MODUL 5
PERAWATAN PADA GIGI ANAK
Skenario 5 : KASUSNYA KOMPLIKASI Bandel (7 tahun) terjatuh pada saat bermain sepeda bersama teman-temannya. Gigi depannya terbentur aspal sampai copot dan berdarah. Orangtua Bandel dengan panik segera membawa Bandel ke Rumah Sakit terdekat agar dokter gigi langsung melakukan pemeriksaan. Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa gigi 14 avulsi dan 21 mengalami fraktur setengah mahkota. Dokter gigi meminta keluarga untuk mencari gigi yang hilang untuk replantasi dan pada gigi 21 dilakukan perawatan apeksogenesisi. Seminggu kemudian Bandel bersama orangtuanya datang untuk kontrol dan orangtua Bandel meminta dokter gigi untuk melakukan pemeriksaan secara menyeluruh pada gigi Bandel karena mereka khawatir masih banyak gigi anaknya yang harus menerima perawatan dari dokter gigi. Dari riwayat gigi terdahulu, Bandel mengalami rampan karies dan sering minum susu dari botol sebelum tidur. Ditambah lagi kebiasaan Bandel yang suka makan makanan manis dan jarang sikat gigi. Dokter gigi memaklumi dan melakukan pemeriksaan pada seluruh gigi di rongga rongga mulut Bandel. Orangtua Bandel setuju meskipun kurang mengerti perbedaan semua perawatan tersebut. Bagaimanakah saudara menjelaskan hal ini?
I.
TERMINOLOGI
1. Avulsi
: Lepasnya gigi dari soketnya disebabkan trauma.
2. Apeksogenesisi : Perawatan gigi vital dalam masa pertumbuhan untuk mendapatkan pertumbuhan selanjutnya dan penutupan foramen apikal. 3. Replantasi
: Penempatan gigi kembali pada soketnya setelah terlepas, baik secara sengaja/trauma.
4. Rampan karies
II.
: Karies secara luas dan dapat berkembang dengan cepat.
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Bagaimana tahapan/ proses perkembangan dari rampan karies ? 2. Bagaimana cara perawatan dan pencegahan dari rampan karies ? 3. Apa penyebab gigi avulsi? 4. Bagaimana cara penanganan avulsi dan tindakan emergency lain? 5. Apa saja indikasi dan kontraindikasi apeksogenesis ? 6. Apa saja jenis-jenis tindakan yang termasuk dalam apeksogenesis ? 7. Bagaimana cara perawatan/langkah-langkah apeksogenesis ?
III.
ANALISA MASALAH
1. Bagaimana tahapan/ proses perkembangan dari rampan karies ? -
Awal : warna putih
-
Kerusakan
-
Lesi dalam : lesi meluas ke pulpa gigi, sakit sewaktu makan
-
Traumatik
Gejala klinis : -
Konsistensi lesi lunak
-
Karies dalam, mengenai pulpa
-
Bila terjadi gangguan penyangga, dilakukan rontgent foto, radiolusen di sekitar gigi
Etiologi : -
Konsumsi makanan
-
Saliva
-
Psikologis (kebiasaan buruk)
-
Penyakit sistemik
-
Turunan
-
Penyebab utama : penggunaan botol susu yang lama di dalam mulut.
-
Mekanisme rampan karies bisa disebabkan oleh susu formula.
-
Baby Bottle Syndrome, penyebabnya karena pemberian susu botol yang tidak tepat, kebiasaan menggunakan botol setiap hari.
2. Bagaimana cara perawatan dan pencegahan dari rampan karies ? Pengcegahan : -
Membersihkan gusi anak
-
Sikat gigi
-
Pergunakan botol saat makan saja
-
Perbaikan oral hygiene
-
Evaluasi secara periodik
-
Ibu hamil mengkonsumsi gizi yang baik
Perawatan : -
Meghilangkan rasa sakit
3. Apa penyebab gigi avulsi? -
Kecelakaan lalu lintas
-
Perkelahian
-
Jatuh
-
Kecelakaan olahraga
-
Kerusakan jaringan periodontal
-
Penyakit sistemik
4. Bagaimana cara penanganan avulsi dan tindakan emergency lain? Gigi sulung : gigi sulung yang avulsi akan diganti dengan gigi permanen. Gigi permanen : pendarahan dikasi kapas, simpan gigi dalam kassa steril, dihindarkan memegang bagian akar, perawatan endodonti, repalntasi (dalam waktu 2 jam setelah terlepas).
