22
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebangkrutan biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. Kebangkrutan juga sering disebut likuidasi perusahaan atau penutupan perusahaan atau insolvabilitas.
Kegagalan dalam arti ekonomi biasanya berarti bahwa perusahaan kehilangan uang atau pendapatan perusahaan tidak menutup biayanya sendiri, ini berarti tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas sebenarnya dari perusahaan tersebut jatuh di bawah arus kas yang diharapkan. Bahkan kegagalan dapat juga berarti bahwa tingkat pendapatan atas biaya historis dari investasinya lebih kecil daripada biaya modal perusahaan. Kegagalan keuangan juga bisa diartikan sebagai insolvensi yang membedakan antara dasar arus kas dan dasar saham. Insolvensi atas dasar arus kas ada dua bentuk: Insolvensi Teknis dan Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan. Insolvensi teknis adalah Perusahaan dapat dianggap gagal jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo.
Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa kebangkrutan dari sebagai suatu keadaan atau situasi dalam hal ini perusahaan gagal atau tidak mampu lagi memenuhi kewajiban-kewajiban kepada debitur karena perusahaan mengalami kekurangan dan ketidakcukupan dana untuk menjalankan atau melanjutkan usahanya sehingga tujuan ekonomi yang ingin dicapai oleh perusahaan tidak dapat dicapai yaitu profit, sebab dengan laba yang diperoleh perusahaan bisa digunakan untuk mengembalikan pinjaman, membiayai operasi perusahaan dan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi bisa ditutup dengan laba atau aktiva yang dimiliki.
Dari pernyataan diatas maka untuk mengatasi kegagalan perusahaan perlu dilakukan kembali penyusunan struktur modal atau melakukan Reorganisasi. Reorganisasi adalah suatu recapitalization mengenai suatu perseroan yang jatuh bangkrut, yang menetapkan, bahwa para pemegang saham, pemegang obligasi, dan para kreditur menyetujui satu sama lain akan menyerahkan kepentingan-kepentingan dan tuntutan-tuntutannya, dan membentuk suatu perseroan yang baru untuk menyelesaikan hutang-hutang perseroan yang lama dan melanjutkan usaha-usahanya.
Rumusan Masalah
Apakah yang dimaksud dengan Restrukturisasi, Merger dan Akuisisi?
Apakah pengertian Reorganisasi?
Apa sajakah penggolongan Reorganisasi?
Apa sajakah ciri-ciri proses Reorganisasi?
Apa sajakah standar dalam Reorganisasi?
Bagaimanakah langkah-langkah yang ditempuh dalam Reorganisasi Finansial?
Bagaimanakah melakukan Konsolidasi dalam Reorganisasi?
Apakah yang dimaksud dengan Likuidasi?
Tujuan
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Restrukturisasi, Merger dan Akuisisi.
Untuk mengetahui pengertian Reorganisasi.
Untuk mengetahui penggolongan Reorganisasi.
Untuk mengetahui ciri-ciri proses reorganisasi.
Untuk mengetahui standar atau prinsip dalam reorganisasi.
Untuk mengetahui langkah-langkah yang ditempuh dalam Reorganisasi Finansial.
Untuk mengetahui bagaimana melakukan Konsolidasi dalam Reorganisasi.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Likuidasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Restrukturisasi, Merger dan Akuisisi
2.1.1 Restrukturisasi
Restrukturisasi merupakan tindakan atau kegiatan untuk merubah struktur perusahaan dengan tujuan untuk memperbaiki dan memaksimalisasi kinerja perusahaan.
Restrukturisasi dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Restrukturisasi portofolio/asset.
Restrukturisasi portofolio merupakan kegiatan penyusunan portofolio perusahaan supaya kinerja perusahaan menjadi semakin baik. Yang termasuk ke dalam portofolio perusahaan adalah setiap aset, lini bisnis, divisi, unit usaha atau SBU (Strategic Business Unit), maupun anak perusahaan.
2. Restrukturisasi modal atau keuangan.
Restrukturisasi modal atau keuangan adalah penyusunan ulang komposisi modal perusahaan supaya kinerja keuangan menjadi lebih sehat. Kesehatan perusahaan dapat diukur berdasarkan rasio kesehatan, yang antara lain: tingkat efisiensi (efficiency ratio), tingkat efektifitas (effectiveness ratio), profitabilitas (profitability ratio), tingkat likuiditas (liquidity ratio), tingkat perputaran aset (asset turn over), leverage ratio dan market ratio. Selain itu, tingkat kesehatan dapat dilihat dari profil risiko tingkat pengembalian ( risk return profile).
3. Restrukturisasi manajemen/organisasi.
Restrukturisasi manajemen dan organisasi, merupakan penyusunan ulang komposisi manajemen, struktur organisasi, pembagian kerja, sistem operasional, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah managerial dan organisasi.
Pada dasarnya setiap perusahaan dapat menerapkan salah satu jenis restrukturisasi pada satu saat, namun bisa juga melakukan restrukturisasi secara keseluruhan, karena aktifitas restrukturisasi saling terkait. Pada umumnya sebelum melakukan restrukturisasi, manajemen perusahaan perlu melakukan penilaian secara komprehensip atas semua permasalahan yang dihadapi perusahaan, langkah tersebut umum disebut sebagai due diligence atau penilaian uji tuntas perusahaan. Hasil penilaian ini sangat berguna untuk melakukan langkah restrukturisasi yang perlu dilakukan berdasar skala prioritasnya.
Ada berbagai macam alasan perusahaan melakukan restrukturisasi. Alasan tersebut antara lain:
a) Masalah Hukum/desentralisasi
Undang-undang no.22/1999 dan no.25/1999 telah mendorong korporasi untuk mengkaji ulang cara kerja dan mengevaluasi hubungan kantor pusat, dengan anak-anak perusahaan yang menyebar di seluruh pelosok tanah air. Keinginan Pemerintah Daerah untuk ikut menikmati hasil dari perusahaan-perusahaan yang ada di daerah masing-masing menuntut perusahaan untuk mengkaji ulang seberapa jauh wewenang perlu diberikan kepada pimpinan anak-anak perusahaan supaya bisa memutuskan sendiri bila ada masalah-masalah hukum di daerah.
b) Masalah Hukum/monopoli
Perusahaan yang telah masuk dalam daftar hitam monopoli, dan telah dinyatakan bersalah oleh Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU)/pengadilan, harus melakukan restrukturisasi agar terbebas dari masalah hukum. Misalkan, perusahaan harus melepas atau memecah divisi supaya dikuasai pihak lain, atau menahan laju produk yang masuk ke daftar monopoli supaya pesaing bisa mendapat porsi yang mencukupi.
c) Tuntutan pasar
Konsumen dimanjakan dengan semakin banyaknya produsen. Apalagi dalam era perdagangan bebas, produsen dari manapun boleh ke Indonesia. Hal ini menuntut perusahaan untuk memenuhi tuntutan konsumen, yang antara lain menyangkut kenyamanan (convenience), kecepatan pelayanan (speed), ketersediaan produk (conformity), dan nilai tambah yang dirasakan oleh konsumen (added value). Tuntutan tersebut bisa dipenuhi bila perusahaan paling tidak mengubah cara kerja, pembagian tugas, dan sistem dalam perusahaan supaya mendukung pemenuhan tuntutan tersebut.
