MITOLOGI CANDI SUKUH YANG TERDAPAT DALAM
RELIEF SUDHAMALA
LAPORAN OBSERVASI
Disusun oleh :
Bintang Maulana Zakariya (12150136)
PRODI DESAIN INTERIOR
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perjalanan sejarah dari masa ke masa selalu membawa pengaruh tersendiri bagi munculnya peradaban-peradaban baru yang turut memengaruhi kehidupan. Sejarah dalam Nusantara khususnya telah memengaruhi sebagian besar sejarah dunia yang kita kenal hingga saat ini. Berbagai hasil kebudayaan-kebudayaan yang diwariskan oleh para pelaku sejarah menjadi bukti bahwa sejarah itu benar-benar ada. Sekitar abad 15, mulai bermunculan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara dengan Kerajaan Kutai sebagai kerajaan pertama yang lahir di Nusantara. Beragam bentuk hasil kebudayaan pada masa kerajaan Hindu-Buddha dahulu turut andil dalam memperkaya warisan budaya Indonesia. Berbagai keseragaman bentuk candi dan arca yang khas membuat candi-candi di Indonesia terkenal di mata dunia.
Candi unik berbentuk tidak lazim yang bernama Candi Sukuh yang terletak di lereng barat Gunung Lawu, di Dusun Sukuh, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah, pada ketinggian 910 meter di atas permukaan laut adalah satu dari sekian banyak candi yang akan dibahas dalam laporan observasi ini. Candi Sukuh ditemukan pada tahun 1815 oleh Johnson, Residen Surakarta pada masa pemerintahan Thomas Stamford Raffles, lalu diteliti oleh banyak ahli seperti Van der Vlis (1842, Prove Eener Beschrijten op Soekoeh en Tjeto), Hoepermans (1864-1867, Hindoe Oudheiden van Java), Verbeek (1889), dan Knebel dan WF. Stutterheim (1910). Pelestarian Candi Sukuh dilakukan oleh Dinas Purbakala Hindia Belanda tahun 1917. Pada akhir tahun 1970-an Candi Sukuh mengalami pemugaran kembali oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.
Sukuh adalah candi bercorak Hindu yang dibangun sekitar abad 15, pada masa Prabu Stri Suhita, ratu Majapahit yang memerintah tahun 1427-1447, bersama suaminya, Bhra Hyang Parameswara Ratnapangkaja. Suhita adalah anak dari Raja Wikramawardhana dan cucu dari Wirabhumi. Prabu Stri Suhita adalah raja wanita kedua di Majapahit setelah Tribhuwana Tunggadewi. Asal usul Candi Sukuh dapat dilihat dari mitologi yang terdapat di dalam Relief Sudhamala yang kesemua itu akan dibahas di dalam laporan observasi ini.
Rumusan Masalah
Apa maksud yang terkandung dari Relief Sudhamala yang menceritakan kisah mitologi Candi Sukuh?
Tujuan
Untuk mengetahui berbagai maksud yang terkandung dari Relief Sudhamala yang menceritakan kisah mitologi Candi Sukuh.
Manfaat
Dapat mengetahui berbagai maksud yang terkandung dari Relief Sudhamala yang menceritakan kisah mitologi Candi Sukuh
.
BAB II
PEMBAHASAN
Cerita Sudhamala mengisahkan tentang Sahadewa atau Sadewa, saudara kembar Nakula dan yang termuda dari Pandawa. Keduanya adalah putra Prabu Pandu dari Dewi Madrim, istrinya yang kedua. Ketika Madrim meninggal dunia, Nakula dan Sadewa yang masih kecil diasuh istri pertama Pandu, Dewi Kunthi, bersama dengan anaknya yang lain, Yudhistira, Bima dan Arjuna.
Dewi Uma dikutuk oleh suaminya, Bathara Guru, karena tidak dapat menahan kemarahannya terhadap suaminya yang minta untuk dilayani pada saat yang menurutnya kurang layak. Karena menunjukkan kemarahan yang meluap-luap, Sang Dewi dikutuk dan berubah wujud menjadi seorang raksasi (raksasa wanita) bernama Bathari Durga. Bathari Durga lalu menyamar sebagai Dewi Kunthi, mendatangi Sadewa dan memintanya untuk meruwat dirinya. Kisah tersebut dituangkan dalam lima panel relief yang berjajar di bagian utara teras ketiga. Berikut penjabaran dari kelima panel relief tersebut.
