A. Metodologi Pengembangan Sistem Informasi 1.
Langkah-langkah Pengembangan Sistem Informasi
1) Perencanaan Perencanaan adalah membuat semua rencana yang berkaitan dengan proyek sistem informasi. Dalam perencanaan, hampir semua pihak yang terlibat dalam proyek sistem informasi harus diikutsertakan, mulai manajer proyek (Project Manager) , user, calon pengguna sistem informasi, Busines Process Analyst , Sistem Analyst, Programmer sampai Tester. Ada point-point penting perencanaan yang perlu dibuat dalam membangun sistem informasi : a.
Feasility study, yaitu membuat studi kelayakan untuk sistem informasi yang yang akan dibuat, seperti membuat kajian bagaimana proses bisnis akan berjalan dengan sistem baru dan bagaimana pengaruhnya.
b.
Budget, yaitu membuat alokasi dan dan pengaturan pengaturan pembiayaan proyek, termasuk biaya perjalanan dan biaya lembur
c.
Sumber daya, daya, yaitu membuat alokasi sumber daya yang akan dipakai dalam proyek, misalnya jumlah tim, ketersediaan perangkat komputer dan sumber daya yang lain.
d.
Cakupan (Scope) , yaitu menentukan batasan ruang lingkup sistem informasi informasi yang akan dibangun.
e.
Alokasi waktu, waktu, yaitu membuat alokasi alokasi waktu waktu untuk keseluruhan proyek, setiap langkah, setiap tim, dan masing-masing aktifitas, mulai perencanaan sampai saat sistem informasi go live. li ve.
2.
Analisa Analisa adalah menganalisa workflow sistem informasi yang sedang berjalan dan mengindentifikasi mengindentifikasi apakah workflow telah efisien dan sesuai standar tertentu. Analisa dilakukan oleh Business Processs Analyst (BPA) yang berpengalaman dan/atau memahami workflow sistem manajemen di area yang sedang dianalisa. Analisa biasanya dilakukan dengan beberapa cara : a. Ikut terlibat, BPA ikut terlibat langsung dan mengamati workflow yang sedang dijalankan. b. Wawancara, BPA melakukan melak ukan wawancara wawancar a kepada user yang menjalankan menjalan kan workflow dalam sistem manajemen.
3.
Desain Desain adalah langkah yang sangat penting dalam siklus SDLC karena langkah ini menentukan fondasi sistem informasi. kesalahan dalam desain dapat menimbulkan hambatan bahkan kegagalan proyek. Ada 2 jenis desain yang dibuat di langkah ini, yaitu desain proses bisnis dan desain pemrograman. a. Desain Proses Bisnis Seperti halnya analisa, desain proses bisnis juga dikerjakan oleh BPA. BPA akan mendesain
kembali
semua
workflow
agar
menjadi
lebih
efisien
dan
mengintegrasikannya mengintegrasikannya satu sama lain menjadi satu kesatuan. Contoh desain proses bisnis adalah Order to Cash, yaitu mendesain bagaimana workflow dari proses penerimaan order reparasi/service mobil, proses pembagian kerja di tim mekanik hingga proses saat pelanggan melakukan pembayaran di kasir. b. Desain Pemrograman Desain pemrograman dilakukan oleh Sistem Analis (SA) yaitu membuat desain yang diperlukan untuk pemrograman berdasarkan desain proses bisnis yang telah dibuat oleh BPA. desain ini akan menjadi pedoman bagi programmer untuk menulis source code. Desain pemrograman meliputi : 1). Desain database, database, Mendesain database database merupakan merupakan tantangan terbesar terbesar dalam membangun sistem informasi, yaitu bagaimana menyimpan data dan bagaimana mendapatkan kembali dengan mudah. tidak sembarangan orang yang mendesain database harus paham, Database Management System (DBMS) , relasi database bagaimana membagi database ke beberapa tabel yang saling berkaitan, berkaitan, Normalisasi database database agar database database yang dibangun dalam bentuk normal.dsb. 2). Desain Screen Layout, Layout, yaitu tampilan depan depan layar. desain user-friendly , mudah dipahami, mudah digunakan, navigasi nya jelas. pemilihan warna juga berpengaruh pada nyamannya user menggunakan menggunakan sistem informasi. 3). Desain Diagram Diagram Proses, yaitu yaitu flowchart yang menggambarkan menggambarkan algoritma dan logika suatu program. 4). Desain Report Layout, yaitu desain desain laporan yang dihasilkan dari sistem informasi, bagaimana mengatur text saat laporan diprint dsb.