d) Masalah Geografis
Perusahaan yang melakukan ekspansi ke daerah-daerah sulit dijangkau, perlu memberi wewenang khusus kepada anak perusahaan, supaya bisa beroperasi secara efektif. Demikian juga jika melakukan ekspansi ke luar negeri, korporasi perlu mempertimbangkan sistem keorganisasian dan hubungan induk-anak perusahaan supaya anak perusahaan di manca negera dapat bekerja baik.
e) Perubahan kondisi perusahaan
Perubahan kondisi perusahaan sering menuntut manajemen untuk mengubah iklim supaya perusahaan semakin inovatif dan menciptakan produk atau cara kerja yang baru. Iklim ini bisa diciptakan bila perusahaan memperbaiki manajemen dan aspek-aspek keorganisasian, misalnya kondisi kerja, sistem insentif, dan manajemen kinerja.
f) Hubungan holding-anak perusahaan
Korporasi yang masih kecil dapat menerapkan operating holding system, dimana induk dapat terjun ke dalam keputusan-keputusan operasional anak perusahaan. Semakin besar ukuran korporasi, holding perlu bergeser dan berlaku sebagai supporting holding, yang hanya mengambil keputusan-keputusan penting dalam rangka mendukung anak-anak perusahaan supaya berkinerja baik. Semakin besar ukuran korporasi, induk harus rela bertindak sebagai investment holding, yang tidak ikut dalam aktifitas, tetapi semata-mata bertindak sebagai "pemilik" anak-anak perusahaan, menyuntik ekuitas dan pinjaman, dan pada akhir tahun meminta anak-anak perusahaan mempertanggungjawabkan hasil kerjanya dan menyetor dividen.
g) Masalah Serikat Pekerja
Era keterbukaan, yang diikuti dengan munculnya undang-undang ketenaga kerjaan yang terus mengalami perubahan mendorong para buruh untuk semakin berani menyuarakan kepentingan mereka.
h) Perbaikan image korporasi
Korporasi sering mengganti logo perusahaan dalam rangka menciptakan image baru, atau memperbaiki image yang selama ini melekat pada stakeholders korporasi. Sebagai contoh, beberapa tahun lalu, PT Garuda Indonesia mengganti logo perusahaan supaya image korporasi mengalami perubahan.
i) Fleksibilitas Manajemen
Manajemen seringkali merestrukturisasi diri supaya cara kerja lebih lincah, pengambilan keputusan lebih cepat, perbaikan bisa dilakukan lebih tepat guna. Restrukturisasi ini biasanya berkaitan dengan perubahan job description, kewenangan tiap tingkatan manajemen untuk memutuskan pengeluaran, kewenangan dalam mengelola sumber daya (temasuk SDM), dan bentuk organisasi. PT Kimia Farma melakukan restrukturisasi organisasi, dengan memisah unit apotik supaya manajemen menjadi semakin lincah dan fokus beroperasi.
j) Pergeseran kepemilikan
Pendiri korporasi biasanya memutuskan untuk melakukan go public setelah si pendiri menyatakan diri sudah tua, tidak sanggup lagi menjalankan korporasi seperti dulu. Perubahan paling sederhana adalah mengalihkan sebagian kepemilikan kepada anak-anaknya. Tapi cara ini seringkali tidak cukup.
k) Akses modal yang lebih baik
PT Indosat menjual sebagian sahamnya di Bursa Efek New York (NYSE) dengan tujuan supaya akses modal menjadi lebih luas. Dengan demikian, perusahaan tersebut tidak harus membanjiri BEJ dengan sahamnya setiap kali membutuhkan modal. Sebagai dampak tindakan ini, struktur kepemilikan otomatis berubah.
Selain alasan – alasan tersebut, sumber penciptaan nilai dalam restrukturisasi perusahaan juga meliputi peningkatan penjualan dan operasi yang ekonomis, peningkatan manajemen, pengaruh informasi, transfer kesejahteraan dari para pemilik utang, dan keuntungan pajak.
Restrukturisasi perusahaan sebetulnya tak harus menunggu perusahaan menurun, namun dapat dilakukan setiap kali, agar perusahaan dapat bersaing dan tumbuh berkembang. Dalam keadaan normal, perusahaan perlu melakukan pembenahan dan perbaikan supaya dapat terus unggul dalam persaingan, atau paling tidak dapat bertahan.
Perusahaan yang dapat bersaing dan tumbuh berkembang, mungkin akan melakukan perluasan usaha. Perluasan usaha tersebut bisa dilakukan dengan cara ekspansi secara intern, tetapi juga dapat dilakukan dengan cara menggabungkan usaha yang telah ada (merger dan consolidation) atau membeli perusahaan yang telah ada (akuisisi). Namun ketika perusahaan mengalami kesulitan keuangan maka harus dilakukan penyempitan usaha. Kesulitan keuangan ini dimulai dari kesulitan likuiditas (kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek) hingga kesulitan solvabilitas (kemampuan memenuhi kewajiban jangka panjang). Kesulitan keuangan tersebut dapat diselesaikan dengan cara reorganisasi ataupun likuidasi. Cara reorganisasi ditempuh apabila kesulitan keuangan perusahaan tersebut diperkirakan masih bisa diperbaiki, karena prospek perusahaan diperkirakan masih baik. Dengan kata lain, apabila kondisi perusahaan sudah tidak bisa diperbaiki, maka likuidasi harus ditempuh.
2.1.2 Merger
Merger adalah penggabungan dua perusahaan menjadi satu, dimana perusahaan yang memerger mengambil/membeli semua assets dan liabilities perusahaan yang di merger dengan begitu perusahaan yang memerger memiliki paling tidak 50% saham dan perusahaan yang di-merger berhenti beroperasi dan pemegang sahamnya menerima sejumlah uang tunai atau saham di perusahaan yang baru, (Brealey, Myers, & Marcus, 1999). MERGER" atau dikenal dengan istilah "PENGGABUNGAN PERUSAHAAN" dalam Undang-Undang No.1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas. Pada Bab VII pasal 102 disebutkan sebagai " Satu perseroan atau lebih dapat menggabungkan diri menjadi satu dengan perseroan yang telah ada atau meleburkan diri dengan perseroan lain dan membentuk perseroan baru"
Definisi merger yang lain yaitu sebagai penyerapan dari suatu perusahaan oleh perusahaan yang lain. Dalam hal ini perusahaan yang membeli akan melanjutkan nama dan identitasnya. Perusahaan pembeli juga akan mengambil baik aset maupun kewajiban perusahaan yang dibeli. Setelah merger, perusahaan yang dibeli akan kehilangan/berhenti beroperasi (Harianto dan Sudomo, 2001).
Salah satu alternatif untuk melakukan perluasan usaha adalah dengan cara merger dan consolidation. Merger merupakan penggabungan dua perusahaan atau lebih, dan nama perusahaan tersebut merupakan salah satu nama perusahaan dari perusahaan yang bergabung. Sedangkan Consolidation merupakan penggabungan dari dua perusahaan atau lebih, dan nama perusahaan tersebut hilang kemudian muncul nama baru dari perusahaan gabungan.
