Hendra Singgih Permana S1AK14B - 14080694102 Resume Pertemuan 3
Memahami SDM dan Organisasi Internal Audit Skeptisisme Profesional / Pola Pikir Auditor
PSA 04 ( SA 230 ) mengharuskan pengauditan di desain untuk menghasilkan keyakinan yang memadai untuk mendeteksi baik kesalahan-kesalahan yang material maupun kecurangan dalam laporan keuangan . Skeptisisme professional merupakan suatu perilaku pemikiran yang secara kritis dan penilaian kritis atas bahan bukti audit.Auditor tidak harus menganggap bahwa manajemen telah berlaku tidak jujur, namun kemungkinan bahwa adanya ketidakjujuran harus dipertimbangkan. Pada saat yang sama, auditor juga harus menganggap bahwa manajemen telah berlaku jujur. Dalam bersikap skeptis, auditor tidak perlu melihat catatan positif masalalu entitas tentang integritas dan hal baik lainnya. Pandangan positif akan membuat banyak hal buruk termaafkan dan tidak Nampak. Sebab sebagaimana telah banyak terjadi, manajemen mampu dengan rapi menyembunyikan kebobrokan yang terjadi. Kecurigaan yang terus menerus juga akan membuat auditor mencari bukti-bukti relevan dan signifikan untuk mendukung dugaannya. Dalam menjalankan tugasnya, seorang auditor harus memiliki mutu personal yang baik, seperti : 1. Berpikiran terbuka ( Open – Open – minded minded ) 2. Berpikiran luas ( Broad- minded ) 3. Mampu menangani ketidakpastian 4. Mampu bekerjasama dalam tim 5. Rasa ingin tahu ( Inquisitive ) 6. Mampu menerima bahwa tidak ada solusi yang mudah 7. Menyadari bahwa beberapa temuan dapat bersifat subjektif. Pengetahuan dan Pengalaman Auditor
Auditor harus menunjukkan profesionalitasnya dengan memiliki keterampilan yang diperlukan untuk melakukan audit yang efektif. Auditor harus memiliki pemahaman yang menyeluruh tentang entitas. Pengetahuan tentang entitas, tim audit harus ada di tangan individu yang memiliki keterampilan khusus dan keahlian yang diperlukan untuk mengatasi seperangkat
teknik audit. Beberapa diantaranya adalah daerah teknik yang luas dimana semua auditor harus memiliki pengetahuan, termasuk audit, pengendalian internal, dan pelaporan keuangan. Independensi dan Objektivitas
Standar audit mengharuskan auditor untuk menjaga independensi. Hal ini sangat penting untuk memertahankan kepercayaan masyarakat terhadap independensi auditor. Independensi dalam audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias dalam melakukan pengujian audit, evaluasi atas hasil pengujian dan penerbitan laporan audit. Persyaratan umum bagi independensi auditor melarang para auditor untuk terlibat dalam aktivitas audit di suatu entitas bilamana terdapat konflik kepentingan yang belum terselesaikan terkait dengan entitas tersebut. Dalam kaitannya dengan objektivitas, para auditor harus tidak berkompromi dalam memberikan pertimbangan profesionalnya karena adanya bias, konflik kepentingan atau karena adanya pengaruh dari orang lain yang tidak semestinya. Hal ini mengharuskan auditor untuk menjaga perilaku yang netral ketika menjalankan audit, menginterpretasikan bukti audit dan melaporkan laporan keuangan yang merupakan hasil dari penelaah yang mereka lakukan. Keterampilan Auditor
Keterampilan khusus yang harus dimiliki seorang auditor antara lain keahlian untuk melakukan wawancara, kemampuan membaca cepat, statistic, keterampilan mengoperasikan computer, serta kemampuan menulis dan mempresentasikan laporan dengan baik. Supaya auditor memiliki mutu personal, pengetahuan umum, dan keahlian khusus yang memadai, maka diperlukan pelatihan bagi mereka. Dalam SPKN, dinyatakan bahwa auditor dalam dua tahun paling tidak 80 jam pendidikan yang secara langsung meningkatkan kecakapan professional auditor untuk melaksanakan audit. Komposisi Internal Audit
Untuk membangun sebuahtim Internal Audit yang kuat diperlukan kapasitas kompetensi yang serba “super”, baik soft competency maupun hard competency. Selain itu, telah disadari bahwa mencari personel dengan tingkat kapasitas yang relative tinggi bukanlah hal mudah.
