2
BAB I
PENDAHULUAN
Ayam broiler merupakan unggas yang secara genetik dapat tumbuh cepat dan efisien dalam penggunaan pakan, tetapi daya tahan terhadap penyakit rendah. Pada pemeliharaan ayam broiler selain harus diberikan pakan yang baik kualitasnya dan cukup jumlahnya, juga harus dilakukan pencegahan penyakit.
Pemeliharaan ayam breeder farm harus dilakukan dengan program pencegahan penyakit yang ketat, teratur dan terarah. PT. Centralavian Pertiwi merupakan anak perusahaan PT. Charoen Pokphand Jaya Farm yang sudah terkenal dengan program pencegahan penyakitnya.
Maka di lakukan Praktek Kerja Lapangan di PT. Centralavian Pertiwi farm I Sukajaya dengan tujuan untuk mengetahui tata laksana pemeliharaan ayam broiler terutama dalam hal manajemen vaksinasi yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit, mencegah penyebaran penyakit serta mengetahui berbagai jenis penyakit yang dapat menyerang ayam broiler pembibit pada periode brooding. Manfaat dilaksanakannya Praktek Kerja Lapangan adalah agar mahasiswa memperoleh pengetahuan, menambah wawasan, ketrampilan dan dapat menerapkan teori tentang manajemen vaksinasi yang telah diperoleh pada saat perkuliahan sehingga dapat membandingkan dengan kenyataan yang ada di lapangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ayam Pembibit
Ayam pembibit merupakan hasil genetik yang memiliki karakteristik ekonomis, pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil telur tetas, konversi pakan rendah, dan daya tetasnya tinggi. Ayam pedaging adalah jenis ternak bersayap dari kelas aves yang telah didomestikasikan dan cara hidupnya diatur oleh manusia dengan tujuan untuk memberikan nilai ekonomis dalam bentuk daging (Yuwanta, 2004 dalam Adiguna, 2009). Ayam pedaging (broiler) memiliki banyak strain. Strain merupakan istilah untuk jenis ayam yang telah mengalami penyilangan dari bermacam - macam bangsa sehingga tercipta jenis ayam baru dengan nilai ekonomi produksi tinggi dan bersifat turun temurun (Santoso dan Sudaryani, 2011).
Ayam broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006 dalam Faradis, 2009). Ayam broiler memiliki kelebihan dan kelemahan, kelebihannya adalah dagingnya empuk, ukuran badan besar, bentuk dada lebar, padat dan berisi, efisiensi terhadap pakan tinggi, sebagian dari pakan diubah menjadi daging dan pertambahan bobot badan sangat cepat. Sedangkan kelemahannya adalah memerlukan pemeliharaan secara intensif dan cermat, relatif lebih peka terhadap suatu infeksi penyakit dan sulit beradaptasi (Murtidjo, 1987 dalam Faradis, 2009).
2.2. Pencegahan Penyakit
Penyakit ayam dapat dibedakan menjadi dua yaitu penyakit infectious yang disebabkan oleh adanya infeksi akibat virus, bakteri dan parasit. Sedangkan, penyakit non-infectious merupakan penyakit pada ayam yang penyebabnya bukan karena infeksi bibit penyakit. Secara garis besar, program pencegahan penyakit dibagi menjadi empat yaitu pencegahan ayam dari stres, program sanitasi, program vaksinasi dan program pengobatan (Fadilah, 2013).
2.2.1. Sanitasi dan Biosecurity
Program sanitasi atau biosecurity merupakan program yang dijalankan di sutau kawasan peternakan atau farm yang bertujuan untuk menjaga terjadinya perpindahanpenyebab penyakit menular (Fadilah, 2013). Sanitasi adalah berbagai kegiatan yang meliputi penjagaan dan pemeliharaan kebersihan kandang dan sekitarnya, peralatan dan perlengkapan kandang, pengelola kandang, serta orang dan kendaraan yang keluar masuk komplek perkandangan (Suprijatna et al., 2005).
Konsep biosecurity pada usaha peternakan adalah kegiatan yang terpadu pada suatu kawasan peternakan untuk mencegah adanya penyakit masuk, tinggal serta menginveksi ayam (Nuroso, 2012). Biosecurity adalah sejenis program yang dirancang untuk melindungi kehidupan. Dalam arti yang sederhana kalau untuk peternakan ayam adalah membuat kuman atau agen penyakit jauh dari tubuh ayam dan menjaga ayam jauh dari kuman (Hadi, 2005).
2.2.2. Vaksinasi
Vaksinasi bertujuan untuk menghindari penyakit yang disebabkan oleh virus yang sudah lama dikenal. Namun tujuan utama vaksinasi yaitu mencegah penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang belum tersosialisasi dengan baik. Vaksinasi tidak meninggalkan residu antibakteri, tidak menyebabkan resistensi bakteri, dan biayanya relatif lebih rendah (Soeripto, 2002). Program vaksinasi merupakan salah satu cara yang paling sering digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit disuatu kawasan peternakan ayam. Vaksinasi merupakan suatu aktivitas memasukkan agen penyakit (virus, bakteri tau protozoa) yang telah dilemahkan kedalam tubuh ayam (Fadilah, 2013).
Vaksinasi umumnya dilakukan secara individu, seperti tetes mata, tetes hidung atau tetes mulut serta injeksi. Vaksinasi secara masal dapat dilakukan dengan pemberian lewat air minum atau spray. Vaksinasi secara individual biasanya membutuhkan waktu lama dan tingkat ketrampilan yang baik, untuk memastikan agar vaksin yang diberikan dapat masuk secara utuh kedalam tubuh ayam. Sedangkan vaksinasi secara masal sangat umum dilakukan untuk pemberian vaksin aktif, karena disamping efisien waktu dan tenaga kerja juga dapat mengurangi tingkat stress yang ditimbulkan pasca vaksinasi (Romindo, 2005).
