BAB I PENDAHULUAN I.LATAR BELAKANG
Istilah Validasi pertama kali dicetuskan oleh Dr. Bernard T. Loftus, Direktur Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat pada akhir tahun 1970-an, sebagai bagian penting dari upaya untuk meningkatkan mutu produk industri farmasi.Hal ini dilatar belakangi adanya berbagai masalah mutu yang timbul pada saat itu yang mana masalah-masalah tersebut tidak terdeteksi
dari
pengujian
rutin
yang
dilaksanakan
oleh
industri
farmasi
yang
bersangkutan.Selanjutnya, Validasi juga diadopsi oleh negara-negara yang tergabung dalam Pharmaceutical Inspection Co-operation/Scheme Co-operation/Scheme (PIC/S), Uni Eropa (EU) dan World Health Organization Organization (WHO).Bahkan, Validasi merupakan aspek kritis ( substantial substantial aspect ) dalam penilaian kualitas industri farmasi yang bersangkutan. Validasi diartikan sebagai suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap bahan, proses, prosedur, p rosedur, kegiatan, k egiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan di gunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa mencapai hasil h asil yang diinginkan.Tata cara atau metode pembuktian tersebut harus dengan “cara yang sesuai”, artinya proses pembuktian tersebut ada tata cara atau metodenya, sesuai dengan prosedur yang tercantum dalam CPOB.“Obyek” pembuktian adalah tiap-tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme
yang
digunakan
dalam
produksi
dan
pengawasan
mutu
(ruang
lingkup).Sasaran/target dari pelaksanaan validasi ini adalah bahwa seluruh obyek pengujian tersebut akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan secara terus menerus (konsisten). Salah satu contoh sediaan farmasi adalah larutan. Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut (terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur). Jenis larutan terbagi atas 2 yaitu larutan oral (contoh : eliksir dan sirup), serta larutan topikal (contoh: gargle dan douche). Dalam makalah kali ini akan dibahas mengenai bagaimana cara validasi alur produksi untuk sediaan larutan.
1|Page
II.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian validasi dan bagaimana prosesnya? 2. Apa pengetian alur produksi obat dan bagaimana prosesnya? 3. Apa pengertian sediaan kapsul? 4. Apa saja alur produksi untuk sediaan kapsul? 5. Apa saja validasi yang dilakukan untuk sediaan kapsul?
III.
TUJUAN
1. Mengetahui tentang validasi dan proses-prosesnya 2. Mengetahui tentang alur produksi obat dan proses-prosesnya 3. Mengetahui tentang sediaan kapsul 4. Mengetahui tentang alur produksi untuk sediaan kapsul 5. Mengetahui validasi yang dilakukan untuk sediaan kapsul
2|Page
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
I.
VALIDASI
A. Pengertian Validasi Validasi merupakan bagian dari program penjaminan mutu (Quality (Quality Assurance) Assurance) sebagai upaya untuk memberikan jaminan terhadap khasiat (efficacy) (efficacy),, kualitas (quality) quality) dan keamanan ( safety) safety) produk-produk industri farmasi. Validasi mencakup paling tidak 4 (empat) bidang utama dalam industri farmasi, yaitu hardware, hardware, terdiri dari instrument, peralatan produksi dan sarana penunjang, penunjang, software software, berupa seluruh dokumen dan sistem/mekanisme kerja dalam industri farmasi, metode analisa, dan kesesuaian sistem. Validasi memiliki cakupan yang sangat luas dan hampir meliputi seluruh bidang area di industri farmasi, mulai dari personalia, bahan awal (bahan aktif, bahan tambahan maupun bahan pengemas), fasilitas, peralatan, mesin, bangunan hingga sistem atau prosedur kerja. Pelaksanaan validasi dibatasi hanya yang dilaksanakan di dalam ruang lingkup produksi pembuatan obat saja, sedangkan lainnya merupakan pelengkap (komplementer) dari pelaksanaan validasi proses, sehingga disebut dengan Pharmaceutical dengan Pharmaceutical Process Validation. Validation. Secara garis besar pelaksanaan validasi di industri farmasi terbagi menjadi tiga, yaitu : 1. Pre validation, validation, terdiri dari: kualifikasi mesin, peralatan dan sarana penunjang, serta validasi metode analisa. 2. Process validation, terdiri dari: validasi proses produksi dan validasi pengemasan, dan validasi pembersihan. 3. Post validation, validation, terdiri dari: periodic dari: periodic review, change kontrol , dan revalidasi.
