15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam mempelajari ilmu pendididkan, sering dikemukakan pertanyaan berupa "mengapa seseorang perlu belajar?" untuk menjawab pertanyaan ini, sepertinya kita sependapat bahwa di dunia ini tak ada makhluk hidup yang ketika baru dilahirkan dapat melakukan segala sesuatu dengan sendirinya, begitu juga dengan manusia. Sejak ia bayi, bahkan ketika dewasa pun, ia pasti membutuhkan bantuan orang lain.
Jika bayi manusia yang baru dilahirkan tidak mendapat bantuan dari manusia dewasa lainnya, tentu ia akan binasa. Ia tidak mampu hidup sebagai manusia jika ia tidak dididik oleh manusia. Oleh karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Selain itu, manusia juga makhluk berbudaya, sehingga belajar merupakan kebutuhan yang vital sejak manusia dilahirkan. Manusia selalu memerlukan dan melakukan perbuatan belajar kapan saja dan dimana saja ia berada.
Banyak ilmuan yang telah menemukan teori belajar. Salah satu teori belajar tersebut adalah teori belajar dari Robert M. Gagne, yang akan kami bahas dalam maklah ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang kami buat adalah:
Bagaimana belajar menurut pandangan Gagne?
Apa saja tipe-tipe belajar menurut Gagne ?
Apa saja jenis-jenis belajar menurut Gagne ?
Apa saja fase-fase belajar menurut Gagne ?
Bagaimana implikasi dan aplikasi teori Gagne dalam pembelajaran?
Apa saja kelebihan dan kekurangan teori Gagne ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
Untuk mengetahui dan memahami belajar menurut pandangan Gagne.
Untuk mengetahui tipe-tipe belajar menurut Gagne.
Untuk mengetahui jenis-jenis belajar menurut Gagne.
Untuk mengetahui fase-fase belajar menurut Gagne.
Untuk mengetahui dan memahami implikasi dan aplikasi teori Gagne dalam pembelajaran.
Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teori Gagne.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Belajar Menurut Pandangan Gagne
Sebagaimana tokoh-tokoh dalam psikologi pembelajaran, Gagne berpendapat bahwa belajar dipengaruhi oleh pertumbuhan dan lingkungan, namun yang paling besar pengaruhnya adalah lingkungan individu seseorang. Lingkungan individu seseorang meliputi lingkungan rumah, geografis, sekolah, dan berbagai lingkungan sosial. Berbagai lingkungan itulah yang akan menentukan apa yang akan dipelajari oleh seseorang dan selanjutnya akan menentukan akan menjadi apa ia nantinya.
Bagi Gagne, belajar tidak dapat didefinisikan dengan mudah karena belajar itu bersifat kompleks. Dalam pernyataan tersebut, dinyatakan bahwa hasil belajar akan mengakibatkan perubahan pada seseorang yang berupa perubahan kemampuan, perubahan sikap, perubahan minat atau nilai pada seseorang. Perubahan tersebut bersifat menetap meskipun hanya sementara.
Kematangan menurut Gagne, bukanlah belajar sebab perubahan tingkah laku yang terjadi dihasilkan dari pertumbuhan struktur dan diri manusia itu sendiri. Dengan demikian belajar terjadi bila individu merespon terhadap stimulus yang datangnya dari luar sedangkan kematangan datangnya memang dari dalam diri orang itu. Perubahan tingkah laku yang tetap sebagai hasil belajar harus terjadi bila orang tersebut berinteraksi dengan lingkungannya.
Komponen- komponen dalam proses belajar menurut Gagne dapat digambarkan sebagai S-R. S adalah situasi yang memberi stimulus, R adalah respons atas stimulus itu, dan garis di antaranya adalah hubungan diantara stimulus dan respon yang terjadi dalam diri seseorang yang tidak dapat kita amati yang berkaitan dengan sistem alat saraf dimana terjadi transformasi perangsang yang diterima melalui alat indera. Stimulus ini merupakan input yang berada di luar individu dan respon adalah outputnya yang juga berada di luar individu sebagai hasil belajar yang dapat diamati.