2.3. Program Vaksinasi
2.3.1. Vaksin
Vaksin adalah bibit penyakit yang telah dilemahkan atau di matikan dan dimasukkan ke tubuh ayam untuk merangsang kekebalan dari tubuh untuk melawan penyakit (Santoso dan Sudaryani, 2011). Vaksin adalah suatu produk yang mengandung bibit penyakit tertentu yang telah dilemahkan. Setiap vaksin hanya mampu menimbulkan kekebalan tubuh khusus terhadap penyakit tertentu (Suprijatna et al., 2005).
2.3.2. Tipe vaksin
Vaksin dibedakan menjadi tiga jenis yaitu vaksin hidup (Lived Vaccine) artinya mikroorganisme dalam vaksin masih hidup dan memiliki kemampuan yang lengkap untuk menghasilkan kekebalan tubuh. Vaksin yang dilemahkan (Attenuated Vaccine) yaitu vaksin yang dibuat dengan cara melemahkan organisme aktif dan vaksin yang dimatikan (Killed Vaccine) yaitu organisme yang digunakan untuk menghasilkan vaksin telah dimatikan dan tidak memiliki kemampuan untuk menularkan penyakit (Fadilah, 2013).
2.3.3. Tingkat kekebalan yang ditimbulkan
Kemampuan lived vaccine untuk menumbuhkan daya tahan tubuh lebih tinggi dibandingkan dengan killed vaccine karena mikroorganisme tersebut akan tumbuh dan berkembang biak dalam tubuh unggas. Sementara kekuatan killed vaccine untuk merangsang antibodi unggas tergantung pada unit antigenik yang terkandung dalam dosis vaksin (Suprijatna. et al, 2005).
2.3.4. Cara melakukan vaksinasi
2.3.4.1. Tetes mata (intra ocular) Melaksanakan vaksin dengan cara meneteskan vaksin ke mata ayam. Cara pelaksanaannya yaitu menuangkan pelarut kedalam botol vaksin hingga terisi dua pertiga bagian botol, menutup botol dan kocok secara perlahan hingga tercampur merata, mengganti tutup botol dengan penutup botol untuk vaksin tetes mata, kemudian meneteskan vaksin yang sudah dipersiapkan (Fadilah, 2013).
2.3.4.2. Suntik bawah kulit (subcutaneous) Vaksinasi dilakukan dengan cara menyuntikkan vaksin dibawah kulit, biasanya sekitar leher (Fadilah, 2013).
2.3.4.3. Melalui air minum (drinking water) Vaksinasi dilakukan melalui air minum dimana air yang digunakan untuk melarutkan vaksin harus bersih dan bebas klorin, peralatan yang digunakan harus bebas dari desinfektan. Vaksin bisa diperpanjang umurnya dengan cara menambahkan 2-5 gram skim per liter air, tergantung kondisi air (Fadilah, 2013).
2.3.4.4. Tusuk jarum (wing web) Vaksinasi dilaksanakan dengan cara menusukkan jarum di sekitar selaput sayap ayam dari arah bagian dalam sayap. Cara mencampurkan vaksin sama dengan cara mencampurkan vaksin melalui tetes mata. Pelarut yang digunakan biasanya pelarut khusus untuk vaksinasi melalui tusuk sayap. Alat yang dipakai berupa jarum bercabang dua (Fadilah, 2013).
2.3.5. Faktor yang perlu diperhatikan ketika melakukan vaksinasi
2.3.5.1. Jenis vaksin Sebagian besar vaksin untuk unggas adalah jenis live vaccine yang diproduksi di laboratorium dengan cara membiakkan strain-strain mikroorganisme dalam telur yang telah berisi embrio dengan sistem kultur sel (Suprijatna. et al, 2008).
2.3.5.2. Cara mendapatkan vaksin Vaksin harus diperoleh dari sumber terpercaya, periksa batas waktu pemakaian dan memilih vaksin yang masih panjang batas waktu pemakaiannya (Fadilah, 2013).
2.3.5.3. Cara penyimpanan vaksin Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat penyimpanan vaksin yaitu mengindari sinar matahari langsung, menghindari panas yang ditimbulkan dari bara rokok, menghindari penyimpanan yang berdekatan dengan detergen dan desinfektan, serta penyimpanan vaksin ditempat yang memiliki temperatur 4-8oC (Fadilah, 2013).
2.3.5.4. Cara pencampuran vaksin Cara pencampuran vaksin secara umum yaitu pelarut dituangkan kedalam botol vaksin hingga terisi dua per tiga bagian botol, kemudian botol ditutup dan dikocok secara berlahan hingga tercampur merata. Pada vaksin yang dicampur air minum, maka perhitungan volume air yang digunakan harus tepat. Hal ini disesuaikan dengan umur ayam dan kondisi iklim. Air yang mengandung chlor atau desinfektan harus dihindari. Pada jenis vaksin injeksi, cara pelaksanaannya yaitu vaksin harus dikocok secara hati-hati hingga tercampur merata. Vaksin disuntikkan kebagian tertentu dengan dosis sesuai anjuran (Fadilah, 2013).
2.3.5.5. Kondisi ayam Kodisi ayam pada saat vaksinasi harus sehat, ayam harus diperlakukan secara hati-hati agar terhindar dari stres fisik yang berlebihan dan pelaksanaan vaksinasi harus sesuai dengan rekomendasi (Fadilah, 2013).
2.3.5.6. Jadwal vaksinasi Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah mengetahui waktu penyakit bisa menyerang sehingga vaksinasi dilakukan sebelum penyakit tersebut menyerang, mengetahui jenis vaksin yang akan digunakan, mengetahui umru ayam, dan mengetahui tanggal rencana dilakukannya vaksinasi (Fadilah, 2013).
2.3.5.7. Pelaksanaan vaksin Secara khusus dosis dan cara pemberian vaksin tertentu sudah ditetapkan oleh produsen pembuat vaksin. Apabila hal tersebut dilakukan tidak sesuai aturan maka dapat terjadi kegagalan vaksinasi. Jarum suntik yang tidak steril dan tidak stabil akan mengurangi potensi vaksin. Salah dosis seperti kekurangan dosis vaksin akan menimbulkan imunitas kurang, sedangkan kelebihan dosis akan menimbulkan immunotolerant dan harga vaksin semakin mahal. Bahan pengencer yang tidak steril menjadikan vaksin tidak murni lagi. Vaksinasi dilakukan saat udara dingin yaitu pada pagi hari atau sore hari untuk mencegah terjadinya stres (Fadilah, 2013).