4.
Pengembangan Pekerjaan
yang
dilakukan
di
tahap
pengembangan
(development)
adalah
pemrograman. Pemrograman adalah pekerjaan menulis program komputer dengan bahasa pemrograman berdasarkan algoritma dan logika tertentu. orangnya disebut Programmer. Dalam menulis program, programmer akan berpedoman pada desain yang dibuat oleh System Analyst, misalnya desain database, screen layout, report layout dan desain diagram proses. Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh programmer adalah : a. Buatlah program flow sesederhana mungkn, demikian pula flow logic nya. Hindari trik-trik pemrograman yang tidak perlu. Hal ini paling sering dilakukan programmer pemula. sebuah program dikatakan baik bila dapat berfungsi sesuai dengan yang diharapkan dan program flow atau flow logicnya dapat dengan mudah dimengerti oleh programmer lainnya dan tidak diukur dari berapa jumlah baris source-code nya. b. Hindari penggunaan hard code dalam program, yaitu memasukkan kode-kode tertentu
yang
bersifat
absolut
sehingga
ketika
sistem
informasi
akan
diimplementasikan ke anak perusahaan lain, sistem tersebut menjadi tidak bisa digunakan. c. Buatlah dokumentasi untuk setiap program yang terdiri atas dokumentasi dalam source code program dan berupa keterangan tentang flow logic program. d. Buatlah standarisasi untuk program, misalnya nama program dan gaya penulisan program. e. Buatlah library yang berisi kumpulan kumpulan source code , baik function, include, include, subroutine dan lain-lain yang dapat dipakai ulang. f. Biasakan meletekkan meletekkan source code di flow logic yang sesuai, misalnya misalnya perintah untuk mencari data diletakkan di flow logic data retrieval. g. Jangan mulai menulis menulis program sebelum program program flow dan seluruh flow logic-nya dimengerti
5.
Testing Testing adalah proses yang dibuat sedemikian rupa untuk mengidentifikasi ketidaksesuaian hasil sebuah sistem informasi dengan hasil yang diharapkan. ketidaksesuaian tersebut dapat berupa penyimpangan dari yang seharusnya
(discrepancies) atau kesalahan proses (bug). Discrepancies disebabkan oleh perencanaan, analisa, dan desain yang tidak berjalan dengan baik, sedangkan bug disebabkan oleh pengembangan yang tidak benar. semakin besar dan kompleks sebuah sistem informasi , semakin besar pula kemungkinan memiliki discrepancies dan bug.
6.
Implementasi Implementasi adalah proses untuk menerapkan sistem informasi yang telah dibangun agar user menggunakannya menggantikan sistem informasi yang lama. Proses Implementasi meliputi : a. Memberitahu user b. Melatih user c. Memasang sistem (install system) d. Entri/Konversi data e. Siapkan user ID
7.
