu sediaan dengan pelepasan dan pelarutan zat aktif yang cepat. b. Umur Saluran cerna pada bayi yang baru lahir bersifat sangat permeabel dibandingkan bayi yang berumur beberapa bulan . P ada bayi dan anak-anak, sebagian sistem enzimatik belum berfungsi sempurna sehingga dapat terjadi dosis lebih pada zat aktif tertentu yang disebabkan tidak sempurnyanya proses detiksifikasi metabolik, atau karena penyerapan yang tidak sempurna dan karena gangguan saluran cerna. c. Sifat membran biologik Sifat membran biologik sel-sel penyerap pada mukosa pencernaan akan mempengaruhi proses penyerapan. Sifat utama lipida memungkinkan terjadinya difusi pasif zat aktif dengan sifat lipofil tertentu dari b entuk yang terinkan di lambung dan terutama di usus besar.
14
3. Faktor Patologi a. Faktor penghambat dan penurunan efek obat :
Gangguan penyerapan di saluran cerna, karena adanya perubahan transit getah lambung dan keadaan mukosa usus.
Penurunan absorbsi parenteral karena penurunan laju aliran darah.
Peningkatan eliminasi zat aktif melalui ginjal , karena alkalosis atau asidosis.
b. Faktor penghambat dan peningkat efek obat
Peningkatan penyerapan karena terjadi kerusakan membranpada tempat kontak
Insufisiensi hati
Insufisiensi ginjal
Gangguan pada sistem endokrin berakibat pada penekanan laju reaksi biotransformasi
C. KOMPONEN
Komponen atau formulasi tablet kempa terdiri dari zat aktif bahan pengisi, bahan pengikat, desintegran, dan lubrikan, dapat juga mengandung bahan pewarna, yang diabsorpsikan pada alumunium hidroksida yang tidak larut yang di izinkan pada pengaroma dan bahan pemanis. 1. Zat aktif
Secara luas obat atau bahan aktif yang diberikan secara oral dalam bentuk tablet dikelompokkan menjadi : a. Zat Aktif Tidak Larut Air (Insoluble Drugs)
Zat ini cenderung digunakan untuk memberikan efek lokal pada saluran pencernaan (seperti antasida dan adsorben). b. Zat Aktif Larut Air (Suluble Drugs)
Zat ini cenderung digunakan untuk memberikan efek sistemik dengan terdisolusi dan terabsorpsi pada usus.
15
2. Eksipien atau bahan tambahan
Eksipien adalah zat yang bersifat inert secara farmakologi yang digunakan sebagai zat pembantu dalam formulasi tablet untuk memperbaiki sifat zat aktif, membentuk tablet dan mempermudah teknologi pembuatan tablet. Eksipien harus memiliki kriteria sebagai berikut : a. Bahan pengisi (diluent)
Berfungsi untuk memperbesar volume massa agar mudah di cetak atau di buat. Bahan pengisi di tambahkan jika zat aktif sedikit sulit dikempa biasanya digunakan Saccharum lactis, Amylum manihot, calcii phospas, calcii carbonas dan zat lain yang cocok. b. Bahan pengikat (binder)
Dimaksudkan
agar
tablet
tidak
pecah
atau
retak,
dapat
merekat.Biasanya yang digunakan adalah mucilago Gummi Arabici 10 -20 % (panas solutio Mythylcellulosum 5%). c. Bahan penghancur/pengembang(disintegrant)
Dimaksudkan agar tablet dapat hancur dalam perut.Biasanya yang digunakan adalah amilum manihot kering, gelatinum, agar – agar, natrium alginat. d. Bahan pelicin (lubrikan/lubricant)
berfungsi mengurangi gesekan selama proses pengempaan tablet dan juga berguna untuk mencegah massa tablet melekat pada cetakan(matrys). Biasanya digunakan talkum 5 %,Magnesium stearas,Acidum Stearicum. e. Perbaikan Aliran atau Glidan
Bahan yang dapat meningkatkan kemampuan, mengalir
serbuk,
umumnya di gunakan dalam kempa langsung tanpa proses granulasi. misal: silika pirogenik koloidal. f.
Bahan Penyalut
Untuk maksud dan tujuan tertentu tablet disalut dengan zat penyalut yang cocok,biasanya berwarna atau tidak. 16
g. Adjuvant
Adjuvant adalah zat tambahan dalam formula sediaan obat yang ditambahkan dalam jumlah kecil untuk maksud pemberian warna, penawar bau, dan rasa.Contohnya :
Bahan pewarna ( coloris agent )
Berfungsi untuk menutupi warna obat yang kurang baik, identifikasi produk, dan untuk membuat suatu produk lebih menarik.