2.3.5.8. Pencatatan dan laporan kegiatan vaksin Laporan kegiatan vaksinasi meliputi beberapa hal yaitu tanggal pelaksanaan vaksin harus dicatat sebagai bahan untuk mengontrol hasil vaksinasi dan administrasi, nama perusahaan dan nomor seri vaksin dicatat untuk memudahkan kontrol dan komplain jika ada masalah vaksinasi serta nama pelaksana vaksinasi harus dicatat karena kegagalan vaksinasi juga bisa disebabkan oleh kesalahan pelaksana (Fadilah, 2013).
2.3.5.9. Kegiatan pengawasan pascavaksin Beberapa perlakuan pascavaksinasi yang harus dilakukan yaitu memberikan vitamin selama 3-5 hari tergantung dari kondisi ayam dan memusnahkan bekas vaksin seperti botol atau bekas vaksin lainnya direbus atau dibakar serta peralatan yang berupa vaksination gun harus segera dibersihkan dan direbus (Fadilah, 2013).
BAB III
MATERI DAN METODE
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) mengenai Manajemen Vaksinasi pada Ayam Pembibit Broiler Periode Brooding dilaksanakn pada tanggal 3 Februari – 28 Februari 2014 di PT. Centralavian Pertiwi Farm I Sukajaya Lampung.
3.1. Materi
Materi yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan yaitu peternakan pembibit ayam broiler periode brooding di PT Centralavian Pertiwi Farm I Sukajaya, Lampung.
3.2. Metode
Metode yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan yaitu metode survey dengan partisipasi aktif meliputi pengamatan langsung, melakukan kegiatan rutin dan melakukan pencatatan data di PT Centralavian Pertiwi Farm I Sukajaya Lampung. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara langsung terhadap karyawan maupun staf perusahaan dengan bantuan questioner (lampiran I). Pengumpulan data sekunder dilakukan berdasarkan data-data yang ada di instansi terkait. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh serta dibandingkan dengan studi pustaka. Kemudian menyusun laporan Praktek Kerja Lapangan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Umum Perusahaan
PT. Centralavian Pertiwi Farm I unit Lampung merupakan sebuah perusahan agribisnis yang bergerak di bidang Breeding farm dan Hatchery (penetasan). Perusahan ini terletak di Jalan Raya Panjang – Bakauheni KM 20, desa Sukajaya Kecamatan Katibung Lampung Selatan yang memiliki letak geografis 105o- 105,45o BT dan 5,15o- 6,10o LS. Kabupaten Lampung Selatan memiliki luas wilayah 2.109,74 km2 dengan ketinggian ± 30-60 mdpl dan jumlah penduduk sebanyak ± 923.002 jiwa. Kawasan Lampung Selatan beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata 2.000-3.000 mm/ tahun. Suhu rata-rata di kawasan tersebut berkisar 26oC- 28oC. Suhu maksimum mencapai 30oC, sedangkan suhu minimum 22oC. Kelembaban udara dikawasan tersebut rata-rata berkisar antara 80%- 88%.
Sejarah berdirinya perusahaan ini pertama kali yaitu pada tahun 1995 yang diberi nama Indonesia Farming. Tahun 1998, perusahaan ini mengalami failed sehingga diambil alih oleh Subur Grup. Bulan Januari 2003, perusahaan tersebut akhirnya resmi dibeli oleh PT. Charoen Pokphand Jaya Farm dengan modal PMDN (Pemilik Modal Dalam Negeri) dan berganti nama menjadi PT. Centralavian Pertiwi. Perusahaan ini memiliki luas 10,8 ha, yang mana sekitar ± 10,5 ha merupakan bangunan Breeding farm dan ± 0,3 ha untuk bangunan Hatchery. Sumber air yang digunakan pada perusahaan tersebut berasal dari sumber air tanah. Jarak perusahaan dengan pemukiman penduduk sekitar ± 1 km, sedangkan jarak perusahaan dari jalan raya ± 30 m (lihat lampiran II).
4.2. Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja
Perusahaan peternakan PT. Centralavian Pertiwi farm I Sukajaya merupakan perusahaan peternakan ayam broiler pembibit yang memiliki jumlah pekerja sebanyak 65 orang dan memiliki struktur organisasi (lihat ilustrasi 1) yang sangat jelas. Sehingga dapat mendukung kemajuan dan kelancaran perusahaan peternakan tersebut.
PT. Centralavian Pertiwi farm I Sukajaya dipimpin oleh 1 orang manajer yang dibantu oleh 3 orang supervisior, 1 orang PGA unit, 1 orang statistik, 1 orang Back up Statistik, 1 orang korlap, 4 orang S.R. careteker (chief anak kandang), 37 orang careteker (anak kandang), 3 orang driver (sopir), 2 orang washer, 1 orang OG (office girl), 2 orang gardener (tukang kebun), 1 orang go down (petugas kebersihan kandang), 5 orang feed sender (pengantar pakan) dan 1 orang kantin. Manajer farm bertugas mengelola secara operasional dalam satu unit peternakan dan bertanggung jawab terhadap kepala manajer produksi (General Manajer) wilayah Lampung. Supervisor bertugas menangani, mengawasi semua pekerjaan teknis dilapangan dan bertanggung jawab terhadap semua kandang. Supervisor dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh S.R. Caretaker (Chief) yang biasanya dikenal sebagai asisten supervisor. Caretaker (anak kandang) bertugas sebagai pengelola kandang, dan setiap kandang dipegang oleh 2 orang. PGA unit bertanggung jawab terhadap semua kebutuhan dalam pelaksanaan kegiatan farm
baik berupa peralatan maupun kebutuhan lain yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan. Bagian statistik bertugas untuk mengolah data yang diperoleh di lapangan, mulai dari jumlah ayam, mortalitas maupun jumlah culling. Back up Statistik bertanggung jawab terhadap semua hal yang menyangkut administrasi yang ada di perusahaan. Driver (sopir) bertugas membantu feed sender dalam distribusi pakan ke masing-masing kandang dan mengangkut DOC pada saat proses chick in. Washer bertugas untuk mencuci semua baju yang telah digunakan. Washer dibagi menjadi dua yaitu bertugas di area I (perkantoran) dan area II (area kandang). Gardener bertugas menjaga kebersihan dilingkungan farm. OG (office girl) bertugas mencuci pakaian dan membersihkan area kantor. Go down bertanggung jawab membersihkan gudang. Feed sender (pengantar pakan) bertugas mendistribusikan pakan ke masing – masing kandang. Korlap bertugas mengkoordinasi semua kegiatan di lapangan. Kantin bertugas mengurus konsumsi untuk semua karyawan perusahaan.