Faktor yang mempengaruhi prognosis replantasi : tingkat kerusakan, kualitas perawatan, dan evaluasi.
Perawatan darurat : pertolongan P, bersihkan luka, hentikan pendarahan, perawatan darurat.
5. Apa saja indikasi dan kontraindikasi apeksogenesis ? Indikasi : -
Gigi yang masih dalam masa pertumbuhan dengan foramen apikal yang belum tertutup sempurna
-
Adanya kerusakan pulpa koromal, pulpa radikularnya masih sehat
Kontraindikasi : -
Gigi yang avulsi
-
Gigi dengan fraktur mahkota dan akar yang berat
-
Gigi dengan fraktur akar yang horizontal yang berada dekat dengan ginggiva
-
Keries yang tidak dapat ditambal lagi
6. Apa saja jenis-jenis tindakan yang termasuk dalam apeksogenesis ?
Protektif :
-
Indikasikan gigi dengan pulpa normal
-
Meminimalkan sensitivitas pasca perawatan
Indirect fulltreatment :
-
Restorasi akhir harus dapat menjaga bagia internal gigi
Pulp capping
Pulpotomi fasial
7. Bagaimana cara perawatan/langkah-langkah apeksogenesis ? Ada beberapa tindakan yang termasuk kedalam apeksogenesis, diantaranya protective liner, indirect pulp treatment, direct pulp cap, partial pulpotomy for carious exposure, partial pulpotomy for traumatic exposures (Cvek pulpotomy). Pada protective liner, diindikasi pada gigi dengan pulpa normal, ketika karies disingkirkan dan akan dilakukan pemasangan restorasi, bahan protective
liner
diletakkan
pada
daerah
terdalam
preparasi
untuk
meminimalkan injuri pada pulpa, mendukung penyembuhan jaringan, dan/atau meminimalkan sensitivitas pasca perawatan. Dengan tujuan untuk memelihara kevitalan gigi, mendukung penyembuhan jaringan, dan memfasilitasi pembentukan dentin tersier. Untuk apeksogenesis dengan indirect pulp treatment dapat dilakukan dengan indikasi gigi permanen dengan diagnosa pulpa normal atau pulpitis tanpa
keluhan
atau
dengan
diagnosa
pulpitis
reversibel.
Penegakan
diagnosanya dilakukan dengan pemeriksaan radiografi dan pemeriksaan klinis dan prognosis gigi dapat sembuh dari gangguan karies. Tujuannya yaitu restorasi akhir harus dapat menjaga bagian interna gigi termasuk dentin dari kontaminasi lingkungan oral. Kevitalan gigi harus dipertahankan.
IV.
SKEMA
Bandel 7 tahun
Kecelakaan
Pemeriksaan
Rampan Karies
Gigi avulsi
Replantasi -
Gejala
-
Gigi 21 fraktur ½ mahkota
Apeksogenesi
Penyebab Mekanisme -
Cara
pencegahan
-
Indikasi &
-
kontraindikasi
& perawatan -
Tahapan pekerjaan
-
Prognosis
Indikasi & kontraindikasi
-
Tahapan pekerjaan
V.
LEARNING OBJECTIVE
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang rampan karies a. Gejala b. Penyebab c. Mekanisme d. Cara pencegahan dan perawatan 2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang replantasi pada gigi avulsi a. Indikasi dan kontraindikasi b. Tahapan pekerjaan c. Prognosis 3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang apeksogenesis a. Indikasi dan kontraindikasi b. Tahapan pekerjaan
VI.
MENGUMPULKAN INFORMASI DI PERPUSTAKAAN , INTERNET, DLL
VII.
UJI SINTESA YANG DIPEROLEH
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang rampan karies a. Gejala Gejala klinis dan gambaran radiologi
Pada umumnya yang terkena adalah anak-anak usia 4-8 tahun atau remaja usia 11-19 tahun. Bila anak-anak usia 2-4 tahun sudah terserang rampan karies pada gigi sulung, hal ini dihubungkan dengan enamel hipoplasia dan kepekaan terhadap karies yang tinggi.
Gigi yang terkena rampan karies biasanya sudah mengalami kerusakan hebat, beberapa gigi atau semuanya dapat menjadi ganggren atau menjadi radix. Konsistensi lesi karies sangat lunak dengan warna kuning sampai coklat muda.