Tujuan dari merger adalah untuk menciptakan perusahaan yang lebih kuat dan lebih besar, serta menghindari persaingan antar perusahaan sehingga miningkatkan efisiensi dalam menggunakan sumber daya.
Merger terbagi dalam 3 jenis, yaitu:
a. Horizontal Merger, adalah penggabungan dari dua unit usaha atau lebih yang memiliki produk sejenis baik barang atau jasa. Hal ini dilakukan untuk mengurangi persaingan industri, memperkuat pangsa pasar, dan memperoleh efisiensi biaya operasional.
b. Vertikal Merger, adalah penggabungan antara dua unit usaha atau lebih yang mempunyai keterkaitan supplier atau pelanggan. Ini dilakukan untuk lebih menjaga kontinuitas produksi dan operasi perusahaan.
c. Congeneric Merger, adalah merger antara dua unit usaha atau lebih dalam industri sejenis yang tidak memiliki keterkaitan supplier atau pelanggan.
d. Conglomerate Merger, merupakan merger antara dua unit usaha atau lebih dalam industri yang berbeda dan tidak ada keterkaitan satu sama lain, sehingga model ini merupakan diversifikasi usaha untuk mengurangi resiko.
Sebelum melakukan merger, perusahaan juga harus mempertimbangkan beberapa hal, diataranya adalah syarat – syarat yang harus dianalisis terlebih dahulu sebelum melakukan merger. Syarat – syarat tersebut antara lain:
1. Kondisi keuangan masing-masing.
2. Kecukupan modal.
3. Manajemen, baik sebelum atau sesudah merger.
4. Manfaat bagi konsumen.
Merger mempunyai kelebihan dan kelemahan. Pengambilalihan melalui merger lebih sederhana dan lebih murah dibanding pengambilalihan yang lain merupakan kelebihan merger. Sedangkan kelemahan merger adalah merger harus ada persetujuan dari para pemegang saham masing-masing perusahaan,sedangkan untuk mendapatkan persetujuan tersebut diperlukan waktu yang lama.
Dalam perkembangannya, merger secara garis besar dibagi menjadi dua kelompok yaitu: financial merger dan operating merger. Financial Merger adalah merger dimana perusahaan yang bersangkutan masih tetap beroperasi sehingga tidak ada keuntungan sinergik secara operasional, Sedangkan Operating Merger diarahkan pada penggabungan operasional kedua unit usaha dengan harapan memperoleh keuntungan sinergik.
Alasan Perusahaan Melakukan merger
Merger dan akuisisi dibutuhkan karena untuk meningkatkan daya saing perusahaan, juga laba bagi para pemegang saham. Jadi strategi akuisisi digunakan hanya ketika perusahaan membeli mampu meningkatkan nilai ekonomisnya melalui kepemilikan dan penggunan aktiva perusahaan yang dibeli, kemudian yang dapat menjadi alasan untuk melakukan merger adalah:
Economies of scale
Dengan merger perusahaan dapat mencapai skala opersai yang ekonomis. Yang dimaksud dengan skala yang ekonomis adalah skala operasi dengan biaya rata-rata terendah. Tidak jarang dengan melakukan merger maka duplikasi fasilitas operasi dapat di hilangkan, begitu juga dengan usaha pemasaran yang menyangkut wilayah. Dengan merger dapat diperoleh syinergism yaitu nilai keseluruhan lebih besar dari penjumlahan nilai bagian-bagiannya.
Memperbaiki manajemen
Beberapa perusahaan dikelola dengan cara yang kurang efesien, akibatnya profitabilitasnya menjadi rendah. Dengan demikian mengapa perusahaan melakukan merger adalah memperbaiki manajemen. Kurangnya motivasi untuk mencapai profit yang tinggi. Dengan merger maka perusahaan dapat mempertahankan karyawannya pada tingkat yang memang benar-benar diperlukan sehingga kemakmuran pemegang saham dapat di tingkatkan.
Penghematan pajak.
Dengan melakukan merger dengan perusahaan lain yang memperoleh laba dengan tujuan agar pajak yang dibayarkan oleh perusahaan yang profitable yang lebih rendah.
Diversifikasi.
Bedasarkan pengalaman yang ada, perusahaan biasanya lebih mudah memperkenalkan produk baru dalam pasar yang baru yang akan dilayani perusahaan karena perusahaan telah memiliki jenis usaha yang lebih besar tanpa harus memulainya dari awal.
Meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Sebenarnya dengan adanya perusahaan melakukan merger maka perusahaan akan mengatasi hambatan untuk masuki pasar, resiko yang lebih rendah, dan dapat membentuk kembali jangkauan kompetitif perusahaan. Dan itu pada akhirnya perusahaan akan menjadi tumbuh dan berkembang dalam bersaing.
Sedangkan perusahaan menggunakan strategi restrukturisasi karena perubahan dalam lingkungan internal maupun eksternalnya yang secara khusus artaktif bagi perusahaan diversifikasi tersebut berkenaan dengan kompetensi intinya yang telah dikembangkan dalam lingkungan internalnya.
Persiapan-persiapan Merger
Pada perusahaan yang akan melakukan merger, sebelum pelaksanaannya ada beberapa persiapan-persiapan yang harus dilaksanakan oleh perusahaan. Baik yang sifatnya ke dalam (internal) perusahaan yang akan melakukan merger, maupun yang sifatnya keluar (eksternal). Persiapan-persiapan ini diantaranya:
a. Penunjukan pihak profesional.
Pihak profesional ini adalah pihak yang memiliki keahlian atau pengalaman spesifik tertentu yang ditunjuk dan dilibatkan untuk memberikan produk jasanya dalam rangka persiapan transaksi merger tersebut. Pihak profesional tersebut diantaranya adalah akuntan, konsultan hukum, perusahaan penilai, notaris, konsultan pajak, dan penasihat keuangan.
b. Pemeriksaan Hukum (Legal Due Digence).
Merger yang paling sedikit melibatkan dua perusahaan ini tidak akan berhasil dengan baik apabila perusahaan tersebut tidak dilakukan pemeriksaan aspek hukumnya. Hal ini dilakukan oleh konsultan hukum (lawyer) yang datang ke perusahaan untuk memeriksa arsip khusus dan melakukan legal audit, untuk melihat kelayakan perusahaan tersebut.
c. Penyusunan Usulan Rencana Penggabungan, Rancangan Penggabungan, dan Konsep Akta Merger.
Dalam penyusunan usulan ini menjadi tanggung jawab dan tugas pokok utama Direksi masing-masing perusahaan yang melakukan merger, dan diadakan rapat Direksi untuk kesepakatan usulan rencana penggabungan.
d. Penyampaian Rancangan Penggabungan kepada Kreditur.
Kreditur merupakan pihak yang tergolong penting dan menentukan keberhasilan merger. Setelah adanya rapat Direksi hasil rancangan tersebut disampaikan kepada kreditur. Tahap ini merupakan tahap yang sangat menentukan dapat dilaksanakan merger atau tidak, karena jika ada keberatan dari kreditur, maka merger tidak dapat dilakukan.
e. Pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham.
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dalam pelaksanaan persiapan merger memegang peranan sangat penting, tidak ada merger tanpa keputusan RUPS. Ini merupakan keputusan tertinggi dalam rapat, dimana pemegang saham yang hadir harus 2/3 dari jumlah pemegang saham.