3|Page
B. Prinsip Validasi Semua perangkat keras dan lunak yang digunakan dalam proses pembuatan obat hendaklah divalidasi. Meliputi : Kualifikasi (personil, peralatan, dan sistem) Kalibrasi (instrumen dan alat ukur) Validasi (prosedur dan proses)
C. Tujuan Validasi Mengidentifikasikan parameter kritis Menetapkan batas toleransi yang dapat diterima dari masing - masing parameter
kritis Memberi cara metode pengawasan terhadap parameter kritis
D. Sasaran Validasi Memenuhi ketentuan CPOB Menjamin bahwa proses produksi sudah dilakukan dengan benar dan aman Menghindari kesalahan atau menekan resiko penyimpangan yang mungkin terjadi
seminimal mungkin Mengurangi proses yang kurang perlu sehingga dapat menghemat biaya Menjamin reprodusibilititas dari proses yang dilakukan
E. Langkah-langkah Pelaksanaan Validasi Begitu luasnya cakupan validasi, terkadang membingungkan kalangan praktisi di industri farmasi untuk u ntuk melaksanakan validasi. FDA dalam “Guideline on -langkah General Principles of Process Validation”, Validation”, memberikan panduan langkah langkah-langkah dalam pelaksanaan validasi, yang tertuang dalam “validation “validation life cycle” cycle” berikut ini, yaitu : 1. Membentuk Validation Comitee Comitee (Komite Validasi), yang bertanggung jawab
terhadap
bersangkutan. 4|Page
pelaksanaan
validasi
di
industri
farmasi
yang
2. Menyusun Validation Master Plan Plan (Rencana Induk Validasi), yaitu dokumen yang menguraikan (secara garis besar) pedoman pelaksanaan validasi di industri farmasi yang bersangkutan. 3. Membuat Dokumen Validasi, yaitu protap (prosedur tetap), protokol serta laporan validasi. 4. Pelaksanaan validasi. 5. Melaksanakan Peninjauan Periodik, Change Control dan Validasi ulang (revalidation). revalidation).
F. Jenis-jenis Validasi 1. Validasi Proses a. Validasi Prospektif Validasi terhadap pembuatan yang diterapkan sebelum produk di release di pasaran (pre market validation. Biasanya dibutuhkan minimal 3 batch (diluar trial batch) batch) untuk menunjukkan hasil yang diharapkan. b. Validasi Concurrent Validasi yang dilaksanakan sambil melaksanakan proses produksi rutin untuk dijual dan sesuai dengan protokol yang telah disiapkan dan disetujui c. Validasi Retrospektif Validasi proses pembuatan produk yang telah dipasarkan. Dilakukan dengan cara mengevaluasi dokumen batch yang telah disiapkan berdasar protokol dan telah disetujui. d. Validasi Pembersihan Validasi pembersihan bertujuan untuk memastikan bahwa prosedur pembersihan sudah tepat dan efektif menghilangkan sisa produk sebelumnya
(termasuk
melihat
cemaran
mikroba)
sehingga
tidak
terjadi Cross Contamination. e. Validasi Ulang Evaluasi secara berkala terhadap fasilitas, sistem, peralatan dan proses 5|Page
termasuk proses pembersihan untuk mengkonfirmasi bahwa validasi masih absah. Jika tidak ada perubahan yang signifikan dalam status validasinya, maka kajian ulang data yang menunjukkan bahwa fasilitas, sistem, peralatan dan proses memenuhi persyaratan untuk validasi ulang. Validasi ulang mungkin diperlukan pada kondisi seperti : perubahan sintesis bahan aktif, perubahan komposisi produk jadi dan perubahan metode analisis.
