Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
KONSEP Cerita ini merupakan cerita “drama komedi” yang menggambarkan kisah kehidupan sehari-hari yang dijalani oleh para tokoh pelakunya. Di dalamnya mengandung unsur persahabatan, persaingan persaingan dan juga konflik yang semuanya dijalani secara ngaco, konyol dan gokil. Tidak seperti drama komedi yang lain, dimana cerita drama komedi yang lain mungkin mempunyai jalan cerita yang serius.. kemudian ber-switch jadi lucu ketika bertemu dengan section komedinya.. kemudian kembali lagi menjadi berat.. atau sebaliknya. Di sini semuanya diformat full konyol, jadi pada bagian paling mellow-nya pun tetap dibuat dengan sangat konyol. Tanpa menghilangkan unsurunsur emosi yang bisa membawa penontonnya kelak akan terbawa dalam cerita, semuanya akan kembali menjadi gokil. Setting yang digambarkan menceritakan kisah kehidupan para pemuda yang tinggal di daerah pinggiran. Dengan karakter yang sedikit ndeso, low-educated, ngaco, ca’ur dan gokil, mereka menjalani seraingkaian cerita yang dianggap sebagai drama. Pada bagian endingnya tidak diformat menjadi hepi ending, tapi tidak juga menjadi bad ending, melainkan ber-ending datar yang tetap akan menjadi kejutan pada akhirnya. Jika cerita ini berhasil digarap, tidak akan memakan budget yang besar, karena titik berat dan nilai jual utama cerita ini adalah unsur spontanitas dan gaya entengnya dalam hal pemaparan cerita, sehingga diharapkan cerita ini dapat dirasakan dekat dengan kehidupan seharihari orang-orang yang menontonnya kelak. Dengan ini saya berharap bisa membuat cerita yang berkualitas (baca: mampu memberikan kesan tersendiri pada penontonnya) tanpa memerlukan budget besar. --SEGMEN PENONTON Segmentasi penonton yang bisa di cover oleh cerita ini oleh tidak terlalu spesifik, yaitu dari mulai usia ABG sampai dengan dewasa. DURASI ± 180 menit KELEBIHAN CERITA Disajikan dengan gaya fresh dan flow , serta dengan mengedepankan pendekatan realistis, akan membuat cerita ini dapat dinikmati dengan rileks, tanpa harus memikirkan ini-itu. Selain itu juga saya yakin, dengan mengedepankan pendekatan realistis tadi, maka cerita ini akan terasa lebih dekat dan akrab dengan kehidupan sehari-hari mereka
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
yang menontonnya. Gaya ringan dan spontan akan menjadikannya lebih ringan dari drama komedi yang lain. --DETAIL INTRINSIK Penokohan Semua yang ada di sini dituntut untuk bisa memiliki behavior yang sok serius padahal ngaco, konyol, aneh, yang nyeleneh, gokil dan kocak. Dengan tidakadanya karakter antagonis-protagonis antagonis-protagonis dalam cerita ini, maka semua karakter harus bisa ber-switch dengan situasi, namun tetap semuanya dalam konteks yang ngaco, konyol dsb.. tapi sebisa mungkin diusahakan jangan tampak dibuat-buat. Lokasi / Setting Menyesuaikan dengan jalan cerita, maka setting yang digambarkan dalam cerita ini adalah sebuah kampung di daerah pinggiran kota, dimana ada satu jalan utama kampung dan banyak gang yang bermuara ke jalan utama itu. Gang-gang tersebut berupa jalan tanah / batu / dan sejenisnya. Terkesan kampung itu berada di belakang sebuah komplek perumahan, dan di belakang kampung itu sendiri terdapat lahan kosong yang hampir menyerupai perbukitan dengan pohon-pohon rindang. Ada juga jembatan kecil yang melintas di atas parit kecil yang berada di salah satu jalan di kampung tersebut. Rumah-rumah yang ada di kampung itu tampilannya seperti layaknya rumah di kampung pada umumnya. Budget Seperti yang telah dijelaskan sedikit pada KONSEP tadi, bahwasanya budget atau anggaran yang diperlukan untuk menggarap cerita ini tidaklah terlalu besar, karena titik berat dan nilai jual utama cerita ini adalah unsur spontanitas dan gaya entengnya dalam hal pemaparan cerita. Properti yang digunakan sewajarnya, tidak ada penggunaan properti yang berlebihan. Musik Mengingat segmen penonton dari cerita ini diprioritaskan dari kalangan muda, maka musik yang digunakan sebagai opening title, closing title, theme song, backsound latar dan lainnya, diusahakan tidak terkesan sepeti drama atau sinetron. Hal tersebut menurut saya, sedikit banyak akan memperngaruhi nilai cerita ini di mata penontonnya.
--SINOPSIS GLOBAL
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Di sebuah perkampungan yang berada di dalam kota, terdapat sebuah kelompok bermain, atau bisa juga disebut genk, yang diberi nama oleh anggotanya “Gembel”. Genk ini terdiri dari 5 orang anggota, Juki (25), Imam (24), Bowo (24), Ndank (26) dan Miptah (24), semuanya pengangguran. Inti dari cerita ini adalah proses bubarnya genk tersebut yang namun pada akhirnya mereka bisa berkumpul kembali dengan banyak perubahan. Cerita bermula ketika mereka semua main ke arena pasar malam, dimana disana, salah satu dari mereka, Juki, mendapatkan kenalan seorang cewe’. Di arena pasar malam itu, Juki berkenalan dengan gadis yang bernama Julie. Seiring waktu, Juki dan Julie semakin dekat dan pada akhirnya jadian. Sebenarnya hal tersebut tidak mempengaruhi struktur dan sistem keanggotaan tidak resmi gembel, namun karena sikap dan kelakuan Juki yang menunjukkan banyak perubahan pasca jadian, terutama Juki lebih membatasi diri dalam bersosialisasi bersosialisasi dan berkumpul dengan teman-teman ‘gembel’nya dalam segala hal, maka teman-teman Juki mulai merasa tidak nyaman terhadap Juki. Sayangnya, Juki sendiri terlihat tidak terlalu peduli dengan respons yang ditunjukkan oleh teman-temannya terhadap perubahan dirinya itu. Terang saja, hal tersebut membuat temanteman gembel lainnya menjadi murka, atau lebih tepatnya merasa bete dengan sikap Juki. Untuk membalas dendam, keempat teman Juki sepakat menggelar aksi serupa. Mereka berusaha untuk mencari cewe. Alasannya adalah mereka ingin menunjukkan pada Juki bahwa dengan punya cewe, maka tidak harus berpisah dari komunitas atau lingkungan tempat mereka biasa bersosialisasi. Tiga dari mereka, Imam, Bowo dan Ndank, berhasil mendapatkan cewe yang cantik-cantik, bahkan lebih cantik dari yang punya Juki. Satu persatu mereka saling memperkenalkan cewe mereka satu sama lain. Namun di sisi lain, terlihat nasib sial Miptah yang hingga kini belum mendapatkan sebiji cewepun. Hal ini membuat Miptah frustasi, bahkan nyaris menggelar aksi bunuh diri. Lebih buruk bagi Miptah, karena temantemannya, yang seyogianya terus menyemangatinya, menyemangatinya, atau minimal prihatin terhadap keadaannya, justru malah sering bercanda dengan nada yang dirasa sedikit mengejek Miptah sehingga membuat Miptah merasa minder. Dengan kondisi seperti itu, Miptah semakin frustasi dan berada pada posisi yang sangat tidak stabil atau jauh dari kata normal. Di dalam kondisi yang seperti itu, Miptah secara tidak sengaja bertemu dengan seorang mahasiswi fakultas sastra Jerman, Mia (20), yang pada saat itu sedang berada di tempat gembelz tinggal karena sedang ada urusan skripsi
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
dengan mantan dosennya yang kini tinggal di daerah dimana gembel tinggal. Hari demi hari terus berlalu.. tanpa ada yang menyangka, hubungan Miptah dengan Mia semakin hari-semakin erat, hingga pada akhirnya, mereka sepakat untuk jadian. Tak lama setelah jadian, Miptah dengan bangganya memperkenalkan memperkenalkan cewenya tersebut pada teman-temannya yang lain. Setiap kali ia membawa cewenya ke depan temantemannya, ia selalu bertanya pada teman-temannya, teman-temannya, “Cewe gue setedi ‘kan, Jo?”. Pertanyaan yang penuh kesombongan. Tapi inilah satu sisi kebahagiaan bagi Miptah. Di sisi lain, hal yang kurang mengenakkan menimpa rekanrekan Miptah. Satu persatu dari mereka, mulai dari Bowo, Ndank, dan Imam, ditinggalkan oleh gadis-gadisnya. Begitu juga dengan Juki, yang memang dari jauh sebelumnya sudah mengalami pegat sama Julie tercintanya. Justru saat ini, pasangan Miptah-Mia lah yang masih berusaha mempertahankan mempertahankan hubungannya. Hal ini terus berlanjut hingga akhirnya Miptah menikah dengan Mia dan membangun suatu rumah tangga yang harmonik, sintetik dan eksotik a.k.a. sakinah, mawadah and also warohmah. Namun bukan hepi ending yang diterima Miptah, karena setelah dirinya mempersunting Mia sebagai istrinya, ia justru kebanyakan diperbudak oleh istrinya yang memang status sosialnya berada diatasnya. Bahkan dalam kesehariannya, kesehariannya, ia terlihat lebih mirip sebagai pembantu dalam rumah tangga mereka. Bahkan, lebih pembantu dari PRT mereka sendiri. Mengetahui hal ini, teman-temannya hanya bisa menyayangkan. Kejutan datang pada akhir cerita ini ketika Miptah dengan berani menyatakan diri tidak ingin ditindas lagi oleh istrinya, dan dan tanpa memedulikan apa reaksi dari istri elitnya itu, ia memutuskan untuk kembali aktif dalam “kegiatan” nongkrong-nongkrong nongkrong-nongkrong khas pengangguran yang biasa dilakukan oleh gembel. STORY AND SCREENPLAY
: Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi ---
DAFTAR PEMAIN : Pemain Utama 1. BOWO Umur : 25 tahun Fisik : wajah sebenarnya lumayan tapi ga keurus, lurus belah pinggir, badan cenderung kurus, ga terlalu dekil Kostum : kadang rapi pake kemeja pendek, kadang pake kaos + celana jeans
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Karakter
: ngaco, ngawur, ngelantur, so cool, gatek dan ndeso Background : pengangguran, berasal dari keluarga pas-pasan, hobi nongkrong bersama anggota gembel lainnya 2. IMAM Umur Fisik
: 26 tahun : wajah gak ganteng-ganteng ganteng-ganteng amat tapi mendingan, badan athletis tapi gak keurus, rambut lurus pendek belah pinggir, agak dekil Kostum : standar, sering pake kaos dekil dan celana sontok Karakter : ngaco, ngawur, ngelantur, so cool, gatek dan ndeso Background : pengangguran, berasal dari keluarga pas-pasan, hobi nongkrong bersama anggota gembel lainnya
3. JUKI Umur Fisik
: 26 tahun : wajah standar, perawakan standar – cenderung kurus, rambut spike, ada jenggot yang baru tumbuh Kostum : Sering menggunakan kaos oblong tapi terkesan rapi dengan celana jeans beggi dekil, kadang parlente Karakter : ngaco, ngawur, ngelantur, so cool, gatek dan ndeso Background : pengangguran, berasal dari keluarga pas-pasan, hobi nongkrong bersama anggota gembel lainnya
4. MIPTAH Umur Fisik
: 24 tahun : wajah sedikit di bawah standar, relatif, rambut lurus pendek, dekil Kostum : Sering menggunakan kaos oblong dekil, celana pendek Karakter : ngaco, ngawur, ngelantur, so cool, gatek dan ndeso Background : pengangguran, berasal dari keluarga pas-pasan, hobi nongkrong bersama anggota gembel lainnya
5. NDANK Umur Fisik
: 27 tahun : wajah sedikit di bawah standar – kampung banget, jidat lebar, ada beberapa helai jenggot
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Kostum
: Sering menggunakan kaos oblong (kebanyakan warna hitam) dan celana jeans lebar Karakter : ngaco, ngawur, ngelantur, so cool, gatek dan ndeso Background : pengangguran, berasal dari keluarga pas-pasan, hobi nongkrong bersama anggota gembel lainnya 6. MIA Umur Fisik
: 20 tahun : wajah cantik, badan ideal cenderung langsing, rambut panjang dihighlight, girly, terkesan elit, metropolis style Kostum : modis, kasual girly dan feminim Karakter : Kalem, agak-agak jaim, terkesan jutek, terkesan elegan, tapi kadang ca’ur juga Background : mahasiswi yang berasal dari kota, berasal dari keluarga berada, mengikuti mode, tapi suka kepolosan
Pemain Pendukung Utama 7. EMAKNYA MIPTAH Umur : 65 tahun Fisik : tua, dekil, gigi kotor karena sering nyirih, agak item Kostum : standar emak-emak di kampung Karakter : jutek, cuek, tapi kadang baik terhadap orng lain, ca’ur juga
8. JULIE Umur Fisik Kostum Karakter 9. NINDA Umur Fisik Kostum Karakter
: 20 tahun : cantik, cenderung langsing, rambut panjang berponi : modis kasual : agak cuek
: 21 tahun : cantik, cenderung langsing, rambut panjang berponi, metropolis style : modis kasual, girly : agak cuek tapi baik dan ramah
10. PAK GATOT Umur : Fisik : Kostum : Karakter :
11.
68 tahun gemuk, terkesan elit rapi berwibawa baik, berwibawa, kalem, kadang kebawa ca’ur
SI BUTA DARI GOA HANTU
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Umur Fisik Kostum Karakter
: : : :
35 tahun standar Si Buta standar Si Buta gak jelas, ca’ur, ngawur
Pemain Pembantu 12. PAK RT Umur : 55 tahun Fisik : wajar Kostum : safari + kopiah
13. PAK USTAD Umur : 45 tahun Fisik : wajar Kostum : standar ustad Figuran 14. Ripki & Pacarnya 15. Anak Si Umin dan Teman-temannya 16. Cewek Yang Lewat 17. Bos Preman & Anak Buah Preman 18. Pak Ustad 19. Pak Jaya 20. Dr. Anwar 21. Ceweknya Ndank 22. Ceweknya Imam 23. Ceweknya Bowo 24. Tukang Ojek 25. Pembantu Mia & Miptah 26. Rampok 27. Pocong 28. Pak Lurah 29. Kru Uji Nyali 30. Dll.
--SCENARIO -
LOGO PRODUCTION FADE OUT / FADE IN Cerita ini berdasakan kisah ngawur yang dituturkan langsung oleh orang gila, dan diterjemahkan oleh penulis sarap. Kesamaan nama, tempat, kejadian, semata-mata hanya dipaksa menjadi sebuah kebetulan walaupun padahal aslinya ngga kebetulan... FADE OUT / FADE IN
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
ESTABLISHED - Pohon besar di atas kursi kayu - Kursi kayu persegi di bawah pohon TEASER EXT. JALAN KAMPUNG, PAGAR TEMBOK SORE ANAK KECIL, MIPTAH, BOWO, IMAM, NDANK Tampak dari depan, seorang anak lari mendekat. Tampak di belakangnya Imam, Bowo, Miptah dan Juki mengejar si anak kecil itu yang terlihat terus berlari medekati pandangan. Lari si anak itu terhenti ketika ia terjatuh tertelungkup tertelungkup deangan suara “GDUBRAAK!!”. Tubuhnya lalu tertelungkup menutuoi pandangan. Semua jadi berwarna hitam. Kemudian dari atas muncul slide in judul: “Bokin Gua Setedi Kan, Jo?” Ktika pandangan kembali terbuka, langsung tampak Imam, Juki, Miptah dan Bowo berjalan gaga dengan menggunakan kacamata hitam dengan mengacungkan sejata laras panjang. Satu per satu dari mereka wajahnya disorot dari dekat sambil mereka terus berjalan. Ketika masing-masing wajah disorot dari dekat, muncul nama mereka masing-masing. Ketika nama mereka sudah tampak, gerakan mereka sementara jadi freeze, sampai kemudian nama mereka menghilang, mereka kembali bergerak. CUT TO Si anak yang tadi yang tampak tersudut, menggesergeserkan tubuhnya untuk menghindari Miptah dan yang lainnya yang makin mendekat dengan mengacungkan senapan ke arah wajah si anak. Lalu ketika si anak tersebut tersudut oleh tembok, Miptah dan lain-lainnya tertawa.. kemudian seamua menembaknembakkan panel senapannya dengana bersamaan.. dari senapan mereka yang diarahkan ke wajah si anak itu, keluar busa yang otomatis membasahi wajah si anak tersebut. Si anak berteriak-teriak minta ampun dan meronta menghindari busa campur air yang keluar dari senapan Miptah dkk.
FADE OUT / FADE IN SCENE 1 EXT. JALAN KAMPUNG – POS KAMLING SIANG MENJELANG SORE BOWO, MIPTAH, IMAM, JUKI, NDANK, CEWE 1, LANGO (TENTARA) & PASANGAN, 3 PEMUDA Juki, Imam, Bowo dan Miptah sedang bermain gapleh di sebuah pos kamling yang berbentuk panggung yang dindingnya diberi kayu setengah yang terdapat di bawah pohon di pinggir jalan kampung.
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Di samping dan di hadapan mereka, terdapat termos, kopi, sendok, rokok dan kacang-kacangan. kacang-kacangan. Miptah sedikit bersandar di dinding pos itu ketika satu set permainan berakhir. Bowo menenggak kopi sedikit... IMAM Ngopi, wo? BOWO (nengok) Bukan... ngejus! IMAM Ngejus... kirain gua ngopi...!? (menatap gelas yang masih ditenggak Bowo) Jus apa itu, wo? Kok item? BOWO Jus buah.. IMAM Buah apa? BOWO Buah kopi lah..! Masa iya buah mlinjo!! IMAM Berati ngopi donk?? BOWO Gua bilangin ngejus, deuhh... gua kepret lu!! IMAM Weeits dahh...! Iya, iya ngejus...!! Abisnya gua kira ngopi (kumudian menoleh pada Miptah) Ngocok lu, Mip! Miptah berdiri dan melangkah meninggalkan pos... BOWO (meraih tangan Miptah) Eh... mu kemana lu? Suruh ngocok juga...!!
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
MIPTAH Ya kan katanya suruh ngocok...!? BOWO Emang ngocok... kan lu kalah..!?! MIPTAH Ya ini mu ngocok! IMAM Ngocok apaan? MIPTAH Emang ngocok apaan? IMAM Ini..! ngocok kartu...! MIPTAH Ooohh... kira’in yang kalah ngocok...!? BOWO Ya emang ngocok...!! pan lu kalaah...! Miptah kembali dan kemudian duduk di geladak pos. MIPTAH Kagaaa, gombloh...!! Kirain gua tuh kaya biasa... yang kalah ngocok..!? (meraih kartu, membereskannya membereskannya dan kemudian mengocoknya) IMAM Seeet daah... itu mah kalo maennya malem, bray! BOWO Tau siiih...! Lagian pan sekarang mah kita maennya juga di pos... mu ngocok dimana yang kalah...?? MIPTAH Emang lu kira gua mau ngocok apaan, pehul? BOWO
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Lagu luh..! make blaga bego..., Udah tau dongo! MIPTAH Gua kira ngocok arisaaaann..! Kalo ngocok arisan mah kan buku catetannya ga dibawa...! Kemudian naik lagi ke geladak (tempat duduk) pos dan ngocok kartunya dengan serius. Pak RW dengan baju batik dan kopiah, serta membawa map, lewat di depan mereka... Ketika di depan pos, Pak RW menyapa Miptah dkk. PAK RW Nih sampah masyarakat lagi pada ngapain nih?? JUKI Lagi pada bercocok tanam nih, pak...! PAK RW Bohong aja...! Mana ada bercocok tanam pake kartu gitu...!? Bilang aja kalo lagi pada maen kartu! Kan ngebohong itu dosa tau!? JUKI Lah itu tau...! make nanya! MIPTAH Ikutan ga, pak? PAK RW Pake duit ga? JUKI Ngga, pak...! maen biasa aja PAK RW Males ah kalo ngga pake duit mah...! Tar kalo maennya mau pake duit, sms saya ya!? JUKI Berjudi maksudnya, pak? PAK RW Bukaaan, bukan berjudi...! berjudi mah dilarang...!
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Ini mah maen kartu biasa... cumaaa make duit aja, gitu JUKI, IMAM Ooohh... Sip, pak! PAK RW Ya udah kalo gitu... Yu, mari semuanya!? JUKI, MIPTAH, IMAM Mari, pak... mari... Ketika mereka di tengah perbincangan itu, tiba-tiba, lewat seorang gadis... JUKI Suit... suiiiiitttt...! suiiiiitttt...! (menggoda si gadis) Neng... sendiri aja? Abang temenin yu? (si gadis tak menoleh sedikitpun) IMAM Kok diem aja sih neng?? Lagi sakit ya? Sini kalo lagi sakit abang obatin...! Abang suntik ya, abang suntik?? “HAA... HAAA.....!!!” semua tertawa JUKI Paling bokis lu, mam...! MIPTAH Otak lu ngeres, mam... pantesan aja badan lu kaga gemuk-gemuk... gemuk-gemuk... Kemudian Miptah membagi-bagikan kartu gaplehnya... Satu-persatu dari mereka memegang kartu bagian mereka masing-masing. Lalu kemudian, ada yang lewat lagi, kali ini sepasang gadis muda dan seorang pria umur 38an berbadan tegap dan berambut cepak. JUKI Kiiiiuuwww....!! Neng... sendiri aja? (si wanita menengok dengan sinis)
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Kok bawa monyet, neng? Mau ngambil kelapa ya? Setelah beberapa saat kemudian, ketika gadis dan pacarnya itu sudah ga terlihat lagi dari pandangan, tiba-tiba “BLETRAKK!!”, sebuah sepatu PDL tentara mengenai belakang kepala Juki. Sepatu itu ternyata dilemparkan oleh pria cepak yang barusan lewat bersama pacarnya tadi. Dan seketika itu kepala Juki tersungkur ke pangkuan kaki Imam yang sedang bersila, kemudian terguling ke alas lapak dan kemudian jatuh ke tanah. Rekan-rekan yang lain terlihat panik... IMAM (kaget) Astapiruloh!! MIPTAH (kaget juga) Mengapa demikian? IMAM Gimana ini? Bowo salah tingkah karena panik MIPTAH (terlihat akan memberikan nafas buatan, tapi ngga jadi) Nafas buatin!! (menunjuk Juki) IMAM Buatin napas! MIPTAH Iya, buatin napas! BOWO Ya udah, buruan! Si pria menghampiri... SI PRIA Siapa yang tadi bilang mu ngambil kelapa? MIPTAH Maap, bang... temen saya tadi cuma berjanda...
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
SI PRIA Berjanda? Kamu ga tau saya siapa? MIPTAH Ga tau, bang... emang siapa? (dengan gemetaran) SI PRIA Ga tau???! MIPTAH Ga tau, bang... bener...! SI PRIA Beneran ga tau? Miptah dan yang lainnya hanya geleng-geleng ketakutan... SI PRIA (CONT’D) Gue Ripki...! tau Ripki? Miptah dan yang lainnya geleng-geleng sambil ketakutan lagi. SI PRIA (membentak) Ripki!! MIPTAH (tambah gemetaran) Iya, iya, Ripki.... SI PRIA Dari batalyon tujuh belas! “HMMMH...” si pria mengusap lubang hidung dengan jempolnya sambil kemudian pergi meninggalkan pos. Setelah Ripki agak jauh... MIPTAH (bergumam) Hhheeuh... dasar lango...!! songong!! Yang lain manggut-manggut dengan penuh kesan “NO COMMENT”. BOWO Eehhh...
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
(menunjuk Juki yang masih terkapar) Gimana ini? IMAM Pingsan...! kasih napas! BOWO Kasih, mip! Kasih! MIPTAH Jangan gua napa yang ngasih!?! Gua pan orang miskin...!! Beberapa saat kemudian Juki bangun... JUKI (memegangi kepalanya) Eeeuuhhh...!! (menatap rekan-rekannya yang terlihat masih shock) Dimana ini? MIPTAH Waduh...! BOWO Amdonesia...!! IMAM Amdonesiaaa...?? Amdonesiaaa...?? Ambeyen! (mengoreksi ucapan Bowo) JUKI Kalian siapa? BOWO Tuh, bener kan amdonesia...!? IMAM Maksud lu hilang ingatan? Bowo manggut. IMAM Bukan amdonesia, cantik... agnesia...! BOWO Donna!! IMAM
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Heeuh...! (mengibaskan tangan seperti tidak mau memperpanjang urusan) Juk... lu ga pa pa kan? Juki kemudian hanya duduk sambil memegangi kepalanya. Beberapa saat kemudian, tampak Ndank datang membawa kantong plastik hitam kecil. JUKI Mo kemana lu, ndank? NDANK Sokin! Emang kemana? JUKI Kirain gua lu mo kemana...! IMAM Lha... doi tau itu namanya si Ndank? JUKI Lha, emang si Ndank...! emang siapa? IMAM Gua... siapa coba gua? JUKI Imam, kan...! emang siapa? Primus?! BOWO (menoleh ke Imam) Berarti kaga napa-napa nih bocah...!? JUKI Lha emang kaga napa-napa...! siapa yang bilang gua kenapa-napa? BOWO Lah, tadi... kenapa lu nanya ini dimana? Kaya yang amdonesia aja! IMAM Agnesia, Bowo! JUKI Kan gua cuma nanya, nih gua lagi ada dimana coba? IMAM
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Di pos!? JUKI Baguuuusss... berati lu belom pada giting ya!? IMAM Sarap lu! Mau giting gimana coba... orang yang kita uyup aja cuma kopi! doank?! (menunjuk gelas yang berisi kopi) Kemudian lewat 3 orang pemuda umur 20an, berpenampilan seperti punkrockstar, dengan kaos clothing, celana ! dan sepatu kets. Salah seorang diantaranya malah mengenakan celana jeans begi corong. Mereka lewat di depan lapak tempat gembel berada. Bowo menatap salah satu dari mereka... BOWO (menunjuk anak yang paling belakang) Na’aknya si Umin tuh ya? IMAM Yang mana? BOWO Tuh... yang paling koblak! IMAM Yo’i kaya’nya! Monyongnya mirip sama si Umin. Kemudian pemuda yang disebut anaknya si Umin tersebut menoleh ke arah gembel dan berteriak menyapa mereka. ANAK SI UMIN Gembel...! lagi pada ngapain nih? IMAM Biasa nih, min...! (dengan setengah beretriak) Mo kemana lu? Anak si umin tersebut melambatkan langkahnya... ANAK SI UMIN
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Mo ke cubluk! Nyari lindung! Ikut kaga? BOWO Kaga ah! Lagi sibuk gua mah! Nyari lindung keren amat dandan lu? Udah kaya mu nonton acara...?! ANAK SI UMIN Biasa, kan namanya jaga penampilan... jangan pas lagi tampil doank donk kerennya...!? Yu ah!? GEMBEL Iya, iya! JUKI (menoleh pada Bowo) Tampil katanya, bray..?! Tampil dimana doi? IMAM Au! Di acara tahlilan kali!? MIPTAH Biarin aja napa!? Lu mah tiap ada yang lewat diomongin...! IMAM Bukannya gitu, mip...! (teringat sesuatu) Eh... ngomong-ngomong ntar malem ada PM ya? JUKI PM? Apaan PM? IMAM Pasar malem, pehul!! BOWO Dimana? IMAM Di Cijengkol! Mo pada cabut ga? MIPTAH Yu, tar malem kita kesana yu...?!
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
BOWO Yu! MIPTAH Bener nih? JUKI Mu pada ngapain sih ah ke pasar malem...? mu bokul penggorengan? MIPTAH Bokul penggoreeengaann...!?! penggoreeengaann...!?! Situ aja kali sama centong nasi yang beli penggorengan mah...! kita mah mu nyari cokli ya, cuy yaa...?!?! Di acara kaya gituan kan pasti banyak cokli tuh pada kelokur...! Yang lain mengangguk-angguk mengangguk-angguk dengan memajukan bibirnya pertanda mengatakan “IYA”. BOWO Tapi gua mu kondangan dulu, bray... mu pada ngikut kaga lu pada? MIPTAH Kondangan? Kondangan ke siapa? BOWO Pa Aam...! tau ga Pak Aam? JUKI Pak Aam yang suka jadi wasit? BOWO Yo’a... Kemudian ada dentuman musik keras yang entah datangnya dari sebuah mobil, apa tukang getuk lindri, atau apa, karena tidak terlihat, melewati mereka... Seketika mereka terdiam dan hanya kepala mereka semua yang bergoncang-goncang seiring ketukan lagu itu. Setelah suara musik itu hilang... JUKI Suara apaan tuh ya?? BOWO Au! tukang getuk kali...!?
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
JUKI Ngomong-ngomong siapa tadi? Pak Aam? BOWO Yoi..! kenapa? JUKI Pak Aam hajatan ngapain? Mu nyunatin anaknya do’i? BOWO Wakin, bego! IMAM Lah...?? Emang na’aknya udah ada yang gede? BOWO Belooon...! na’aknya kan cuma sokat... yang skola di MTS doank IMAM Nah... tuh sapa yang merit? BOWO Ya dianya lah... masa iya bu’lenya... JUKI Seeet daah... IMAM Gua ngikut dah... BOWO Ngikut apa? Ngikut kawin? IMAM Kaga, malieh! Maksud gua ngikut kondangannya! BOWO Ngapain? Emang lu diondang? IMAM Kaga... gua cuma pengen tau aja cewe yang mau sama pak Aam cakep kaga...!? BOWO Ooo...
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
INSERT : ibu-ibu yang rumahnya dekat pos sedang ngangkatin jemuran. FADE OUT / FADE IN ESTABLISHED : - langit yang mulai menjadi gelap SCENE 2 EXT. JALAN KAMPUNG - DEPAN GANG SORE HARI BOWO, IMAM, JUKI, MIPTAH, PAK USTAD, BOS PREMAN, PREMAN 1, 2, 3 DAN PREMAN 4 Imam, Bowo, Miptah dan Juki sedang berjalan pulang... Mereka sampai di sebuah mulut gang. Mereka berpapasan dengan lima orang preman, yang dua duduk diatas kursi kayu yang terdapat di tepi jalan gang tersebut salah satu yang duduk itu adalah bos preman, dan yang tiga berdiri di sampingnya.
Bos preman tersebut, sedang asik memotong jenggot dan jambang yang baru numbuh dengan menggunakan pisau belati.. karena sedang bercukur, tidak sempat melihat ke depan, belakang, kanan dan kiri... Lewatlah seorang ustad berbaju koko dan bersarung plus peci. USTAD Permisi, Aa-Aa... SEMUA PREMAN Mangga, pa ustadz Bos preman menoleh untuk melihat wajah ustad... dan merekapun bertatap-tatapan sebentar. BOS PREMAN Ustad...?! USTAD Majid...?! Bos preman bangkit dari duduknya... dia menyodorkan tangannya, si ustad kemudian mencium tangannya. BOS PREMAN Mau kemana, tad? USTAD Ini, jid... mau ke rumah Pak Alwi...