Pengoperasian Pengoperasian dan Pemeliharaan Langkah Paling Paling akhir adalah pengoperasian pengoperasian dan pemeliharaan. pemeliharaan. selama sistem informasi beroperasi, terdapat beberapa pekerjaa rutin yang perlu dilakukan terhadap sistem informasi, antara lain : a. System Maintenance System Maintenance adalah pemeliharaan sistem informasi, baik dari segi hardware maupun software. System maintenance diperlukan agar sistem informasi dapat beroperasi dengan normal untuk mendukung kegiatan operasional perusahaan. b. Backup & Recovery Sistem informasi yang baik harus mempunyai perencanaan backup dan recovery. Sistem informasi yang sedang beroperasi sewaktu-waktu dapat terganggu, misalnya oleh kerusakan perangkat keras (hardware), serangan virus, atau bencana alam. Backup adalah kegiatan membuat duplikat program aplikasi dan database dari production Environtment ke dalam media lain seperti tape dan CD, sedangkan recovery adalah kebalikan dari backup, yaitu mengembalikan program aplikasi
dan DBMS sebuah sistem informasi yang rusak ke keadaan semula dengan memakai data dari hasil backup. c. Data Archive Data-data sistem informasi yang tersimpan dalam database di harddisk disebut data on-line. seiring dengan berjalannnya waktu, data tersebut akan terus bertambah sehingga dapat menyebabkan harddisk penuh dan menurunkan kinerja DBMS. Untuk itu dalam jangka waktu tertentu data-data tersebut perlu di-archive. Data Archive adalah proses mengekstraksi data dari database dan menyimpannya di media lain seperti tape dan CD yang disebut data off-line . dan menghapusnya dari hard disk.
2.
Model – Model Pengembangan Sistem Informasi
1) System Development Development Life Cycle (SDLC) Siklus Hidup Pengembangan Sistem ( System Development Life Cycle / Software Development Development
Life
Cycle)
dalam
sytem
engineering , information
system dan software engineering , adalah proses menciptakan atau mengubah
sistem, dan model atau metodologi yang digunakan untuk mengembangkan sebuah sistem. System Development Methodology atau Metodologi Pengembangan Sistem adalah framework yang digunakan menyusun, merencanakan dan mengontrol proses
pengembangan sistem informasi. Setiap kerangka metodolgi pengembangan sistem informasi bertindak sebagai dasar atau sumber pendekatan untuk mengembangkan dan memelihara sebuah sistem informasi. Beberapa metodologi pengembangan pengembangan sistem informasi ini telah digunakan sejak awal terciptanya sistem informasi berbasis teknologi informasi. Diantaranya adalah : a. Ad-Hoc Development Development b. Waterfall Development c. Structured Evolutionary Prototyping Development d. Incremental Incremental Development Development e. Spiral Development f. Rapid Application Application Development Development
a. Ad-Hoc Development
Ad-Hoc development adalah sebuah sistem pengembangan yang pertama kali dikembangakan dikembangakan dan sistem ini i ni merupakan sistem yang masih sedikit kacau dan terkesan serampangan karena pada pelaksanaannya lebih mengedepankan atau bergantung pada keahlian dan pengalaman dari masing-masing individu dalam ruang lingkup pekerjaan. Institut Rekayasa Perangkat Lunak di Carnegie Mellon University berpendapat bahwa dengan sistem pengembangan Ad-Hoc ini, kapabilitas sebuah sistem informasi tidak dapat diprediksi. Hal ini dikarenakan, proses pada perangkat lunak akan berubah sesuai dengan proses pekerjaan. Performanya bergantung pada kapabilitas individual dan juga bervariasi tergantung pada bakat, pengetahuan dan motivasi mereka. Terdapat beberapa proses perangkat lunak yang dapat diprediksi tapi berdasarkan kemampuan perorangan bukan berdasarkan kemampuan kelompok.
b. Waterfall Developmen
Model pengembangan ini adalah model yang paling lama dan paling banyak digunakan dalam pembangunan sebuah sistem informasi. Sistem ini seperti namanya jika digambarkan akan berbentuk seperti air terjun yaitu dengan urutan yang mengalir kebawah, dengan urutan sebagai berikut : 1.
System Conseptualization ; menetapkan konsep dari proyek yang dimaksud dan menentukan tujuannya.
2.
System Analys ; mendefinisikan tujuan dari proyek tersebut kedalam fungsi dan penggunaannya.
3.
System Design ; menjelaskan fitur dan operas yang diinginkan secara detail, termasuk desain tampilan pada layar, aturan bisnis, diagram proses, pseudocode, dan dokumen yang lainnya.
4.
Implementation ; kode yang sebetulnya dituliskan pada tahap ini.
