MODUL BELAJAR
MENULIS UNTUK MAHASISWA dan JURNALIS PEMULA
MENULIS ACEH DALAM DAMAI CCRPS Center for Conflict Resolution and Peace Studies
IAIN Ar-Raniry
didukung oleh:
Masyarakat Jepang (From the People of Japan)
MODUL BELAJAR Menulis untuk Mahasiswa dan Jurnalis Pemula
Menulis Aceh Dalam Damai Katahati Institute 2009
Isi Pokok-Pokok Pelatihan 001 Materi 2 Kode Etik Jurnalistik
005
Materi 1 Sejarah Jurnalistik
027
Materi 3 Reportase Dasar
049
Materi 6 Teknik Wawancara
073
Materi 8 Indepth Reporting
079
Materi 9 Pengantar Investigative Reporting
093
Materi 11 Menulis Feature
103
Materi 12 Menulis Opini
123
Materi 14 Menulis Cerpen
013
lampiran Kode Etik Jurnalistik 20 Kode Etik AJI 24
Materi 4 Angle Liputan
035
Materi 5 Bahasa dan Penulisan
041
Materi 7 Menulis Straight News
065
Materi 10 Merancang TOR Liputan
Materi 13 Resensi Buku
085
111
KATA PENGANTAR
Mari Menulis Sekarang ini, kepandaian menulis bukan lagi hak istimewa dari seorang penulis dan para jurnalis belaka.. Belakangan ini semua bidang pekerjaan memerlukan kepandaian yang satu ini. Tak terkecuali sekretaris, bidang hubungan masyarakat, dokter, marketing, politisi, musisi bahkan setingkat keuchik sekalipun. Menulis diperlukan dalam rangka mendukung aktivitas mereka. Cukup beralasan, kalau kami berkesimpulan bahwa menulis penting dipelajari. Kemampuan menulis merupakan satu dari banyak keahlian berharga yang tidak bisa dianggap sepele. Apapun karir nantinya, jika memiliki kemampuan menulis yang baik, anda bisa mengekspresikan secara jelas kemampuan lewat tulisan. Setelah itu, akan lebih dihargai orang. Demi menyebarkan kemampuan menulis itulah, Katahati Institute mencoba menggelar sebuah pelatihan bertajuk ‘Studi Antropologi dan Jurnalisme Damai’. Pelatihan ditujukan kepada para generasi muda, di antaranya siswa, mahasiswa dan para jurnalis junior. Memilih mereka yang muda bukan tanpa alasan. Ke depan merekalah yang menulis Aceh lebih bernas dengan segala kenyataan yang berlaku, dalam damai yang diinginkan abadi dan dalam tujuan kemakmuran masyarakat Aceh. Belajar mendengar tak cukup tanpa panduan. Kami kemudian berusaha mengumpulkan bahan-bahan yang tercecer untuk disatukan dalam sebuah modul yang gampang dibaca. Sehingga memudahkan yang belajar memahami lebih jauh.
G
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] Lahirlah modul ini, mungkin dapat sedikit membantu dalam membimbing pelajar dan siapa saja pembacanya. Bahan pelajaran memang lebih banyak diarahkan untuk menulis layaknya jurnalis, dari reportase sampai bagaimana melahirkan sebuah tulisan panjang dan menarik. Modul juga berisi bagaimana menulis opini, resensi buku dan juga menulis cerpen. Sesuai target, ingin menyebarkan ilmu menulis, modul diberikan tak hanya kepada mereka yang belajar dalam kelas menulis Katahati Institute. Modul ini juga diberikan ke kampus-kampus dan sekolah-sekolah. Sebuah harapan, agar generasi ke depan lebih mampu meneruskan ideidenya dan kondisi sosial di sekitarnya dalam sebuah tulisan. Akhirnya, ucapan terimakasih dari Katahati Institute kepada tim pengajar dan penulis modul, CCRPS (Center for Conflict Resolution and Peace Studies) IAIN Ar-Raniry dan Kedutaan Jepang yang telah mendanai berjalannya program pelatihan Jurnalisme Damai ini. Lewat buku ini kami ingin berpesan, bahwa menulis itu perlu. Untuk siapa saja dengan segala macamnya profesinya. Selamat membaca dan mencoba.
Modul belajar
Banda Aceh, September 2009
FAHRUL RIZHA YUSUF Direktur Eksekutif Katahati Institute
H
MODUL BELAJAR Menulis untuk Mahasiswa dan Jurnalis Pemula
Menulis Aceh Dalam Damai
Pokok-Pokok Pelatihan TUJUAN PELATIHAN
Memberikan kemampuan peliputan dan menulis laporan jurnalistik bagi mahasiswa dalam fase damai di Aceh dan menulis opini. Harapannya, mahasiswa dapat membuat laporan jurnalistik dengan baik dan berperspektif damai, baik dalam merawat langgengnya perdamaian Aceh maupun terkait dengan peliputan dalam agenda Pemilu 2009, legislatif dan pemilihan presiden. Mahasiwa diharapkan dapat mengetahui bagaimana mengawal perdamaian di Aceh sesuai kapasitasnya dengan mengedepankan profesionalitas jurnalis. Kemudian juga dapat memberikan kontrol dan pemantauan pascapemilu legislatif serta pemilihan presiden 2009.
HASIL YANG DIHARAPKAN Mahasiswa dan Jurnalis Pemula mengetahui bagaimana menulis laporan dengan baik Mengetahui kode etik jurnalistik Mahasiswa dan Jurnalis Pemula mampu menulis laporan dengan metode peace jurnalism dan mempertajam kemampuan indepth reporting Mahasiswa dan Jurnalis Pemula mampu membuat perubahan dalam menulis laporan untuk medianya, yang berperspektif damai, guna memperkuat perdamaian Aceh. Mahasiswa dan Jurnalis Pemula mampu menulis opini dengan baik. Mahasiswa dan Jurnalis Pemula dapat menulis cerpen dengan latar belakang perdamaian di Aceh.
1
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]
INDIKATOR KEBERHASILAN
METODE BELAJAR
Mahasiswa dan Jurnalis Pemula mampu menghasilkan laporan sesuai dengan materi pelatihan
Teori Diajarkan oleh para mentor yang telah punya pengalaman di Aceh.
Mahasiswa dan Jurnalis Pemula menjadi lebih baik dalam menulis laporan yang berperpektif damai di media kampus dan media lainnya.
Praktek Menulis feature dan opini
SASARAN Mahasiswa dan Jurnalis Pemula perguruan tinggi di Aceh
Modul belajar
2
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]
Kurikulum Belajar
Materi-materi yang dipilih adalah ilmu jurnalistik dasar sampai menengah dalam melakukan peliputan dan penulisan laporan. Kemudian juga penulisan opini, resensi buku dan pengantar menulis cerpen. Semua materi akan diarahkan pada liputan dan penulisan yang berperspektif damai dalam konteks kekinian Aceh. Hal ini mengingat, Aceh baru saja memasuki fase damai setelah lama dalam konflik. Setidaknya laporan yang dihasilkan mahaiswa, mampu merawat perdamaian di Aceh yang abadi
3
Adapun materi yang diajarkan adalah sebagai berikut; Sejarah Jurnalistik Sejarah Jurnalistik Kode Etik Jurnalistik Reportase dasar Menentukan angle liputan Teknik menembus narasumber/teknik wawancara Membuat Straight News Bahasa jurnalistik Indepth Reporting Pengantar Investigative reporting Teknik menulis feature (tema perdamaian dan pemilu) Merancang TOR Liputan (tema perdamaian dan pemilu) Menulis opini Menulis resensi buku Pengantar membuat cerita pendek
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
Materi 1. Sejarah Jurnalistik
TUJUAN Mahasiswa dan Jurnalis Pemula mengetahui sejarah awal jurnalistik Mengetahui sejarah pers di Indonesia
kegiatan Teori Diskusi
5
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
BAHAN
Riwayat Media
Teknologi Teknologi dapat dikata ‘ibunya’ media massa. Pesatnya perkembangan media sangat bergantung pada asupan kecanggihan teknologi. Jenis media, kian waktu terus bertambah. Kini media tidak hanya cetak, radio dan televisi tapi juga ada cyber. Internet bahkan telah mengikis sekat-sekat antara konsumen berita, pembuat berita dan penyedia jasa berita (media). Sebutan pemirsa, pendengar dan pembaca yang membangun jarak, kini telah satu; netter. Kecanggihan internet, telah memperkaya ’aliran’ dalam jurnalistik. Tentu tak asing bagi kita istilah citizen
7
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] journalism, grassroot journalism atau participatory journalism. Kegiatan jurnalistik seperti reportase, menganalisa dan mempublikasikan tidak lagi menjadi klaim kerjaannya jurnalis, tapi juga netter. Di Amerika citizen journalism, berkembang sejak dua dekade terakhir. Akarnya, community based media. Mulanya perkara ketidakpuasan warga atas pemberitaan media massa yang dinilai didominasi kepentingan partai. Puncaknya, bertebarnya pemberitaan yang dilaporkan masyarakat jelang pemilu 2004 di negeri pamansam itu. Lamat-lamat, penguna internet memburu informasi di weblog. Sementara di Indonesia berkembang sejak 2005, salah seorang pelopornya Lily Yulianti Farid, salah seorang ibu rumah tangga. Ia mengasuh http://www.panyingkul.com. Situs yang ‘beriman’ pada citizen journalism, berbasis Makassar, Sulewesi Selatan. http://www.wikimu.com salah satu portal citizen journalism terkemuka di Indonesia. “Portal informasi komunitas independen dengan konsep partisipatif. Bukanlah situs berita, walaupun berisi aneka ragam informasi,” begitu tulis Bayu Wardhana, administrator blog itu. ”Siapa saja bisa mendapatkan dan mengirimkan informasi, termasuk menambahkan, melengkapi, atau menyanggah informasi yang sudah ada.” Citizen journalism, mendorong industri media untuk lebih peka informasi ’arus bawah.’ Pabrik-pabrik informasi, berlomba turut bersaing di ranah maya. Tak hanya sekedar membuat website, tapi juga memunculkan tampilan fisik. Tak terhitung sekarang jumlah media cetak, radio dan tv yang tayang secara online. Nyaris setiap, situs menyediakan ruang suplai informasi dari masyarakat. Banyak pakar menilai, riwayat media klasik segera tamat. Bagaimana tidak, hanya dengan modal handphone, sekarang siapa saja bisa mengakses dan menyumplai informasi dimana saja dan kapan saja. Pemimpin Redaksi situs http://www.acehkita.com , salah seorang yang lebih
Modul belajar
8
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] sering mengunakan telepon gengam untuk menyuplai informasi pada khalayak dari pada komputer jinjing. Tentulah kemudahan itu tidak dijumpai masyarakat romawi tahun 60 sebelum masehi. Namun bukan berarti, tak ada arus informasi kala itu. Walau belum ada handphone sehingga tidak bisa bertukar informasi, warga mengunakan papan annals. Di papan yang digantung di serambi rumah itu, berbagai catatan dicantumkan. Fungsinya, serupa pengumuman bagi orang yang kebetulan melintas. Papan itulah, ‘nenek moyangnya’ majalah dinding (mading). Alkisah, Julius Caesar mencari ahli informasi untuk menyebarluaskan informasi. Salah seorang budak, lulus seleksi. Ia dibebaskan dari status budak. Tugasnya, sekedar mengikuti kemana saja Caesar berkunjung, lalu menulis dan menyebarkan setiap ucapannya. Istilah sekarang; talking news! Dari pengalaman itu, Caesar lantas mengembangkannya sampai ke Forum Romanum, stadion romawi yang juga merupakan pusat kota. Ia tidak lagi sekedar menyebarkan informasi perjalanan, tapi juga informasi rapat dan sidang senat romawi. Medianya, tidak lagi papan tapi selembar kertas. Namanya Acta Diurna, inilah produk jurnalistik yang diyakini paling tua. Media dan Kekuasaan Selain teknologi, penentu tumbuh kembangnya pers tidak lain; kekuasaan. Tak semudah merunut riwayat Acta Diurna, dalam sejarahnya, pers Indonesia sulit ditemukan pangkal. Namun begitu, timbul tengelamnya sudah terasa sejak kolonial Belanda. Terlepas mana ‘nenek moyang’ pers Indonesia, yang pasti Bataviasche Nouvelles en Politique Raisonnementen, yang didirikan Jan Erdman Jordens pada 1744, sering dijadikan awal cerita. Gara-gara bahasa Belanda, ramai kalangan menolak
9
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] menyebutnya; moyang pers Indonesia. Bahasa menjadi penting bagi pengusut sejarah, bahasa Melayu dipilih penentu. Namun lagi-lagi buntu, sebab 1850-an sudah ada surat kabar mengunakan bahasa itu, baik terbit di Jawa maupun Sumatera. Dari sisi kepemilikkan, bahkan ramai warga Tionghoa punya surat kabar. Almarhum Pramoedya Ananta Toer, justru memilih dan meyakini pers Indonesia dimulai dari Medan Prijaji, yang terbit di Bandung pada Januari 1907. Entah punya keyakinan yang sama dengan Pram atau tidak, Presiden Susilo Bambang Yoedhoyono, tiga tahun silam, menobatkan Tirto Adhi Soerjo pelopornya Medan Prijaji sebagai pahlawan nasional. Singkatnya, kapan pers Indonesia lahir? Sampai sekarang masih tak jelas. Debat masih panjang. Setiap hari pers, ramai khalayak melempar argumen. Terpopuler, mengugat hari pers, yang sangat identik dengan hari lahirnya Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Kembali kepokok persoalan; pengaruh kekuasaan terhadap pers. Era kolonial, jelas bukan lahan subur bagi media. Sederet koran ‘tewas’ kala itu, sebut saja misalnya Bataviasche Courant, Slompret Melaju, Bintang Timur, Bintang Barat, Java Bode atau Medan Prijaji. Jelas bukan bredel saja sumber petaka, tapi ambruknya modal juga menjadi perkara. Tapi era kekuasaan Jepang, ramai sejarawan bersepakat hanya Djawa Shimbun yang hidup di era prakemerdekaan. Selebihnya dicekik bredel, tanpa ampun, penerbitan diberangus. Selepas itu, Djawa Shinbunkai lembaga sensor serupa ‘departemen penerangan’ era Soeharto, merestui terbitnya lima penerbitan Asia Raja, Tjahaja, Sinar Baru, Sinar Matahari dan Suara Asia. Agar pengaruhnya kerdil, hanya boleh berbahasa Indonesia. Begitu kekuasaan Jepang ‘tumbang’, Belanda menghidupkan kantor berita Aneta. Selain itu, menerbitkan dua koran; Het Dagblad dan Nieuwgier,
Modul belajar
10
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] keduanya tak merdeka, isi di bawah kendali penerbitan Grafische Raad. Sesunguhnya, bukan cuma kolonialisme yang paling berbahaya. Diktator juga tak kalah ‘menyeramkan.’ Kondisi prakemerdekaan, tak jauh beda dengan masa kejayaan Soeharto; izin terbit, sensor dan bredel. Oktober 1999, Presiden Abdurrahman Wahid, memangkas membredel Departemen Penerangan. Lantang ia menegaskan, bukan tugas negara mengontrol informasi tapi masyarakat penentunya. Sejumlah praktisi bersepakat, walau tak ’merdeka’ benar pers Indonesia sempat merasakan beberapa kali kebebasan. Pertama, priode 1945-1949 usai bebas dari Belanda dan Jepang. Lalu, 1966-1972 selepas Soekarno ’jatuh.’ Jurus ’mencekik’ pers sebetulnya warisan kolonial. Reglement op de Drukwerken in Nederlandsch-Indie, peraturan yang dikeluarkan jaman Negara Hindia Belanda 1856, merupakan akar sistem pengawasan preventif. Pola represif dimulai 1906. Aturannya, setiap penerbit wajib mengirim pracetak sebelum masuk mesin. Bredel mulai diterapkan 1931. Gubernur Jenderal diberikan kekuasaan untuk melarang terbit media. Sampai sekarang, Indonesia masih mengenal Haatzaai Artikelen, yang diberlakukan ‘penjajah’ sejak 1918. Kala Jepang berkuasa khusus Jawa dan Madura, setiap media yang memiliki izin terbit wajib pakai shidooin (penasehat) yang ditentukan pemerintah. Shidooin, bertugas sensor isi. Tren bredel tak berlanjut, sampai orde baru. 1972, majalah sendi terjerat delik pers karena dinilai menghina kepala negara dan keluarga. Hukumannya, majalah tutup. Giliran Sinar Harapan, 1973 yang naas. Pemerintah, mengangap mingguan itu membocorkan rahasia negara dengan
11
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] memuat anggaran belanja yang belum dibahas parlemen. Usai petaka Malari 1974, praktisi media ‘terbakar’ hatinya. Inilah mula tumbuhnya keyakinan; pemerintah Indonesia anti kebebasan informasi. Bayangkan, 12 penerbitan pers dibredel sekaligus. Surat Izin Terbit (SIT) dicabut, alasannya kala itu jauh dari rasional; melemahkan sendi kehidupan nasional, mengobarkan isu modal asing, membeberkan korupsi, mengrogoti dwi fungsi TNI, menghasut rakyat serta mendorong makar. Laksus Kopkamtib Jaya, bahkan mencabut Surat Izin Cetak (SIC). Soeharto emosi benar pada media yang meributkan pencalonannya menjadi presiden, tahun 1978. Tujuh penerbitan besar menjadi korban pembekuan sementara, diantaranya Kompas, Sinar Harapan, Merdeka, Pelita, The Indonesian Times, Sinar Pagi dan Pos Sore. Dibekukan lewat telepon dan diperbolehkan terbit kembali setelah meminta maaf. Nyaris setiap tahun saat Soeharto berkuasa, ada saja media yang dilumat. 1982, tempo ditutup sementara gara-gara memberitakan kerusuhan kampanye Pemilu di Lapangan Banteng, Jakarta. 1983, Jurnal Ekuin dilarang terbit setelah mengabarkan penurunan patokan harga ekspor minyak. Tahun 1984, giliran majalah Expo hanya karena memuat serial Seratus Milyader Indonesia.Selang dua bulan selanjutnya, majalah Topik menuai bencana setelah menurunkan editorial; Mencari Golongan Miskin. Ah sudahlah, terlalu panjang kisah buram pers Indonesia!