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
BOS PREMAN Ooohhh... ke rumah Pak Alwi...!? USTAD Ayo, jid... saya buru-buru nih?! BOS PREMAN Iya, tad... iya...! Bos preman tersebut kembali ke tempat duduknya dan kembali mengusap-ngusapkan mengusap-ngusapkan pisaunya di dagunya. PREMAN 1 Siapa, bos? BOS PREMAN Yang mana? PREMAN 1 Yang tadi! Yang ustad!? BOS PREMAN Ooo... itu ustad Samir PREMAN 1 Kok kenal, bos? Kemudian ada dentuman musik keras yang entah datangnya dari sebuah mobil, apa tukang getuk lindri, atau apa, karena tidak terlihat, melewati mereka lagi... Seketika mereka terdiam dan hanya kepala mereka semua yang bergoncang-goncang seiring ketukan lagu itu. Setelah suara musik itu hilang... PREMAN 1 Suara apaan tuh ya?? BOS PREMAN Au! tukang getuk kali...!? (MORE) Si bos preman menatap wajah preman 1.. BOS PREMAN (CONT’D) Kenapa tadi? PREMAN 1 Yang tadi itu siapa? BOS PREMAN
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Bego... udah gua jawab kan itu mah...!?! PREMAN 1 Oooh iya... Ustad Samir kan? BOS PREMAN Yoi PREMAN 1 Maksudnya siokap, bos, Ustad Samir itu? Kok bos bisa kenal? BOS PREMAN Do’i sering ke rokum gua, bray... PREMAN 1 Ngapain? BOS PREMAN Ga tau... PREMAN 1 Kok ga tau!? Gimana sih? BOS PREMAN Ya ga tau! Orang cuma konsultasi doank! PREMAN 2 Ooo... curcol, curcol?? PREMAN 1 Curcol soal apa, bos? Soal gebetannya ya? BOS PREMAN Begoo... ustad mana punya gebetan, malieh!?! Konsultasi... gitu ajaa...! seputar aktipitas perpremanan kita... PREMAN 1 Ooo... dia pengen mendalami dunia preman kali ya?? BOS PREMAN Iya kali!? PREMAN 1
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Mau masuk preman kali dia, bos? BOS PREMAN Iya kali....?! Ya ga apa-apa lah... ntar kalo dia mau masup preman, gua yang mremanin PREMAN 2 (memalingkan wajah dan bergumam) Kayanya dunia kiamatnya dipercepat dah... kaga jadi duarebu dua belas... Tak lama dari situ Miptah dkk lewat tepat di hadapan para preman tersebut... Salah satu preman yang berdiri tersebut memanggil. PREMAN 1 Heh, heh, heh.... Miptah dkk menghentikan langkahnya dan menoleh. PREMAN 1 Sini luh...! MIPTAH Siapa, bang? Saya? PREMAN 1 Bukan! Bapa lu! Ya elu, dongo! emang siapa lagi?! MIPTAH Emang ada apaan, bang? PREMAN 1 Sini luh, anak monyet! MIPTAH (sambil menghampiri si preman) Seeett daahh.. anak monyet...?! Ga liat apa kita berbentuk manusia..?! PREMAN 1 Abis muka lu kaya panda! MIPTAH Sendirinya kaya toke... PREMAN 1
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Eehh...!! Lu brani ngelawan lu ya? Ga tau apa gua preman MIPTAH Udah tau, bang... udah tau...! Kalo tampilannya kaya gini mah udah pasti preman...! Kan kalo presiden mah ngga mungkin kaya gini.. PREMAN 1 Eeeh... lu brani ngoceh lu ya?!! (mengacungkan pisau daging) Gua semur lu!! MIPTAH Ampun, bang.. ampuuunn...! Jangan disemur!! PREMAN 1 Sini luh!! Mendekat ke kami! MIPTAH (bergumam) Ke kamiii... Miptah dkk menghampiri, diikuti yang lain. PREMAN 1 Punya duit ngga luh? JUKI Duit? Buat apa, bang? PREMAN 1 Buat ngerik... masup angin gua!! (agak membentak Juki) Pake nanya lagi lu akh! MIPTAH Ga punya bang...! BOS PREMAN (tanpa menoleh, hanya asik mengerik jenggotnya) Preksa, bun preksaaa...!! PREMAN 1 Sini coba gua preksa satu-satu...!! MIPTAH
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Ngga ada, bang... suer...! PREMAN 1 Aaah... bohong luh! Kemudian preman 1, 2, 3 dan 4 memeriksa Miptah... JUKI Bang!? Preman 1, 2, 3 dan 4 menoleh... PREMAN 1 Napa? JUKI Kok di situ semua mreksanya?? Kita kaga? PREMAN 1 Oooiyaa...!! (ke arah Preman 2, 3 dan 4) Lu sana, bego...! preksainnya satu orang satu!! Lalu Preman 2 memeriksa Juki, Preman 3 memeriksa Bowo dan Preman 4 memeriksa Ndank. Setelah memeriksa... Preman 2, mengangkat bahunya, pertanda tidak menemukan apa-apa... diikuti preman 3 dan 4. Preman 1 juga tidak menemukan apa-apa... PREMAN 1 Ga ada apa-apa, bos! BOS PREMAN Ambil apa yang bisa diambil...! (masih tidak mau menoleh) PREMAN 1 Kalo gitu siniin jam tangan! JUKI (bergumam) Siapa yang make jam tangan...? (menunjukkan tangan mereka) Ngga ada yang pake jam tangan, tuh...
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Preman 1 seperti agak bingung sedikit... PREMAN 1 Sepatu deh sepatu kalo gitu... MIPTAH Pada pake sendal semua, bang... INSERT : empat pasang kaki yang semuanya pake sendal jepit MIPTAH (CONT’D) (Miptah baru menyadari sesuatu) Sebentar, bang! Nih dari roman-raomannya, kita kaya yang lagi dikolekin nih...?! PREMAN 1 Ya emang lagi gua kolek, bego amat ya?! MIPTAH (menoleh ke Juki) Oooh... lagi dikolekin kita, juk!? PREMAN 1 (membentak) Iya!! Lu kira emang lagi diimunisasi? MIPTAH Tapi kita emang ga punya apa-apa, bang... gimana donk? PREMAN 1 (menanyakan ke bos-nya) Gimana, bos? BOS PREMAN Aaah... dasar goblog kalian...! (bangkit dari duduknya) Kalo ngga punya apa-apa tuh ya disiksa ajah..!! JUKI (menjerit kaget) Hahh...!! kita disiksa? PREMAN 1 Belooom...! baru rencana! Selow aja napa!? Pengen buru-buru ajaaa...!
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Bos preman mendekati Miptah dkk. Ketika menatap wajah Bowo, si bos preman sedikit terkejut... ia kemudian membuka kacamata hitamnya. Memperhatikan wajah Bowo dengan seksama. BOS PREMAN Bowo yah? BOWO Iya...! situ ketua preman yah? BOS PREMAN Iya...! lu inget gua ngga, wo? BOWO Siapa? BOS PREMAN Siapa coba?? BOWO Jos Bus ya?? BOS PREMAN (memalingkan wajah dan bergumam) Jauh amat Jos Bus...! (membalikan wajahnya kebali ke Bowo) Bukaan! BOWO Siapa donk? Kobe Brayen, Kobe Brayen?? BOS PREMAN (memalingkan wajahnya dan bergumam lagi) Makin jauh... BOWO (menunjuk-nunjuk (menunjuk-nunjuk keningnya seperti sedang berpikir keras) Bisni Spir??? BOS PREMAN (garuk-garuk kepala) Majid, Majid...!
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
BOWO Majid? BOS PREMAN Iya...!! Majid! BOWO Majid mana ya? Temen kuliah gua bukan ya?? BOS PREMAN (memalingkan wajah dan bergumam lagi) Emang ada muka blesek kaya gini pernah kuliah?? Nganggur lagi sekarang!! (menoleh lagi ke Bowo) Gua Majid! Temen sekolah madrasah lu dulu... Bowo coba sedikit mengingat-ingat. BOWO Ooo... iya... gua inget, gua inget...! Yang waktu itu mu gantung diri ya? Gara-gara ga lulus-lulus ikro 5? BOS PREMAN Nah... lu masih inget itu! Apa kabar lu, wo? (sambil berpelukan) BOWO Baek! lu? BOS PREMAN Baek juga...! Lu kemana aja ga pernah keliatan? BOWO Ada aja... Nah lu sendiri kemana aja? Gua ga pernah ngeliat lu... BOS PREMAN Gua ada mulu...! di sini mulu gua biasanya...! BOWO Yang bener luh? Gua jarang liat luh...
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
BOS PREMAN Sama.. gua juga jarang ngeliat lu...! padahal kita deket ya? BOWO (ketawa bersama) Heheheheheheheheeeeee... Heheheheheheheheeeeee... he.. he... BOS PREMAN Seeeph!! Seketika mereka berhenti ketawa... BOS PREMAN (CONT’D) Udah ah...! kebanyakan! Heheheheheeeee... (ketawa lagi bersamaan sambil berpelukan dengan Bowo) PREMAN 2 (berjalan ke depan kamera, menghadap kamera dan membelakangi Bos Preman dan Bowo yang masih berpelukan) Pemirsa... Inilah tali kasih yang sempat terputus beberapa tahun lamanya... kini telah tersambung kembali... Padahal rumahnya deket, pemirsa... satu di sini, satunya di sono... BOWO (menoleh ke Preman 2) Nah, elu... udah tau gua orang situ... napa masih dikolekin juga??! PREMAN 2 (menoleh ke Bowo) Iseng aja, malieh!! Biar kita keliatan premannya...! CUT TO ESTABLISHED : - bagian depan rumah Pak Lurah SCENE 3 EXT. RUMAH PAK LURAH - KAMAR MALAM PAK LURAH, ISTRI PAK LURAH
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Pak lurah berdandan di depan cermin yang terdapat di kamar tidurnya. Merapikan kopiahnya, kerah bajunya dan lainnya. BU LURAH Mau kemana to, pak... malam-malam begini? PAK LURAH Urusan kantor, maah...! BU LURAH Kantor opo to, paak...? Iki kan wes malem!? PAK LURAH Ya kantor kelurahan, mah... masa kantor kejaksaan...! lah wong aku ini kan lurah, bukan jaksa...! Kemudian Pak Lurah tampak keluar dari kamarnya dan meraih tumpukan map yang terletak di meja ruang tengah. Lalu pak lurah meghampiri istrinya kembali yang masih berdiri di depan kamar. PAK LURAH Udah ya, bu... bapak caw dulu!? CUT TO SCENE 4 EXT. RUMAH NDANK - KAMAR MALAM NDANK Di rumahnya, Ndank sedang sibuk mengacak-acak lemari pakaian untuk mencari kaos kaki yang pas yang akan dikenakannya untuk datang ke acara pasar malam.
INSERT : pakaian-pakaian yang melayang karena dilemparkan Ndank dari lemari keluar saat dia mencari kaos kaki. Diantara pakaian yang melayang itu ada kaos, kemeja, celana, BH, celana dalam dan celana pendek. Ndank menemukan sepasang kaos kaki putih belang ijo dan megangkatnya ke depan mukanya. “NAH... INI KETEMU...!!!” WIPE TO SCENE 5 EXT. TERAS RUMAH - KURSI
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
MALAM JUKI, MIPTAH, BOWO, NDANK, IMAM Di kursi yang terletak di teras sebuah rumah salah seorang warga cibatok, Bowo, Juki dan Miptah telah berkumpul. Mereka menunggu Ndank dan Imam. Semuanya tampil dengan menggunakan pakaian yang bertema sama: kaos clothingan ala distro, celana sontok !, sepatu kets, kecuali Juki memakai celana jeans yang di-beggi-kan serta wristband. Bowo pakai topi trucker ngacung ke atas. Miptah menggunakan kaos kaki belang-belang setengah betis. Kemudian... “KUCLUK-KUCLUK” Ndank datang... NDANK (bergumam ketika melihat penampilan rekannya) Bujugg!! Mu ke pasar malem apa mu rilis album?? (kemudian menyapa temantemannya) Weh... udah pada siap nih?! Yo cabut!? MIPTAH Tunggu...! Imam belon dateng...! Tak lama dari situ... Imam datang dengan menggunakan kemeja setelan batik. MIPTAH Naah... tuh bocah! (menunjuk Imam yang terlihat menghampiri) JUKI Seet daah...!! masih kaku aja... ke PM make batik. MIPTAH Wuuiiii... mu kondangan lu? (ngeledek Imam yang make batik) IMAM Lha... bukannya mu kondangan Pak Aam si Bowo? Kemudian ada dentuman musik keras yang entah datangnya dari sebuah mobil, apa tukang getuk lindri, atau apa, karena tidak terlihat, melewati mereka lagi... Seketika mereka terdiam dan hanya kepala mereka semua yang bergoncang-goncang seiring ketukan lagu itu.
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Setelah suara musik itu hilang... MIPTAH Apaan sih itu?? BOWO Ga tau! tukang getuk kali...!? MIPTAH Tukang getuk bolak-balik mulu dari tadi siang!!? BOWO Namanya nyari napkah!! Kemudian obrolan mereka kembali ke topik BOWO Kaga jadi kondangan...! warung deket rokum guanya kebakaran! IMAM Lah apa hubungannya, malieh? BOWO Kan tadinya gua mu bokul amplop, bego...! Kalo ga ada amplop, mu ngasih apa? Masa kondangan kaga ngamplop!!? Mu ditaro dimana komuk gua??! MIPTAH Di baskom! IMAM Terus gimana donk? BOWO Gimana apanya? IMAM Liat donk sokin...! gua udah pake kemeja batik gini...!! MIPTAH Ya udahlah... cuek aja! IMAM Cabut nih?
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
MIPTAH Yu, mari. IMAM Tengsin atuh gua ke PM make batik gini mah... MIPTAH Aaahh... lu make tengsin-tengsin segala!! Kemaren lu diarak warga gara-gara nyolong sendal kaga tengsin lu! Mereka mulai melangkah untuk menuju PM. IMAM Aaah... ada ada aja sih akh...! JUKI Lagiaaan...! (melihat pakaian Ndank, Bowo, Juki dan Miptah) Ngomong-ngomong... Ngomong-ngomong... kita mo kemana nih ya? BOWO Kenapa emang? IMAM Kok dandanannya kaya begokin...? BOWO Yaaah... anggaplah mo nonton acara... metal! CUT TO SCENE 6 EXT. PASAR MALAM – PINGGIRAN PASAR MALAM BOWO, MIPTAH, JUKI, IMAM, NDANK, 3 ORANG ANAK SMA Beberapa saat kemudian, tibalah mereka di pinggiran pasar malam... Mereka berjalan menyusuri sisi-sisi lapak. Setiap kali ada cewe yang berpapasan, mereka tak segan untuk menyapanya (tepatnya menggodanya).
Kemudian tampak tiga orang anak laki-laki yang masih menggunakan seragam SMA. Satu dari mereka, Asep, menatapi wajah kelima orang Gembel dengan seksama.
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
ASEP (menunjuk-nunjuk (menunjuk-nunjuk wajah Miptah) Weh...!! ungu ya? ungu??! Miptah hanya mengangkat alisnya... Satu temannya yang lain ikut mengamati wajah gembel satu persatu. TEMAN ASEP (menarik tangan Asep) Bukan, Sep... bukan ungu! Udah yu ah, cabut...!? Kemudian tiga anak SMA tadi melangkah pergi. MIPTAH Bocah sarap!! Udah pada malem masih keluyuran...! mo pada jadi apa bangsa ini kalo anak sekolahnya pada kaya gitu?! BOWO Kaya kita paling ntarnya...! Kemudian mereka melanjutkan perjalanannya menuju pasar malam. FADE OUT / FADE IN SCENE 7 EXT. PASAR MALAM – TENGAH-TENGAH PASAR MALAM MALAM MIPTAH, BOWO, IMAM, JUKI, NDANK, GADIS, BRE’ONK (TENTARA) Tak lama setelah berkeliling-keliling, berkeliling-keliling, terlihat seorang gadis berdiri sendirian agak jauh dari keramaian, seperti sedang menunggu seseorang.
MIPTAH Men...! (kepada teman-temannya) Cokliii!! (menunjuk si gadis tersebut) INSERT : seorang gadis yang berdiri agak jauh dari mereka BOWO Udaaah... embaat...! MIPTAH
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Yo’i donk...! Miptah lalu berjalan untuk menghampiri si gadis itu Setelah sampai di tempat si gadis tadi, Miptah clingakclinguk karena tidak menemukan ada si gadis yang dimaksud. Kemudian si gadis secara tiba-tiba muncul di samping Miptah... GADIS (sambil senyam-senyum) Nyari saya, bang? MIPTAH (menoleh dan kaget) Astapiruloh!! Eeeuuhh..!! iya, neng.....!? GADIS Ngapain dicari, bang? Orang saya disini... MIPTAH (sambil cengangas-cengenges) cengangas-cengenges) Heuheuuu... iyaa...! Sendirian aja? Si gadis mengangguk malu-malu... MIPTAH Mau... abang temenin? Si gadis tersenyum malu-malu. MIPTAH Namanya siapa, neng? Kemudian terdengar suara dari belakang Miptah: “NAMANYA... SUSI!” (dengan nada tegas). Setelah Miptah menoleh, ternyata sorang laki-laki tinggi tegap berpakaian tentara loreng lengkap. MIPTAH (bergumam) Monyeet... lango lagi. Miptah melangkah sedikit demi sedikit menuju temantemannya hingga akhirnya menjauh dari si tentara dan gadis tersebut. Bowo, Imam, Ndank dan Juki menahan ketawa.
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
BOWO (dengan menahan ketawa) Kenapa, Mip? MIPTAH Bre’onk galih, bray! Kaga dah! FADE OUT / FADE IN SCENE 8 EXT. PASAR MALAM – PINGGIRAN PASAR MALAM MALAM MIPTAH, IMAM, BOWO, NDANK, JUKI, CEWE (JULIE) DAN ADIK JULIE Di dekat lapak tukang pakaian dalam wanita, Miptah, Imam, Juki, Ndank dan Bowo berdiri santai. Miptah mengeluarkan sebungkus rokok dan mengambilnya sebatang... Satu per satu dari mereka mengambil masing-masing satu batang dari bungkus yang sama... Kemudian dibakarnya rokok itu
Saat membakar rokoknya, Juki menoleh ke arah dimana ada seorang gadis yang sedang melihat-lihat dagangan bersama dengan adiknya yang berumur 9 tahunan. tanpa sepenglihatan teman-temannya, Juki pergi untuk menghampiri si gadis tersebut. IMAM Cabut yu ah...!?! Garink nih! Dari tadi kaga ada cokli...! MIPTAH Yu! Nyari coklinya disana aja yu? IMAM Dimana? MIPTAH Majlis Ta’lim... IMAM Emak lu ntar yang gua dapet donk?? MIPTAH Jangan emak gua banget donk! IMAM Terus siapa?
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
MIPTAH Temen-temennya emak gua kan banyak BOWO Ya udah yu ah...!? Mau pulang ga nih? Setelah itu, mereka melangkah untuk pulang. IMAM Si Juki mental ya? NDANK Kemana tuh bocah? Miptah hanya mengangkat bahunya. Setelah tengok-menengok, tengok-menengok, mereka melihat Juki yang sedang mengobrol bersama seorang wanita yang sedang membawa adiknya tersebut. NDANK Wah, caur tuh bocah...! MIPTAH Mana? NDANK Tuh! Mereka berdiri menyaksikan Juki yang tengah asik mengobrol dengan si gadis. Dari gerak-gerik dan mimiknya, Miptah seperti mengajak pulang rekannya tanpa harus menunggu Juki. NDANK (berteriak) Jukiii...!! Juki hanya mengangkat sebelah tangnnya. Ndank dengan tangannya memberi isyarat mengajak pulang. Juki membalas dengan mengibaskan tangannya memberi isyarat: “PULANG AJA DULUAN, TAR GUA NYUSUL!”. Kemudian mereka sedikit berembuk untuk memutuskan pulang atau menunggu Juki. Dan setelah berembuk itu, mereka memutuskan untuk pulang tanpa menunggu Juki yang masih asik mengobrol dengan cewe (Julie).
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
FADE OUT / FADE IN SCENE 9 EXT. RUMAH NDANK – HALAMAN DAN TERAS MALAM IMAM, BOWO, JUKI, NDANK, MIPTAH, PAK RT Sepulang dari pasar malam, gembel (minus Juki) masakmasak di halaman rumah Ndank.
Tak lama, Juki datang saat Imam, Bowo, Ndank dan Miptah di sekitar perapian memasak; Imam sedang mengirisi cabe, Bowo dan Ndank sedang merapikan daun pisang dan Miptah sedang menyalakan kembali bara yang mulai meredup agar si nasi liwet yang terdapat diatasnya cepat matang. Juki mendekati Imam... IMAM (setelah memasukkan irisan cabe ke dalam kastrol) Lama amat lu, ki...!? Ngapain dulu lu sama tuh cokli? JUKI Kaga ngapa-ngapain? IMAM Lha, terus tadi... ngapain? JUKI Cuma ngobrol-ngobrol... kenalan... MIPTAH Abis itu? JUKI Abis ituuu... kita ngemek bakso...! MIPTAH Udah? JUKI Udah...! terus gua kesini...! MIPTAH Udah, gitu doank? JUKI Udah! Emang mo ngapain lagi? MIPTAH
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Kirain... langsung bawa ke kebon?! JUKI (mengacungkan sikunya pada Miptah seperti ingin menyikutnya) Enak aja! emangnya gua PeKa!!? IMAM (dari jauh) Soalnya... sejarah mncatat, biasanya lu kalo abis kenalan sama cewe, tujuan selanjutnya ga kan jauh dari kebon singkong...! Ehh... ngomong-ngomong kok lu tau sih kita ada di sokin? JUKI Kan gua ngikutin baunya lu pada... BOWO (manggut-manggut) Hhhmmmm... Ngemeng-ngemeng cokli yang tadi tuh siapa namanya, bray? JUKI Yang mana? BOWO Yang lu tadi kenalan, bego!! JUKI Namanya Julie... orang kebon pete! (garuk-garuk) Setedi kan men? BOWO Lumayan...! JUKI Tapi ngeri, men... ba’angnya pelokis! MIPTAH Wah..... sama pelokis aja lu ngeper...!! (membalikkan badannya yang tadinya membelakangi Juki jadi ke arah Juki) Kalo mo takut mah sama Tuhan... Yang Maha Esa...!! jangan sama pelokis!
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Pelokis mah sama sama kita... samasama manusia! Kemeknya nasi! Bedanya, kalo do’i nasinya pake ayam, kalo kita mah sama tempe orek! Juki manggut-manggut ga jelas dengan tangan memegangi dagu. Di tengah perbincangan tersebut, lewatlah pak RT dengan kemeja batik dan kopiah. PAK RT Waduuh... lagi pada ngapain nih? Masak-masak ya? NDANK Beeuuhh..!! Pak RT sotoy nih...! Lagi pada masak-masak... orang lagi pada nyerpis motor...! PAK RT Motornya mana? NDANK (menunjuk kastrol yang sedang di aduk-aduk) Ini! PAK RT Kok kaya nasi liwet? NDANK Bukan, ini motor...! PAK RT Motornya pake ikan teri ngga? NDANK Pake, pak...! pake tempe lagi! PAK RT Waduh... kebetulan saya lagi laper...! (sambil berjalan ke arah teras rumah Ndank untuk duduk disana) MIPTAH Bentar lagi, pak RT...! tunggu aja! masih di servis motornya...!
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Pak RT duduk di teras, ia memutar-mutar pinggangnya pinggangnya pertanda ia merasakan pegal PAK RT Pinggang saya kok pegel-pegel banget ini...!? kalo tiduran enak nih kayanya... (sambil menyapu-nyapu lantai dengan tangannya untuk ia tidurtiduran) Setelah beberapa saat Pak RT tidur-tiduran, tidur-tiduran, ia tertidur beneran... ngorok pula! MIPTAH (melihat Pak RT yang tergeletak sambil ngorok) Kasian ya do’i... kayanya kecapean banget...! gaweannya berat kayanya mah...!? NDANK Yo’i...! Kayanya mah, abis mindah-mindahin mindah-mindahin kontener doi...!? Miptah manggut-manggut... manggut-manggut... FADE OUT / FADE IN Masakan beres... Imam membawa dua bilah daun pisang yang tadi dirapikan itu ke teras rumah Ndank, sedang Miptah dan Ndank menggotong kastrol (panci untuk nasi liwet) yang masih panas; Bowo, berjalan hanya membawa alat pengaduk nasi dan pisau yang tadi digunakan untuk mengiris cabe dll. Kemudian mereka menuangkan nasi dan meratakannya di atas daun pisang yang digelar dekat kepala Pak RT yang masih ngorok. Bowo menaruh alat pengaduk dan pisau untuk kemudian membangunkan Pak RT. BOWO (meggoyang-goyangkan (meggoyang-goyangkan kaki pak RT) Pak...! Pak RT...! Bangun, Pak... motornya udah beres diservis tuh!
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Pak RT kemudian terbangun... PAK RT Eehhh... (belum nyatu antara jiwa dan raga) Udah beres ya? MIPTAH Udah, pak... makan yu, pak!?! Pak RT kemudian beranjak untuk mengambil satu lapak di tepian daun pisang yang lebar itu. Ketika mereka sedang asik di tengah jamuan makan liwet, tiba-tiba hape Juki berbunyi... “TULILULILULIIIITTTT.... “TULILULILULIIIITTTT.... TULILULILULIIIITTTT...!!” Juki mengambil hape dari dalam sakunya... Lalu Juki melihat layar LCD-nya, kemudian wajahnya mengarah ke teman-temannya... teman-temannya... MIPTAH Siapa, bray? PAK RT Pasti Julie...!? JUKI Lah...!? kok pak RT bisa tau? PAK RT Ya jelas toh!? Saya ini kan RT gitulo! IMAM Bener, ki? JUKI Bener! IMAM Julie mana? Julie Estelle? JUKI Bukan! MIPTAH Lah, terus... Julie mana? JUKI
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Julie yang tadiii...!!! yang gua kenalan di PeEm! IMAM Oooo..... tuh cokli namanya Julie? JUKI Lah pan tadi gua udah ngemeng namanya Julie! Sementara hape Juki masih berbunyi. MIPTAH Angkat, maman! Juki membalikkan badannya untuk menerima panggilan yang masuk ke hapenya tersebut dan ia berbicara dengan menggunakan loudspeaker. JUKI Hallo...!? SUARA JULIE DI TELPON : Hallo... ini Dimas? JUKI Dimas...? Buk... eh, iya...!!! Iya, iya... ini Dimas! Keempat rekan Juki plus Pak RT menahan tawa sampai nasi liwet yang ada di mulut mereka masing-masing berhamburan keluar karena mendengar ada wanita menyebut Juki dengan Sebutan Dimas. SUARA JULIE DI TELPON : Hallo, Dimas... gi ngapain nih? JUKI (sambil membalikan badan membelakangi rekan-rekan mereka yang sedang makan) Dimas lagi makan nih... SUARA JULIE DI TELPON : Lagi makan? Kok malem banget? JUKI Iya...! Dimas emang biasa suka makan malem-malem... Julie lagi ngapain? Udah makan belum?
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
SUARA JULIE DI TELPON : Udah... Julie udah makan. JUKI Julie kok belum tidur sih malem-malem? SUARA JULIE DI TELPON : Belum... Julie ngga bisa tidur nih...! Tapi ya udah deh, Julie mau tidur dulu yaa...?!? Dimas met nerusin makannya ya?! Di belakang Juki, terlihat kalo Miptah telah berjalan menjauh untuk membuang daun pisang bekas makan. JUKI Yoo, Julie... Makasih ya, Julie ya?! SUARA JULIE DI TELPON : Yo, daah... Ketika Juki membalikkan badannya ke arah rekan-rekannya, rekan-rekannya, terlihat bahwa rekan-rekannya telah beres melakukan makan-makannya. JUKI Lah?? nasinya?!? BOWO Nasinya sudah habis, Dimas...! Dimas sih, nelponnya kelamaan! Lalu serempak semuanya menertawakan Juli : “HHHAHAHAAAHAHAHAAA...! “HHHAHAHAAAHAHAHAAA...! HAHAA...!” PAK RT (masih tertawa) Hahahaaa... ! Dimas... nama bagus-bagus dari ibumu, Juki! ej-u-ju-ek-i-ki, Juki... kok jadi Dimas...?? JUKI Tengsin, pak RT! Masa kenalan ma cewe namanya Juki...!?! Lagian juga yang ngasih nama bukan emak saya... PAK RT
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Siapa memangnya yang ngasih nama sama kamu? JUKI Paman saya PAK RT Lho kok bisa paman? JUKI Soalnya... waktu ibu saya sedang mengandung saya, bapak saya lagi ngga ada...! kata ibu saya sih bapak saya katanya lagi dines di Belanda! Jadi paman saya yang nemenin ibu saya. MIPTAH Bokis, pak RT! Waktu itu bapaknya bukan dines di Belanda... tapi kabur ke Jawa Timur... Soalnya lagi diuberuber serse! JUKI Monyet lu, mip... so tau luh! Bo’ong, pak RT! Kata emak saya begitu...! PAK RT Apa jangan-jangan bapakmu itu pamanmu juga...? JUKI Enak aja! Tapi ga tau juga sih...!? PAK RT Bo’ong denk... secara saya lagi b’canda...! kamu jangan tersanjung gitu donk...! JUKI Tersinggung! PAK RT Iya, tersinggung...! JUKI Udah ‘ah... ngapain sih ngebahas asal usul saya!?! FADE OUT / FADE IN
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
“Keesokan Harinya” ESTABLISHED : - pohon rambutan di pinggir jalan kampung, dimana kemudian tampak ada seorang pemuda tanggung (Juned) yang sedang bersusah payah bergelantungan pada satu dahan untuk mengambil rambutan SCENE 10 EXT. RUMAH JUNED - HALAMAN SIANG MIPTAH, NDANK, JUNED, JUKI, JULIE Miptah dan Ndank lewat di bawah pohon rambutan Juned. Ketika tepat di bwah pohon rambutan itu, kepala Ndank tertimpa satu rangkai buah rambutan. Ketika melihat ke atas, mereka melihat Juned sedang bersusah payah memanjat dahan demi dahan.
MIPTAH Weeyy, ned...!! ngapain lu? JUNED (dari atas pohon rambutan) Lagi maen gitar! MIPTAH Ooo... kirain lagi ngambil rambutan! JUNED Bukan, lagi maen gitar! NDANK Bagi donk gitarnya! JUNED Tar... belon dapet! Pada jauh! NDANK Kaga usah yang jauh-jauh, yang deket aja! JUNED Jangankan yang jauh, jonih...! yang deket aja belom dapet!! Ndank dan Miptah heran melihat gaya memanjat Juned. MIPTAH Ati-ati, ned ah!! Lu mah ngambil rambutan kaya orang yang baru dipegatin aja...!!?
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
NDANK Gua curiga, mip...!? MIPTAH Jangan-jangan nih anak mau bunuh diri... bukan mau ngambil rambuitan..!? NDANK Taauu...?! katanya lagi maen gitar... tapi kok gua sampe ngeri gitu ngeliatnya... MIPTAH Udah yu ah...!? ntar kalo ada apa-apa kita dimintain pertanggung jawaban lagi... NDANK Yu ah...! Kemudian mereka melangkah pergi... Ketika mereka baru beberapa langkah, tampak di belakang mereka Juned yang terjun bebas, sehingga menghasilkan bunyi : “BLUG!!” Seketika, merekapun menoleh... Melihat Juned sedang terkapar, mereka berlari menghampiri Juned. MIPTAH (berlari hendak menolong Juned) Tuuuh, kan...! kata gua juga ini mah lagi ngambil rambutan...! kalo lagi maen gitar mah ga kan jatoh gini! NDANK (sambil berlari hendak menolong juga) Lo jatoh, ned? JUNED (dalam keadaan tak sadarkan diri) Kaga, ngopi!! MIPTAH Tolongin... tolongin!!