5. Integration and Testing ; membawa semua bagian secara bersamaan kepada sebuah lingkungan pengetesan secara khusus, kemudian diadakan pengecekkan interopabilitas.
pada
beberapa
kesalahan
operasioanl, bugs,
dan
6.
Acceptance, Acceptance,
Installation
and
Deployment ;
tahap
akhir
pada
pengembangan awal, dimana perangkat lunak diintegrasikan kedalam produksi dan dijalankan pada bisnis yang sebenarnya. 7. Maintenance ; beberapa hal yang dialami oleh sebuah sistem selama penggunaannya penggunaannya meliputi, perubahan, perubahan, perbaikan, penambahan, pemindahan kepada sebuah komputer yang berbeda b erbeda platform dan sebagainya.
c. Structured Evolutionary Prototyping Development
Model pengembangan ini pada dasarnya adalah, ketika telah ditentukan sebuah proyek untuk membangun sistem informasi, lalu pengembang ( developer ) membuat sebuah prototip dari sistem informasi yang akan digunakan nanti. Langkah berikutnya adalah prototip tersebut dievaluasi oleh pengguna, dikoreksi jika ada kesalahan, ditambahkan jika ada kekurangan. Sehingga setelah ada evaluasi ini, pengembang pengembang akan kembali mnyusun protipnya sampai sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pengguna. Model Prototipe (Prototype Paradigma) dimulai dengan pengumpulan kebutuhan. Pengembang dan pelanggan bertemu dan mendefinisikan obyektif keseluruhan dari perangkat lunak, mengidentifikasi segala kebutuhan yang diketahui, dan area garis besar di mana definisi lebih jauh merupakan keharusan kemudian dilakukan perancangan kilat. Perancangan kilat membawa kepada konstruksi sebuah prototipe yang kemudian dievaluasi oleh pelanggan/pemakai dan dipakai untuk menyaring kebutuhan pengembang perangkat lunak.
d. Incremental Development Development
Pada model ini, pengembang memecah berbagai data sehingga nantinya akan membentuk beberapa bagian seperti pada model Waterfall tetapi dalam skala yang lebih kecil atau mini-Waterfall . Dalam pemecahan ini, pengembang memiliki keleluasaan untuk menyelsaikan hal yang paling utama, ini merupakan suatu keuntungan dari model Incremental Incremental. Pengetesan dari hasil proses juga dapat dilakuakan pada tiap increment atau bagian, sehingga lebih mudah menganilsa kekurangan atau kesalahan. Setelah semua bagian dianggap sempurna, barulah ada proses pengintegrasian
terhadap bagian yang lain sehingga membentuk suatu sistem informasi seutuhnya.
e. Spiral Development Spiral Model adalah proses pengembangan software yang menggabungkan prototyping-in-stages, dalam upaya untuk kedua element antara desain dan prototyping-in-stages
menggabungkan kelebihan dari konsep top-down dan bottom-up. Prinsip dasarnya adalah : 1.
Fokus dari model adalah pada resiko penilaian dan mengurangi resiko proyek dengan cara membagi proyek kedalam bagian yang lebih kecil sehingga memudahkan perubahan selama proses pengembangan.
2.
Setiap siklus melibatkan kemajuan melalui langkah-langkah yag sama, untuk setiap bagian dari produk dan untuk masing-masing tingkat atas elaborasi, dari keseluruhan konsep dokumen operasi ke coding setiap individu.
3.
Setiap proses melewati 4 kuadran : 1) menentukan tujuan, alternatif, dan kendala dari iterasi 2) mengevaluasi mengevaluasi alternatif, mengenali dan menyelesaikan resiko 3) mengembangkan mengembangkan dan mengecek kiriman dari iterasi 4) merencanakan merencanakan iterasi it erasi selanjutnya 5) Memulai setiap siklus lingkaran dengan keinginan pemangku kepentingannya, kepentingannya, dan akhiri dengan review dan komitmen.
f. Rapid Application Development Development Rapid Application Application Development Development pada umumnya terbagi menjadi 4 tahap
penyelesaian, yaitu : Requirement 1. Requirement
Planning
Phase : workshop memanfaatkan
diskusi
terstruktur mengenai masalah atau kebutuhan sistem yang sedang dihadapi. 2.