Robert M. Gagne merupakan salah seorang penganut aliran psikologi tingkah laku. Gagne memiliki pandangan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang kegiatannya mengikuti suatu hirarki kemampuan yang dapat diobservasi atau diukur. Oleh karena itu, teori belajar yang dikemukakan Gagne dikenal sebagai Teori Hirarki Belajar. Teori hirarki belajar ditemukan oleh Rober M. Gagne yang didasarkan atas hasil riset tentang faktor-faktor yang kompleks pada proses belajar manusia. Penelitiannya dimaksudkan untuk menemukan teori pembelajaran yang efektif.
Analisanya dimulai dari identifikasi konsep hirarki belajar, yaitu urut-urutan kemampuan yang harus dikuasai oleh pembelajar (peserta didik) agar dapat mempelajari hal-hal yang lebih sulit atau lebih kompleks. Orton dalam Warsita Hirarki belajar menurut Gagne harus disusun dari atas ke bawah atau top down. Dimulai dengan menempatkan kemampuan, pengetahuan, ataupun keterampilan yang menjadi salah satu tujuan dalam proses pembelajaran dipuncak hirarki belajar tersebut, diikuti kemampuan, keterampilan atau pengetahuan prasyarat yang harus mereka kuasai lebih dahulu agar mereka berhasil mempelajari keterampilan atau pengetahuan diatasnya. Hirarki ini juga memungkinkan prasyarat yang berbeda untuk kemampuan yang berbeda pula.
Menurut Gagne, ada tiga elemen belajar, yaitu individu yang belajar, situasi stimulus, dan responden yang melaksanakan aksi sebagai akibat dari stimulasi. Selanjutnya, Gagne juga mengemukakan tentang sistematika delapan tipe belajar, sistematika lima jenis belajar, fase-fase belajar, implikasi dalam pembelajaran, serta aplikasi dalam pembelajaran.
2.2 Tipe-Tipe belajar menurut Robert Gagne
Menurut Robert M. Gagne, ada 8 tipe belajar, yaitu:
Belajar Isyarat (Signal Learning)
Bentuk pembelajaran yang paling sederhana, dan pada dasarnya terdiri dari pengkondisian klasik yang pertama kali dijelaskan oleh psikolog perilaku Pavlov. Dalam hal ini, subjek 'dikondisikan' untuk memancarkan respons yang diinginkan sebagai akibat stimulus yang biasanya tidak menghasilkan respons tersebut. Hal ini dilakukan dengan terlebih dahulu mengekspos subjek pada stimulus yang dipilih (dikenal sebagai stimulus terkondisi) bersamaan dengan stimulus lain (dikenal sebagai stimulus tak berkondisi) yang menghasilkan respons yang diinginkan secara alami; Setelah sejumlah pengulangan stimulus ganda, ditemukan bahwa subjek memancarkan respons yang diinginkan saat terkena stimulus terkondisi sendiri. Penerapan pengkondisian klasik dalam memfasilitasi pembelajaran manusia sangat terbatas.Belajar isyarat mirip dengan conditioned respons atau respon bersyarat. Seperti menutup mulut dengan telunjuk, isyarat mengambil sikap tidak bicara. Lambaian tangan, isyarat untuk datang mendekat. Menutup mulut dan lambaian tangan adalah isyarat, sedangkan diam dan datang adalah respons. Tipe belajar semacam ini dilakukan dengan merespons suatu isyarat. Jadi respons yang dilakukan itu bersifat umum, kabur dan emosional. Menurut Krimble (1961) bentuk belajar semacam ini biasanya bersifat tidak disadari, dalam arti respons diberikan secara tidak sadar.
Belajar Stimulus – Respons ( Stimulus Respons Learning)
Bentuk pembelajaran yang agak canggih ini, yang juga dikenal sebagai pengkondisian operan, pada awalnya dikembangkan oleh Skinner. Ini melibatkan pengembangan obligasi stimulus-respons yang diinginkan dalam subjek melalui jadwal penguatan yang direncanakan dengan hati-hati berdasarkan penggunaan 'penghargaan' dan 'hukuman'. Pengondisian operan berbeda dari pengkondisian klasik karena agen penguat ('hadiah' atau 'hukuman') disajikan setelah respon. Tipe pengkondisian inilah yang membentuk dasar pembelajaran terprogram dalam berbagai manifestasinya.Berbeda dengan belajar isyarat, respons bersifat umum, kabur dan emosional. Tipe belajar S – R, respons bersifat spesifik. 2 x 3 = 6 adalah bentuk suatu hubungan S-R. Mencium bau masakan sedap, keluar air liur, itupun ikatan S-R. Setiap respons dapat diperkuat dengan reinforcement.