Setelah persiapan - persiapan tersebut diatas dilaksanakan, barulah merger dapat dilaksanakan. Keputusan melaksanakan merger harus dipertimbangkan, karena dampak merger tersebut dapat terjadi pada aspek strategi, aspek keuangan, aspek operasional, aspek kemanusiaan, dan kultur organisasi perseroan disamping dampak sosial dan politik.
2.1.3 Akuisisi
Akuisisi berasal dari sebuah kata dalam bahasa Inggris acquisition yang berarti pengambilalihan. Kata akuisisi aslinya berasal dari bahasa. Latin, acquisitio, dari kata kerja acquirere.
Akuisisi adalah pengambil-alihan (takeover) sebuah perusahaan dengan membeli saham atau aset perusahaan tersebut, perusahaan yang dibeli tetap ada. Akuisisi bisa juga pembelian suatu perusahaan oleh perusahaan lain atau oleh kelompok investor. Akuisisi sering digunakan untuk menjaga ketersediaan pasokan bahan baku atau jaminan produk akan diserap oleh pasar. Contoh : Aqua diakuisisi oleh Danone, Pizza Hut oleh Coca-Cola, dan lain-lain.
Faktor yang paling mendasari terjadinya akuisisi adalah motif ekonomi. Trasaksi pembelian tersebut hanya akan terjadi kalau pembelian tersebut menguntungka kedua belah pihak. Menguntungkan pemilik perusahaan yang dijual dan juga pemili perusahaan yang membeli.
Kondisi saling menguntungkan tersebut akan terjadi kalau dari peristiwa akuisisi memperoleh sinergi. Senergi merupakan nilai gabungan dari kedua perusahaan tersebut lebih besar dari penjumlahan masing – masing nilai perusahaan yang digabungkan. Selain sinergi, akuisisi dilakukan karena 2 alasan yang yang meragukan (dubious). Alasan tersebut adalah diversifikasi dan jumlah EPS (earnings per share).
Namun, dari konsep CAPM diketahui bahwa diversifikasi tidaklah menimbulkan manfaat, karena pasar akan menentukan nilai perusahaan berdasarkan atas resiko yang tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi (risiko sistematis). Sedangkan yang terpenting dalam EPS adalah pertumbuhan EPS bukan jumlah EPS saat ini, karena analisis dilakukan atas pertimbangan jumlah EPS saat ini.
Akuisisi dibagi ada 3 yaitu :
a) Akuisisi horizontal,yaitu akuisisi perusahaan di industri yang sama dengan perusahaan yang mengakuisisi,
b) Akuisisi vertikal,yaitu akuisisi yang melibatkan perusahaan dengan tingkatan yang berbeda dalam proses produksi,
c) Akuisisi konglomerasi,yaitu perusahaan yang diakuisisi dan perusahaan yang mengakuisisi tidak saling berhubungan satu sama lainnya.
Akuisisi mempunyai kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan akuisisi antara lain:
a. Akuisisi saham tidak memerlukan rapat pemegang saham dan suara pemegang saham. Dalam akusisi saham, perusahaan yang membeli dapat berurusan langsung dengan pemegang saham perusahaan yang dibeli dengan melakukan tender offer sehingga tidak diperlukan persetujuan manajemen perusahaan. Karena tidak memerlukan persetujuan manajemen dan komisaris perusahaan, akuisisi saham dapat digunakan untuk pengambilalihan perusahaan yang tidak bersahabat (hostile takeover).
b. Akuisisi Aset memerlukan suara pemegang saham tetapi tidak memerlukan mayoritas suara pemegang saham seperti pada akuisisi saham sehingga tidak ada halangan bagi pemegang saham minoritas jika mereka tidak menyetujui akuisisi.
Sedangkan kelemahan akuisisi antara lain:
a) Jika cukup banyak pemegang saham minoritas yang tidak menyetujui pengambil-alihan tersebut, maka akuisisi akan batal. Pada umumnya anggaran dasar perusahaan menuju pada akuisisi sehingga akuisisi dapat terjadi. Namun bila perusahaan mengambil alih seluruh saham yang dibeli maka terjadi merger.
b) Pada dasarnya pembelian setiap aset dalam akuisisi aset harus secara hukum dibalik nama sehingga menimbulkan biaya legal yang tinggi.
Contoh menaksir biaya dan manfaat akuisisi:
Apabila harga saham sebelum diakuisisi adalah Rp 10.000,00 dan kemudian perusahaan yang akan diakuisisi (acquired company) meminta harga Rp 12.000,00, maka Rp 2.000,00 per saham merupakan biaya akuisisi yang harus dibayar oleh perusahaan yang akan mengakuisisi (acquiring company). karena itu, acquiring company hanya bersedia membayar Rp 2.000,00 lebih mahal kalau ia mengharapkan memperoleh manfaat dari peristiwa akuisisi tersebut lebih tinggi dari Rp 2.000,00. Dengan demikian, diperlukan adanya sinergi agar acquiring company bersedia membayar harga yang lebih tinggi daripada harga di bursa saat ini. Namun, apabila akuisisi dilakukan dengan cara pertukaran saham, maka manfaat bersih dan kerugian bersih dari akuisisi tersebut akan ikut dinikmati dan ditanggung oleh bekas pemegang saham acquiring company.
Ada beberapa alasan perusahaan melakukan penggabungan baik melalui merger maupun akuisisi, yaitu
a. Pertumbuhan atau diversifikasi
Perusahaan yang menginginkan pertumbuhan yang cepat, baik ukuran, pasar saham, maupun diversifikasi usaha dapat melakukan merger maupun akuisisi. Perusahaan tidak memiliki resiko adanya produk baru. Selain itu, jika melakukan ekspansi dengan merger dan akuisisi, maka perusahaan dapat mengurangi perusahaan pesaing atau mengurangi persaingan.
b. Sinergi
Sinergi dapat tercapai ketika merger menghasilkan tingkat skala ekonomi (economies of scale). Tingkat skala ekonomi terjadi karena perpaduan biaya overhead meningkatkan pendapatan yang lebih besar daripada jumlah pendapatan perusahaan ketika tidak merger. Sinergi tampak jelas ketika perusahaan yang melakukan merger berada dalam bisnis yang sama karena fungsi dan tenaga kerja yang berlebihan dapat dihilangkan. Sinergi dapat bersumber dari berbagai sebab. Misalnya, pemanfaatan manajemen, untuk beroperasi lebih ekonomis (operating economies of scale), untuk pertumbuhan yang lebih cepat, dan pemanfaatan penghematan pajak. Sinergi dapat berwujud operating maupun financial synergy.
c. Meningkatkan dana
Banyak perusahaan tidak dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi internal, tetapi dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi eksternal. Perusahaan tersebut menggabungkan diri dengan perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi sehingga menyebabkan peningkatan daya pinjam perusahaan dan penurunan kewajiban keuangan. Hal ini memungkinkan meningkatnya dana dengan biaya rendah.
d. Menambah ketrampilan manajemen atau teknologi
Beberapa perusahaan tidak dapat berkembang dengan baik karena tidak adanya efisiensi pada manajemennya atau kurangnya teknologi. Perusahaan yang tidak dapat mengefisiensikan manajemennya dan tidak dapat membayar untuk mengembangkan teknologinya, dapat menggabungkan diri dengan perusahaan yang memiliki manajemen atau teknologi yang ahli.