Disamping
itu,
kebijakan
perusahaan
dalam
penanganan
SDM
juga
menjadi
pertimbangan tersendiri (seperti lebih member prioritas kualitas SDM untuk tim sales & marketing atau unit kerja teknis lainnya). Ada berbagai cara yang dapat diterapkan di banyak perusahaan dalam rangka membangun komposisi anggota tim Internal Audit, yang terbagidalam 3 kelompok, yaitu: 1. Berdasarkan Disiplin Ilmu: a. Komposisi yang relative Homogen (umumnya Accounting Based) b. Komposisi yang Heterogen (yang terdiridarilatarbelakang yang Multi Dicipline) 2. BerdasarkanPengalamanKerja: a. Komposisi yang Well Experienced (auditor berpengalaman minimal 2 tahu n) b. Komposisi
yang
High
Turnover
(yang
terdiridarimayoritas
Fresh
Graduate/Employee) 3. Berdasarkan Status Karyawan: a. Komposisi yang terdiri dari sepenuhnya Permanent Employees b. Komposisi yang terdiri dari sebagian SDM berstatus Semi-Permanent (Kontrak, Part-Time, atau Outsourced) Pilihan atas kombinasi anggota tim Internal Audit berpulan pada luasnya skala perusahaan, corak strategi bisnis yang diterapkan, serta perspektif nilai tambah (added value) dalam menempatkan peran Internal Audit pada perusahaan. Berdasarkan tinjauan terhadap situasi bisnis skala menengah keatas secara umum, penulis merekomendasikan kombinasi tim Internal Audit yang terdiridari: 1. Formasi yang bersifat multi discipline dengan rasio 1:2 atau 1:3 (1 personil berlatar belakang Accounting, dan 2-3 SDM dari disiplin ilmu lainnya). Personel yang lain sebaiknya berasal dari: a. Jurusan Teknik Infomatika / Sitem Informatika atau mereka yang berpengalaman sebagai programmer / system analyst atau memahami salah satu prinsip kerja modul-modul on-line system atau system/computer/internet security. b. Disiplin ilmu yang sesuai dengan core business dari setiap perusahaan yang ada (misalnya, yang memahami prinsip-prinsip quality assurance / quality control
untuk manufaktur, yang memahami konsep supply chain management untuk bidang logistik, yang memahami spesifikasi kontruksi bangunan untuk properti) atau orang-orang dengan latar belakang pendidikan engginering lainnya yang memiliki dasar logical / analitycal thinking yang baik. 2. Orang dengan latar belakang pendidikan/pengalaman dibidang strategic management, business development, atau sales dan marketing yang diperlukan untuk memperkuat analisis terhadap parameter-parameter bisnis. 3. Untuk Head of Department & Head of Unit (2nd liners) tentunya harus dipegang oleh permanent employee yang sudah well-experienced, yaitu mereka yang telah berkutat di dunia auditing setidaknya 5 tahun untuk Head of Department dan minimal 3 tahun untuk Head of Unit setingkat dibawahnya. 4. Sementara untuk staf auditor lain dapat diambil dari internal perusahaan (unit kerja lain) atau dengan mencari fresh-graduated (untuk menyiapkan sukses sedini mungkin). 5. Pilihan menggunakan outsourced atau kontrak dapat dipertimbangkan hanya untuk memperkuat SDM pelaksana (misalnya, di level Regional Office), sepanjang organisasi kerja dinilai sudah terlalu besar dibanding kebutuhan aktual. Kompetensi Internal Audit 1. Soft Competency
Kepribadian atau karakter positif yang kuat sekarang ini diakui sebagai penentu keberhasilan seseorang dalam meniti karier, lebih dari bekal pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Sosok internal auditor yang ideal harus memiliki keunikan tersendiri, yaitu perpaduan karakter yang jarang dijumpai pada posisi atau profesi lain yang dapat dinotasikan dalam persamaan berikut ini:
Integritas merupakan hal yang tidak bisa ditawar lagi karena harus independen dalam mengidentifikasi, menganalisis, menetapkan akar masalah hingga mengeluarkan rekomendasi solusi. Mencari orang dengan integritas yang tinggi bukanlah perkara yang mudah, secara kasat mata orang-orang seperti ini memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Sangat berminat dengan topik-topik religiositas, spiritualitas, humanitas, filsafat, atau tertarik berdiskusi tentang masalah keadilan b. Memiliki prinsip hidup dan pendirian yang teguh, yaitu hasil bentukan dari pengalaman hidup yang lebih banyak gejolak ketimbang kisah sukses. c. Menampilkan gaya hidup yang cenderung sederhana dengan tingkat persistensi dan disiplin diri yang relatif tinggi serta konsisten yang sudah teruji oleh waktu
Selanjutnya, karena sifat pekerjaan auditor yang harus selalu berinteraksi dengan berbagai tipe manusia, bahkan mempengaruhi orang lain, auditor mau tidak mau juga harus memiliki aura kepemimpinan yang memadai.Nilai-nilai kepemimpinan itu sendiri bisa berasal dari bakat maupun hasil pembentukan dari berbagai pengalaman maupun kegiatan. Kriteria orang-orang yang memiliki jiwa kepemimpinan antara lain sebagai berikut: a. Minat yang tinggi atau pengalaman yang konsisten, mulai dari masa sekolah/kuliah hingga meniti karier, terlibat dalam aktivitas organisasi. b. Relatif dewasa dibanding rekan-rekan sebaya c. Memiliki kepercayaan diri dan tingkat kemandirian yang tinggi d. Memiliki kemampuan interpersonal relation, empathy, dan teamwork yang baik, serta didukung oleh linguistic intelligence yang baik, khususnya fasih secara oral (dapat dilihat ketika berdiskusi atau tampil sebagai public speaker )
Selanjutnya, auditor juga harus memiliki kombinasi karakter antara Compliance dan Dominant.Untuk bagian ini merupakan hal yang tidak mudah karena mendapatkan sosok yang seperti ini harus dihadapkan dengan besarnya gap antara orang bertipe Compliance (cenderung patuh, konservatif, tenang, dan tampil sebagai pribadi yang baik) dengan orang yang bertipe Dominant (cenderung kreatif, tidak betah dengan situasi yang sudah berjalan, berpenampilan aktif, dan selalu terkesan dengan pribadi yang kurang disenangi).
2. Hard Competency
Meskipun soft competency memegang peranan penting, auditor juga harus dituntut memiliki tingkat berpikir, pengetahuan, dan keterampilan di atas rata-rata, tepatnya sebuah kombinasi kompetensi yang terdiri dari Analythical Thinking, Multi-Dimensional Knowledge, dan Advisory Skills. Kemampuan Analythical Thinking merupakan bagian yang sangat penting karena dalam menjalankan perannya, auditor tidak hanya dituntut mengenal setiap sistem kerja yang sedang berjalan maupun yang lazim berlaku, namun juga harus cakap dalam beberapa kegiatan berikut:
ANALYTHIC AL THINKING
INTELLECTU AL KNOWLEDGE
ADVISORY SKILLS
a. Mengidentifikasi setiap critical point di dalamnya, serta setiap kemungkinan logis dari praktek yang tidak memadai pada titik-titik tersebut. b. Menganalisis perubahan, penyimpangan, bahkan potential risk yang ada. c. Membuktikan root cause yang sebenarnya dan mengukur besarnya respon negative dari situasi yang sudah ataupun mungkin terjadi.