4.3. Sistem Pemeliharaan
4.3.1. Sistem Pemeliharaan
Manajemen pemeliharaan yang diterapkan pada perusahaan PT. Centralavian Pertiwi farm I Sukajaya meliputi persiapaan kandang sebelum DOC masuk yaitu melakukan pembersihaan kandang dari sisa – sisa produksi yang sebelumnya, melakukan sanitasi lingkungan, sanitasi peralatan kandang dan menyiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk periode brooding seperti blower, induk buatan, tempat pakan, nippel, termometer, catatan recording untuk masing – masing pen, menyiapakan pakan, dan memasang partisi.
4.3.2. Pencegahan Penyakit
Program pencegahan penyakit yang diterapkan di PT. Centralavian Pertiwi farm I Sukajaya meliputi program sanitasi dan biosecurity serta pencegahan penyakit dari dalam tubuh unggas itu sendiri dengan cara vaksinasi. Program pencegahan penyakit yang diterapkan bertujuan untuk membatasi dan memutus penyebaran bibit penyakit yang menular kedalam area farm. Fadilah (2013) menyatakan bahwa program pencegahan penyakit dibagi menjadi empat yaitu pencegahan ayam dari stres, program sanitasi, program vaksinasi dan program pengobatan.
4.3.2.1. Sanitasi, Sanitasi merupakan cara pencegahan penyakit yang dilakukan dengan tujuan untuk membatasi dan memutus penyebaran bibit penyakit yang menular di area farm. Program sanitasi dilakukan mulai dari sanitasi kandang, peralatan kandang dan lingkungan sekitar kandang. Suprijatna et al., (2005) menyatakan bahwa sanitasi adalah berbagai kegiatan yang meliputi penjagaan dan pemeliharaan kebersihan kandang dan sekitarnya, peralatan dan perlengkapan kandang, pengelola kandang, serta orang dan kendaraan yang keluar masuk komplek perkandangan. Pelaksanaan sanitasi di dalam kandang sebelum DOC masuk, langkah – langkah yang dilakukan sebagai berikut:
Tebar racun tikus (cotract)
Semprot pembasmi serangga (cynoff) I (20 mg/liter air) dan semprot formalin I 10%
Cuci kandang dengan deterjen
Semprot pembasmi serangga (cynoff) II (20 mg/liter air)
Tebar kapur
Semprot formalin II (20 liter/200 liter air)
Semprot formalin III (10%)
Semprot desinfektan (tektrol) I (1 liter/200 liter air)
Semprot pembasmi serangga (cynoff) III (20 mg/liter air)
Semprot desinfektan (bromoquat) (1 liter/200 liter air)
Semprot desinfektan (tektrol) II (1 liter/200 liter air)
Semprot formalin IV (10%)
Fogging/fumigasi (forsent fumigant 15 gr/m2 + formalin 30 ml/m2)
Sanitasi peralatan kandang (lihat ilustrasi 2) yang dilaksanakan pada farm
Ilustrasi 2. Sanitasi Peralatan
I Sukajaya yaitu dengan mencuci peralatan kandang menggunakan detergen dan mencuci nipel dengan menggunakan CID 2000 (acidifier) dengan tujuan agar tidak ada mikroorganisme pembawa penyakit yang masih tertinggal pada proses produksi sebelumnya.
Sanitasi terhadap lingkungan sekitar kandang (lihat ilustrasi 3) dilakukan dengan menyemprotkan formalin dengan tujuan untuk membunuh mikroorganisme dan menjaga kebersihan lingkungan agar tidak ada bibit penyakit yang dibawa masuk kedalam kandang. Berdasarkan peraturan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (2013), pembersihan dan pensucihamaan kandang yang baru dikosongkan dilakukan dengan menggunakan desinfektan dan kandang harus dikosongkan minimal 2 minggu sebelum digunakan kembali. Desinfeksi kandang dan peralatan serta pembasmian serangga, parasit, dan hama lainnya dilakukan secara teratur.
Ilustrasi 3. Sanitasi Lingkungan
4.3.2.2. Biosecurity, Program biosecurity yaitu pencegahan penyakit yang dilakukan dengan cara membatasi keluar atau masuknya manusia maupun peralatan kandang untuk mencegah penyebaran penyakit yang menular dari luar yang masuk kedalam kandang melalui manusia ke hewan atau sebaliknya, serta mencegah masuknya hewan – hewan pengerat yang dapat menjadi vektor (pembawa) bibit penyakit, seperti burung, tikus, bekicot, atau hewan pengerat lainnya.
Kandang menggunakan sistem closed house (lihat ilustrasi 4) yang dilengkapi dengan jaring – jaring pada bagian luar merupakan salah satu program pencegahan penyakit yang diterapkan dengan tujuan untuk mencegah masuknya burung – burung liar atau hewan lainnya yang membawa bibit penyakit menular ke dalam kandang.