Relief Pertama
Di bagian kiri dilukiskan sang Sahadewa atau Sadewa, saudara kembar Nakula dan merupakan yang termuda dari para Pandawa Lima. Kedua-duanya adalah putra Prabu Pandu dari Dewi Madrim, istrinya yang kedua. Madrim meninggal dunia ketika Nakula dan Sadewa masih kecil dan keduanya diasuh oleh Dewi Kunti, istri utama Pandu. Dewi Kunti lalu mengasuh mereka bersama ketiga anaknya dari Pandu: Yudhistira, Bima dan Arjuna. Relief ini menggambarkan Sadewa yang sedang berjongkok dan diikuti oleh seorang punakawan atau pengiring. Berhadapan dengan Sadewa terlihatlah seorang tokoh wanita yaitu Dewi Durga yang juga disertai seorang punakawan.
Sumber : Dok. Pribadi
Sumber : Dok. Pribadi
Relief Kedua
Pada relief kedua ini dipahat gambar Dewi Durga yang telah berubah menjadi seorang raksasi (raksasa wanita) yang berwajah mengerikan. Dua orang raksasa mengerikan; Kalantaka dan KalaƱjaya menyertai Batari Durga yang sedang murka dan mengancam akan membunuh Sadewa. Kalantaka dan KalaƱjaya adalah jelmaan bidadara yang dikutuk karena tidak menghormati Dewa sehingga harus terlahir sebagai raksasa berwajah buruk. Sadewa terikat pada sebuah pohon dan diancam dibunuh dengan pedang karena tidak mau membebaskan Durga. Di belakangnya terlihat antara lain ada Semar. Terlihat wujud hantu yang melayang-layang dan di atas pohon sebelah kanan ada dua ekor burung hantu. Lukisan mengerikan ini kelihatannya ini merupakan lukisan di hutan Setra Gandamayu (Gandamayit) tempat pembuangan para dewa yang diusir dari sorga karena pelanggaran.
Sumber : Dok. Pribadi
Sumber : Dok. Pribadi
Relief Ketiga
Pada bagian ini digambarkan bagaimana Sadewa bersama punakawannya, Semar berhadapan dengan pertapa buta bernama Tambrapetra dan putrinya Ni Padapa di pertapaan Prangalas. Sadewa akan menyembuhkannya dari kebutaannya.
Sumber : Dok. Pribadi
Sumber : Dok. Pribadi
Relief Keempat
Adegan di sebuah taman indah di mana sang Sadewa sedang bercengkerama dengan Tambrapetra dan putrinya Ni Padapa serta seorang punakawan di pertapaan Prangalas. Tambrapetra berterima kasih dan memberikan putrinya kepada Sadewa untuk dinikahinya.
Sumber : Dok. Pribadi
Sumber : Dok. Pribadi
Relief Kelima
Pada Relief kelima ini menggambarkan Sadewa beserta pengiringnya menghadap Dewi Uma yang telah berhasil diruwat.
Sumber : Dok. Pribadi
Sumber : Dok. Pribadi
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Perkembangan sejarah kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia membawa dampak yang besar bagi kehidupan kita hingga saat ini. Candi Sukuh yang dibahas pada laporan observasi ini ternyata berasal dari sebuah cerita atau kidung yang bernama Sudhamala yang mengisahkan tentang lika-liku perjalanan hidup Sadewa. Candi unik dengan arsitektur punden berundak-undak ini ternyata kaya akan relief-relief yang turut mendukung asal muasal candi ini. Hal tersebut turut membantu memperkaya sejarah khasanah kebudayaan seni khususnya di negeri kita.
Saran
Kita harus melestarikan dan mempelajari sejarah-sejarah khususnya sejarah Nusantara yang merupakan warisan turun-temurun dari nenek moyang kita sebagai bukti bahwa Nusantara memiliki identitas yang luar biasa dan tidak bisa dianggap sepele. Dan setelah kita mempelajari ilmu-ilmu pengetahuan tentang sejarah, kita harus dapat mengambil kesimpulan dan sedikit mengambil filosofi dari makna sejarah tersebut untuk kita terapkan pada kehidupan kita agar pola berfikir kita semakin berkembang dan kehidupan kita semakin terarah dan teratur.
DAFTAR PUSTAKA
Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto. 2008. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka.
Dari web :
http://candi.pnri.go.id/jawa_tengah_yogyakarta/
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Candi_Sukuh&action=edit