Pada umumnya karies sudah dalam. Terkenanya pulpa akan menyebabkan rasa sakit, terlebih bila disertai abses yang mengakibatkan anak susah/tidak mau makan. Hal ini menyebabkan kurang optimalnya fungsi pengunyahan sehingga mengakibatkan pertumbuhan rahang berkurang terutama arah vertikal.
Bila terjadi gangguan pada jaringan penyangga, melalui rontgent foto terlihat gambaran radiolusen disekitar apeks gigi.
b. Penyebab Rampan karies ialah suatu jenis karies yang proses terjadinya dan meluasnya sangat cepat dan tiba-tiba, sehingga menyebabkan lubang pada gigi, terlibatnya pulpa dan cenderung mengenai gigi yang imun terhadap karies yaitu gigi insisivus depan bawah. Rampan karies sering menimbulkan rasa sakit sehingga anak menjadi rewel, karies ini sering ditemukan pada anak usia 5 tahun.
Seperti yang telah dipaparkan
sebelumnya bahwa pada anak yang minum susu atau cairan manis lainnya melalui botol pada waktu tidur maka cairan dari botol
atau
diminum anak akan tergenang didalam mulut dalam waktu yang lama.
susu
yang
Kecepatan kerusakan gigi akan jelas terlihat dengan timbulnya karies menyeluruh dalam waktu singkat (terjadi rampan karies). Selain itu keadaan lain yang dapat menyebabkan rampan karies adalah substrat lama berada dalam mulut, kebiasaan anak menahan makanan didalam mulut dimana makanan tersebut tidak cepat ditelan. Dapat disimpulkan bahwa anak minum susu formula melalui botol dengan frekuwensi sering dan berlangsung lama maka anak menderita rampan karies. Faktor etiologi :
Konsumsi makanan. Seringnya
mengkonsumsi
makanan
dan
minuman
yang
mengandung karbohidrat terutama diantara waktu makan. Waktu makan merupakan faktor yang dihubungkan dengan perkembangan rampan karies.
Saliva. Berkurangnya sekresi serta kekentalan saliva. Saliva dapat menghambat karies karena aksi buffer, kandungan bikarbonat, amoniak dan urea dalam saliva dapat menetralkan penurunan pH yang terjadi saat gula dimetabolisme bakteri plak. Kecepatan sekresi saliva berakibat pada peningkatan pH dan kapasitas buffernya. Bila sekresi berkurang akan terlihat peningkatan akumulasi plak sehingga jumlah mikroorganisme (streptococus mutans) akan bertambah.
Faktor psikologis. Pada umumnya dapat mengakibatkan timbulnya kebiasaan buruk dalam makan atau memilih makanan. Stress juga dihubungkan sebagai penyebab berkurangnya sekresi dan kekentalan saliva.
Faktor sistemik, misalnya penderita diabetes melitus.
Faktor turunan. Orang tua yang peka terhadap karies akan mempunyai anak yang juga peka terhadap karies. Hal ini disebabkan karena dalam keluarga mempunyai pola kebiasan makan yang sama dan pemeliharaan kesehatan gigi yang sama pula.
c. Mekanisme Karies gigi merupakan penyakit yang berhubungan dengan faktor yang saling
mempengaruhi. Ada empat faktor utama yaitu gigi, saliva,
mikroorganisme dan waktu sebagai. Proses terjadinya rampan karies sama dengan karies biasa hanya terjadi lebih cepat, banyak ahli menghubungkan dengan kondisi anak itu sendri dimana email gigi sulung lebih tipis. Bila rampan karies berlangsung lebih awal terutama pada anak yang minum susu botol dalam waktu yang lama akan timbul corak karies tertentu, disebut rampan karies atau nursing bottle caries. Seperti yang telah kita ketahui bahwa susu formula yang mengandung sukrose dan glukosa yang diminum pada anak. Sukrosa dan glukosa yang menempel pada gigi apabila tidak dibesihkan akan difermentasi oleh mikroorganisme rongga mulut menjadi asam melalui proses glikolisis. Mikroorganisme
yang
berperan
dalam
proses
glikolisis
adalah
lactobacillus dan streptococcus mutants.Asam yang dibentuk dari hasil glikolisis akan mengakibatkan larutnya email gigi sehingga terjadi proses demineralisasi email gigi dan di awali dengan lesi white-spot pada gigi dan
kerusakan tersebut akan berlanjut ke dentin dan proses kariespun
dimulai.