Ilustrasi 4. Sistem Closed House
Sistem biosecurity yang diterapkan terhadap manusia, barang maupun kendaran sesuai dengan Standar Operasional Perusahaan (SOP) yaitu sebelum masuk area I untuk kendaraan di sanitasi terlebih dahulu dengan di semprot menggunakan desinfektan (lihat ilustrasi 5). Sedangkan untuk pengunjung atau karyawan diharuskan mandi terlebih dahulu sebelum masuk area II (area kantor) maupun area III (area farm) dengan menggunakan desinfektan (lihat ilustrasi 6). Tujuannya yaitu untuk membersihkan tubuh dari bibit penyakit yang dibawa dari luar area farm dan mengganti pakaian dengan seragam yang sudah disediakan oleh perusahaan. Sementara itu, untuk peralatan seperti handpone, buku, dan kamera atau benda – benda yang tidak dapat disterilisasi dengan desinfektan maka benda tersebut wajib untuk dimasukkan kedalam ultraviolet box (lihat ilustrasi 7).
Ilustrasi 5. Sanitasi Kendaraan Ilustrasi 6. Shower Staff
Berdasarkan peraturan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (2013), program biosecurity bertujuan untuk mencegah kemungkinan terjadinya kontak atau penularan bibit penyakit hewan pada ternak, sehingga suatu perusahaan seyogyanya melakukan tindakan seperti lokasi pembibitan memiliki pagar untuk memudahkan control. Selain itu, memiliki sprayer untuk mendesinfeksi kandang dan individu yang akan masuk kandang.
Ilustrasi 7. Ultraviolet box
4.3.2.3. Vaksinasi, program pencegahan vaksinasi di PT. Centralavian Pertiwi farm I Sukajaya dilakukan secara masal dan juga secara individual. Vaksinasi secara masal dilakukan melalui pemberian vaksin air minum (drink water). Sedangkan pemberian vaksin secara individual dilakukan melalui tetes mata (intra ocular), suntik bawah kulit (subcutaneous), dan tusuk jarum (wing web). Vaksinasi dilakukan karena ayam pembibit broiler (parent stock) rentan terhadap bibit penyakit terutama pada periode brooding. Vaksinasi dilakukan dengan tujuan untuk pembentukan sistem kekebalan didalam tubuh ayam. Romindo (2005) menyatakan bahwa vaksinasi secara individual biasanya membutuhkan waktu lama dan tingkat ketrampilan yang baik, untuk memastikan agar vaksin yang diberikan dapat masuk secara utuh kedalam tubuh ayam. Sedangkan vaksinasi secara masal sangat umum dilakukan untuk pemberian vaksin aktif, karena disamping efisien waktu dan tenaga kerja juga dapat mengurangi tingkat stress yang ditimbulkan pasca vaksinasi.
Pelaksanaan vaksinasi untuk periode brooding dilakukan pada pagi hari, sedangkan untuk periode laying dilakukan pada sore hari agar tidak mengganggu proses produksi. Berdasarkan peraturan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (2013), vaksinasi terhadap penyakit unggas menular sesuai jadwal yang dibuat dan dibawah pengawasan Dokter Hewan yang berwenang.
4.4. Program Vaksinasi
Berikut ini merupakan jadwal kegiatan vaksinasi beserta dosis dan aplikasi vaksin yang dilakukan di PT. Centralavian Pertiwi farm I Sukajaya:
Tabel 1. Program Vaksinasi dan Dosis Vaksin di PT. Centralavian Pertiwi
Umur
Jenis Vaksin
Aplikasi
Produsen Vaksin
1 hari
MD (CVI 988 + HVT)
Suntik bawah kulit (Hatchery)
Intervet, Fort Dodge
Coccivac (Type D)
Spray (Hatchery)
Schering Plough
7 hari
dari awal datang
ND + IB (Ma5+Cione 30)
Tetes mata
Intervet
Nobilis NewCAVAC/Volvac ND KV (0,25 ml)
Suntik bawah kulit
Intervet, Boehringer
14 hari
IBD (LZ 228 E)
Air minum
Intervet
Reo (S-1133) (0,2 ml)
Suntik bawah kulit
Intervet
21 hari
ND + IB (Ma5 + Clone 30)
Tetes mata
Intervet
Vaksimun AI Plus (0,2 ml)
Suntik bawah kulit
Vaksindo
FP
Suntik sayap
Intervet, LAH
4.4.1. Jenis Vaksin
Vaksin merupakan suatu preparat biologis yang berasal dari kultur mikroorganisme yang sudah dilemahkan atau dimatikan tetapi masih mempunyai sifat – sifat immunogenik sehingga apabila diberikan kepada hewan yang sehat akan merangsang pembentukan antibodi yang dapat melindungi hewan terhadap mikroorganisme yang sesuai dengan jenis vaksin. Jenis vaksin yang digunakan di PT. Centralavian Pertiwi farm I Sukajaya yaitu jenis vaksin hidup dan vaksin mati atau inaktif. Salah satu contoh jenis vaksin yang digunakan yaitu vaksin ND lived (lihat ilustrasi 8) dan ND killed (lihat ilustrasi 9).
Vaksin yang dipilih yaitu vaksin lived (aktif) dan vaksin killed (inaktif), namun dalam penggunaannya dilakukan secara kombinasi. Keunggulan vaksin aktif yaitu proteksi terbentuk segera, dapat diberikan secara masal, dan harga per dosis murah. Sedangkan keunggulan vaksin inaktif yaitu tidak ada reaksi setelah vaksinasi, proteksi berlangsung lama, dan bukan agen penularan.
Ilustrasi 8. Vaksin Lived
Ilustrasi 9. Vaksin Killed
Menurut pendapat Hadi (2005) menyatakan bahwa virus yang ideal untuk vaksin adalah yang tidak memberikan reaksi dan mempunyai tingkat kekebalan yang tinggi.
Perlakuan terhadap vaksin lived dan killed berbeda, karena tingkat sensitivitas mikroorganisme. Vaksin lived cenderung lebih sensitif sehingga vaksin tersebut harus disimpan pada suhu < 5oC dan tidak boleh terlalu lama berada di ruangan terbuka. Sementara vaksin killed disimpan pada suhu 2-8oC
Ilustrasi 10. Ruang penyimpanan vaksin
(lihat ilustrasi 10). Fadilah (2013) menyatakan bahwa beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat penyimpanan vaksin yaitu mengindari sinar matahari langsung, menghindari panas yang ditimbulkan dari bara rokok, menghindari penyimpanan yang berdekatan dengan detergen dan desinfektan, serta penyimpanan vaksin ditempat yang memiliki temperatur 4-8oC.