2. Validasi Metode Analisis Menurut SNI 19 - 17025 -2000 validasi adalah konfirmasi melalui pengujian dan pengadaan bukti bu kti yang objektif. Tujuan validasi metode analisa adalah untuk membuktikan bahwa semua metoda analisa (cara/prosedur pengujian) yang digunakan dalam pengujian maupun pengawasan mutu, senantiasa
mencapai
hasil
yang
diinginkan
secara
konsisten
(terus-
menerus).Pada validasi metode analisa yang diuji atau divalidasi adalah PROTAP (prosedur tetap) pengujian yang bersangkutan. Validasi metode analisis umumnya dilakukan 4 tahapan: uji identitas, uji kuantitatif kemurnian kandungan, uji batas impuritas, uji kuantitatif zat aktif dalam sampel bahan atau obat atau komponen obat
tertentu.
6|Page
II.
ALUR PRODUKSI OBAT
A. Pengertian Produksi adalah kegiatan atau proses menghasilkan, menyiapkan, mengolah, membuat, mengemas, dan/atau mengubah bentuk sediaan farmasi dan alat kesehatan (Anonim, 2012). Untuk menjaga mutu obat yang dihasilkan, maka setiap tahap dalam proses produksi selalu dilakukan pengawasan mutu In Process Control (IPC). Setiap penerimaan bahan bah an awal baik bahan bah an baku dan bahan kemas terlebih dahulu diperiksa dan disesuaikan dengan spesifikasinya. Bahan-bahan tersebut harus selalu disertai dengan Certificate of Analisis (CA) yang dapat disesuaikan dengan hasil pemeriksaan.Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang senantiasa dapat menjamin produk obat jadi dan memenuhi ketentuan izin pembuatan serta izin edar (registrasi) sesuai dengan spesifikasinya (BPOM, 2006).
1. Prinsip Produksi dalam industri farmasi harus mengikuti pedoman yang tertera dalam CPOB sehingga menghasilkan produk obat yang senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan penggunaannya.Penerapan CPOB di industri farmasi dimaksudkan untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam proses produksi obat sehingga tidak membahayakan jiwa manusia (Bambang Priyambodo, 2007). Ruang lingkup CPOB meliputi manajemen mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higienis, produksi, pen gawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk dan produk kembalian, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, serta kualifikasi dan validasi Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses produksi meliputi pengadaan bahan awal, pencemaran silang, penimbang an dan penyerahan, pengembalian, pengolahan, kegiatan pengemasan, pengawasan selama proses produksi, dan karantina bahan jadi.
7|Page
2. Hal- hal yang diperhatikan dalam proses produksi 1. Pengadaan Bahan Awal Pengadaan bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui dan memenuhi spesifikasi yang relevan. Semua penerimaan, pengeluaran dan jumlah bahan tersisa hendaklah dicatat yang berisi keterangan mengenai pasokan, nomor bets/lot, tanggal penerimaan, tanggal pelulusan, dan tanggal daluarsa (BPOM, 2006). 2. Pencegahan Pencemaran Silang Tiap tahap proses, produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap pencemaran mikroba dan pencemaran lain. Resiko pencemaran silang ini dapat timbul akibat tidak terkendalinya debu, uap, percikan atau organisme dari bahan atau produk yang sedang diproses, dari sisa yang tertinggal pada alat dan pakaian kerja operator.Pencemaran silang hendaklah dihindari dengan tindakan teknis atau pengaturan yang tepat (BPOM, 2006). 3. Penimbangan dan Penyerahan Penimbangan dan penyerahan bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan dianggap sebagai bagian dari siklus produksi dan memerlukan dokumentasi yang lengkap.Hanya bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan yang telah diluluskan oleh pen gawasan mutu dan masih belum daluarsa yang boleh diserahkan (BPOM, 2006). 4.
Pengembalian Semua bahan awal dan bahan pengemas yang dikembalikan ke gudang penyimpanan hendaklah didokumentasikan dengan benar (BPOM, 2006).