User
Description
Phase :
tahap
automatisasi
sistem
dengan
mengumpulkan mengumpulkan informasi dari pengguna. 3.
Construction Phase : tahap t ahap pembangunann pembangunann dan pengembangan pengembangan sistem.
4.
Cutover Phase : tahap penyelesaian dan instalasi sistem pada penggunaan
sesungguhnya,
termasuk
didalamnya
pengetesan,
dan
beberapa
pengembangan pengembangan lanjutan. Pengembangan Pengembangan dengan model ini tentunya memiliki memili ki beberapa kekurangan dan kelebihan masing-masing. Kelebihan dari model pengembangan ini antara lain adalah sedikitnya waktu dan tenaga profesional yang dibutuhkan sehingga mengurangi biaya operasional, pengguna yang terlibat langsung sehingga dapat dengan mudah memberikan masukkan selama pengembangan sistem informasi tersebut, menggunakan konsep pemodelan untuk mengumpulkan berbagai data, informasi dan proses. Sedangkan kekurangannya antara lain adalah proses percepatan pengembangan pengembangan harus memberikan respon yang cepat terhadap pengguna, pengembang dan pengguna harus bekerja sama untuk menyelesaikan menyelesaikan sistem ini i ni dengan cepat.
Dari model-model pengembangan di atas, keseluruhan mempunyai kerangka yang sama dalam pengembangan sebuah sistem informasi. Yaitu terdiri dari membentuk sebuah konsep sistem, melakukan analisa, mendesain sistem, implementasi, integrasi, dan instalasi. Perbedaannya terletak pada proses pengembangannya, ada memecah menjadi beberapa bagian kecil, ada pula yang langsung membuatnya secara bertahap. Pada penerapannya, tergantung dari pengembang dan kondisi lapanganlah yang menentukan model mana yang akan dipilih.
3.
Metode Pengembangan Sistem Informasi
Pengembangan sistem informasi dalam perusahaan dapat dilakukan melalui tiga metode yaitu co-sourcing, insourcing, dan outsourcing . Dari ketiga metode tersebut memiliki keunggulan dan kelemahannya masing-masing tergantung goal atau tujuan dari perusahaan masing-masing. 1) Co-Sourcing
Sistem informasi lintas fungsi manajemen ( co-sourcing ) perusahaan akan dapat mendukung, serta meningkatkan komunikasi dan kerjasama antar tim atau kelompok kerja di dalam suatu organisasi ataupun diluar organisasi ( in-co-out sourcing ). Dalam hal ini maka perusahaan dapat mencapai tingkat efisiensi,
kelincahan, dan responsivitas secara optimal dan maksimal yang dibutuhkan untuk berhasil dalam lingkungan bisnis yang serba ti dak pasti dan dinamis dalam
menangani berbagai fungsi bisnis dalam pemasaran, produksi, atau operasi, akuntansi, keuangan, dan dalam hal manajemen sumber daya manusia melalui berbagai operasi dengan sistem informasi manajemen yang baik. 2) Insourcing
Sistem informasi manajemen menitikberatkan pada informasi untuk suatu keputusan terstruktur atau informasi yang dapat diantisipasi. Hal tersebut mungkin tampak sederhana, tetapi sebenarnya menyediakan informasi untuk membantu manajer-manajer membuat keputusan-keputusan adalah tugas yang sangat sulit dan kompleks. Sistem informasi manajemen memainkan peranan penting dalam penyusunan rencana strategis, pembuatan keputusan, dan pengontrolan kegiatan-kegiatan kegiatan-kegiatan untuk dapat mengukur tingkat ti ngkat keberhasilannya. keberhasilannya. Insourcing Insourcing adalah
metode
pengembangan
sistem
informasi
yang
hanya
melibatkan sumber daya di dalam suatu organisasi atau suatu perusahaan. Sistem informasi mengenai operasi sistem pada pihak manajemen untuk memberikan pengarahan dan pemeliharaan sistem dalam hal ini pengendalian ketika sistem bertukar input dan output dengan lingkungannya. lingkungannya. Keunggulan dalam menerapkan metode insourcing diantaranya :
Umumnya sistem informasi yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan perusahaan karena karyawan yang ditugaskan mengerti kebutuhan sistem dalam perusahaan.