4.4.2. Persiapan Sebelum Vaksinasi
Persiapan yang dilakukan sebelum vaksinasi yaitu mempersiapkan peralatan yang akan digunakan dan menyiapkan vaksin yang akan diberikan. Peralatan yang akan digunakan pada saat vaksin harus disanitasi terlebih dahulu dengan air bersih. Peralatan yang digunakan yaitu thermos es, gang injektor, jarum, spuit, alkohol, counter, selang injektor dan tissu. Melakukan pengecekan ulang terhadap vaksin yang akan diberikan, lalu memasukkan kedalam termos es yang berisi es batu untuk menjaga agar suhu tetap stabil dan terhindar dari sinar matahari secara langsung pada saat membawa ke area farm. Selain itu, menyiapkan perlengkapan lain yang akan digunakan seperti jaring dan tali, ember berisi desinfektan dan plastik bekas. Apabila vaksin yang digunakan jenisnya vaksin killed atau inaktif, maka dilakukan proses thawing (pencairan) terlebih dahulu untuk meningkatkan suhu vaksin secara bertahap. Proses thawing dilakukan minimal 6-8 jam sebelum kegiatan vaksinasi dilakukan (lihat ilustrasi 11). Perlakuan yang dilakukan terhadap DOC sebelum kegiatan vaksinasi yaitu pemberian vitamin yang dicampurkan pada air minum dilakukan selama 3 hari sebelum dilaksanakannya kegiatan vaksinasi.
Ilustrasi 11. Proses Thawing
4.4.3. Cara Pencampuran
Cara pencampuran vaksin untuk tetes mata maupun inject yaitu melarutkan vaksin dalam pelarut yang dingin. Sedangkan cara pencampuran untuk vaksinasi melalui air minum yaitu pertama melarutkan susu skim 2-4 gram per liter air secara merata, kemudian melarutkan vaksin ke dalam air yang sudah diberi susu skim lalu aduk sampai rata. Setelah itu, menuangkan campuran vaksin ke dalam tempat minum. Dosis pemberian vaksin melalui air minum untuk ayam umur 7-14 hari per 1000 dosis vaksin sebanyak 10-20 liter, sedangkan untuk ayam umur 3-4 minggu per 1000 dosis vaksin sebanyak 20-40 liter. Namun, untuk vaksinasi melalui air minum (drink water) biasanya diterapkan untuk vaksinasi ulang.
4.4.4. Cara Pelaksanaan
Pecegahan penyakit dengan cara vaksinasi untuk periode brooding yang diterapkan pada farm I Sukajaya yaitu melalui tetes mata (intra ocular), suntik bawah kulit (subcutaneous), dan tusuk sayap (wing web). Vaksin tetes mata bagian kiri dan suntik bawah kulit dilakukan pada hari ke- 7 yaitu ND (Newcastle disease) dan IB (Infectious bronchitis). Hari ke-14 dilakukan vaksinasi IBD (Infectious brusal disease) dan Reo melalui air minum dan suntik bawah kulit. Hari ke-21 dilakukan vaksinasi ND dan IB, AI (Avian Influenza) dan FP (Fowl pox) melalui tetes mata, suntik bawah kulit dan tusuk sayap. Berdasarkan peraturan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (2013), vaksinasi dilakukan terhadap penyakit marek's, Infectious Laryngotracheolitis (ILT), Newcastle disease (ND), Infectious bronchitis (IB), Infectious bursal disease (IBD), Coryza, Avian influenza (AI), Fowl pox, Fowl thyphoid, serta penyakit hewan lainnya yang ditetapkan dan dilakukan sesuai petunjuk teknis kesehatan hewan.
Pelaksanaan vaksinasi dengan tetes mata (intra ocular) dilakukan dengan
Ilustrasi 12. Tetes Mata (intra ocular)
cara kepala diposisikan secara horizontal, sehingga vaksin tidak cepat bergulir. Bagian ujung botol tetes jangan sampai mengenai mata. Vaksinasi tetes mata pada hari ke- 7 dilakukan terhadap mata sebelah kiri (lihat ilustrasi 12).
Pelaksanaan vaksinasi melalui suntik bawah kulit dilakukan dengan cara mengangkat kulit pada bagian leher dengan ibu jari dan telunjuk, lalu menyuntikkan vaksin ke bagian pertengahan leher bagian atas (lihat ilustrasi 13).
Ilustrasi 13. Suntik Bawah Kulit (subcutaneous)
Pelaksanaan vaksinasi melalui tusuk sayap (wing web) dilakukan dengan
Ilustrasi 14. Suntik Sayap (wing web)
cara mencelupkan jarum ke dalam larutan vaksin, kemudian merentangkan salah satu sayap. Kemudian menusukkan jarum ke bagian lipatan sayap yang tipis dan jangan sampai tusukkan mengenai pembuluh darah, tulang dan otot (lihat ilustrasi 14).
4.4.5. Kegiatan Pasca Vaksinasi
Kegiatan setelah vaksinasi yaitu melakukan pencatatan, sanitasi dan sterilisasi peralatan setelah vaksinasi. Pencatatan dilakukan terhadap total vaksin yang dihabiskan, tanggal vaksinasi, kandang, aplikasi vaksin, jumlah ayam, dosis vaksin dan label vaksin yang digunakan. Fadilah (2013) menyatakan bahwa laporan kegiatan vaksinasi meliputi beberapa hal yaitu tanggal pelaksanaan vaksin harus dicatat sebagai bahan untuk mengontrol hasil vaksinasi dan administrasi, nama perusahaan dan nomor seri vaksin dicatat untuk memudahkan kontrol dan komplain jika ada masalah vaksinasi serta nama pelaksana vaksinasi harus dicatat karena kegagalan vaksinasi juga bisa disebabkan oleh kesalahan pelaksana.
