LAPORAN KASUS MORBUS HANSEN
dr. Filiandini P.A.,SPKK dr.. Yuni dr Yuni lidya, l idya, MSc, M Sc, SpKK
BAB I MORBUS HANSEN HANSEN
Morbus hansen adalah penyakit yang disebabkan disebabkan oleh mycobacterium leprae. Morbus hansen bersifat kronis yang dapat menyerang saraf-saraf dan kulit.
KLASIFIKASI
Menurut Ridley dan Jopling. Indeterminate (I) Tuberculoid polar (TT) Boderline Tuberculoid (BT) Mid Boderline (BB) Boderline Lepromatosa (BL). Lepromatosa polar (LL) WHO pada tahun 1981. Multibasilar (MB), meliputi tipe LL, BL, BB. Pausibasilar (PB), meliputi tipe I, T, BT.
EPIDEMIOLOGI
Umur : kelompok umur yang terbanyak menderita morbus hansen adalah 25-35 tahun, umur dibawah 25-35 tahun jarang terjadi. Jenis kelamin : frekuensi yang sama pada pria dan wanita.
GEJALA SINGKAT PENYAKIT
Lesi diawali dengan bercak putih bersisik halus pada bagian tubuh, penderita mengeluh kesemutan/baal pada bagian tertentu, atau pun kesukaran menggerakkan anggota badan yang berlanjut dengan kekakuan sendi. Rambut alis dapat rontok.
EFLORESENSI
Tipe I : - macula hipopigmentasi baerbatas tegas, anastesi dan anhidrasi, pemeriksaan bakteriologi (-), tes lepromin (+) Tipe TT : - makula eritematosa bulat atau lonjong, permukaan kering, batas tegas. Anastesi bagian tengah sembuh Pemeriksaan bakteriologi (-); tes lepromin positif kuat. Tipe BT : - Makula eritematosa tak teratur,
Tipe BB : - makula eritematosa, menonjol bentuk tidak teratur, kasar, ada lesi satelit, penebalan dan kontraktur, Pemeriksaan bakteriologi (+), tes lepromin (-) Tipe BL : - Makula makula infitrat mengkilat, bentuk tidak teratur, batas tak tegas, pembengkakan saraf, Pemeriksaan bakteriologi ditemukan banyak basil, tes lepromun (-). Tipe LL : - Infiltrat difus berupa nodula simetris, permukaan mengkilat, saraf terasa sakit, anastesi,
DIAGNOSIS KUSTA
Bercak kulit yang mati rasa, barcak hipopigmentasi atau eritematosa, mendatar (makula) atau meninggi (plak). Mati rasa pada bercak bersifat total atau sebagian saja terhadap rasa raba, rasa suhu dan nyeri. Penebalan saraf tepi dapat disertai rasa nyeri dan dapat juga disertai atau tanpa gangguan fungsi saraf yang terkena.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Saraf Tepi beberapa saraf yang harus diperiksa yaitu : N. Auricularis magnus N. Ulnaris N. Peroneus lateralis N. Tibialis Posterior N. Fasialis N. medianus
Pemeriksaan bakterioskopik
Pemeriksaan bakterioskopik digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis dan pengamatan pengobatan. Sediaan dibuat dari kerokan jaringan kulit atau usapan dan kerokan mukosa hidung yang diwarnai dengan pewarnaan terhadap basil tahan asam, antara lain dengan ZIEHL-NEELSEN.
Pemeriksaan histopatologik
Pemeriksaan histopatologik brtujuan untuk membedakan tipe TT dan LL Pada
tipe TT ditemukan tuberkel (Giant cell, limfosit)
Pada
tipe LL ditemukan sel busa (Vircov cell/ sel lepra) didalam histosit BTA tidak mati, tapi berkembang biak membentuk gelembung. Ditemukan lini tenang (subepidermal clear zone)
Pemeriksaan serorogik
Kegunaan pemeriksaan serologik dapat membantu diagnosis kusta yang meragukan, karena tanda klinis dan bakteriologik tidak jelas. Di samping itu dapat membantu menentukan kusta subklinis, karena tidak di dapati lesi kulit.
DIAGNOSIS BANDING
Tipe I (makula hipopigmentasi) : tinea versicolor, vitiligo, pitiriasis rosea, dermatitis seboroika, atau dengan liken simpleks kronik. Tipe BT (makula eritematosa dengan pinggir meninggi) : tinea korporis, psoriasis, lupus eritematosus tipe discoid, atau pitiriasis rosea. Tipe BT, BB, BL, (infiltrate merah tak berbatas tegas) : selulitis, erisipelas, psoriasis. Tipe LL (bentuk nodula) : lupus eritematosus sistemik, dermatomiositis, erupsi obat.