Biaya pengembangannya relatif lebih rendah karena hanya melibatkan pihak perusahaan.
Sistem informasi yang dibutuhkan dapat segera direalisasikan dan dapat segera melakukan perbaikan untuk menyempurnakan sistem tersebut. t ersebut.
Sistem informasi yang dibangun sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan dan dokumentasi yang disertakan lebih lengkap.
Mudah untuk melakukan modifikasi dan pemeliharaan (maintenance ) terhadap sistem informasi karena proses pengembangannya dilakukan oleh karyawan perusahaan tersebut.
Adanya insentif tambahan bagi karyawan yang diberi tanggung jawab untuk mengembangkan mengembangkan sistem informasi perusahaan tersebut.
Lebih mudah melakukan pengawasan ( security access ) dan keamanan data lebih terjamin karena hanya melibatkan pihak perusahaan.
Sistem informasi yang dikembangkan dapat diintegrasikan lebih mudah dan lebih baik terhadap sistem yang sudah ada.
Kelemahan dalam menerapkan metode insourcing adalah :
Keterbatasan jumlah dan tingkat kemampuan SDM yang menguasai teknologi informasi.
Pengembangan sistem informasi membutuhkan waktu yang lama karena konsentrasi karyawan harus terbagi dengan pekerjaan rutin sehari-hari sehingga pelaksanaannya pelaksanaannya menjadi kurang efektif dan efisien.
Perubahan dalam teknologi informasi terjadi secara cepat dan belum tentu perusahaan mampu melakukan adaptasi dengan cepat sehingga ada peluang teknologi yang digunakan kurang canggih (tidak up to date).
Membutuhkan waktu untuk pelatihan bagi operator dan programmer sehingga ada konsekuensi biaya yang harus dikeluarkan.
Adanya demotivasi dari karyawan ditugaskan untuk mengembangkan sistem informasi karena bukan merupakan core competency pekerjaan mereka.
Kurangnya tenaga ahli ( expert ) di bidang sistem informasi dapat menyebabkan kesalahan persepsi dalam pengembangan distem dan kesalahan/resiko yang terjadi menjadi tanggung jawab perusahaan (ditanggung sendiri).
3) Outsourcing
Teknologi tidak lagi merupakan pemikiran terakhir dalam membentuk strategi bisnis, tetapi merupakan penyebab dan penggerak yang sebenarnya. Peran utama aplikasi sistem informasi dalam bisnis adalah untuk memberikan dukungan yang efektif atas strategi perusahaan agar dapat memperoleh keunggulan kompetitif diluar perusahaan dengan menggunakan sumberdaya-sumberdaya yang terdapat didalam perusahaan itu sendiri. Perusahaan dapat bertahan hidup dan berhasil dalam jangka panjang hanya jika perusahaan tersebut berhasil mengembangkan strategi tekanan kompetitif yang membentuk struktur persaingan dalam industrinya. Sumberdaya-sumberdaya yang terdapat diluar perusahaan yang diantaranya, sumber daya data calon pelanggan dan pelanggan, sumber daya data pemasok, sumber daya informasi, sumber daya data pesaing atau kompetitor, dan atau sumber daya lainnya yang terkait hubungannya dengan keunggulan perusahaan yang berada diluar perusahaan ( outsource).