e. Pertimbangan pajak
Perusahaan dapat membawa kerugian pajak sampai lebih 20 tahun ke depan atau sampai kerugian pajak dapat tertutupi. Perusahaan yang memiliki kerugian pajak dapat melakukan akuisisi dengan perusahaan yang menghasilkan laba untuk memanfaatkan kerugian pajak. Pada kasus ini perusahaan yang mengakuisisi akan menaikkan kombinasi pendapatan setelah pajak dengan mengurangkan pendapatan sebelum pajak dari perusahaan yang diakuisisi. Bagaimanapun merger tidak hanya dikarenakan keuntungan dari pajak, tetapi berdasarkan dari tujuan memaksimisasi kesejahteraan pemilik.
f. Meningkatkan likuiditas pemilik
Merger antar perusahaan memungkinkan perusahaan memiliki likuiditas yang lebih besar. Jika perusahaan lebih besar, maka pasar saham akan lebih luas dan saham lebih mudah diperoleh sehingga lebih likuid dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil.
g. Melindungi diri dari pengambil-alihan
Hal ini terjadi ketika sebuah perusahaan menjadi incaran pengambilalihan yang tidak bersahabat. Target firm mengakuisisi perusahaan lain, dan membiayai pengambilalihannya dengan hutang, karena beban hutang ini, kewajiban perusahaan menjadi terlalu tinggi untuk ditanggung oleh bidding firm yang berminat.
Contoh Perhitungan Akuisisi
PT. A merencanakan akan mengakuisisi PT. B. Data kedua perusahaan tersebut adalah sebagai berikut:
Keterangan
PT A
PT B
EPS
Rp 1000,00
Rp 1000,00
Harga per saham
Rp 10.000,00
Rp 10.000,00
PER
10x
4x
Jumlah lembar saham
Rp10 Juta
Rp10 Juta
Laba setelah pajak
Rp 10 M
Rp 10 M
Nilai pasar equity
Rp 100 M
Rp 40 M
Misalkan PT. A dapat membeli PT. B dengan harga seperti saat ini dengan cara menukar saham, dan diharapkan tidak terjadi synergy. Bagaimana EPS, harga saham, PER, jumlah lembar, laba setelah pajak dan nilai equity setelah merger? Apa kesimpulan yang dapat kita peroleh?
Perhitungan akan lebih mudah kalau dimulai dengan menghitung:
(1)Laba setelah pajak = Rp10 miliar + Rp 10 miliar = Rp 20 miliar
(2)Nilai pasar equity = Rp 100 miliar + Rp 40 miliar = Rp 140 miliar
(3)Jumlah lembar saham: 10 juta + (Rp40 miliar/Rp10.000) = 14 juta lembar.
(4)Sehingga bisa dihitung: EPS, harga saham dan PER.
Hasilnya disajikan dalam tabel berikut ini.
Keterangan
PT A
PT B
PT A
(Setelah Merger)
EPS
Rp 1000,00
Rp 1000,00
Rp 1428,57
Harga per saham
Rp 10.000,00
Rp 10.000,00
Rp 10.000,00
PER
10x
4x
7x
Jumlah lembar saham
Rp10 Juta
Rp10 Juta
Rp 14 Juta
Laba setelah pajak
Rp 10 M
Rp 10 M
Rp 20 M
Nilai pasar equity
Rp 100 M
Rp 40 M
Rp 140 M
Menaksir Biaya Dan Manfaat Akuisisi
Analisis dilakukan dengan menggunakan asumsi bahwa pasar modal adalah efisien. Dengan demikian, maka harga saham yang tercantum di bursa merupakan harga yang wajar.
Misalkan jumlah lembar saham PT. S sebesar 10.000.000 lembar dengan harga saat ini sebesar Rp 8.000,00 per lembar. Dengan demikian nilai equity PT.S adalah Rp8 miliar. Dituliskan menjadi PVs = Rp80 miliar.
Apabila PT.S akan dibeli oleh PT.A (PT.A disebut sebagai acquiring company dan PT.S disebut acquired company), maka kemungkinansekali para pemegang saham PT.S akan meminta harga yang lebih tinggi dari Rp8.000,00 per lembar. Mengapa? Karena kalau PT.A juga hanya menawar dengan harga Rp8.000,00, maka pemegang saham PT.S juga dapat menjual sahamnya ke bursa (atau ke pemodal lain) dan memperoleh harga yang sama. Misalkan PT.A menawarkan harga Rp9.000,00 per lembar, maka biaya akuisisi tersebut adalah:
10.000.000 x (Rp9.000 – Rp8.000) = Rp 10 miliar
Karena itu, PT.A hanya bersedia membayar PT.S dengan harga Rp10 miliar lebih mahal kalau dengan pembelian tersebut,diharapkan PT.A akan dapat memperoleh manfaat lebih besar dari Rp10 miliar. Manfaat ini hanya akan terjadi kalau diharapkan akan timbul synergy. Misalkan PT.A adalah perusahaan industri makanan dan minuman, sedangkan PT.S adalah perusahaan distribusi. Misalkan diharapkan dari akuisisi tersebut PT.A akan dapat menghemat biaya distribusi sebesar Rp1.000 juta pada tahun depan, dan penghematan tersebut diharapkan akan meningkat sebesar 10% per tahun selamanya (sesuai dengan tingkat inflasi).
Apabila tingkat keuntungan yang dipandang layak adalah 17%, maka manfaat akuisisi tersebut adalah:
Manfaat = 1.000 juta/(0,17-0,10)
= Rp14,3 miliar
Manfaat positif menunjukkan adanya manfaat ekonomi bagi peristiwa akuisisi tersebut. Misalkan jumlah lembar saham PT.A adalah 50 juta lembar @Rp12.000,00. Dengan demikian maka PVA= Rp600 miliar. Sedangkan gabungan PT.A dan PT.S setelah memperoleh synergy (PVAS) adalah
= (Rp600 + Rp14,3 + Rp80) = Rp694,3miliar.
Manfaat juga bisa dihitung dengan:
Manfaat = PVAS – (PVA + PVS)
= 694,3 – (600 – 80)
= Rp 14,30 miliar
Manfaat bersih (NPV) adalah:
NPV = Rp14,3 – Rp10,0
= Rp4,30 miliar.
Menaksir Biaya Apabila Akuisisi Dilakukan Dengan Cara Pertukaran Saham
Apabila akuisisi dilakukan dengan cara pertukaran saham, maka pemegang saham perusahaan yang diakuisisi akan menjadi pemegang saham perusahaan yang mengakuisisi.
Dari contoh di atas, saham PT.S diganti dengan saham PT.A. Dengan demikian apabila setelah akuisisi diperoleh NPV positif, maka NPV tersebut akan ikut dinikmati oleh bekas pemegang saham PT.S. Sebaliknya apabila setelah akuisisi terjadi (NPV negatif), pemegang saham PT.S ikut menanggungnya.