Modul belajar
12
Materi 2. Kode Etik Jurnalistik
TUJUAN Mahasiswa dan Jurnalis Pemula mengetahui kode etik jurnalistik Menjadikan kode etik sebagai panduan dalam meliput
kegiatan Teori Diskusi
13
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
BAHAN
Etika
Alkisah sekitar abad ke-5 SM, Hipokrates menanam pesan pada murid-muridnya. Isinya, agar mendahulukan kesembuhan orang lain di atas segalanya. Bahkan ‘dokter’ Yunani kuno itu mencatat sebagai sumpah. Perjanjian yang dikenal dengan sebutan Sumpah Hipokrates itu, diyakini para pakar sejarah sebagai kode etik tertua. Kisah tokoh yang digelar bapak ilmu kedokteran tersebut, melahirkan dua kata subtansi; janji dan profesi. Profesi sendiri berarti pekerjaan yang dilakukan sebagai bentuk kegiatan pokok untuk mengumpulkan pendapatan ekonomi. Tentu yang diandalkan keahlian individu dan
15
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] kelompok dengan cita-cita dan nilai bersama. Cerita lain. Aristoteles, filusuf asal Yunani, sekitar tahun 384 sebelum masehi menetapkan ethos sebagai dasar filsafat moral. Secara epistemologi, kata yang yang bermakna watak dan karakter itu, muasal etik. Bentuk jamak dari ethos yakni ta etha, artinya, adat kebiasaan. Indonesia membatasi etika; ilmu tentang beda baik dan buruk prilaku yang diterima atau ditentang masyarakat. Sementara kode, tanda atau simbol berupa kata-kata. Lamat-lamat, kode dipahami sebagai kesepakatan bersama yang harus ditaati. Dalam konteks ini, kode berupa kumpulan peraturan yang sistematis. Dengan begitu dapat ditarik kesimpulan, kode etik berfungsi sebagai ’kompas’ penunjuk arah moral suatu profesi, serta ukuran profesionalitas seseorang. Kode etik merupakan produk etika terapan. Sebab itu, kode etik selalu harus dilahirkan dari musyawarah. Bila tidak, sulit untuk bisa diterapkan. Menjadi percuma, bila nilai-nilai yang dicantumkan dalam etik tidak dijiwai dan dicita-citakan personal bersangkutan. Negara tentu punya peran penting untuk menegakan etik. Fungsinya, secara konsisten mengawasi. Indonesia sejak sepuluh tahun silam, sudah memiliki Dewan Pers. Tugas pokok lembaga tersebut jelas disebut dalam pasal 15 ayat 1 undang-undang no 40 tahun 1999, bunyinya; ”dalam upaya mengembangakan kemerdekaan pers dan meningkatkan kehidupan pers nasional, dibentuk Dewan Pers yang independen.” Walau Dewan Pers tak lagi berusia ’belia’ untuk ukuran lembaga negara. Namun angka pelanggaran etik, justru bergerak naik. Tahun lalu, ’penjaga moral’ pers ini mencatat 424 kasus pengaduan. Maret lalu, Abdullah Alamudi, anggota Dewan Pers
Modul belajar
16
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] mengumumkan pada tahun 2007, kasus pelanggaran etik mencapai 240 kasus atau 20 pengaduan. Tapi catatan 2008, sunguh menempatkan profesi jurnalis Indonesia diambang cemar. 34 kasus setiap bulan. Kronis! Apa sebabnya? Catatan dewan juga berpotensi menyatakan kesadaran warga untuk mengawasi media menanjak. Tapi Alamudi lebih yakin, disebabkan lemahnya pengetahuan jurnalis terhadap kode etik. "Berdasarkan survei, hampir 85 persen wartawan atau jurnalis tidak pernah membaca kode etik jurnalistik," kata Alamudi. Tragis ! Alamudi mengatakan, dengan tidak pernah membaca kode etik jurnalistik maka sulit memahami Undang-undang Pers dan bagaimana menjalankan tugas jurnalistiknya dengan benar. Menurut Alamudi, permasalahan kode etik yang sering dilanggar; tidak melakukan verifikasi pada narasumber. Seringkali lupa menerapkan asas praduga tak bersalah. "Tugas wartawan menyampaikan informasi, bukan menghakimi. Seorang tersangka tidak boleh dianggap bersalah sampai hakim menyatakan sebaliknya," kata Alamudi. Padahal verifikasi merupakan esensi jurnalisme. Uniknya, walau tak memiliki budaya jurnalisme investigasi. Sekat-sekat hukum acapkali turut dilompati. Padahal, investigasi memiliki konteks yang jauh beda dari jenis lainya. Kode etik, seakan takdirnya selalu bertabrakkan dengan hukum. Hukum, tidak berpretensi menentukan sebuah tindakan etis atau tidak, hanya mengenal legal atau ilegal. Sejarah jurnalisme, mencatat sering media atau jurnalis secara sadar melawan hukum demi etika. Kasus “Pentagon Papers” misalnya. The New York Times memuat dokumen curian itu melanggar hukum. Tanggungjawab etik, alasan editor-nya waktu itu, sehingga berani memuatnya. Pemerintah langsung mengugat, Koran itu dijerat dengan tuduhan membocorkan rahasia negara.
17
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] “Tanggungjawab fundamental sebuah media massa dalam masyarakat demokratis adalah mempublikasi informasi yang dapat membantu setiap warga negara Amerika Serikat untuk mengerti proses yang terjadi dalam pemerintah.” Tulis Koran tersebut dalam editorialnya 16 Juni 1971, sebagai ‘deklarasi’ menentang pemerintah meminta Koran tersebut menghentikan publikasi. Beberapa hal yang sering menjadi bahan debat dalam setiap pertemuan jurnalis. Debat seru biasanya mengalir saat membicarakan sumber anonim. Kapan dan saat seperti apa sumber layak ‘ditutup’ identitasnya? Menarik sejenak mengingat kembali Bob Woodward, jurnalis The Washington Post. Lebih dari 30 tahun, ia menjaga kerahasian sumber anonim dari Gedung Putih yang membocorkan skandal watergate. Sampai Presiden Richard M Nixon, tumbang, tetap tak terbongkar si “Deep Throat”. Selain sumber anonim, penyamaran juga sering dipertanyakan. Atas nama kepentingan publik, metode undercover boleh atau tidak? Ada kisah seru ihwal ini. Chicago Sun-Times, sempat menjadi finalis Pulitzer, namun para juri tak bersepakat memilihnya jadi jawara. Perkaranya, media tersebut membuat sebuah bar. Niatnya, mengungkap korupsi polisi. Tapi juri mempertanyakan demi story yang bagus, atau menjebak aparat? Bukan hanya itu, alat rekam tersembunyi juga acap kali menjadi bahan debat panjang. Media televisi Indonesia, sering sekali mengunakan metode ini. Bahkan hanya sekedar untuk kepentingan buletin info artis. Adakah kepentingan publik untuk mengetahui hal-hal pribadi selebritis? Bagaimana dengan boleh tidak menyergap narasumber untuk wawancara? Itu juga bisa menyebabkan diskusi tanpa ujung. Peristiwa narasumber ketakutan saat bersamaan berhadapan dengan mic, tipe atau kamera, jelas sudah menjadi keseharian jurnalisme Indonesia. Tapi, bolehkah itu?
Modul belajar
18
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] Terakhir yang selalu ‘panas’ bila dibahas, kisah politisi atau pejabat negara berselingkuh. Apakah aspek pribadi layak dipublikasikan? Bukankah itu penyebaran aib? Apakah prilaku itu mempengaruhi kinerjanya mengurus negara? Ada baiknya, dibahas dalam diskusi!
19
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]
Kode Etik Jurnalistik
LAMPIRAN #1
Kemerdekaan berpendapat, berekspresi, dan pers adalah hak asasi manusia yang dilindungi Pancasila, UndangUndang Dasar 1945, dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB. Kemerdekaan pers adalah sarana masyarakat untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi, guna memenuhi kebutuhan hakiki dan meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Dalam mewujudkan kemerdekaan pers itu, wartawan Indonesia juga menyadari adanya kepentingan bangsa, tanggung jawab sosial, keberagaman masyarakat, dan norma-norma agama. Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, pers menghormati hak asasi setiap orang, karena itu pers dituntut profesional dan terbuka untuk dikontrol oleh masyarakat. Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk memperoleh informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan menegakkan integritas serta profesionalisme. Atas dasar itu, wartawan Indonesia menetapkan dan menaati Kode Etik Jurnalistik: Pasal 1 Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk. Penafsiran a. Independen berarti memberitakan peristiwa atau fakta sesuai dengan suara hati nurani tanpa campur tangan, paksaan, dan intervensi dari pihak lain termasuk pemilik
Modul belajar
20
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] perusahaan pers. b. Akurat berarti dipercaya benar sesuai keadaan objektif ketika peristiwa terjadi. c. Berimbang berarti semua pihak mendapat kesempatan setara. d. Tidak beritikad buruk berarti tidak ada niat secara sengaja dan semata-mata untuk menimbulkan kerugian pihak lain. Pasal 2 Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik.
Penafsiran a. Menguji informasi berarti melakukan check and recheck tentang kebenaran informasi itu. b. Berimbang adalah memberikan ruang atau waktu pemberitaan kepada masingmasing pihak secara proporsional. c. Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan. Hal ini berbeda dengan opini interpretatif, yaitu pendapat yang berupa interpretasi wartawan atas fakta. d. Asas praduga tak bersalah adalah prinsip tidak menghakimi seseorang.
Penafsiran Cara-cara yang profesional adalah: a. menunjukkan identitas diri kepada narasumber; b. menghormati hak privasi; c. tidak menyuap; d. menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya; e. rekayasa pengambilan dan pemuatan atau penyiaran gambar, foto, suara dilengkapi dengan keterangan tentang sumber dan ditampilkan secara berimbang; f. menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam penyajian gambar, foto, suara; g. tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan wartawan lain sebagai karya sendiri; h. penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk peliputan berita investigasi bagi kepentingan publik.
Pasal 4 Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.
Pasal 3 Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah.
Pasal 5 Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.
Penafsiran a. Bohong berarti sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya oleh wartawan sebagai hal yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi. b. Fitnah berarti tuduhan tanpa dasar yang dilakukan secara sengaja dengan niat buruk. c. Sadis berarti kejam dan tidak mengenal belas kasihan. d. Cabul berarti penggambaran tingkah laku secara erotis dengan foto, gambar, suara, grafis atau tulisan yang semata-mata untuk membangkitkan nafsu birahi. e. Dalam penyiaran gambar dan suara dari arsip, wartawan mencantumkan waktu pengambilan gambar dan suara
21
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] Penafsiran a. Identitas adalah semua data dan informasi yang menyangkut diri seseorang yang memudahkan orang lain untuk melacak. b. Anak adalah seorang yang berusia kurang dari 16 tahun dan belum menikah. Pasal 6 Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap. Penafsiran a. Menyalahgunakan profesi adalah segala tindakan yang mengambil keuntungan pribadi atas informasi yang diperoleh saat bertugas sebelum informasi tersebut menjadi pengetahuan umum. b. Suap adalah segala pemberian dalam bentuk uang, benda atau fasilitas dari pihak lain yang mempengaruhi independensi. Pasal 7 Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan “off the record” sesuai dengan kesepakatan. Penafsiran a. Hak tolak adalak hak untuk tidak mengungkapkan identitas dan keberadaan narasumber demi keamanan narasumber dan keluarganya. b. Embargo adalah penundaan pemuatan atau penyiaran berita sesuai dengan permintaan narasumber. c. Informasi latar belakang adalah segala informasi atau data dari narasumber yang disiarkan atau diberitakan tanpa menyebutkan narasumbernya. d. “Off the record” adalah segala informasi
Modul belajar
22
atau data dari narasumber yang tidak boleh disiarkan atau diberitakan. Pasal 8 Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani. Penafsiran a. Prasangka adalah anggapan yang kurang baik mengenai sesuatu sebelum mengetahui secara jelas. b. Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan. Pasal 9 Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik. Penafsiran a. Menghormati hak narasumber adalah sikap menahan diri dan berhati-hati. b. Kehidupan pribadi adalah segala segi kehidupan seseorang dan keluarganya selain yang terkait dengan kepentingan publik. Pasal 10 Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa. Penafsiran a. Segera berarti tindakan dalam waktu secepat mungkin, baik karena ada maupun
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] tidak ada teguran dari pihak luar. b. Permintaan maaf disampaikan apabila kesalahan terkait dengan substansi pokok. Pasal 11 Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional. Penafsiran a. Hak jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya. b. Hak koreksi adalah hak setiap orang untuk membetulkan kekeliruan informasi yang diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya maupun tentang orang lain. c. Proporsional berarti setara dengan bagian berita yang perlu diperbaiki. Penilaian akhir atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan Dewan Pers. Sanksi atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan oleh organisasi wartawan dan atau perusahaan pers Jakarta, Selasa, 14 Maret 2006
23
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]
Kode Etik AJI
LAMPIRAN #2
[Aliansi Jurnalis Independen]
1. Jurnalis menghormati hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar. 2. Jurnalis senantiasa mempertahankan prinsip-prinsip kebebasan dan keberimbangan dalam peliputan dan pemberitaan serta kritik dan komentar. 3. Jurnalis memberi tempat bagi pihak yang kurang memiliki daya dan kesempatan untuk menyuarakan pendapatnya. 4. Jurnalis hanya melaporkan fakta dan pendapat yang jelas sumbernya. 5. Jurnalis tidak menyembunyikan informasi penting yang perlu diketahui masyarakat. 6. Jurnalis menggunakan cara-cara yang etis untuk memperoleh berita, foto dan dokumen. 7. Jurnalis menghormati hak nara sumber untuk memberi informasi latar belakang, off the record, dan embargo. 8. Jurnalis segera meralat setiap pemberitaan yang diketahuinya tidak akurat. 9. Jurnalis menjaga kerahasiaan sumber informasi konfidensial, identitas korban kejahatan seksual, dan pelaku tindak pidana di bawah umur. 10. Jurnalis menghindari kebencian, prasangka, sikap merendahkan, diskriminasi, dalam masalah suku, ras,
Modul belajar
24
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]
bangsa, politik, cacat/sakit jasmani, cacat/sakit mental atau latar belakang sosial lainnya. 11. Jurnalis menghormati privasi, kecuali hal-hal itu bisa merugikan masyarakat. 12. Jurnalis tidak menyajikan berita dengan mengumbar kecabulan, kekejaman kekerasan fisik dan seksual. 13. Jurnalis tidak memanfaatkan posisi dan informasi yang dimilikinya untuk mencari keuntungan pribadi. 14. Jurnalis tidak dibenarkan menerima sogokan. (Catatan: yang dimaksud dengan sogokan adalah semua bentuk pemberian berupa uang, barang dan atau fasilitas lain, yang secara langsung atau tidak langsung, dapat mempengaruhi jurnalis dalam membuat kerja jurnalistik.) 15. Jurnalis tidak dibenarkan menjiplak. 16. Jurnalis menghindari fitnah dan pencemaran nama baik. 17. Jurnalis menghindari setiap campur tangan pihakpihak lain yang menghambat pelaksanaan prinsipprinsip di atas. 18. Kasus-kasus yang berhubungan dengan kode etik akan diselesaikan oleh Majelis Kode Etik.
25
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
Materi 3. Reportase Dasar
TUJUAN Mahasiswa dan Jurnalis Pemula mengetahui apa itu reportase Mahasiswa dan Jurnalis Pemula mengetahui cara melakukan liputan Dapat melaksanakan tugas dengan benar
kegiatan Teori Diskusi
27
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
BAHAN
Reportase
Pengantar Jurnalistik dalam bahasa Indonesia dikenal dengan padanannya “kewartawanan”. Demikian juga dalam Undang-Undang Pokok Pers Indonesia, dikenal dengan istilah kewartawanan. Kewartawanan adalah kegiatan, usaha yang sah yang berhubungan dengan pengumpulan, pengolahan dan penyiaran berita dalam bentuk berita, pendapat, ulasan, gambar dan sebagainya dalam bidang komunikasi massa. Sedangkan wartawan maksudnya adalah orang yang melakukan pekerjaan kewartawanan. (Undang-Undang Pokok Pers Indonesia; pasal 1 ayat 3 dan ayat 4) Hasil kegiatan jurnalistik kemudian disiarkan pada
29
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] beberapa sarana media massa seperti: Surat kabar harian Surat kabar mingguan Majalah Radio Televisi Buletin, dsbnya Di manapun seorang jurnalis bekerja ia harus memiliki atau menguasai terlebih dahulu dasar-dasar ilmu dan keterampilan jurnalis yang sama, dan yang sesuai dengan spesifikasi bidang tugas pada media tempatnya bekerja. Bahasa tulisan digunakan untuk mengkomunikasikan atau menyampaikan ide (pikiran), perasaan, ciptaan, informasi atas kejadian dan peristiwa (fakta) dengan berbagai bentuk tulisan. Salah satu bentuk tulisan tersebut adalah berbentuk Berita (news story). Bentuk tulisan ini banyak digunakan jurnalis untuk disampaikan kepada umum melalui mass media. Agar mudah dibaca dan dipahami oleh umum, berita disusun tertulis sedemikian rupa sehingga berita tersebut dapat diterima, dibaca, dipahami dengan baik oleh seluruh lapisan masyarakat. Mulai dari dosen di perguruan tinggi sampai kepada pesuruh di kantor desa, dari seorang jendral hingga prajurit, harus bisa memahami berita yang ditulis seorang jurnalis. Bahasa yang digunakan tentu berbeda dengan bahasa buku atau bahasa laporan administrasi kantor. Bahasa seorang jurnalis dalam menulis berita untuk disiarkan di media massa seperti surat kabar, majalah, radio, televisi bersifat umum dan tegas serta banyak menggunakan kalimat aktif. Hal ini karena masyarakat pembaca berita luas dan umum, sedikit berbeda dengan bahasa buku untuk penerbitan buku dengan pembaca yang terbatas. Pengertian Reportase Reportase adalah kegiatan meliput, mengumpulkan faktafakta tentang berbagai unsur berita, dari berbagai sumber/ narasumber dan kemudian menuliskannya dalam bentuk berita (produk) jadi.
Modul belajar
30
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] Berdasarkan tahapan atau tingkatannya, seperti dikemukakan dalam Vademekum Wartawan (1997), ada tiga, yaitu: reportase dasar, reportase madia (menengah), dan reportase lanjutan. Reportase dasar menghasilkan berita langsung (straight news), reportase madia menghasilkan berita-kisah (news feature), dan reportase lanjutan menghasilkan berita analisis (news analysis). Berita adalah informasi hangat yang disajikan kepada umum mengenai apa yang sedang terjadi, informasi yang sering penting sekali untuk pria dan wanita yang mencoba memutuskan tentang apa yang harus dipikirkan dan bagaimana bertindak. Ini berarti, berita adalah laporan kejadian yang harus tepat pada waktunya, ringkas, cermat, dan bukan kejadian itu sendiri. Empat pertanyaan harus dijawab oleh seorang reporter (syarat reportase), yaitu: Apa syarat utama menjadi reporter? Apakah berita? Bagaimana proses pencarian berita? Bagaimana menulis berita Proses Pembuatan Berita Mempersiapkan peliputan 1. Mencari informasi awal tentang kejadian yang bernilai berita Informasi awal dapat diperoleh dari berbagai sumber. Media massa (koran harian, internet, radio, televisi) adalah salah satu sumber informasi yang terus mengalir tak pernah henti. Bisa pula dari berbagai sumber personal, seperti pimpinan lembaga, atau kolega (kenalan) yang bekerja untuk suatu perusahaan dan memiliki cukup informasi tentang perusahaan/ lembaga tersebut. Contoh kejadian: rapat anggaran DPRD, wisuda perguruan tinggi swasta, peresmian cabang baru bank syari’ah, lomba ilmiah remaja, seminar kebebasan pers/ berekspresi, peringatan hari bumi, pelatihan PR khusus BUMN.
2. Memastikan kejadian/ peristiwa yang akan diliput/
31
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] dicari informasinya Melakukan konfirmasi berarti mengecek kepastian; baik kepastian jadi-tidaknya acara, kepastian partisipan/ peserta, penyelenggara, pihak/ pejabat yang akan membuka acara, rangkaian berserta waktu/ lamanya acara, aturan atau tata tertib peliputan (jika ada). Dengan demikian, reporter dapat mempersiapkan segala sesuatu; baik fisik, mental, peralatan, maupun tim peliput.
3. Mendokumentasikan seluruh informasi yang
didapatkan Informasi yang didapatkan setelah peliputan perlu dikumpulkan, disatukan, ‘ditabung’ sehingga siap untuk diolah lebih lanjut menjadi berita. Informasi dapat berupa: keterangan tentang 5W+1H, foto-foto dokumentasi, press release, profil lembaga, pidato, pernyataan tertulis, komentar (wawancara) dua-tiga narasumber, dan kesaksian saksi mata.