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
NDANK Gimana ini, mip?? MIPTAH Gua bilang juga apa, ned... ati-ati... nanti jatoh...! NDANK Ngomong sekarang kaga ada manpaatnya, mip... mending ntar aja kalo do’i dah sadar...! Sementara, Juned masih terkapar tak sadarkan diri. Miptah menggerak-gerakkan menggerak-gerakkan tangan Juned ke depan dan kesamping, sementara Ndank mengangkat telapak kaki Juned dan membatek-bateknya seperti layaknya seorang pemain bola yang menolong rekannya yang keseleo. Wajah Miptah mengarah pada Ndank... MIPTAH Dank...!! (kemudian Ndank menatap wajah Miptah) Pingsan nih doi...!! NDANK Terus gimana? Ketika mereka tengah berada dalam kepanikan, Juki lewat bersama Julie. MIPTAH (melihat Juki dan Julie yang lewat di depan mereka) Eh, Juki Juki...!! Juki hanya menanyakan “ADA APA?” dengan mengangkat dagunya. Julie terkejut melihat Dimasnya dipenggil Juki. JULIE Juki? JUKI Ehm... iya..! Anak-anak emang pada manggil aku Juki. NDANK
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Tolong nih, juk...! si Juned jatoh dari pohon rambutan! JUKI Tolongin gimana? Gua mau bokinan gini akh! MIPTAH Ya gimana ke! Dikompres kek, gimana kek! JUKI Waduuh... sori men... gue mo cabut nih sama do’i...! kita mo nyodok...! MIPTAH Lah terus... nih gimana? JUKI Udah... tinggal aja! NDANK Wah, tega lu ya...? ngga ada cara laen apa? JUKI Cara terbaik versi gua sih ya ditinggal itu tadi...! Udah ya, gua cabut dulu nih...!? Kemudian Juki dan Julie meneruskan jalannya... NDANK Waahh... keliwatan si Juki...! Orang lagi susah bukannya tolongin dulu kek...! (menoleh pada Juned yang masih terkapar) Terus gimana ini? (sambil menatap wajah Miptah) MIPTAH (mengajak Miptah untuk segera cabut) bener juga kata si Juki, dank... Kita cabut aja yo...!?! daripada ntar kita ditanya-tanya sama pihak berkewajiban... NDANK Ya udah lah... mu gimana lagi...!?
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Kemudian mereka berdua pergi meninggalkan Juned yang tetap terkapar. CUT TO SCENE 11 EXT. RUMAH IMAM – BANGKU HALAMAN SIANG MIPTAH, IMAM, NDANK, PAK JAYA, MANG UDI (OJEK) Miptah dan Ndank tiba di halaman rumah Imam, yang mana di bawah pohon jambu yang terletak di halaman rumah Imam, terdapat bale (kursi kayu / bambu), dan Imam sedang duduk di situ sambil ngopi.
Melihat Ndank dan Miptah datang dengan muka panik, Imam sedikit mengeluarkan ekspresi heran. MIPTAH (datang langsung duduk) Wah gila tuh si Juki...! IMAM Napa emang? MIPTAH Gokil, mam! Masa... si Juned jatoh dari pohon rambutan... do’i biasa aja...! kaga ada spik-spiknya...! spik-spiknya...! IMAM Si Juned jatoh? NDANK Yo’i! IMAM Mokat? NDANK Kaga sih... IMAM Tapi mau mokat? NDANK Ga tau...! gua belom sempet nanyain...! do’i keburu pingsan soalnya IMAM
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Kenapa jatohnya itu? NDANK Kaga ngerti dah...! grogi kayanya liat kita... jadi jatoh MIPTAH Yang parah... pas abis jatuh ke tanah, pingsan do’i! Ngibung juga kita ga tau pingsan pa gintur doi? IMAM Yang jelas, lu bedua pada panik gitu? MIPTAH Ya iyalah, jonih! Langsung ga sadarkan diri gitu looh! IMAM Yaaa... emang harus panik sih...! NDANK Kok gitu? IMAM Yaa... brati kan lu pada normal! Kalo orang jatoh di kodep lu, masa lu kaga panik sih? Panik donk standarnya...!?! standarnya...!?! Ndank dan Miptah manggut-manggut ga jelas. IMAM Tadi do’i lewat sokin juga. NDANK Wah...?! IMAM Beneran! Emang belagu banget dah tuh anak sekarang, mentang-mentang bokaw cokli! MIPTAH Terus? IMAM Tadinya gue mo ajakin do’i petepete... biasaaaa, nokip. NDANK
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Terus... apa katanya? IMAM Belagu sekarang! Jaim kali depan coklinya! Kemudian ada Pak Jaya lewat dengan mata bengkak dan merah... Ketiga orang gembel menoleh melihat pak Jaya sedang berjalan menutupi matanya. IMAM Gileee.... matenyeee... moker men! ada kaliiii...!? PAK JAYA Ada kali-ada kali...!!! Ada noh bini gua di rumah! Lagi jemur sempak! IMAM Ada kalee...!? Bukan bininya Pak Jaya... PAK JAYA Heh...!! gue ni lagi sakit mata, bukan abis ngegele! IMAM Ooo... MIPTAH Terus sekarang mo kemana, pak? PAK JAYA Ke kelurahan NDANK Ngapain? PAK JAYA Berobat NDANK (berpaling pada Miptah dan bergumam) Mo berobat kok ke kelurahan...?? ke warnet donk ah!! MIPTAH
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Kalo mo ngobatin mata mah ke dokter Anwar aja, pak! PAK JAYA Dokter Anwar? Dimana tuh? MIPTAH Di Prapatan Taman Sari... tukang ojek pada tau! Kemudian tampak seorang tukang ojek, Mang Udi, lewat di jalan depan mereka dengan motor yang jalannya sangat pelan... MIPTAH (CONT’D) Nah, tuh...! Mang Udi tau tuh...! MANG UDI (memberhentikan (memberhentikan sepeda motornya) Apaan? MIPTAH Tau dokter Anwar ngga, mang? MANG UDI Dokter Anwar? Yang di taman sari? MIPTAH Iya! MANG UDI Tau! Kenapa emang! PAK JAYA Anterin gua kesana, di! Gua mo berobat! MANG UDI Bertobat? PAK JAYA Berobat, dongo! MANG UDI Ooo... berobat...?! Yu ‘dah! PAK JAYA Tiga rebu ya? MANG UDI
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Seeett daahhh...! duarebu sepuluh mana ada ojek tiga rebu??!! PAK JAYA Terus berapa? MANG UDI Tiga rebu setengah PAK JAYA Eeettt daaahhh!! Beda gope doank... goceng juga gua bayar!! CUT TO SCENE 12 INT. TEMPAT DR. ANWAR – RUANG PRAKTEK SORE PAK JAYA, DR. ANWAR Di depan rumah Dr. Anwar, tampak Pak Jaya turun dan memberikan ongkos pada Mang Udi, setelah itu, mang Udi kemudian langsung kembali. Pak Jaya kemudian masuk ke dalam pagar rumah Dr. Anwar yang tidak ditutup, lalu ia menuju ruang praktek Dr. Anwar yang terletak di sebelah sisi rumahnya dan masuk ke pintu ruang praktek yang sengaja dibuka itu.
Dr. Anwar sedang duduk santai dan ngerokok dengan kaki diangkat ke meja, satu tangan memegang tabloid gosip yang sedang dibacanya PAK JAYA Permisi, pak... DR. ANWAR Ya? Cari siapa ya? PAK JAYA Yaa cari sampeyan lah!! Sampeyan dokter kan? DR. ANWAR Oooiya tentu saja...! Memang ada perlu apa nyari dokter? PAK JAYA Dimana-mana juga kalo orang nyari dokter mah berati dia mau berobat, pak...!! DR. ANWAR
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Tapi ada juga yang mau ngelahirin nyari dokter...!!? PAK JAYA Bodo ah!! Saya mah mau berobat mata! DR. ANWAR (sesekali tabloid gosip yang ada di tangannya itu dia baca sebentar) Jadi... maksud kedatangan anda kesini untuk mengobati mata anda? PAK JAYA Betul, pak! DR. ANWAR (bergumam sambil garuk-garuk kepala) Waduh... Pak Jaya melongo dan terlihat bingung... DR. ANWAR Ehemm...! Begini, pak... bapak tadi pas masuk ke sini baca plang yang ada di depan ngga? (menunjuk ke jendela) INSERT : dari jendela, tampak plang yang ada di depan pagar yang memang terlihat dari meja tempat mereka duduk PAK JAYA (menoleh, dan kemudian memposisikan matanya untuk dapat membaca tulisan yang ada di plang) Ngga keliatan, pak...! tulisannya apa emang? DR. ANWAR Ooh iya... sakit mata ya? Disana ditulis, bahwasanya saya itu adalah merupakan yang mana dokter daripada THT... bukan dokter daripada mata. Jadi yang mana bila saja bapak mengalami sakit mata, maka seyogianya berobat ke tempat yang tepat, yaitu
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
merupakan yang mana dokter daripada mata, bukan ke dokter bilamana THT! (Tabloid gosip yang tadi ia baca masih tetap berada di tangan) PAK JAYA Ah... kata anak-anak yang nongkrong katanya Dr. Anwar itu dokter mata!?! DR. ANWAR Kata siapa? PAK JAYA Kata anak-anak yang tadi nongkrong di Haji Dahlan. DR. ANWAR Itu mungkin cuma sebuah gosip, pak...! Bapak tahu, yang namanya gosip itu belum tentu benar adanya... malah justru sebagian besar, yang namanya gosip itu dapat menyesatkan, pak... karena apa? Karena sebuah berita yang termasuk dalam kategori gosip itu belum teruji kebenarannya secara ilmiah... hanya terkaan sementara! Begitu, pak...! Dan anda tau... jika bahwasanya jikalau menonton gosip itu, maka anda bisa yang mana beresiko daripada terkena paru-paru... kanker... gangguan kehamilan dan janin?? PAK JAYA Ngga tau, pak... Kok bisa gitu? DR. ANWAR Yaa kalo nonton gosipnya sambil ngrokok!? PAK JAYA (memalingkan wajah dan bergumam) bertele-tele amat...!? (membalikkan wajahnya ke dr Anwar lagi) Terus... intinya gimana, pak?? Ngga bisa nih, saya berobat di sini? DR. ANWAR
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Bukan ngga bisa, tapi belum saatnya! PAK JAYA Emang saatnya kapan? DR. ANWAR Yaaa nanti!! Saya ngulik dulu deh, ngobatinm mata itu kaya gimana... Okeh?! PAK JAYA (manggut-manggut) Ya udah, kalo gitu saya permisi dulu, pak...!? Kemudian Pak Jaya berjalan keluar tempat praktek Dr. Anwar. INSERT : Setelah keluar pagar, Pak Jaya melewati plang yang tadi ditunjuk Dr. Anwar yang bertuliskan “DR. ANWAR JAYADI. SPESIALIS THT. BUKA JAM 07.00 S/D 17.00 WIB.” Dan setelah ia berjalan beberapa langkah, ada sebuah rumah yang hanya beberapa meter dari tempat Dr. Anwar tadi, dimana diatas rumah tersebut ada plang bertuliskan “DR. ANWAR SANUSI. SPESIALIS MATA. BUKA JAM 08.00 S/D 17.00 WIB.” Pak Jaya ngga liat plang yang satu itu... CUT TO SCENE 13 EXT. PANGKALAN OJEK – BALE PANGKALAN SORE MAMAN, MAIL, YUDI, DJUHER, MANG UDI, IBU-IBU, JUKI, PAK UMAR Sepulang dari mengantarkan Pak Jaya, Mang Udi sampai di pangkalan ojek...
Disana, terdapat Maman, Mail, Yudi dan Djuher, rekan Mang Udi sesama pengojek sedang berkumpul duduk di bale (bangku) yang ada di pangkalan ojek. Di bale tersebut, tersedia beberapa gelas kopi, rokok kretek, dan satu piring gorengan. Mang Udi menjajarkan sepeda motornya dengan yang lain dan kemudian menghampiri ketiga rekannya tersebut yang tengah duduk bersandar di bale pangkalan.
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Yudi bersandar sambil meresapi hisapan rokoknya yang dihisapnya dalam-dalam. MANG UDI (sambil memarkirkan motornya) Ancuuur, ancur...! DJUHER Ga usah diomongin juga emang muka lu mah udah ancur...! MANG UDI Bukan muka gua, setan!! Setoran!! DJUHER Ooohhh setoran...?! Sama, di... gua juga ancur... belon dapet lebihnya...! Ma’il tuh yang tajir mah...! ya, il ya? MA’IL Ya jelas lah...! orang tadi gua abis nganterin presiden! MANG UDI Weeh... nganterin presiden... Kemana, il? MA’IL Ke istana negara! MANG UDI Mu ngapain? MA’IL Apaa’an? MANG UDI Presiden. MA’IL Ke istana negara? MANG UDI Heu’euh. MA’IL
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Ya gak tau... mau nandatangan itu kali... apa...? sertipikat... perjanjian...! MANG UDI Emang abis dari mana presiden? MA’IL Au... beli matrei kayanya mah. MAMAN Ngawur aja lu ah...! mana ada presiden beli matrai...!? MA’IL Emang kenapa? MAMAN Paling juga wakilnya yang beli matrai mah...! Tiba-tiba, ibu-ibu yang pulang dari pasar datang untuk naik ojek. DJUHER Sewa tuh, cuy! Cewe lagi... bohay? YUDI (sambil beranjak) Nene lu bohay! Emak-emak gitu...!! MA’IL (bergumam pada Yudi) Emak-emak juga dalunya mah cewe, bray! IBU-IBU Ojek, bang? MA’IL Bukan, bu... busway! IBU-IBU Busway kok bannya cuman dua?? Becanda kali nih si abang... MAIL Kok ibu tau kalo saya lagi becanda...?? IBU-IBU
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Ya tau lah, bang...! orang keliatan dari mukanya... sedih gitu... YUDI Yu, bu...?! IBU-IBU (menunjuk Yudi) Sama sampeyan? YUDI Bukan sampeyan, bu...!! May nem is Yudi... bukan sampeyan...!! IBU-IBU Ga mau ah! Yang laen aja, yang laen..! YUDI (bingung) Lho... kenapa, bu? Wasap?? Yang
lain juga terlihat bingung. IBU-IBU Yang ini mah udah jelek ngebut lagi...! YUDI Yaa daripada ganteng tapi ngebut... jadinya kaya pembalap, bukan kaya tukang ojek...! IBU-IBU Ga mau ah, ga mau...! pengen sama yang laen aja...! YUDI Ya udaah... (kemudian Yudi turun dari motornya dan kembali ke bale) Bawa tuh, her...! MA’IL Bawa, man bawa! DJUHER Ayo, bu... biar saya bawa! Mu dibawa kemana, bu? IBU-IBU
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Saya sih mau aja dibawa ke mana juga... DJUHER (memalingkan wajah kemudian bergumam) Najis!!! IBU-IBU Ngga ngebut kan? DJUHER Insaaloh nggaa... paling agak kenceng doank... dikit...!! IBU-IBU Berapa kencengnya? DJUHER Limapuluhan lah... IBU-IBU Lima puluhan apa? DJUHER Lima puluh kilo. IBU-IBU Ngebut atuh lima puluh kilo mah! DJUHER Yaa... empat puluh lah... empat puluh kilo satu ons. IBU-IBU Ya udah terserah... yang penting ga ngebut. Berangkatlah Maman mengantarkan si ibu tersebut. Ma’il, Maman dan Mang Udi cekikikan menertawakan Yudi... MA’IL Elu sih, yuud... bawa sewa pake kebutkebutan segala... jadi aja sewanya pada kapok sama elu...! YUDI Jiiiaaah... emang dia doang?! Setau gua... tiap bawa sewa juga gua mah selalu ngebut... tapi yang laen
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
mah kan ga pernah ada yang protes kaya dia tuh! MAMAN Iya, ga ada yang protes... tapi yang kapok banyak. YUDI Bukannya gitu, cooyyy... soalnya, gua tuh pegel aja kalo bawa motor ga ngebut. MAMAN Lagu lu yud... sembayang ga pernah... jikir ga pernah... ngebut-ngebutan lagi...!! YUDI Weeeitttss... jangan salah...! MAMAN Apa? YUDI Emang sebenernya tuh gua dilahirin untuk jadi pembalap, bukan ngojek! MAMAN Nah terus... kenapa lu sekarang jadi ngojek gini? YUDI Nah itu... gua juga bingung! Yang lain hanya cekikikan menahan tawa mereka. Kemudian datang Juki... MA’IL Sewa lagi tuh... sekarang lu bawa dah! Setelah Juki mendekat... MA’IL Weehh... si bos nih. (sok akrab) Dari mana, bos? JUKI Biasaaa... siapa nih?
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
(menanyakan ojek yang akan dinaikinya) YUDI Ayo, bos...! JUKI Yuuu. Kemudian Yudi berangkat untuk mengantarkan Juki. Dan setelah mereka berlalu... Tampak ada si buta dari goa hantu yang dengan pakaian kebesarannya datang ke pangkalan ojek dan menghampiri para tukang ojek tersebut yang sedang duduk di bale pangkalan... SI BUTA Samlekom?! MA’IL Kumsalam! SBY ya, SBY??!! SI BUTA SBY?? Apa itu? Susilo Bambang Yudon’tknowhy MA’IL Bukan...! maksudnya Si Buta Yo’i...!! SI BUTA Ooohh... bukan...! saya SBDGH MA’IL Apa tuh? SI BUTA Si Buta Dari Goa Hantu, tenyom!! MA’IL Ooo iya... ! Sini dulu donk, siniii...! Kita ngobrol-ngobrol dulu lah...! Si Buta merapat ke bale, seperti hendak duduk... SI BUTA Kopi siapa ini? (menunjuk kopi milik Djuher, kemudian menenggaknya)
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
DJUHER (memalingkan wajah ke temantemannya dan bergumam) Kok si buta bisa liat kopi? (memalingkan wajah ke si buta lagi) Kopi saya itu... Diuyupnya kopi si Djuher itu oleh Si Buta MAMAN Si buta ngopi juga?? Mengambil bungkus rokok, kemudian mengambil satu batang dari bungkusnya. Kemudian duduk di tepi bale... SI BUTA Jangankan ngopi... ngrekok juga... (membakar rokok yang sudah berada di mulutnya) Si tetap duduk di tepi bale, kemudian buta nengak-nengok kiri dan kanan... SI BUTA Kok sepi amat ya?? MAMAN Sepi dari mana, malieh?! SI BUTA Kaga ada yang lewat...!! MAMAN Lah... itu yang lewat banyak... situ aja ngga ngeliat...! MA’IL Kalo ngeliat mah emang udah pasti ngga... tapi emang ga kedengeran apa? Si Buta mencabut headset HP yang dari tadi dipakainya, namun kehalang rambutnya, jadi ga ketauan kalo dari tadi si buta pake headset... SI BUTA Pake headset... MA’IL
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Ooo... pantes... MA’IL Buta, saya ngepens loh sama situ...!? SI BUTA Oh ya? MA’IL Iya, bener! SI BUTA Kenapa ngga ikutan fans club saya?? DJUHER (memalingkan wajah dan bergumam) Eeett daaahhhh!! Si Buta punya fans club...!? kaya Agnes Monika ajah...!?? MA’IL Kalo gitu saya minta foto dulu donk...! boleh ya? SI BUTA Ooo... boleh, boleh...! Ma’il mengeluarkan HP Qwerty-nya... Si Buta melihat HP milik Ma’il tersebut... SI BUTA (menunjuk HP yang dipegang M’il) Itu BB bukan? MA’IL Bukan..! gopean ini mah...! SI BUTA Kalo gitu jangan... kameranya ngga bagus!! (mengodok sakunya) Pake punya saya aja...!! Si Buta mengeluarkan iPhone 3G’s MA’IL Ya udah, poto...!? SI BUTA
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Yu, poto... Kemudian Ma’il, diikuti oleh Djuher, Maman dan Mang Udi serta Si Buta berpose di depan kamera HP, dengan Si Buta yang memegang HP dan mengambil gambar. Si Buta memperlihatkan hasil jepretannya pada Maman dkk. MA’IL Bagus, bagus...! SI BUTA Bagus, kan?? MAMAN Bagus... SI BUTA (mengantongi kembali HP iPhone 3G’s-nya dan bangkit dari duduknya) Udah ya, saya cau dulu...?! MA’IL, MAMAN, DJUHER, UDI (barengan) Okee... SI BUTA Ngopi dulu akh... (menenggak kopi sekali lagi) udah ya..!? DJUHER Ati-ati di jalan, buta...! lagi banyak culik sekarang...! Kemudian Si Buta pun berlalu... Tidak lama kemudian, Juki kembali lagi ke pangkalan ojek... Juki yang bawa motor, Yudi dibonceng di tengah dan paling belakang adalah seorang pemuda umur 23’an. Yudi di tengah terlihat setengah sadar dengan baju berlumur darah, kepala diperban dan kaki serta tangan yang diperban. Satu motor lagi, yang dibawa seorang pria umur 35an, mengiringi mereka. Maman, Ma’il dan Mang Udi yang masih disitu terlihat bingung dan sedikit panik. Yudi merinngis-ringis menahan sakit.
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Sesampainya di mulut bale... MAMAN Kenapa nih? JUKI Tolongin-tolongin! Ma’il dan Maman segera menghampiri motor dan meraih Si Pemuda 23 tahun yang duduk di jok paling belakang, digotongnya Si Pemuda tersebut, sedangkan Yudi masih bersandar pada bahu Juki... Kemudian Si Pemuda tersebut dibaringkan di bale. Ma’il, Maman, Djuher dan Mang Udi duduk mengelilingi si pemuda... JUKI (menoleh ke belakang) Lah...?? yang kecelakaan bukannya elu, bray? YUDI Iya... JUKI Kenapa malah tu anak yang dibawa?? YUDI Ga tau gua juga... Temen-temen gua mah lebih sayang sama tuh anak kali daripada sama gua yaa?! JUKI Ya udah, lu kesana gih... jalan sendiri! Yudi turun dari motor dan kemudian menghampiri bale, sedang Si Pemuda 23 tahun itu masih dibaringkan di bale sambil dikelilingi. Setelah sampai di bale, Yudi langsung menggeletakkan diri di belakang Maman yang sedang duduk mengelillingi si pemuda yang masih saja terbaring. YUDI (sambil tergeletak) Wey... Maman, Ma’il, Djuher dan Mang Udi menoleh...
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
MAMAN Kenapa lu, yud? YUDI Yang kecelakaan gua, setan!! MA’IL Lah... terus nih bocah?? YUDI Dia mah pan yang nganterin gua... Mata Maman, Ma’il, Djuher dan Mang Udi berpaling melihat si pemuda itu dengan seksama. MA’IL Elu kenapa, tong? SI PEMUDA Kaga napa-napa gua mah... MAMAN Kaga kenapa-napa kenapa lu ngejoprak disini? SI PEMUDA Elu maen angkat-angkat gua ajah...! bukan nanya dulu yang sekarat yang mana...! MAMAN Terus gimana? SI PEMUDA Ya udah tolongin! MAMAN Pan elu kaga kenapa-napa...!? kenapa-napa...!? SI PEMUDA Bukan gua maksudnyaaa!! itu...! temen lu yang sekarat...!!! MAMAN (melihat Yudi) Ooiyah...! tolongin, tolongin!! Kemudian mereka semua berpaling pada Yudi... MA’IL Kenapa kecelakaannya? kecelakaannya?
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
JUKI Di situ tuh...! nabrak pager! MAMAN Nabrak pager? JUKI Iya... pager rumahnya Pak Umar! MA’IL Kok bisa nabrak? JUKI Ya mana gua tau... gua kan dibonceng! Yudi tak berhenti meringis-ringis. MAMAN Nah... lu’nya kok ga kenapa-kenapa, kenapa-kenapa, bos? JUKI Ya pan gua mah dibonceng! MAMAN Ya kan biasanya yang dibonceng juga suka ikut cedera... JUKI Pan gua mah sakti... Terlihat Yudi yang sudah terbaring di bale pangkalan, memegang-megang memegang-megang bagian punggungnya... Sesaat kemudian Pak Umar datang... PAK UMAR Permisi, mas mas...!? MAMAN Pak Umar?! PAK UMAR Itu... tadi ada yang kecelakaan ya di depan rumah saya? MA’IL Iya, pak... si Yudi... nih dia...! (menunjuk Yudi)
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
PAK UMAR Bukan...! Masalah kecelakaan sih ngga apa-apa... tapi kayanya ada barang saya yang kebawa... MAMAN DAN MA’IL Kebawa? PAK UMAR Jemuran saya... yang dipager. YUDI Ada nih...! kayanya di punggung gua dah...! Ma’il merohoh-rogoh bagian punggung Yudi, kemudian ia menemukan sebuah BH, dan ditariknya keluar... MA’IL (menyodorkan BH ke hadapan wajah Pak Umar) Ini, pak? PAK UMAR Iya, ini yang saya maksud... Terima kasih ya...!? saya permisi dulu... Mari, semuanya...!? SEMUANYA Mari, pak... mari... CUT TO ESTABLISHED : - genteng rumah Ndank SCENE 14 EXT. RUMAH NDANK - LANGIT SIANG-SORE-MALAM Terlihat pergantian waktu dari siang menjadi sore hari... Kemudian sore hari menjadi malam hari yang ditandai dengan menjadi gelapnya langit di sekitar kampung tempat gembel tinggal...
FADE OUT / FADE IN SCENE 15 EXT. RUMAH H. DAHLAN - TERAS MALAM
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
IMAM, BOWO, NDANK, H. DAHLAN Malam itu, Imam, Bowo dan Ndank sedang ngobrol sambil ngopi di teras rumahnya Haji Dahlan, tetangga mereka. Tampak Haji Dahlan keluar dari pintu depannya untuk turut dalam perbincangan mereka. IMAM (menoleh) Abis ngapain, ji? H. DAHLAN Apaan? IMAM Haji abis ngapain? H. DAHLAN Ngga ngapa-ngapain! (kemudian duduk) Oh ya, mam... Ngomong-ngomong ambil korsi yang itu dah...! gua pengen ngobrol sama lu pada...! INSERT : sebuah bangku kayu panjang yang terletak di bawah pohon rambutan Imam kemudian beranjak untuk mengambil kursi tersebut. H. DAHLAN (CONT’D) Dank, dank bantuin dank! NDANK Apaan, ji? H. DAHLAN (menunjuk Imam) Bantuin si Imam... ngambil korsi! Kemudian Ndank membantu Imam... tinggal Bowo yang duduk bersama H. Dahlan. H. DAHLAN Jadi gini, anak-anak... Tampak Imam dan Ndank tiba-tiba meletakkan sofa bagus di depan H. Dahlan, lalu mereka duduk diatasnya... H. DAHLAN (CONT’D) Busett!! Kebagusan itu mah!!
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Ndank dan Imam lalu membawa kembali sofa itu, dan balik lagi membawa kursi kayu yang dimaksud... Kemudian si kursi kayu itu ditaruh di depan H. Dahlan dan mereka duduk diatasnya. H. DAHLAN Naaahh... ini baru bener...! IMAM Ada apaan emangnya, ji? H. DAHLAN Jadi gini...! langsung aja nih ya!? Lu tau yang namanya Darmaji? Imam dan Bowo hanya manggut-manggut. NDANK Darmaji yang suka kesini? H. DAHLAN He’eh! NDANK Yang suka pake motor smash? H. DAHLAN Nah, itu! NDANK Kenapa emang dia, ji? H. DAHLAN Dia itu kan punya utang sama gua... kaga banyak sih, cuman tujuh ratus rebu... tapi sekarang nih, gua lagi butuh banget tuh duit, bekas bini gua yang di Bojong mu beranak! IMAM Wah...?! H. DAHLAN Beneran, gua ngga boong! IMAM beranak?? H. DAHLAN He’euh!
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
IMAM Berkembang biak maksudnya?? H. DAHLAN Yaahh.. gitu dah pokoknya.. IMAM Berkembangbiaknya Berkembangbiaknya secara vegetatip apa generatip? NDANK Dongo!! Udah tau beranak! Masa pegetatip!?! Kalo membelah diri iya...!! IMAM Kaga, maksud gua... kan bekas bininya si haji ini joken ya...!? masa joken sampe bisa mo ngelahirin?! H. DAHLAN Nah itu dia yang gua bingung...!! tapi biar gimanapun, gua merasa berkewajiban, soalnya kan dia belon resmi cere beneran sama gua... NDANK Baru cere-cerean jadinya?? H. DAHLAN Bego!! Baru pisah ranjang...! IMAM Tapi kan pisah ranjangnya udah ampir setaun! H. DAHLAN Udah napa...!? kaga usah dibahas! Yang penting gua ngerasa berkewajiban! Emang lagian... itu juga... emang anak gua kali! Kaliii!! NDANK Wah, iseng aja nih si haji... udah pisah ranjang juga...! H. DAHLAN Ya, abis gimana?!
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Anak-anak manggut-manggut... manggut-manggut... H. DAHLAN Nah, maksud guaa... tulung deh lu pada ...kerumahnya gitu! Tagih, tagiih... bilang suruh gua! IMAM Tapi secara kita, kan ga tau rumahnya, ji...!? H. DAHLAN Nah justru itu... waktu itu si Juki yang pernah gua ajak ke rumahnya Darmaji di Parung... jadi ya lu brangkatnya kesana ama si Juki, gitu...! NDANK Boleh, boleh... H. DAHLAN Besok bisa ngga? Tenang ajaa... ntar lu pada gua kasih ongkos jalannya lah...! IMAM Gampang itu mah, ji...! Besoknya siang? H. DAHLAN Kaga... kalo siang dia belom balik...! sore kalo mau... jam empat jam limaan! NDANK Emang dari mana dia? H. DAHLAN Kan dia gawe...! baliknya sore... IMAM Emang gawenya dimana? H. DAHLAN Di singapur IMAM Weehh.. di singapur? H. DAHLAN
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Iya, kalo brangkatnya dia dari rumah subuh... pulangnya sore NDANK (memalingkan wajah kemudian bergumam) Emang kalo naek motor dari Parung ke Singapur berapa menit yaa?? IMAM Gimana nih, ji... Jadinya malem ya? H. DAHLAN He’euh IMAM Boleh-boleh, ji! H. DAHLAN Ya udah lu kasih tau si Jukinya dulu! Takutnya besok dia berangkat... BOWO Berangkat kemana dia mah... orang tiap hari kerjaannya cuman bengong dirumah! H. DAHLAN Ya justru itu! Takutnya besok si Jukinya udah bunuh diri, gitu...! kelamaan nganggur kan bikin stres juga, maman! NDANK Ya gampang lah, ntar si Juki kita kasih tau, biar besok dia ngga kemanamana. H. DAHLAN Ya udah kalo gitu... gua masuk dulu...! lu kalo mo pada makan ambil sendiri dah di belakang! IMAM Iya, ji... gampang...! H. DALAN Ya udah gua mo nonton bola lagi! IMAM Mau nonton bola apa maen bola, ji?