d. Cara pencegahan dan perawatan Hal pertama yang dilakukan dalam penanggulangan rampan karies adalah mengurangi aktivitas bakteri untuk menghentikan karies dan mencegah penjalaran yang cepat kearah pulpa. Untuk mengurangi perkembangan bakteri serta adanya bau mulut perlu pula dilakukan oral profilaksis.Oral profilaksis dapat dilakukan dengan menyikat gigi secara benar
maupun dengan
menggunakan alat bur atau alat lainnya yang lebih canggih seperti air scaler maupun sand blaster Perawatan rampan karies
yang utama adalah
menhilangkan rasa sakit, adanya rasa sakit perlu segera ditanggulangi karena dapat mengganggu aktivitas sehari-hari anak tersebut. Perawatan rasa sakit dapat diberikan baik secara lokal di gigi yang sakit maupun secara oral atau diminum,pemberian lokal dapat diberikan dengan menumpat secara langsung dengan obat-obatan eugenol melalui kapas yang selanjutnya ditumpat
sementara dengan zinc oxide eugenol tanpa penggunaan kapas obat.Pemberian obat-obatan sedatif dan analgesik dapat pula diberikan melalui obat minum atau oral. Obat ini diberikan pada rasa sakit yang telah lanjut dalam pengendalian kariesnya.Penanggulangan rampan karies
harus dilakukan
secara sistematis dan komprehensif serta sesuai dengan prinsip pencegahan dan perawatan secara menyeluruh yang berdasarkan urutan prioritas. Adapun pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya karies botol antara lain : 1. Setelah diberi makan, bersihkan gusi anak dengan kain/ lap bersih. Kemudian bersihkan/ sikat gigi anak, jika giginya sudah erupsi. Bersihkan dan pijat gusi pada area yang ompong dan pemakaian flossing semua gigi anak yang telah erupsi, biasanya pada usia 2- 2,5 tahun 2. Pergunakan botol hanya ketika makan saja jangan gunakan botol minuman sebagai dot, jangan biarkan anak berjalan sambil meminumnya dalam waktu yang lama. Ini tidak hanya menyebabkan karies, tetapi juga anak dapat menderita cedera pada giginya ketika mereka terjatuh sa mbil mengedot. 3. jangan pernah membiarkan anak tertidur sambil minum melalui botol yang berisi susu, formula atau jus buah atau larutan yang manis 4.
Jika anak membutuhkan botol atau dot untuk pemberian makan yang reguler, pada malam hari, atau hingga tertidur, berilah anak dot bersih yang direkomendasikan oleh dokter gigi atau dokter anak. Jangan pernah memasukkan dot dengan minuman yang manis
5.
Hindari mengisi botol minum anak dengan larutan seperti air gula dan soft drink
6. Jika air yang akan diberikan kepada anak tidak mengandung fluoride, tanyalah dokter gigi apa yang sebaiknya diberikan pada anak. 7.
Mulailah berkunjung ke dokter gigi sejak tahun pertama kelahiran, buatlah kunjungan secara teratur.Jika anak mempunyai masalah dengan giginya, segera periksakan ke dokter gigi.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang replantasi pada gigi avulsi a. Indikasi dan kontraindikasi Indikasi: Tidak ada penyakit periodontal Waktu lamanya gigi avulsi tidak lebih dari 2 jam karena
mempengaruhi prognosis
Kontraindikasi : Gigi sulung Adanya fraktur akar
b. Tahapan pekerjaan Syarat- syarat Replantasi
1.Gigi yang avulsi sebaiknya sehat dan tidak terdapat karies yang luas. 2.Tulang alveolar harus tetap utuh agar dapat menahan gigi,tidak ada fraktur atau penyakit periodontal. 3.Gigi yang avulsi sebaiknya berada pada posisi yang baik dalam lengkungnyatanpakelainan ortodonsi. 4.Ligamen periodontal tidak tergores
Teknik melakukan replantasi gigi adalah sebagai berikut :
1. Pengambilan foto rontgen dapat dilakukan bila keadaan memungkinkan. Pengambilanradiografi inisial dapat ditunda sampai gigi ditempatkan kembali ke dalam soketnya.Hal ini dapat menghemat waktu dan menambah keberhasilan replantasi. 2. Lakukan anestesi pada regio yang akan direplantasi agar pasien merasa nyaman. 3.Dengan perlahan-lahan bersihkan permukaan akar gigi dengan saline, susu, atauHBSS. Gigi dipegang hati-hati pada mahkotanya, bukan pada akarnya. 4.Soket dibersihkan dari darah beku dan benda asing yang mungkin ada secara perlahan-lahan dan hati-hati dengan menggunakan kapas yang telah dibasahi larutansaline yang steril, atau menggunakan irigasi ringan saline
dan lakukan aspirasi perlahan. Hindari melakukan kuret atau menganginanginkan soket karena dapatmerusak ligamen periodontal yang tertinggal pada soket. 5.Gigi dimasukkan ke dalam soket dengan menggunakan jari dan tekanan yang ringan.Bila gigi tidak dapat masuk, kemungkinan ada benda asing dalam soket, periksakembali soket dan sementara itu, gigi disimpan kembali dalam media penyimpanan.Setelah gigi berada dalam posisi yang sebenarnya, tulang bagian bukal dan lingualditekan perlahan dengan menggunakan
telunjuk
mengembang
saat
dan
avulsi.