Outsourcing dapat berupa meminta pihak ketiga untuk melaksanakan proses
pengembangan sistem informasi termasuk pelaksana sistem informasi. Pihak perusahaan
menyerahkan
tugas
pengembangan
dan
pelaksanaan
serta maintenance sistem kepada pihak ketiga. Menurut O’Brien dan Marakas dan Marakas (2006), beberapa pertimbangan perusahaan untuk memilih strategi outsourcing sebagai
alternatif
dalam
mengembangkan
Sistem
Informasi
Sumberdaya Informasi diantaranya: 1. Biaya pengembangan sistem sangat tinggi. 2. Resiko tidak kembalinya investasi yang dilkukan sangat tinggi. 3. Ketidakpastian untuk mendapatkan sistem yang tepat sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. 4. Faktor waktu/kecepatan. waktu/kecepatan. 5. Proses pembelajaran pelaksana sistem informasi membutuhkan jangka waktu yang cukup lama. 6. Tidak adanya jaminan loyalitas pekerja setelah bekerja cukup lama dan terampil. Sedangkan menurut Indrajit dan Djokopranoto (2003) menyebutkan sejumlah alasan
mengapa
perusahaan-perusahaan
melakukan
outsourcing terhadap
aktivitas-aktivitasnya aktivitas-aktivitasnya dan potensi keuntungan apa saja yang diharapkan diperoleh darinya. Potensi keuntungan atau alasan-alasan tersebut antara lain untuk : 1.
meningkatkan focus perusahaan;
2.
memanfaatkan kelas dunia;
3.
mempercepat keuntungan yang diperoleh dari reengineering ;
4.
membagi risiko;
5.
sumberdaya sendiri dapat digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan kebutuhan-kebutuhan lain;
6.
memungkinkan memungkinkan tersedianya dana capital;
7.
menciptakan dana segar;
8.
mengurangi dan mengendalikan biaya sendiri;
9.
memperoleh sumberdaya yang tidak dimiliki sendiri;
10. memecahkan masalah masalah yang sulit dikendalikan dikendalikan atau dikelola. Keuntungan dengan menerapkan metode outsourcing adalah : 1.
Perusahaan Perusahaan dapat mengonsentrasikan diri pada bisnis yang ditangani
2.
Masalah mengenai hardware, sofware, dan maintenance sistem merupakan tanggung jawab pihak vendor.
3.
Lebih praktis serta waktu pengembangan sistem informasi relatif lebih cepat, efektif, dan efisisen karena dikerjakan oleh orang yang profesional di bidangnya.
4.
Penghematan waktu proses dapat diperoleh karena beberapa outsourcer dapat dipilih untuk bekerja bersama-sama menyediakan menyediakan jasa ini kepada perusahaan. perusahaan.
5.
Dapat membeli partner/provider sesuai anggaran dan kebutuhan
6.
Memudahkan akses pada pasar global jika menggunakan vendor yang mempunyai reputasi baik.
7.
Resiko ditanggung oleh pihak ketiga. Resiko kegagalan yang tinggi dan biaya teknologi yang semakin meningkat, akan lebih menguntungkan bagi perusahaan
jika
menyerahkan
pengembangan
sistem
informasi
kepada outsourcer agar tidak mengeluarkan investasi tambahan. 8.
Biaya pengembangan sistem informasi dapat disesuaikan dengan anggaran dan kebutuhan perusahaan. Mahal atau murahnya biaya pengembangan sistem informasi tergantung jenis jenis program yang yang dibeli.
9.
Mengurangi resiko penghamburan investasi jika penggunaan sumber daya sistem informasi belum optimal. Jika hal ini terjadi maka perusahaan hanya menggunakan sumber daya sistem yang optimal pada saat-saat tertentu saja, sehingga sumber daya sistem informasi menjadi tidak dimanfaatkan pada waktu yang lainnya.
10. Dapat digunakan untuk meningkatkan kas dalam aset perusahaan karena tak perlu ada aset untuk teknologi informasi. 11. Memfasilitasi downsizing sehingga
perusahaan
tak
perlu
memikirkan
pengurangan pegawai. Sedangkan menurut Indrajit dan Djokopranoto (2003), ada 10 faktor yang menyebabkan menyebabkan keberhasilan langkah outsourcing , yaitu: 1.
memahami maksud dan tujuan t ujuan perusahaan;
2.
memiliki visi dan perencanaan perencanaan strategis;
3.
memilih secara tepat servise provider atau pemberi jasa;
4.
melakukan pengawasan dan pengelolaan terus-menerus terhadap hubungan antarperusahaan antarperusahaan dan pemberi jasa;
5.
memiliki kontrak yang cukup tersusun dengan baik;
6.
memiliki komunikasi yang baik dan terbuka dengan individu atau kelompok terkait;
7.
mendapatkan mendapatkan dukungan dan keikutsertaan manajemen;
8.
memberikan perhatian secara berhati-hati pada persoalan yang menyangkut karyawan;
9.
memiliki justifikasi ekonomi dan keuangan yang layak;
10. menggunakan menggunakan tenaga berpengalaman berpengalaman dari d ari luar.
