MAKALAH TENTANG PENYAKIT CKD (CHRONIC KIDNEY DISEASE)
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPERAWATAN DEWASA II Dosen Pengampu : Ns. Erick Endra Cita S. Kep
Disusun Oleh : Satya Putra Lencana M11.01.0015
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI YOGYAKARTA
2012
Disusun Oleh : Satya Putra Lencana M11.01.0015
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI YOGYAKARTA
2012
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ginjal dalam
merupakan
tubuh
dan
organ
penting
berfungsi
untuk
membuang sampah metabolisme dan racun tubuh dalam bentuk urin, yang kemudian
dikeluarkan
dari
tubuh.
Tetapi pada kondisi tertentu karena adanya gangguan pada ginjal, fungsi tersebut akan berubah.
Gagal ginjal
kronik biasanya terjadi secara perlahanlahan
sehingga
biasanya
diketahui
setelah jatuh dalam kondisi parah. Gagal
ginjal
kronik
tidak
dapat
disembuhkan. Gagal ginjal kronik dapat terjadi pada semua umur dan semua tingkat sosial ekonomi. Pada penderita gagal
ginjal
kronik,
kemungkinan
terjadinya kematian sebesar 85 %. Melihat kondisi seperti tersebut di atas,
maka
perawat
harus
dapat
mendeteksi secara dini tanda dan gejala klien
dengan
gagal
ginjal
kronik.
Sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan secara komprehensip pada klien dengan gagal ginjal kronik. B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana gambaran perawatan pada penyakit gagal ginjal kronik. C. TUJUAN
1.
Tujuan umum
Dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gagal ginjal kronik. 2.
Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian pada pasien gagal ginjal kronik b. Mampu membuat analisa data pada pasien gagal ginjal kronik c. Mampu
menegakkan
diagnosa
keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik. d. Mampu
merencanakan
asuhan
keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik.
e. Mampu
melaksanakan
tindakan
keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik. f. Mampu membuat evaluasi pada pasien gagal ginjal kronik D. MANFAAT
1. Secara umum a. Menambah penulis
wawasan,
dan
kesehatan
pengetahuan
pembaca
khususnya
di
bidang
gagal
ginjal
kronik. b. Memberikan masalah
informasi
keperawatan
dengangagal
ginjal
mengenai
pada kronik
pasien dan
penatalaksanaan masalah keperawatan.
c. Meningkatkan
ketrampilan
penulis
dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien Gagal ginjal kronik. 2. Secara khusus a. Bagi Penulis Setelah
menyelesaikan
makalah
ini
diharapkan kami sebagai mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan
mengenai
penyebab
serta
upaya pencegahan penyakit gagal ginjal kronik
agar
terciptanya
kesehatan
masyarakat yang lebih baik. b. Bagi Pembaca Diharapkan
agar
pembaca
dapat
mengetahui tentang gagal ginjal kronik lebih dalam sehingga dapat mencegah serta mengantisipasi diri dari penyakit gagal ginjal kronik.
c. Bagi Petugas Kesehatan Diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi dalam penanganan gagal ginjal
kronik
sehingga
dapat
meningkatkan pelayanan keperawatan yang baik d. Bagi Institusi Pendidikan Dapat
menambah
gagal
ginjal
meningkatkan penyakit ini.
informasi
kronik
serta
kewaspadaan
tentang dapat terhadap
BAB II LANDASAN TEORI A. DEFINISI
Gagal Ginjal Kronik (GGK) atau penyakit
ginjal
tahap
akhir
adalah
gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat
progresif
dan
irreversibel.
Dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan keseimbangan
metabolisme
cairan
dan
dan
elektrolit,
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) ( KMB, Vol 2 hal 1448). Penyakit gagal ginjal kronis bersifat progresif dan irreversible dimana terjadi uremia karena kegagalan tubuh untuk
mempertahankan
metabolisme
dan
keseimbangan cairan serta elektrolit ( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1448) Gagal ginjal kronik (GGK) biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap (Doenges, 1999; 626) B. ETIOLOGI
Penyebab dari gagal ginjal kronis antara lain : 1.
Infeksi saluran kemih (pielonefritis
kronis) 2.
Penyakit
peradangan
(glomerulonefritis) 3.