Pewarna
Nama umum
Red 3
Erytrosine
Red 40
Allura red AC
Yellow 5
Tartrazine
Yellow 6
Sunset Yellow
Blue 1
Brilliant Blue
Pemanis dan pemberi rasa ( Sweetners dan F lavor )
Penambahan pemanis dan pemberi rasa biasanya hanya untuk tablet-tablet kunyah, hisap, buccal, sublingual, effervesen dan tablet lain yang dimaksudkan untuk hancur atau larut di mulut.
Pemanis Alami
Pemanis Sintetis atau Buatan
Mannitol
Sakarin
Lactosa
Siklamat
Sukrosa
Aspartame
Dektrosa
17
D. METODE PEBUATAN
Cara Pembuatan Obat yang Baik ( CPOB ) Cara Pembuatan Tablet
Bahan obat dan zat-zat tambahan umumnya berupa serbuk yang tidak dapat langsung dicampur dan dicetak menjadi tablet karena akan langsung hancur dan tablet menjadi mudah pecah.Campuran serbuk itu harus di ubah menjadi granul,yaitu kumpulan serbuk dengan volumelebih besar yang saling melekat satu samma lain. Cara merubah serbuk menjadi granuldisebut granulasi .Tujuan granulasi adalah: 1. Supaya sifat alirannya baik (free-flowing). Granul dengan volume tertentu dapat mengalir teratur dalam jumlah angkasama kedalam mesin cetak tablet. 2. Ruang udara dalam bentuk granul jumlahnya lebih kecil jika di bandingkan dengan bentuk serbuk jika di ukurdalam voume yang sama. Makin banyak udaranya, tablet makin mudah pecah. 3. Agar pada saat di cetak tidak mudah melekat pad a steampel (punch) dan mudah lepas dari matriks (die). Salah satu syarat bahan pembantu yang digunakan untuk pembuatan tablet adalah harus netral, tidak berbau,tidak berasa dan lebih baik tidak berwarna. Bahan-bahan tambahan yang digunakan pada pembuatan tablet dapat dikelompokkan sesuai dengan fungsinya yaitu sebagai: 1. bahan pengisi, 2. bahan pengikat, 3. bahan pelincir (termasuk bahan pengatur aliran,bahan pelican dan bahan pemisah bentuk), 4. bahan penghancur, 5. bahan penahan lembab, bahan peng adsorpsi dan bahan penghambat kelarutan. Terdapat 3 metode dalam pembuatan tablet kompresi yaitu : metode granulasi basah, metode granulasi kering, dan metode cetak langsung.
18
1. Metode Granulasi Basah
Metode granulasi basah ini merupakan salah satu metode yang paling sering digunakan dalam memproduksi tablet kompresi. Langkah-langkah yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode granulasi basah ini dapat dibagi sebagai berikut, yaitu menimbang dan mencampur bahan-bahan yang diperlukan dalam formulasi, pembuatan granulasi basah, pengayakan adonan lembab menjadi pelet atau granul, kemudian dilakukan pengeringan, pengayakan kering, pencampuran bahan pelicin, dan pembuatan tablet dengan kompresi.
Keuntungan metode granulasi basah: 1. Meningkatkan kohesifitas dan kompaktibilitas serbuk sehingga diharapkan tablet yang dibuat dengan mengempa sejumlah granul pada tekanan kompresi tertentu akan menghasilkan bentuk tablet yang bagus, keras, dan tidak rapuh. 2. Mencegah segregasi komponen penyusun tablet yang telah homogen sebelum proses pencampuran. 3. Zat-zat yang bersifat hidrofob, dapat memperbaiki kecepatan pelarutan zat aktif dengan perantara cairan pelarut yang cocok dengan bahan pengikat.
Kekurangan metode granulasi basah: 1. Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidas. 2. Biaya cukup tinggi. 3. Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan cara ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut.
2. Metode Granulasi Kering ( Slugging)
Metode ini telah digunakan bertahun-tahun dan merupakan bentuk yang berharga terutama pada keadaan dimana dosis efektif terlalu tinggi untuk kempa langsung dan bahan-bahan yang digunakan peka terhadap pemanasan, kelembaban atau keduanya.Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya
19
terhadap uap air atau karena untuk mengeringnyadiperlukan temperatur yang dinaikkan. Tahap pembuatan ini yaitu partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Prinsip dari metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya.