Belajar Rangkaian (Chaining)
Bentuk pembelajaran yang lebih maju dimana subjek mengembangkan kemampuan untuk menghubungkan dua atau lebih ikatan stimulus-respons yang dipelajari sebelumnya ke dalam urutan yang terkait. Ini adalah proses dimana keterampilan psikomotor yang paling kompleks (misalnya mengendarai sepeda atau bermain piano) dipelajari.
Asosiasi Verbal (Verbal Assosiation)
Asosiasi verbal dalah bentuk chaining dimana hubungan antara item yang terhubung bersifat verbal. Asosiasi verbal adalah salah satu proses kunci dalam pengembangan kemampuan bahasa. Contoh suatu kalimat "unsur itu berbangun limas" adalah contoh asosiasi verbal. Seseorang dapat menyatakan bahwa unsur berbangun limas kalau ia mengetahui berbagai bangun, seperti balok, kubus, atau kerucut. Hubungan atau asosiasi verbal terbentuk jika unsur-unsurnya terdapat dalam urutan tertentu, yang satu mengikuti yang lain.
Belajar Diskriminasi (Discrimination Learning)
Pembelajaran ini melibatkan pengembangan kemampuan untuk membuat tanggapan yang sesuai (berbeda) terhadap serangkaian rangsangan serupa yang berbeda secara sistematis. Prosesnya dibuat lebih kompleks (dan karenanya lebih sulit) oleh fenomena gangguan, dimana satu hal belajar menghambat yang lain. Gangguan dianggap salah satu penyebab utama lupa.Tipe belajar ini adalah pembedaan terhadap berbagai rangkaian. Seperti membedakan berbagai bentuk wajah, waktu, binatang, atau tumbuh-tumbuhan.
Belajar Konsep (Concept Learning)
Melibatkan pengembangan kemampuan untuk membuat respons yang konsisten terhadap rangsangan yang berbeda yang membentuk kelas atau kategori umum. Ini membentuk dasar kemampuan untuk menggeneralisasi, mengklasifikasikan dll.Konsep merupakan simbol berpikir. Hal ini diperoleh dari hasil membuat tafsiran terhadap fakta. Dengan konsep dapat digolongkan binatang bertulang belakang menurut ciri-ciri khusus (kelas), seperti kelas mamalia, reptilia, amphibia, burung, ikan. Kemampuan membentuk konsep ini terjadi jika orang dapat melakukan diskriminasi.
Belajar Aturan (Rule Learning)
Proses kognitif tingkat tinggi yang melibatkan kemampuan untuk mempelajari hubungan antara konsep dan menerapkan hubungan ini dalam situasi yang berbeda, termasuk situasi yang sebelumnya tidak dihadapi. Ini menjadi dasar pembelajaran peraturan umum, prosedur, dll.Tipe belajar ini banyak terdapat dalam semua pelajaran di sekolah, seperti benda memuai jika dipanaskan, besar sudut dalam segitiga sama dengan 180o. Setiap dalil atau rumus yang dipelajari harus dipahami artinya.
Belajar Pemecahan Masalah ( Problem Solving Learning)
Tingkat tertinggi proses kognitif menurut Gagné. Ini melibatkan pengembangan kemampuan untuk menciptakan aturan, algoritma, atau prosedur yang kompleks untuk memecahkan satu masalah tertentu, dan kemudian menggunakan metode untuk memecahkan masalah lain yang serupa.Upaya pemecahan masalah dilakukan dengan menghubungkan berbagai urusan yang relevan dengan masalah itu. Dalam pemecahan masalah diperlukan waktu, adakalanya singkat adakalanya lama. Juga seringkali harus dilalui berbagai langkah, seperti mengenal tiap unsur dalam masalah itu, mencari hubungannya dengan aturan (rule) tertentu. Dalam segala langkah diperlukan pemikiran. Tampaknya pemecahan masalah terjadi dengan tiba-tiba. Dengan ulangan-ulangan masalah tidak terpecahkan, dan apa yang dipecahkan sendiri-yang penyelesaiannya ditemukan sendiri lebih mantap dan dapat ditransfer kepada situasi atau problem lain. Kesanggupan memecahkan masalah memperbesar kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah lain.