Penyakit
vaskuler
hipertensif
(nefrosklerosis, stenosis arteri renalis)
4.
Gangguan
(SLE,
jaringan
poliarteritis
penyambung
nodusa,
sklerosis
sitemik) 5.
Penyakit kongenital dan herediter
(penyakit
ginjal
polikistik,
asidosis
tubulus ginjal) 6.
Penyakit
metabolik
(DM,
gout,
hiperparatiroidisme)7.Nefropati toksik 8.
Nefropati obstruktif (batu saluran
kemih) (Price & Wilson, 1994) Penyebab gagal ginjal kronik cukup banyak tetapi untuk keperluan klinis dapat dibagi dalam 2 kelompok : 1. Penyakit parenkim ginjal
a. Penyakit
ginjal
primer
:
Glomerulonefritis, Mielonefritis, Ginjal polikistik, Tbc ginjal b. Penyakit ginjal sekunder
: Nefritis
lupus, Nefropati, Amilordosis ginjal, Poliarteritis nodasa, Sclerosis sistemik progresif, Gout, DM 2.
Penyakit
ginjal
obstruktif
:
Pembesaran prostat, batu saluran kemih, refluks
ureter.
penyebab
Secara
gagal
garis
ginjal
besar dapat
dikategorikan infeksi yang berulang dan nefron
yang
saluran
kemih,
memburuk,
obstruksi
destruksi
pembuluh
darah akibat diabetes dan hipertensi yang lama, scar pada jaringan dan trauma langsung pada ginjal.
C. MANIFESTASI KLINIS
1.
Manifestasi
klinik
antara
lain
(Long, 1996 : 369) : a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang, mudah tersinggung, depresi b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak nafas baik waktu ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.
2.
Manifestasi
klinik
menurut
(Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain :
Hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin angiotensin – aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan
berlebihan)
dan
perikarditis
(akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).
3.
Manifestasi
Suyono
klinik
(2001)
menurut
adalah
sebagai
berikut: a. Kardiovaskuler
:
Hipertensi,
gagal
jantung kongestif, udema pulmoner,
perikarditis pitting edema (kaki, tangan, sacrum), edema periorbital friction rub pericardial, pembesaran vena leher b. Integumen : Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar c. Pulmoner : Krekels, sputum kental dan liat, nafas dangkal, pernafasan kussmaul d. Gastrointestinal ammonia, mulut,
ulserasi anoreksia,
:
Nafas dan mual,
berbau
perdarahan muntah,
konstipasi dan diare, perdarahan saluran cerna e. Neurologi : Kelemahan dan keletihan, konfusi/ perubahan tingkat kesadaran, disorientasi, kejang, kelemahan pada
tungkai, rasa panas pada telapak kaki, perubahan perilaku f. Muskuloskeletal : Kram otot, kekuatan otot
hilang,kelemahan
pada
tungkai
Amenore,
Atrofi
Fraktur tulang, Foot drop g. Reproduktif
:
testekuler D. PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi
volume
filtrasi
yang
meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya
saring.
Metode
adaptif
ini
memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron – nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih
besar
daripada
yang
bisa
direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena
jumlah
nefron
yang
rusak
bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi
produk
timbulnya
sisa.
gejala-gejala
Titik pada
dimana pasien
menjadi lebih jelas dan muncul gejalagejala khas kegagalan ginjal bila kirakira fungsi ginjal telah hilang 80% 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. ( Barbara C Long, 1996, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam
darah.
mempengaruhi Semakin
Terjadi setiap
banyak
uremia sistem
timbunan
dan tubuh.
produk
sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448). Klasifikasi gagal ginjal kronik dibagi menjadi 5 stadium : .
1
Stadium 1, bila kadar gula tidak terkontrol, dikeluarkan
maka lewat
glukosa ginjal
akan secara
berlebihan. Keadaan ini membuat ginjal hipertrofi dan hiperfiltrasi. Pasien akan
mengalami
poliuria.
diyakini
Perubahan
dapat
ini
menyebabkan
glomerulusklerosis fokal, terdiri dari penebalan dengan
difus bahan
matriks
mesangeal
eosinofilik
disertai
penebalan membran basalin kapiler. 2.