ibu
jari,
Tindakan
karena ini
kemungkinansoket
membantu
melindungi
kerusakan perkembangan ligamen periodontal. 6.Pada jaringan lunak yang mengalami laserasi, dilakukan penjahitan, terutama padadaerah servikal untuk mengontrol perdarahan. 7.Lakukan pembuatan foto rontgen segera setelah replantasi untuk melihat posisi gigi. 8. Setelah
melakukan
replantasi
gigi
avulsi,
maka
untuk
menstabilisasikannya digunakansplint utuk mencegah kerusakan pulpa dan jaringan periodontal selama masa penyembuhan yang dipakai selama minggu pertama penyembuhan. Splint yangdiindikasikan pemakaiannya adalah fleksibel atau semi rigid.
Instruksi Pasca Replantasi Gigi
1.Setelah perawatan, aspirin atau asetaminofen dapat diberikan sebagaianalgesik sedangkan untuk pengobatan infeksi perlu diberikan antibiotik. 2.Pasien dianjurkan menghindari gigitan pada gigi yang di splint. 3.Konsumsi makanan yang lunak. 4.Menjaga oral hygiene dengan menyikat gigi atau menggunakan obatkumur klorheksidin selama pemakaian splint. 5.Pasien harus menghindari kumur-kumur, meludah, selama 24 j am setelah replantasi. 6.Setelah 24 jam pemakaian splint pasien harus berkumur-kumur dengan
air
garamhangat
tiap
dua
jam
untuk
mencegah
pembengkakan pada jaringan disekitar gigidengan tujuan untuk melancarkan vaskularisasi.
c. Prognosis Replantasi yang dilakukan sesudah 2 jam akan lebih memungkinkan terjadi resopsiakar di kemudian hari. Karena, itu makin cepat gigi dikembalikan ke dalam soket makin baik prognosisnya. Prognosis baik bila perawatan dilakukan kurang 20 menit, dan prognosis buruk apabila lepasnya gigi sudah lebih dari 60 menit.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang apeksogenesis a. Indikasi dan kontraindikasi Perawatan Gigi Sulung Gigi karena usianya masih dini maka masih prematur dengan keadaan ujung apikal yang masih terbuka. pada keadaan ini bisa saja terjadi trauma yang menyebabkan gigi mengalami cedera sehingga memerlukan perawatan. Gigi immatur yang mengalami karies kemudian dipreparasi untuk dilakukan tumpatan bisa saja terjadi kesalahan iatrogenik sehinga terjadi perforasi ke ruang pulpa gigi, maka gigi ini mengalami --> pulpitis reversible sehingga memerlukan perawatan : kaping pulpa. Apabila gigi mengalami perforasi yang cukup dalam atau fraktur terbuka karena trauma maka bisa saja menjadi pulpitis irrversibel --> sehungga memerlukan pulpotomi, pada keadaan ini belum bisa dilakukan pulpektomi karena keadaan ujung akar masih terbuka sehingga mengharapkan terjadinya apeksogenesis-pertumbuhan ujung apex. Indikasi : gigi belum matang, akar belum sempurna, kerusakan pulpa di korona tetapi pulpa akar sehat.