2.3 Jenis-jenis Belajar Menurut Gagne
Terdapat lima jenis hasil belajar atau yang bisa disebut dengan sistematika " lima jenis belajar". Sistematika ini tidak jauh berbeda dengan sistematika delapan tipe belajar, dimana isinya merupakan bentuk penyederhanaan dari sistematika delapan tipe belajar. Uraian tentang sistematika lima jenis belajar ini memperhatikan pada hasil belajar yang diperoleh siswa. Hasil belajar ini merupakan kemampuan internal yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan orang tersebut melakukan sesuatu yang dapat memberikan ptrestasi tertentu.
Sistematika ini mencakup semua hasil belajar yang dapat diperoleh, namun tidak menunjukkan setiap hasil belajar atau kemampuan internal satu-persatu. Akan tetapi mengelompokkan hasil-hasil belajar yang memiliki ciri-ciri sama dalam satu kategori dan berbeda sifatnya dari kategori lain. Maka dapat dikatakan, bahwa sistematika Gagne meliputi lima kategori hasil belajar. Kelima kategori hasil belajar tersebut adalah Informasi verbal, Kemahiran intelektual, Pengaturan kegiatan kognitif, Keterampilan motorik, dan Sikap.
Informasi Verbal (Verbal Information)
Merupakan pengetahuan yang dimiliki seseorang dan dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa, lisan, dan tertulis. Pengetahuan tersebut diperoleh dari sumber yang juga menggunakan bahasa, lisan maupun tertulis. Informasi verbal meliputi "cap verbal" dan "data/fakta". Cap verbal yaitu kata yang dimiliki seseorang untuk menunjuk pada obyek-obyek yang dihadapi, misalnya 'kursi'. Data/fakta adalah kenyataan yang diketahui, misalnya 'Ibukota negara Indonesia adalah Jakarta'.
Kemahiran Intelektual (Intellectual Skill)
Adalah kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk suatu representasi, khususnya konsep dan berbagai lambang/simbol (huruf, angka, kata, dan gambar). Kategori kemahiran intelektual terbagi lagi atas empat subkemampuan, yaitu:
Diskriminasi jamak: yaitu kemampuan seseorang dalam mendeskripsikan benda yang dilihatnya.
Konsep:yaitu satuan arti yang mewakili sejumlah obyek yang memiliki ciri-ciri sama. Konsep dibedakan atas konsep konkret dan konsep yang harus didefinisikan. Konsep konkret adalah pengertian yang menunjuk pada obyek-obyek dalam lingkungan fisik. Konsep yang didefinisiskan adalah konsep yang mewakili realitas hidup, tetapi tidak langsung menunjuk pada realitas dalam lingkungan hidup fisik.
Kaidah: yaitu kemampuan seseorang untuk menggabungkan dua konsep atau lebih sehingga dapat memahami pengertiannya.
Prinsip: yaitu telah terjadi kombinasi dari beberapa kaidah, sehingga terbentuk suatu kaidah yang bertaraf lebih tinggi dan lebih kompleks. Berdasarkan prinsip tersebut, seseorang mampu memecahkan suatu permasalahan, dan kemudian menerapkan prinsip tersebut pada permasalahan yang sejenis.
Pengaturan Kegiatan Kognitif (Cognitive Strategy)
Merupakan suatu cara seseorang untuk menangani aktivitas belajar dan berpikirnya sendiri, sehingga ia menggunakan cara yang sama apabila menemukan kesulitan yang sama.
Keterampilan Motorik (Motor Skill)
Adalah kemampuan seseorang dalam melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota badan secara terpadu.
Sikap (Attitude)
Merupakan kemampuan seseorang yang sangat berperan sekali dalam mengambil tindakan, apakah baik atau buruk bagi dirinya sendiri.
2.4 Fase-fase Belajar Menurut Gagne
Menurut Gagne, belajar melalui empat fase utama yaitu:
Fase Pengenalan (Apprehending Phase)
Pada fase ini siswa memperhatikan stimulus tertentu kemudian menangkap artinya dan memahami stimulus tersebut untuk kemudian ditafsirkan sendiri dengan berbagai cara. Dengan kata lain pada fase ini, rangsang diterima oleh seseorang yang belajar. Ini ada beberapa langkah. Pertama timbulnya perhatian, kemudian penerimaan, dan terakhir adalah pencatatan (dicatat dalam jiwa tentang apa yang sudah diterimanya). Ini berarti bahwa belajar adalah suatu proses yang unik pada tiap siswa, dan sebagai akibatnya setiap siswa bertanggung jawab terhadap belajarnya karena cara yang unik yang dia terima pada situasi belajar.