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
H. DAHLAN Mau nonton bola sambil maen bola NDANK Aah... bokis nih si Haji nih...!! Lalu Imam, Ndank dan Bowo pergi meninggalkan rumah H. Dahlan... CUT TO SCENE 16 EXT. RUMAH JUKI - TERAS MALAM IMAM, NDANK, BOWO, JUKI, JULIE Sesampainya di depan rumah Juki, ia mendapati Juki sedang bercanda mesra dengan Julie di bagku yang terdapat di teras rumahnya.
IMAM Samlekoump! (menghampiri Juki, menyalami Juki dan Julie) JUKI Kumsalam! Wee...h!, bocah...!! da paan nih? IMAM Gua da perlu, Juk...! sini dah...! (menarik tangan Juki untuk menuju ke sudut jauh teras rumahnya) Gini... gua da perlu sama lu... JUKI (memotong) Langsung aja dah...! lu perlu berapaa?? IMAM Bukan minjem duit, tenyom! (kemudian mendekatkan kepalanya ke Juki) Emang lu lagi punya duit?? JUKI Spiiikk!! IMAM Gua bukan mau minjem duit!!
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
JUKI Terus mo ngapain? Muka lu muka minjem duit siihh... IMAM Ya lu dengerin dulu!! JUKI Lu mau curcol? IMAM Bukan! Sudi amat gua curcol sama lu..!! JUKI Terus mu ngapain? IMAM Ya lu simak dulu..! pan dari tadi juga gua mau ngomong...! tapi lu potong terus!! JUKI Potong apa? IMAM Potong bebek angsa! JUKI Angsanya dimana? IMAM Angsanya di kuali! Nonanya minta uang blanja... daaansa dah empat kali...!! JUKI Jadi maksud omongan lu apa sih ini?? IMAM Ginii... lu besok ga kemana-mana kan? Juki mengerutkan kening... IMAM (CONT’D) Haji Dahlan mo minta tolong... JUKI Minta tolong apa? IMAM
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Haji Dahlan, minta tulung kita-kita, katanya kalo besok kita ngga da kerjaan, kita suruh dateng ke rumahnya si Darmaji... maksudnya kita suruh nagihin utangnya si Darmaji, gitu! JUKI Besok?! (kemudian Juki berpikir sejenak dengan menundukkan kepalanya, dan kemudian menoleh ke arah Julie) Sori, bray... kaya’nya besok gua ga bisa dah. IMAM Kenapa? JUKI Yaa... ngga kenapa-napa sih... tapi emang gua ga bisa aja...! NDANK Wah bener-bener lu, kih! Cuman garagara lu punya bokin, lu jadi mentingin urusanlu sendiri! JUKI Bukan masalah itu... tapi kalo besok emang gua ga bisa aja. BOWO Terus lu bisanya kapan? Taun depan? JUKI Yaa... ngga gitu... maksudnya... NDANK Aaaah, udahlah...!!! percuma kita kesini! (ke arah rekan-rekannya) rekan-rekannya) Yo cabut!?! Dengan kesal, mereka bertiga pergi meninggalkan Juki dan Julie dengan perasaan yang gondok. FADE OUT / FADE IN SCENE 17 EXT. KAMPUNG - JALAN KAMPUNG MALAM IMAM, BOWO, NDANK, MIPTAH, 4 ORANG ANAK
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Sambil berjalan pulang, mereka membahas kelakuan Juki... IMAM Belagu amat sih tuh si Juki! Kaya yang baru pertama kali punya cokli aja! NDANK Au! Empet gua ngeliatnya juga! IMAM Dasar...!!! Kaya bocah tau ngga lu kelakukannya si Juki itu!?! Kemudian mereka berpapasan dengan tiga orang anak kecil umur SD kelas 3an pulang mengaji lengkap dengan kopiah dan membawa sarung berlarian kejar-kejaran
IMAM (CONT’D) Nih, kaya gini nih percis... kelakuannya si Juki! (menunjuk anak-anak tersebut) ANAK 1 apaan, bang? IMAM Elu! ANAK 1 Saya kenapa?? IMAM Elu, anak kecil! ANAK 1 (barengan dengan 3 temannya) Beuhh!! Biarpun saya masih kecil, bang... tapi saya ini udah kelas 3 tau!?! IMAM Kelas 3 apa? SMP apa SMA? ANAK 1 SD, dongo!! Mana ada SMA kaya gini... IMAM
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Kan gua cuma nanya, pak...! napa lu jadi sewot gitu?? Deuhh!! Gua goreng juga luh!! Si anak kecil itu berlalu dan mereka melanjutkan berjalan... Kemudian mereka berpapasan dengan Miptah. BOWO Mip-mip...! (menunjuk Miptah) MIPTAH Dari mana, lu pada? IMAM Dari rokumnya Juki! NDANK Lo dari mana? MIPTAH Gua nyariin lu pada! Tadi gua ke pak haji, kata pak haji katanya paling juga lu pada ke si Juki! (Imam, Ndank dan Bowo memperlihatkan muka kesal) Kenapa sih lu pada? Kok komuknya pada kusut gitu? Kaya duit kembalian angkot!? NDANK Bete dah pokoknya!! Ntar dah gua ceritain...! Kemudian mereka melanjutkan jalannya menuju rumah H. Dahlan. FADE OUT / FADE IN SCENE 18 EXT. KAMPUNG - JALAN KAMPUNG / PENGKOLAN MALAM MIPTAH, BOWO, IMAM, NDANK, RAMPOK 1, RAMPOK 2, POCONG Pas di dekat pengkolan, Bowo, Juki, Miptah, Imam dan Ndank sampai di pengkolan jalan kecil menuju rumah mereka dan rumah Haji Dahlan Juga.
INSERT : dua orang berpakaian hitam-hitam, pake sarung menutupi kepala, berjalan mengendap-endap. Keduanya ngga
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
menyadari ada Imam dkk yang sedang berjalan di dekat mereka.
IMAM (menunjuk dua orang tersebut) Cuy...! siokap tuh? NDANK Aau! Rampok kali...!? Ketika si rampok tepat berpapasan muka dengan mereka... RAMPOK 1 Malem, mas...!? IMAM Malem! Mau ngrampok ya? RAMPOK 1 Iya nih... NDANK Kok cuma berdua? RAMPOK 1 Yaaa... emang harus banyakan kalo mau ngerampok? IMAM Ya nggak sih...! kan basa-basi aja nanya. RAMPOK 1 Oooo... kirain penting? Ya udah kalo gitu... kita duluan ya, mas?! IMAM Yo, mari...! Kedua rampok tersebut berjalan menuju pengkolan... Dan setelah beberapa langkah 2 rampok tersebut meninggalkan mereka, Imam dkk. baru ngeuh. IMAM Ehh...!? yang tadi itu emang rampok ya? MIPTAH
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Yo’i... emang napa? IMAM Dongo! Rampok pake emang napa! MIPTAH (terkejut baru nyadar) Haaah...!!! rampok tadi??!! IMAM Bukan! Menteri kehutanan! MIPTAH Gawat ini! BOWO Apanya yang gawat? MIPTAH Otak lu gawat...! mikirnya telat! BOWO Haah!!! Rampok??!! (terkejut karena baru nyadar juga) IMAM (mengacung-acungkan (mengacung-acungkan tangan yang dikepalkan) Kalo begitu... mari bersama kita kejar rampok itu! Agar lingkungan kita senantiasa tetap aman!! MIPTAH Kelamaan kalo gitu mah kayanya... rampoknya keburu kabur...!? IMAM Kalo gitu, mari kita kejar...! BOWO Kemana? IMAM Kesana...! tadi kan mereka larinya kesana! NDANK Kaga lari, bego... jalan doank! IMAM
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Maksudnya jalannya kesana! NDANK Yu kejar yu!!? Merekapun berlari mengejar dua rampok tersebut yang telah belok pas di pengkolan tadi... Setelah beberapa langkah mereka berlari, tiba-tiba mereka berhenti... IMAM Stop, stop!! Tampak di depan mereka sebuah pocong.. Imam mengamati sosok pocong tersebut yang posisinya membelakangi mereka. IMAM Nih kayanya gua kenal nih yang kaya ginian! NDANK Menurut lu ini apaan, mam? Si pocong tersebut membalik ke arah mereka dan menunjukkan wajahnya, mebuat mereka terkejut dan ketakutan. SEMUANYA (berteriak ketakutan) Rampoooookkk!!!!! POCONG (bergumam) Setaaan!!! Masa gua di bilang rampok! CUT TO SCENE 19 EXT. JALAN KAMPUNG - PENGKOLAN MALAM MIPTAH, BOWO, IMAM, NDANK, PAK CAMAT, POCONG Tampak Pak Camat yang mengenakan baju safari + kopiah dan membawa map, mencekik botol Whiskey, berjalan sempoyongan.
Imam dkk. yang datang secara tiba-tiba dengan berlari, menabrak Pak Camat hingga mereka semua terjatuh tersungkur ke tanah “GUBRAKK!!” PAK CAMAT
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
(dengan intonasi orang mabuk) Seet daah...!! NDANK Pak Camat?! PAK CAMAT Napa kalian lari-lari sih? Kan jadinya aku jatoh... IMAM Ada rampok, pak...!! PAK CAMAT Rampok eh? Dimana? BOWO Tuh di depan, pak! Deket pengkolan! PAK CAMAT Napa lu pada kaga tangkep tuh rampok eh? Rampok kan meresahkan...! ya ga, ya ga, ya ga, ya ga? MIPTAH Dah ah... pak camat lagi giting! (sambil bangun, karena semenjak tabrakan tadi mereka belum ada yang bangkit berdiri) Cabut!? Kemudian mereka semua kembali berlari meninggalkan Pak Camat... Setelah Miptah Cs. Berlari... pak camat bergumam sendiri... PAK CAMAT Anjrit...! hari gini... masih ada aja yang berani ngerampok di daerah gua hah!!? Mana tuh rampok? Gua kepret penyok ntar...! Pak Camat berjalan menuju pengkolan... Kemudian setelah beberapa langkah, di depan Pak Camat ada si pocong tadi. PAK CAMAT Seett daahh...!
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Semula, pocong membelakang Pak Camat, membelakangi arah datangnya Pak Camat, kemudian setelah Pak Camat berada dibelakangnya, dibelakangnya, si pocong membalikkan badan ke arah pak camat. PAK CAMAT Seett daahh!! ini mah bukan rampok, malih! ini mah ituan... apa sih namanya?? POCONG Apa coba?? PAK CAMAT Pocong apa kuntilanak yaa?? POCONG Hayoo... pocong apa kuntilanak hayoo?? PAK CAMAT Pocong! POCONG (“TET.. TORERORERORET...!” TORERORERORET...!” backsound musik orang menang kuis telpon) Horee... selamat...!! Pak Camat mendapatkan satu juta rupiah dipotong pajak sebsar satu juta dua ratus ribu rupiaaahhh!! PAK CAMAT Bener kan, pocong...!? POCONG Iya, bener... saya pocong PAK CAMAT Apa saya bilang...!? POCONG Terus... kalo saya pocong, emang situ nggak takut sama saya? PAK CAMAT Gimana ngga takut...? ya takut lah! Pocong gitulo...! POCONG
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Kalo takut, kenapa situ ngga lari? Lari gih! PAK CAMAT Ya udah deh... gua lari ya...?!?! Kemudian pak camat pun berusaha berlari sebisanya, karena kondisinya yang dalam keadaan mabuk. CUT TO SCENE 20 EXT. JALAN KAMPUNG – PINGGIR JALAN YANG SEPI MALAM IMAM, BOWO, NDANK, MIPTAH, PAK CAMAT, PESERTA UJI NYALI, KRU 1, KRU 2, KRU 3 Di suatu tempat yang tidak jauh dari situ, ada orang yang sedang melakukan uji nyali.
INSERT : ketika memperlihatkan orang yang sedang melakukan uji nyali tersebut, gambar dibuat sedemikian sama dengan tampilan uji nyali Ketika masih berlari, karena melihat ke belakang, Imam, yang berlari paling depan menabrak orang yang sedang syuting uji nyali yang saat itu tengah duduk bersila... “GUBRAAKK!!” , sehingga mengebabkan tabrakan beruntun. IMAM (kaget karena menabrak) Astapiruloohh!! INSERT : di layar tv program uji nyali, tampak si peserta tersebut melambai-lambaikan tangannya. Ketika tangannya masih melambai, dan masih keadaan tertindih, si peserta uji nyali itu menoleh... dilihatnya itu hanya Miptah dkk, bukan setan. PESERTA UJI NYALI (menatap wajah Imam) Orang lu pada? IMAM Bukan! Berhala! Tiga orang kru syuting uji nyali menghampiri... KRU 1 Ada apa, ada apa?? Ada orang apa ada setan?
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
MIPTAH (sambil menarik-narik tangan kru1) Mas tolong, mas...!!! disana ada setan! KRU 1 Hah... setan??!! KRU 2 Setan? KRU 3 Setan? IMAM Bener, mas... disana ada setan! Tiba-tiba, Pak Camat yang sedang berlari dengan melihat kebelakang, menabrak mereka yang memang belum sempat bangun... “GUBRAAKK!!” PESERTA UJI NYALI Astapiruloohh!! Apa lagi ini??! PAK CAMAT Tolong tolong!! Ada setan!! IMAM Tuh kan bener! KRU 2 Beneran ada setan!!? IMAM Gak percaya sih dibilangin!! (ke arah teman-temannya) teman-temannya) Cabut ah...! (merekapun kembali berlari) PAK CAMAT (ikutan berlari dengan sempoyongan) Wooiii.... tungguin gua, setan! Setelah Miptah dkk. dan pak camat berlari... KRU 1 Beneran ada setan!! (dengan nada panik)
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Cabut ah, cabut!!! KRU 2 Yu, cabut! ...ngeri... ada setan...!!! KRU 1 Cabut, woi!! Semuanya kalang kabut dan lari dengan membawa peralatan mereka. FADE OUT / FADE IN SCENE 21 EXT. RUMAH HAJI DAHLAN - TERAS MALAM MIPTAH, NDANK, BOWO, IMAM Beberapa saat kemudian, mereka bertiga telah sampai di teras rumahnya Haji Dahlan... Masih sambil ngos-ngosan karena mereka tadi berlari, mereka beristirahat sebentar, dimana Miptah dan Imam duduk di ujung teras, Bowo merebahkan badannya di samping Miptah, dan Ndank nungging dengan tangan di lututnya.
Setelah beberapa saat kemudian, mereka ngobrol.. IMAM Parah si Juki! Kayanya udah ga bisa dibiarin nih! Gara-gara dia nih kita jadi ketemu setan..!! MIPTAH Emang ada apa sih si Juki? Ceritain napa!?! NDANK Begokin, mip... Haji Dahlan... doi kan minta tolong kita-kita buat nagihin utangnya si Darmaji... Ceritanya jadi kita suruh ke rokumnya si Darmaji sebok, ngambil dokat! Naah.. yang tau rokumnya Darmaji, kan cuma si Juki! Eh, doi ga mau...! doi spiknya ga bisa! Taulah, ada urusanlah, apalah...! MIPTAH Wah... berengsek juga tuh bocah!
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
(yang lain manggut-manggut manggut-manggut seakan-akan mengiyakan perkataan Miptah) Ngomong-ngomong Darmaji mana? Yang biasa ke sokin? Imam mengangguk MIPTAH Yang motor smash biru? Imam mengangguk lagi MIPTAH Emang doi punya hutang sama haji Dahlan? NDANK Katanya mah punya tujuh ratus rebu MIPTAH Kalo gitu, kaga usah pake si Juki! Gua tau rokumnya! BOWO Bokis lu, mip! MIPTAH Serius! Udah... kaga usah pake acara si Jukisi Jukian, sama gua aja besok! IMAM Ya udah kalo gitu! FADE OUT “Keesokan Harinya” FADE IN ESTABLISHED : - suasana pagi menjelang siang di rumah H. Dahlan SCENE 22 EXT. RUMAH PAK HAJI DAHLAN - TERAS SIANG IMAM, NDANK, BOWO, MIPTAH, H. DAHLAN Imam, Bowo, Ndank dan Miptah sedikit berbincang dengan Pak Haji di teras rumahnya sebelum hendak berangkat. Mereka bertiga sudah berada diatas satu sepeda motor.
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Ndank yang mengemudikanya, Miptah dibelakang Ndank, kemudian Imam dan Bowo paling belakang. H. DAHLAN Inget ya... jangan sampe lupa, pesen gua! BERTIGA Iya, pak haji! H. DAHLAN Apaan? IMAM Harus rajin sholat... dan jangan lupa menjaga kebersihan. H. DAHLAN Bodoh!! Bukan yang itu!! Ini mah yang soal si Darmaji...!! IMAM Oooh iya...! inget, inget! Bilang sama si Darmaji, pak haji lagi butuh banget tuh duit, soalnya, jandanya mau beranak, gitu kan?! NDANK Pokoknya harus dibayar sekarang! H. DAHLAN Soal jandanya kaga usah diceritain, kuya! IMAM Iya dah...! Ya udah, kita berangkat ya, pak haji! H. DAHLAN Ati-ati di jalan! Kalo ada culik, bilang lu pada temennya Haji Dahlan, gitu!? NDANK Emang Pak Haji temennya penculik ya? H. DAHLAN Dulu! NDANK
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Kalo sekarang? H. DAHLAN Masih temenan...!! Berangkatlah mereka dengan menggunakan sepeda motor bebek milik Pak Haji... berboncengan empatan. CUT TO SCENE 23 EXT. KAMPUNG - JALAN KAMPUNG PAGI MENJELANG SIANG IMAM, NDANK, MIPTAH, BOWO, JUKI, JULIE Di tengah perjalanan, mereka berpapasan dengan Juki yang sedang berjalan berdua bergandengan tangan dengan Julie.
JUKI (dengan nada agak keras) Woii... pade kemane lu? Imam, Ndank, Bowo dan Miptah tak menghiraukan sapaan Juki, mereka justru malah menambah gas sehinggan motor berjalan lebih cepat saat tepat berada di hadapan Juki. Juki hanya mengangkat bahunya menyaksikan teman-temannya tidak menjawab pertanyaannya. Setelah agak jauh... NDANK Liat tadi kelakuannya si Juki! IMAM Pamer do’i! NDANK Yo’i! BOWO Mentang-mentang... Mentang-mentang... kita juga bisa dapet cokli! Emang do’i aja yang laku! CUT TO SCENE 24 EXT. JALAN RAYA - PINGGIR JALAN SORE NDANK, IMAM, MIPTAH, BOWO, POLISI Sampailah mereka di jalan raya.
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Tiba-tiba di tengah jalan, ban sepeda motor yang mereka naiki kempes... NDANK (memelankan laju sepeda motor hingga pada akhirnya berhenti) Bentar, bentar...!! IMAM Napa nih? Setelah benar-benar berhenti... NDANK (melihat ke arah ban belakang) Bannya..!! MIPTAH Kenapa bannya? NDANK Ngehenk! Semuanya menoleh ke arah ban belakang. MIPTAH Waduuuh...!! Ndank akhirnya terpaksa mendorong sepeda motor tersebut, sedangkan yang lainnya mengikuti dari belakang. NDANK Di mana nih tukang tambal ban? IMAM Setau gua daerah sini ngga ada tukang tambal ban dah..! NDANK Terus... gua harus ngedorong sampe mana nih? MIPTAH Ya sampe ada tukang tambal ban laaah...! Ndank terus mendorong... hingga sampailah mereka di perempatan jalan. Pas di perempatan jalan itu, ada seorang polisi yang hanya berdiri di pinggir jalan, tepat di depan sebuah warung kecil.
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
IMAM Ada pelokis tuh...!! kita tanya... kali aja do’i tau tukang tambal ban...!! MIPTAH Yo’i! NDANK (mengarah kepada Imam) Lu yang nanya dah...! Imam berjalan menghampiri polisi tersebut... Setelah mendekat kepada sang polisi... IMAM Ni xiau tse, fang zhu sang tse...!? POLISI (menoleh) Ni hao tse fu tai xia geum lay!! IMAM (balik lagi menunju temantemannya sambil garuk-garuk kepala) Pelokisnya orang cina, bray..!! kaga ngarti gua, doi ngomong apa...! MIPTAH Lagian elu duluan sih!! Bego!! IMAM Coba dah elu yang nanya...! Miptah kemudian menghampiri si polisi Setelah Miptah men dekat, belum juga Miptah mengeluarkan kata, si polisi sudah nanya duluan. POLISI Ni hao tse fang gum sa lay... Miptah melangkah kembali ke teman-temannya tanpa mengeluarkan kata sedikitpun IMAM Apa katanya? MIPTAH Iya, bener..!
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Ngomong mandarin! Kaga ngarti gua! NDANK Bego ah semua!! Sini sama gua!! Kemudian Ndank menghampiri si polisi... Sama seperti Miptah, Ndank juga disamber duluan sebelum mengeluarkan kata. POLISI Ni hao tse fang gum sa lay... NDANK Wong ni gay sang nifa ceu tam bal ban... POLISI (menunjuk) Di sono tambal ban mah!! NDANK Jauh ya? POLISI Jauh banget!! Kenapa emang? Bocor? NDANK Ngga... cuma kempes! POLISI Kempes apa bocor? NDANK Bocor! POLISI (manggut-manggut (manggut-manggut sedikit) Ya udah bawa sini!! NDANK Kemana, pak? POLISI (menunjuk ke depan warung dimana ia tepat berada di depannya) Kesini... kesini!! Ndank membawa motor tersebut ke tempat yang diperintahkan...
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Si polisi tersebut kemudian menyetandar dua motor mereka... Setelah motor tersebut distandar dua, kemudian polisi tersebut masuk ke dalam warung... Tak lama kemudian, si polisi tersebut keluar dengan membawa belahan drum berisi air khas punya tukang tambal ban. POLISI Daripada jauh, ya ga?! Satu per satu dikerjakannya adegan tambal ban tersebut oleh si polisi... mulai dari mencongkel ban, mencari lubang, dan yang lainnya... hingga beberapa menit kemudian beres. Setelah beres... POLISI (bangkit dari tempat duduknya sambil mengelap-elap tangannya dengan sebuah kain kotor khusus untuk ngelap tangan) Beres! MIPTAH Udah, pak? POLISI Udah, beres! NDANK Jadi bepara? POLISI Tadi dua lobang ya!? Dua belas rebu! Miptah dan Ndank menatap wajah si polisi. POLISI Tembus soalnya...! Ndank mengodok kantongnya dan mengeluarkan uang yang hanya ada lima rebuan satu dan seribuan tiga lembar sudah dikucek-kucek. BOWO (melihat duit di tangan Ndank kurang) Berapa tuh?
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
NDANK Delapan rebu! Bowo mengodok-ngodok kantongnya dan mengeluarkan selembar uang lima rebuan. Disodorkannya pada Ndank lima rebuan itu. NDANK (mengambil uang yang disodorkan Bowo, kemudian menyatukannya dengan uangnya) Berapa tadi pak? Dua belas rebu ya? POLISI Desrait!! NDANK (sambil menyodorkan kepada pak polisi) Ini, bang...!? Polisi tersebut mengambil uang yang mayorotas sudah lecek tersebut. POLISI Makasih ya?! NDANK Sama-sama, bang... eehh, pak...! Kemudian Ndank mendorong sepeda motornya sedikit. Setelah itu, ia naik ke atas motornya motornya dan dinyalakannya si motor tersebut... NDANK (CONT’D) Mari, pak...!? POLISI Ayo, ayo, mari...!! Melajulah sepeda motornya... menuju tempat tujuan mereka semula. CUT TO SCENE 25 EXT. HUTAN - JALAN DI TENGAH HUTAN SORE NDANK, MIPTAH, IMAM, BOWO Ndank dkk. tersesat di sebuah hutan...
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
MIPTAH Tunggu, tunggu...! (berpikir sejenak) Setau gua, rokumnya si Darmaji kaga lewat hutan dah??! IMAM Yang bener? MIPTAH Bener! Gua inget banget...!! pokoknya patokannya tuh warung yang jual gadogado, terus masuk... belok ke dalem! NDANK Emang kita tuh lagi nyasar, gombloh! IMAM Yang boneng luh kita nyasar!!? NDANK Emang iya!! Tadi kan gua kaga tau jalannya...! udah aja gua belokin ke kanan, eeh... nyampenya di sokin. MIPTAH Waah... bener luh, Ndank! Ini nih… yang dinamain malu bertanya, tanda tak dalam??! NDANK Ja’elaaahh... masa sekaliber Ndank make harus nanya. IMAM Tokai lu, Ndank...! Malu bertanya sesat di hutan... tau ga lu?!! Kaya gini nih jadinya! Tampak di depan mereka ada persimpangan... NDANK Terus kita kemana nih? MIPTAH Udah... lurus aja! NDANK
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Bego!! Udah tau jalannya becabang... mu lurus gimana?? Ndank memajukan sepeda motornya pelan-pelan...
NDANK Kemana nih? Kanan kiri? MIPTAH Kanan aja kanan! IMAM Kiri kata gua mah! NDANK Kalo kata lu, wo? BOWO Absten lah gua mah... NDANK Jadi keputusannya? IMAM DAN MIPTAH Terserah lu, Ndank! Kemudian Ndank membelokkan sepeda motornya ke kanan... Tak lama, Ndank keluar lagi dari jalan yang menuju ke kanan, melewati persimpangan, untuk masuk ke jalan yang yang menuju ke kiri. MIPTAH Kaga konsisten sama omongan! CUT TO SCENE 26 EXT. HUTAN - JALAN DI TENGAH HUTAN SORE NDANK, MIPTAH, IMAM, BOWO, SI BUTA, TARZAN Sampailah mereka di dalam hutan...
Di jalan di tengah hutan itu, mereka bingung... semuanya celingukan ke arah sekeliling. MIPTAH Dimana ini, jo? IMAM
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Mana gua paham, lih...! Di depan mereka, tampak Si Buta Dari Goa Hantu dan Tarzan yang sedang duduk dan megobrol di sebuah kursi kayu panjang di bawah salah satu pohon yang agak besar. Keduanya terlihat asyik mengobrol sambil minum-minuman dalam plastik yang tertutup kantong plastik hitam. NDANK Eeh... liat noh...!! di depan...! si buta sama tarsan... lagi pada nokip, bray...!! Mereka melewati si buta dan tarzan yang lagi pada nokip itu. NDANK Parunten, parunten...!? TARZAN Marangga, marangga...!! (heran melihat Ndank dkk kebingungan) Mau pada kemana ini teh adik-adik?? NDANK Ini, a... kita tuh mau nyari alamat, tapi malah nyasar ke sini, a... SI BUTA Emangnya... adik-adik ini hendak kemana, begitu... ganti...?! NDANK Kita lagi nyari rumahnya si Darmaji, a... (merogoh saku untuk mengambil catatan alamat) Ini alamatnya, a...! (memberikannya (memberikannya pada Tarzan) Tarzan mengambilnya dan melihatnya... TARZAN (melihat catatan alamat tersebut sambil mengerut-ngerutkan mengerut-ngerutkan keningnya) Waduuuh... saya mah ngga tau ini...! NDANK Ngga tau alamatnya, a?
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
TARZAN Ngga tau tulisannya apa...! Kan saya mah tidak bisa bacaa...! NDANK Buta hurup, gitu... ganti..?! TARZAN Betul, betul, betul!! (sambil memberikan kertas itu pada Si Buta) SI BUTA (menerimanya dengan tidak membacanya) Ooo... ini ya? Ini mah disana...! NDANK Dimana, a? SI BUTA Dari sokin... terus aja lurus... ntar ada pohon jati gede... belok dah ke kanan...! NDANK (menoleh ke rekan-rekannya dan bergumam) Pohon jati kaya gimana aja gua kaga ngarti...! (kembali mengarahkan wajah ke Si Buta) Disana ya, a ya? SI BUTA Yo’i! NDANK Teng kiu ya, a ya...!? SI BUTA Nggeh...!! NDANK Mari, a...!? (ke Si Buta) a...!? (kepada Tarzan) SI BUTA & TARZAN
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Iya, mari mari... Kemudian Ndank menyetarter motornya dan mereka pun berlalu. CUT TO ESTABLISHED : - suasana perkampungan yang ramai dengan anak-anak kecil yang bermain bola, ada juga yang sedang bermain “golf wanna be” dengan bola dari plastik yang dibulet-bulet, dengan stick dari batang bambu... di ‘strike’nya bola itu degan menggunakan si stick bambu dengan keras. INSERT : seorang nenek yang sedang duduk tenang di pintu rumahnya, tiba-tiba pipi-nya terkena bola “golf” yang di‘strike’ si anak tadi hingga kepalanya melintir ke kanan dan ngga balik lagi ke depan. SCENE 27 EXT. PERKAMPUNGAN - JALAN KAMPUNG SORE NDANK, MIPTAH, IMAM, BOWO, PEMUDA Motor Ndank dkk. Melaju di jalan diantara anak-anak yang sedang bermain itu..
BOWO Nyasar lagi ngga nih? NDANK Kaya’nya mah yo’i nih... Tiba-tiba, seorang pemuda berumur kira-kira 25 tahun’an yang sedang berjalan kaki berpapasan dengan motor mereka. NDANK Eeeuuhh... punten, kang...!? PEMUDA Iya...?! NDANK Akang tau rumahnya Darmaji ngga ya? PEMUDA Darmaji? NDANK Iya kang.... Darmaji. PEMUDA
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
(mengingat-ingat (mengingat-ingat sebentar) Setau saya... disini mah ngga ada nama Darmaji, kang...! NDANK Ngga ada? Nama Darmaji? PEMUDA Ngga ada, kang...! NDANK Adanya apa donk? PEMUDA Ya banyak, kang... ada Sugito... ada Hermansah... ada Sopian... ada Jumadi... teruuuss.... NDANK (memotong) Cukup, cukup, cukup...! Kita tidak ingin yang lain, kang...!! kita pengennya Darmaji. PEMUDA Darmaji mah ngga ada, kang...! lagi kosong...! NDANK (menoleh pada teman-temannya yang dibonceng di belakang) Ngga ada Darmaji, jo... disini mah! PEMUDA Emang alamatnya Darmaji itu dimana, kang? NDANK Ada nih alamatnya... sebentar, sebentar...! (merogoh sanunya mengambil alamat dan kemudian memberikannya pada si pemuda) Nih...! PEMUDA Oooh... ini mah di jalan pantat herang, kang... di kampung sukawasir... jauh dari sini mah...! NDANK
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Jalan pantat herang? PEMUDA Iya, kang... kampung sukawasir. NDANK Emang ini jalan apa? PEMUDA Ini mah jalan gembira... kampung sukacingcay.., NDANK Ya sudah kalo gitu. Ngga apa-apa... PEMUDA Ya udah atuh, kang... NDANK Makasih ya!? PEMUDA Iya, kang...! mari...!? NDANK DKK. Mari mari...! Setelah si pemuda tersebut agak jauh... MIPTAH Nyasar galih... Si nenek-nenek yang pipinya kena bola “golf” tadi datang menghampiri, dengan kepala tang masih melintir ke kanan. NENEK Heh, tong...! NDANK (menoleh) Weeits daaahh...!! Sejenis nenek..?! NENEK Bisa tulungin gua ga dikit? Nulungin nenek-nenek mah pahalanya gede...! tar lu masup surga dapet diskon...! MIPTAH
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Tulungin apa, nek? Kalo minjemin duit mah kita ga punya..! NENEK Gua bukan mau minjem duit, setan!! (meunjuk lehernya) Lu liat ini!! Tolong benerin! CUT TO Si nenek sedang dibaringkan di bawah (di tanah), Ndank memegangi tangan kanan si nenek, Imam memegangi tangan kirinya, Bowo memegangi kedua kakinya agar tidak berontak, dan Miptah dengan bantuan kaki dan tangannya mencoba memelintir-melintir memelintir-melintir leher si nenek, dengan satu lutut menjadi tumpuan di atas dada si nenek. Motor mereka tampak distandarkan hanya beberapa puluh sentimeter disamping mereka. Beberapa saat kemudian... beres! Si nenek sudah tampak berdiri tegak dengan kepala yang mengarah ke depan. NENEK Makasih ya, tong...!? NDANK Sama-sama, nek...! (sambil naik ke motor, diikuti yang lain) Si nenek mengeluarkan sesuatu dari dadanya... NENEK (menyerahkan beberapa lembar uang USD) Ini, tong...! buat jajan... NDANK (menerima udang itu dan melihatnya dengan seksama) Duit apaan ini, nek? (mengembalikannya (mengembalikannya lagi) Ngga udah dah, nek...! kaga laku duit gituan mah di kita...! Yu ah, nek... kita permisi...!? Dadah neneeeekkk...