Tuntutan berpikir analitis ini tidak dapat dihindarkan mengingat internal audit harus berada di garis depan dalam mengembangkan risk management perusahaan. Auditor juga dituntut memiliki kapasitas Intellectual Knowledge yang memadai agar dapat sejalan dengan wawasan berpikir dan pengetahuan yang dimiliki para auditee. Pengetahuan yang dikuasai setidaknya harus mampu menunjang nilai tambah bagi bisnis maupun fungsi audit dan mengikuti perkembangan dunia bisnis dan bidang pengawasan dari waktu ke waktu. Maka dari itu, auditor tidak boleh hanya berbekal kemampuan auditing saja (accounting, financial management, statistic, dsb), apalagi jika hanya mengandalkan studi atau pelatihan formal yang bahkan terkadang tidak sesuai dengan dinamika kebutuhan bisnis.Auditor juga harus bersedia menjelajah secara self learning
setiap informasi di luar serta pengalaman di dalam institusi bisnis, baik yang bersifat teknis maupun manajerial, terkait seluruh bidang yang ditekuni para auditee. Dalam berinteraksi dengan para auditee, auditor selain mengidentifikasi persoalan hingga ke akarnya, juga harus dapat memberikan rekomendasi atau advice mengenai solusi yang tepat. Dalam hal ini yang bisa menjadi faktor resistensi pihak auditee di execution level adalah kemampuan dari auditor. Secara umum ada 3 tingkatan yang diharapkan auditee dari para auditor, antara lain: a. Memiliki kecakapan teknis yang baik, paling tidak sepadan dengan yang dimiliki oleh auditee, khususnya dalam urusan administrasi atau pengendalian pekerjaan atau dalam menjalankan proses sebuah sistem. Auditor harus dapat menunjukkan metode yang lebih efektif atau efisien daripada yang dijalankan oleh auditee. b. Memiliki kecakapan supervisory yang mumpuni, yang tidak hanya terkait dengan penguasaan instrument pengawasan , namun juga paham terhadap prinsip-prinsip interpersonal skills dan leadership yang baik. c. Memiliki kecakapan komunikasi yang handal, tidak hanya dalam hal meyakinkan auditee tentang urgensi persoalan ataupun potential risk beserta dampaknya, tetapi juga dapat menunjukkan alasan mengapa saran atau rekomendasi yang diberikan benar-benar applicable, bahkan sebagai pelatihan terbaik bagi auditee.
Organisasi Internal Audit
Untuk mendorong struktur organisasi internal audit yang memadai, perlu dipikirkan mengenai penempatan Internal Auditor dalam organisasi/perusahaan.Secara garis besar ada tiga alternatif posisi atau kedudukan dari Internal Auditor dalam struktur organisasi perusahaan yaitu: 1. Berada dibawah Dewan Komisaris. Dalam hal ini staf internal auditor bertanggung jawab pada Dewan Komisaris.lni disebabkan karena bentuk perusahaan membutuhkan pertanggung jawaban yang lebih besar, termasuk direktur utama dapat diteliti oleh internal auditor. Dalam cara ini, bagian pemeriksa intern sebenarnya merupakan alat pengendali terhadap performa manajemen yang dimonitor oleh komisaris perusahaan. Dengan demikian bagian pemeriksa intern mempunyai kedudukan yang kuat dalam organisasi.
2. Berada dibawah Direktur Utama. Menurut sistem ini staf internal auditor bertanggung jawab pada Direktur Utama.Sistem ini biasanya jarang dipakai mengingat direktur utama terlalu sibuk dengan tugas-tugas yang berat.Jadi kemungkinan tidak sempat untuk mempelajari laporan yang dibuat internal auditor. 3. Berada dibawah Kepala Bagian Keuangan. Menurut sistem ini kedudukan internal
auditor
dalam
struktur
organisasi perusahaan berada dibawah koordinasi
Kepala
Keuangan.Bagian bertanggung
Bagian
internal
jawab
auditor
sepenuhnya
kepada kepala keuangan atau ada yang menyebutnya sebagai Controller.Tapi perlu juga diketahui bahwa biasanya kepala bagian keuangan tersebut bertanggung jawab juga pada persoalan keuangan dan akuntansi.