PENATALAKSANAAN Pengobatan kombinasi DDS dan rifampisin.
Tipe I, TT, dan BT : DDS 100 mg/hari dan rifampisin 600 mg setiap bulan. Keduanya diberikan selama 6-9 bulan. Tipe BB, BL, LL : kombinasi DDS, rifampisin, dan Lampren. DDS 100 mg/hari; rifampisin 600 mg setiap bulan; dan Lampren 300 mg setiap bulan. Pengobatan dilakukan selama 2-3 tahun.
PROGNISIS Dengan adanya obat kombinasi prognosis menjadi baik. Bila sudah ada kontraktur dan ulkus kronik, prognosis menjadi kurang baik.
KOMPLIKASI Kecacatan Trauma infeksi kronik Kebutaan Kasus yang lainnya adalah vaskulitis nekrotikus dan menyebabkan tingginya mortalitas.
BAB II STATUS PENDERITA
IDENTIFIKASI : Nama Umur Jenis Kelamin Status Bangsa/Suku Indonesia/Batak Agama Pekerjaan Alamat
: Ny.ES : 30 tahun : Perempuan : Menikah : : kristen : Pentani : Tiban Lama
ANAMNESIS
Keluhan utama : Pasien mengeluh terdapatnya bengkak kemerahan ditelinga,tangan dan kaki.
Keluhan tambahan : pasien juga mengeluh kebas-kebas ditanagn dan kaki, sehingga merasa aktifitasnya terganggu karena rasa kebas-kebas tersebut.
Riwayat perjalanan penyakit
Seorang wanita berumur 30 tahun datang ke poli Kulit dan Kelamin RSUD Embung Fatimah dengan keluhan terdapatnya bengkak kemerahan dan kebas ditelinga dan organ tubuh lainnya sejak 7 tahun yang lalu. Awalnya hanya bintik merah ditelinga, dua bulan kemudian menjalar kewajah,leher dan keseluruh tubuh.
PEMERIKSAAN KEADAAN UMUM
Kesadaran Gizi Suhu badan Tek darah Pernafasan
: Composmentis : DBN : DBN : DBN : DBN
Status dermatologis
pada leher ditemukan plak hipopigmentasi yang bergerombol berbatas tegas dan dilapisi skuama halus. pada telinga,punggung, dada, tangan, dan paha ditemukan plak eritema yang bergerombol tidak beraturan dan dilapisi skuama halus yang tampak menonjol diseluruh tubuh.
Lokalisasi : Seluruh tubu
PEMERIKSAAN YANG DILAKUKAN Pemeriksaan saraf tepi. :
N. Auricularis magnus -/N. Ulnaris +/N. Peroneus lateralis +/+ N. Tibialis posterior +/+
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Bakterioskopik dengan sediaan dari kerokan jaringan kulit dan kerokan mukosa hidung dan telinga dengan hasil BTA negatif.
Diagnosa banding 1.Morbus hansen tipe MB 2.Tinea korporis 3.Pitiriasis rosea Diagnosis sementara Morbus Hansen tipe MB
PENATALAKSANAAN
Pemberian MDT tipe MB Pemeriksaan anjuran Pemeriksaan bakteriologi setiap 3 bulan selam 2-3 tahun.
BAB III DISKUSI
Diagnosis pada pasien ini berdasarkan anamnesis bahwa pasien mengeluh terdapatnya bengkak kemerahan,kebas dan mati rasa.dan pada pemeriksaan fisiknya didapatkan plak hipopigmentasi dan eritema yang bergerombol yang dilapisi skuama halus.
TERAPI Rimfapicin
Dapson
Lamprene
Dewasa
600 mg/ bulan Diminum di depan petugas kesehatan
100mg/ hari Diminum di rumah
300 mg / bulan Diminum di depan petugas kesehatan, di lanjutkan 50 mg / hari diminum di rumah
Anak
450 mg / bulan Diminum didepan petugas kesehatan
50 mg / hari 150 mg/ bulan diminum dirumah Diminum di depan petugas kesehatan di lanjutkan 50 mg/ hari di minum di rumah
•
Prognosis : baik
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. R.S. Siregar DTM & H Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Indonesia. Jakarta : EGC : 2004 Djuanda A., Hamzah, M & Aisah S. 2013. Ilmu Penyakit Kulit Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Lewis, Felisa, S. Leprosy. http://emedicinemedscape.com/article/1104977 overview, 21 Februari 2011. Workowshi KA, Berman SM. Sexually Transmitted Diseases Treatment guidelines : 2006 Pramudianto A, Evaria, MIMS Edisi Bahasa Indonesia : 2012. BIP Kelompok Gramedia. Gunawan S.G, Nafrialdi R.S, Elysabeth. 2012. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
TERIMA KASIH