Tahapan-tahapan reportase adalah sebagai berikut: Menemukan peristiwa dan jalan cerita Cek, ricek, dan tripel cek jalan cerita Memastikan sudut berita Menentukan sudut berita Menentukan lead atau intro Menulis berita Menurut keluasan informasi yang diberikan reportase dibagi menjadi 3 (tiga): Reportase Dasar (straight news) Reportase Madya (news feature) Reportase Lanjutan (news analysis) Tiga kegiatan jurnalistik diatas ibarat sebuah rumah. Reportase Dasar mutlak dipakai dalam Reportase Madya serta Reportase Lanjutan. Tetapi tidak demikian sebaliknya. Banyak teknik-teknik Reportase Lanjutan yang tidak perlu dipakai dalam Reportase Madya dan Reportase Dasar. Demikian juga halnya teknik Reportase Madya dalam Reportase Dasar.
Modul belajar
32
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] Perbedaan pokok diantara ketiganya adalah cakupan informasi. Berita tidak lagi sekedar peristiwa langsung (straight) seperti pada Reportase Dasar, tetapi sudah dilengkapi dengan sosok (featured) seperti dalam Reportase Madya karena lebih luas informasinya. Atau akan menjadi Reportase Lanjutan, jika Reportase Madya tersebut dilengkapi dengan analisa (News analysys). Dja’far N. Assegaf, memberikan lima pegangan pokok dalam penerapan bahasa jurnalistik: Laporan berita harus bersifat menyeluruh. Ketertiban dan keteraturan mengikuti gaya menulis berita. Tepat dalam penggunaan bahasa dan tata bahasa. Ekonomi kata harus diterapkan. Gaya penulisan haruslah hidup, punya makna, warna dan imajinasi. Untuk dapat menguasai keterampilan jurnalistik, diperlukan latihan yang intensif dan terus menerus. Selamat mencoba.
33
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
Materi 4. Angle Liputan
TUJUAN Mahasiswa dan Jurnalis Pemula menentukan isu dalam melakukan liputan Tajam melihat angle
kegiatan Teori Diskusi
35
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
BAHAN
Teknik Peliputan
Berbagai cara untuk mencari gagasan peliputan bisa dilakukan. Mulai dari ide melihat peristiwa sampai dengan gagasan yang melintas di kepala. Tentu saja setiap orang atau setiap lembaga media memiliki cara untuk mengembangkan liputan dari peristiwa yang terjadi. Bisa pula “diciptakan” sebuah gagasan baru untuk melakukan liputan bidang baru yang sama sekali tidak diperhatikan media lain. Membuat liputan baru merupakan tantangan tersendiri dan bisa menguras banyak energi. Namun peluang sukses yang bisa diikuti oleh media lain juga sangat besar. Bagi media massa, gagasan tidak boleh kering apalagi
37
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] kehabisan. Setiap hari selalu harus ada pilihan angle dan liputan yang bisa diangkat untuk diberitakan atau di “feature” kan. Beberapa cara mencari ide liputan antara lain: 1. Mengembangkan liputan yang sudah ada dalam berbagai media massa. Manakala kita membaca, mendengar atau melihat media massa maka setiap orang memiliki sudut pandang sendiri. Sudut pandang yang sifatnya personal inilah yang bisa dibeberkan lebih luas dan mendalam dengan sebuah liputan cara baru. Harga kedelai yang melonjak menyebabkan tahu dan tempe mahal. Mungkinkah menyusuri kacang kedelai sampai ke industri perkebunan di luar negeri? 2. Diskusi dengan rekan kerja atau kalangan profesional dan praktisi. Menanyakan sesuatu kepada kaum profesional dan praktisi bisa melahirkan banyak gagasan. Dengan cara bertanya apa yang sedang berlangsung dan mengapa terjadi seperti ini -misalnya dalam kasus kedelai naik atau minyak mencapai 100 dollar per barel - maka apa implikasinya terhadap masyarakat bawah bisa melahirkan liputan segar. Diskusi yang produktif tentu diskusi yang tidak debat kusir. Pencarian ide dari diskusi merupakan sebuah cara yang mudah dilakukan. 3. Membaca berita kecil yang tidak menarik tetapi mengandung potensi besar. Sebuah berita di surat kabar daerah atau lokal atau sebuah berita kecil di televisi juga berpotensi untuk mengundang gagasan baru. Penangkapan pembobol makam mungkin bisa dikembangkan seberapa luas terjadi pembobolan dan apa saja barang yang dicuri lalu siapa penadahnya. Cara ini bisa dilakukan setiap hari. Jika terlalu sukar bisa saja gagasan itu diendapkan dulu. 4. Mengantisipasi peristiwa. Sebuah peristiwa yang terjadi tahunan misalnya mudik Lebaran bisa dijadikan inspirasi dalam penulisan atau liputan. Bisa dikembangkan angle yang luar biasa banyaknya. Berbagai peringatan dan upacara rutin bisa dijadikan bahan liputan baru jika dikaitkan dengan berbagai peristiwa yang berlangsung. Hari Pendidikan Nasional atau Hari Penerbangan merupakan sumber berita yang
Modul belajar
38
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] tidak akan ada habisnya. 5. Peristiwa di luar negeri. Hukuman bagi koruptor di luar negeri seperti di Cina antara lain dengan eksekusi akan memunculkan ide bagaimana membuat jera koruptor. Tentu tidak sampai dengan hukuman mati namun banyak hal bisa dikembangkan dari peristiwa yang terjadi di mancanegara. Kita bisa mengembangkan banyak cerita di dalam negeri jika meminjam berbagai insiden di luar negeri. Wilayah Liputan Keberhasilan seorang jurnalis, di samping kemampuannya menulis berita, ditentukan pula oleh keterampilannya menemukan fakta berita, juga kemampuannya menyesuaikan diri dengan situasi di lapangan. Berdasar kepada situasi dan objek yang diamati, dapat dibedakan atas wilayah liputan: 1. Manusia dan situasinya a. Alam terbuka; pasar, perjalanan, tempat kerja, tempat hiburan, tempat upacara, dan lain-lain. b. Ruang tertutup; upacara, rapat, pengadilan, rumah sakit, tahanan, kantor, dan lain-lain. 2. Alam dan gejalanya Indah, subur, gersang, gunung, banjir, longsor dan sebagainya. 3. Binatang Binatang peliharaan, sumber penyakit menular, kebun binatang, dan sebagainya. Setelah mengetahui wilayah dan sudut berita langkah selanjutnya kita siapkan rencana, antara lain; jenis berita dan dampak yang diharapkan, tempat atau sumber berita dan jumlah sumber yang berkaitan/berelasi menentukan alat-alat yang dibutuhkan menghitung jumlah biaya yang harus disediakan memperkirakan jumlah waktu yang disediakan. Rencana-rencana diatas akan sangat membantu menggambarkan secara keseluruhan tentang hasil, situasi dan keadaan yang bakal dihadapi di lapangan, membayangkan kendala-kendala yang mungkin ditemukan
39
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] dan cara-cara mengatasinya. Liputan Lapangan Ketika berada di lapangan mengadakan observasi, jurnalis akan merekam peristiwa atau fakta yang ditemukan tersebut secara teratur, sesuai dengan rencana berita. Di sini kita dituntut untuk menggunakan seluruh alat indera; mata, telinga, hidung, kulit, lidah serta intuisi. Seluruh fakta tersebut disimpan dan diendapkan untuk kemudian direproduksi kembali dalam bentuk tulisan (berita). Ketelitian sangat dibutuhkan untuk menangkap fakta. Ketidaktelitian akan menimbulkan efek yang buruk, baik ketika menyusun berita ataupun setelah berita disiarkan.
Modul belajar
40
Materi 5. Bahasa dan Penulisan
TUJUAN Mahasiswa dan Jurnalis Pemula dapat menulis laporan dengan bahasa yang baik Mengetahui metode penulisan yang baik
kegiatan Teori Diskusi
41
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
BAHAN
Bahasa dan Penulisan
Akurasi penulisan Akurasi dalam penulisan berita sangat penting artinya. Salah satu krediilitas tulisan sangat dipengaruhi ini. Kesalahan kita dalam detail-detail kecil bisa merusak selera orang untuk membaca dan membuat kepercayaan orang kepada tulisan itu berkurang. Beberapa detail itu antara lain; nama, jabatan, tempat dan kutipan. Penggunaan istilah asing Tulisan di media diharapkan menjangkau sebanyak mungkin pembaca. Oleh karena itu, istilah dan idiom yang digunakan, juga sebisa mungkin harus yang mudah dimengerti. Kalau ada istilah asing, terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Begitu juga dengan bahasa daerah.
43
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] Kecuali terpaksa. Hindari singkatan atau akronim yang berlebihan Penggunaan singkatan memang tidak dilarang sepanjang proporsional. Namun, kalau bisa, hindari pemakaiannya. Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi singkatan adalah dengan membuat kata ganti yang berasal dari kata depan lembaga. Lembaga Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kata ganti Departemen Tenaga Kerja Perusahaan PT Angin Kencang Sehari Semalam Kata ganti PT Angin Mengurangi pengulangan Pengulangan dalam tulisan terjadi dalam banyak bentuk. Entah itu nama orang, kata kerja mauapun kata sifat. Pengulangan ini mengurangi rasa bahasa dari sebuah tulisan. Salah satu cara menguranginya adalah dengan menyediakan kata ganti sebanyak-banyaknya. Untuk kata ganti orang bisa dengan menyebutkan identitas lain atau informasi tambahan tentang nara sumber. Misal, asal sekolah, istri, anak, penghargaan, karya dan semacamnya. Identitas-identitas itu bisa menjadi kata ganti yang memberi warna pada tulisan. Untuk mencegah pengulangan kata kerja dan kata sifat bisa dengan memperkaya kosa kata. Tentu saja tetap harus akurat. Utamakan deskripsi Tulisan yang kuat dan bagus sangat kaya dengan fakta. Entah itu fakta obyektif maupun fakta psikologis. Fakta psikologis itu bisa berupa pernyataan atau pandanganpandangan pribadi seseorang. Sedang fakta obyektif adalah peristiwa. Dalam tataran fakta obyektif inilah deskripsi itu penting dipakai. Dan, ini juga bisa memperkuat argumentasi kita dalam tulisan bahwa kita memang mengetahui kejadian itu. Salah satu caranya adalah dengan deskripsi yang kuat. Misal, kita menuliskan bahwa ada pertemuan yang membahas soal pembahasan tentang suatu masalah. Dalam deskripsi, harus tergambar
Modul belajar
44
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] suasana rapatnya. Kapan pelaksanaanya, siapa saja yang datang, apa saja perdebatannya. Siapa ngomong apa. Ada yang berdebat, nggak. Dan deail-detail lainnya. Deskripsi yang bagus tak hanya mendapatkan argumentasi meyakinkan tentang rangkaian fakta yang membangun hipotesa kita. Selain itu juga memamerkan kepada pembaca bahwa penulis tahu banyak soal kasus tersebut. Termasuk detail seperti itu. Pemakaian kutipan Pemakaian kutipan disarankan untuk proporsional. Untuk pernyataan yang sifatnya penting dan kontroversial, gunakanlah kutipan langsung. “Saya menolak keputusan itu,” kata salah seorang pejabat. Begitu juga sebaliknya. Kalau pernyataan itu sifatnya umum, jadikan saja jadi kutipan tidak langsung. Apalagi jika kutipan itu brupa petunjuk dan data. Karena disampaikan dalam bahasa lisan, biasanya kutipan seperti itu agak susah dicerna kalau dikutip langsung. Satu tulisan, satu fokus Saat membuat berita kita dianjurkan untuk menulis satu ide dalam satu kalimat. Ini membuat kalimat itu mudah dicerna. Begitu juga dengan tulisan. Dalam tulisan panjang, pemisahan tulisan dalam beberapa bagian adalah salah satu cara yang lazim dipakai. Dalam Tempo Edisi NO. 28/XXX/10 - 16 September 2001, tulisan tentang amplop dan sogok di DPR itu dipecah menjadi 7 tulisan. Judulnya: ⇒ Tiga Lembar Cek dari Senayan (tulisan utama) ⇒ Antara Senayan dan Gresik ⇒ Indira Damayanti Sugondo: "Amplop-Amplop itu Berseliweran" ⇒ Gaji Besar, tapi Hibah Lebih Besar ⇒ Pundi yang Tiba-Tiba Membengkak ⇒ Yang Tersembunyi di Laci Komisi ⇒ Dewan untuk Ke(tidak)hormatan Anggota Hati-hati penggunaan anak kalimat Penggunaan anak kalimat selama ini dipakai untuk
45
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] menyisipkan informasi ke dalam suatu kalimat. Namun, penggunaan anak kalimat yang panjang dan rumit bisa membuat kalimat itu tak bisa langsung dipahami. Salah satu contoh sederhananya begini: Susilo Bambang Yudhoyono, mantan Menteri Koordinator bidang Politik dan Keamanan, dipastikan mengikuti Pemilu Presiden putaran kedua. Kalimat itu bisa dipecah dengan cara begini: Susilo Bambang Yudhoyono dipastikan mengikuti Pemilu Presiden putaran kedua. Mantan Menteri Koordinator bidang Politik dan Keamanan itu... Pemilihan Kata (Diksi) “Mulutmu, Harimaumu.” Kalimat ini deskripsi tepat tentang bahayanya lidah dan kata. Dalam salah satu aksi demonstrasi, misalnya terjadi bentrok yang berujung pada pemukulan terhadap mahasiswa. Kita bisa teliti, apa yang ditulis media keesokan harinya untuk medeskripsikan peristiwa itu? Polisi memukuli mahasiswa? Polisi menggebuki mahasiswa? Polisi menghajar mahasiswa? Atau apa? Manakah kata yang paling tepat? Tentu saja kita harus merujuknya kepada peristiwa di lapangan. Carilah kosa kata yang paling mendekati kebenaran. Untuk itu, pengujian silang sangat diperlukan. Begitulah dalam kita memilih kata untuk mendeskripsikan masalah-masalah lainnya. Ekonomi Kata Salah satu penyakit dari penulis pemula adalah kurang hemat dalam kata-kata. Mungkin karena banyak data yang didapat sehingga merasa perlu memasukkan semuanya dalam berita. Atau, karena anglenya kurang tajam. Padahal, space media terbatas. Karena itulah, prinsip ekonomi kata itu juga penting. Memang tak semata-mata soal ketersediaan tempat. Yang juga tidak bisa diabaikan adalah rasa bahasa dari tulisan. Tulisan yang tidak ekonomis akan terlihat bertele-tele. Sebab, ada kalimat yang sebenarnya tak memiliki makna
Modul belajar
46
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] banyak tapi tetap dimasukkan. Padahal, kalau dibuang, itu tak mengganggu makna kalimat. Ekonomi kata bisa dilakukan atas kata atau kalimat. Kata yang bisa dihemat antara lain; tetapi jadi tapi, daripada jadi dari, dan sebagainya. Untuk kalimat, harus dilakukan dengan membaca kalimat secara utuh. Setelah itu dilacak kata-kata yang tak memberi arti kepada kalimat
47
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
Materi 6. Teknik Wawancara
TUJUAN Mahasiswa dan Jurnalis Pemula mengetahui bagaimana melakukan wawancara Bentuk-bentuk wawancara Menembus narasumber
kegiatan Teori Diskusi
49
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
BAHAN
Teknik Wawancara
Wawancara barangkali merupakan salah suatu bentuk kagiatan jurnalistik yang paling penting dan paling sulit. Wawancara menuntut sejumlah keterampilan; pengetahuan yang cukup, diplomasi, energi, keterampilan manusiawi, ketekunan dan keberanian. Wawancara yang bagus seringkali kedengaran seperti orang bercakap-cakap, namun orang bercakap-cakap bukanlah wawancara. Percakapan biasa cenderung tidak tersusun dengan baik; dan tidak selalu bertujuan jelas. Sedangkan wawancara mengikuti rencana tertentu. Suatu wawancara dirancang untuk memperoleh informasi atau untuk menguji kebenaran suatu argument. Jadi, sangat penting untuk itu dan persisnya apa yang ingin anda
51
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] peroleh dari wawancara itu. Bentuk Wawancara Berdasarkan bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan, wawancara dapat dibedakan atas tujuh macam: Man in the street interview Casual interview Personality interview News interview Telephone interview Prepared question interview Group interview Man in the street interview Menanyai orang-orang di jalanan, untuk mengetahui tanggapan dan pendapat khalayak terhadap peristiwa tertentu. Orang-orang yang ditanyai/tanggapan tidak ditentukan, tetapi dipilih secara acak. Kelemahan dari wawancara jalanan ini adalah sempitnya waktu untk mengajukan pertanyaan serta untuk memberikan kejelasan. Dengan demikian reaksi yang diwawancarai akan dangkal pula, karena keterbatasan waktu. Untuk lebih amannya dari tuduhan mengada-ada sebaiknya menggunakan recorder waktu wawancara serta kamera, sebab yang diwawancarai sulit ditemukan kembali untuk re-checking. Casual interview Adalah wawancara yang dilakukan secara mendadak atau mendesak, atau wawancara yang dilakukan lantaran kebetulan bertemu dengan nara sumber yang relevan dengan masalah yang tengah aktual. Personality interview Atau wawancara mengenai pribadi seseorang yang ditokohkan. Biasanya dimuat dalam bentuk profil, tokoh siapa dan mengapa yang menonjolkan sikap dan pandangannya yang patut dijadikan contoh yang baik oleh khalayak. Wawancara pribadi juga bisadilakukan terhadap orang yang menunjukkan keluarbiasaan, aneh dan bertingkah eksklusif.