Apabila saham PT.S dihargai Rp9.000,00 sedangkan 10 juta lembar tersebut akan diganti saham PT.A, maka PT.A perlu menggantinya dengan jumlah lembar saham (ingat harga saham PT.A adalah Rp12.000,00 per lembar),
(10 juta x Rp9.000,00)/Rp12.000,00 = 7.500.000 lembar
Jumlah lembar saham yang baru sekarang adalah,
50 juta + 7,5 juta = 57,5 juta
Nilai perusahaan setelah merger (PVAS), adalah Rp694,3 miliar. Dengan demikian harga saham per lembar setelah merger adalah,
Rp694,3 miliar/57,5 juta = Rp12.075 (dibulatkan)
Ini berarti bahwa bagi pemegang saham lama, mereka menikmati tambahan kemakmuran sebesar Rp75 per lembar, atau secara keseluruhan,
50 juta x Rp75 = Rp3,75 miliar.
Tambahan kemakmuran pemegang saham baru (bekas PT.S) adalah,
(7,5 juta x Rp12.075) – Rp80 miliar = Rp10,55 miliar.
2.2 Pengertian Reorganisasi
Reorganisasi adalah reorganization yaitu perubahan garis kewenangan, struktur organisasi, struktur keuangan dan perubahan lainnya yang ditujukan untuk memperbaiki struktur manajemen dan keuangan suatu organisasi. Reorganisasi juga merupakan salah satu bentuk perpanjangan atau komposisi dari kewajiban perusahaan.
Menurut Drs. A. Abdurrachman, Reorganisasi pada umumnya adalah pengaturan atau perbaikan mengenai susunan kapital suatu perseroan, biasanya yang meliputi penarikan kembali semua efek yang belum diselesaikan, dan penggantiannya dengan efek yang baru. Pada khususnya, adalah suatu recapitalization mengenai suatu perseroan yang jatuh bangkrut, yang menetapkan, bahwa para pemegang saham, pemegang obligasi, dan para kreditur menyetujui satu sama lain akan menyerahkan kepentingan-kepentingan dan tuntutan-tuntutannya, dan membentuk suatu perseroan yang baru untuk menyelesaikan hutang-hutang perseroan yang lama dan melanjutkan usaha-usahanya.
2.2 Pengolongan Reorganisasi
1). Reorganisasi Yuridis, yaitu perubahan mengenai bentuk hukum dari suatu perusahaan atau badan usaha.
2). Reorganisasi Intern, yaitu perubahan mengenai bentuk atau struktur organisasi (organisasi intern) dari suatu perusahaan atau badan usaha.
3). Reorganisasi Finansial, ialah perubahan menyeluruh dari keseluruhan struktur modal dalam perusahaan. Hal ini umumnya ditekankan pada adanya efisiensi biaya ( khususnya biaya tetap ) yang ada pada struktur biaya perusahaan
Reorganisasi dalam aspek finansial dilakukan untuk memperkecil beban finansial yang tetap sifatnya, dengan asumsi bahwa perusahaan masih mempunyai kemampuan operasional yang baik.
4). Reorganisasi operasional adalah reorganisasi yang dilakukan dalam rangka untuk mengganti mesin-mesin maupun peralatan-peralatan yang penggunaan jauh lebih efisien, mengurangi tenaga kerja dan melakukan pemangkasan biaya-biaya yang semestinya tidak perlu terjadi.
2.3 Ciri-Ciri Proses Reorganisasi
Tanpa mengaitkan dengan prosedur hukum yang dianut,proses-proses reorganisasi memiliki beberapa ciri sebagai berikut:
Perusahaan dinyatakan dalam keadaan insolvensi jika ia tidak bisa melunasi kewajiban kasnya pada tanggal jatuh tempo atau jika jumlah seluruh kewajiban melebihi jumlah aktiva perusahaan.
Dana baru harus diadakan untuk modal kerja dan rehabilitasi harta perusahaan
Semua sumber dan sebab kesulitan manajerial serta operasional harus diidentifikasikan dan mencari cara untuk menanggulanginya.
Pada dasarnya,reorganisasi hanya berupa komposisi atau penjadwalan kembali kewajiban perusahaan. Dimana terdapat prinsip dan kondisi yang harus dipenuhi yaitu:
Adil (Fair) artinya penjadwalan kembali harus adil atau wajar bagi semua pihak.
Flasible artinya sebagai hasil dari pengorbanan itu,rehabilitasi dan operasi perusahaan yang menguntungkan harus benar-benar layak,bisa dilakukan. Sebagai contoh, jika perusahaan mempunyai beban hutang terlalu tinggi sedangkan kemampuan penjualan sangat kecil, maka reorganisasi tidak layak dilakukan.
Standar Dalam Reorganisasi
Standar Kewajaran (Adil)
Patokan dasar kewajaran adalah, semua klaim harus dilaksanakan sesuai urutan priopritas kontrakndan hukum yang ada. Mereka yang digolongkan yunior, seperti pemegang saham biasa, hanya diizinkan berpartisipasi jika mereka dapat menambah kas perusahaan pada waktu reorganisasi diadakan.
Suatu pendekatan untuk menerapkan standar kelayakan mencakup langkah-langkah berikut
merumuskan perubahan dalam pengendalian dan kewajiban perseroan
mengestimasikan penjualan masa depan
menganalisis kondisi bersaing dan operasi sehingga tingkat laba masa depan atas penjualan dapat diestimasikan
menentukan tingkatv kapitalisasi yang akan doiiterapkan pada laba masa depan
menerapkan tingkat kapitalisasi pada laba masa depan yang diestimasikan untuk suatu nilai perusahaan yang ditunjukan
menentukan jumlah yang akan dibagikan kepada penuntut.
Standar Kelayakan
pengujian utama dari kelayakan adalah apakah beban tetap untuk memperoleh pendapatan setelah reorganisasi dapat ditutup oleh labanya atau, jika perusahaan terpaksa harus dijual, apakahb kemampuan perusahaan memperoleh laba bisa tercermin dalam niolai jualnya. Untuk dapat mneutup beban dari suatu perusahaan yang ingin terus peroperasi memerlukan peningkatan laba, penguragan beban tetap atau kedua-duanya. Bebrapa tindakan yang diperlukan untuk meningkatkan daya penghasilan laba perusahaan adalah sebagai berikut:
memperpanjang jatuh tempo kewajiban hutang dan mengurangi atau mengubah bebrapa klaim menjadi saham biasa.
Membawa bakat dan kemampuan baru kedalam perusahaan dimana manajemnnya tidak efisien dan tidak memadai untuk penyelesaian itu
Melepaskan persediaan yang usang dan melancarkan operasi perusahaan
Memodernisasi pabrik dan peralatan perusahaan untuk beroperasi dan bersaing secara berhasil atas dasar biaya
Meningkatkan produksi pemasaran, iklan dan fungsi-fungsi lain melalui reorganisasi guna memungkinkan perusahaan bersaing seecara berhasil
Mengembangkan produk baru seehingga perusahaan dapat beralih dari bidang-bidang di mana kecendrungan ekonominya tidak diinginkan kebidang di mana potensi pertumbuhan dan stabilitas lebih besar
Menggabungkan perusahan ke perusahaan lain sebagai suatu cara yang mungkin untuk mencapai langkah-langkah sebelumnya.
2.5 Langkah-Langkah Yang Ditempuh Dalam Reorganisasi Finansial
1. Menentukan nilai perusahaan
Penilaian yang sering digunakan, dan yang termasuk sederhana, adalah menghitung nilai perusahaan berdasarkan tingkat kapitalisasi.