Disamping
keunggulan
yang
telah
disampaikan
di
atas,
penerapan
metode outsourcing ini juga memiliki kelemahan, diantarany diantaranyaa : 1.
Terdapat kekhawatiran tentang keamanan sistem informasi karena adanya peluang penyalahgunaan penyalahgunaan sistem informasi oleh vendor , misalnya pembajakan atau pembocoran informasi perusahaan. perusahaan.
2.
Ada peluang sistem informasi yang dikembangkan tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan dikarenakan vendor tidak memahami kebutuhan sistem dalam perusahaan tersebut.
3.
Transfer knowledge terbatas karena pengembangan sistem informasi sepenuhnya dilakukan oleh vendor .
4.
Relatif sulit melakukan perbaikan dan pengembangan sistem informasi karena pengembangan perangkat lunak dilakukan oleh vendor , sedangkan perusahaan umumnya umumnya hanya terlibat sampai rancangan kebutuhan sistem.
5.
Dapat terjadi ketergantunga k etergantungan n kepada konsultan.
6.
Manajemen perusahaan membutuhkan proses pembelajaran yang cukup lama dan perusahaan harus membayar lisensi program yang dibeli sehingga ada konsekuensi biaya tambahan yang dibayarkan.
7.
Resiko tidak kembalinya investasi yang telah dikeluarkan apabila terjadi ketidakcocokan ketidakcocokan sistem informasi yang dikembangkan.
8.
Mengurangi
keunggulan
kompetitif
perusahaan.
Mungkin
saja
outsourcer tidak fokus dalam memberikan layanan karena pada saat pihak outsourcer
yang bersamaan harus mengembangkan mengembangkan sistem informasi i nformasi klien lainnya. 9.
Perusahaan Perusahaan akan kehilangan kendali terhadap aplikasi yang didi - outsource -kan. Jika aplikasinya adalah aplikasi kritikal yang harus segera ditangani jika terjadi gangguan, perusahaan akan menanggung resiko keterlambatan penanganan
jika
aplikasi
ini
di- outsource -kan
pada outsourcer yang harus dihubungi terlebih dahulu.
karena
kendali
ada
10.
Jika kekuatan menawar ada di outsourcer, perusahaan akan kehilangan banyak kendali dalam memutuskan sesuatu apalagi jika terjadi konflik diantaranya.
http://pluralistik.blogspot.com/2010/12/langk http://pluralistik.blogspot.c om/2010/12/langkah-lngkah-penge ah-lngkah-pengembangan-sistem.html mbangan-sistem.html http://www.scribd.com/doc/58009718/34/G-TA http://www.scribd.com/do c/58009718/34/G-TAHAP-TAHAP-PENGEMBANG HAP-TAHAP-PENGEMBANGANANSISTEM-INFORMASI http://sisfo08.blog.com/2011/10/metodologi-pe http://sisfo08.blog.com/20 11/10/metodologi-pengembangan-s ngembangan-sistem-informasi/ istem-informasi/ http://media.kompasiana.com/buku/201 http://media.kompasian a.com/buku/2011/10/20/7-langkah 1/10/20/7-langkah-membangun-sistem-inform -membangun-sistem-informasi/ asi/ http://miraindrasari.blogstudent.mb.ipb.ac.id/201 http://miraindrasari.blogstude nt.mb.ipb.ac.id/2010/12/03/outsourcing-in 0/12/03/outsourcing-insourcing-dan-cosourcing-dan-cosourcing-sistem-informasi/