Komite Audit A. Definisi
Berdasarkan kerangka dasar hukum di Indonesia perusahaan-perusahaan publik diwajibkan untuk membentuk komite audit. Komite audit tersebut dibentuk oleh dewan komisaris. Perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam aktivitas sehari-hari di luar bursa efek terkena kewajiban untuk membentuk komite audit yang salah satu tugasnya berkaitan dengan audit eksternal berhubungan dengan audit internal dan pengendalian internal. Ketentuan dan peraturan mengenai Komite Audit diantaranya : 1. Surat Edaran Bapepam No.SE-03/PM/2000, tentang pelaksanaan pembentukan Komite Audit bagi perusahaan yang go public.
2. Keputusan Direksi BEJ No.Kep-339/BEJ/07-2001, mengatur mengenai Komite Audit dalam jumlah dan kualifikasi keanggotaan. 3. Surat
Keputusan
Ketua
Bapepam
No.Kep-412/PM/2003,
tentang
pedoman
Pembentukan Komite Audit. 4. Kep-117/M-MBU/2002 yang mengharuskan BUMN mempunyai Komite Audit. 5. Peraturan No.IX.1.5 tentang pembentukan dan pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam No.29/PM/2004.
Menurut Hiro Tugiman (1995, 8) , pengertian Komite Audit adalah sebagai berikut: “Komite Audit adalah sekelompok orang yang dipilih oleh kelompok yang lebih besar untuk mengerjakan pekerjaan tertentu atau untuk melakukan tugas-tugas khusus atau sejumlah anggota Dewan Komisaris perusahaan klien yang bertanggungjawab untuk membantu auditor dalam mempertahankan independensinya dari manajemen.” Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa komite audit dibentuk oleh dewan komisaris dan bertanggung jawab langsung kepada dewan komisaris. Selain itu, fungsi komite audit sendiri yaitu membantu dewan komisaris dalam melaksanakan tugasnya. Menurut Arens at al (2010) , menjelaskan pengertian komite audit adalah:“ Audit committees is a selected number of members of a company's board of directors whose responsibilities include helping auditors remain independent of management. Most audit committees are made up of three to five or sometimes as many as seven directors who are not a part of company management .” Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa umumnya komite audit itu terdiri dari tiga atau lima kadang tujuh orang yang bukan bagian dari manajemen perusahaan. Tujuan dibentuknya komite audit yaitu untuk menjadi penengah antara auditor dan manajemen perusahaan apabila terjadi perselisihan. Menurut Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance , Komite Audit adalah:“Suatu komite yang beranggotakan satu atau lebih anggota Dewan Komisaris dan dapat meminta kalangan luar dengan berbagai keahlian, pengalaman, dan kualitas lain yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan Komite Audit.”