Fase Perolehan (Acqusition Phase)
Pada fase ini siswa memperoleh pengetahuan baru (dapat berupa fakta, keterampilan, konsep atau prinsip) dengan menghubungkan informasi yang diterima dengan pengetahuan sebelumya. Dengan kata lain pada fase ini siswa membentuk asosiasi-asosiasi antara informasi baru dan informasi lama. Pemilikan pengetahuan dapat ditentukan dengan mengamati atau mengukur apa yang telah dimilikinya itu. Hal ini perlu dilakukan di dalam proses belajar mengajar agar supaya guru dapat mengetahui apa yang telah dimiliki dan apa yang belum dimiliki.
Fase Penyimpanan (Storage Phase)
Fase storage/retensi adalah fase penyimpanan informasi. Sarana menyimpan bagi manusia adalah ingatan (memory). Penelitian mengindikasikan bahwa terdapat dua tipe memori, yaitu memori jangka pendek (short term memory) dan memori jangka panjang (long term memory). Memori jangka pendek mempunyai kapasitas terbatas dan hanya bertahan dalam waktu singkat. Banyak orang dapat menahan (menyimpan) tujuh atau delapan informasi berbeda dalam memori selama tiga puluh detik. Memori jangka panjang adalah kemampuan kita mengingat informasi selama lebih dari tiga puluh detik, dan ini disimpan dalam pikiran secara permanen.
Gagne mendeskripsikan beberapa ciri yang mungkin dimiliki fase ini, sebagai berikut.
Apa yang telah dipelajari mungkin tersimpan di dalam suatu bentuk yang permanen, tetap intens selama bertahun-tahun.
Beberapa hal yang dipelajari mungkin memudar sedikit demi sedikit sejalan dengan berlalunya waktu.
Gudang ingatan mungkin mengalami pencampuradukan dalam arti ingatan yang baru mengaburkan ( atau mungkin menghapus) yang terlebih dulu karena mereka bercampur baur.
Informasi baru yang diperoleh harus dipindahkan dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Ini dapat terjadi melalui pengulangan kembali (rehearsal), praktek (practice), elaborasi atau lain-lainnya. Sesuatu yang telah dimiliki akan disimpan agar tidak cepat hilang sehingga dapat digunakan bila diperlukan dan kemampuan baru yang telah diperoleh dipertahankan atau diingat. Fase ini berhubungan dengan ingatan dan kenangan.
Fase Pengungkapan Kembali (Retrieval Phase)
Fase Retrieval/Recall, adalah fase mengingat kembali atau memanggil kembali informasi yang ada dalam memori. Apa yang telah dipelajari, dimiliki, dan disimpan (dalam ingatan) dengan maksud untuk digunakan (memecahkan masalah) bila diperlukan, baik itu yang menyangkut fakta, keterampilan, konsep, maupun prinsip. Jika kita akan menggunakan apa yang disimpan, maka kita harus mengeluarkannya dari tempat penyimpanan tersebut, dan inilah yang disebut dengan pengungkapan kembali.
Kadang-kadang dapat saja informasi itu hilang dalam memori atau kehilangan hubungan dengan memori jangka panjang. Untuk lebih daya ingat maka perlu informasi yang baru dan yang lama disusun secara terorganisasi, diatur dengan baik atas pengelompokan-pengelompokan menjadi katagori, konsep sehingga lebih mudah dipanggil. Misalnya kadang-kadang informasi yang diinginkan, misalnya "nama", tidak dapat dipanggil keluar dari memori atas permintaan seseorang, tetapi kemudian mungkin saja ke luar pada saat orang itu memikirkan sesuatu yang tidak ada kaitan dengan "nama" tadi. Fase ini meliputi penyadaran akan apa yang telah dipelajari dan dimiliki, serta mengungkapkannya dengan kata-kata (verbal) apa yang telah dimiliki tidak berubah-ubah.