5. Pengolahan Semua bahan yang dipakai didalam pengolahan hendaklah diperiksa sebelum dipakai.Semua peralatan yang dipakai dalam pengolahan hendaklah diperiksa dan dinyatakan bersih secara tertulis sebelum digunakan. Semua kegiatan pengolahan hendaklah dilaksanakan mengikusi prosedur yang tertulis, tiap penyimpangan hendaklah dilaporkan, dan semua produk antara hendaklah diberi label yang benar dan dikarantina sampai diluluskan oleh bagian pengawasan mutu (BPOM, 2006). 8|Page
pemeriksaan alat 6. Kegiatan Pengemasan Kegiatan pengemasan berfungsi mengemas produk ruahan menjadi produk jadi.Pengemasan hendaklah dilaksanakan di bawah pen gendalian yang ketat untuk menjaga identitas, keutuhan dan mutu produk akhir yang dikemas serta dilaksanakan sesuai dengan instruksi yang diberikan dan menggunakan bahan pengemas yang tercantum dalam prosedur pengemasan induk.
Pengemasan
9|Page
7.
Pengawasan Selama Proses Produksi Pengawasan selama proses hendaklah mencakup :
Semua parameter produk, volume atau jumlah isi produk diperiksa pada saat
awal dan selama proses pengolahan atau pengemasan. Kemasan akhir diperiksa selama proses pengemasan dengan selang waktu
yang teratur untuk memastikan kesesuaiannya dengan spesifikasi dan memastikan semua komponen sesuai dengan yang ditetapkan dalam prosedur pengemasan induk.
pengawasan 8.
Karantina Produk Jadi Karantina produk jadi merupakan tahap akhir pengendalian sebelum
penyerahan ke gudang dan siap untuk didistribusikan. Sebelum diluluskan untuk diserahkan ke gudang, pengawasan yang ketat hendaklah dilaksanakan untuk memastikan produk dan catatan pengolahan bets memenuhi semua spesifikasi yang ditentukan.
10 | P a g e
III.
KAPSUL A.
Pengertian Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang Cangkang umumnya terbuat dari gelatin tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai.
B.
Macam - Macam sediaan Kapsul Berdasarkan bentuknya Kapsul dalam farmasi dibedakan menjadi dua yaitu kapsul keras (capsulae durae, hard capsul ) dan kapsul lunak (capsulae molles, soft capsul)
Perbedaan kapsul keras dan kapsul lunak. Kapsul keras Terdiri atas tubuh dan tutup Tersedia dalam bentuk kosong Isi biasanya padat, dapat juga cair Cara pakai per oral Bentuk hanya satu macam
11 | P a g e
Kapsul lunak Satu kesatuan Selalu sudah terisi Isi biasanya cair, dapat juga padat Bisa oral, vaginal, rectal, topikal Bentuknya bermacam - macam
Berdasarkan ukuran
Ketepatan dan kecepatan memilih ukuran kapsul tergantung dari pengalaman. Biasanya dikerjakan secara eksperimental dan sebagai gambaran hubungan jumlah obat dengan ukuran kapsul dapat dilihat dalam tabel dibawah ini. No. ukuran
Asetosal (alam gram)
Natrium Bikarbonat NBB (dalam gram) (dalam gram)
000
1
1,4
1,7
00
0,6
0,9
1,2
0
0,5
0,7
0,9
1
0,3
0,5
0,6
2
0,25
0,4
0,5
3
0,2
0,3
0,4
4
0,15
0,25
0,25
5
0,1
0,12
0,12
C.
1. 2. 3. 4. 5.
1. 2. 3. 4. 5.
Keuntungan & Kerugian Sediaan Kapsul
Keuntungan bentuk sediaan kapsul. Bentuk menarik dan praktis Tidak berasa sehingga bisa menutup rasa dan bau dari obat yang kurang enak. Mudah ditelan dan cepat hancur /larut didalam perut, sehingga bahan cepat segera diabsorbsi (diserap) usus. Dokter dapat memberikan resep dengan den gan kombinasi dari bermacam-macam bahan obat dan d an dengan dosis yang berbeda-beda menurut kebutuhan seorang pasien. Kapsul dapat diisi dengan cepat tidak memerlukan bahan penolong seperti pada pembuatan pil atau tablet yang mungkin mempengaruhi absorbsi bahan obatnya. Kerugian bentuk sediaan kapsul. Tidak bisa untuk zat-zat mudah menguap sebab pori-pori cangkang tidak menahan penguapan Tidak untuk zat-zat yang higroskopis Tidak untuk zat-zat yang bereaksi dengan cangkang kapsul Tidak untuk Balita Tidak bisa dibagi ( misal ½ kapsul) 12 | P a g e
BAB III PEMBAHASAN
I.