Menghitung nilai perusahaan : Misalkan pihak pengadilan dan kurator mengestimasi penjualan di masa mendatang bias mencapai Rp 75 juta pertahun. Profit margin yang bias dicapai diperkirakan sekitar 10%. Dengan kata lain keuntungan yang diperkirakan diperoleh perusahaan tersebut adalah Rp 7,5 juta pertahun.
Menghitung tingkat kapitalisasi atau tingkat multiple dan nilai perusahaan : Misalkan saja tingkat kapitalisasi perusahaan yang sejenis adalah sekitar 12%. Maka, Nilai = 7,5 juta / 0,12 = Rp 62.500.000. Teknik multiple (seperti PER) juga bisa digunakan. Misalkan saja rasio PER (Price Earning Ratio)untuk perusahaan lain adalah sekitar 8 kali. Pihak penilai menganggap rasio tersebut cukup wajar untuk perusahaan tersebut. Dengan menggunakan teknik tersebut nilai perusahaan adalah :
Nilai perusahaan = Rp 7,5 juta x 8 = Rp 60 juta. Tentu saja teknik atau cara yang berbeda akan menghasilkan angka yang berbeda. Misalkan saja pihak kurator menentukan nilai perusahaan adalah Rp 60 juta.
2. Menentukan struktur modal yang baru
Struktur modal tersebut bertujuan mengurangi beban tetap (bunga) agar perusahaan bisa beroperasi dengan lebih fleksibel. Untuk mengurangi beban tetap tersebut, total hutang biasanya akan dikurangi. Jika tidak ada lagi harapan bahwa operasi perusahaan akan berhasil, maka likuidasi merupakan alternatif satu-satunya yang mungkin dilakukan oleh perusahaan. Berdasarkan contoh diatas karena jumlah Rp 60 juta tersebut lebih rendah dibandingkan total klaim (total pasiva), maka struktur modal yang baru perlu ditentukan. Struktur modal yang baru diharapkan lebih meringankan beban tetap perusahaan.
Konsolidasi Dalam Reorganisasi
Reorganisasi dan konsolidasi dilakukan dengan cara:
(1) Melakukan penghematan biaya. Pengeluaran-pengeluaran yang tidak perlu, ditunda atau dibatalkan.
(2) Menjual aktiva-aktiva yang tidak diperlukan
(3) Divisi (unit bisnis) yang tidak menguntungkan dihilangkan atau digabung
(4) Menunda rencana ekspansi sampai situasi dinilai telah menguntungkan
(5) Memanfaatkan kas yang ada, tidak menambah hutang (kalau dapat dikurangi dari hasil penjualan aktiva yang tidak diperlukan), dan menjaga likuiditas. Dalam jangka pendek mungkin sekali profitabilitas dikorbankan (profitabilitas terpaksa negatif)
Likuidasi
Likuidasi yaitu proses penjualan aktiva non-kas dari persekutuan karena perusahaan persekutuan sudah tidak memungkinkan untuk melunasi kewajiban jangka pendek maupun jangka panjangnya dan operasional perusahaan juga sudah tidak menguntungkan. Pengertian likuidasi sendiri bisa dilihat dari pendekatan aliran kas dan pendekatan stock. Dengan pendekatan stock, perusahaan bisa dinyatakan likuidasi jika total kewajiban lebih besar dari total aktiva. Jika perusahaan mempunyai hutang Rp 1 milyar, sedangkan total asetnya hanya Rp 500 juta, maka persuahaan tersebut sudah bisa dinyatakan likuidasi/bangkrut. Dengan pendekatan aliran kas, perusahaan akan bangkrut jika tidak bisa menghasilkan aliran kas yang cukup. Dari sudut pandang stock, perusahaan bisa dinyatakan likuidasi/bangkrut meskipun mungkin masih menghasilkan aliran kas yang cukup, atau mempunyai prospek yang baik di masa mendatang.
Likuidasi ditempuh apabila kreditur berpendapat bahwa prospek perusahaan tidak lagi menguntungkan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam likuidasi adalah likuidas mungkin akan memakan waktu yang lama dan aktiva mungkin akan terpaksa dijual dengan harga murah (distress price). Disamping itu, perusahaan harus melunasi kewajiban tertentu lebih dahulu, yaitu kewajiban terhadap para karyawan (gaji yang belum dibayar) dan pemerintah (pajak yang belum dibayar). Dengan demikian dapat terjadi bahwa akhirnya kreditur aka menerima jumlah yang relatif sangat kecil dari hasil penjualan aktiva perusahaan.
Likuidasi umumnya dilakukan dengan prioritas sebagai berikut:
1) Kewajiban terhadap para karyawan (hutang upah dan gaji) dipenuhi terlebih
dahulu.
2) Kewajiban terhadap pemerintah (hutang pajak) dipenuhi.
3) Aktiva-aktiva yang diagunkan dijual dan dipakai untuk melunasi hutang yang
dijamin dengan agunan tersebut. Apabila hasil penjualan aktiva tersebut mencukupi, maka sisanya dapat dipergunakan untuk melunasi kredit umum. Sebaliknya apabila tidak mencukupi, kekurangannya menjadi kredit umum.
Tujuan likuidasi
a) Mengkonversi aktiva perusahaan menjadi uang tunai dengan kerugian minimum dari realisasi aktiva.
b) Untuk menyelesaikan kewajiban yang sah dari persekutuan.
c) Untuk membagikan uang tunai dan tunai dan aktiva lain yang tidak dapat dicairkan kepada masing-masing sekutu dengan cara yang adil.
Tujuan fungsi akuntansi yang terkait dengan likuidasi adalah untuk menyajikan informasi yang memadai agar aktiva dapat dibagikan secara adil kepada kreditor dan sekutu dengan memperhatikan perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian terjadi pergeseran dari pengukuran rugi laba periodik menjadi penentuan realisasi keuntungan dan kerugian.
Proses likuidasi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
a) Melalui penyerahan (proses likuidasi yang tidak melalui pengadilan).
Likuidasi penyerahan adalah prosedur informal untuk melikuidir hutang, bagi kreditur cara ini lebih menguntungkan dibanding kepailitan formal karena mereka menerima lebih banyak. Dilakukan transfer kepemilikan aktiva kepada pihak ketiga yang disebut assignee atau trustee. Assignee diinstruksikan untuk menjual aktiva itu baik di bawah tangan atau melalui lelang umum dan hasilnya dibagikan kepada kreditur secara pro-rata.
b) Melalui kepailitan formal (berdasarkan yuridiksi suatu pengadilan khusus).
Ada dua alasan secara teoritis yang mendorong perusahaan menggunakan jalur formal, yaitu permasalahan Common Pool, dan Hold Out.
Common Pool. Misalkan suatu perusahaan mempunyai nilai hutang nominal sebesar total Rp 20 milyar, yang berasal dari 10 kreditor dengan besar masing-masing adalah sama (Rp 2milyar). Nilai pasar perusahaan tersebut jika bertahan adalah Rp 15milyar. Jika dilikuidasi, asset perusahaan bisa dijual menghasilkan kas sebesar Rp 10milyar. Misalkan kondisi perusahaan memburuk sehingga tidak bisa membayar salah satu hutangnya, maka kreditor tersebut bisa menuntut agar perusahaan dibangkrutkan.