Modul belajar
52
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] News interview Adalah satu bentuk wawancara yanbg paling banyak digunakan jurnalis dalam mengumpulkan fakta yang akan disiarkan, baik sebagai sumber berita, maupun untuk mendapatkan suatu konfirmasi atas fakta lainnya. Biasanya, wawancara berita ini dilakukan untuk mendapatkan bahan berita langsung (straight news) sesuai dengan penetapan jadwal berita (news schedule). Telepohone interview Telephone interview adalah wawancara yang dilakukan dengan menggunakan telepon, sering digunakan untuk berita-berita yang sangat mendesak deadline. Atau yang sering kita lihat akhir-akhir ini di televisi wawancara dengan nara sumber langsung dilakukan pada saat siaran berlangsung. Kelemahan interview ini, tidak bisa mengetahui reaksi dan mimik air muka yang diwawancarai. Prepared question interview Adalah wawancara yang sering digunakan mass media untuk memperoleh tanggapan dan pendapat terhadap halhal yang rumit, menyangkut data-data, dan menyangkut disiplin keilmuan. Untuk jenis ini, daftar pertanyaan dipersiapkan dan ditulis terlebih dahulu kepada nara sumber atau dikirimkan melalui pos atau kurir. Saat nara sumber menjawab pertanyaan yang mewawancarai tidak perlu hadir. Wawancara tertulis ini akan memberikan waktu yang cukup kepada nara sumber guna mempertimbangkan dan memberikan jawabannya. Group interview Group interview adalah wawancara antara serombongan jurnalis dengan sekelompok nara sumber, bisa juga disebut symposium. Wawancara seperti ini biasanya dimulai dengan sejenis konferensi pers yang kemudian dilanjutkan dengan menghadirkan sekelompok sumber (ahli) dan jurnalis juga
53
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] terdiri atas beberapa media. Wawancara (interview) adalah salah satu cara wartawan untuk mendapatkan berita besar secara eksklusif, yakni berita yang tidak bisa dimiliki oleh media lain. Sebelum melakukan wawancara, seorang jurnalis harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya, agar wawancara berlangsung dengan baik sebagaimana yang diharapkan antara lain: Tentukan sasaran/topik yang akan ditanyakan. pelajari juga latar belakang dari nara sumber. Pelajari sebanyak mungkin segala sesuatu yang menyangkut topic yang hendak diajukan kepada nara sumber. Siapkan semua alat bantu yang dibutuhkan (buku catatan, pena, kamera, dan sebagainya). Setelah menetapkan topik atau masalah yang hendak ditanyakan, kita sebaiknya menuliskan daftar pertanyaan, fakta-fakta, atau pandangan yang akan dikorek dari nara sumber. Suatu wawancara dapat bersifat ringan, seperti obrolan, bahkan menghibur. Ada juga wawancara yang semata berisi fakta. Wawancara berusaha menjawab pertanyaan dasar seperti siapa? Apa? di mana? dan kapan? Inilah pertanyaan mudah dan dalam beberapa hal memang itulah yang diperlukan. Namun kita bisa menambahkan pertanyaan analisa seperti apa? dan mengapa? Tentu ada banyak cara untuk melakukan wawancara bagi suratkabar, radio atau televisi, namun secara umum ada beberapa aturan yang berlaku apapun medianya. Putuskan apa yang menjadi fokus wawancara dan apa yang dapat diliput secara realistis mengingat pertimbangan waktu yang tersedia. Fokus ini harus tidak terlalu sempit dan tidak terlalu luas. Buatlah persiapan. Cek nama, terutama nama orang yang akan Anda wawancara, fakta-fakta dan angkaangka. Ketegasan anda dan kerjasama dari orang yang anda wawancara akan berpengaruh bila anda membuat kesalahan dan bodoh atas kesalahan fakta. Buatlah garis besar apa persisnya yang Anda inginkan
Modul belajar
54
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]
dari wawancara itu (anda bisa menulisnya dalam secarik kertas atau membayangkan dalam kepala anda). Anda bisa juga menulis pertanyaan-pertanyaan anda di kertas sebagai panduan, namun jangan pernah mengikuti pertanyaan itu sepenuhnya. Anda bisa lupa pokok persoalan yang sangat penting untuk ditanyakan jika anda hanya berkonsentrasi pada urutan-urutan pertanyaan tertulis yang sudah anda biat tanpa menghiraukan jawaban yang mengalir dari orang yang anda wawancara. Bicarakan topik wawancara dengan orang yang anda wawancara. Dia harus mengetahui hasil apa yang anda inginkan dari wawancara itu, sehingga dia dapat siap dengan jawaban yang layak untuk dibaca didengar atau dilihat oleh khalayak. Lebih baik wawancara dilakukan sendiri saja. Wawancara di depan banyak orang lain dapat berubah menjadi seperti pertunjukkan. Dengarkan selalu apa yang dikatakan oleh orang yang anda wawancara dan berikan respon selayaknya. Selama wawancara itu anda harus tetap independen. Bersikaplah tegas, otoritatif dan menantang, namun anda harus tetap sopan dan bersikap adil. Jangan biarkan orang yang anda wawancara mengendalikan jalanya wawancara dan malah mengajukan pertanyaan.
Pertanyaan-pertanyaan harus pendek dan tepat, langsung ke permasalahan. Dengan mengajukan pertanyaan yang panjang dan rumit, anda hanya akan membingungkan orang yang anda wawancara dan audiens. Berikut beberapa saran yang mungkin membantu: 1. Tanyakan apa yang kira-kira juga ingin ditanyakan oleh pembaca/pendengar anda 2. Hindari pertanyaan ‘tertutup’ yang bisa dijawab dengan ‘ya’ atau ‘tidak’. Orang yang sulit mungkin akan memberikan jawaban seperti itu. Lebih banyak anda memulai pertanyaan dengan kata Apa. Siapa. Mengapa, Bagaimana, Kapan dan Di mana? 3. Ajukan pertanyaan satu demi satu. Orang yang anda wawancarai (dan anda sendiri) mungkin lupa atau
55
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]
4.
5.
6. 7.
dengan sengaja menghindari pertanyaan yang kedua atau ketiga Jangan membuat asumsi. Seseorang yang berpengalaman mungkin akan mengatakan sesuatu untuk membelokkan wawancara. Dia juga mungkin juga dapat menunjukkan bahwa anda tidak paham akan apa yang sedang anda bicarakan. Jangan mengajak bertengkar! Kalau anda kehilangan kesabaran atau mengambil sikap memihak, orang yang anda wawancarai mungkin akan memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menentang anda secara langsung dan mengambil alih kendali jalannya wawancara. Jangan pernah mencoba mencakup topik yang terlalu luas. Buatlah pertanyaan akhir untuk membungkus pertanyaan anda.
Dalam proses wawancara, si pewawancara memantau semua yang diucapkan oleh dan bahasa tubuh dari orang yang diwawancarai, sambil berusaha menciptakan suasana santai dan tidak-mengancam, yakni suasana yang kondusif bagi berlangsungnya wawancara. Dalam prakteknya, berbagai pikiran muncul di benak si pewawancara ketika wawancara sedang berlangsung. Seperti: Apa yang harus saya tanyakan lagi? Bagaimana nada bicara orang yang diwawancarai ini? Dari gerak tubuh dan nada suaranya, apakah terlihat ia bicara jujur atau mencoba menyembunyikan sesuatu? Seorang pewawancara secara sekaligus melakukan berbagai hal: mendengarkan, mengamati, menyelidiki, menanggapi, dan mencatat. Kadang-kadang ia seperti seorang penginterogasi, kadang-kadang secara tajam ia menyerang dengan menunjukkan kesalahankesalahan orang yang diwawancarai, kadang-kadang ia mengklarifikasi, kadang-kadang pula ia seperti pasif atau menjadi pendengar yang baik. Seberapa sukses suatu wawancara tergantung pada kemampuan melakukan kombinasi berbagai keterampilan yang ini secara pas, sesuai dengan tuntutan situasi dan orang yang
Modul belajar
56
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] diwawancarai. Sifat wawancara bermacam-macam, tergantung dari informasi apa yang diinginkan si pewawancara dan bagaimana situasi serta kondisi yang dihadapi orang yang diwawancarai. Sifat wawancara bisa sangat bervariasi, dari yang biasa-biasa saja sampai yang antagonistik. Dari yang mempertunjukkan luapan perasaan sampai yang bersifat defensif dan menutup diri. Jika seorang wartawan mewawancarai seorang pejabat pemerintah tentang keberhasilan salah satu programnya, tentu si wartawan akan mendapat tanggapan yang baik dan panjang-lebar. Namun jika si wartawan mencoba mengungkap praktek korupsi yang diduga dilakukan oleh pejabat bersangkutan, tentu si pejabat akan bersikat defensif bahkan tertutup. Wartawan yang baik harus mengerti bagaimana cara “memegang” orang yang diwawancarai dan menangani situasi. Wartawan harus bisa merasakan, apa yang harus dilakukan pada momen tertentu ketika berlangsung wawancara –kapan ia harus bersikap lembut, kapan harus ngotot atau bersikap keras, kapan harus mendengarkan tanpa komentar, dan kapan harus memancing dengan pertanyaan-pertanyaan tajam. Persiapan Wawancara Persiapan-persiapan tersebut penting untuk mendapat perhatian, karena jangan sampai mempermalukan diri sendiri, lebih-lebih lembaga yang menjadi induk dari kegiatan wawancara ini. Dengan persiapan yang matang insya Allah mampu menggali sumber berita atau informasi yang diperlukan untuk mengembangkan berita dan sekali lagi sebelum bertemu dengan nara sumber cek ulang peralatan jurnalistik. Untuk mendapatkan hasil yang baik maka harus mampu menemukan orang yang, sesuai dengan bidang dan keahlian, atau bisa juga karena hobi terkait dengan permasalahan yang akan menjadi topik wawancara. Misalnya, soal kerusakan lingkungan tentunya wawancara
57
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] di arahkan kepada orang-orang menguasai masalah tersebut, sehingga pembicaraan ‘nyambung’. Kalau sudah ada janji mau wawancara dan waktu sudah ditentukan maka sudah selayaknya menepati waktu yang sudah disepakati bersama. Namun wawancara itu bisa dilakukan di manadan kapan saja, asal sama-sama dalam kondisi yang memang sifatnya serba mendadak, tetapi penguasan masalah tetap harus dipegang, supaya informasi yang didapatkan sesuai dan memberi nilai tambah pada berita yang diharapkan. Wawancara bisa dilaksanakan di mana saja, seperti di depan pintu, ketika nara sumber sedang masuk mobil asal nara sumber memberi kesempatan seperti itu. Namun itu diperlukan persiapan matang dari wartawan yang bersangkutan, terutama pengenalan lebih dulu pewancara dengan nara sumber. Untuk melakukan wawancara memerlukan persiapan dengan langkah-langklah sebagai berikut: Pertama, sebelum melakukan wawancara harus menguasai persoalan yang akan dipercakapkan, kalau perlu membuat daftar pertanyaan dari yang bersifat umum sampai detail. Kedua, tahapan berikutnya menentukan arah permasalahan yang digali dengan dilengkapi berbagai berita berkaitan dengan bahan yang akan dijadikan bahan wawancara. Ketiga, setelah menentukan permasalahan, menetapkan siapa-siapa saja yang akan menjadi nara sumber untuk diwawancarai. Dalam hal ini harus jelas kriterianya mengapa dalam masalah ini harus mewawancarai nara sumber tersebut. Keempat, mengenali sifat-sifatnya yang akan menjadi nara sumber sebelum terjadi wawancara. Untuk mengenali lebih dekat nara sumber, bertanya kepada oranglain yang tahu atau dekat dengan nara sumber, atau membaca tulisan dan riwayat hidup termasuk
Modul belajar
58
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] hobi, keluarganya, dan kesukaan lainnya. Kelima, sebelum bertatap muka membuat janji dulu sebelum melakukan wawancara, untuk meminta dan m,enentukan kapan waktu yang luang dan tepat tepat untuk melakukan wawancara, karena biasanya sumber berita person yang sibuk, sehingga pengaturan waktu cukup ketat. Keenam, yang tak kalah pentingnya persiapan mental untuk mengadakan wawancara, karena masing-masing pribadi punya karakter yang berbeda, sehingga diperlukan membaca karakter calon nara sumber. Persiapan lainnya, peralatan yang diperlukan antara lain, bloknote, ballpoint, tape recorder atau kamera kalau memang diperlukan. Dianjurkan untuk berpakaian rapi dan menghindari penampilan yang kurang sopan. Pelaksanaan Wawancara Dalam wawancara yang perlu mendapat perhatian adalahh hal-hal sebagai berikut: Menjaga Suasana Ini sangat penting dalam pelaksanaan wawancara dibuat lebih rileks, sehingga berjalan dengan santai tidak terlalu formal meskipun membahas masalah yang serius. Untuk menciptakan suasana yang nyaman dan baik memerlkan waktu, karena itu sebelum memasuki materi yang akan dipercakapkan lebih enak kalau dibuka dengan hal-hal yang umum. Misalnya, soal keadaan nara sumber baik itu masalah kesehatan, hobi dan sebagainya yang mungkin menyetuh hati. Meski sifat basa-basi ini diperlukan untuk menarik simpati supaya nara sumber sehibngga tidak terlalu pelit dengan pernyataan atau pendapat baru. Kecuali kalau pewawancara sudah sangat dekat basa-basi itu bisa dikurangi, lebih-lebih kalau memang waktu untuk wawancara sangat terbatas, pewawancara harus tanggap. Itupun juga kita dibicarakan sebelum melangsungkan wawancara.
59
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] Dalam menjaga suasana ini sudah selayaknya dilakukan, antara lain jangan membuat nara sumber marah atau tersinggung, sehingga percakapan langsung diputus. Jangan marah-marah atau memojokkan nara sumber. Bersikap Wajar Dalam wawancara seringkali berhadapan dengan nara sumber yang benar-benar pakar, tetapi tidak jarang yang dihadapi tidak menguasai persoalan. Namun demikian tidak perlu rendah diri atau merasa lebih tinggi dari nara sumber, seharusnya bisa mengimbangi atau mengangkatnya. Pewawancara juga harus bisa mencegah supaya nara sumber tidak berceramah, karena itu persiapan menghadapi berbagai karakter ini sangat diperlukan. Karena itu dalam persiapan wawancara ini diperlukan,menguasai materi, selain menguasai nara sumber dan pandai-pandai membawakan diri agar tidak direndahkan. Apabila menghadapi nara sumber yang tidak menguasai masalah bisa mengarahkan tetapi tanpa harus menggurui, sehingga bisa memahami persoalan yang akan digali. Memelihara Situasi Secara sadar sering terbawa emosi, sehingga lupa sedang menghadapi nara sumber, karena itu dalam wawancara harus pandai-pandai memelihara situasi supaya mendapat informasi yang dibutuhkan dan jangan sampai terjebak ke dalam situasiperdebatan dengan nara sumber yang diwawancarai. Juga perlu dihindari situasi diskusi yang berkepanjangan atau bertindak berlebihan sampai menjurus ke arah interograsi apalagi menghakimi. Misalnya, wawancara dengan seorang direktur rumah sakit terkait dengan kasus flu burung, karena etika kedokteran, sehingga harus dijaga dirahasiakan. Namun pewawancara memaksakan kehendak, sehingga menimbulkan ketegangan dan menghakimi direktur tersebut, bukan mendapat informasi malah
Modul belajar
60
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] tidak mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Dalam menghadapi kasus seperti itu pewawancara harus mampu mencari celah untuk kembali pada situasi, agar mendapatkan informasi yang lebih jelas. Tangkas Menarik Kesimpulan Pada saat wawancara berlangsung dituntut untuk secara setia mengikuti setiap jawaban yang diberikan nara sumber untuk menarik kesimpulan dengan tangkas. Dengan kesimpulan yang tepat wawancara terus bisa dilanjutkan secara lancer. Kesalahan yang sering dilakukan wartawan pada saat mengambil kesimpulan kurang tangkas, sehingga nara sumber harus mengulang kembali apa yang telah disampaikan. Kalau itu terjadi berulangkali maka akan membuat nara sumber bosan, sehingga wawancara tidak berkembang, membuat pintu informasi menjadi tertutup. Akibat yang paling parah kehilangan sumber berita, karena nara sumber takut salah kutip. Bagi nara sumber yang teliti dan kritis, satu persatu kalimat akan menjadi pengamatan. Salah kutip ini harus dihindari dalam setiap wawancara, Jangan takut minta pernyataan diulang atau bahkan ada kata yang kurang jelas seperti ucapan bahasa Inggris harus selalu dicek kebenaran arti dan ejaannya. Menjaga Pokok Persoalan Menjaga pokok persoalan sangat penting dalam setiap wawancara agar dalam menggali informasi mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dan hasil yang memuaskan. Seringkali dalam menjaga pokok persoalan ini diliputi perasaan rikuh kalau kebetulan ayng diwawancari pejabat atau mempunyai otoritas dalam hal tertentu. Serngkali untuk menjaga situasi ini ada anjuran pewawancara mengikuti apa yang dikatakan nara sumber. Meski harus mengikuti pembicaraan nara sumber diharapkan tidak lari dari pokok persoalan bahkan berusaha mempertajam pokok masalah, agar tetap mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Contohnya,
61
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] untuk mendapat gambaran yang lebih jelas tentang kerusakan lingkungan, pada awalnya memang bercerita tentang lingkungan tetapi di tengah-tengah pembicaraan membelok ke arah lain dan menyimpang dari pokok persoalan. Kalau sudah demikian maka yang dilakukan segera mengembalikan inti persoalan. Kritis Sikap kritis perlu dikembangkan dalam wawancara agar mendapat informasi yang lebih terinci dan selengkap-lengkapnya. Untuk itu diperlukan kejelian dalam menangkap persoalan yang berkaitan dengan pokok pembicaraan yang sedang dikembangkan. Jeli dan kritis merupakan kaitan dengan kemampuan menangkap setiap kata dan kalimat yang disampaikan oleh nara sumber. Kekritisan tersebut tidak hanya menyangkut pokok persoalan, tetapi juga menangkap gerakan-gerakan yang diwawancarai. Berkait dengan pokok persoalan kalau kritis menangkapnya maka bisa meluruskan data bila nara sumber salah mengungkapkannya. Baik itu tentang angka, tempat kejadian dan sebagainya. Ini penting sebagai bahan untuk menuliskan laporan, sehingga benar-benar utuh dan penuh warna. Kalau perlu ketika nara sumber sedang memberikan keterangan dalam keadaan gelisah, terus menerus mengepulkan asap rokok dan sebagainya, hal ini harus ditangkap sebagai isyarat yang bisa dituangkan dalam tulisan. Dengan demikian pembaca mendapat gambaran utuh dan laporan tidak kering. Sopan Santun Dalam wawancara sopan santun perlu dijaga, karena ini menyangkut etikat pergaulan di dalam masyarakat yang harus mendapat perhatian dan dipegang teguh. Dalam menghadapi nara sumber kendali sudah mengkenal betul, tidak bisa bersikap sembarangan, sombong atau perilaku yang tidak simpatik lainnya. Bila akan merokok, sementara nara sumber tidak merokok harus minta izin. Apalagi kalau ruangan
Modul belajar
62
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] tempat wawancara ber-AC maka sopan santun perlu dijaga. Di awal maupun di akhir wawancara jangan lupa mengucapkan rasa terima kasih kepada nara sumber,. Karena telah memberikan kesempatan dan mendapatkan informas dari hasil wawancara. Pada akhir wawancara pesan kepada nara sumber untuk tidak keberatan dihubungi bila ada data yang diperlukan ternyata masih kurang. Hal-hal praktis yang perlu mendapat perhatian dalam mengadakan wawancara berkaitan dengan sopan santun: Tidak perlu gusar bila nara sumber yang menjadi target wawancara menolak dengan alasan sibuk. Mencoba dan mencoba lagi, agar diberi waktu untuk wawancara merupakan suatu upaya, sampai mendapat kesempatan untuk membuat perjanjian waktu. Untuk mendapat perjanjian bisa melalui telepon atau mendatangi langsung kantor atau rumahnya. Dihindari datang terlambat pada saat akan melakukan wawancara dan lebih baik datang lebih awal. Jangan sampai salah mengeja nama orang yang diwawancarai dan lebih baik minta kartu nama atau paling tidak ketika nama nara sumber itu sulit dieja diminta dengan hormat untuk menuliskan di bloknote yang digunakan untuk mencatat hasil wawancara. Cek kembali peralatan tulis apakah sudah lengkap, karena kalau sampai ada peralatan tidak terbawa bisa membuat suasana awal dari wawancara menjadi kurang berkesan. Sebutkan alasan melakukan wawancara dengan tempat kerja, sehingga nara sumber yang diwawancarai mengerti benar maksud wawancara. Tidak perlu menjanjikan kepada nara sumber hasil wawancara pasti dimuat, namun bisa meberikan keyakinan kegunaan dari hasil wawancara tersebut.