Ilustrasi 15. Pengambilan Sampel Darah
Pemberian vitamin yang dilakukan setelah kegiatan vaksinasi bertujuan agar ayam tidak mengalami stress dan pengambilan sampel darah dilakukan minimal 2 minggu setelah post vaksin. Pengambilan sampel sebanyak 20-25 sampel per kandang dan diambil secara acak (lihat ilustrasi 15). Fadilah (2013) menyatakan bahwa beberapa perlakuan pascavaksinasi yang harus dilakukan yaitu memberikan vitamin selama 3-5 hari tergantung dari kondisi ayam.
Setelah kegiatan vaksinasi, hal – hal yang dilakukan yaitu mencuci dan desinfeksi tangan serta peralatan. Mencuci injektor dan selang bekas dengan air bersih lalu mencuci ulang dengan menggunakan alkohol. Membongkar satu per satu injektor, kemudian memasukkan kedalam kantong plastik. Selang bekas cukup direndam dengan menggunakan air mendidih. Vial bekas vaksin, bekas
Ilustrasi 16. Sanitasi Setelah Vaksinasi
kemasan vaksin dan sisa vaksin dibakar atau dapat juga dikubur dalam tanah, namun sebelumnya direbus atau di rendam selama minimal 30 menit dalam larutan desinfektan sebelum dibuang (lihat ilustrasi 16). Fadilah (2013) menyatakan bahwa beberapa perlakuan pascavaksinasi yang harus dilakukan yaitu memberikan vitamin selama 3-5 hari tergantung dari kondisi ayam dan memusnahkan bekas vaksin seperti botol atau bekas vaksin lainnya direbus atau dibakar serta peralatan yang berupa vaksination gun harus segera dibersihkan dan direbus.
4.5. Penyakit yang Menyerang
Reaksi post vaksinasi yang terjadi farm I Sukajaya yaitu timbulnya penyakit pernapasan yang sering disebut nyekrek (flu). Nyekrek adalah sejenis penyakit bersin pada ayam yang ditimbulkan karena adanya reaksi terhadap vaksin yang diberikan. Pengobatan yang dilakukan yaitu dengan pemberian antibiotik, apabila pengobatan tetap tidak dapat menyembuhkan maka ayam tersebut di culling. Romindo (2005) menyatakan bahwa adanya reaksi post vaksinasi menjadi salah satu pertimbangan juga dalam pelaksanaan dan pemilihan jenis vaksin yang digunakan, sebagai contohnya vaksin ND yang diberikan pada ayam masih muda seringkali menimbulkan terjadinya gangguan pernapasan sebagai bentuk reaksi post vaksin.
4.6. Tolok Ukur Keberhasilan Vaksin
Tolok ukur keberhasilan dalam suatu kegiatan vaksinasi dapat diketahui melalui pengujian titer darah, dilihat dari tingkat morbiditas dan mortalitas dari setiap kandang. Kriteri titer darah dikatakan normal apabila hasilnya log 6 – log 9, log 1 – log 3 dapat dikatakan rendah, sedangkan > log 10 maka dapat disimpulkan bahwa terjadi kesalahan pada saat vaksin. Tingkat morbiditas dan mortalitas pada periode brooding maksimal 1,5%, apabila angka melebihi target maka terdapat kesalahan dalam sistem pemeliharaan. Fadilah (2013) menyatakan bahwa tes darah (blood testing) merupakan salah satu program untuk mengontrol jenis penyakit di kawasan usaha peternakan ayam. Tes darah juga bisa mengetahui tingkat titer antibodi ayam sehingga sangat berhubungan dengan program vaksinasi yang sedang dijalankan.
Tabel 2. Data Deplesi Kandang I di PT. Centralavian Pertiwi Farm 1
Umur (hari)
Jumlah Awal
Jumlah Akhir
Deplesi
% M + C
Mati
Cacat
1
477
3.645
477
3.643
-
-
-
-
-
-
7
477
3.582
470
3.582
1
-
-
26
0,21
0,72
14
470
3.582
468
3.572
-
1
-
1
-
0,06
21
468
3.572
467
3.564
-
1
-
2
0,21
-
Tabel 3. Data Deplesi Kandang II di PT. Centralavian Pertiwi Farm 1
Umur (hari)
Jumlah Awal
Jumlah Akhir
Deplesi
% M + C
Mati
Cacat
1
763
4.978
763
4.978
-
-
-
-
-
-
7
763
4.978
756
4.912
-
-
4
34
0,53
0,69
14
756
4.912
753
4.892
-
-
-
2
-
0,04
21
753
4.892
749
4.856
-
2
-
3
0,53
0,10
Tabel 4. Data Deplesi Kandang III di PT. Centralavian Pertiwi Farm 1
Umur (hari)
Jumlah Awal
Jumlah Akhir
Deplesi
% M + C
Mati
Cacat
1
759
6.161
759
6.161
-
-
-
-
-
-
7
759
6.161
742
6.113
1
3
2
7
0,40
0,16
14
742
6.113
732
6.093
-
-
-
1
-
0,02
21
732
6.093
729
6.082
-
-
-
1
-
0,02
Tabel 5. Data Deplesi Kandang IV di PT. Centralavian Pertiwi Farm 1
Umur (hari)
Jumlah Awal
Jumlah Akhir
Deplesi
% M + C
Mati
Cacat
1
838
6.189
837
6.189
-
-
-
-
-
-
7
837
6.189
817
6.062
1
3
5
41
0,73
0,72
14
817
6.062
809
6.046
-
-
-
1
-
0,02
21
809
6.046
804
6.036
-
-
-
1
-
0,02
Tabel 6. Data Deplesi Kandang V di PT. Centralavian Pertiwi Farm 1
Umur (hari)
Jumlah Awal
Jumlah Akhir
Deplesi
% M + C
Mati
Cacat
1
779
5.858
779
5.857
-
-
-
-
-
-
7
779
5.857
773
5.798
2
4
1
37
0,39
0,70
14
773
5.798
768
5.781
-
10
-
5
-
0,09
21
768
5.781
768
5.774
-
1
-
-
-
0,02
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pencegahan penyakit yang diterapkan di PT. Centralavian Pertiwi farm I Sukajaya yaitu pencegahan dari dalam tubuh ternak dan pencegahan dari luar (lingkungan sekitar). Pencegahan penyakit dari dalam tubuh ternak dapat dilakukan melalui kegiatan vaksinasi, yang mana kegiatan ini bertujuan untuk membentuk sistem kekebalan dalam tubuh ternak agar dapat terhindar dari berbagai macam penyakit menular. Kegiatan vaksinasi dilakukan secara bertahap dan menyesuaikan umur ternak. Tolok ukur keberhasilan vaksinasi dapat dilihat melalui tes titer darah dan tingkat mortalitasnya. Penyakit yang ditimbulkan setelah pelaksanaan vaksin yaitu penyakit yang disebabkan karena adanya kesalahan dalam melakukan vaksinasi.