B. Peran
Komite Audit adalah sebuah komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris. Komite Audit membantu Dewan Komisaris untuk memenuhi tanggung jawab pengawasannya. Dalam kapasitasnya, Komite Audit bertanggung jawab untuk membuka dan memelihara/menjaga komunikasi antara Komite Audit dengan Dewan Komisaris, Direksi, unit audit internal, akuntan independen dan manajer keuangan. Dilihat dari sisi keanggotaan, Anggota Komite Audit diangkat dan diberhentikan oleh Dewan Komisaris dan dilaporkan kepada Rapat Umum Pemegang Saham. Selain itu Komite Audit juga membantu Direksi yang memiliki tanggung jawab dalam hal pengawasan. Komite juga membuat rekomendasi untuk suatu tindakan kepada keseluruhan direksi, dengan kata lain menyimpan sejumlah tanggung jawab untuk pengambilan keputusan. Komite Audit memiliki peran penting untuk membantu direksi dalam hal pemenuhan tata kelola perusahaan yang baik. Direksi sendiri dibutuhkan untuk menyatakan laporan keuangan dan catatan-catatan yang mengikuti standar akuntansi serta memberikan pandangan yang benar dan adil terhadap posisi dan performa keuangan dari sebuah perusahaan. Komite Audit memiliki peran yang sangat besar bagi organisasi.Dimulai dari kebutuhan dibentuknya Komite Audit karena memang diperlukan organ khusus yang mengawasi pengelolaan organisasi terutama dalam hal keuangan. Selanjutnya dalam proses pengawasannya diperlukancounterpart bagi auditor internal, meskipun auditor internal telah diberikan posisi yang pantas di “leher” nya direktur utama, tetapi independensi dan “taring” auditor internal masih dirasa kurang, oleh karena itu biasanya auditor internal bermitra dengan Komite Audit dalam setiap tugas dan laporan temuannya. Demikian juga dengan auditor eksternal, Komite Audit berperan sejak dalam penunjukan mereka, pengawasan pekerjaan mereka, sampai pada pelaporan laporan keuangan, termasuk didalamnya jika terjadi dispute/perbedaan dengan manajamen, maka Komite Audit harus tampil sebagai penengah.
C. Tanggung Jawab
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) mengemukakan bahwa Komite Audit mempunyai tanggung jawab dalam hal memberikan pengawasan secara menyeluruh dalam hal memberikan pengawasan secara menyeluruh dalam hal:
Laporan Keuangan
Pengawasan Kontrol
Tata Kelola Perusahaan
Komite Audit melaksanakan pengawasan independen dan memastikan bahwa Laporan Keuangan yang dibuat oleh manajemen telah memberikan gambaran yang sebenarnya. Komite Audit memberikan pengawasan independen atas masalah atau hal-hal yang berpotensi mengandung risiko. Komite Audit melaksanakan pengawasan independen atas proses pelaksanaan Good Corporate Governance apakah telah dijalankan sesuai Undang-undang dan peraturan yang berlaku.
Posisi Internal Audit ditengah Perusahaan Pengertian dan Deskripsi Internal Audit
Internal Audit adalah suatu posisi pekerjaan yang berfungsi untuk melakukan audit pemeriksaan seluru transaksi neraca keuangan di suatu perusahaan, biasanya dalam perbankan. Auditor Internal akan memeriksa segala aspek financial perusahaan tersebut yang meliputi Area Pemasaran, Pengeluaran, Biaya Operasional, Income, Revenue, Sales Turn Over, Penggunaan Aset. Internal Audit merupakan salah satu pekerjaan mengaudit atau memeriksa dalam hal ini biasanya pemeriksaan detil tentang keuangan, auditing pada dasarnya dilakukan oleh dan ke perusahaan secara umum tak kecuali perbankan. Kegiatan audit keuangan memang paling krusial, hal ini juga yang memicu adanya posisi pekerjaan sebagai auditor. Auditor bertugas memeriksa keuangan secara menyeluruh pada sebuah perusahaan mencakup pemeriksaan transaksi keluar dan transaksi masuk dari dan ke perusahaan itu sendiri.
Uraian Pekerjaan Internal Audit No
Uraian pekerjaan internal auditor
1
Melaksanakan proses pemeriksaan / audit internal bagi seluruh divisi cabang dan melaporkannya dalam bentuk laporan audit
2
Menjalalankan proses audit internal perusahaan secara teknis dan berkala baik dari segi financial maupun operasional
3
Melakukan koordinasi kesiapan cabang dan juga depo untuk menyiapkan laporan Rugi Laba dengan lengkap serta melakukan pemeriksaan terhadap Neraca Rugi Laba tersebut
4
Menganalisa dengan akurat serta bisa memberikan gambaran tentang penyelesaian masalah keuangan
5
Melakukan koordinasi dengan lembaga audit eksternal yang jika diperlukan untuk kelancaran perusahaan
6
Melakukan monitoring dan evaluasi hasil audit internal serta menjalin koordinasi dengan pihak terkait untuk menyiapkan solusi untuk hasil temuan masalah
7
Aktif melakukan tugas tugas lain yang di rasa perlu dalam upaya mencapai target audit
Sebagai internal audit yang handal akanmenjadi tumpuan Auditor Manager, andalah ujung tombak dari divisi ini adalah dalam hal ketelitian menganalisa financial perusahaan. Menjadi internal audit cukup berat karena akan di hadapkan dengan banyak data namun pastinya akan diadakan training audit dahulu dari perusahaan dan bukan tidak mungkin untuk perusahaan – perusahaan besar akan menyediakan software audit agar pekerjaan ini terasa lebih mudah. Posisi Internal Audit dalam Struktur Organisasi
Secara garis besar ada tiga alternatif posisi atau kedudukan dari Internal Auditor dalam struktur organisasi perusahaan yaitu: 1. Berada dibawah Dewan Komisaris.