63
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] Penulisan Wawancara Hasil wawancara bisa dituangkan dalam beberapa bentuk penulisan sesuai dengan tujuan wawancara yang telah dilakukan. Bila hasil wawancara akan digabungkan dengan hasil wawancara yang lain, cara menuliskannya akan lain dengan bentuk penulisan yang didasarkan pada satu wawancara. Hasil wawancara dapat dipergunakan untuk bahan penulisan berita atau straight news, laporan atau tulisan khusus wawancara. Dengan demikian berita yang disajikan merupakan perpaduan antara fakta (fact news) dan opini atau pendapat atau omongan (talk news). Untuk menggali keterangan atau informasi atau keterangan dari seseorang, wawancara yang diperlukan tidak sekadar sambil lalu, tetapi memerlukan kekhususan. Dalam dunia jurnalistik wawancara khusus opini mempunyai nilai tambah, lebihlebih kalau yang menjadi sumber wawancara memiliki nama atau keistimewaan dan opini yang dikemukakan merupakan suatu yang sama sekali baru dan belum pernah dikemukakaan kepada media lain.
Modul belajar
64
Materi 7. Menulis Straight News
TUJUAN Peserta dapat menulis berita pendek dengan baik Membuat lead berita Megetahui nilai-nilai berita
kegiatan Teori Diskusi Praktek
65
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
BAHAN
Menulis Berita Pendek
PEG (Sudut Berita) Menulis berita dengan baik hanya mungkin setelah lebih dahulu memastikan sudut berita. Dan prasyarat liputan yang terarah ialah memastikan sudut berita sejak kita berada di lapangan. Lead (Intro) Setelah sudut berita, kegiatan selanjutnya adalah menentukan Lead atau Intro. Dalam beberapa buku, lead diartikan dalam banyak arti, seperti Amerika menyebutnya lead atau nose; Inggris menyebutnya intro. Lead sangat penting. Ingat, lead adalah awal cerita, suatu janji kepada pembaca mengenai apa yang terjadi
67
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] mendatang. “Tiga detik dan pembaca akan menentukan untuk membaca atau pindah ke cerita lain. Itulah seluruh waktu yang ada bagi kita untuk menangkap pandangan selintas pembaca dan menahannya,” kata Donal Muras dalam bukunya Writing for your readers. Waktu sangat berharga bagi pembaca. Mereka akan memutuskan untuk mulai membaca atau pindah. Bila mereka mulai membaca, banyak diantaranya hanya sepintas. Dua sampai empat paragraf. Selanjutnya kita akan membahas beberapa jenis lead atau intro, termasuk lead peg, yang biasa digunakan dalam Reportase Dasar atau Straight News. Patut diingat, bahwa kita tak mungkin menentukan Lead atau Intro, tanpa lebih dulu memastikan Sudut Berita. Sama halnya dengan tak mungkin memastikan Sudut Berita tanpa lebih dulu mencek Jalan Cerita, dan seterusnya. Lead, atau dalam bahasa Indonesia bias diterjemahkan menjadi teras berita, terletak di alinea atau paragraph pertama. Lead merupakan bagian dari komposisi atau susunan berita, yakni setelah judul berita (head) dan sebelum badan berita (news body). Lead umumnya disusun dalam bentuk; • Summary lead atau conclusion lead (teras berita yang menyimpulkan dan dipadatkan). Contoh: Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam, Sabtu (2/4), mengunjungi korban kebakaran di ruang gawat darurat Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin Banda Aceh. • Statement lead (teras berita berupa pernyataan). Contoh: Kepala Negara menegaskan, pemerintah akan bertindak tegas terhadap pelaku peledakan Bom II di Bali yang mengakibatkan tewasnya beberapa warga. • Quotation lead (teras berita kutipan). Contoh: “Kami akan menampilkan aksi panggung yang berbeda dalam pergelaran nanti malam,” demikian dikatakan Rafli, vokalis Kande Group kemarin, menjawab keluahan fansnya yang menganggap penampilan mereka monoton. • Contrast lead (teras berita kontras). Contoh: “Wali Kota
Modul belajar
68
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] mencanangkan Banda Aceh, sebagai Bandar Wisata Islami, yang bersih rapai dan indah. Tapi, dibeberapa pojok pasar sampah berserakan. • Exclamation lead (teras berita yang menjerit). Contoh: “ Tidak…!” demikian teriak histeris terdakwa AP, mendengar putusan hakim yang memvonisnya dengan hukuman mati. Ada sepuluh pedoman mengenai penulisan teras berita: Teras berita yang menempati alinea pertama harus mencerminkan pokok terpenting berita. Alinea pertama dapat terdiri dari satu kalimat atau lebih, akan tetapi sebaiknya jangan sampai melebihi tiga kalimat. Teras berita jangan mengandung lebih dari 30-45 kata. Teras berita harus ditulis semenarik mungkin dan sebaik-baiknya, sehingga: mudah ditangkap dan cepat dipahami. kalimatnya singkat, sederhana, susunan bahasanya memenuhi prinsip ekonomi bahasa, dan menjauhkan kata mubazir. satu gagasan dalam satu kalimat. dibolehkan memuat lebih dari satu unsur 5W+1H. Hal yang tidak mendesak, berfungsi sebagai pelengkap, hendaknya dimuat dalam badan berita. Teras berita lebih baik mengutamakan unsure “apa” (what). Teras berita juga dapat dimulai dengan unsure “siapa” (who). Tetapi, bila unsur siapa itu kurang menonjol, sebaiknya dimuat pada badan berita. Teras berita jarang menonjolkan unsur “kapan/ bilamana” (when), kecuali bila unsure itu punya makna khusus dalam berita itu. Bila harus memilih dari dua unsure, yakni unsur tempat (where) dan waktu (when), maka pilihlah unsure tempat dulu, baru waktu. Unsur lainnya, yakni bilamana dan mengapa, diuraikan dalam badan berita, tidak dalam teras berita. Teras berita dapat dengan kutipan pernyataan seseorang (quotation lead), asalkan kutipan itu tidak berupa kalimat panjang. Pada alinea berikutnya, tulis nama orang itu, tempat, serta waktu dia membuat pernyataan itu.
69
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] Nilai Berita Literatur jurnalistik di barat merumuskan nilai berita ini sebagai: besar kecilnya dampak peristiwa pada masyarakat; menarik atau tidak dari segi ragam cara hidup manusia; besar kecilnay ketokohan orang yang terlibat peristiwa; jauh dekatnya lokasi peristiwa dari orang yang mengetahui beritanya; dan baru-tidaknya atau penting tidaknya saat peristiwa itu terjadi. Dalam bahasa Inggris berturut-turut disebut; Consequences; Human interest; Prominence; Proximity; Timeless. Atau disingkat CHOPPT. Consequences (akibat); yaitu jika kejadian yang berkemungkinan mempengaruhi kehidupan orang banyak, atau kejadian yang memiliki kepentingan terhadap kehidupan pembaca. Human interest (manusiawi); yaitu kejadian yang memberikan sentuhan perasaan bagi pembaca, kejadian yang menyangkut orang biasa dalam situasi luar biasa, atau orang besar dalam situasi biasa. Prominence (tenar); yaitu yang menyangkut halhal yang terkenal atau sangat dikenal oleh pembaca. Proximity (dekat); yaitu kejadian yang dekat dari pembaca, kedekatan ini bersifat geografis maupun emosional. Timeless (waktu); yaitu kejadian yang menyangkut hal-hal baru terjadi atau baru ditemukan. Hal-hal diatas kita perlukan untuk menakar nilai berita. Singkatnya, dalam berita terdapat dua masalah penting yang harus selalu menjadi patokan dalam menulis, yaitu 6 Unsur Berita (apa, siapa, kapan, dimana, bagaimana, mengapa) dan 5 Nilai Berita (Consequences; Human interest; Prominence; Proximity; Timeless). Seorang jurnalis begitu di lapangan, harus segera menemukan peristiwa, menguasai jalan ceritanya, mencek, mericek, dan kalau perlu tripel cek. Setelah itu menakar nilai beritanya, melakukan cek dan ricek lagi. Badan Berita (Body) Setelah menentukan Lead, kita menginventarisasi jenisjenis keterangan yang telah dikumpulkan di lapangan, yaitu
Modul belajar
70
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] Jalan Cerita dari Peristiwa yang hendak kita laporkan. Lead dan badan berita dipisahkan oleh sebuah jembatan, yakni kalimat peralihan yang mempermanis bergesernya pokok pikiran dari inti berita ke jalan cerita. Dengan lead yang baik, pembaca sudah tertarik perhatiannya, bukan oleh kepala beritanya saja, tetapi juga oleh kata-kata pertama dari kalimat pertama dalam lead itu. Pilihan kata tidak bias sembarangan. Jangan sekali-kali memulai lead dengan kalimat: “sebagaimana pernah kita kabarkan..” Sebab sesuatu hal yang pernah dikabarkan bukanlah hal baru lagi. Juga bila kita memulai lead dengan kalimat: “ Menyambung berita tentang..”. Sebaiknya, mulailah segera dengan beritanya baru kemudian jelaskan bahwa berita itu adalah sambungan dari berita sebelumnya. Lead yang paling buruk adalah yang didahului dengan kalimat: “ Sebagaimana diketahui..”. Sesuatu yang sudah diketahui, tidak perlu diberitakan lagi. Tahapan berikutnya adalah menata Badan berita. Yang harus diingat bahwa kita sebaiknya menempatkan hasil inventarisasi yang kurang penting di bagian belakan berita. Mulailah dengan berita yang penting dan akhiri dengan berita yang kurang penting. Ini disebut dengan model Piramida terbalik. Penutup Berita Setelah menyelesaikan bagian tubuh berita, akan terlihat rangkaian fakta yang rinci dan terang yang hendak disampaikan. Namun bentuk berita akan terlihat sepenuhnya, jika penutupnya telah ditulis. Paragraf terakhir dari sebuah tulisan, sekaligus akan menjadi penutup. Kalau dalam penulisan berita umumnya berbentuk piramida terbalik, isi alinea terakhir adalah halhal yang tidak begitu penting, kalau dipotong oleh redaktur tidak akan mengganggu berita secara keseluruhan. Note : Mahasiswa dan Jurnalis Pemula diberikan tugas membuat berita pendek dan kemudian diberikan penilaian oleh pengajar.
71
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
Materi 8. Indepth Reporting
TUJUAN Mahasiswa dan Jurnalis Pemula mampu melakukan peliputan mendalam Mengetahui proses perencanaan liputan mendalam
kegiatan Teori Diskusi
73
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
BAHAN
Indepth Reporting
Jauh beda dengan jenis laporan straight news, dalam ‘kasta’ ragam berita indepth reporting berada persis di bawah laporan investigasi. Untuk melaporkan jenis Indepth reporting (laporan mendalam), tentu butuh energi, waktu, dana dan berhadapan dengan resiko yang lebih menantang. Investigasi dan indepth punya garis beda yang jelas. Garis start, investigasi selalu hipotesis. Sementara indepth lebih lentur, modal awalnya bisa saja newspage berita harian atau straight news. Tujuan utama reportase keduanya juga tak serupa. Indepth sekedar melaporkan peristiwa secara lebih dalam dengan
75
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] detail, memapar sebab akibat serta mempertegas posisi ‘sosok’ dalam sebuah peristiwa. Walau juga ‘bermain’ dalam lingkup kasus atau sesuatu yang ditutupi, indepthh tidak membongkar peristiwa hingga pembaca mengetahui pelaku kejahatan. Kasus, bukan pijakan dasar indepth. Sebab itu, isu-isu ringan juga layak dilaporkan. Dalam jenis ini manipulasi bukan unsure utama. Sementara investigasi, selalu mengabdi pada pembongkaran perkara. Tujuannya tegas, menemukan pelaku, modus dan menunjuk bukti. Hanya kasus merugikan publik yang layak disebut tema investigasi. Bukan investigasi, bila peristiwa yang diulas tidak ditutup-tutupi. Artis bercerai atau pejabat berselingkuh, bukan ranah jenis laporan ini. Tapi korupsi, jelas pantas diinvestigasi. Sebagai ilustrasi, melaporkan adanya money politik saat Pemilu itu straight news. Memberitakan adanya partai politik yang melakukan money politik, lengkap dengan bukti-bukti dan skenario itu sudah indepth. Nah, membocorkan ada konspirasi para legislator untuk memanipulasi data APBD dan mengunakan uang negara untuk money politik, itu tentu temanya investigasi. Dari sisi pola memaparkan masalah, indepth punya ciri khas mengali akar, mendeskripsikan trigger (pemicu), mengurai stakeholders (para pihak), menjelaskan eskalasi serta mengambarkan resolusi. Selain itu mereportase secara komprehensif, mengungkap fakta di balik peristiwa (story behind the news), juga menegaskan background. Dengan begitu, maka jelas sangat mencolok indepth sudah pasti laporan panjang dari sebuah peristiwa. Biasanya, sajian juga diperkaya dengan grafik, animasi atau diagram. Piramida terbalik, tentu bukan gayanya jenis laporan ini. Tema-tema yang diangkat ’berat’, maka indepth berwatak feature (berita kisah). Sedapat mungkin membuat
Modul belajar
76
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] pembaca hadir dalam peristiwa. Deskripsi menjadi andalan. Beda dengan straight news, dua hal menjadi kewajiban indepth; riset dan observasi. Sebagai bagian dari jenis berita. Indepth tentu berumuskan 5W+1H. Namun, kedalaman diukur dari unsur seberapa luas eksplorasi why (mengapa), how (bagaimana) serta what (apa). Bukan berarti unsur lain tak penting. Sedapat mungkin keterangan atau informasi yang diperoleh datang dari narasumber utama. Jangan membuat laporan mendalam bila tidak mengamati langsung ke lapangan (first hand observation). Ada baiknya, sebelum turjun ke medan liputan terlebih dahulu mengorganisir file dasar serta sedikit menganalisa. Sebelum laporan dipublikasikan, jangan lupa baca kembali. Lantas lakukan pengecekan fakta (fact checking) kembali. Ingat, setiap laporan indepth berdaya ledak tinggi. Sehingga potensi munculnya gugatan hukum juga terbuka lebar. Bukan hanya fakta yang perlu dipastikan, tapi juga ketepatan. Termasuk nama sumber, jangan pandang remeh. Jurnalis sering dijerat pencemaran nama baik, sebab itu penting (libel check). Sudahkah mengorganisir potensi masalah dalam pemilu? Daerah mana yang berkemungkinan bermasalah? Siapa bakal menjadi korban dalam Pemilu? Sudah mengumpulkan data-data di surat kabar harian? Jika semua terjawab. Berarti anda sudah siap untuk mencoba menulis indepth reporting Pemilu. Selamat mencoba.
77
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
Materi 9. Pengantar Investigative Reporting
TUJUAN Mahasiswa dan Jurnalis Pemula mampu membedakan dengan indepth reporting Mengetahui dasar peliputan investigasi
kegiatan Teori Diskusi
79
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
BAHAN
Pengantar Liputan Investigasi
Sejarah Kata Investigative berasal dari bahasa latin, Vestigium yang berarti jejak kaki. Kemudian Reporting, bahasa latinnya Reportare yang artinya membawa sesuatu dari suatu tempat. Reportase Investigasi sudah lama populer di dunia. Sejarah reportase tersebut sudah ada sejak 1902 di Amerika Serikat (AS). Awal populernya saat seorang wartawan masa itu, Joseph Pulitzer mengungkap kasus suap Presiden Theodore Roosevelt. Pulitzer yang pendiri Columbia Universuty School of Jurnalism, membongkar kasus dalam pembelian tanah
81
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] untuk membangun Kanal Panama, yang diduga berkaitan dengan Roosevelt. Pulitzer yang meninggal pada 1911, namanya diabadikan sebagai penghargaan karya jurnalistik paling prestisius bagi jurnalis berprestasi di dunia. Reportase Investigasi kemudian makin populer pada 1974, lewat laporan investigasi dua wartawan The Washington Post; Carl Bernstein dan Bob Woodward. Mereka berhasil membongkar penyelewengan dana pemilu partai demokrat yang menjagokan Richard Nixon sebagai Presiden AS. Karya mereka kemudian diterbitkan dalam buku berjudul All The President’s Men, yang kemudian difilm-kan. Karya itu pula yang mengilhami didirikannya perkumpulan reporter dan editor reportase investigasi, Investigative Reporters and Editors Inc (IRE) di Columbia, AS, tahun 1975. Di Indonesia, sejarah reportase investigasi sangat kelam. Masa orde baru dan orde lama, sama saja. Laporan investigasi lebih banyak dianggap sebagai buah terlarang, sehingga banyak media yang dibredel saat itu. Beberapa media yang pernah dibredel adalah harian Indonesia Raya, Sinar Harapan, Prioritas, Tabloid Detik, Editor dan Tempo. Tiga yang terakhir karena laporan investigasi tentang pembelian kapal-kapal perang eks Jerman Timur yang melibatkan pejabat pemerintah. Tempo dibredel pada 21 Juni 1994. Setelah orde baru lewat, kebebasan pers di Indonesia membaik. Hal ini membuka peluang kepada media untuk terus mempopulerkan liputan investigasi dan terus memberikan informasi berharga kepada publik. Ciri-ciri Reportase Investigasi Sering sulit membedakan antara reportase investigasi dengan indepth reporting. Bahkan media pun sering salah menempatkan definisi tersebut. Kerap laporan indepth reporting diklaim sebagai investigasi. Indepth reporting adalah penulisan berita secara
Modul belajar
82
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] mendalam dan tidak menuntut fakta yang detail. Kasusnya juga sudah pernah diketahui publik atau tidak lagi tersembunyi. Tidak mesti eklusif, berdampak luas dan berskala besar. Paragrafnya tak sebanyak laporan investigasi dan biasanya bisa dikerjakan dalam waktu yang singkat. Sementara Reportase Investigasi dapat dicirikan sebagai berikut; · Pencarian berita dengan penelusuran dan peyelidikan Gunanya mengungkap informasi yang tersembunyi atau ditutupi baik oleh individu maupun institusi. · Kasusnya masih misterius dan tertutup Hanya bagian kecil dari sebuah masalah yang tampak ke permukaan dan tak diketahui masyarakat banyak. · Memerlukan data dan fakta yang cukup · Penulisan laporannya detail, sehingga laporannya akan panjang. Biasanya dibagi dalam beberapa bagian atau judul. · Mengungkap penyelewengan atau penyimpangan secara total · Punya target perubahan Artinya dengan membaca laporan, objek akan tergugah dan mengatasi persoalan yang sedang terjadi. Perlu semangat bagi penulis bahwa hasil investigasi akan membawa perubahan bagi publik. · Masalah yang diinvestigasi mengandung eksklusifitas, kontroversi, berdampak luas, unsur ketokohan, berskala besar. Lainnya adalah jumlah paragraf yang banyak dan gaya penulisan yang disampaikan teramat bebas. Ditulis detail untuk menyampaikan hal-hal kecil sekalipun yang dianggap mendukung keseluruhan bangun laporan. Melakukan Liputan Umumnya sebuah liputan investigasi memerlukan waktu yang lama dan menghabiskan cukup banyak uang. Dana kadang dibutuhkan juga untuk membangun jaringan, membeli dokumen-dokumen yang mendukung laporan. Liputan biasanya akan bagus dikerjakan tim, kendati banyak juga yang dapat dilakukan sendiri. Tidak jarang
83
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] membutuhkan penyamaran-penyamaran saat terjun ke lapangan. Target yang ditentukan harus tegas, jangan sekali-sekali terpengaruh oleh hal-hal yang subjektif. Karena ini akan mengurangi bobot investigasi itu sendiri. Misalnya hanya karena ingin membela masyarakat kecil pada sebuah jejaring praktek penyimpangan, maka kita hilangkan fakta itu. Tahapannya awalnya adalah menangkap informasi awal. Biasanya diperoleh dari jaringan, kadangkala memperoleh dokumen dari pejabat yang kebetulan mempercayai kita. Data itu dikembangkan untuk mencari data sekunder. Dapat diperoleh dari sumber-sumber yang dekat dengan dokumen atau isu awal yang kita peroleh. Sumber pendukung akan semakin bagus kalau semakin banyak. Perlu juga mencari riset literatur sebagai pembanding. Kadang ada juga kasus serupa yang pernah terjadi sebelumnya. Ini amat membantu menulis laporan. Insting juga diperlukan di sini serta militansi peliput yang tidak gampang menyerah. Perlu juga observasi untuk memetakan masalah yang akan diliput. Ini sangat membantu mengetahui dulu awal masalahnya, sebelum terjum ke lapangan. Menulis hasil Investigasi
· Perlu diperhatikan, jangan sekali-sekali memanipulasi data
· Perlu merapikan dokumen pendukung yang didapat
dan menyimpannya untuk sementara waktu · Kadang diperlukan infografis dan menampilkan dokumen ke publik · Memikirkan dampak tulisan Penting untuk kesiapan kemungkinan akan digugat oleh pihak yang dirugikan karena laporan yang diturunkan · Cek kembali hasil tulisan dengan memperhatikan kesesuaian data dan menghindari kemungkinan adanya berita-berita fitnah
Modul belajar
84
Materi 10. Merancang TOR Liputan
TUJUAN Mahasiswa dan Jurnalis Pemula mampu merancang liputan untuk melakukan indepth reporting Membiasakan membuat TOR dalam liputan
kegiatan Teori Diskusi Praktek
85
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
BAHAN
Teknik Membuat TOR
TOR adalah kependekan dari Term of Reference. Sebuah acuan kerangka kerja yang kerap dipakai untuk memudahkan penyusunan laporan bagi siapa saja; aktivis, penulis, pegawai negeri, pejabat pemerintahan, TNI/Polri dan juga jurnalis. Jadi membuat TOR bukan hanya hak veto para jurnalis saja. Kerangka ini penting, agar menulis tidak lari dari pokok permasalahan yang ingin dilaporkan atau disampaikan kepada siapa saja. Di dunia pers, TOR adalah pekerjaan yang wajib, sebelum membuat sebuah laporan atau berita. Umumnya dipakai pada berita yang ditulis dalam format yang lengkap dan panjang. Sebut saja misalnya bentuk Feature.