Jadi bagian penting dalam belajar adalah belajar memperoleh hubungan dengan apa yang telah dipelajari, untuk memangil informasi yang telah dipelajari sebelumnya.
Menurut Gagne, fase pertama dan kedua merupakan stimulus, dimana terjadinya proses belajar,sedangkan pada fase ketiga dan keempat merupakan hasil belajar. Keempat fase belajar manusia ini telah disatukan menyerupai model sistem komputer, meskipun sedikit lebih kompleks daripada yang ada pada manusia. komputer menangkap rangsangan listrik dari pengguna komputer, memperoleh stimulus dalam central processing unit, menyimpan informasi dalam stimulus pada salah satu bagian memori, dan mendapatkan kembali informasi pada penyimpanannya.
Contoh kasus : jika siswa mempelajari prosedur menentukan nilai pendekatan akar kuadrat dari bilangan yang bukan kuadrat sempurna, mereka harus memahami metode, memperoleh metode, menyimpan di dalam memori, dan memanggil kembali ketika dibutuhkan.
Untuk membantu siswa melangkah maju melalui empat tahap dalam mempelajari algoritma akar kuadrat, guru menimbulkan pemahaman dengan mengerjakan suatu contoh pada papan tulis, memudahkan akusisi setelah setiap siswa mengerjakan contoh dengan mengikutinya, langkah demi langkah, daftar petunjuk, membantu penyimpanan dengan memberikan soal-soal untuk pekerjaan rumah, dan memunculkan pemanggilan kembali dengan memberikan kuis pada hari berikutnya.
Kemudian fase-fase belajar lainnya adalah sebagai berikut:
Fase Motivasi
Siswa (yang belajar) harus diberi motivasi untuk belajar dengan harapan, bahwa belajar akan memperoleh hadiah. Misalnya, siswa-siswa dapat mengharapkan bahwa informasi akan memenuhi keingintahuan mereka tentang suatu pokok bahasan, akan berguna bagi mereka atau dapat menolong mereka untuk memperoleh angka yang lebih baik.
Fase Generalisasi (Generalization Phase)
Tujuan belajar bukanlah sekedar untuk menambah pengetahuan atau mengubah kelakuan, akan tetapi agar apa yang dipelajari itu dapat digunakan dalam berbagai situasi lain, sehingga mantap dan dapat terus digunakan. Menggunakan apa yang dipelajari dalam situasi-situasi yang baru yang belum pernah dihadapi sebelumnya disebut transfer. Menurut Gagne, konteks yang bervariasi untuk belajar merupakan suatu hal yang esensial yang dapat menjamin terjadinya transfer dalam proses belajar.
Transfer dapat bersifat horizontal, yakni apa yang dipelajari itu dapat digunakan untuk situasi-situasi lain yang bersamaan dan setaraf tingkatnya. Misalnya prinsip-prinsip yang dipelajari dalam matematika dapat digunakan dalam ilmu bumi, fisika, atau kimia. Di samping itu ada lagi transfer vertikal. Apa yang dipelajari dapat digunakan untuk mencapai prinsip yang lebih tinggi.
Fase Penampilan (Performance Phase)
Dalam fase ini, siswa menampilkan tindakan/tingkah laku yang merefleksikan apa yang sudah ia pelajari. Tingkah laku baru yang ditampilkan sebagai hasil belajar ini, penting bagi siswa karena akan memberikan kepuasan, dan selanjutnya akan mendorongnya untuk belajar lebih lanjut. Fase ini memberikan gambaran apakah tujuan belajar telah tercapai atau belum.
Fase Umpan Balik ( Feedback Phase)
Para siswa memperoleh umpan balik tentang penampilan mereka yang menunjukkan apakah mereka telah atau belum mengerti tentang apa yang diajarkan. Belajar tidak dengan sendirinya berhasil baik. Oleh sebab itu pelajar harus mengetahui apakah jawabannya tepat. Feedback pada manusia merupakan tanda bahwa jawabannya benar. Di sini pun tak perlu selalu dikatakan bahwa jawabannya itu benar. Sering anak mengetahuinya dari senyuman, anggukan kepala, pandangan mata guru atau isyarat lain. Feedback mempertinggi efektivitas dan efisiensi belajar.