Kontra indikasi :
gigi avulsi dan replantasi belum sempurna, kerusakan pulpa dikorona tetapi akar sehat
fraktur mahkota akar berat
fraktur horizontal dekat tepi gingiva
karies tidak dapat direstorasi
b. Tahapan pekerjaan Prosedure :
anastesi, isolasi
dentin terbuka dicuci saline/lar. Anestesi
jar.granulasi diangkat dengan ekskavator
jar pulpa i 2mm lagi, dengan bur diamond kecepatan tinggi ( untuk mengurangi perdarahan)
cuci pulpa dengan saline sampai terjadi pembekuan darah
aplikasi CaOH+ZnO+ restorasi MTA
evaluasi : 1 :6-12 minggu (kontrol vitalitas jaringan, keluhan pasien). II. tiap 6 bulan s/d terbentik akar (rongent foto)
BAHAN Ca(OH)2 DALAM PERAWATAN APEKSOGENESIS Kalsium hidroksida adalah garam dasar putih, berkristal,mudah larut yang terpisah menjadi ion kalsium dan ion hidroksil dalam larutan dan kandungan alkali yang tinggi (pH 11). Bahan ini digunakan dalam bentuk Setting dan Nonsetting pada kedokteran gigi. Codman ialah yang pertama menggunakan kalsium hidroksida karena sifat antimikrobanya dan kemampuannya merangsang pembentukan jaringan keras. Terdapat beberapa teori bagaimana kalsium hidroksida merangsang pembentukan jaringan keras. Termasuk kandungan alkali yang tinggi (pH 11), yangmenghasilkan lingkungan menguntungkan untuk pengaktifan alkalin fosfatase, suatu enzim yang terlibat dalam mineralisasi.4,6 Ion kalsium mengurangi permeabilitas bentuk kapiler baru dalam jaringan yang diperbaiki, menurunkan jumlah cairan intersel dan meningkatkan konsentrasi ion kalsium yang diperoleh dari pasokan darah di awal mineralisasi. Hal ini dapat memiliki dua efek pada mineralisasi, dapat memberikan sumber ion kalsium untuk mineralisasi, dan dapat merangsang aktivitas kalsium pyrophosphatase, yang mengurangi tingkat ion pyrophosphatase penghambat mineralisasi dalam jaringan. Penelitian telah menunjukkan bahwa kalsium hidroksida membentuk jembatan dentin ketika ditempatkan berkontak dengan jaringan pulpa. Kalsium hidroksida harus berkontak dengan jaringan untuk terjadinya mineralis asi. Permulaannya, zona nekrotik dibentuk berbatasan dengan bahan, dan tergantung pada pH bahan kalsium hidroksida, jembatan dentin langsung dibentuk berlawanan dengan zona nekrotik atau zona nekrotik diresorbsi dan diganti dengan jembatan dentin. Pembatas ini tidak selalu sempurna. Ion kalsium dalam kalsium hidroksida tidak menjadi tergabung dalam bentuk jaringan keras. Perawatan kalsium hidroksi juga telah menunjukkan penurunan efek bakteri dihubungkan dengan lipopolisakarida (LPS). Hal ini dapat menghidrolisis lipid dari bakteri LPS dan dapat mengeliminasi kemampuan LPS menstimulasi produksi nekrosis tumor faktor alpha pada monosit darah perifer. Aksi ini menurunkan kemampuan bakteri merusak jaringan.
Kemampuan untuk mencegah penetrasi bakteri ke dalam pulpa mempengaruhi pertahanan pulpa secara signifikan. Untuk efek antimikroba dari kalsium hidroksida berhubungan dengan kemampuan bahan membunuh bakteri yang ada dan mencegah bakteri masuk lagi dari rongga mulut ke dalam pulpa. Sifat antimikroba dari kalsium hidroksida berasal dari beberapa faktor. pH yang tinggi menghasilkan lingkungan yang tidak baik untuk pertumbuhan bakteri. Ada tiga mekanisme kalsium hidroksida merangsang lisis bakteri, ion hidroksil menghancurkan phospholipids sehingga membran sel dihancurkan, adanya kadar alkali yang tinggi merusak ikatan ion sehingga protein bakteri dirubah, dan ion hidroksil bereaksi dengan DNA bakteri, menghambat replikasi. Kalsium hidroksida diindikasikan untuk gigi permanen anak-anak yang melibatkan pulpa dengan apeks akar yang belum terbentuk sempurna. Jika perawatan membutuhkan radiopaqsity, gigi permanen anterior pada anak dengan apeks terbuka lebar yang mengalami fraktur saat olahraga atau kecelakaan, atau gigi posterior dengan apeks terbuka yang juga memiliki pembukaan karies kecil yang asimtomatik, dapat digunakan kalsium hidroksida.