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Kemudian Ndank menyetarter motornya dan kemudian melaju meninggalkan si nenek. CUT TO SCENE 28 EXT. HUTAN - JALAN DI TENGAH HUTAN SORE NDANK, MIPTAH, IMAM, BOWO, SI BUTA, TARZAN Mereka sampai kembali ke tempat Si Buta dan Tarzan sedang duduk tadi. Si Buta dan Tarzan masih duduk sambil nokip (baca: minumminum) di tempat mereka duduk tadi.
Ketika Ndank dkk hendak melewati mereka, si buta sedang menenggak minuman dalam plastik hitam yang ada dihadapannya tadi, sedangkan tarzan sedang menghisap dalam-dalam rokoknya. TARZAN Lah...!? bocah pada balik lagi..?! (menunjuk Ndank dkk.) Ketemu, dik... yang dicarinya? NDANK Ngga ada ah! Gimana sih? SI BUTA Emang mau nyari siapa sih? NDANK Darmaji.. darmajiii...!! SI BUTA Emang ngga ada di kampung sukacingcay? NDANK Kampung sukacingcay mata lu meletek! SI BUTA Lah... disitu kan alamatnya jalan gembira... kampung sukacingcay... iya kan?! Ndank kembali merogoh sakunya dan melihat alamatnya si Darmaji itu. NDANK Sukacingcay apaan...!
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Nih tulisannya... Jalan Pantat Herang, Kampung Sukawasir...! bukan jalan gembira...! Gimana sih?! SI BUTA Emang iya gitu? NDANK Eeeuuh... gimana sih?! Menjerumuskan aja! TARZAN Yaa maapin temen saya ini, dik...! Dia ini emang suka pura-pura ngga ngeliat...! jadi kalo dikasih tulisan juga suka pura-pura ngga keliatan..!? SI BUTA (berbisik pada Tarzan) Iya...!! Kan buta mah lebih terhormat daripada ngga bisa baca mah...! TARZAN Tapi tetep ajaaa...! elu kalo ngeliat juga kan masih buta hurup...!! SI BUTA Ya tapi kan mendingan buta beneran, jadi buta hurupnya ga ketauan...! weee..!! TARZAN Seterah elu aja dah! Yang penting elu hepi..!! Ndank dkk keliatan bete ngeliat Si Buta dan Tarzan yang malah sibuk sendiri. Kemudian ia menyetarter motornya dan lalu pergi berlalu... Si Buta dan Tarzan hanya melihat mereka berlalu. FADE OUT / FADE IN SCENE 29 EXT. PERKAMPUNGAN - JALAN KAMPUNG MALAM NDANK, MIPTAH, IMAM, BOWO Malam harinya, Ndank, Imam, Bowo dan Miptah sedang ngumpul duduk-duduk di sebuah kursi kayu yang ada di pinggir jalan aspal kecil di kampung mereka.
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Mereka sedang berbincang tentang rencana mereka untuk mencari pacar. IMAM Kaya’nya nih yah, ndank... setelah menimbang, memutuskan dan meresapi... kayanya kita harus nunjukkin sama si Bowo kalo kita juga ngga kalah dari do’i! (sambil duduk bersandar, sedang Bowo nongkrong di hadapannya) BOWO Si Bowo??? Bowo ‘kan gua!?! IMAM Eeh si Bowooo... si Juki maksud gua! BOWO Maksudnya nunjukkin gimana, mam? IMAM Yaa, kita kasih lokit do’i kalo kita juga bisa cari bokin! (yang lain manggut-manggut) manggut-manggut) Emang cari bokin susah apa!?! Kita tunjukkin, kita bisa punya bokin tanpa harus menelantarkan anak-anak gembel! MIPTAH Yo’i juga tuh, bray! BOWO Yo’i, mam...! kita cari bokin! NDANK Nyarinya jangan yang abal-abal...! kita cari yang yo’i... yang mutakhir! Kalo bisa yang lebih elit dari yang punyanya si Juki! IMAM Yo’i, cuy...! NDANK Kalo si Juki kan waktu itu dapetnya di pasar malem ya?!, kalo kita ntar nyarinya di mol, biar dapet yang elit! IMAM Yo’i bangeet!
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
MIPTAH Ngomong-ngomong, Ngomong-ngomong, cuy... katanya pak RT sakit? IMAM Kata siapa? MIPTAH Tadi sore... ada yang ngomong. NDANK Iya... yang ngomongnya siapa, belatung? MIPTAH Ga tau, ga kenal...! kayanya yang mau bikin surat pengantar ke kepolisian. NDANK Ke rumahnya yu? ...ga enak kita kalo ga nengok. Do’i kan suka ikut ngumpul di sokin, coy... BOWO Iya bener, cuy... do’i kan baek banget... kita serop aja kan ga pernah digerebek. NDANK Yoi....! jadi ngga enak kalo ngga nengokin. MIPTAH Mu ke rumahnya nih? NDANK Yu?! IMAM Kapan? Sekarang? NDANK Ya sekarang, cuy...! takutnya besok mah do’i keburu mokat. IMAM Emang sakit apa sih? (kepalanya memutar ke arah Miptah)
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
MIPTAH Tau! Setau gua sih do’i punya penyakit gagal jantung. IMAM (mendorong kepala Miptah) Heeeuuuh!!! Dasar burik! Mana ada penyakit gagal jantung!? Ada juga gagal ginjal! ...atau serangan jantung! BOWO Nah, itu perpaduannya kali, mam! ...gagal ginjal sama serangan jantung di kombain. NDANK Kombain? Nirvana? BOWO (mengusap mukanya dengan tangannya) Au ah! Ya udah yu ah...!!? mau berangkat ngga nih? NDANK Yu! IMAM Tapi kan ini udah jam sebelas, cuy! NDANK Ga pa pa..! coba kalo misalnya besok do’i mokat pagi! Ga keburu kita... Imam menunduk sambil mengangguk-angguk... IMAM Ya udah yu atuh...!? BOWO Yu cabut! (sambil bangkit dari duduknya) WIPE TO SCENE 30 EXT. RUMAH PAK RT - TERAS MALAM NDANK, MIPTAH, IMAM, BOWO, PAK RT
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Sampailah mereka di rumah Pak RT dengan membawa bunkusan berisi buah salak yang dibawa Ndank. IMAM Samlikuuum...! Suara Pak RT dari dalam : “Kum salaaam...!” MIPTAH Lha... itu suaranya pak RT kan? IMAM Hu’uh...! MIPTAH Tapi kok suaranya sehat ya? Imam mengangkat bahunya... Pak RT keluar... PAK RT Wehh... gembel rupanya...!? Ada apa nih malem-malem gini? (sambil membetulkan posisi sarungnya) IMAM Ini, pak... kita denger katanya bapak sakit... apa iya? PAK RT Saya? Sakit? Kata siapa? IMAM (menunjuk Miptah dengan mulutnya) Tuuh! PAK RT Ngga ah... saya ngga sakit...! MIPTAH Tadi sore ada yang bilang... katanya pak RT sakit... makanya kita kesini... mau nengokin. NDANK Iya, pak... kita bela-belain kesini malem-malem... soalnya kalo besok takut bapak keburu...
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
(tidak meneruskan kata-katanya karena Miptah keburu memperingatkan memperingatkan Ndank dengan isyarat agar Ndank tidak meneruskan kata-katanya) MIPTAH Takut keburu dibawa ke rumah sakit, pak...! PAK RT Ooo... tapi saya ngga sakit tuh...! NDANK Terus yang sakit siapa donk? PAK RT Ngga tau...! Pak RW kali...!? ...salah denger kalian...??! NDANK Iya kali ya?!? PAK RT Iya kali...! coba aja kalian kalo mau memastikan. MIPTAH Ya udah deh... kalo gitu kita mau ke rumahnya pak RW. ...mau memastikan... PAK RT Ooo... ya udah kalo gitu. MIPTAH Ya udah, pak... samlikum...!? PAK RT Walikum salam. Kemudian berangkatlah mereka ke rumah Pak RW. FADE OUT / FADE IN SCENE 31 EXT. RUMAH PAK RW - TERAS MALAM HARI NDANK, MIPTAH, IMAM, BOWO, PAK RW Sesampainya di depan pintu rumah Pak RW...
NDANK Salamulikum...!!
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Tidak ada jawaban... MIPTAH (dengan suara yang lebih keras) Salamulikum... Terdengar suara Pak RW dari dalam... “KUM SALAM!” Tak lama, pak RW keluar... PAK RW Eeh... kalian...! ada perlu apa nih malem-malem gini? MIPTAH Ini, pak... katanya bapak sakit ya? ...kita mau nengok nih, pak. PAK RW (mengerutkan keningnya) Saaakiiit?? IMAM Iya... bapak sakit kan? PAK RW Ngga tuh! IMAM Terus siapa dok yang sakit? NDANK Iya, pak... tadi sore kita denger ada yang ngomong... katanya ada yang sakit. Kita kira pak RT... tapi pas tadi kita ke rumahnya, Pak RT ga kenapa-kenapa. ...malah katanya Pak RW yang sakit... PAK RW Ooooo...... yang sakit tuh bukan saya... tapi pak lurah...! NDANK Pak Lurah? PAK RW Iya, pak lurah... bukan saya...! NDANK
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Hmmmh, pak lurah tah...? MIPTAH Pak lurah ya pak ya? Jadi bukan bapak? PAK RW Bukan! NDANK Ya udah kalo gitu, kita mau ke rumahnya oak lurah. PAK RW Ya udah coba ke rumahnya pak lurah. NDANK Ya udah deh, pak... kita mau ke rumahnya pak lurah sekarang. PAK RW Ya ya... NDANK Samlikum...!? PAK RW Kum salam... Berangkatlah mereka ke rumah Pak Lurah. CUT TO SCENE 32 EXT. JALAN KAMPUNG – JALAN DEPAN RUMAH PAK LURAH MALAM NDANK, MIPTAH, IMAM, BOWO, PAK LURAH, 3 GADIS ABG Di jalan, ternyata mereka berpapasan dengan mobilnya Honda Jazz merahnya pak lurah...
MIPTAH Lah... itu bukannya mobil pak lurah? Imam, yang diajak ngomong oleh Miptah masih memperhatikan mobil tersebut dan belum sempet menjawab. Tepat di hadapan the Ndank dkk. pak lurah menghentikan laju mobilnya... PAK LURAH (membuka kaca mobilnya) Mu pada kemanaaa?
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
MIPTAH Pak lurah...!? kita mau ke rumah... Di dalam mobilnya, terlihat tiga orang gadis ABG. Melihat itu, Miptah dan yang lainnya melongo-longo melihat ke dalam... PAK LURAH Mau ke rumah siapa? MIPTAH Ke rumah pak lurah... PAK LURAH Lah... ada apa ya? Kok tumben malemmalem gini? IMAM Kita mau nengok bapak, katanya bapak sakit!? MIPTAH Iya pak... katanya bapak sakit!? PAK LURAH Oooo... yang sakit itu istri saya, bukan saya. MIPTAH Istri bapak? Jadi bukan bapak? PAK LURAH Bukan...! saya mah sehat tuh...! IMAM Lah terus... bapak mau kemana nih? PAK LURAH Weeeih... biasaaa... (tersenyum cengengesan) ...mu maen ke puncak. Miptah bengong karena agak bingung... PAK LURAH Ya udah ya... kalo mu pada nengok mah istri sayanya ada tuh, di rumah...! MIPTAH Iya, pak iya...
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
PAK LURAH Ya udah ya...!? saya cau dulu...!? IMAM Iya iya, pak... PAK LURAH Ooiyah... (Miptah dkk. menoleh) ntar tolong bilangin sama istri saya... kalo mau mati mah, mati aja, gitu ya... ngga usah nunggu saya, gitu...!? (menjalankan mobilnya sambil melambaikan tangan dan menutup jendelanya) Dadaaaah... Ndank dkk. membalas lambaian tangan pak lurah dengan diiringi penuh kebingungan. FADE OUT / FADE IN ESTABLISHED : - sebuah bangunan mall - keramaian pintu masuk mall dimana banyak gadis cantik pengunjung mall yang berlalu-lalang. berlalu-lalang. - Koridor pertokoan dimana banyak gadis berjalan SCENE 33 INT. MALL – KORIDOR PERTOKOAN SIANG NDANK, MIPTAH, IMAM, BOWO Keesokan harinya...
Mereka berjalan petantang-petenteng petantang-petenteng di sebuah mall dengan pakaian yang gaya. Lirik kiri-lirik kanan, persis seperti seekor kucing garong yang sedang mencari makanan di dapur, ada cewe yang berpapasan dengan mereka, mereka sapa dan mereka goda. FADE OUT “Beberapa Jam kemudian” FADE IN ESTABLISHED :
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
-
suasana ramai foodcourt
SCENE 34 INT. MALL - FOODCOURT SIANG IMAM, CEWE IMAM (DONITA) (MED. SHOT) Di sebuah meja di warung bakso yang rada elit di foodcourt mall, terlihat Imam sedang makan bakso dengan duduk berhadap-hadapan dengan seorang cewe yang rada cantik kenalannya.
DIALOG : silent / backsound musik CUT TO ESTABLISHED : - boneka yang dipajang di etalase besar SCENE 35 INT. MALL - KORIDOR TOKO BONEKA SIANG NDANK, CEWE NDANK (PUTRI) Di tempat lain, di depan sebuah toko boneka, Ndank berjalan bergandengan tangan dengan cewe yang rada cantik lagi yang merupakan kenalannya juga. Kemudian mereka melihat boneka-boneka yang dipajang di etalase besar.
DIALOG : silent / backsound musik CUT TO ESTABLISHED : - bola di track bowling SCENE 36 INT. MALL – ARENA BOWLING SIANG HARI BOWO, CEWE BOWO (AJENG)
Bowo terlihat sangat mesra bercanda ria dengan cewe kenalan barunya sambil bermain bowling. FADE OUT / FADE IN ESTABLISHED : - anak tangga mall SCENE 37 INT. MALL - TANGGA
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
SIANG MIPTAH Sementara di tangga mall, Miptah terduduk lesu sendirian, dengan pandangan yang tak terarah, sesekali menghisap rokoknya dalam-dalam. INSERT : - Imam yang bercanda mesra dengan cewe kenalannya di foodcourt - Ndank yang bercanda mesra dengan cewe kenalannya di depan toko boneka - Bowo yang bercanda mesra dengan cewe kenalannya di arena bowling Miptah masih terduduk lesu, rokoknya habis, dilihatnya si rokok itu, kemudian dibuangnya. CUT TO SCENE 38 INT. RUMAH JULIE - TERAS MALAM JUKI, JULIE, IBU JULIE, AYAH JULIE, ADIK JULIE Malam itu, di teras rumah Julie, terlihat bahwa Julie dan Juki tengah ribut besar.
JULIE Makanya... kalo jadi cowo tuh jangan kegatelan! JUKI Suruh siapa kamu ngga mau garukin, hah?! Udah tau akunya kegatelan! Dasar (menutupi mulutnya dengan kaosnya – ceritanya sensor) !! Aku ngga sudi punya pacar (menutupi mulutnya dengan kaosnya –ceritanya sensor) kaya kamu!! Dasar (menutupi mulutnya dengan kaosnya –ceritanya sensor) ga tau di untung!! JULIE Sebenernya... dari pertamapun aku juga ngga sudi pacaran sama kamu! Seketika itu, ayah Julie, ibu Julie dan adik laki-laki Julie yang masih kecil keluar untuk mengetahui ada apa ribut-ribut.
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
AYAH JULIE Hheh, heh, heeehh...!! Ada apa ini ribut-ribut? JUKI (menoleh ke ayah Julie) Ada kita berdua, bu... makanya ribut..! Kalo ga ada kita berdua mah ga akan ada ribut-ribut...! ribut-ribut...! (menoleh ke Julie lagi) Memangnya siapa yang kegatelan? JULIE Kamu itu..!! dasar cowo (menutupi mulutnya dengan kaosnya –ceritanya sensor)!! Ga ada (menutupi mulutnya dengan kaosnya –ceritanya sensor)! JUKI Eeehh... ngomong jangan sembarangan ya!!?! Tampar nih!! (sambil mengangkat telapak tangannya) JULIE Coba... tampar aja kalo brani! Emang bener kan kamu itu cowo (menutupi mulutnya dengan kaosnya –ceritanya sensor)? Najis gua mah!! “HEEUHH!!”, Juki mengangkat telapak tangannya untuk bersiap menampar Julie... IBU JULIE Hhehh, heh, heehh...!! Brani kamu menampar anak saya? Daripada kamu nampar anak saya... mendingan kamu tampar... (menunjuk wajah suaminya / ayah Julie) AYAH JULIE Laahh...!!? napa jadi guuuuaaa?? JUKI Biar di depan orang tua kamu... aku ngga akan takut nampar kamu!!
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
JULIE Coba aja kalo brani!! Mendengar itu, seketika tangan Juki kembali terangkat dan siap untuk menampar Julie... seketika itu, ibu Julie meraih Julie untuk melindunginya. melindunginya. Hingga akhirnya, ketika Juki benar-benar menampar... justru yang kena pipi ibunya Julie... “PLAAAK!!!”, sampai ibunya Julie tersungkur ke lantai... AYAH JULIE (ketawa-ketawa (ketawa-ketawa sambil menunjuknunjuk wajah istrinya / ibu Julie) Jiiahahaaa....!! Emang enak apa kena tampar...!? Masih dalam keadaan terungkur, ibu Julie memegangi pipinya, wajah ibunya Julie terdiam dan mengarah ke bawah, ekspresinya seperti menahan marah yang sangat. Wajahnya memerah... matanya menjadi putih... dan dan dari belakang... terlihat bagian punggung baju kebayanya (karena saat itu ibu Julie mengenakan baju kebaya tempo dulu dan kain) mulai robek-robek... badannya menjadi hijau... Melihat hal tersebut Juki seketika kaget dan langsung lari tancap gas. CUT TO SCENE 39 INT. RUMAH JUKI – TERAS / PINTU DEPAN MALAM JUKI Juki sampai di rumahnya... Sesampainya, ia menabrak pintu dan langsung masuk ke rumahnya.
CUT TO SCENE 40 EXT. WARUNG KOPI - KURSI KAYU DI DEPAN WARUNG KOPI MALAM IMAM, BOWO, NDANK, MIPTAH Di malam itu juga, di sebuah kursi kayu yang terletak di depan sebuah warung, Imam, Ndank, Miptah dan Bowo sedang berkumpul, ngobrol, duduk-duduk sambil ngerokok dan ngopi.
Miptah kelihatan murung, ditandai dengan wajahnya yang terkesan lesu, dan minim ngobrol.
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Tak lama kemudian, hapenya Imam berbunyi, ada SMS yang masuk IMAM (melihat SMS yang masuk... kemudian melihat wajah teman-temannya) teman-temannya) Donita... (kemudian mengetik SMS balasan) NDANK Siap itu Donita? IMAM Cewe gua doonkkk...! NDANK & BOWO (manggut-manggut) Ooohhh...!? Kemudian mereka mengobrol lagi... Tak lama kemudian, giliran hapenya Ndank berbunyi... NDANK (melihat SMS yang masuk... kemudian melihat wajah teman-temannya teman-temannya juga) Bokin...! Namanya Putri! (membalas SMS) IMAM & BOWO Oooohhh... Kemudian setelah itu, Imam dan Ndank memperhatikan wajah Bowo dengan seksama... BOWO (salting diperhatikan temantemannya) Belooom... cokli gua belom ngeSMS...?!? IMAM SMS dooonk! Masa harus doi duluan mulu sih?! BOWO Ya udah... SMS dah! NDANK Nah, gitu donk... SMS...!
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
(menoleh ke Miptah) Nah, kalo lu, mip? Miptah hanya tersenyum sambil mengangkat-angkat mengangkat-angkat alisnya. Sesaat setelah itu, Bowo selesai nge-SMS bokinnya, kemudian ia masukkan lagi hapenya ke dalam saku celananya. Kemudian mereka ngobrol lagi, kecuali Miptah yang memang dari tadi hanya diam dan memperhatikan wajah temantemannya yang sedang asik mengobrol. Tak lama kemudian, hapenya Bowo berbunyi, pertanda ada SMS balasan. BOWO (melihat SMS yang masuk dan melihat wajah teman-temanya) teman-temanya) Ajeng... Ajeng! IMAM (wajahnya tertuju pada Bowo) Cewe lu namanya Ajeng, Wo? BOWO Yoi! IMAM (nunjuk Bowo) Ajeng... (nunjuk dadanya) Donita... (nunjuk Ndank) Putri... (nunjuk Miptah) Nah... kalo lu, Mip? MIPTAH Adaaa...! IMAM Bokiiiiiiiis...! NDANK Tau... paling-paling apes lagi!?! MIPTAH (jutek) Sotau lu pada!!
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
NDANK Terus mana? Dari tadi kok ga ada bunyi pe’on lu? MIPTAH Ya gua ga bawa hape! Lagian... emang kalo punya bokin harus ada bunyi hape, gitu? IMAM Ya bukan gitu, Mip...! maksudnya... inisiatip aja, janjiin suruh nelpon atau SMS jam sembilanan, kan kita lagi pada ngumpul kalo jam segituan mah...! jadi ada buktinya, gitu! BOWO Iya... keculai gua... Kalo gua emang kolup, jadi tadi aja harus gua yang SMS duluan. Yang lain manggut-manggut manggut-manggut MIPTAH (berdiri) Pokoknya ada, namanya Mia! Dah, ah... gua mo balik! (sambil ngeloyor) BOWO Yaahh.. labik doi...!?! IMAM Lo sih, wo...! NDANK Tau...!! tersanjung doi! FADE OUT / FADE IN ESTABLISHED : - pemandangan yang mengarah ke depan teras SCENE 41 INT. RUMAH MIPTAH - TERAS MALAM MIPTAH, EMAKNYA MIPTAH Di rumahnya, Miptah termenung sendirian di teras rumahnya. Sambil menghisap rokok, ia terus melamun. Tiba-tiba, dari dalam rumahnya muncul emaknya.
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
EMAKNYA (menepuk pundak Miptah) Eh, Miptahudin! Lu lagi ga ada kerjaan kan? Bantuin emak dah! Miptah menoleh, dilihatnya si Emaknya yang lagi gedekgedek, berdiri dekat punggung Miptah, kemudian duduk di samping Miptah. MIPTAH Bantuin apaan sih ma? EMAKNYA Daripada lu bengang-bengong gitu, mendingan lu bantuin emak benerin sumbu kompor, ya?! Kesian tuh kompor, sumbunya udah pada selek! MIPTAH (sambil memalingkan muka dan bergumam) Sumbu kompor selek! Kemudian Miptah bangkt dari duduknya dan berjalan menuju ke dalam rumahnya, namun baru sampai di pintu, ia membalikkan badan ke arah emaknya yang masih duduk. MIPTAH Eh..., mak...! EMAKNYA (menatap halaman rumahnya tanpa menoleh ke arah Miptah) Wasap? MIPTAH Emip mau nanya...! EMAKNYA (membalikkan tubuhnya ke arah Miptah sambil geleng-geleng kepala) Wah, kaga...kaga...!! kaga...kaga...!! Lo jangan pernah sekali-kali nanya soal identitas bapa lu! Jangankan elu, gua aja kaga tau siapa bapa lu! MIPTAH Lha... emang emip bukan anak ema asli?
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
EMAKNYA Aslii...!! tapi waktu itu... (memalingkan wajahnya ke lagit di atas halaman rumahnya) DISSOLVE TO : Bayangan emak Miptah akan kenangan saat suatu malam ia bersama tiga orang lelaki abis ngedugem. Ia dan tiga lelaki tersebut turun dari sebuah mobil, menuju ke sebuah hotel. Dengan dandanan ala 80’s, mereka berempat, dua diantaranya (emaknya Miptah dan lelaki yang keempat yang berjalan belakangan), berjalan dengan sempoyongan. Di pintu sebuah kamar hotel tersebut, ia mengobrol cekikikan dengan para lelaki yang membawanya itu CUT BACK TO Kemudian emaknya Miptah tersadar dari bayang-bayang masa lalunya itu... EMAKNYA Ah, kaga...kaga...!! kaga...kaga...!! Pokoknya lu anak gua asli, titik! MIPTAH Bukan itu, mak yang mau emip tanyain! EMAKNYA Lha terus, lu mau nanya apa? MIPTAH Tapi jawab yang jujur ya, mak ya!? EMAKNYA Iya! MIPTAH Kalo ga jujur, tar emip jewer kuping emak!! EMAKNYA Gua kutuk ntar lu... jadi kacang... kalo brani jewer gua mah!! MIPTAH Kan emip tangkis kutukannya!! EMAKNYA Make apa?? MIPTAH
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Makeee... Make apa ya...?? (celingukan bingung) Make pengki!! Hhahahaaa...!! EMAKNYA Kan pengkinya mau gua pake!! MIPTAH Dipake apa? EMAKNYA Gua pake buat nyapu! MIPTAH Kan emip pinjem dulu sebentar...!! EMAKNYA Buat apa?? MIPTAH (memalingkan wajah dan bergumam) Dongo amat ya gua punya emak...?! (menatap wajah meaknya lagi) Yaa buat nangkis kutukannya emak!! EMAKNYA Iyaa daahh... gua kalah..!! MIPTAH Makanyaa... jawab yang jujur ya emip nanya?! EMAKNYA Iyaaa!! Gua jawab jujur dah ntar..! Emang lu mau nanya apa? MIPTAH Emang kalo menurut emak, emip ganteng apa jelek, ma? Emaknya yang semula menghadap ke halaman rumahnya, kemudian menolehkan kepalanya ke arah Miptah. EMAKNYA Kenapa lu nanya kaya gitu? MIPTAH Ngga, ma... jawab aja!
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
EMAKNYA Aaaa... lu pasti heran kenapa sampe sekarang lu belom punya cewe ya? MIPTAH Udahlah, mak jawab aja!! Menurut ema, emip ganteng apa jelek? EMAKNYA Nih... denger ya, mip...! Kalo lu ada kemauan, ga ada yang ngga mungkin...! kalo lu suka sama cewe, lu harus usaha donk! Ditolak? Wajar! Jaman sekarang nih, muka ngga ngaruh! Nah, lu sering liat kan... banyak cewe-cewe yang pada cakep, jalan sama laki, lakinya pada kaya beruang! Tapi tuh cewe pada mau aja! MIPTAH (memalingkan wajah dan bergumam) Napa jadi bertele-tele begono yaa?? (wajahnya ke arah emaknya lagi) Tapi itu mah cowonya kan pada tajir, bray! Gimana sih ente?? EMAKNYA Seett daahh!! Dipanggil ente gua sama anak gua...!! Kaga semua cewe tuh matre, jonih! MIPTAH (manggut-manggut) Hhhmmm... bisaaaa, bisa, bisaa...!! Tapi ngomong-ngomong, elu belom jawab pertanyaan gua, bray! Gua jelek ya?! EMAKNYA (bergumam) Serba salah gua jawabnya...! MIPTAH Haaahhh...!! bete ah!! Mending emipnya mau maen aja keluar!! (sambil ngeloyor) EMAKNYA
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Heeehh...!! Mau kemana lu, bray? MIPTAH Mau hengot!! Mau ngikut kaga lu, bray! EMAKNYA Soal kompor gimana, jo? MIPTAH Situ urus saja dewe’an lah!! CUT TO SCENE 42 EXT. PINGGIR JALAN - KURSI KAYU MALAM MIPTAH Dengan menghisap sebatang rokok, Miptah berjalan menuju kursi di bawah pohon rambutan besar yang terletak di pengkolan jalan kecil di kampung mereka tempat mereka biasa berkumpul bersama. Tidak tampak seorangpun yang sedang berada disana... Miptah kemudian duduk termenung sendiri sambil menghabiskan batang rokoknya di kursi tersebut.
Kesal menunggu, beberapa waktu kemudian, Miptah menghubungi Imam lewat SMS, INSERT : CU layar hp Mipah, dimana Miptah menulis SMS : “Mam, dmn lw? W da di pgkln sndr! Br’an lu ksn!” Dikantonginya si hp itu. Kemudian ia duduk bersandar di pohon rambutan yang menyangga salah satu sisi bangku kayu itu. Lalu tak lama kemudian, hp Miptah berbunyi... Diambilnya dari saku celananya si hp itu. INSERT : CU layar hp Miptah, dimana ada SMS masuk yang berisi nama pengirim : Imam, dengan bunyi SMS : “Srry, bro... w gi kencan mlm mgg’an ma Donita!” Setelah membaca SMS Imam tersebut, Miptah terlihat agak sedikit kesal. Ga lama kemudian, ia nge-SMS Ndank... INSERT : CU layar hp Miptah, dimana ia menulis : “Dank, dmn lw? Mo k pgkln g? Bls!”
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Dikantonginya si hp itu... Kemudian ia merebahkan diri di kursi itu, dengan wajah menatap serius ke atas. Tak lama kemudian, hpnya bunyi lagi... Masih dalam keadaan celentang, diambilnya si hp dari kantong. INSERT : CU layar hp Miptah, ada SMS dari Ndank, yang bertuliskan : “W gi d rmh Putri! Tar ja kl dah brs w ksna.” Mendapat balasan seperti itu, Miptah bangkit dengan ekspresi kesal. Lalu, ia menelpon Bowo... MIPTAH Wo... Lu pasti lagi sama cewe lu kan? Siapa tuh namanya? Di ujung sana, Bowo menjawab : “AJENG...! LU TAU AJA KALO GUE LAGI SAMA DOI!?” Mematikan hapenya secara mendadak, dan kemudian ia bangkit dari duduknya sambil menggerutu. MIPTAH (menggerutu) Berengsek semuanya! Ga tau apa kalo malem minggu tuh malem yang sakral buat gembel!? (sambil melangkah pulang) FADE OUT / FADE IN ESTABLISHED : - kaki kursi kayu yang ada di belakang rumah yang sedang diduduki Miptah SCENE 43 EXT. RUMAH MIPTAH – KURSI KAYU DI BELAKANG RUMAH PAGI MENJELANG SIANG MIPTAH, EMAKNYA MIPTAH Miptah termenung di kursi belakang rumahnya, dengan membawa sikat gigi dan handuk di lilitkan di leher... Kepala dan wajahnya menerawang ke atas.