Hold-Out. Misalkan pada contoh di atas perusahaan berhasil meyakinkan kreditor agar dilakukan restrukturisasi. Hutang yang lama (yang besarnya Rp 2 milyar untuk setiap kreditor), diganti dengan hutang baru yang nilainya lebih rendah, missal Rp 1,4 milyar untuk setiap kreditor. Jika kreditor menyetujui usulan tersebut, total hutang menjadi Rp 14milyar. Karena nilai perusahaan jika jalan terus adalah Rp 15 milyar, maka pemegang saham memperoleh sisa sebesar Rp 1 milyar. Perusahaan dengan demikian tidak perlu dilikuidasi, tetapi masih bisa berjalan terus. Kreditor secara keseluruhan juga diuntungkan (dibandingkan jika bangkrut), karena nilai Rp 14milyar lebih besar dibandingkan dengan Rp 10milyar (jika dibangkrutkan dan dilikuidasi.
Likuidasi kepailitan diatur dalam Undang-undang kepailitan yang mempunyai tiga fungsi penting, yaitu melindungi kreditur dari kemungkinan penipuan oleh debitur, pembagian aktiva debitur secara adil kepada para kreditur, menghapuskan semua kewajiban debitur sehingga yang bersangkutan dapat mulai usaha baru tanpa harus dibebani hutang terdahulu.
Distribusi aktiva dalam kepailitan ini diatur menurut urutan prioritas tagihan dalam Bab 5 Undang-undang kepailitan 1978, Pasal 507, ditetapkan masing-masing kreditur sebagai berikut:
1. Kreditur dengan jaminan (secured Creditor) akan menerima hasil penjualan harta perusahaan debitor.
2. Biaya pengendalian bantuan hukum lain dan trustee diperhitungkan ke dalam hasil.
3. Beban pengeluaran setelah kasus terpaksa (involuntary case), telah dimulai tetapi sebelum trustee dibentuk.
4. Jumlah upah untuk pegawai dibatasi tidak melebihi $2.000 per orang bila upah itu diterima tiga bulan sebelum petisi kepailitan diajukan secara resmi.
5. Jumlah $2.000 yang diizinkan mencakupi jumlah upah pegawai ditambah jumlah iuran dana pensiun pegawai yang belum dibayarkan. Klaim iuran dana pensiun yang belum dibayarkan diizinkan untuk diperhitungkan hanya jumlah yang diberikan 6 bulan sebelum petisi kepailitan diajukan.
6. Jumlah klaim tanpa jaminan terhadap deposito pelanggan $900 per orang.
7. Pajak yang berlaku secara efektif adalah semua jenis pajak yang wajib dibayar oleh perusahaan.
8. Kewajiban dana pensiun yang belum ada dananya lebih diperioritaskan kepada kreditor umum dan jumlah keseluruhannya dibatasi sampai 30 persen dari seluruh modal saham biasa dan preferen perusahaan; sisanya merupakan klaim yang sama seperti klaim kreditor umum.
9. Kreditor umum atau kreditor tanpa jaminan meliputi kredit dagang, pinjaman tanpa jaminan, obligasi tanpa jaminan (debenture bonds), dan bagian pinjaman dengan jaminan yang tidak terbayar serta rencana pensiun yang belum terpenuhi dananya.
10. Pemegang saham preferen dapat menerima jumlah sampai jumlah nominal saja.
11. Pemegang saham biasa menerima apa saja yang tersisa.
Likuidasi ditempuh apabila para kreditur berpendapat bahwa prospek perusahaan tidak lagi menguntungkan. Kalaupun ditambah modal, atau merubah kredit menjadi penyertaan, tidak terlihat membaiknya kondisi perusahaan. Dalam keadaan seperti ini para kreditur mungkin lebih menyukai untuk meminta perusahaan dilikuidir. Kadang-kadang sebelum para kreditur memutuskan untuk meminta perusahaan dilikuidasi, mereka bersedia melakukan penyelesaian sukarela. Dalam hal ini mereka mungkin sepakat untuk menunda tagihan mereka, baik atas bunga maupun pokok pinjaman. Cara ini hanya akan ditempuh kalau para kreditur berpendapat bahwa perusahaan memang masih akan mampu memenuhi kewajiban financial di masa yang akan datan
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Restrukturisasi merupakan tindakan atau kegiatan untuk merubah struktur perusahaan dengan tujuan untuk memperbaiki dan memaksimalisasi kinerja perusahaan. Restrukturisasi dilakukan setiap saat, bukan hanya bila perusahaan mengalami kemunduran saja tapi juga pada saat perusahaan mengalami kemajuan. Apabila perusahaan mengalami kemajuan, maka perusahaan akan melakukan perluasan usaha. Sedangkan bila perusahaan mengalami kemunduran, maka perusahaan akan melakukan penyempitan usaha. Perluasan usaha dilakukan dengan cara merger dan akuisisi. Merger merupakan penggabungan dua perusahaan atau lebih, dan nama perusahaan tersebut merupakan salah satu nama perusahaan dari perusahaan yang bergabung. Sedangkan akuisisi adalah pengambil-alihan (takeover) sebuah perusahaan dengan membeli saham atau aset perusahaan tersebut, perusahaan yang dibeli tetap ada. Ada beberapa alasan perusahaan melakukan penggabungan baik melalui merger maupun akuisisi, yaitu pertumbuhan atau diversifikasi, sinergi, meningkatkan dana, menambah ketrampilan manajemen atau teknologi, pertimbangan pajak, meningkatkan likuiditas pemilik, dan melindungi diri dari pengambil-alihan.
Reorganisasi (reorganization) adalah perubahan garis kewenangan, struktur organisasi, struktur keuangan dan perubahan lainnya yang ditujukan untuk memperbaiki struktur manajemen dan keuangan suatu organisasi. Reorganisasi juga merupakan salah satu bentuk perpanjangan atau komposisi dari kewajiban perusahaan. Reorganisasi dapat digolongkan menjadi reorganisasi yuridis, reorganisasi intern, reorganisasi finansial dan reorganisasi operasional yang ditujukan untuk memperbaiki struktur manajemen dan keuangan suatu organisasi. Reorganisasi dalam aspek finansial dilakukan untuk memperkecil beban finansial yang sifatnya tetap. Perusahaan melakukan reorganisasi finansial apabila dinilai bahwa prospek perusahaan masih biak, sehingga dapat tertolong. Sedangkan likuidasi yaitu proses penjualan aktiva non-kas dari persekutuan karena perusahaan persekutuan sudah tidak memungkinkan untuk melunasi kewajiban jangka pendek maupun jangka panjangnya dan operasional perusahaan juga sudah tidak menguntungkan.
DAFTAR PUSTAKA
Weston Fred & Copeland E Thomas.1997.Manajemen Keuangan.Binarupa Aksara:Jakarta
www.anantajosh.blogspot.com/2014/03/pengertian-merger-dan-akuisisi.
http://ensikloditya.blogspot.com/2012/04/restrukturisasi-reorganisasi-dan.html
http://iswandivaqih.blogspot.com/2013/04/pengaruh-marger-terhadap-pengembangan.html