Keuntungan cara granulasi kering adalah: 1. Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat, mesin pengaduk berat dan pengeringan yang memakan waktu 2. Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab 3. Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat
Kekurangan cara granulasi kering adalah: 1. Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug 2. Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam 3. Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi silang
3. Metode Cetak Langsung
Metode ini digunakan untuk bahan yang mempunyai sifat mudah mengalir sebagaimanasifat-sifat kohesinya yang memungkinkan untuk langsung dikompresi dalam tablet tanpa memerlukan granulasi basah atau kering. Keuntungan utama dari metode ini adalah bahwa bahan obat yang peka terhadap lembab dan panas, yang stabilitasnya terganggu akibat operasi granulasi, dapat dibua t menjadi tablet. Akan tetapi dengan meningkatnya tuntutan akan kualitas tablet, maka metode ini tidak diutamakan.
Keuntungan metode kempa langsung yaitu : 1. Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit 2. Lebih singkat prosesnya.
20
3. Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak tahan lembab 4. Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati proses granul, tetapi langsung menjadi partikel. tablet kempa langsung berisi partikel halus, sehingga tidak melalui proses dari granul ke partikel halus terlebih dahulu.
Kerugian metode kempa langsung : 1. Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara zat aktif dengan pengisi dapat menimbulkan stratifikasi di antara granul yang selanjutnya dapat menyebabkan kurang seragamnya kandungan zat aktif di dalam tablet. 2. Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa langsung karena itu biasanya digunakan 30% dari formula agar memudahkan proses pengempaan sehingga pengisi yang dibutuhkanpun makin banyak dan mahal. Dalam beberapa kondisi pengisi dapat berinteraksi dengan obat seperti senyawa amin dan laktosa spray dried dan menghasilkan warna kuning. Pada kempa langsung mungkin terjadi aliran statik yang terjadi selama pencampuran dan pemeriksaan rutin sehingga keseragaman zat aktif dalam granul terganggu. 3. Sulit dalam pemilihan eksipien karena eksipien yang digunakan harus bersifat; mudah mengalir; kompresibilitas yang baik; kohesifitas dan adhesifitas yang baik.
21
E. CONTOH
Berdasarkan jenis bahan penyalut, tablet dapat dibedakan menjadi: 1. Tablet salut selaput ( film-coated tablet )
2. Tablet salut enteric ( enteric-coated tablet )
Berdasarkan cara pemakaiannya, tablet dapat dibagi menjadi: 1. Tablet kunyah ( chewable tablet )
22
2. Tablet hisap ( lozenges, trochisi, pastiles )
3. Tablet larut (effervescent tablet)
4. Tablet Implantasi (Pelet)
23
5. Tablet hipodermik ( hypodermic tablet )
6. Tablet bukal ( buccal tablet )
7. Tablet sublingual
24
8. Tablet vagina (ovula)
9. Tablet Rektal
25
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan . Tablet dapat berbeda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancur, dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat secara oral atau melalui mulut. Berdasarkan jenis bahan penyalut, tablet dapat dibedakan menjadi: Tablet salut gula ( dragee), Tablet salut selaput ( film-coated tablet ), Tablet salut , Tablet salut enteric ( enteric-coated tablet ), Tablet lepas lambat , Tablet berlapis. Berdasarkan cara pemakaiannya, tablet
dapat dibagi menjadi: Tablet kunyah ( chewable tablet ), Tablet hisap ( lozenges,
trochisi , pastiles), Tablet larut (effervescent tablet) , Tablet Implantasi (Pelet) , Tablet hipodermik ( hypodermic tablet ), Tablet bukal ( buccal tablet ), Tablet sublingual, Tablet vagina (ovula) dan Tablet Rektal. Adapun faktor
formulasinya yaitu L.D.A yang berarti Liberasi (pelepasan), Disolusi (Pelarutan), dan Absorpsi (penyerapan). Dalam pembuatan tablet ada beberapa metode yang digunakan, yaitu metode granulasi basah, metode granulasi kering dan metode cetak langsung. B. Saran
Dengan adanya makalah ini kami harapkan para pembaca dapat mengetahui lebih banyak lagi tentang tablet khusus guna menambah wawasan untuk pembelajaran.
26
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi keempat . Jakarta : Universitas Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Lachman, Leon. Herbert A Lieberman. Joseph L. Kanig. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi ketiga. Jakarta : Universitas Indonesia. Martindale, 1989, “The Extra Pharmacopeia” 29th Edition, Council Of The Royal Pharmaceutical Society Of Great Britain, London, T he Pharmaceutical Press. Ainley Wade and Paul J. Weller. 1994. Pharmaceutical Excipient . 2nd edition. Editor : London : The Pharmaceutical Press. Syamsuni, Drs. H. A., Apt.2007. Ilmu Resep. Jakarta: EGC The Pharmaceutical CODEX, “ Principle and Practice of Pharmaceutics”. 12nd ed. 1994. London : The Pharmaceutical Press.
27