PLOT : Ada bayangan di atas kepalanya, yang menggambarkan empat dari lima anggota gembel, yang tadinya berdiri berjajar, menjauhi dirinya satu-persatu untuk menghampiri wanitanya masing-masing, masing-masing, mulai dari Juki, Imam, Bowo dan Ndank.
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Merasa frustasi, ia kemudian mengucek-ngucek rambutnya percis seperti ketika seorang striker gagal memanfaatkan peluang emas menjadi gol. Setelah itu, ia masuk ke kamar mandi... Tak lama kemudian, ia keluar lagi dan duduk lagi di kursi tadi. Lalu ia kembali termenung... Tak lama dari situ, ketika ia menoleh ke samping, dilihatnya ada tali yang tergoler... Lalu ia bangkit dari duduknya dan dibawanya tali itu ke pohon nangka yang ada ga jauh dari situ. Setelah selesai mengikatkan tali di pohon, ia hendak menggantungkan menggantungkan dirinya... Akan tetapi ketika ia hendak menggantungkan dirinya, emaknya keburu datang. EMAKNYA (melangkah melewati Miptah yang telah siap untuk menggantungkan dirinya) Mo gantung diri, mip? MIPTAH Iya, mak! Emang kenapa gitu? Mau ngelarang? EMAKNYA (dengan santai) Kagaa...! Cuman kalo bisa jangan sekarang dah... bantuin emak bikin tiang jemuran dulu! MIPTAH (menoleh) Tar aja ya, mak ya bikin tiang jemurannya?! EMAKNYA Yaaahh elu... gimana sih?? Kan elu mau bunuh dirinya juga sekarang...!? Emaknya Miptah lalu masuk ke pintu, sedangkan Miptah yang dalam posisi siap untuk menggantungkan menggantungkan diri, termenung mengingat-ingat mengingat-ingat pesan emaknya itu. FADE OUT / FADE IN
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Tampak Miptah sedang ketak-ketok memaku kayu dalam rangka membuat tiang jemuran. Emaknya menghampiri... EMAKNYA Ga jadi lu gantung dirinya? MIPTAH (jongkok di hadapan emaknya yang sedang memaku salah satu kayu) Tar aja deh, mak, kapan-kapan! EMAKNYA Emangnya kenapa lu mo make acara gantung diri segala? MIPTAH Ngga apa-apa, mak...! cuma iseng aja...! (bangkit berdiri) Udah jadi tuh mak tiang jemurannya...! (sambil ngeloyor pergi) Emaknya hanya menatap tanpa berkata-kata... CUT TO SCENE 44 EXT. DEPAN PAGAR RUMAH TETANGGA NDANK – KURSI TEMBOK SIANG MIPTAH, NDANK, PUTRI Tampak Ndank sedang duduk bermesraan dengan Putri di sebuah kursi tembok yang terletak di depan pagar salah satu rumah tetangga Ndank. Saat itu, Ndank dan Putri sedang bercanda ria.
Miptah berjalan lewat di depan Ndank sambil menghisap rokok... Melihat Ndank sedang bercanda berduaan seperti itu, Miptah menyebrang jalan agar jauh dari mereka berdua dan berusaha tak menengok. NDANK Wei...! Mip...! kemana lu? Miptah pura-pura ngga denger. NDANK Belagu amat lu, mip...!?
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Miptah tetap tak menoleh. WIPE TO SCENE 45 EXT. RUMAH BOWO – JALAN DEPAN RUMAH BOWO SIANG MIPTAH, BOWO, AJENG Sampailah Miptah di jalan tepat di depan rumah Bowo.
Disanapun ia melihat Bowo yang sedang duduk mengobrol dengan pacarnya, Ajeng, di teras rumahnya. Miptah tampak mempercepat jalannya dan berusaha tidak menoleh. Melihat Miptah, Bowo hanya menunjukkan Miptah pada Ajeng dengan mulutnya, kemudian Bowo menatap Miptah yang sedang berjalan itu dengan rasa iba. FADE OUT / FADE IN SCENE 46 EXT. JALAN KAMPUNG – JEMBATAN KECIL SIANG MIPTAH, IMAM Sampailah Miptah di sebuah jembatan besi kecil yang melintas di atas sungai kecil yang membelah jalan kampung. Di jembatan itu, Miptah menghentikan jalannya... jalannya... lalu ia bersandar di handle jembatan tersebut dan melihat kebawah... sesekali ia celingukan ke kanan dan ke kiri.
Selang beberapa menit, ia menaikkan satu kakinya dengan maksud hendak meloncat ke bawah. tampak Imam datang secara tiba-tiba dari belakang Miptah dan memegangi / menarik satu tangan Miptah. IMAM (sambil menarik satu tangan Miptah) Weey, weyy, weeeyyy...!! (MORE) Miptah menoleh... IMAM (CONT’D) Mo bunuh diri lu? Miptah hanya geleng-geleng sedikit...
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
IMAM Waduuuh, waduuh.... maksudnya apa sih ini pake acara mo loncat indah segala? (kemudian menarik tangan Miptah) Sini! (menarik Miptah ke bawah pohon yang terdapat tidak jauh dari jembatan itu untuk duduk) Kenapa lu... make mau loncat indah gitu? Mending indah lu...! Miptah hanya geleng-geleng... geleng-geleng... IMAM (CONT’D) Ngomong-ngomong, Ngomong-ngomong, lu punya rokok ngga? Miptah mengeluarkan rokok dari saku celananya. Ketika Miptah hendak memberikan korek pada Imam, Imam telah lebih dulu menyalakan rokonya dengan korek miliknya. IMAM (CONT’D) Koreknya mah ada...! ( sambil menyalakan batang rokok dan kemudian mengembalikan bungkusnya) Mengambilnya bungkus rokok tersebut dari Imam, dilihatnya sudah kosong, kemudian dibuangnya bungkus rokok tersebut karena sudah kosong IMAM (CONT’D) Gini, Mip...! Gua kan tadi abis dari rokumnya sedokur gua nih yaa... nanyain gawean...!? (menghisap rokoknya) Masa gua apes banget...! MIPTAH Kenapa emangnya? IMAM Kemaren doi kan nawarin gawean ke gue, katanya ada lowongan di tempat gawenya doi... tapi pas tadi gue tanyain, eh... katanya udah di bail sama si Marwan...! kurang ajar ngga tuh?!
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
MIPTAH (dengan nada lesu) Siapa yang kurang ajar? IMAM Sedokur gua... eh, si Marwan....!?! Eh... dua-duanya sih...!! (menatap wajah Miptah) Ngomong-ngomong... Ngomong-ngomong... lu kenapa lesu amat? Miptah hanya menoleh... sesaat kemudian, ia memalingkan mukanya IMAM(CONT’D) Lo lagi dikejar utang ya? Apa lu emang kurang vitamin aja... jadi lesu kaya begokin? MIPTAH (nyolot Imam dengan nada tinggi) He, mam...!! lu ngga liat apa tadi gua mo ngapain? IMAM Mau loncat indah kan kata gua tadi...?! Bener kan? Emang lu mau ngapain? MIPTAH Mo bunuh diri!! IMAM (terperanjat sambil terbatukbatuk) Ohek... ohek...!! apaan? Bunuh diri? Miptah menjawab dengan tatapan kosong. IMAM (CONT’D) Kenokap? Pake mo ngegelar acara kobun dokir segala? MIPTAH (dengan nada tinggi) Denger ya...! Gimana kaga stress coba gua...!?
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Si Juki... punya cokli!! Si Bowo...punya cokli!! Si Ndank... punya juga!! Nah lu sendiri... punya bokin...! Nah gua... yang ga dapet cokli... ditinggalin gitu aja! Lu liat gua sekarang, lontaang... lantuuung... ga karu-karuan! IMAM (manggut-manggut) Sebenernya itu mah masalah masalahnya sepele banget brader...! MIPTAH Sepele gimana?? IMAM Masalahnya tuh... (menghisap rokoknya dalamdalam) Kalo gua rasa nih...!! Itu cuman karena lu kurang ganteng aja, bray...! MIPTAH (melirik Imam dengan lirikan kesal) Tenyom lu akh!! (sambil membalikkan badannya menghadap ke tepi jembatan lagi untuk kembali meloncat) IMAM (memegangi tangan Miptah) Eeehhh...!! Lu mo ngapain, pehul??! Kalo mo bunuh diri mah bilang dulu sama emak lu dah! Soalnya kalo lu ngga balik kan emak lu biasa nyariinnya ke rokum gua! Gua kaga mau terlibat ah!! Miptah diam... IMAM (menarik tangan Miptah dan mendorong-dorongnya) Udah lu balik aja dah, balik...!! MIPTAH (sedikit berontak)
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Apaan sih ah...?!! IMAM Udah lu balik sana...! Daripada ntar gua ditanyain emak lu! (ngedumel) Masih mending ditanyain emak lu, kalo ditanyain pelokis gimana? Imam tampak terus mendorong-dorong Miptah untuk berjalan pulang, dan dengan penuh keterpaksaan, Miptah melangkah pulang... Sesaat Miptah menghentikan langkahnya... MIPTAH Elu duluan aja kalo mu balik mah!! IMAM Kaga!! Tar kalo gua tinggalin mah elu bunuh diri lagi! MIPTAH Kaga!! Gua jamin dah ga akan bunuh diri...!! IMAM (menunjuk-nunjuk (menunjuk-nunjuk wajah Miptah) Bener lu ya?! awas aja lu sampe bokis...!! MIPTAH Iya!! IMAM Kalo sampe bunuh diri gua matiin lu!! MIPTAH Sama aja bego!! IMAM Sama aja apanya? MIPTAH Sama aja guanya mati-mati juga!! Kemudian tampak Imam melanjutkan langkahnya, sedangkan Miptah tetap berdiri... CUT TO
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
SCENE 47 EXT. KAMPUNG - JALAN KAMPUNG SIANG MENJELANG SORE MIPTAH, MIA, BOWO, AJENG Di jalan, ia berpapasan dengan seorang gadis cantik, berkulit putih, berambut panjang dan membawa tas. Dia itu Mia. Ketika mereka hampir berpapasan, Miptah melempar senyuman... Mia membalas senyuman...
Kemudian Miptah menyapa... MIPTAH (sopan dan lemah lembut) Mau kemana, neng? MIA Ini, mas... saya mau nyari rumahnya pak Gatot, mas tau ngga? MIPTAH Pak Gatot? MIA Iya...! katanya, rumah pak Gatot di daerah sini! MIPTAH (sedikit menggaruk-garuk menggaruk-garuk kepalanya menandakan sedang berpikir) Hmmm... (mencoba mengingat-ingat) mengingat-ingat) pak Gatot..... ooh... yang tukang servis jok motor? Mia mengerutkan alis dan merasa sedikit kaget mendengar profesi pak Gatot yang disebutkan oleh Miptah MIPTAH (CONT’D) Bener? MIA (bergumam) Masa dari dosen jadi tukang servis jok motor sih? Bukan ah, bang...!! Masa iyah sih?! MIPTAH
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Kalau boleh tau... memangnya ada perlu apa ya sama pak Gatot? MIA Mau nyerpis jok...! MIPTAH (terperanjat kaget) Lhoo??! MIA Eeeh... maap, mas...! Maksudnya gini....
MIPTAH (tiba-tiba, Miptah memotong omongan Mia) Eh... ngomong-ngomong... kita kan belum kenalan...!?! MIA Oooh iya... Mia kemudian membuka tasnya dan mengambil dompet yang ada di dalam tasnya, kemudian mengambil kartu nama dari dompetnya itu. Miptah juga mengodok kantong belakang celananya dan mengeluarkan dompetnya untuk mengambil kartu nama MIA (memberikan kartu nama) Nih..! MIPTAH (memberikan kartu nama juga) Nih juga...! Setelah mereka bertukar kartu nama, mereka saling bersalaman... MIPTAH (menjulurkan tangan) Nama sayaaa... Randy...! tapi engga tau kenapa ya... hampir semua tementemen saya pada manggil saya dengan sebutan Miptah...?! MIA (sedikit mengangguk-angguk...) mengangguk-angguk...) Saya Mia.
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
MIPTAH Ngapain pake kartu nama malieh??! Mia hanya senyam-senyum saja… MIPTAH (CONT’D) (tersenyum tanpa arah) Oh, iya... kenapa tadi? MIA Ini... pak Gatot itu kan dulunya dosen... beliau pernah mengajar literatur Jerman di kampus tempat saya kuliah… tapi sekarang beliau sudah tidak mengajar lagi. MIPTAH Namanya itu Pak Gatot apa beliau ya? MIA Namanya mah Pak Gatot, mas… cuma saya manggilnya beliau… MIPTAH Ooohh, begitu…!? MIA Betul sekali…! Nah... sekarang ini, saya mau mulai nulis skripsi tentang karya literatur Jerman pada abad ke-18. Rencananya saya pengen konsultasi sama pak Gatot... sekalian mau pinjem bukubukunya dari beliau. MIPTAH Memangnya... kamu ini kuliah dimana? MIA Di Universitas Pelita Jaya… MIPTAH Universitas Pelita Jaya? MIA (tersenyum simpul) Iya… betul sekali…! MIPTAH
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
(memalingkan wajah dan bergumam) Kok kaya nama tim bola ya? (mengalihkan wajah ke arah Mia lagi) Yang di Bandung ya? MIA Bukan, mas…! Yang di Bandung mah Institut Maung Bandung…! Ini mah di Karawang, mas…! MIPTAH Oooh... di Karawang...?! Tapi perasaan kemaren mah di Purwakarta…? MIA Ahh… si mas salah kali?! MIPTAH Iya kali ya…?! Tapi perasaan emang pindah-pindah sih…!?! MIA Saya sempet nanya ke kantor TU, liat data dosen-dosen pengajar... tapi saya cuma dapet alamat yang lama... kalo yang baru, saya dapet dari beliau sendiri... MIPTAH Dari beliau apa dari Pak Gatot? MIA Dianya maksudnya, mas..! Propesor Doktor Insinyur Haji Gatot Beliaudiningrat langkapnya…! MIPTAH Oooh.. namanya Gatot Beliaudiningrat?? Beliaudiningrat?? Kamu manggilnya beliau, gitu? MIA Desrait!! MIPTAH Cara dapetnya gimana?
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
MIA Dapet? Dapet apanya, mas? Belum dapet saya mah…!? MIPTAH Maksudnya apa ini? MIA Saya mah nanti biasa dapetnya… tanggal duapuluhan… MIPTAH (garuk-garuk kepala) Bukan dapet itu, maman…!! Maksudnya dapet alamatnya Pak Beliau ini…?! MIA Oohh, itu…!? Jadi gini, mas… Saya kan masih menyimpan nomer hapenya, mas... waktu itu saya SMS beliau untuk menanyakan alamatnya yang baru... (menunjukkan SMS di hp-nya) Beliau memberikan alamat ini... Tau ngga, mas? MIPTAH Setau sayaa... Pak Gatot itu tukang servis jok motor dah...!?! MIA Masa sih, mas?? Bukan yang itu kali...!? Kemudian, lewatlah Bowo naik motor dengan membonceng Ajeng. Ketika melintas di depan Miptah, ia memelankan laju motornya… BOWO Ngapain lu, Mip? MIPTAH Eh, wo... wo... wo...!! Bowo meghentikan laju sepeda motornya… BOWO Kenapa?
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
MIPTAH Wo... lu tau rumah pak Gatot ngga? BOWO Pak Gatot mana? Pak Gatot pensiunan atau pak Gatot servis jok motor? MIPTAH Kalo yang pensiunan... bekas dosen bukan? BOWO Au dah kalo masalah itu mah... ! ga tau bekas dosen apa ga tau bekas jambret…! Kenapa emang? MIPTAH Ini ada yang nyariin... tapi Pak Gatot yang bekas dosen, bukan yang tukang servis jok motor! BOWO (menunjuk rumah besar yang hanya terlihat atap lantai 2-nya yang terletak beberapa puluh meter di depan mereka) Tuuh, rumahnya...! MIPTAH yang mana? BOWO Itu... yang gede! Yang kaliatan gentengnya doank...! Yang ada pohon mangganya! MIPTAH Itu mah rumah Pak Jarwo, bego! BOWO Tapi kalo ngga salah emang namanya pak Gatot apa gitu... dipanggilnya pak Jarwo...! ga tau daah...! Mia melangkah menghampiri... menghampiri... MIA Bener, mas... namanya memang pak Gatot Sujarwo...! beliau itu dulunya dosen saya...! tapi semenjak satu tahun
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
lalu... beliau tidak menjadi dosen lagi...! MIPTAH Tadi katanya gatot beliaudiningrat… beliaudiningrat… sekarang kenapa jadi gatot sujarwo? MIA Namanya itu gatot beliaudiningrat beliaudiningrat sujarwo predlih, mas… MIPTAH Weeettts daahh…! Ada predlihnya gitu belakangnya…?! BOWO (mengangguk-angguk) Bener kan?! MIPTAH Ya udah... mo kerumahnya? Kalo gitu saya anter deh! Mia hanya tersenyum...
BOWO Mau kemana lu, mip? MIPTAH Mau nganter doi dulu go’ut…! BOWO Awas ah…! Anak orang jangan diperkosa..! MIPTAH Eeett dahh…!! Maen perkosa aja…! BOWO Kali aja lu hilap…! Ya udah, gua ke sana dulu ya?!
MIPTAH Sip!
MIA (ke arah Bowo) Terima kasih ya, mas!?
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
BOWO Sama-sama.. mari...! Bowo kembali menancap gas motornya... MIA Bener nih mau nganterin...? MIPTAH Beneran...! kenapa? Keberatan? MIA Ah nggaa... emang ngga ngerepotin? MIPTAH Repot kenapa... justru saya malah seneng! Kemudian berjalanlah mereka menuju rumah Pak Gatot... WIPE TO SCENE 48 EXT. RUMAH PAK GATOT – PINTU PAGAR SORE MIPTAH, MIA, PAK GATOT, NINDA Kemudian sampailah mereka di depan pagar rumah Pak Gatot...
MIPTAH Samlikuum...!! (sepi) Spatuu...! Beberapa saat kemudian keluar pak Gatotnya... Pak Gatot terlihat nongol dari terasnya, kemudian ia bergegas untuk membukakan pintu pagar PAK GATOT (sambil membukakan pintu pagar) Eh... silahkan duduk! MIPTAH Masuk aja belum...! PAK GATOT Yaa kan masuk duluuu... kalo udah masuk kan bisa duduk
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
MIA (senyam senyum sama Pak Gatot) Masih ingat sama saya ngga, pak? PAK GATOT (terdiam sejenak ketika menatap wajah Mia sambil mengangkat-angkat jari telunjuknya) Mmmm... kamuuu... Doni ya?? MIA Bukan, pak...! saya Muklis... PAK GATOT (memalingkan wajah dan bergumam) Jaman sekarang... cewe makin cakep namanya main aneh ya?! MIA Muklis apa Muklas cobaa...? PAK GATOT Salah dua-duanya! MIA Terus siapa coba?? PAK GATOT Mia...!? MIA (“TET... TORETORERORET... TORETORERORET... TORERORERORET...!” TORERORERORET...!” backsound musik orang dapet kuis telpon) Betul sekaliiii...!! selamat ya, pak..!? bapak mendapatkan duang tunai satu juta rupiah...! PAK GATOT (loncat-loncat (loncat-loncat sambil mengangkat-angkat mengangkat-angkat tangan gembira) Horeee...!! makasih, makasih...!! (berhenti dan kemudian memperhatikan wajah Miptah) Kalo kamu pastiii... Miptah ya? MIPTAH Bukan, pak... saya bukan Miptah...! PAK GATOT
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Terus kalo bukan Miptah, siapa donk? MIPTAH Saya Bras Pit! PAK GATOT Bras Pit apa Bras pulen? MIPTAH Bras Pit PAK GATOT Ooo... saya kira Miptah...!? MIPTAH Emang kenapa pak kalo Miptah? PAK GATOT Kalo Miptah mah tadinya mau saya kasih duit... MIPTAH Bukan, pak bukan...! saya bukan Bras Pit..! saya Miptah..! PAK GATOT Kamu Miptah? (Miptah mengangguk) Bohong kamu!? MIPTAH Beneran, pak...! saya Miptah..! PAK GATOT Ooo ya sudah... MIPTAH Lah... tadi katanya mau dikasih duit..!? PAK GATOT Mau di kasih duit?? MIPTAH Iya PAK GATOT Siapa? MIPTAH Saya...
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
PAK GATOT Kapan saya ngomong? MIPTAH Tadi PAK GATOT Tadi?? (Miptah mengangguk-angguk) mengangguk-angguk) Kok saya lupa ya?? MIPTAH Lupa, pak? PAK GATOT Iya... saya lupa MIPTAH Kalo begituu... (mengodok kantong celananya, mengambil botol kecil obat cacing... dan mengacungkannya ke atas, diiringi musik doraemon “TULILULIT...!”) “TULILULIT...!”) Obat pengingat omongaaaannn!! Nih, pak...! pake ini biar inget...! PAK GATOT Diapain ini? MIPTAH Dimasukin ke pantat! PAK GATOT Emang muat? MIPTAH Diminum, pak... diminum!! PAK GATOT Ooo... Pak Gatot lalu meminum obat tersebut, dan... “KLING!!” PAK GATOT Saya ingat! MIPTAH Apa? PAK GATOT
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Mau ngasih duit kan? MIPTAH Iya, pak... bener, bener! PAK GATOT Boleh..! tapi ada syaratnya... MIPTAH Apa syaratnya? Pak Gatot memalingkan wajahnya pada atap rumahnya, kemudian Miptahpun melihat ke arah mata Pak Gatot tertuju PAK GATOT (menunjuk atap rumahnya) Kamu liat genteng saya...! MIPTAH Iya, emang kenapa pak? PAK GATOT Itu yang pas kamar saya... (Miptah mengangguk) ...kalo hujan bocor...! MIPTAH (ngangguk-ngangguk) Tembus ke samping? PAK GATOT Ngga donk...! kan pake charm body fit gitulo! MIPTAH Oooo... terus??? PAK GATOT Kamu benerin dah yang bocor, ya?! Nanti saya kasih duit... MIPTAH (menatap wajah Pak Gatot sebentar) Ntar aja deh sorean ya, pak ya? PAK GATOT Sorean? (Miptah mengangguk) Emang kenapa kalo sekarang?
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
MIPTAH Lagi ngga mut buat kuli saya sekarang mah... PAK GATOT Ooo... Ya udah kalo gitu...! tapi nanti benerin ya?! MIPTAH Tenang aja, pak...! nanti pasti dibenerin..! kalopun bukan sama saya, paling sama perwakilan saya...! PAK GATOT Ya sudah kalo gitu... Kemudian mereka bertiga menuju ke teras rumah Pak Gatot. PAK GATOT (menunjuk kursi yang terdapat di terasnya) Silahkan duduk...! Beberapa saat setelah mereka duduk di kursi... PAK GATOT (CONT’D) Waduh... ada keperluan apa nih sodara Miptah sampe jauh-jauh datang ke sini? MIA Saya, pak yang dateng... saya!!! PAK GATOT Lho?? Kamu yang dateng?? MIA Betul sekali, bapak..! dan bapak berhak atas uang sebesar satu juta rupiah..! (ada backsuond musik orang menang kuis telpon lagi... “TET.. TORERORERORET.. TORERORERORET...!”) TORERORERORET...!”) PAK GATOT Oooooooooohhhhhh... Oooooooooohhhhhh... Mau ngapain?? MIPTAH Mauuu... minum kopi, pak...!? PAK GATOT
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Saya ngga nanya sama beliau! (sambil menunjuk Miptah) Saya nanyanya sama mereka (menunjuk Mia) MIA Jadi gini, pak... dulu kan waktu saya semester dua, bapak ini mengajar mata kuliah literatur...!? nah kebetulan, saya mau bikin peper, tentang literatur... Pak Gatot manggut-manggut... manggut-manggut... PAK GATOT Oooohhh... (memalingkan ukanya ke Miptah) Peper apaan ya? MIPTAH Cabe! MIA Skripsi, bapak... skripsiii!!! PAK GATOT Oooo... skripsi...!? Memangnyaa... apa judul peper kamu? MIA Belum mulai sih, pak... ini... (mengeluarkan file yang terdapat dalam folder dari dalam tasnya) Saya baru bikin draftnya... buat seminar proposal... (kemudian menyerahkannya ke Pak Gatot) Pak Gatot menerimanya, dan kemudian membacanya dengan terbalik... MIA (membalikkan peper yang sedang dibaca Pak Gatot) Tebalik, bapaaakk...!! PAK GATOT Hhmm... bagus ini...! MIA
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Tapi kutipannya masih kurang, pak...! PAK GATOT Tambah donk...! MIA Yaa saya kesini kan emang niatnya mau ituu...! PAK GATOT (manggut-manggut) Oooo, yayayaya... Mia manggut-manggut... manggut-manggut... PAK GATOT (CONT’D) Yaa... saya punya lumayan banyak buku karya sastrawan Jerman terkenal abad 18... malah dari jaman dinosaurus juga ada...! kalo mau kamu pake, pake aja...! MIPTAH (nyamber) Dia boleh saya pake, pak?? PAK GATOT Tolong ya, sekali lagi... saya tidak berbicara dengan beliau (nunjuk Miptah)...! saya sedang berbicara masalah politik dengan bekas mahasiswa saya! MIPTAH (memalingkan wajahnya dan bergumam) Politik dari manaaaa??? MIA Memangnya ada berapa banyak buku yang bisa mendukung peper saya ini, pak? PAK GATOT Lumayan banyak! Ada kali sekitaaaarrr... tiga belas kilo setengah lah... MIA Itu bukunya doank, pak? PAK GATOT
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Iyaa...! cangkangnya udah dipisahin MIA (manggut-manggut (manggut-manggut kecil dan kemudian menengok ke arah Miptah) Banyak juga yaa...?! PAK GATOT Lumayan. Kebetulan anak saya juga kan hobi mancing... jadi koleksi buku saya lumayan banyak MIA (memalingkan wajah dan bergumam) Apa hubungannyaaaa...??? hubungannyaaaa...??? Kemudian anak Pak Gatot (Ninda) pulang dengan menggunakan mobil Honda Jazz merahnya... Sesampainya ia di depan pagar rumahnya, ia turun dari mobilnya dan membuka pagar rumahnya, kemudian memasukkan mobilnya ke garasi. PAK GATOT Nah itu anak saya pulang...! Setelah mobilnya terparkir di garasi, Ninda menghampiri... PAK GATOT (mencium tangan Ninda) Tumben, kamu pulang jam segini nak...?
MIA Kebalik!! PAK GATOT Napa jadi saya yang cium tangan? MIA Kan saya bilang kebalik...! PAK GATOT Ini, Mae... ada yang mau papah kenalin sama kamu...! NINDA (nengak-nengok (nengak-nengok ke kiri, ke kanan)
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Siapa, pah?! PAK GATOT (mukanya masih menghadap ke Ninda) Ini... NINDA Maksudnya siapa Mae? PAK GATOT Ya kamu...! NINDA Kok Mae? PAK GATOT Emang kamu? NINDA Ninda kan!? PAK GATOT Iya, maksudnya Ninda...! ini, ada yang mau papah kenalin sama kamu...!? Miptah terlihat sumringah... PAK GATOT (CONT’D) (melihat Miptah dengan sinis) Bukan situ...!! Tapi ini... (menunjuk Mia) NINDA (tersenyum pada Mia) Ooohh... PAK GATOT Ini Mia, dulu dia mahasiswa papah... Mia, ini Ninda, anak saya satusatunya... (Mia dan Ninda saling berjabat tangan) Dia ini mau mulai nyusun skripsi... tentang... apa tadi? Perkembangbiakan Perkembangbiakan reptil?? MIA (menutupi matanya dengan telapak tangannya) Astapirulooohhh...!!
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
NINDA Terus...? dia mau tinggal di sini, pah? PAK GATOT Pengennya sih gitu... Tapi itu terserah pada Muklis aja... MIA Muklas! NINDA Muklas?? Bom bali donk? MIA Bukan...! bomsex! NINDA (tersenyum) Waah... asiik donk, pah... Ninda jadi ada temen...!? PAK GATOT (sambil tersenyum ke arah Mia) Gimana... jadi kan kamu tinggal disini? Mia hanya tersenyum menandakan setuju... FADE OUT / FADE IN ESTABLISHED : - gelas di depan Miptah yang berisi kopi - rokok yang sudah habis yang dimatika oleh Miptah ke dalam asbak SCENE 49 INT. RUMAH MIPTAH – TERAS MALAM MIPTAH Miptah duduk santai dengan pandangan yang menerawang jauh sambil senyam-senyum ga jelas. Ia sedang membayangkan kecantikan Mia, gadis yang tadi siang.
FADE OUT Delay... FADE IN SCENE 50 EXT. RUMAH PAK GATOT – DEPAN PAGAR
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
PAGI MIPTAH, NINDA, MIA Miptah sedang berjalan sendirian melintas di sekitar depan pagar rumah Pak Gatot, namun ketika pas pintu pagarnya, ia berpapasan dengan Mia yang baru pulang jogging bersama dengan Ninda, anak Pak Gatot. Miptah menyapa mereka berdua lebih dulu... MIPTAH Wah... baru pada abis jiggong ya? MIA Jogging...! MIPTAH Iya, jogging... MIA Iya nih... kita baru pada abis jiggong... MIPTAH Jogging...! MIA Iya.. jogging... Mau kemana, mas? MIPTAH Mau ke warung. MIA Mau beli apa? MIPTAH Beli motor MIA Beli motor kok di warung sih, mas? MIPTAH Emang harusnya dimana donk? MIA Di skolaan! Ninda hanya memandang percakapan mereka berdua dengan wajah ramah... MIA (CONT’D)
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Saya ikut doonk... saya juga pengen beli makanan!? MIPTAH Beli makanan mah di sowrum, masa mau ngikut ke warung...!? MIA Ya tapi pengennya ke warung...! MIPTAH Ya udah, dah...! MIA Yah... ikut ya??! Pengen makan bubur ayam nih...! MIPTAH Ooh, ada...!!! disana, deket warung! Ya udah yu... nanti sekalian! MIA Ya udah, yu...! Tapiii... nanti di jalan saya ngga diperkosa kan? MIPTAH Belum!! MIA Belum apa? MIPTAH Belum mau...! MIA Hhhmmmm... ya udah kalo gitu... Yu berangkat..?! MIPTAH Yu...! MIA (menoleh ke Ninda) Nin, aku mo ikut ke warung dulu ya...!? mo nitip ga? NINDA Emang kamu mau beli apa, mi? MIA
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Hmmm... paling mo beli makanan. NINDA Makanan orang? MIA Makanan ayam NINDA Ya udah deh... aku nitip...! pake duit kamu dulu ya, ntar aku ganti!? Aku ngga bawa duit nih! MIA Udaah... ntar aja itu mah, gampang! Aku juga ngga bawa duit kok...! (kemudian ia membalikkan wajahnya ke arah Miptah) MIPTAH Tenang ajaa...! warung bi’ Asih mah ada layanan paska bayar ini NINDA Maksudnya? MIPTA Maksudnya, paska makan, bayarnya abis bulan...! MIA Oooh, gitu...!? Ya udah kalo gitu... yu, mas!? Mereka berdua melangkah ke warung, sementara Ninda masuk ke dalam pagar rumahnya. WIPE TO SCENE 51 EXT. KAMPUNG - JALAN DEKAT RUMAH PAK GATOT PAGI MENJELANG SIANG MIPTAH, MIA Di jalan, sepulangnya dari warung... Mereka berdua melangkah pulang sambil mengobrol....