5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan penulis setelah melakukan kegiatan Praktek Kerja Lapangan yaitu sebaiknya dalam pelaksanaan vaksinasi lebih berhati-hati dan sesuai prosedur supaya dapat meminimalisir kesalahan vaksinasi, sehingga dapat menekan angka morbiditas dan mortalitasnya.
DAFTAR PUSTAKA
Adiguna, A. 2009. Evaluasi Nutrisi Ransum Ayam Broiler di CV Pandu Putra Mandiri Desa Cibolang Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Sukabumi. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. (Laporan Praktek Kerja Lapangan).
Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. 1356/ Kpts/ TU. 210/ F/ 12/ 2013. Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia. Jakarta.
Fadilah, R. 2013. Beternak Ayam Broiler. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Fadilah, R. 2013. Super Lengkap Beternak Ayam Broiler. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Faradis, H. A. 2009. Evaluasi Kecukupan Nutrien pada Ransum Ayam Broiler di Peternakan CV Perdana Putra Chicken Bogor. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. (Laporan Praktek Kerja Lapangan).
Hadi, U. K. 2005. Pelaksanaan Biosekuritas pada Peternakan Ayam. Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan. Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner. Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Bogor.
Nuroso. 2012. Pembesaran Ayam Kampung Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.
Romindo. 2005. Manajemen Pemeliharaan Broiler. PT. Romindo Primavet, Jakarta.
Santoso, H dan T. Sudaryani. 2011. Pembesaran Ayam Pedaging Hari per Hari di Kandang Panggung Terbuka. Penebar Swadaya, Jakarta.
Soeripto. 2002. Pendekatan Konsep Kesehatan Hewan Melalui Sanitasi. Jurnal Litbang Pertanian 21 (2) : 48 – 55.
Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Quesioner
Keadaan Umum Perusahaan
Sejarah Perusahaan
Nama perusahaan
Bentuk perusahaan
Tahun berdiri
Pendiri perusahaan
Latar belakang pendirian
Jumlah cabang perusahaan
Lokasi Perusahaan
Alamat
Peta lokasi perusahaan
Layout peternakan
Jarak dengan jalan raya
Ketinggian dari permukaan laut
Suhu udara
Curah hujan
Luas areal perusahaan
kantor
Kemungkinan perluasan perusahaan
Struktur Organisasi
Pimpinan perusahaan
Jumlah asisten manajer
Jumlah supervisor
Jumlah karyawan
Bagan organisasi
Diskripsi pembagian kerja
Jam kerja
Pencegahan Penyakit
Bagaimana cara pencegahan penyakit
Bagaimana cara melakukan sanitasi
Bagaimana penerapan biosecurity nya
Bagaimana cara melakukan vaksinasi
Cara pencegahan apa yang paling efektif dan efisien untuk dilaksanakan
Lampiran 1. (lanjutan)
Program vaksinasi
Apa jenis vaksin yang digunakan
Pada ayam umur berapa yang diberikan vaksin
Bagaimana cara mendapatkan vaksin
Bagaimana cara menyimpan vaksin
Persiapan apa saja yang dilakukan sebelum vaksinasi
Kapan pelaksanaan vaksinasi
Bagaimana cara pencampuran vaksin
Tetes mata (intra ocular)
Tetes hidung (Intra nasal)
Melalui mulut (Oral)
Suntik daging (intramuscular)
Suntik bawah kulit (subcutaneous)
Melalui air minum (Drinking water)
Melalui pakan
Penyemprotan (spray)
Tusuk jarum (Wing web)
Bagaimana cara pelaksanaan vaksin
Tetes mata (intra ocular)
Tetes hidung (Intra nasal)
Melalui mulut (Oral)
Suntik daging (intramuscular)
Suntik bawah kulit (subcutaneous)
Melalui air minum (Drinking water)
Melalui pakan
Penyemprotan (spray)
Tusuk jarum (Wing web)
Hal-hal apa saja yang perlu dicatat saat kegiatan vaksinasi
Bagaimana perlakuan ayam setelah dilakukan vaksinasi
Kegiatan pengawasaan apa saja yang dilakukan setelah vaksinasi
Bagaimana cara mengetahui hasil vaksinasi
Apakah dilakukan pengambilan sampel titer darah
Apakah dilakukan vaksinasi ulang
Berapa dosis vaksin yang diberikan
Setelah pelaksanaan vaksinasi, perlakuan apa yang dilakukan terhadap peralatan yang digunakan
Apakah pernah terjadi kesalahan pada saat vaksinasi dan adakah dampak setelah dilaksanakannya vaksinasi
Penyakit yang Menyerang
Adakah penyakit yang menyerang berkaitan dengan vaksinasi
Tanda-tanda penyakit
Lampiran 1. (lanjutan)
Bagaimana cara pengobatannya
Bagaimana perlakuan terhadap ayam yang sakit
Tolok Ukur Keberhasilan Vaksinasi
Titer darah
Bagaimana tingkat kesakitan (morbiditas)
Tingkat kematian (mortalitas)
Tingkat ayam afkir
Lampiran 2. Denah Lokasi PT. Centralavian Pertiwi Farm I Sukajaya
Lampiran 3. Lay Out Perkandangan PT. Centralavian Pertiwi Farm I Sukajaya
Lampiran 4. Jadwal Kegiatan Vaksinasi di PT. Centralavian Pertiwi Farm I Sukajaya