PROSES PEMBUATAN SEDIAAN KAPSUL
Proses pengolahan kapsul dimulai dari penimbangan bahan baku yang diluluskan oleh bagian Quality Assurance. Ada dua metode pengolahan kapsul, yaitu pencampuran langsung serbuk menggunakan Mixer atau melalui proses granulasi basah. Pada metode granulasi basah, dilakukan proses granulasi seperti pada pembuatan tablet, kemudian granul yang dihsilkan dicampur dengan bahan lainnya. Setelah itu dilakukan proses pengisian dengan menggunakan Filling Capsule Machine. Setelah proses pengisian, tahap selanjutnya adalah Polishing kapsul yang berguna untuk menghilangkan serbuk yang lengket pada permukaan cangkang kapsul sehingga kapsul tampak lebih bersih dan mngkilap. Sementara untuk Kapsul Rifampisin dilakukan pada ruangan yang dipisahkan dari ruangan produksi lain. Hal ini dikarenakan karena sifat fisik dari bahan baku Rifampicin yang berwarna merah, sehingga untuk menghindari kontaminasi terhadap produk lain maka dipisahkan ruangan produksinya. Oleh karena itu perlu sekali pengawasan sejak bahan awal, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi. Setiap tahapan dibuat berita acara yang akan dilaporkan kepada BPOM. Semua kegiatan dilakukan pencatatan seperti jumlah sample yang digunakan, jumlah produk rusak, dan rendemen.
13 | P a g e
Alur proses pembuatan kapsul dapat dilihat pada gambar
14 | P a g e
II.
Validasi Proses
Validasi Pengemasan Tujuan
Untuk memberikan bukti tertulis dan terdokumentasi bahwa:
- Proses pengemasan yang dilakukan telah sesuai dengan protap Proses Pengemasan serta memberikan hasil yang sesuai dengan persyaratan dan reproducible.
- Operator kompeten - Tidak terjadi mix up antar produk dan batch Hal yang Divalidasi
a. Kemasan strip / blister
-
Jumlah tablet yang dikemas disbanding jumlah tablet yang dihasilkan
-
Penandaan (batch (batch number, manufacturing date, expired date) date)
-
Teskebocoran strip / blister
-
Jumlah tablet dalam strip / blister
-
Kelengkapan (etiket, brosur, penandaan)
b. Kemasan botol
15 | P a g e
-
Jumlah botol yang dihasilkan disbanding jumlah cairan yang dihasilkan
-
Volume per botol
-
Kebocoran tutup
-
Kelengkapan
Validasi Pembersihan Tujuan
- Untuk memberikan bukti tertulis dan terdokumentasi bahwa cara pembersihan yang digunakan tepat dan dapat dilakukan berulang-ulang.
- Peralatan/mesin yang dicuci tidak terdapat pengaruh yang negative karena efek pencucian.
- Operator yang melakukan pencucia nkompeten, mengikuti prosedur pembersihan dan peralatan pembersihan yang telah ditentukan.
- Cara pencucian menghasilkan tingkat kebersihan yang telah ditetapkan. Misal: sisa residu dan kadar kontaminan.
a) Cara Pelaksanaan a. Pemilihan prosedur sanitasi yang diuji b. Pembuatan protocol validasi c. Penetapan metode pengambilan sampel d. Pembuatan lembar kerja validasi e. Pelaksanaan validasi f. Pengujian sampel g. Penentuan criteria penerimaan h. Membuat kesimpulan i.
Pembuatan laporan validasi
b) Penetapan Prosedur Pembersihan (bekas produk/ zat aktif)
- Bahan-bahan yang sulit dibersihkan - Produk-produk sukar larut - Produk-produk yang mengandung bahan sangat toksik, karsinogenik, mutagenik, dan teratogenik.