MIPTAH Mia... mau lama ngga disininya? MIA Yaa... tergantung sih...!
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
MIPTAH Tergantung apanya? MIA Tergantung lama ngga saya ngumpulin bahan, terus bikin draft buat seminar skripsinya...!? MIPTAH Abis itu? MIA Abis itu, saya mau balik ke kampus dulu... mau nyeminarin paper saya ini. MIPTAH Oooo... (tak lama kemudian, Miptah meneruskan kata-katanya) Emang kira-kira... berapa lama kalo bikin draft kaya gitu? MIA Yaa... bisa seminggu... dua minggu... tiga minggu... malah bisa juga lebih dari sebulan! MIPTAH Ooo... gitu ya?! Mia manggut sekali sambil tersenyum simpul MIPTAH Tapi kok ngomong-ngomong.... ngomong-ngomong.... kesininya sendirian aja...? MIA Maksudnya? MIPTAH Yaa... kok ngga sama siapaa gitu...? MIA (sambil tersenyum) Emang harusnya sama siapa? MIPTAH (sambil garuk-garuk kepala) Siapa kek yang nemenin, gitu!?
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
MIA Kalo emang saya bisa sendiri, kenapa juga harus pake ditemenin?! Miptah manggut-manggut sambil senyam senyum sendiri. Kemudian, sampailah mereka ke rumah Pak Gatot... Di depan rumah Pak Gatot... MIPTAH Ya udah ya... kalo gitu saya pulang dulu...!? MIA (melempar senyum) Makasih ya.... udah nemenin beli bubur ayam...! Miptah tak menjawab, hanya kembali melempar senyuman Ketika Miptah baru selangkah berjalan, Mia kebali memanggil... MIA Mas...! MIPTAH (menoleh dengan sedikit terkejut) Ya..., ada apa? MIA Sayaa... boleh ga maen ke rumah? Miptah agak sedikit bingung... MIPTAH Maen...? ke rumah saya? Mia mengangguk MIPTAH Boleh, boleh...! maen aja kalau mau maen! Ga apa-apa kok...! tapi kamu tau ngga rumah saya? MIA (geleng-geleng) Ngga...!
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
MIPTAH Pokoknya kalau lewat jalan ini, lurus aja terus... nanti deket bengkel ada jalan yang ke kanan...! kamu belok aja ke kanan! ...10 meteran, ada rumah yang depannya ada pohon nangkanya, nah itu rumah saya! MIA Ya udah... nanti deh, saya maen ke rumah...! MIPTAH Ya udah... saya tunggu ya!? Mia kembali melempar senyuman... Kemudian Miptah tampak berlalu. FADE OUT / FADE IN ESTABLISHED : - pohon nangka di depan rumah Miptah SCENE 52 EXT. RUMAH TETANGGA MIPTAH – TERAS SORE MIPTAH, IMAM, NDANK Sore harinya, Miptah terlihat sedang mengobrol dengan Imam dan Ndank di teras rumah Jumadi, tetangga Miptah yang rumahnya ada di belakang rumah Miptah. Imam dan Ndank mengobrol sedangkan Miptah hanya duduk bersandar di dinding teras sambil senyam-senyum sendiri.
NDANK Denger-denger katanya lu lagi cari gawe, mam...? udah dapet belum? IMAM Belum, dank...! gue masih nyari, tapi belom ketemu! NDANK Emang lu naronya dimana? Kok bisa ngga ketemu...!? IMAM Di bawah kasur NDANK Emang ga da lagi yang laen?
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
IMAM Belom! (kemudian menyandarkan kepalanya ke dinding teras) Padahal yo’i tuh kalo gua yang dapet yang itu... jadi kepala bagian, men! NDANK Wiihh...!! CUT TO SCENE 53 EXT. RUMAH MIPTAH / RUMAH PAK JUMADI - TERAS SORE MIPTAH, IMAM, NDANK, EMAKNYA MIPTAH, MIA Di halaman rumah Miptah terlihat Mia datang...
Emaknya Miptah sedang duduk bersandar di tiang teras dengan menghadap pintu depannya (membelakangi halaman rumahnya). MIA Misi, bu...!? EMAK (menoleh terkejut) Eh iya, neng... ada apa ya? MIA Mas Randy-nya ada, bu? EMAK Mas Randy??? MIA Iya..., mas Randy...! EMAK (langsung punya feeling kalo yang dimaksud adalah Miptah) Hmmmhhh..... (gregetan ketika membayangkan Miptah dengan kelakuannya mengganti nama pemberiannya. Tapi kemudian ia kembali mengarah pada Mia, tamunya...) Oo, Randy...? kalo ngga salaaah... sebentar ya neng?!
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Kemudian emaknya Miptah bangkit untuk menuju rumah Jumadi yang terletak di samping kanan bagian belakang rumahnya untuk melihat apakah Miptah ada di sana. Mia menunggu di depan rumah Miptah. Tak lama, emaknya Miptah kembali ke halaman depan rumahnya dan memberi tahu Mia bahwa Miptah ada... EMAK (balik lagi menemui Mia) Ada tuh, neng...! tau lagi pada ngapain kali?! MIA Dimana, bu? EMAK Di belakang... yu ibu anter...!? Dengan mengikuti langkah emaknya Miptah, Mia melangkah menuju teras rumah Jumadi yang dimaksud. EMAK Randi...!! ada yang nyariin lu nih! Miptah menoleh dengan heran... Melihat wajah Mia, Miptah terlihat berseri-seri... EMAK Randi udah makan? Miptah hanya menoleh sinis emaknya. MIPTAH Eh... Mia...! Semua yang ada di situ terlihat begitu heran. MIA Ngeganggu ya, mas? MIPTAH Ah ngga... malah seneng...!! beneran ternyata, ngomong mau maen ke sini tuh...! MIA Iya donk!
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Melihat ada wanita cantik, Imam dan Ndank melongo terkesima MIPTAH Temen-temen... kenalin nih... Mia...! mahasiswa nih dia...! Imam dan Ndank masih melongo... MIPTAH Wey...!! pada bengong...!! kenalin niih...! IMAM Eeeh...! (menjabat tangan Mia) Imam! MIA Mia! NDANK (salaman) Ndank! MIA Mia! MIPTAH Bro... ke rokum dulu ya?! Yu, mi...!? Kemudian Miptah menuju rumahnya, diikuti oleh Mia. Kemudian mereka duduk dan mengobrol di kursi yang terdapat di teras rumah Miptah. MIPTAH Dariii... rumah... langsung? MIA Iya... abis suntuk di sana sendirian! Si Ninda kan berangkat kuliah...! MIPTAH Ngga jalan-jalan? Kan udaranya cerah nih...?! MIA Pengen siih..., tapi kan saya belum tau daerah sini...!
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
MIPTAH Ya udah, kalo gitu saya anter...! mau ga? MIA Emang ngga ngeganggu? Kan lagi padaa... (nunjuk-nunjuk (nunjuk-nunjuk Ndank dan Imam) MIPTAH Aah, ngga kok...! orang cuman lagi pada ngobrol aja! (tersenyum) gimana... mau ga kita jalan-jalan...? jalan-jalan...? MIA Ya udah, kalo ngga ngerepotin... MIPTAH Ngga sama sekali! Yu kalo gitu!? Mia hanya mengangguk dan tersenyum simpul MIPTAH (CONT’D) Sebentar ya... ganti baju dulu...!? Miptah lalu menuju ke dalam rumahnya. INSERT Sedangkan Ndank dan Imam masih melanga-melongo melanga-melongo melihat kecantikan Mia Tak lama, Miptah muncul dari dalam... MIPTAH Yu! MIA bangkit dari duduknya sambil tersenyum ke arah Ndank dan Imam MIPTAH (CONT’D) (menoleh ke Ndank dan Imam) Temen-temen... gue tinggalin dulu ya...!? MIA Mari, semuanya?! NDANK DAN IMAM (melongo dulu, kemudian mengangguk)
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Mari, mari... Kemudian Miptah dan Mia melangkah pergi. FADE OUT / FADE IN SCENE 54 EXT. KAMPUNG - JALAN KAMPUNG SORE NDANK, IMAM Ndank dan Imam berjalan di jalan kampung sepulang dari rumah Miptah. Mereka bercakap-cakap tentang Miptah...
NDANK Mam... menurut lu...! cokli yang tadi itu siokapnya si Miptah ya? IMAM Tau...! (sambil mengangkat bahu) Kalo gua bilang bokinnya, kayanya ga mungkin...! Ndank manggut... NDANK Yang gua masih heran... tuh cokli orang mana ya? Kok gua kayanya baru liat...!? IMAM Yang jelas, bukan orang sini! NDANK Nah si Miptah kenal dimana? IMAM Auu...! CUT TO SCENE 55 EXT. PERBUKITAN – BAWAH POHON SORE MIPTAH, MIA Ternyata Miptah dan Mia menuju sebuah bukit yang dipenuhi rerumputan dan pohon yang rindang, yang mana jika sedang berada di atasnya, maka akan terlihat pemandangan sekitar.
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Disana, Miptah dan Mia asik mengobrol sambil bercanda... Hingga akhirnya di tengah percakapan mereka... MIA Mas Randy...!? Miptah hanya menoleh dengan sedikit senyuman MIA Tau ngga sih kalo ternyata mas Randy itu orangnya lucu juga ya...?! MIPTAH Maksudnya? Lucu gimana? MIA Yaa... lucu aja, aku jadi seneng kalo deket mas Randy... MIPTAH Yang bener sih? MIA Bener, mas... emang... saya keliatan kaya yang lagi ngebohong ya? MIPTAH Ngga’ siiih... Tapi saya kaget aja... berarti, saya ngga ngebete’in donk yah? Mia tersenyum sambil mengangguk MIPTAH Mia...!? MIA Ya?! MIPTAH Sebenernya... ada yang mau saya omongin sama kamu... MIA (dengan tersenyum simpul) Apa tuh? MIPTAH Saya mau jujur, kalo sebenarnyaaa...
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Mia menantikan kelanjutan kata-kata Miptah MIPTAH Saya mau jujur kalo sebenernyaaa........ MIA Sebenernya apa, mas? MIPTAH sebenernya nama saya bukan Randy. MIA (dengan ekspresi terkejut) Lho... kok...??! MIPTAH Iya, sebenernya nama saya bukan Randy... Randy itu adalah nama keponakan saya... eh kaka sepupu saya denk...! tapi sekarang orangnya lagi di luar negeri! Mia hanya menatap dengan wajah heran MIPTAH Iya! Randy itu kaka sepupu saya, sekarang dia lagi di luar negeri...! (kemudian menatap mata Mia) di Arab... MIA (membetulkan posisi duduknya dengan wajah tetap mengarah pada Miptah, kemudian bertanya) Kalo randy itu kaka sepupunya masss... terus nama mas siapa donk? MIPTAH Nama saya... (tertunduk kemudian kembali menatap wajah Mia) ...nama saya memang Miptah...!! MIA (sesaat menatap wajah Miptah masih dengan rasa heran) Kenapa harus pake acara ngeboong segala sih, mas?
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
MIPTAH Ngga... bukan gitu... (gelagapan) ...maksudnya... MIA Kenapa ngga dari pertama aja ngaku Miptah gitu?! MIPTAH Ngga maksudnya... MIA Tapi ngga apa-apa kok...! Aku ngga marah biarpun kamu udah ngebohongin aku.. Miptah terkejut mendengar hal tersebut diucapkan oleh Mia. MIA Dari pertama aku ngeliat kamu... aku tau kalo kamu itu orangnya baik... ramah... MIPTAH (menatap wajah Mia dengan penuh senyum haru) Yang bener? MIA Bener... aku ngga bohong kok. Miptah hanya tersenyum menahan perasaan senang dan haru Dari arah belakang mereka terlihat suasana romantis yang mereka timbulkan. Tak terasa, tangan mereka saling berpegangan... CUT TO SCENE 56 EXT. RUMAH H. DAHLAN - TERAS SORE NDANK, IMAM Di tempat yang berbeda, Ndank dan Imam sedang terlibat perbincangan tidak seru di teras Pak H. Dahlan. Mereka duduk di kursi yang terdapat di teras rumahnya H. Dahlan itu...
IMAM
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
(menunjuk papan catur yang berada di bawah meja teras) Ambil catur, dank... kita maen ah..! Ndank menaikkan papan catur yang semula berada di bawah meja teras rumah H. Dahlan... Kemudian mereka berdua membereskan satu persatu bidak catur. CUT TO SCENE 57 EXT. KAMPUNG – JALAN SETAPAK YANG TERJAL SORE JUKI Juki sedang naik motor... Di bagian jalan setapak yang sulit, Juki terlihat kesulitan mengendalikan laju sepeda motornya.
INSERT : Seekor ayam yang menggelepak melayang ke arah wajah Juki... “GLAPAAAK... GLAPAAAK...!” CUT TO : Juki yang kaget dan kemudian tangannya langsung ngga stabil memegang kendali. JUKI (terkejut spontan) Astapiruloh! CUT TO : CU Ban depan motor motor Juki yang bergerak radikal ke kiri dan ke kanan Seketika, motor Juki tersungkur ke tanah... menyebabkan Juki terjatuh dan membuat kepala Juki membentur sebuah batu. INSERT : CU kepala Juki yang membentur batu sehingga malah batunya yang terbelah. Lalu tangan Juki mengodok-ngodok saku celananya. Ternyata ia mengambil hp dari balik saku celananya. Setelah mendapatkan hapenya dari dalam saku celananya, ia mengacungkkannya mengacungkkannya ke atas. CUT TO
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
SCENE 58 EXT. KAMPUNG - KURSI KAYU DI PINGGIR JALAN SORE BOWO Bowo yang sedang melakukan aksi YeEm’an di hape sambil bersandar di lapak yang terdapat di bawah pohon...
INTERCUT JOKO & JUKI Dengan tangan yang mengacung ke atas, jari tangan Juki mengetik sesuatu... CU tangan Juki: Dari dekat tampak jari tangan Juki bergerak untuk mengaktifkan program Yahoo messenger di hape-nya, sehingga ada friendlist, dan kebetulan nick “Bowo_Cute” terlihat online. Segera Juki menulis pesan singkat ‘SOS’ yang ditujukan ke arah nickname ‘Bowo_Cute’ itu... Bowo terkejut mendapati bahwasanya nickname temannya (jukiimoet) mengirim pesan SOS tersebut. CU : jari Bowo megetikkan kata “SOS KNPH?” CU : jari Juki menulis kata “H E L P !” Tampak Bowo segera memijit deretan nomor untuk menghubungi Juki. CUT TO Juki yang masih terkapar dengan tangan mengacung ke atas. Terlihat seperti yang sedang tidak sadarkan diri, tibatiba, hapenya Juki yang masih diacungkan ke atas mengeluarkan nada dering mp3 reff lagu “BANGKIT” miliknya “ROCKET ROCKERS”... Tanpa tubuh yang bergerak, hanya jari tangannya tampak bergerak untuk meng-“accept” incoming call, dan kemudian menjawab panggilan tersebut dengan menggunakan loudspeaker. JUKI (meringis) Eeeuuuhhh... ! Suara Bowo di ujung telpon, yang terdengan melalui loudspeaker : “JUKI, AR YU OKE?” JUKI (masih meringis) Eeeuuuh...!
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Suara Bowo di telpon : “WAY, WAY...?” JUKI Help meeee... i’m in pengkolan! Eksiden!! Kecelakaan motor!! CUT TO Bowo terlihat panik mendengar hal tersebut, dan kemudian segera mencari, ada orangkah di sekitarnya... Tampak Pak RT lewat dengan menggunakan sepeda BMX-nya... Bowo langsung mencegatnya. BOWO (panik sambil memegangi setang sepeda BMX Pak RT) Pak RT, Pak RT...!! PAK RT (belum turun dari sepeda) Wasap? Wasap? BOWO Juki kecelakaan, Pak RT! PAK RT Wats??! Juki???! Kecelakaan??! BOWO Iya! PAK RT Dimana? BOWO Di pengkolan!! PAK RT Di pengkolan? BOWO Iya!! PAK RT Siapa? BOWO Si Juki!!
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
PAK RT Juki ana sih? BOWO Pokoknya si Juki!! PAK RT Saya kenal ngga? BOWO Iya, kenal!! Warganya Pak RT juga!! (sambilmemanjat (sambilmemanjat naik ke atas sepeda Pak RT dan berdiri di boncengan ban belakang) PAK RT Mu kemana ini? BOWO Ya nolongin Juki, Pak RT! PAK RT Tapi ikut saya dulu ya...??! BOWO Kemana? PAK RT Bayar pajak motor...! BOWO Aaah... Pak RT gimana sih?? PAK RT Iya, iya...!! maap..! mari, mari... kita selamatkan si Juki Bowo hanya melihat wajah Pak RT. PAK RT Dimana tadi? BOWO Di pengkolan! Pak RT kemudian segera mengayuh sepeda BMX-nya untuk menuju TKP. CUT TO SCENE 59
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
EXT. KAMPUNG – JALAN SETAPAK YANG TERJAL SORE BOWO, PAK RT Bowo tampak dibonceng oleh Pak RT dengan berdiri di step roda belakang. Wajah Bowo menggelepar-gelepar karena melawan angin. Dengan satu tangan yang terus memegangi bahu Pak RT yang membonceng, Bowo mengodok kantong celananya dengan tangan kiri untuk mengeluarkan hape-nya. CUT TO SCENE 60 EXT. KAMPUNG – JALAN SETAPAK YANG TERJAL SORE IMAM, NDANK Imam sedang bersama Ndank di teras rumahnya Ndank. Mereka sedang duduk di teras dengan kopi, rokok dan sepiring gorengan di depan mereka. Mereka tampak sedang menyantai.
INTERCUT BOWO & IMAM / NDANK Bowo yang masih terlihat kesulitan menahan angin yang menempa wajahnya, berusaha memijat nomor di keypad hp. INSERT : CU tangan Bowo yang memijat keypad hape Lalu ditempelkan pada telinganya... BOWO Halo, Imam...!
Imam yang sedang duduk nyantai berhadap-hadapan dengan Ndank, kaget tatkala hape yang disimpan di saku celananya bergetar dan berbunyi. Dilihatnya di layar, nama “bestii bowo” berkedip-kedip. Ditempelkannya Ditempelkannya si hape itu di telinganya... IMAM What’s up, brad? BOWO Juki di pengkolan! Juntai! lu kesana yak?! IMAM (kaget) Hah??! BOWO
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Iya!! Gua tunggu disana...!! gua pake baju merah, lu pake baju apa? IMAM Gua pake baju batik dah! BOWO Ya udah...!! gua tunggu disana! Setelah Imam menutup panggilan yang masuk itu, ia tampak panik dan kaget... lalu ia menatap wajah Ndank... NDANK Napa lu, mam? IMAM Si Juki juntai, bray...!! Tak lama, hape Ndank berbunyi... BOWO (suara di telpon) Hallo, dank! NDANK Wo...! BOWO Juki juntai...! di pengkolan! NDANK (memandangi wajah Imam) Di pengkolan katanya juntainya...! IMAM Ke sana yu!!? NDANK (sambil beranjak) Yu! Kemudian mereka berdua bergegas menuju TKP alias pengkolan. Apa yang ada di hadapan mereka tadi ditinggalkan begitu saja... Beberapa saat kemudian, Ndank kembali dan memasukkan beberapa gorengan ke dalam kantong celananya... setelah itu, kemudian kembali bergegas. Bowo kemudian kembali menekan deretan tombol untuk menghubungi Miptah...
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
VO : “TUUUT... TUUUT... TUUUT...!!”, tanda telpon selluler milik Miptah sedang tidak aktif. BOWO (kesal) Aaaah... napa lagi si monyet Miptah?! Bowo mengulanginya lagi... Nada yang sama terdengar... “TUUUT... TUUUT... TUUUT...!” / nada sibuk BOWO Napa sih nih anak?!! FADE OUT / FADE IN ESTABLISHED : - suasana perbukitan dimana ada jalan membelahnya dengan tumbuh banyak pohon di tepiannya - Pak RT yang mengayuh sepedanya membonceng Bowo tampak tetap semangat melintasi jalan di tengah perbukitan itu SCENE 61 EXT. PERBUKITAN - JALAN BUKIT SORE BOWO, PAK RT, MIPTAH, MIA Bowo / Pak RT terlihat memelankan laju sepedanya...
INSERT : ada dua orang (satu pria, satu wanita) yang sedang duduk di sisi perbukitan, di bawah sebuah pohon dan membelakangi jalan, yang mana mereka itu tak lain adalah Miptah dan Mia. Mata Bowo tidak bisa berpaling dari dua sosok yang dilihatnya itu... seperti ia telah mengetahui siapakah mereka itu. VO : “KAYA’NYA GUA KENAL TUH ORANG...”, gumam hati Bowo. Tapi Pak RT yang dari tadi pandangannya hanya lurus ke depan, tetap konsentrasi mengayuh sepedanya, melintas melewati Miptah dan Mia. Bowo pun tidak meminta Pak RT untuk menghentikan laju sepedanya, hanya saja, dari tadi pandangannya tak bisa lepas dari dua orang itu. CUT TO SCENE 62 EXT. PERBUKITAN – JALAN BUKIT SORE
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
IMAM, NDANK, MIPTAH, JUKI Di tempat lain, Imam dan Ndank berjalan sambil mengobrol... IMAM Kata lu.. si Juki juntai mokat apa kaga? NDANK Kaga tau dah... Kalo menurut lu?? IMAM Kaga tau juga gua...! Liat aja ntar... NDANK Napa make bisa juntai sih tuh anak? IMAM Maklum, dank...! do’i masih suka kepikiran mantannya...! Kemudian mereka melintas di jalan dimana Miptah dan Mia sedang berduaan... Tanpa sengaja, Ndank menoleh ke arah dua orang tersebut... Ndank terdiam sejenak. NDANK (menahan Imam dengan satu tangannya) Bentar, bentar...!! Imam hanya menganggukkan kepalanya ke atas menyiratkan ia sedang bertanya: ‘ADA APAAN?’ Kemudian Ndank menunjuk dua orang itu.. IMAM Kenapaa?? Orang lagi bokinan itu mah...! biarin ajaa...!! NDANK Lo kenal ga tuuuh... yang duduk tuh?? (menunjuk yang laki-laki) IMAM Kaya si Miptah...?! NDANK
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Emang Miptah, bego! (menatap wajah Imam) Tapi ama siapa yaaa? Sama cokli yang tadi...?! Kaga mungkin banget dah kayanya mah...!! IMAM Tapi emang kayanya cokli yang tadi, dank! NDANK Yo’i siiih...! Cuman masa iya sih... Cokli yang tadi itu kan setedi banget...! Kaga banget kalo buat si Miptah..!! IMAM Si Miptahnya maksudnya yang kaga banget. NDANK Ya maksud gua begituu...! Imam menatap wajah Ndank sebentar... IMAM Samperin yu!? NDANK Ngapain? IMAM Penasaran gua... si Miptah apa bukan! NDANK Ya udah yu... (mencegah laju Imam dengan tangannya) Kalo bukan? IMAM Kalo bukan... ya berati orang laen...! NDANK Kalo orang laen? IMAM Kalo orang laen, tinggal bilang... maap, bang... saya kira temen saya...
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
ya udah deh, terusin lagi berbuatnya...! NDANK Berbuat apaan? Orang tuh bedua cuman pada duduk-duduk doank!? IMAM Berbuat romantis maksudnya, malieh...! emang berbuat apaan?? NDANK Ya udah yu... Kemudian mereka menghampiri kedua orang itu. Dan sesampainya di dekat Miptah... NDANK Mip...!? Miptah dan Mia terperanjat... menoleh ke belakang. MIPTAH Eeh... elu dank..!? NDANK Bukan, bukan gua! MIPTAH Terus siapa? NDANK (mengeluarkan kacamata hitam dari kantongnya) Bras Pit!! (sambil memakainya) MIPTAH Mau ngapain Bras Pit kesini? IMAM Mau nyamperin elu pada...! Elu pada lagi ngapain disini hayoo??! MIPTAH Biasalaaah... romantis-romantisan...! romantis-romantisan...! iya ngga, yang? Ndank dan Imam terkejut mendengar kata “yank” tadi itu... Sementara Mia hanya menjawab dengan senyuman.
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
IMAM Lo... berdua... udah pada jadian? MIPTAH Udah donk donk donk !! Kenapa emang? IMAM Yang bener? Kemudian Imam dan Ndank saling menatap... seakan tidak percaya, Miptah bisa jadian dengan Mia. MIPTAH Bokin gue setedi kan, jo? Imam dan Ndank masih saling bertatap-tatapan... bertatap-tatapan... seakan masih tidak percaya MIPTAH Jo...!? setdi kan? Imam dan Ndank masih tetap saling bertatap-tatapan... MIPTAH Jo!!? IMAM & NDANK (agak terkejut) Eh... iya, iya...!! MIPTAH Bokin gue setedi kan? IMAM Iya, iya... setedi. NDANK Iya, setedi. Dengan menatap mereka berdua, Miptah mengangkat-angkat kedua alis matanya dengan sambil tersenyum. CUT TO SCENE 63 EXT. JALAN KAMPUNG - PENGKOLAN SORE BOWO, PAK RT, NDANK, IMAM, JUKI, 7 ANGGOTA TIM GEGANA Sementara, di tempat lain... Bowo dan Pak RT yang baru tiba di TKP, mendapati tubuh Juki yang sedang terkapar
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
tak sadarkan diri telah ditutupi oleh koran, dengan tangan yang memegang hape masih teracung ke atas. Bowo segera melompat turun dari sepeda Pak RT dan langsung menghampiri Juki. Sedang Pak RT menyusul setelah menyetandarkan sepedanya. Kemudian keduanya menghampiri Juki... BOWO Nih udah mati, pak? PAK RT Ga tau ya BOWO Kenapa pake dikoranin gini? PAK RT Meneketehe...! BOWO Terus gimana ini Pak RT? PAK RT Sebentar...! Pak RT mengeluarkan hape BB-nya dan kemudian mulai mengaktifkan BBM-nya. BOWO Ngapain, pak? PAK RT BBM’an... BOWO Sama siapa? PAK RT Ya sama ambulan lah! Agar bisa secepatnya menolong dirinya! BOWO (memalingkan wajah dengan ekspresi panik) Kenapa pake BBM sih, pak?? Lama, tau ngga??!! Pak RT menoleh...
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
BOWO (CONT’D) Kirim wall aja ke pesbuknya rumah sakit! Biar suruh ngirim ambulan! FADE OUT 25 menit kemudian... FADE IN Pak RT berdiri sambil minum teh botol... sedang Bowo kipas-kipas menunggu bala bantuan datang. Masih sambil menyedot teh botolnya, Pak RT melihat jam tangannya. Bowo melihat ke arah Pak RT. BOWO (tidak sabar) Lama amat ambulannya, pak? PAK RT Bentar lagiii... sabar aja...! BOWO Tapi udah lama baget nih! PAK RT Belum buka efbe kali ambulannya...!? Mereka kembali menunggu untuk beberapa saat. Tak lama, terlihat beberapa kendaraan truk lapis baja milik Tim Gegana Polri datang. Mereka berdua terperangah kaget. BOWO Apaan tuh? PAK RT Ada bom kali? Di mana ya? BOWO hanya melihat mobil yang datang menghampirinya dan kemudian berhenti tepat di tepi jalan dimana Juki terkapar. Beberapa anggota tim gegana turun dengan membawa peralatan untuk memberikan safety first kepada Juki yang masih tak sadarkan diri. PAK RT Lho, lho, lho...???
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Pak RT kemudian meraih lengan salah satu anggota tim gegana yang membantu proses evakuasi Juki. PAK RT Kok bukan ambulan? Si anggota tim gegana itu membuka kaca helm-nya... ANGGOTA TIM GEGANA Emang bukan! Anak TK juga tau...! PAK RT Emang kenapa ambulannya? ANGGOTA TIM GEGANA Maap, pak... tadi ambulannya nge’sms saya... katanya ambulannya lagi keluar... jadi katanya kami aja suruh gantiin. Gak apa apa yah?! Pak Rt manggut-manggut manggut-manggut Bowo menghampiri Pak RT... BOWO Emang ambulan ada berapa ya, Pak RT ya? PAK RT Gak tauuu... tapi kalo cuma satu sih ngga mungkin...! BOWO Perasaan banyak ah...! PAK RT Lagi dipake semua kalii...?! Juki di evakuasi ke dalam mobil... dan ketika mobil hendak berangkat, Imam dan Ndank datang sambil berlari. NDANK Mana Juki-nya? Bowo menunjuk dengan mulutnya ke arah dalam mobil dimana Juki dimasukkan tadi Ndank dan Imam melongo ke dalam mobil... IMAM
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
(menatap Ndank yang masih melongo-longo ke dalam mobil) Mokat nggak, dank? NDANK Au...! tanya aja...! IMAM Kiii...?! Suara Juki : “HHEEEEMH?” IMAM Mokat kaga lu? Suara Juki : “BELOOOM!” IMAM (menoleh pada Ndank) belom katanya... NDANK Tanyain, ntar mau mokat kaga? IMAM Ntar lu mau mokat kaga, ki? SUARA JUKI : “Sa’auloh! Tar kalo mu mokat mah gua kabarin...!” Lalu Imam dan Ndank menghampiri Bowo yang berada di samping Pak RT untuk kemudian berdiri berjajar. Semuanya tertunduk lesu... Imam menarik nafas panjang... BOWO Miptah kaga dikasih tau? Wajah Ndank menatap wajah Bowo lalu kemudian wajah Imam... dan wajah Bowo lagi. NDANK (dengan nada lesu) Miptah ca’ur, cuy...! Bowo mengerutkan keningnya... BOWO Caur kenapa? NDANK
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Kayanya do’i bales dendam sama kita... BOWO Emang kenapa? NDANK (menunjuk Imam dengan mulutnya) Tanya do’i... Wajah Bowo menatap wajah Imam... IMAM Tadi kan pas kita ngasih tau si Juki juntai parah... do’i cuek! Ama coklinya lagi asik bokinan. BOWO Tapi lu kasih tau kalo Juki sekarat? IMAM Yo’i! Gue spik-spik ma do’i... Juki sekarat... juntai dari te’em. Sekarang masih terkapar di jembatan! Bowo hanya menatap wajah Imam menunggu terusan kata-kata yang akan diucapkan oleh Imam... IMAM (CONT’D) Yah... gitulah...! mo gimana lagi Kayanya balas dendam deh...! (menunjuk Bowo) Lo sih ngeledeknya keliwatan pas do’i belon dapet cokli! BOWO Lo kok gue??! lu juga kali..! IMAM Do’i juga nih! NDANK Ya sama laah... kita semua kali... termasup si Juki! BOWO Sekarang terus gimana? IMAM Ya mu gimana lagi... kita diemin ajah...!