Stadium 2, insufisiensi ginjal,
dimana lebihb dari 75 % jaringan telah rusak, Blood Urea Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat. 3.
Stadium 3, glomerulus dan tubulus
sudah mengalami beberapa kerusakan. Tanda
khas
stadium
ini
adalah
mikroalbuminuria yang menetap, dan terjadi hipertensi.
4.
Stadium
proteinuria
4,
dan
ditandai penurunan
dengan GFR.
Retinopati dan hipertensi hampir selalu ditemui. 5.
Stadium 5, adalah stadium akhir,
ditandai dengan peningkatan BUN dan kreatinin
plasma
disebabkan
penurunan GFR yang cepat.
oleh
E. PATHWAY
ETIOLOGI
Jumlah nefron fungsional
Nefron yg terserang hancur
90% nefron hancur
Neferon yg masih utuh
75% nefron hancur
Tdk dpt mengkompensasi
(ketidakseimbangan cairan
elektrolit)
Adaptasi
GFR
Nefron hipertropi
(BUN & kreatinin ↗)
GFR 10% dari normal
Adaptasi
(BUN & kreatinin ↗)
↗kecepatan
filtrasi, ↗ beban
solut,↗reabsorpsi
Urine isoosmotis
Kecepatan filtrasi & beban
Keseimbangan cairan elektrolit
solut ↗
dipertahankan
Kegagalan proses filtrasi
Ketidakseimbangan dlm glomerulus &
Fungsi ginjal rendah
tubulus
Oliguri
Poliuri,
cadangan
ginjal
nokturi, azotemia
Uremia ↗
Insufisiensi ginjal
Penumpukan kristal
Gagal ginjal
Angiotensin ↗
urea di kulit
Pruritus
Eritropoetin di ginjal
Retensi Na+
SDM
Gangguan integritas kulit
Kelebihan volume cairan
Pucat, fatigue, malaise
anemia
Gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan
Intoleransi aktivitas
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Didalam
memberikan
pelayanan
keperawatan terutama intervensi maka perlu
pemeriksaan
penunjang
yang
dibutuhkan baik secara medis ataupun kolaborasi antara lain : 1.
Pemeriksaan Laboratorium
a. Laboratorium darah : BUN, Kreatinin, elektrolit
(Na,
K,
Ca,
Phospat),
Hematologi
(Hb,
trombosit,
Ht,
Leukosit), protein, antibody (kehilangan protein dan immunoglobulin) b. Pemeriksaan
UrinWarna,
PH,
BJ,
kekeruhan, volume, glukosa, protein, sedimen,
SDM,
keton,
SDP,
TKK/CCT2. 2.
Pemeriksaan EKG
Untuk
melihat
adanya
hipertropi
ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia, dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia) 3.
Pemeriksaan USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks
ginjal,
kepadatan
parenkim
ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta prostate
4.
Pemeriksaan Radiologi
Renogram,
Intravenous
Retrograde
Pyelography,
Pyelography,
Renal
Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, rontgen
Renal
Biopsi,
dada,
pemeriksaan
pemeriksaan
rontgen
tulang, foto polos abdomen G. PENCEGAHAN
Obstruksi dan infeksi saluran kemih dan penyakit hipertensi sangat lumrah dan sering kali tidak menimbulkan gejala yang membawa kerusakan dan kegagalan ginjal. Penurunan kejadian yang sangat mencolok adalah berkat peningkatan peningkatan
perhatian kesehatan.
terhadap Pemeriksaan
tahunan termasuk tekanan darah dan pemeriksaan urinalisis. Pemeriksaan kesehatan umum dapat menurunkan
jumlah
individu
yang
menjadi insufisiensi sampai menjadi kegagalan ginjal. Perawatan ditujukan kepada
pengobatan
masalah
medis
dengan sempurna dan mengawasi status kesehatan orang pada waktu mengalami stress (infeksi, kehamilan). (Barbara C Long, 2001).
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu : 1. Konservatif a. Dilakukan pemeriksaan laboratorium darah dan urin b. Observasi balance cairan c. Observasi adanya odema d. Batasi cairan yang masuk 2. Dialysis a. peritoneal diálisis biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency. b. Sedangkan dilakukan
dialysis dimana
saja
yang
bisa
yang
tidak
bersifat akut adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis) c. Hemodialisis
d. Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan
infasif
menggunakan
di
vena
dengan
mesin.