87
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] Langkah Merancang TOR 1. Tentukan tema Bukan berarti judul, tapi sebuah acuan umum, ke arah mana tulisan atau laporan akan dibawa. 2. Tentukan Agle-nya atau sudut pandang. Ini lebih khusus dari tema. Dari sisi mana peliputan akan dilakukan untuk ditulis sesuai dengan keinginan. Misal : Tema tulisan : Pemilu 2009 di Aceh Angle : Intimidasi dalam pemilu 2009 di Aceh 3. Buat latar belakang masalah. Memuat alasan kenapa itu menarik ditulis. Juga memudahkan rekan-rekan kita dalam melakukan peliputan, jika liputan dilakukan oleh tim. Mengetahui masalah, sangat penting, selain memudahkan kita juga agar kita punya modal sebelum terjun ke lapangan. 4. Mengumpulkan bahan Wawancara - Tentukan nara sumber yang sesuai dengan tulisan - Buat daftar pertanyaan untuk para narasumber - Pertanyaan harus fokus pada masalah yang akan dituliskan. Riset data - Artikel - Buku-buku 5. Pahami TOR yang telah dibuat 6. Siap melakukan peliputan.
NOTE
Mahasiswa dan Jurnalis Pemula diberikan tugas membuat TOR dan kemudian diberikan penilaian oleh pengajar.
Modul belajar
88
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] Perhatikan contoh berikut : Term Of Reference (TOR) Tema : Pemilu 2009 di Aceh Deadline : 17 Mei 2009 Untuk : Redaktur Angle : Adakah Intimidasi Pemilu 2009 di Aceh Disetujui : Rapat redaksi Masalah : Silang sengkarut pendirian partai politik lokal di Aceh yang pernah terjadi sepanjang 2008 usai sudah. Sebanyak enam partai lokal telah lolos verifikasi Komisi Pemilihan Umum: Partai Aceh, Partai Rakyat Aceh, Partai Aceh Aman Sejahtera, Partai Bersatu Aceh, Partai Suara Independen Rakyat Aceh dan Partai Daulat Aceh. Ke-enamnya sebentar lagi, pada 9 April nanti, akan menemui panggung kompetisinya yang pertama untuk merebut suara 3 juta pemilik hak pilih dari populasi 4,4 juta jiwa penduduk Aceh. Sejak Irwandi Yusuf – eks kombatan – terpilih sebagai Gubernur pada November 2007, situasi di politik di Aceh bisa dibilang tenang. Insiden politik tak banyak terdengar, demikian pula insiden keamanan. Ada sejumlah insiden yang muncul belakangan, meski belum cukup dinilai sebagai sebuah pola yang membahayakan keamanan provinsi. Tapi situasi mulai menghangat. Pemilu 2009 telah dilaksanakan dan Partai Lokal menguasai parlemen Aceh, anggota. Tentunya menjadi institusi legislatif paling unik di Indonesia –satu-satunya yang memiliki suara lokalPeneliti Aceh Institute Fajran Zain menulis, awal tahun 2009 Aceh diwarnai dengan beberapa insiden kriminal yang belum pernah terungkap motifnya. Insiden itu terkait langsung dengan ikhwal pemilu, seperti konflik akibat atribut partai, intimidasi dan teror verbal, pemboman dan pelemparan granat pada kantor partai hingga pengrusakan. Tapi tak ada satu partai pun yang konsisten menjadi target. “Bila dulu yang menjadi target adalah Partai Aceh (bekas Gerakan), kini Partai Rakyat Aceh dan partai Suara Independen Rakyat Aceh (SIRA) juga menjadi target. Bahkan, juga partai nasional,” ia menulis. Situs International Crisis Group mengungkap hawa
89
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] kecemasan itu dengan menarik pada September 2008 lalu: “Militer Indonesia cemas terhadap Partai Aceh – bentuk baru dari Gerakan Aceh Merdeka – yang bisa menang, meraih dominasi kursi parlemen lokal dan menantang kekuasaan pusat. Partai Aceh justru cemas terhadap intervensi dari Jakarta. Partai- partai kecil cemas mendapat intimidasi dari Partai Aceh, yang anggotanya kebanyakan terdiri dari eks kombatan. Banyak orang Aceh yang cemas terhadap maraknya kejahatan kriminal, yang banyak melibatkan bekas anggota Gerakan. Lalu kita ingin membidik bagaimana sebenarnya proses pemilu 2009 di Aceh, adakah intimidasi-intimidasi kepada pemilih? Siapa yang melakukan? Apakah kemenangan partai lokal diperoleh dengan intimidasi pemilih? Hal ini untuk memberikan gambaran kepada pembaca sekalian, dan yang perlu diingat, mengusung jurnalisme damai, sangat penting untuk tetap menjaga perdamaian yang abadi di Aceh. Bahan / wawancara : Nara sumber - Pengamat Politik Aceh Tanyakan: Bagaimana pandangannya tentang pemilu 2009 di Aceh? apakah sudah berlangsung demokratis? Ada banyak laporan intimidasi, bagaimana pandangannya? Siapa menurutnya yang melakukan? Dll kembangkan.
Modul belajar
-
Kepolisian Tanyakan: Menjelang pemilihan, banyak terjadi teror, kenapa polisi belum berhasil membongkar kasusnya? Siapa menurut mereka yang melakukan? Bagaimana dengan pelaksanaan Pemilu di Aceh? adakah laporan kekerasan? Dll kembangkan
-
Komisi Independen Pemilihan Tanyakan: Bagaimana pandangannya terhadap Pemilu 2009 di Aceh? ada banyak laporan intimidasi, apakah benar adanya? Apakah pemilu sukses menurut mereka? Dll kembangkan
90
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] -
Panwaslu Aceh Buat pertanyaan ....
-
Masyarakat Buat petanyaan ...
-
Unsur partai pemenang dan yang tidak menang Buat pertanyaan ....
-
Unsur partai lokal dan partai nasional Buat pertanyaan ...
Bahan : buku-buku dan artikel - Tentang awal pendirian partai lokal dan dasar hukumnya - Proses pemilu di Aceh sejak merdeka
91
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
Materi 11. Menulis Feature
TUJUAN Mahasiswa dan Jurnalis Pemula mampu menulis laporan feature berdasarkan liputan Mampu merangkai kata dengan baik
kegiatan Teori Diskusi Praktek
93
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
BAHAN
Menulis Feature
Pernah makan bakso diberapa tempat? Kenapa walau sama-sama bernama bakso, namun cita rasa satu warung dengan lainnya berbeda. Yup, cara mengolahnya tak sama. Andai bakso diracik dengan cara sama, apa citarasa serupa? Jelas beda. Sebab, bahan menentukan rasa. Bakso ikan dan bakso daging benar-benar beda. Lalu apa yang paling menentukan agar bisa membuat bakso yang nikmat? Tak lain; bahan, cara mengolah dan keteguhan hati saat mengerjakan. Syarat tersebut mutlak hukumnya, tak bisa lepas satu sama lainnya. Serupa dengan membuat bakso,menulis feature sangat mengandalkan keseriusan penulisnya. Yakinlah, tak ada
95
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]
NOTE Mahasiswa dan Jurnalis
Pemula diberikan tugas menulis feature dan kemudian diberikan penilaian oleh pengajar.
Modul belajar
pemalas yang bisa menulis jenis ini. Kenapa? Sebab, jauh sebelum penulisnya duduk di depan komputer untuk menulis, ia harus mengumpulkan bahan lebih komplit dan tak sebanding straight news. Itulah sebab, dalam industri media harga laporan jenis ini lebih mahal dari berita lempang. Apa saja bahan menulis feature? Potongan gambar. Pengambaran atau sering disebut deskripsi, merupakan ‘ruh’ tulisan. Gambar apa? Apa saja asalkan fakta. Sebab feature merupakan jenis berita, sama sekali bukan sastra. Kondisi sekitar peristiwa dan ekspresi narasumber, juga penting dilukiskan. Contoh: Saban ayam berkokok sahut-sahutan, Putri selalu menangis histeris. Ia kembali terlelap, bila ibunya menganti pembalutnya di balik celana dalam. “Kalau subuh dia harus ganti popok,” jelas Rahmi, sambil melipat pakaian bayinya yang baru berumur tiga bulan itu. Catatan: Suara ayam, juga harus benar-benar fakta. Sebab, berfungsi sebagai penunjuk waktu (kapan). Jangan lupa, feature bertumpu pada pengambaran realitas yang terperinci. Selalu berusaha menarik imajinasi pembaca ke peristiwa. Membuka selubung yang tertutup. Serta mengaduk emosi pembaca seakan bagian dalam kejadian. Empat hal yang sangat identik dengan berita kisah. Pertama, saat menuliskannya menuntut penulis kreatif. Termasuk berfikir ulang, apakah pembaca sudah betah pada laporannya. Kedua, kadar informasi lebih dalam dan awet. Arti awet, enak dan perlu dibaca kapanpun. Ketiga, gaya penulisannya menarik tak kaku seperti straight news. Terakhir, mengizinkan penulis mengisahkan dengan cara subjektif. Keunikkan lainnya, hanya berita kisah yang memiliki banyak jenis. Kembali perkara awal, soal bahan. Bakso ikan disebut demikian karena berbahan dasar ikan. Begitu
96
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] feature, jenisnya bergantung bahan apa yang hendak diolah. Bila anda menulis tentang peliknya Pemilu tahun ini, dengan mengungkapkan segala keharuan, kegembiraan, simpati dan kehebatan, maka laporan anda termasuk feature human interest. Selain itu, juga ada feature profil yang menceritakan tentang keunikkan, prestasi, kemalangan atau jalan hidup seseorang. Pengalaman liburan anda juga menarik dituliskan, jenis laporan ini bisa disebut feature perjalanan. Selain itu, juga ada laporan sejarah. Bahkan kemampuan seseorang mengerjakan setiap profesinya, juga menarik ditularkan pada yang lain. Umumnya, disebut feature tips atau petunjuk praktis. Berbeda dengan straight news, unsur penting dari rumusan 5 w + 1 H berada di awal tulisan, tapi, feature tak mengunakan hirarki piramida terbalik. Sebab disemua bagian merupakan hal penting. Walau bukan sastra, jenis tulisan ini lazimnya mengunakan pola cerpen atau novel. Agar pembaca betah melahap laporan, penting ‘memainkan’ plot, karakter bahkan dialog. Sehingga muncul istilah baru dalam dunia pemberitaan yang disebut jurnalisme sastrawi. Bahkan pada judul juga bergaya sastra. Tak sedikit bahkan yang berstruktur ‘sajak’ misalnya, Cahaya Bersalin Cemas. Atau plesetan film, contohnya; Kejar Daku Kau Kutangkap. Tapi feature, sunguh tak kaku. Jadi pilihlah judul, sesuai keinginan anda. Namun penting diperhatikan, judul yang baik selain hanya mengunakan maksimal lima kata juga harus menarik. Tentunya juga mengambarkan isi laporan. Berbeda dengan judul straight news yang kaku. Struktur selanjutnya, lead. Ini bagian penting, serupa ‘mantra’ yang bermuatan sihir agar pembaca bersedia masuk sampai akhir cerita. Ada banyak sekali jenisnya.
97
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] Tidak penting diafal, cukup sekedar paham dan sesekali mencoba. Lead Berikut beberapa contoh lead; Lead ringkasan: Walaupun dengan tangan buntung, Pak Saleh sama sekali tak merasa rendah diri bekerja sebagai tukang parkir di depan kampus itu. 1. Lead Bercerita: Anggota Reserse itu melihat dengan tajam ke arah senjata lelaki di depannya. Secepat kilat ia meloncat ke samping dan mendepak senjata lawannya sambil menembakkan pistolnya. Dor... Preman itu tergeletak sementara banyak orang tercengang ketakutan menyaksi kan adegan yang sekejap itu. 2. Lead Deskriptif: Keringat mengucur di muka lelaki tua yang tangannya buntung itu, sementara pemilik kendaraan merelakan uang kembalinya yang hanya dua ratus rupiah. Namun lelaki itu tetap saja merogoh saku dengan tangan kirinya yang normal, mengambil dua koin ratusan. Pak Saleh, tukang parkir yang bertangan sebelah itu, tak ingin dikasihani ..... 3. Lead Kutipan: "Saya lebih baik tetap tinggal di penjara, dibandingkan bebas dengan pengampunan. Apanya yang diampuni, saya kan tak pernah bersalah," kata Sri Bintang Pamungkas ketika akan dibebaskan dari LP Cipinang. Walau begitu, Sri Bintang toh mau juga keluar penjara dijemput anak-istri.... 4. Lead Pertanyaan: Untuk apa mahasiswa dilatih jurnalistik?Memang ada yang sinis dengan Pekan Jurnalistik Mahasiswa dan Jurnalis Pemula yang diadakan ini. Soalnya, penerbitan pers di kampus ini tak bisa lagi mengikuti kaidah-kaidah jurnalistik karena terlalu banyaknya batasan-batasan dan larangan .... 5. Lead Gabungan: "Saya tak pernah mempersoalkan kedudukan. Kalau memang mau diganti, ya, diganti," kata Menteri Sosial sambil berjalan menuju mobilnya serta memperbaiki kerudungnya. Ia tetap tersenyum cerah sambil menolak menjawab pertanyaan wartawan. Ketika hendak menutup pintu mobilnya, Menteri berkata pendek: "Bapak saya sehat kok,
Modul belajar
98
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] keluarga kami semua sehat...."Ini gabungan lead kutipan dan deskriptif. Dan lead apa pun bisa digabung-gabungkan. 6. Lead Stakato:Wus, wus, wus! Lima mobil balap serentak meraung. Kuning-merah-hijau-putih-hitam. Hayo, hayo, hayo! Penonton serentak berteriak dan berjingkrak. Laki-perempuan-tua-muda. Urutan warna tidak berubah. Finish! Mobil kuning sudah pasti menang setelah tikungan maut itu, kemarin sore di sirkuit Sentul. 7. Lead Ledakan: Seorang lelaki keriput bagai buah markisa tua tertatih-tatih di tengah peserta seminar parapsikologi kemarin di Jakarta. Tiba-tiba sidang gempar. Lelaki itu menghamburkan serbuk merica ke seluruh ruangan, menyebabkan orang ramai bersin. Dengan itulah seminar resmi dibuka. 8. Lead Epigram (Ungkapan khas): Sudah diberi hati minta jantung pula. Seorang suami diancam cerai oleh istrinya di PN Jakarta Pusat kemarin pagi. Suami itu dituduh memperkosa anak tirinya, anak si istri dari perkawinan terdahulu, sementara istri membanting tulang dengan berjualan di pasar. Si suami menolak tuduhan. Katanya malah dirinya yang dipaksa oleh anak tirinya. 9. Lead Literer: Kisah Si Kabayan terulang di Ciputat kemarin sore. Seorang lelaki muda dituduh oleh penduduk mencuri sapi. Lelaki itu membantah. Alasannya, dia hanya memungut tali jerami yang melintang di jalan. Bukan salahnya, kata lelaki itu, jika di ujung tali tersebut terikat seekor sapi. 10. Lead Parodi: Gara-gara terlalu bersemangat mengolahragakan masyarakat dan memasyarakatan olahraga, rumah pun disatroni maling. Itulah yang menimpa keluarga X ketika seisi rumahnya, termasuk pembantu, meninggalkan rumah untuk lari di Monas Minggu pagi. 11. Lead Kutipan:“Akan saya gebuk,” kata Presiden Soeharto kemarin di Boyolali, mereka yang mencoba mengganti presiden dengan cara-cara yang tidak konstitusional. 12. Lead Dialog: “Betulkah Saudara mencuri sapi?” “Tidak Pak Hakim. Saya hanya menarik tali. Eh, tahu-
99
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] tahu ada anak sapi di ujungnya.” Begitulah dialog hakim dan tersangka kemarin siang di PN Jakarta Selatan. 13. Lead Kumulatif:Polisi menerima laporan seorang gadis di Menteng, Jakarta Pusat kemarin sore. Konon di rumahnya ada cairan nitrogliserin, bahan pokok pembuat bom. Sepasukan polisi segera datang menggeledah kulkas, tempat cairan itu. Si gadis mengatakan, ia panik saat menerima botol itu dari temannya dan disuruh untuk melemparkannya pada siapa pun yang berani mengganggu. Ketika polisi menemukan dan memeriksanya, benda itu ternyata cuma lem. Tubuh berita Usai lead, tentulah isi atau tubuh berita. Baiknya, pada paragraf tiga pembaca sudah diberitahukan konteks ceritanya. Artinya, pembaca sudah paham penulis hendak bercerita apa. Aspek dekoratif dalam peristiwa bisa saja ditempatkan di awal. Penulis feature yang ramah hatinya selalu berusaha menunjukkan gambar. Bukan pendapatnya atas apa yang dilihatnya. Jadi, “show not tell!” Contoh kalimat telling: “ Kasihan Priandy tak punya pacar” Lalu diubah jadi showing: Teman sekantor, memangilnya “Priandy.” Ia selalu memakai kemeja putih dengan stelan dasi kupu-kupu berwarna pink. Walau penampilannya trendy, pria yang baru saja berusia 25 tahun itu, selalu buang wajah bila disapa wanita sekantornya. Eva Nurlina , mantan pacarnya sendiri yang membuka kedok Priandy. Ternyata namanya akronim, disemat sejak masih di pesantren. Singkatan dari, “Putra Aceh Kelahiran Idi”. Bila akhir straight news, berisikan informasi yang tak penting. Berbeda dengan feature, bagian akhirnya justru tak kalah pentingnya dengan lead. Fungsinya menanam kesan bahkan berupaya agar pembaca mengenang ceritanya.