Feedback dapat juga dilakukan oleh murid sendiri, yakni bila ia dapat atau diberi jalan untuk memeriksa sendiri benar tidaknya jawabannya. Mengetahui keberhasilan belajar memberi kepuasan yang mempercepat proses belajar. Siswa yang sanggup men-check kebenaran hasil belajarnya telah sanggup untuk belajar secara individual dan belajar sepanjang hidupnya. Tidak ada metode mengajar yang menjamin keberhasilan. Keberhasilan baru diketahui bila ada penilaian yang dapat menunjukkan kesalahan dan kekurangan sebagai feedback untuk diperbaiki. Mengabaikan feedback adalah meniadakan salah satu aspek yang penting dalam proses belajar.
2.5 Implikasi Teori Gagne dalam Pembelajaran
Ada beberapa pendekatan dan langkah-langkah agar bisa menerapkan teori Gagne dalam proses pembelajaran. Berikut merupakan konsep Sembilan Kondisi Intruksional Gagne yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menerapkan teroi Gagne dalam pembelajaran:
Mengarahkan Perhatian
Kegiatan ini merupakan proses guru dalam memberikan stimulus kepada siswa dengan cara meyakinkan siswa bahwa mempelajari materi tersebut itu penting. Hal ini bisa dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan ringan seputar materi yang akan disajikan.
Memberikan Informasi Tujuan Pembelajaran
Dalam hal ini guru harus mengupayakan untuk memberitahu siswa akan tujuan pembelajaran. Sehingga siswa mengetahui tujuan dari materi pembelajaran yang dipelajarinya. Ini sangat penting dilakukan agar siswa lebih termotivasi untuk bisa mencapai tujuan pembelajaran.
Merangsang siswa untuk mengingat kembali apa yang telah dipelajari
Upaya merangsang siswa dalam mengingat materi yang lalu bisa dilakukan dengan cara bertanya tentang materi yang telah diajarkan.
Menyajikan stimulus
Menyajikan stimulus bisa dilakukan dengan cara guru menyajikan materi pembelajaran secara menarik dan menantang. Sehingga siswa merasa tertarik untuk mengikuti pembelajaran yang sedang berlangsung.
Memberikan bimbingan kepada siswa
Pada konsep ini guru harus membimbing siswa dalam proses belajarnya. Sehingga siswa dapat terarah dalam pembelajarannya.
Memancing Kinerja
Memantapkan apa yang dipelajari dengan memberikan latihan-latihan untuk menerapkan apa yang telah dipelajari itu.
Memberikan balikan
Memberikan feedback atau balikan dengan memberitahukan kepada murid apakah hasil belajarnya benar atau tidak.
Menilai hasil belajar
Menilai hasil-belajar dengan memberikan kesempatan kepada murid untuk mengetahui apakah ia telah benar menguasai bahan pelajaran itu dengan memberikan beberapa soal.
Mengusahakan transfer
Mengusahakan transfer dengan memberikan contoh-contoh tambahan untuk menggeneralisasi apa yang telah dipelajari itu sehingga ia dapat menggunakannya dalam situasi-situasi lain.
2.6 Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Menurut Gagne
Kelebihan Teori Belajar Menurut Gagne yaitu :
Mendorong guru untuk merencanakan pembelajaran
Teori Gagne mendorong guru untuk merencanakan pembelajaran yang akan dilakukan. Sehingga pembelajaran menjadi lebih terarah dan terstruktur. Selain itu agar suasana dan gaya belajar dapat dimodifikasi sebaik mungkin. Dimana inti dari kegiatan pembelajaran adalah menyajikan cirri-ci stimulis,memberikan pedoman belajar,memunculkan kinerja,dan memberikan tanggapan dan umpan balik.
Memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan kebiasaan
Teori Gagne sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan prakrik dan kebiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti kecepatan spontanitas kelenturan reflek, dan daya tahan. menurut gagne rancangan pembelajaran untuk keterampilan yang kompleks menyajikan peristiwa pembelajaran untuk urutan keterampilan yang ada dalam prosedur dan hirarki belajar.
Cocok untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa
Menyajikan stimulus bisa dilakukan dengan cara guru menyajikan materi pembelajaran secara menarik dan menantang. Sehingga siswa merasa tertarik untuk mengikuti pembelajaran yang sedang berlangsung. Hal ini dapat dilakukan langsung bagi siswa pendidikan dasar.