Pada
awalnya
hemodiliasis dilakukan melalui daerah femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan : e. AV fistule : menggabungkan vena dan arteri f. Double lumen : langsung pada daerah jantung (vaskularisasi ke jantung) 3. Operasi a. Pengambilan batu b. transplantasi ginjal I. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian
a. Aktifitas dan Istirahat Kelelahan,
kelemahan,
malaise,
gangguan tidur, kelemahan otot dan tonus, penurunan ROM b. Sirkulasi Riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi, nyeri dada, peningkatan JVP, tachycardia,
hipotensi
orthostatic,
friction rub c. Integritas Ego Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada kekuatan, menolak, cemas, takut, marah, irritable d. Eliminasi Penurunan frekuensi urin, oliguri, anuri, perubahan warna urin, urin pekat warna merah/coklat, berawan, diare, konstipasi, abdomen kembung
e. Makanan/Cairan Peningkatan penurunan
BB
BB
karena
karena
edema,
malnutrisi,
anoreksia, mual, muntah, rasa logam pada mulut, asites, penurunan otot, penurunan lemak subkutan f. Neurosensori Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot,
kejang,
gangguan lapang
kebas,
status
mental,
perhatian,
berkonsentrasi,
kesemutan, penurunan
ketidakmampuan
kehilangan
memori,
kacau, penurunan tingkat kesadaran, koma g. Nyeri/Kenyamanan Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki, distraksi, gelisah h. Pernafasan
Pernafasan dangkal),
Kussmaul paroksismal
(cepat
dan
nokturnal
dyspnea (+), batuk produkrif dengan frotty
sputum
bila
terjadi
edema
pulmonal i. Keamanan Kulit gatal, infeksi berulang, pruritus, demam (sepsis dan dehidrasi), petekie, ekimosis, fraktur tulang, deposit fosfat kalsieum pada kulit, ROM terbatas j. Seksualitas Penurunan libido, amenore, infertilitas k. Interaksi Sosial Tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan peran seperti biasanya 2. Diagnosa Keper awatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien CKD adalah: a. Penurunan curah jantung b. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit c. Perubahan nutrisi d. Perubahan pola nafas e. Gangguan perfusi jaringan f. Intoleransi aktivitas g. Kurang pengetahuan tentang tindakan medis h. Resiko tinggi terjadinya infeksi 3. I nter vensi
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang meningkat Tujuan:
Penurunan curah jantung tidak terjadi dengan kriteria hasil : mempertahankan curah jantung dengan bukti
tekanan
darah
dan
frekuensi
jantung dalam batas normal, nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler Intervensi: 1) Auskultasi bunyi jantung dan paru R: Adanya takikardia frekuensi jantung tidak teratur 2) Kaji adanya hipertensi R:
Hipertensi
dapat
terjadi
karena
gangguan pada sistem aldosteron-reninangiotensin (disebabkan oleh disfungsi ginjal)
3) Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikanlokasi, rediasi, beratnya (skala 0-10) R: HT dan GGK dapat menyebabkan nyeri 4) Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap aktivitas R: Kelelahan dapat menyertai GGK juga anemia b. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan edema sekunder
:
volume
cairan
tidak
seimbang oleh karena retensi Na dan H2O) Tujuan: Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan dengan kriteria hasil:
tidak ada edema, keseimbangan antara input dan output Intervensi: 1) Kaji status cairan dengan menimbang BB perhari, keseimbangan masukan dan haluaran, turgor kulit tanda-tanda vital 2) Batasi masukan cairan R: Pembatasan cairan akn menentukan BB ideal, haluaran urin, dan respon terhadap terapi 3) Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan R: Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan 4) Anjurkan pasien / ajari pasien untuk mencatat penggunaan cairan terutama pemasukan dan haluaran
R: Untuk mengetahui keseimbangan input dan output c. Perubahan kebutuhan
nutrisi:
kurang
berhubungan
dari dengan
anoreksia, mual, muntah Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat
dengan
kriteria
hasil:
menunjukan BB stabil Intervensi: 1) Awasi konsumsi makanan / cairan R: Mengidentifikasi kekurangan nutrisi 2) Perhatikan adanya mual dan muntah R: Gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang dapat mengubah atau
menurunkan
memerlukan intervensi
pemasukan
dan
3) Beikan makanan sedikit tapi sering R: Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan makanan 4) Tingkatkan
kunjungan
oleh
orang
terdekat selama makan R:
Memberikan
pengalihan
dan
meningkatkan aspek sosial 5) Berikan perawatan mulut sering R:
Menurunkan
ketidaknyamanan
stomatitis oral dan rasa tak disukai dalam mulut yang dapat mempengaruhi masukan makanan d. Perubahan pola nafas berhubungan dengan kompensasi
hiperventilasi
sekunder:
melalui
alkalosis
respiratorik Tujuan: Pola nafas kembali normal / stabil
Intervensi: 1) Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles R: Menyatakan adanya pengumpulan sekret 2) Ajarkan pasien batuk efektif dan nafas dalam R:
Membersihkan
jalan
nafas
dan
memudahkan aliran O2 3) Atur posisi senyaman mungkin R: Mencegah terjadinya sesak nafas 4) Batasi untuk beraktivitas R:
Mengurangi
beban
kerja
dan
mencegah terjadinya sesak atau hipoksia e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritis Tujuan:
Integritas kulit dapat terjaga dengan kriteria hasil : 1) Mempertahankan kulit utuh 2) Menunjukan perilaku / teknik untuk mencegah kerusakan kulit Intervensi: 1) Inspeksi warna,
kulit
turgor,
terhadap
perubahan
vaskuler,
perhatikan
kadanya kemerahan R: Menandakan area sirkulasi buruk atau kerusakan yang dapat menimbulkan pembentukan dekubitus / infeksi. 2) Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa R: Mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan
3) Inspeksi
area
tergantung
terhadap
udem R: Jaringan udem lebih cenderung rusak / robek 4) Ubah posisi sesering mungkin R: Menurunkan tekanan pada udem , jaringan dengan perfusi buruk untuk menurunkan iskemia 5) Berikan perawatan kulit R: Mengurangi pengeringan , robekan kulit 6) Pertahankan linen kering R: Menurunkan iritasi dermal dan risiko kerusakan kulit 7) Anjurkan kompres
pasien lembab
dan
menggunakan dingin
untuk
memberikan tekanan pada area pruritis
R:
Menghilangkan
ketidaknyamanan
dan menurunkan risiko cedera 8) Anjurkan
memakai
pakaian
katun
longgar R: Mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi lembab pada kulit f. Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat, keletihan Tujuan: Pasien dapat meningkatkan aktivitas yang dapat ditoleransi Intervensi: 1) Pantau aktivitas
pasien
untuk
melakukan
2) Kaji
fektor
yang
menyebabkan
keletihan 3) Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat 4) Pertahankan status nutrisi yang adekuat g. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis
dan
(hemodialisa)
b.d
tindakan salah
medis
interpretasi
informasi. 1) Kaji
ulang
penyakit/prognosis
dan
kemungkinan yang akan dialami. 2) Beri pendidikan kesehatan mengenai pengertian, penyebab, tanda dan gejala CKD
serta
penatalaksanaannya
(tindakan hemodialisa ). 3) Libatkan keluarga dalam memberikan tindakan.
4) Anjurkan keluarga untuk memberikan support system. 5) Evaluasi pasien dan keluarga setelah diberikan penkes.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Berdasarkan mengenai
beberapa
osigenasi
dirumuskan dengan
gangguan
definisi
maka
dapat
pada
pasien
pemenuhan
kebutuhan
oksigenasi harus dilakukan tindakan secara lebih intensif.
B. Saran
Persiapan
diri sebaik mungkin sebelum
melaksanakan keperawatan
tindakan
asuhan
Bagi
mahasiswa
melaksakan
diharapkan
tindakan
bisa asuhan
keperawatan sesuai prosedur yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perancanaan Perawatan
dan
Pendokumentasian
Pasien. Edisi
3. Jakarta :
EGC Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Medikal
Ajar Bedah
Keperawatan Brunner
&
Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC http://askepebook.blogspot.com/2009/04/ckdchronic-kidney-disease.html http://www.scribd.com/doc/14558331/Lapor an-Pendahuluan-Chronic-KidneyDisease-CKD-