Modul belajar
100
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] Tak jarang, pemula sering macet ditahap ini serupa kebuntuan saat memulai tulisan. Beberapa jenis ending, yang sering digunakan yakni ringkasan (merangkum kembali cerita dan kembali ke lead), Penyengat (membuat pembaca kaget), Klimaks dan anti klimaks. Serupa film, feature juga mengenal ending yang mengambang. Terakhir, bayangkan semangkuk bakso di hadapan anda. Semoga nikmat hidangannya. Selamat belajar!
101
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
Materi 12. Menulis Opini
TUJUAN Mahasiswa dan Jurnalis Pemula dapat menulis opini dengan baik Mengetahui isu-isu yang layak diangkat untuk menulis opini
kegiatan Teori Diskusi Praktek
103
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
BAHAN
Menulis Opini
Banyak orang yang mendefinisikan opini dengan sangat bebas. Segala prasangka, sentimen, tuduhan, dan segala jenis omongan yang tanpa dasar seringkali disebut sebagai sebuah opini. Namun, opini yang ingin disampaikan di sini adalah sebuah esai atau kerap disebut Artikel Opini. Opini adalah sebuah kepercayaan yang bukan berdasarkan pada keyakinan yang mutlak atau pengetahuan sahih, namun pada sesuatu yang nampaknya benar, valid atau mungkin yang ada dalam pikiran seseorang; apa yang dipikirkan seseorang; penilaian. Opini juga dibangun dari fakta dari sebuah topik. Misalnya:
105
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] Fakta menunjukkan bahwa jumlah penduduk negara kita tahun ini adalah sekian ratus juta. Untuk mengubah fakta tersebut menjadi sebuah opini, tugas Anda sekarang adalah menilainya. Anda bisa menilai bahwa budaya negara kita berubah karena pertambahan penduduk yang demikian cepat; atau perlunya perubahan kebijakan ekonomi yang dapat menjamin setiap warga bisa mencukupi kebutuhannya, dll. Dengan membuat sebuah penilaian/tanggapan, maka Anda telah mengubah fakta menjadi sebuah opini. Dengan demikian, Anda telah memiliki topik esai yang baik. Artikel Opini Jenis tulisan/karangan yang berisi gagasan, ulasan, atau kritik terhadap suatu persoalan yang ada dan berkembang di masyarakat, dan ditulis dengan bahasa ilmiah-populer. Oleh karena itu, seorang penulis artikel opini harus jeli dalam memandang aktualitas persoalan yang ditulisnya. Tentu saja, hal itu berkorelasi positif dengan sifat media cetak (baca koran).
NOTE Contoh-contoh opini dapat dilihat pada media massa
Mahasiswa dan Jurnalis
Pemula diberikan tugas menulis opini dan kemudian diberikan penilaian oleh pengajar.
Modul belajar
Paling sedikit, ada dua hal yang setali tiga uang dengan aktualitas Artikel Opini. Aktual karena berkaitan dengan kejadian yang ada di masyarakat, seperti demam berdarah, flu burung, pilkada, Pemilu 2004, unjuk rasa mahasiswa dan buruh, demo RUU PP, kongres partai politik, pertemuan tokoh bangsa, dsb. Aktual karena adanya hari-hari besar nasional (Hari Pendidikan Nasional, Hari Pers), hari besar agama (Idul Fitri, Natal, Waisak), hari internasional (Hari Perempuan lntemasional, Hari Kesehatan), obituan (in memoriam), dsb Dari situlah, kita pun dituntut untuk mengetahui data tentang tanggal-tanggal penting. Misalnya, pada bulan Mei ini, ada enam momentum yang bisa kita tuliskan sebagai ide dari artikel opini. 1 Mei Hari Buruh Sedunia 2 Mei Hari Pendidikan Nasional
106
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ]
4 Mei Hari Pers Dunia 17 Mei Hari Buku Nasional 20 Mei Hari Kebangkitan Nasional 21 Mei Hari Reformasi
Proses Penulisan Artikel Opini Kendati dalam penulisan artikel opini ini semua persoalan dapat ditulis, namun perlu diperhatikan beberapa hal berikut. Hendaknya topik yang akan ditulis berkaitan erat dengan masalah aktual. Masalah yang ditulis tidak menghasut, mengadu domba, memfitnah, dan sejenisnya. Ketiga, isi tulisan ada baiknya lebih berupa suatu solusi/jalan keluar atas persoalan yang ada. Oleh karena itu, proses penulisan artikel opini dimulai dengan kalimat-kalimat pembuka (lead). Isinya merupakan pengantar awal terhadap apa yang dibahas dan disajikan. Lantas dilanjutkan dengan uraian/ulasan yang berisi pemaparan data, pembahasan yang boleh jadi berupa pengungkapan teori, analisis, dan ditutup dengan bagian kesimpulan yang berisikan saran/masukan. Bahasa yang digunakan ialah bahasa jurnalistik, bersifat ilmiah-populer, yaitu pemakaian bahasa yang tetap menggunakan kaidah-kaidah bahasa baku, komunikatif, dan mudah dicerna oleh pembaca dari berbagai tingkatan. Prinsip ini perlu mendapat perhatian khusus, mengingat sasaran pembaca cetak umumnya sangat beragam. Tulisan artikel opini ialah jenis tulisan yang memiliki peluang besar untuk dimuat di media cetak. Namun, ia juga paling banyak saingannya. Oleh karena itu, hanya jenis-jenis tulisan yang paling aktual dan berkualitas saja yang dapat lolos dari tangan redaksi untuk dimuat. Hal itu penting, mengingat ada koran yang justru memiliki kelebihan dalam hal menyajikan opini yang cerdas dan bermutu. Proses penulisan opini mirip dengan proses penulisan artikel. Menurut Syafii lewat Suroso (2001), paling sedikit
107
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] ada tiga tahap yang harus dilalui, yakni (1) kegiatan sebelum menulis (pre-writing), (2) kegiatan menulis (writing), dan (3) kegiatan pasca-menulis (revision). Mari kita bahas tahap demi tahap tersebut. Tahapan Menulis Artikel Opini Mencari pokok persoalan yang akan ditulis, mencari referensi dan sumber rujukan, menulis outline. Penulis artikel opini dituntut harus lincah menggunakan idiom-idiom segar, simpel, dan komunikatif Selain itu, hal kelugasan, obyektif, serta bahasa tetap terjaga selama menjalani tahap menulis. Usahakan Anda menulis dengan konsentrasi tinggi, dan tidak memikirkan hal lain yang kiranya bisa mengganggu konsentrasi Anda. Penulis artikel opini harus mampu bertindak sebagai penyunting berkaitan dengan keamanan tulisan, pemakaian kalimat, bentukan kata, pemakaian tanda baca, pemilihan kata/diksi, sampai pada pembetulan hal-hal yang salah/keliru dalam ejaan. Selain itu, penggunaan kata serapa juga patut dijadikan perhatian khusus. Selain itu, penulis artikel opini dituntut untuk mau terns belajar membaca artikel opini penulis lain yang dianggap bermutu dan cerdas. Hampir di semua media massa penulis artikel opini berasal dari dunia akademik. Sumber-sumber Artikel Opini Guna melengkapi data-data dan pemaparan fakta, seorang penulis artikel opini harus melengkapi tulisannya dengan memburu sumber-sumber seperti di bawah ini. Wawancara. --- Bila kita ingin menulis tentang pendidikan, mungkin kita bisa mewawancarai guruguru di sekolah, pengamat pendidikan, dsb. Dari situ, kita bisa mendapat banyak informasi untuk kemudian dituangkan ke dalam tulisan. Penelitian/Riset. Pengumpulan data di lapangan sangat membantu penulis artikel opini, apalagi penulis mampu mempraktikkan metode penelitian sesuai dengan masalah yang akan ditulisnya. Sumber Pustaka. Mulai dari buku, referensi, kamus,
Modul belajar
108
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] novel, ensiklopedi, biografi tokoh, karya penelitian, jumal, koran, majalah, hingga ungkapan bijak seorang tokoh patut dijadikan referensi seorang penulis artikel opini. Perpustakaan Pribadi. Ide/informasi penting yang akan dituangkan dalam tulisan akan lengkap jika ada referensi yang pas. Oleh karena itu, di sinilah betapa pentingnya keberadaan perpustakaan pribadi/keluarga Biasakan Membaca --- untuk mendukung penulisan. Note : • Contoh-contoh opini dapat dilihat pada media massa • Mahasiswa dan Jurnalis Pemula diberikan tugas menulis opini dan kemudian diberikan penilaian oleh pengajar.
109
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
Materi 13. Resensi Buku
TUJUAN Mahasiswa dan Jurnalis Pemula dapat menulis resensi buku Menulis resensi yang menarik
kegiatan Teori Diskusi Praktek
111
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
BAHAN
Meresensi Buku dan Film
Bagi seorang kutu buku atau yang gemar membaca, alangkah indahnya dan berguna bila hobbynya itu bisa dinikmati oleh orang lain. Alangkah bagusnya, jika bukubuku, novel-novel maupun cerita-cerita lain yang anda baca, anda pahami dan anda singkatkan menjadi sebuah resensi. Menjadi perensi bukan hal yang susah, apalagi bila punya kegemaran melahap bacaan. Hanya saja, kadang melelahkan tapi sungguh asyik. Lelah, karena harus susah payah memahami isinya, bukan hanya sekedar baca. Asyik, karena kita bisa berbagi cerita dengan orang lain dan bermanfaat. Artinya, sebuah pekerjaan mulia.
113
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] Kalau ada yang mengatakan meresensi buku itu sulit, anggap saja sebagai berita bohong. Kecuali anda memang malas melakukannya. Kalau Anda bisa membaca dan menulis, yakinlah...Anda juga bisa menulis resensi buku, asalkan ada kemauaan, itu kata kuncinya. Untuk menjadi seorang peresensi, sudah tentu kita harus doyan membaca terlebih dahulu. Dari aktivitas membaca itulah kita berbagi cerita tentang isi buku kepada orang lain. Tujuannya, membantu orang lain memahami sepintas tentang sebuah buku terkait dengan kekurangan dan kelebihannya. Maka dari itu, seorang peresensi, dia perlu menjadi seorang pembaca yang baik Untuk menjadi pembaca yang baik, mari kita berguru pada Mortimer J. Adler dan Charles Van Doren. Di dalam bukunya yang berjudul How Read A Book, kedua orang ini memperkenalkan bagaimana prosedur membaca buku yang baik;
NOTE Contoh-contoh resensi dapat dilihat pada media massa
Mahasiswa dan Jurnalis Pemula diberikan tugas menulis resensi buku dan film, kemudian diberikan penilaian oleh pengajar.
Modul belajar
Membaca Permulaan : Kemampuan untuk mengenal huruf, kata dan kalimat. Misalnya ketika kita membaca buku berbahasa Indonesia, kita tidak terlalu kesulitan dalam memahaminya isinya, lain ketika buku berbahasa Inggris, kita harus sedikit berjuang memahaminya dengan sesekali melihat kamus. Anggap saja buku yang kita hadapai berbahasa Indonesia, prosedur pertama itu bisa kita lalui karena huruf, kata dan kalimatnya mudah kita kenali dan pahami. Membaca Inspeksional : Kemampuan membaca sekilas. Membaca sinopsisnya, kata pengantarnya, daftar isi, judul per-bab yang dirasa menarik serta lampiran yang ada didalamnya. Langkah ini memudahkan kita untuk memahami garis besar isi buku Membaca Analitis : Kemampuan untuk menilai buku. Mulai dari memetakan apakah buku yang kita baca itu buku teori atau praktek. Kemudian, setelah membaca keseluruhan isi buku, bisa menyarikan isi buku dengan beberapa kalimat, mencatat hal-hal penting dalam buku tersebut, termasuk informasi
114
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] penulisnya. Semua ini sebagai bekal dan amunisi untuk membuat resensi nantinya. *** Teknik Meresensi Empat Cara Ada empat cara yang bisa digunakan untuk bisa membuat karya resensi buku. Masing-masing mempunyai kekurangan dan kelebihannya; Catatan Buku (The Book Notice) Adalah meresensi yang paling mudah. Kita tidak perlu membaca isi buku secara keseluruhan atau mendalam. Kita hanya melaporkan yang tampak tanpa menganalisis isinya. Tujuan dari merensi buku dengan cara ini, hanya sekedar memperkenalkan buku secara sekilas kepada pembaca. Tapi, tetap saja perlu dilihat mengenai kekurangan dan kelebihannya agar tidak dianggap hanya sekedar “Iklan Buku”. Tinjauan Buku (intisai buku/ The Book Digest). Dengan cara ini, pembaca bisa memahami buku lebih menyeluruh karena peresensi telah membuat catatan tentang intisari sebuah buku, membuat ringkasan buku, serta memberikan catatan kelemahan dan kekurangannya. Dengan cara ini, perensensi harus bisa membaca dengan analitis dan bisa memahami betul isi buku agar bisa membuat penilaian secara tepat terhadap isi buku tersebut. Petikan-petikan langsung isi buku diperlukan untuk meyakinkan pembaca. Cara ini sangat tepat digunakan dalam meresensi buku-buku ilmiah (non fiksi) Kritik Buku (The Book Critism). Tujuan utama cara ini adalah menilai suatu buku. Membuat penilaian dengan sungguh-sunguh tentang isi buku. Membuat penilaian sejara jujur dan “objektif” terhadap sebuah buku, menganalisis tujuan penulisan buku, kualifikasi penulisnya serta membandingkannnya dengan buku-buku lain.
115
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] Tinjauan Fiction (The Fiction Review) Ini adalah cara meresensi yang biasa digunakan dalam buku-bukum fiksi. Selain harus menguasai isi buku. Mencari perimbangan antara jalan cerita (plot, sinopsis) dan tema cerita. Kadang dipaparkan juga tentang proses kreatif pembuatakan karya oleh penulis buku itu sementara isi buku sendiri hanya dipaparkan sekilas saja. Keempat cara tersebut bebas kita pilih, disesuaikan dengan kebutuhan saja. Perlu dilihat : Secara garis besar ada dua aspek yang perlu dilihat dalam meresensi buku; aspek luar (penampilan) dan aspek dalam (isi). Aspek luar, misalnya: Perwajahan/kulit muka Apakah kulit mukanya enak dipandang dan menarik? Berat dan ketebalan Apakah ukuran buku ini terlalu besar, atau justru terlalu kecil? Apakah terlalu berat, terlalu tebal, atau terlalu ringan dan tipis? Desain halaman dalam Apakah desainnya menarik sehingga enak dipandang, atau malah membosankan? Jenis kertas yang digunakan Apakah jenis kertasnya (kertas koran, HVS, art paper, kertas daur ulang, dan sebagainya) berwarna terang atau suram? Apakah terlalu berat atau ringan? Apakah kuat atau rapuh. Jenis huruf/tipografi yang digunakan Apakah tipografi yang digunakan terlalu kecil, sehingga menyulitkan pembaca? Atau justru terlalu besar, sehingga boros halaman? Apakah tipografinya terkesan terlalu kaku? Foto, gambar, sketsa, grafik, tabel yang digunakan Apakah foto dan gambar yang dipasang itu jelas dipandang? Apakah grafik dan tabel yang dipasang mudah
Modul belajar
116
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] dipahami dan efektif? Harga buku. Apakah terlalu mahal? Dan lain-lain. Aspek isi, misalnya: Pokok pikiran yang diajukan penulis? Data dan argumen apa saja yang ia ajukan untuk mendukung pokok pikiran tersebut? Apakah pokok pikiran, argumen, data dan ide-ide yang tertuang di dalam buku itu cukup orisinil? Pendekatan atau metodologi Adakah unsur, pendekatan, perspektif atau pengetahuan baru, yang bisa diperoleh dengan membaca buku ini? Ataukah isinya sama saja dengan buku-buku lain yang sudah lebih dulu beredar? Apakah isinya relevan dengan konteks situasi yang dihadapi bangsa Indonesia dewasa ini? Apa kontribusi buku ini dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan tertentu, yang terkait dengan tema buku ini? Susunan buku Apakah buku disusun secara cermat, teliti, mendalam, atau terkesan ceroboh dan tergesa-gesa? Apakah sistematika pembahasan dalam buku ini bersifat logis, teratur dan memudahkan pembaca untuk memahami, atau justru sebaliknya rumit, berbelit-belit dan membingungkan? Adakah kesalahan fakta, data, atau analisis, dalam buku ini? Apakah datanya valid? Adakah bias dari si penulis dalam melihat permasalahan? Tujuan pengarang menulis buku ini? Apakah tujuan itu tercapai dengan terbitnya buku ini? Apakah si pengarang memiliki kompetensi yang cukup untuk menulis buku ini? Seorang sosiolog tentu akan dipertanyakan kredibilitasnya jika ia menulis buku tentang Ilmu Bedah Kedokteran. Kategori pembaca Siapa yang layak membaca buku itu? Apakah isi buku ini bersifat terlalu mendalam, sehingga lebih tepat untuk
117
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] pembaca tertentu yang memang memiliki kualifikasi khusus (kalangan akademis atau profesional), atau buku ini cocok juga untuk kalangan pembaca yang lebih awam? Dan lain-lain. *** Struktur Karya Resensi Tidak ada pedoman baku dalam penulisan resensi. Namun secara kasar, penulisan resensi untuk media massa mengikuti konvensi umum seperti dalam penulisan artikel lain. Unsur-unsurnya sebagai berikut: Judul... Judul resensi harus menarik. Ini perlu dan mutlak untuk menarik pembaca. Selanjutnya dituliskan sebagai berikut; 1. Judul Buku : 2. Penulis : 3. Penerbit : 4. Cetakan : 5. Tebal : 6. Peresensi : Isi... Alinea pembuka (dalam teknik penulisan berita, disebut sebagai Lead). Alinea pembuka atau Lead ini bersifat sebagai pemancing agar pembaca mau membaca resensi, maka Lead ini harus dibuat semenarik mungkin. Dalam membuat Lead, peresensi, misalnya, bisa mengaitkan isi buku ini dengan konteks situasi yang sedang hangat di masyarakat. Deskripsi atau rangkuman tentang isi buku. Di sini peresensi merangkum isi atau esensi buku secara ringkas. Tentu saja, pembaca tidak bisa menilai suatu buku jika bahkan gambaran ringkas isinya pun ia belum tahu. Dalam merangkum isi buku ini, peresensi boleh mengutip satu atau dua kalimat atau alinea yang menarik dari buku tersebut, yang bisa makin memperjelas gambaran isinya.