- Untuk bahan yang sama dipilih dosis yang lebih tinggi. c) Kriteria Alat/Mesin yang Divalidasi 16 | P a g e
a. Peralatan/mesin baru b. Untuk mesin yang sama (merek, jenis/tipe) hanya salah satu yang divalidasi c. Jika dalam proses menggunakan rangkaian mesin yang berbeda secara berkelanjutan masing-masing mesin harus tetap divalidasi secara terpisah. d. Jika rangkaian mesin merupakan kombinasi mesin yang pemanen, validasi bisa dilaksanakan bersama-sama
d) Hal-hal lain yang perlu diperhatikan:
- Desain peralatan (apakah banyak pipa-pipa, apakah ada kesulitan untuk melakukan sampling dan lekukan-lekukan) Teknik sampling (metode (metode pengambilan sampel) swabtest sampel) swabtest , rinsesampling atau placebo atau placebo - Teknik sampling sampling .
- Formulasi : cairan, serbuk, aseptik, steril, eksipien. e) Penentuan Total Residu
- Dengan cara menjumlahkan sisa residu dari semua bagian. - Mengkonversikan jumlah total residu dari sisa residu yang disampel - Jika tidak ada residu yang terdeteksi, perhitungan sisa residu menggunakan limitof detection. detection. Kriteria penerimaan sampel:
- Seluruh sisa residu akan dicemari (tercampur) oleh produk berikutnya - Sisa residu akan tercampur secara homogeny pada produk selanjutnya. (ToxicologicalInsignificantExposureLevel ) atau dosis terapetik terkecil perhari - TIEL (ToxicologicalInsignificantExposureLevel sebagai bahan perhitungan. Kriteria Penerimaan
Pemantauan risiko terjadinya kontaminasi silang
- Kriteriadosis
cemaran bahan aktif tidak lebih dari 0,001 x dosis harian maksimal
perhari dari produk selanjutnya
- Kriteria ppm
produk berikutnya mengandung tidak lebih dari 10 ppm cemaran
produk sebelumnya.
- Bersih secara visual
pada pelat yang telah dibersihkan tidak terlihat secara visual
adanya sisa produk sebelumnya. 17 | P a g e
BAB IV PENUTUP
KESIMPULAN
1. Validasi Proses adalah adalah menvalidasi semua proses produksi terutama tahap-tahap yang kritis yang dilakukan oleh tim validasi dan dilaksanakan sesuai prosedur yang telah ditetapkan serta
didokumentasikan
dengan
baik.
Validasi
yang
dilakukan antara lain : Validasi
Pengemasan dan Validasi Pembersihan. 2. Ada jenis – jenis Validasi adalah Validasi Prospektif , Validasi Concurrent, Validasi Retrospektif, Validasi Pembersihan, Validasi Ulang. 3. Sebelum suatu prosedur pengolahan induk diterapkan dilakukan verifikasi terhadap setiap prosedur pelaksanaan untuk membuktikan
bahwa
prosedur
bersangkutan cocok untuk
pelaksanaan produksi rutin dan proses yang telah ditentukan akan senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Perubahan
yang berarti pada
proses, peralatan dan bahan maka dilakukan validasi ulang, untuk menjamin bahwa perubahan tersebut akan tepat menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. 4. Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai. 5. Macam – Macam – macam macam sediaan kapsul antara lain berdasarkan bentuk dan berdasarkan ukuran.
18 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
BPOM, 2013, Petunjuk Operasional Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik 2012, Jilid I, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta. Chan, C. C., Herman Lam, Y. C. Lee, danXue-Ming Zhang, 2004, AnalyticalMethod 2004, AnalyticalMethod Validation and Instrument Performance Verification, Verification, John Wiley & Sons, Canada. Gandjar, I.G. & A. Rohman, 2007, Kimia 2007, Kimia FarmasiAnalisis, FarmasiAnalisis, Pustaka Belajar, Yogyakarta. Health Canada, 2009, Validation Guidelines for Pharmaceutical Dosage Forms, Drug Good Manufacturing Practices Unit, Canada. ICH,1995, Validation of Analytical Procedures: Text and Methodology,Q Methodology,Q 2(R1). Mufrod, 2014, Bahan 2014, Bahan Ajar Validasi, FakultasFarmasi UGM, Yogyakarta.
19 | P a g e