Dalam hal ini star internal auditing bertanggung jawab pada Dewan Komisaris. lni disebabkan karena bentuk perusahaan membutuhkan pertanggung jawaban yang lebih besar, termasuk direktur utama dapat diteliti oleh internal auditor. Dalam cara ini, bagain pemeriksa intern sebenarnya merupakan
alat pengendali terhadap
performance
manajemen yang dimonitor oleh komisiaris perusahaan. Dengan demikian bagian pemeriksa intern mempunyai kedudukan yang kuat dalam organisasi. 2. Berada dibawah Direktur Utama. Menurut sistem ini star internal auditor bertanggung jawab pada direktur utama. Sistem ini biasanya jarang dipakai mengingat direktur utama terlalu sibuk dengan tugastugas yang berat.Jadi kemungkinan tidak sempat untuk mempelajari laporan yang dibuat internal auditor. 3. Berada dibawah Kepala Bagian Keuangan. Menurut sistem ini kedudukan internal auditor dalam struktur organisasi perusahaan berada dibawah koordinasi kepala bagian keuangan.Bagian Internal auditor bertanggung jawab sepenuhnya kepada kepala keuangan atau ada yang menyebutnya sebagai Controller.Tapi perlu juga diketahui bahwa biasanya kepala bagian keuangan tersebut bertanggung jawab juga pada persoalan keuangan dan akuntansi.
Apabila posisi atau kedudukan internal auditor itu perlu digambarkan dalam skema maka letak kedudukannya dalam struktur organisasi perusahaan adalah sebagai berikut:
Keterangan : Dalam gambar di atas dapat dilihat mengenai posisi atau kedudukan intern auditing. 1. Internal Auditing berada di bawah Dewan Komisaris 2. Internal Auditing berada di bawah Direktur Utama 3. Internal Auditing berada di bawah Kepala Bagian Keuangan Mana yang terbaik dari ketiga alternatif tersebut.Hal ini tergantung pada tujuan yang hendak dicapai.Bila perusahaan sangat menekankan pada pengendalian keuangan saja, maka pola penempatan pemeriksaan intern seperti pada alternatif ketiga yang paling cocok.Namun kalau diingat betapa pentingnya peranan bagian pemeriksa intern sebagai alat untuk memonitor performance manajemen dalam mengelola kegiatan serta sumbernya secara efektif dan efisien, maka pola penempatan bagian pemeriksa intern sebagai star komisaris paling tepat. Jadi yang paling indeal bagian pemeriksa intern menerima perintah penugasan dari pimpinan tertinggi yaitu Direktur Utama dan hasil laporan pemeriksaan diserahkan untuk dianalisa direktur keuangan, dan hasil pengamatannya. Kedudukan atau posisi internal auditor dalarn struktur organisasi perusahaan mempengaruhi luasnya aktivitas fungsi yang dapat dijalankan dan dipengaruhi independensi dalam melaksanakan fungsinya.Seperti telah dijelaskan sebelumnya semakin tinggi kedudukan internal auditor dalam struktur organisasi perusahaan mempengaruhi luasnya aktivitas fungsi yang dapat dijalankan dan mempengaruhi indenpendensi dalam melaksanakan fungsinya.