Dapat dikendalikan
Dapat dikendalikan melalui cara mengganti mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya. Mulai dari identifikasi kapabilitas yang akan dipelajari, analisis tugas atas tujuan, pemilihan peristiwa pembelajaran yang cocok, semua dapat disusun. Sehingga pembelajaran yang diinginkan dapat dikendalikan guru agar mendapatkan hasil yang maksimal. Pada teori ini, analisis tugas merupakan kunci bagi pengajaran yang efektif. Untuk mengajarkan tugas apapun, paling tidak guru harus memastikan bahwa semua komponen yang diperlukan telah dipelajari, yaitu bisa jadi mensyaratkan pengajaran-pengajaran setiap komponen pembelajaran.
Sedangkan kekurangan teori belajar menurut Gagne yaitu :
Pembelajaran hanya berpusat pada guru (teacher centered learning), dimana guru bersifat otoriter.
Komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid.
Hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur.
Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Bagi Gagne, belajar tidak dapat didefinisikan dengan mudah karena belajar itu bersifat kompleks. Dalam pernyataan tersebut, dinyatakan bahwa hasil belajar akan mengakibatkan perubahan pada seseorang yang berupa perubahan kemampuan, perubahan sikap, perubahan minat atau nilai pada seseorang. Perubahan tersebut bersifat menetap meskipun hanya sementara. Komponen- komponen dalam proses belajar menurut Gagne dapat digambarkan sebagai S-R. S adalah situasi yang memberi stimulus, R adalah respons atas stimulus itu. Gagne memiliki pandangan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang kegiatannya mengikuti suatu hirarki kemampuan yang dapat diobservasi atau diukur. Menurut Gagne, ada tiga elemen belajar, yaitu individu yang belajar, situasi stimulus, dan responden yang melaksanakan aksi sebagai akibat dari stimulasi.
Menurut Robert M. Gagne, ada delapan tipe belajar, yaitu: belajar isyarat (signal learning), belajar stimulus – respons ( stimulus respons learning), belajar rangkaian (chaining), asosiasi verbal (verbal assosiation), belajar diskriminasi (discrimination learning), belajar konsep (concept learning), belajar aturan (rule learning), dan belajar pemecahan masalah ( problem solving learning).
Menurut Gagne, ada lima jenis hasil belajar. Kelima kategori hasil belajar tersebut adalah Informasi verbal (Verbal information), Kemahiran intelektual (Intellectual skill), Pengaturan kegiatan kognitif (Cognitive strategy), Keterampilan motorik (Motor skill), dan Sikap (attitude).
Menurut Gagne, belajar melalui empat fase utama yaitu: fase pengenalan (apprehending phase), fase perolehan (acqusition phase), fase penyimpanan (storage phase), dan fase pengungkapan kembali (retrieval phase). Menurut Gagne, fase pertama dan kedua merupakan stimulus, dimana terjadinya proses belajar,sedangkan pada fase ketiga dan keempat merupakan hasil belajar. Kemudian fase-fase belajar lainnya adalah fase motivasi, fase generalisasi (generalization phase), fase penampilan (performance phase), dan fase umpan balik ( feedback phase).
Implikasi atau penerapan teori Gagne dapat diterapkan diberbagai bidang pembelajaran , namun untuk menerapkan teori Gagne harus memenuhi Sembilan Kondisi Intruksional Gagne yang telah dibahas sebelumnya. Jika ada satu diantara Sembilan Kondisi Instruksional Gagne yang tidak diterapkan maka teori Gagne gagal dalam penerapannya.
Teori belajar menurut Gagne memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan teori Gagne yaitu mendorong guru untuk merencanakan pembelajaran, memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan kebiasaan, cocok untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, serta dapat dikendalikan. Sedangkan kekurangan teori belajar menurut Gagne adalah pembelajaran hanya berpusat pada guru (teacher centered learning), komunikasi berlangsung satu arah, hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur, serta murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.
SARAN
Dari materi yang telah dibahas secara rinci tersebut, kiranya diharapkan agar pemerintah, masyarakat serta lainnya yang berhubungan dengan dunia pendidikan lebih mengerti dan memahami bagaimana terciptanya pendidikan yang baik, yaitu salah satunya dengan menerapkan teori belajar Gagne agar peserta didik dapat menambah pemahaman mengenai materi-materi yang diajarkan.