Modul belajar
118
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] Komentar, evaluasi dan penilaian. Inilah esensi dari suatu resensi, yakni si peresensi mengomentari dan menilai suatu buku dari berbagai aspek: aspek luar dan aspek isi. Karena keterbatasan ruang di media cetak, tentu tidak perlu seluruh aspek ini dibahas secara rinci. Peresensi boleh memilih aspek-aspek mana yang menurutnya paling penting untuk diulas dan disampaikan kepada pembaca. Kalimat penutup dan rekomendasi. Dalam kalimat penutup ini, peresensi kadang-kadang secara tegas merekomendasikan bahwa buku bersangkutan memang layak atau tidak-layak dibaca. Kadang-kadang, rekomendasi tegas semacam itu tidak diungkapkan, karena pembaca dianggap sudah bisa menyimpulkan sendiri berdasarkan ulasan panjang sebelumnya. *** Merensensi Film Melakukan resensi film tidak ada bedanya dengan buku, hanya objeknya saja yang berbeda. Menonton film menjadi syarat utamanya, kemudian mempelajari alur dan hal-hal teknis lainnya, layaknya meresensi buku. Selamat mencoba. Contoh : Sisi Lain ke Helsinki Sebuah pengalaman yang tak lazim. Sisi lain dalam meretas perdamaian di Aceh, dari sebuah amanah Yusuf Kalla sampai hawa dingin Helsinki singgah di hutan-hutan bumi serambi. Lewat ‘To See the Unseen’, Farid Husain mengisahkan pengalamannya. Judul Penulis Editor Penerbit Tebal
: To See the Unseen : Farid Husain : Salim Shahab dan EE Siadari : Health & Hospital Indonesia : xxviii + 291 halaman
Menulis Helsinki adalah sejarah. Perlu sebuah kerja keras berbagai tokoh, Aceh dan Indonesia untuk mengukirnya
119
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] pada selembar MoU yang lahir pada 15 Agustus 2005 silam. Setelah gempa besar dan tsunami menggada Aceh. Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Pemerintah Indonesia sepakat; hentikan konflik. Tak seperti membalikkan badan, perang yang berakar sejak lama itu dihentikan. Ada beragam kisah, harapan dan perjuangan ke arah sana. Ada kepercayaan yang dibangun hingga jalan ke kota di Filandia tercapai, kendati ada beribu lobang menghadang. Satu di antara sekian banyak perintis jalur itu adalah Farid Husain, dokter yang bekerja sebagai Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Indonesia, Jakarta. Punya pengalaman dalam merintis upaya perdamaian di Poso dan Ambon, membuatnya dipanggil sang karib, Jusuf Kalla, Wakil Presiden. Saat itu, Juni 2003, Kalla masih sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat dalam kabinet Presiden Megawati, memanggil Farid. Dia diperintahkan untuk menjajaki upaya perdamaian di Aceh. Farid tak menolak dan mulailah dia berusaha membangun jaringan mengupayakan perdamaian. Belajar karakter orang Aceh, naik ke gunung menjumpai pasukan GAM, menyakinkan pejabat-pejabat gerakan sampai berusaha berjumpa Hasan Tiro, Wali Nanggroe Aceh. Pengalaman Farid itulah yang ditulis kembali dalam buku ini, detail sampai hal-hal kecil yang tak bisa didapat dari buku-buku lain yang menulis umum tentang jalan menuju damai Aceh. Maklum, Farid adalah pemain utama Misalnya saja bagian yang paling mendebarkan, cerita tentang bagaimana Farid menuju ke hutan menjumpai juru bicara GAM, Sofyan Dawood, dua bulan sebelum damai lahir. Ini tak diketahui publik, super rahasia. Perjalanan diatur dari Jakarta, lalu mendaki bukit dan menyamar dengan ditemani Mahyuddin, orang yang dekat dengan GAM. Tujuan ke sana untuk menanyakan bagaimana tanggapan
Modul belajar
120
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] para awak gerilyawan di lapangan, kalau perunding RI dan GAM sepakat damai, dalam bingkai Indonesia. “Apapun yang disepakati di Helsinki, akan kami dukung,” begitu kirakira Sofyan menjawab. Sebelumnya, ada cerita bagaimana Farid dan Juha Cristensen berusaha bertemu untuk menyakinkan para petinggi GAM semisal Malek Mahmud, Zaini Abdullah di luar negeri dan para perunding GAM yang ditahan di penjara pulau Jawa. Banyak lainnya yang bercerita tentang bagaimana komunikasi dibangun dan kepercayaan diraih. Banyak cerita belakang layar yang disodorkan sampai kemudian perdamaian itu ada. Begitulah pengalaman Farid tertuang dengan racikan dua editornya. Alurnya gampang dipahami dan tak berbelitbelit. Juga tertuang secara lengkap siapa sebenarnya Farid, tokoh utama dalam lakon itu. Buku juga dilengkapi dengan foto-foto pertemuan Farid dengan para tokoh perdamaian lainnya. Kelemahannya adalah pada berulang-ulangnya jalan cerita. Kadang pada satu bab awal, kisah telah tertuang, tapi kemudian disampaikan lagi pada bab-bab selanjutnya. Sepertinya penulis buru-buru menyelesaikan buku ini. Andai saja, semua cerita dituangkan tidak bertele-tele, seperti narasi, maka buku ini akan semakin baik dan menarik. Tapi apapun, Farid telah menuliskan idenya dengan sempurna. Banyak kisah yang bisa dijadikan pelajaran untuk penyelesaian konflik. Sangat layak dijadikan referensi dalam melihat sisi lain perdamaian Aceh. Karena menulis Helsinki adalah sejarah untuk peradaban Aceh. ***
121
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
Materi 14. Menulis Cerpen
TUJUAN Mahasiswa dan Jurnalis Pemula dapat mbelajar menulis cerpen Menemukan ide-ide penulisan karya fiksi
kegiatan Teori Diskusi
123
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
BAHAN
Menjadi Penulis Cerpen
Cerpen adalah salah satu jenis karya sastra yang tergolong ke dalam fiksi. Sebagai fiksionaris, kisah dalam cerpen hanya ada dalam hayalan. Namun, ia dapat beranjak dari dunia nyata semisal pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain, kejadian alam, dan segala hal yang tertangkap pada panca indra. Bermimpi menjadi penulis cerpen menjadi sebuah keniscayaan, apalagi bagi remaja. Beberapa remaja yang saya temui mengaku suka pada cerpen atau novel— keduanya adalah jenis karya fiksi. Namun, sebagian besar dari mereka mengaku kesulitan menulis cerpen, meskipun sudah mencobanya. Maka, warkah ini mencoba ‘membongkar kabut kesukaran’ menulis cerpen tersebut.
125
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] Sebelumnya, mari mengingat kembali apa yang pernah diucapkan Arswendo Atmowiloto dua puluh lima tahun silam. “Mengarang Itu Gampang,” kata dia dalam sebuah buku yang diterbitkan oleh PT Gramedia, Jakarta, 1984. Sangking mudahnya pekerjaan mengarang, Arswendo membahasakannya dengan sebutan “gampang”. Menulis cerpen merupakan sebuah kegiatan mengarang yang dimaksudkan gampang tersebut. Hal yang perlu diperhatikan bagi seorang penulis cerpen adalah kreativitas, baik dalam menyusun kata-kata (membahasakan) maupun dalam mengotak-atik jalan cerita dengan bumbu-bumbu yang dapat mempengaruhi pembaca larut dalam cerita yang dibaca. Tamsilnya begini, gulai kambing akan berbeda citarasanya tatkala hanya digulai sederhana (kambing semata). Namun, saat diberikan sedikit campuran semisal buah nangka, kelapa, merica, cabai, ditambah penyedap rasa lainnya, gulai kambing tersebut akan berubah citarasa menjadi tambah nikmat. Namun demikian, mencampuradukkan segala bumbu tersebut tanpa kelihaian mengolahnya, sama saja bohong. Rasa yang diharapka sedap bisa saja menjadi tambah amburadur. Demikian halnya cerpen, jika hendak mengisahkan sebuah peristiwa semisal kecelakaan dalam cerita tanpa pengaruh alam dan segala apa yang terdapat di sekitar peristiwa tersebut, ceritanya pasti biasa saja, karena kisah kecelakaan nyaris pernah dialami setiap orang. Oleh sebab itu, perlu kelihaian mendeskripsikan peristiwa kecelakaan dimaksud. Kelihaian inilah yang disebut proses kreatif pencerita dan pencitraan. Penggunaan Paragraf Dalam menulis cerpen dibutuhkan seni bertutur (bercerita). Ada beberapa jenis paragraf atau ungkapan yang dapat digunakan dalam seni bertutur. Ungkapan atau paragraf tersebut, dalam konteks cerpen, akan menjadi kuat jika menggunakan ungkapan deskripsi. Ungkapan atau paragraf deskripsi menjadi kekuatan detail dalam sebuah cerita (baik cerpen maupun novel) meskipun kedua karya sastra ini sering disebut sebagai karangan narasi. Saya misalkan ada paragraf begini:
Modul belajar
126
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] “Perempuan itu berkulit kuning langsat. Wajahnya oval, bulu matanya lentik, alisnya tebal, hidungnya mancung sekitar lima senti dan ada tahi lalat di pipi sebelah kiri. Dagunya sekilas bagai sangkar burung tempua. Sesekali barisan putih menyembul dari balik bibirnya saat tersenyum. Ah, bibir yang tipis dan basah…” Sekarang coba bandingkan paragraf tersebut dengan kalimat “Perempuan itu sangat cantik.” Dengan deskripsi seperti di atas, semua orang dimungkinkan untuk mengambil kesimpulan bahwa si perempuan memiliki rupa yang cantik. Cantik sebagai sebuah kata adjektiva (sifat) bisa disimpulkan secara relatif. Cantik bagi seseorang bisa saja mesti memiliki lesung pipit, tetapi bagi yang lain tidak mesti ada lesung pipit asalkan berkulit putih. Maka kekuatan deskripsi mengaburkan kesimpulan cantik atas sebuah persepsi. Karena itu, deskripsi sangat dibutuhkan dalam sebuah kisah cerpen. Pendeskripsian tersebut bisa pada tokoh (orang atau hewan), bisa pula pada bendabenda lainnya yang menjadi properti dalam teks cerita. Selanjutnya, paragraf narasi sering mendominasi penceritaan, sebab narasi sendiri memiliki makna cerita. Kelihaian menggunakan kata-kata dalam bernarasi menjadi kreativitas tersendiri. Dari sini kemudian kita bisa menangkap stile (gaya) seorang penulis. Ada yang suka menggunakan ungkapan-ungkapan metafora misalnya, ada pula yang suka bermain dengan simbol, tetapi ada juga bercerita apa adanya. Semua ini sah digunakan, yang terpenting tidak sampai melakukan pemubaziran kata-kata (pleonasme). Mungkin kita pernah mendengar orang mengeluh terhadap sebuah cerita seseorang dengan sebutan garing atau terlalu dibuat-dibuat. Hal ini biasanya terjadi karena pandangan terhadap seni sastra dalam cerpen mesti bermain kata sehingga menimbulkan ‘kejenuhan’ makna yang hendak diungkapkan. Bermain kata yang mengharapkan seni berkisah bukan berarti mesti memperbanyak simbul puitis. Ingat, Anda sedang menulis
127
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] cerpen, bukan puisi. Jika setiap kata dalam sebuah puisi cenderung mewakili makna ambiguitas, dalam cerpen usahakan dihindari ambiguitas kata. Cerpen sesungguhnya mengisahkan apa adanya dengan penguasaan diksi yang memadai, tidak perlu terlalu muluk dengan simbol, dan tiak bertele-tele. Sebagai sebuah cerita yang dapat diangkat dari pengalaman nyata, kisah lakon dalam cerpen ditulis seperti apa adanya di alam nyata, kecuali Anda sedang menulis cerpen surealis (untuk jenis cerpen ini kita bicarakan di lain kesempatan jika waktu mengizinkan). Paragraf lainnya yang dapat dipakai dalam menulis cerpen adalah argumentasi (pendapat). Namun, dalam pengungkapan argumen, penulis cerpen mesti dapat memilah dirinya sebagai tokoh atau sebagai narator. Kencenderungan ini bisanya menimbulkan cerpen yang menggurui. Sebagai sebuah karya sastra, cerpen bukanlah teks pidato yang tidak mesti memberikan nasihat menggurui. Memberikan kebebasan kepada pembaca dalam memberi penafsiran terhadap kisah dalam cerpen akan membuat cerpen itu berdikari. Sebagai sebuah karya yang ditujukan kepada publik, ini menjadi penting. Memang diakui banyak penulis cerpen (cerpenis) sulit memilah diri sebagai narator atau sebagai tokoh. Apalagi, terhadap cerita yang menggunakan tokoh “Aku” lirik. Namun, di sinilah letak kreativitas tersebut sehingga cerita dapat berjalan mengalir seperti keinginan tokoh dalam cerita, bukan keinginan penulis. Dalam kaitan tersebut, ungkapan/paragraf persuasif sebanyak mungkin mesti dihindari. Lebih baik menggunakan paragraf eksposisi daripada persuasif yang akan menjebak penulis menjadi ‘khatib’ dalam karya. Mengenali Bagian-bagian Cerpen Sebagai sebuah cerita pendek yang kemudian dinamakan cerpen, kisah di dalamnya sangat singkat, habis dibaca sekali duduk sehingga cerpen disebut juga sebagai karya fiksi yang hanya menceritakan satu pokok masalah atau persoalan. Maksud “satu pokok masalah” adalah punya satu konflik.
Modul belajar
128
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] Yang dimaksud dengan konflik adalah persoalan. Konflik dalam cerpen dapat terjadi secara lahir atau secara batin. Konflik lahir merupakan persoalan yang terjadi di luar diri si tokoh, biasanya dengan menghadirkan tokoh lainnya. Konflik batin adalah persoalan yang terjadi dan dialami dalam diri si tokoh. Konflik dimaksud bisa berupa tekanan batin, kegelisahan, duka mendalam, dan sejenisnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa bagian terpenting dalam sebuah cerpen adalah tokoh, disusul konflik. Tak mungkin sebuah cerita dapat terjadi tanpa ada yang mengalami. Pengalaman yang tidak melalui masalah tidak akan menarik pendengar atau pembaca. Karenanya, dua hal ini (tokoh dan konflik) menjadi bagian terpenting dalam sebuah cerpen, yang dalam novel konflik tersebut bisa lebih dari satu. Bagian lainnya yang terdapat dalam cerpen adalah alur atau jalan cerita. Alur dapat terjadi dari dua sisi—alur maju atau alur mundur. Alur maju berarti cerita bergerak ke depan terus. Sedangkan alur mundur kisah berupa flashback, mengingat kejadian yang telah pernah dilewati si tokoh. Misalkan si tokoh yang sudah dewasa menceritakan kejadian saat dirinya masih kanak-kanak. Bagian selanjutnya yang akan mendukung cerita dalam cerpen adalah setting atau tempat kejadian atau lokasi berlangsungnya cerita dalam cerpen tersebut. Tempat kejadian ini bisa digambarkan atau disebutkan seperti nama-nama tempat sungguhan (benar-benar ada), biasa pula hanya sekedar tempat rekaan, yang hanya ada dalam cerpen yang diceritakan. Hal berikutnya yang biasa ada dalam cerpen adalah tema dan amanat/nasihat. Dua hal ini biasanya menjadi wilayah kerja pembaca/penikmat/pengkritis karya sastra. Bagi penulis, tidak usah dulu berpikir tema, amanat, atau nasihat apa yang akan disampaikan melalui cerpen yang akan ditulis, kecuali memang permintaan yang biasanya ada dalam lomba. Penulis cukup menulis saja cerita seperti adanya. Kemudian, serahkan kepada pembaca yang akan menangkap dan memberi penilaian terhadap tema, amanat, dan pesan dalam cerpen dimaksud. Artinya,
129
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] melakukan pemetaan pemikiran akan menulis cerpen tentang apa, cukup sampai di situ. Langkah selanjutnya adalah tuliskan apa yang ada dalam pikiran Anda, jangan pikirkan apa yang akan Anda tuliskan. Biarkan cerita mengalir apa adanya. Satu hal mesti dicoba saat menuliskan apa yang ada dalam pikiran Anda adalah jangan berusaha mengedit cerita atau bahasa atau pengungkapan sebelum cerita tuntas dituliskan. Bagian pengeditan letakkan tersendiri setelah Anda merasa tulisan (cerpen) selesai dituliskan. Setelah usai, baca kembali cerpen tersebut, saat itulah baru lakukan pengeditan. Seusai Anda mengedit, diamkan sebentar untuk beberapa saat atau beberapa jam, boleh juga unuk sehari semalam. Setelah itu, baru baca kembali sambil melakukan perbaikan-perbaikan kecil yang disebut dengan pemolesan. Sebelum Dikirimkan ke Media Jika cerpen tersebut Anda maksudkan untuk dikirim ke media semisal koran atau majalah, alangkah lebih baik memperlihatkan terlebih dahulu kepada orang sekitar cerpen yang Anda tulis tersebut. Orang sekitar dimaksud boleh jadi teman, kakak/abang atau adik, guru, atau kepada siapa saja yang Anda harapkan dapat memberikan komentar terhadap cerpen Anda. Ya, Anda mesti meminta komentar dari orang-orang tersebut, karena bisa jadi komentarnya dapat dijadikan tambahan dalam cerpen tersebut sehingga akan dimuat saat dikirimkan ke media cetak. Jika kurang puas dengan komentar orang-orang tersebut, Anda dapat pula meminta komentar dari orang yang Anda anggap paham tentang sebuah cerpen. Persoalan komentar tersebut mau digunakan atau tidak, kembali kepada pribadi Anda. Karena itu, menyaring setiap komentar yang diterima adalah sebuah keniscayaan. Intinya, jangan takut dikomentari, meskipun komentar itu barangkali tidak Anda sukai. Perlu diingat bahwa Anda menulis cerpen untuk dibaca oleh orang lain, bukan untuk diri sendiri. Maka komentar orang menjadi penting didengarkan.
Modul belajar
130
[ MENULIS ACEH DALAM DAMAI ] Hal lainnya yang mesti diperhatikan sebelum megirim cerpen ke media adalah melihat media apa yang menjadi tujuan Anda. Penyesuaian tema cerita dengan visi-misi media mesti diperhatikan. Selera koran dan redaktur dipelajari sehingga kemungkinan untuk karya dimuat lebih besar. Misalkan saja, cerpen berbau remaja dan agama, tentu akan lebih layak dikirimkan ke Majalah Annida daripada koran harian seperti Kompas atau Tempo. Baik koran lokal maupun koran nasional, masing-masing memiliki stile tersendiri. Misalkan Harian Republika; mengarah kepada cerpen agamis. Sebagai sebuah koran nasional, Republika tak ubahnya seperti Harian Kompas, Koran Tempo, Media Indonesia, Seputar Indonesia, dan lainnya, setiap cerpennya cenderung tidak terlalu keremajaan. Kompas sendiri biasanya lebih memilih cerpen-cerpen yang memiliki informasi berita, berkaitan dengan apa yang sedang hangat terjadi/dibicarakan. Begitulah sekilas catatan untuk melakukan proses kreatif penulisan cerpen. Anda dapat pula memotivasi diri menulis cerpen dengan embel-embel bahwa setiap karya yang dimuat akan diberikan imbalan honor. Namun, pemikiran ke arah sana jangan terlalu besar. Jadikah saja ia sebagai motivasi, tapi bukan untuk dikejar. Yang terpenting adalah menulis terlebih dahulu. Masalah honor, akan datang dengan sendirinya saat Anda telah menjadi. Nah, sekarang tunggu apa lagi? Lekas ambil kertas dan pulpen, lalu menulis. Bagi yang sudah biasa menulis langsung di komputer (laptop), nyalakan segera laptop Anda dan langsung mencoba. Sesungguhnya, “yang bisa hanya orang-orang yang mau dan berani mencoba”. Salam!!!
131
menulis untuk mahasiswa & JURNALIS PEMULA
SILUNE HEC MA LA IAMA
CCRPS Center for Conflict Resolution and Peace Studies
IAIN Ar-Raniry Jl. Lamreung No-17 Ulee Kareng Telp.(0651) 7410466 Fax. (0651) 636947 Email:
[email protected] Website: www.katahati.or.id Banda Aceh 23117, Nanggroe Aceh Darussalam Indonesia
didukung oleh:
Masyarakat Jepang (From the People of Japan)