TEKNIK PERAWATAN APEKSOGENESIS DENGAN BAHAN Ca(OH) 2 Pulpotomi konvensional pada gigi anterior dengan fraktur mahkota mengenai pulpa lebih dari 24 jam dan dalam keadaan apeks terbuka, dapat digolongkan ke dalam indikasi apeksogenesis. Sebelum melakukan perawatan apeksogenesis, terlebih dahulu harus dilakukan pemeriksaan radiografi untuk memastikan keadaan gigi baik secara fisiologis dan patologis sehingga dapat dilakukan perawatan. Untuk gigi yang akan dilakukan perawatan apeksogenesis harus dilakukan anestesi lokal terlebih dahulu karena keadaan pulpa yang masih vital, la lu lakukan pemasangan isolator karet dan desinfektan pada area kerja dengan antiseptik. Buat arah masuk ke kamar pulpa dengan bur steril dengan pendingin air secara terus menerus, dimana semua atap pulpa dibuang tidak boleh ada dentin yang menggantung ataupun tanduk pulpa yang tertinggal. Bagian koronal pulpa di ambil dengan ekskavator yang besar, tajam, dan steril atau bisa juga dengan menggunakan kuret periodontal. Pengangkatan
jaringan dilakukan pada jaringan pulpa yang lunak. Untuk gigi anterior dengan morfologi kamar pulpa yang kecil dan saluran akar yang tidak jelas, diperlukan suatu bur untuk mengangkat jaringan pulpa bagian mahkota. Dan sepertiga dari servikal harus diambil, usahakan sebanyak mungkin jaringan yang tertinggal dalam saluran akar untuk memungkinkan maturasi seluruh pulpa. Setelah selesai pengangkatan jaringan pulpa, lakukan irigasi secara perlahan dengan air steril untuk membersihkan sisa dentin yang tertinggal, pendarahan yang terjadi dapat dikendalikan dengan meletakan kapas basah steril diatas potongan pulpa. Ketika pendarahan berhenti, kamar pulpa disterilkan. Sediakan kalsium hidroksida dalam bentuk pasta yang dibuat dengan air atau pasta komersial yang terdiri dari kalsium hidroksida dan methyl cellulose (pulpdent) kemudian aplikasikan pada pulpa yang telah di amputasi. Padatkan dan tekan pada pulpa dengan menggunakan gulungan kapas steril. Dapat juga menggunakan kalsium hidroksida yang dalam bentuk pasta cepat mengeras (dycal). Pengisian dengan kalsium hidroksida pada pulpa paling tidak 1 sampai 2 mm, lalu aplikasikan suatu bahan dasar semen (seng-oksida-eugenol atau seng fosfat), lalu tutup dengan restorasi sementara atau restorasi akhir bisa dengan bahan resin komposit atau GIC.
Gambar 2. Perawatan apeksogenesis dengan bahan Ca(OH) 2, adanya
karies pada daerah kamar pulpa dan akar yang belum sempurna.
Evaluasi dari hasil perawatan apeksogenesis dapat dilakukan melalui dua cara. Pertama, setelah dilakukan perawatan dan akar tertutup sempurna, pulpa vital tetap dapat terjaga dan pulpotomi dengan bahan Ca(OH) 2 masih dapat dipertahankan dengan syarat pasien rajin melakukan kontrol secara berkala setiap 3 atau 6 bulan sekali. Kedua, jika setelah perawatan dan akar telah tertutup sempurna, maka pulpotomi dengan bahan Ca(OH) 2 dapat dibongkar dan digantikan dengan teknik pulpektomi dengan bahan gutta perca.
LAPORAN TUTORIAL BLOK XII MODUL 5 PERAWATAN PADA GIGI ANAK
Kelompok 3 : Tutor : drg. Murniwati, MPPM
Ketua
: Risa Widia
Sekretaris
: Nurul Khairiyah Venesha Sonia
Anggota
: - Dishe Handayani - Aulina Refri Rahmi - Riri Gustiawarman - Hanna Hashufa A - Dhira Pratiwi - Andriani Putri - Ayesa Rifani
Fakultas Kedokteran Gigi Universitan Andalas 2014