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
NDANK Bener, cuy... kalo diusik, bisa-bisa do’i malah nambah parah...! BOWO Yo’i juga sih... NDANK Udahlah... cuekin aja! Kemudian Pak RT menghampiri mereka... PAK RT Cah... saya cau dulu ya...!? mu bayar pajak motor nih...! BOWO Ya udah, Pak RT... ati-ati! Teng kiyu yah Pak RT ya!? Sambil meraih sepeda BMX-nya, Pak RT mengacungkan jempol tangannya sambil berkat “Sip!”. Dan ketika sepeda mulai dinaiki, Pak RT memberikan sinyal klakson pertanda dia akan segera pergi. Bowo, Imam Dan Ndank kaget dengan suara klakson itu BOWO Eet daahh!! Ada klaksonnya? Pak RT mengacungkan tangan... BOWO, IMAM & NDANK Ayo, ayo mari...! NDANK Ati-ati, Pak RT! FADE OUT / FADE IN SCENE 64 EXT. KAMPUNG - KURSI KAYU DI PINGGIR JALAN SORE HARI MIPTAH, MIA Miptah tampak masih sedang berbincang serius di tempatnya tadi. Sambil berbincang itu, tangan Miptah memegangi tangan Mia.
MIPTAH Yang... kalo misalkan kamu aku ajak nikah mau tidak?
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
MIA Nikah, mas? Miptah mengagguk sambil tersenyum... MIA Aku sih mau aja, mas... tapi... MIPTAH Tapi apa? Kemudian ada seekor nyamuk di pipi Mia... MIPTAH Sebentar, yank... ada nyamuk...! Diem ya...!? Miptah menepak nyamuk yang ada di pipi Mia itu “PLAAKK!!”, sampai-sampai Mia menggelepak jatuh tersungkur ke tanah... Kemudian Mia bagkit dan sambil tersenyum, ia kembali duduk di kursi MIPTAH Maap yah,kekencengan?! yah,kekencengan?! MIA (mengangguk sambil tersenyum) Iya, ngga apa-apa... MIPTAH Tadi sampe dimana ya? MIA Nikah... MIPTAH Ooh iya.. Kamu mau ngga kalo saya ajak nikah? MIA Sebenernya mau, tapi apa harus secepat ini? MIPTAH Ya kamu beresin dulu skripsi kamu... setelah kamu lulus, aku akan melamar kamu............. kamu............. gimana... kamu mau?
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Mia hanya tersenyum simpul MIPTAH Itu tandanya kamu mau kan? Mia tersenyum lagi... Kemudian di belakang mereka.. lewat Bowo dan Ndank... Melihat Miptah yang tengah asik dengan Mia, Bowo hanya menunjukkan mereka kepada Ndank dengan mulutnya, dengan tersirat perasaan sinis. Ndank menimpalinya dengan hal serupa. Mereka meneruskan langkahnya... entah menuju kemana. FADE OUT / FADE IN SCENE 65 INT. RUMAH MIPTAH – RUANG DEPAN MALAM MIPTAH, EMAKNYA MIPTAH Suatu malam di rumah Miptah... Miptah duduk di lantai, tepat di kaki emaknya yang sedang duduk di bangku ruangan depan rumahnya.
MIPTAH Mak... EMAK Hhemh...! MIPTAH Ar yu okey? EMAK Pain, pain...! en yu? MIPTAH Am pain tu... teng kyu Mak...!? EMAK Apa? MIPTAH lamarin si Mia, mak...! emip pengen kawin sama dia...!
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Emaknya yang sedang menghisap rokok kretek batuk tersedak karena kaget... “UHUK, UHUK...!!” EMAK Apa lu kata? MIPTAH Kenapa? Emak ga seneng liat anaknya seneng? Emaknya memegang-megang kening Miptah untuk mengetahui apakah Miptah panas atau tidak. EMAK Lo sakit, mip? MIPTAH Aaaahh, emaak...!! emip kan pengen seneng, mak! Masa emak ga seneng kalo liat emip seneng!!? EMAK Bukannya emak ga seneng, mip............... mip............... tapi yang lu maksud si Mia itu bukan cewe yang waktu itu kesini kan? MIPTAH Ya itu, mak orangnya! EMAK Wah... keterlaluan lu, mip...! Miptah mengerutkan keningnya... MIPTAH Keterlaluan kenapa emangnya, mak? EMAK Yaaa... lu ngga kasian sama dia? Harusnya dapetin laki ganteng, tajir, berpendidikan..... berpendidikan..... nah... halaaaaaahhh... (sambil mengayunkan tangannya pertanda meremehkan kualitas anaknya sendiri) MIPTAH Yaaah, emaak... gitu amat sama anak...
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Dia mau kok, mak! Emang emak pikir, dia ga mau sama emip??! Dia mau, mak... mau!! Emaknya pasrah meladeni omongan Miptah... EMAK Ya... terserah lu aja dah. MIPTAH Kok terserah sih, mak? Lamarin, mak... lamariiiin!! EMAK Ga mu ah! MIPTAH Yah, emaaak...! (sambil menggoyang-goyangkan menggoyang-goyangkan kaki emaknya mirip anak kecil minta dibelikan mainan) EMAK Emoh! MIPTAH C’mon, mak... c’mooon...! Emaknya menoleh ke arah wajah Miptah... MIPTAH Ya, mak ya...? Emaknya hanya memandangi wajah Miptah... MIPTAH Pliiiiisss...! EMAK Ok, ok...! tapi ada dua sarat emak yang harus kamu penuhin! MIPTAH Dua sarat? Apa aja tuh? EMAK Yang pertama... Besok, emak pengen ketemu sama tuh orang...! MIPTAH
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Sama Mia maksudnya? EMAK Ya iya... masa si Ndank! Emang lu mau emak lamarin si Ndank??! MIPTAH Ealaaah... ada-ada aja nih nininini...! Sip lah, mak..... kalo cuma gitu mah gampang! Terus, yang satu lagi apa? EMAK Yang satu lagi... Lu benerin sumbu kompor yang selek! Gua udah muak sama tuh kompor yang nyala-nya kaga rata! MIPTAH Beresss! ...tapi bener ya lamarin? EMAK Yaaa... tapi tergantung! MIPTAH (merengut) tergantung apa lagi, mak? Kan cuma itu saratnya kan? EMAK Ya iya... tapi emak pengen ngeyakinin dulu... apa dia bener-bener mau ma lu. MIPTAH Ya pasti mau lah! Orang kita udah sepokat. EMAK Sepakat, setan!! Maen plesetan lagi luh sama gua...!! MIPTAH Iyah, sepakat...! EMAK Tapi ngemeng-ngemeng... emang dia beneran mau sama lu? MIPTAH Iya! Kaga percaya amat nih nini-nini!
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
EMAK Kapan emang lu ngajak dia kawin? MIPTAH Kemaren. EMAK Yaa kan siapa tau aja, kemaren mah dia lagi berada di bawah pengaruh apaaa gitu..... miras maybe..... or narkoba..... MIPTAH Ya Alloh, ya robbi..... segitunya... EMAK Ya takutnya ini mah...! mudah-mudahan sih ngga...! MIPTAH Ya udah... besok emip bawa orangnya kesini... emak interogasi dah tuh...! tanya, apa dia sayang sama emip apa ngga...! EMAK Ya... besok emak tanya. FADE OUT / FADE IN ESTABLISHED : - suasana pagi rumah Miptah SCENE 66 EXT. RUMAH MIPTAH – KURSI KAYU DI DELAKANG RUMAH PAGI MENJELANG SIANG MIPTAH Miptah duduk di kursi belakang rumahnya, dengan bertelanjang dada dan hanya menggunakan celana boxer, dengan handuk dililitkan di leher dan megang sikat gigi, memegang-megang memegang-megang hape, seperti hendak menelpon seseorang.
CUT TO SCENE 67 INT. RUMAH PAK GATOT – KAMAR MIA PAGI MENJELANG SIANG MIA Mia duduk di tempat tidur di kamar yang diperuntukkan baginya di rumah Pak Gatot. Ia tampak nyantai, seperti
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
ngga akan kemana-mana dan ada acara apa-apa, jadi pake pakaiannya pun hanya pakaian buat di rumah / di kamar saja.
INTERCUT MIPTAH & MIA Miptah mengeluarkan hp-nya dan memijit deretan nomor yang mana itu adalah nomor Mia. Hp Mia yang diletakan di meja samping tempat tidur, berbunyi dan memunculkan nama “calon pembokat” di layar LCDnya. Kemudian ia meraih hp-nya itu dan mengangkatnya. Miptah berbicara sambil menyikat-nyikat alisnya dengan sikat gigi yang sedang ia pegang. MIPTAH Hallo, ayank... MIA Iya, mas... ada apa? MIPTAH Yank... nanti sore ada acara ga? MIA Nanti sore... aku ga ada acara... paling cuma ngetik-ngetik buat persiapan seminar proposal minggu depan. Kenapa emang, mas? MIPTAH Hmmm... gini... nanti sore bisa ke rumah? Kalo udah beres ngetik tentunya... ada perlu nih... penting! MIA Bisa sih... cuman ada apa ya, mas? MIPTAH Maminya Si mas pengen ketemu..... pengen ngobrol katanya. MIA Ooooh... bisa atuh itu mah, mas. MIPTAH Ya udah... kalo gitu nanti sore si mas tunggu ya?!
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
MIA Oke, mas..... eh, tapi sorenya jam berapa, mas? MIPTAH Yaaa, sore agak maleman gitu... abis magrib lah. MIA Ooohh.. ya udah deh mas kalo gitu... MIPTAH Oke deh, ayank... sampe ketemu nanti sore ya... MIA Oke, mas... daah... CUT TO SCENE 68 EXT. KAMPUNG – JALAN KAMPUNG SIANG IMAM, NDANK, TUKANG BAKSO Ndank dan Imam sedang berjalan berdua. Ndank membawa bungkusan dalam kantong plastik di tangan kanan dan kirinya, sedang Imam membawa bungkusan kantong plastik hanya di tangan kirinya, tangan kanannya membawa sapu ijuk baru. Kemudian mereka berpapasan dengan seorang tukang bakso panggul yang sedang duduk sambil makan bakso.
Tukang bakso menyapa keduanya... TUKANG BAKSO Bawa apaan tuh, bang? Mayat ya? Mutilasi...? IMAM Eeeehhh.... lu tukang bakso ya...? Ngemeng sembarangan aja lu! Gua sodomi nangis luh! TUKANG BAKSO Eeeiittt... jangan donk, bang...! Masa mau disodomi... saya kan masih perawan, bang...! NDANK Jualan bakso, bang?
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
TUKANG BAKSO Bukan, cendol. NDANK Oooo.... ya udah, kalo gitu saya bikinin...! IMAM Saya juga, bang! Tukang bakso menaruh mangkok baksonya sementara ia membuatkan bakso untuk Ndank dan Imam. Setelah selesai membuatkan dua mangkok bakso, ia hanya meletakkannya saja di tempatnya semula, sedangkan ia kembali duduk dan meraih mangkok baksonya lagi untuk meneruskan makan... TUKANG BAKSO Tuh udah jadi..! NDANK (menoleh pada Imam) Eeettdaahh...!! Kaga sopan amat ya nih tukang cendol...! kasiin ke..!?! Gimana sih ni pelayanan ke konsumennya? TUKANG BAKSO Punya kaki kan? NDANK Ya tapi... TUKANG BAKSO (memotong) Saya tanya punya kaki ngga? NDANK Punya... TUKANG BAKSO Punya tangan? NDANK Punya.. TUKANG BAKSO Ya udah, ambil aja sendiri...!!
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Punya kaki sama tangan buat apaan kalo ngga dipake mah...?! IMAM (menoleh pada Ndank) Udah jangan diladenin!! Ngga waras ukang baksonya itu mah...! TUKANG BAKSO Udah tau saya tukang bakso ngga waras kenapa dibeli hayo?? Kemudian Imam dan Ndank mengambil mangkok baksonya dan memakan baksonya. Ndank dan Imam duduk di sebelah si tukang bakso. NDANK Abang tukang bakso ya? TUKANG BAKSO (melirik sinis) Nanya mulu...!! Kalo iya emang kenapa? NDANK (sambil mengaduk-aduk bakso) tukang bakso kok makan bakso? TUKANG BAKSO Lah... emang napa? lu juga pada makan bakso ga gue tanya. NDANK Maksudnya... kok tukang bakso makan bakso juga? TUKANG BAKSO Seterah gue lah! Mu makan bakso kek, makan kadal kek, makan apa kek...! NDANK (berbisik pada Imam) Jutek amat nih tukang bakso?? IMAM Au! Ketiganya terlihat lahap memakan bakso yang ada di mangkok masing-masing... masing-masing... IMAM
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Nih bakso tikus ya, bang? Tukang bakso terperangah mendengar pertanyaan tersebut... IMAM (CONT’D) Bakso tikus bukan? TUKANG BAKSO Bukan...! bakso curut! Imam dan Ndank manggut-manggut ga jelas. CUT TO ESTABLISHED : - rumah Miptah, dengan suasana mulai gelap SCENE 69 INT. RUMAH MIPTAH - TERAS MALAM MIA, MIPTAH, EMAK Mia tiba di depan rumah Miptah. Karena rumah Miptah tampak kosong dan pintunya tertutup, Mia langsung naik ke teras dan berdiri di depan pintu dan mengetok-ngetok.
MIA Samlikuuum...!? Tidak ada yang menjawab dari dalam rumah Miptah... MIA (lebih keras) Samlikuuuuum...!? Dari dalam terdengar suara emaknya Miptah : “KUMSALAAAAM...!” Tak lama, pintu dibuka dari dalam EMAK (nongol di pintu) Eeehhh... neng... siapa? Mia ya? MIA Iya, tante... EMAK (memalingkan wajah dan bergumam) Napa jadi tante begini gua? (kembali menoleh ke Mia)
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Masuk dah...!? MIA Makasih, mak... EMAK (memalingkan wajah dan bergumam lagi) Tadi tante... sekarang mak?? MIA Miptahnya ada, bu? EMAK (memalingkan wajah dan bergumam lagi) Sekarang ibu...!? (memalingkan wajahnya ke Mia lagi) Ada tuh di dalem..!? Yu, masuk yu!? MIA Iya, tante... EMAK (memalingkan wajah dan bergumam lagi) Tante lagi... Ga pa pa dah...! asal jangan dipanggil om. Kemudian keduanya naik ke teras dan kemudian duduk di kursi yang ada di teras rumah Miptah... EMAK Jadi gini, neng... langsung aja deh ya?! MIA Langsung kemana, mih? EMAK (memalingkan wajah dan bergumam lagi) Ada lagi di panggil mamih... Emang gua gua ada tampang germo ya? (membalikan wajahnya ke Mia lagi) Langsung ajaa...
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
MIA Langsung kemana? EMAK Ke singapur! MIA Jauh amat, mih...!? EMAK Tanggung kalo deket mah...! Mia bermaksud menumpangkan kaki kanannya ke lutut kirinya dengan meluruskannya terlebih dahulu... dan ketika diluruskan itu, terlihat hampir menendang wajah emaknya Miptah. EMAK (kaget wajahnya hampir ketendang Mia) Weeudeeeuuuhhh!! MIA Berangkatnya kapan? EMAK Kemana? MIA Ke singapur katanya??! EMAK Tar sore rencanaya... MIA Apanya? EMAK Au! Gua juga bingung! (diem sejenak) MIA Kok diem?? EMAK Bentar, gua mau ngomong ini...!! siapsiap dulu kan..!? MIA Ooh iyaa...
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
EMAK Jadi giniii... (sambil nyirih) Tiba-tiba, Miptah keburu keluar sambil mengenakan kemeja kotak-kotak warna merah EMAK (CONT’D) (menoleh ke Miptah) Naaah... kebetulan ada anaknya... MIA Anak siapa, mak? EMAK Au anak siapa..?? (menoleh ke Miptah) Anak siapa lu? MIPTAH Au...! anak setan kali...!? EMAKNYA Enak aja lu!! (sambil melepas sirih yang ada di mulutnya) Tiba-tiba, tampak wajah Miptah dilempar sirih hasil kunyahan emaknya. Dimana si sirih itu langsung menempel di wajah Miptah EMAKNYA (CONT’D) Kalo lu bilang lu anak setan, berati lu ngatain gua setan!! MIPTAH Lagian emak, masih nanya aja...! Emangnya emip anak apaan? EMAKNYA Anak hermansah MIPTAH Itu anang!!! Mia hanya tersenyum simpul seperti biasa... sedangkan Miptah kemudian duduk di kursi yang satu lagi yang agak jauh. EMAK
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Jadi emak mu ngomong niiiih... kalo sebenernya yang ngundang neng kesini tuh, emak... MIA Jadi saya diundang kesini? EMAK Iya... MIA Buat tampil? EMAK Situ KD?? Mia tertunduk tersipu... Miptah hanya menatap wajah si Emak dan Mia yang tengah berbincang itu. EMAK (CONT’D) maksudnya... emak pengen nanya sama neng... apa bener apa yang dibilang anak emak itu...? MIA Bohong, mak... pitnah!! EMAK (memalingkan wajahnya dan bergumam) Gua kira nih anak berpendidikan... tapi sarap juga yaa..??! (membalikkan wajahnya ke Mia lagi) Nanya dulu kek... anak saya ngomong apa, gitu!?! MIA Iya... emang anak emak bilang apa, mak? EMAK (wajahnya tertuju ke arah Miptah) Nah... lu aja deh yang jelasin, mip. MIPTAH (diawali dengan senyum kepedean)
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Jadi gini, yank... emak tuh nanya, apa bener kamu mau nikah sama aku? Aku udah pernah jelasin ke emak, kalo kamu mau nikah sama aku kalo seandainya urusan kuliah kamu udah beres... gitu aku bilang ke emak. Tapi emak kaya yang ngga percaya gitu sama aku... (ngeledek emaknya dengan menirukan suara emaknya) Emang iya dia mau sama lu, mip?? MIA (tertawa sedikit) Bener kok, mak... saya emang bilang gitu sama Mas Miptah... EMAK (menjulurkan kepalanya ke depan) Maksudnya, neng? MIA Yaaa... saya bersedia nikah sama A Miptah... asal urusan kuliah saya udah beres. EMAK Kalo emak boleh tau... kenapa neng mau sama Miptah... yaaah secara, kita kan kismin... dan Miptah itu juga ga luculucu amat... MIA Mak... saya itu melihat A Miptah bukan dari apa-apanya... (terdiam dan tertunduk sejenak) Kalo saya boleh cerita, saya itu udah pernah pacaran berpuluh-puluh kali... tapi justru semua itu membuat saya trauma dengan yang namanya laki-laki. Karena kebanyakan laki-laki yang tampan dan kaya itu justru sangat berpotensi untuk membuat hati kita sakit. (tertunduk lagi sesaat) sedangkan dari Miptah... saya menemukan keceriaan... kejujuran... keluguan... dan kebaikan yang ngga munafik..... tidak seperti yang sudahsudah yang dulu saya alami.
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Emak terlelap di kursinya MIA Gitu, mak...! (dengan nada yang lebih keras) EMAK (terbangun karena kaget) Eeeuuhh... gitu ya??!? MIPTAH (dari tempat duduknya di kejauhan) Gitu, mak...! EMAK Iya, iya, iya... (mengusap-usap (mengusap-usap mulutnya, membersihkannya dari air liur yang mengalir tidak semestinya akibat tadi sejenak terlelap) Ya sudah kalo gitu... emak percaya... MIPTAH Bener kan, mak?! Emak menoleh ke arah Miptah dan manggut-manggut. CUT TO SCENE 70 INT. RUMAH JUKI - TERAS SIANG HARI JUKI, IMAM, BOWO Juki, Imam dan Bowo sedang duduk berkumpul di teras rumah Juki... Di hadapan mereka, ada kacang yang kulitnya berserakan, dua buah gelas air mineral dan minuman yang dibungkus plastik hitam.
JUKI Sori deeeh kalo gua kemaren-kemaren pas waktu punya bokin agak belagu... IMAM Bukan gitu, cuy... kita cuma gedek aja..... lu punya bokin boleh... tapi lu juga jangan sampe lupa temen donk...!
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
JUKI Iyaaa... gua minta maap... Tapi, bray... ngomong-ngomong... jujur nih ya gua pengen curcol... BOWO Kenapa, ki kenapa? JUKI Jujur gua pengen ngomong ma lu pada... IMAM Kenapa, kenapa? BOWO Yoi... cerita donk ma kita... JUKI Iyaaaaa.... IMAM (memotong omongan Juki yang terhenti) Emang kalo punya masalah mah harus cerita... JUKI Jadi gini... BOWO Kita kan temen lu... cerita donk sama kita. JUKI Nih gua mu ngomong, kupret!!! ...dipotong-potong ...dipotong-potong muluuu...!! IMAM (mengarah ke Bowo) Tau nih... do’i kan mu ngomong...! BOWO Lo tuuuh...!! JUKI (dengan nada tinggi) Denger nih ya, denger nih...!!! IMAM Iya, iya, iyaa... kita dengerin...
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Juki menatap wajah Imam... IMAM Mu ngomong kan? JUKI Jadi gini ceritanya..... bukan cerita sih..... cuma curhatan aja. Lo tau kan bokin gua yang kemaren? Imam dan Bowo mengangguk... JUKI Setelah gua pegat ma do’i... kenapa ya...? kok gua ga bisa lupain do’i?? Kaya kepikiran terus, gitu...??!? ...padahal kan gua pegat udah lumayan lama... tapi kok makin kesini bukan makin lupa, malah makin kepikiran ya??? IMAM Kok bisa??? JUKI Justru itu... perasaan sama mantanmantan gua yang laen gak gini deh...!! baru kali ini gua ngerasain kaya gini. Imam menoleh pada Bowo... Bowo menyambut dengan ekspresi terdapat keheranan dalam dirinya. IMAM Waah... lu dikerjain kali sama mantan lu itu..?! JUKI Dikerjain??? IMAM Yo’i... JUKI Maksud lu? IMAM Gini... lu percaya mistis ga? BOWO Mistis? Yang buat roti maksud lu, mam?
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
IMAM Itu kismis, japra! JUKI Kismis mah bukan yang rambut lu tuh kismis... (menunjuk rambut Imam yang saat itu emang klimis) IMAM Klimis!! BOWO Aaah... jelek-jelek dongo lu, mam...! Klimis mah penyakit burik lu tuh klimis... IMAM Itu klimis, sayang... Cukup bapak-bapak... kenapa jadi pada maen plesetan begokin? Kepeleset baru pada nyaho luh...!! Maksud gua... lu di pelet kali sama do’i...!? BOWO Yo’i, juk... lu kan suka jualin pelet... jadi ada hubungannya sama jual beli... IMAM Heh, kuya... yang lu maksud itu mah kan bisnis kan? lu masih aja maen kaya gituan...!! Masalah serius niiih... dengerin napa!?!? BOWO Iya, iya, iya... IMAM Maksud gua... lu diguna-gunain kali... BOWO Digunain buat apa, mam? IMAM (dengan nada kesal) Buat nyongkel mata lu, sayang!!! BOWO
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Beeuuuh... gitu aja lu sewot... IMAM Ya orang lagi pada serius... JUKI Diguna-gunain? Maksudnya biar apa, mam? IMAM Gini... kali aja do’i tuh masih sayang sama lu (Juki mengerutkan kening) ...atau bisa juga dendam (ekspresi terkejut) ...atau gimanaaa gitu... JUKI Terus... gimana, cuy? IMAM Gini... setau gua... kalo yang punya masalah kaya lu gitu, harus diobatin tuh...! JUKI Diobatin? IMAM Yo’i. Sementara, Bowo hanya melongo bingung. JUKI Gimana? IMAM Lo harus ke orang pinter, brow... JUKI Orang pinter? IMAM Yo’i. JUKI (berdiri) Yuk...?! IMAM Kemana? JUKI
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Ke orang pinter pan katanya... IMAM Sekarang? JUKI Tar, bulan rajab! Ya sekarang lah..! IMAM (berdiri) Emang orang pinternya dimana? JUKI Oh iya ya... (garuk-garuk kepala) gua juga ga tau orang pinternya dimana... Justru itu, cuy... lu tau sendiri pan temen-temen gua pada dongo semua... ga ada yang pinter... IMAM Seet dah... maksud gua ke paranormal! JUKI Lo tau tempat paranormal? IMAM Hmmm... (berpikir) Paranormal...??? Naaah... gua tau!! Mas Dani!! JUKI Mas Dani? IMAM Yo’i JUKI Apaan tuh? IMAM Apanya? JUKI Mas Dani? IMAM Ya paranormal, tenyom! JUKI
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Kok namanya Mas Dani... kaya tukang bubur kacang ijo... IMAM Paranormal, nyet! JUKI Dimana? IMAM Apanya? JUKI Kuliahnya? IMAM Kok kuliahnya...? JUKI Ya maksud gua alamat prakteknya, kuya! IMAM Ooohh... di Bojong Jengkol JUKI Bojong Jengkol? (Imam megangguk) Bau donk...? IMAM Apanya? JUKI Apanya apanya mulu...! jengkolnya! IMAM Nama kampung, cantik... Bojong Jengkol... JUKI Ya udah yu...!? kapan mu berangkat? IMAM Tar... liburan semester! (Juki mengerutkan kening) Ya terserah lu itu mah... gua mah siap aja kapan juga...! Juki mengangguk-anggukan mengangguk-anggukan kepala tanda paham akan segala sesuatunya...
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
FADE OUT / FADE IN ESTABLISHED : - suasana siang rumah Juki SCENE 71 INT/EXT. RUMAH JUKI-JALAN-RUMAH IMAM SIANG JUKI, IMAM Juki keluar dari pitu depan rumahnya dengan dandanan rapi : mengenakan, kemeja putih dimasukkan ke celana, celana jeans dan pake kopiah.
Juki berjalan menuju rumah Imam, hingga sampailah ia di teras rumah Imam. Sesampainya ia di depan pintu rumah Imam.. JUKI Samlikuuum...!? Maam...!? Imam keluar... IMAM Da paan, cuy? (melihat dandanan Juki) Weeih... mau sidang perceraian lu? JUKI Sidang perceraian!!?! perceraian!!?! Hayuu ah!! IMAM Hayu kemana? Juki menarik tangan Imam... dan membisiki Imam bahwa Juki mengajak pergi ke paranormal. IMAM Sekarang? Juki mengangkat-angkat alisnya pertanda mengatakan “Iya”. IMAM Ya udah deh... tunggu bentar...! JUKI Jangan lama-lama...! IMAM
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Iyaa! Ganti kostum doank! Tak lama kemudian, Imam keluar dengan menggunakan kaos clothing, celana sontog 3/4, kaos kaki belang hampir selutut dan sepatu kets. JUKI Set daah mam...!! lu mu manggung...? IMAM Emang kenapa? JUKI Mau ke dukun dandanan udah kaya apa...! IMAM Daripada elu... ke dukun kaya mau sidang perceraian! JUKI Ga apa-apa donk kalo disangka mau cere mah? IMAM Emang kenapa kalo disangka mau cere? JUKI Yaa siapa tau ajah tar sama paranormalnya taripnya dimurahin. Juki Cuma geleng-geleng keheranan. Kemudian mereka berdua melangkah meninggalkan rumah. Setelah beberapa langkah di depan teras rumah Imam, ia baru teringat akan sesuatu. IMAM (menghentikan langkahnya karena teringat sesuatu) Lha... lu ga bawa motor? JUKI Kaga. IMAM Lha terus kita kesana naek apa? JUKI Emang dimana?
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
IMAM Bojong Jengkol kan! JUKI Emang Bojong Jengkol dimana? IMAM Lo tau ga jalan yang mu ke Cibantet...? JUKI Tau. IMAM Kalo mu ke cibantet kan lurus ya? Ini mah belok pas di pertigaannya. JUKI Jauh lagi tuh? IMAM Ya sama... kaya ke cibantet. JUKI Set daah...!! IMAM Kan gua bilang emang jauh...! JUKI Gua kira Bojong Jengkol tuh deket Warung Kemang. IMAM Itu mah Bojong Pete, pehul! JUKI Jauh lagi dari situ mah ya? IMAM Tanya nih ma pantat gua nih... (sambil nungging ngeledek) JUKI Tai ah!! gua kira deket...sama-sama bau ajaaa...! (bergumam) IMAM
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Terus naek apa donk kita ini? Masa naek angkot? JUKI Emang napa kalo naek angkot? IMAM Ya dandanan kaya begokin masa naek angkot...?! JUKI Terus gimana donk? IMAM Ya udah deh... ga pa pa... naek angkot ajah..! .....tapi bayarin ya!? JUKI Iya daaah... CUT TO ESTABLIHED : - plang di depan tempat praktek dukun yang bertuliskan: “MBAH ROMLI; PARANORMAL JITU; URUSAN KARIR; JODOH; PENGHASILAN; NAIK PANGKAT; KENA SANTET; MUNTABER; MATA KATARAK; WASIR; DSB. BUKA 24 JAM – KECUALI HARI SABTU JAM 08.00 WIB s/d JAM 17.00 WIB” SCENE 72 EXT. TEMPAT MBAH DUKUN – RUANG PRAKTEK SORE JUKI, IMAM, MBAH DUKUN Tampak Juki dan Imam turun dari angkot di depan rumah paranormal yang ada plangnya itu. Ketika masuk ke dalam ruangan praktek mbah dukun... mereka melihat si mbah dukun berambut gondrong kriting yang sedang duduk bersila, dengan menggunakan setelan jas hitam, kemeja, dasi merah dan sepatu kulit.
JUKI (berbisik pada Imam) Bray, nih dukun apa direktur? IMAM Udah, lu diem aja...! ini menandakan dia tuh beda dari dukun-dukun yang lain. Juki mengangguk...
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Kemudian Juki dan Imam menghampiri... Si dukun tetap konsentrasi dengan wajah terarah cawan kendi yang megepul yang ada di hadapannya. IMAM Misi, mbaah... MBAH DUKUN (tanpa menoleh) Hmm...! IMAM Ada yang bisa saya bantu, mbah? MBAH DUKUN, JUKI DAN IMAM Lho...!!? (terperanjat terkejut) JUKI Salah ya, mbah ya?? ...harusnya kan saya yang ngomong gitu mah, mbah ya?! MBAH DUKUN (melirik Juki) Seterah kalian aja lah...! IMAM Jadi gini, mbah... (keburu dipotong) MBAH DUKUN Diem!!! Kaga usah ngomong...saya sudah tau maksud kedatangan kalian kesokin! JUKI DAN IMAM Lho!!? (terkejut) MBAH DUKUN Kesini maksudnya..! JUKI (berbisik pada Imam) Gaul juga nih si mbah nih... MBAH DUKUN Maklum... saya kan banyak menangani pasien ABG, jadi ngerti lah bahasa mereka sedikit-sedikit... sedikit-sedikit...
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
IMAM Banyak pasien ABG, mbah? MBAH DUKUN He’euh IMAM Konsultasi? MBAH DUKUN Aborsi! JUKI DAN IMAM (kaget) Astapiruloooohh!! MBAH DUKUN Tapi kadang ada juga yang cuman curcol IMAM DAN JUKI Oooohh... MBAH DUKUN Saya tau maksud kedatangan kalian... IMAM Weeehh...!! hebat ya si mbah...?! MBAH DUKUN Kalian ingin dinaikan pangkat kan? ...ya apa iya? IMAM Bukan, mbah... mbah belum tepat. MBAH DUKUN Ingin diterima cintanya oleh gebetan kalian? IMAM Juga bukan, mbah..... (si mbah mengerutkan keningnya) Soal wanitanya sih sudah bener... tapi bukan pengen diterima, mbah. MBAH DUKUN Lalu?? IMAM Jadi gini ceritanya...
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
MBAH DUKUN (memotong) Panjang ngga ceritanya? IMAM Dirangkum kok, mbah... MBAH DUKUN Oow... sudah dirangkum? ...jadi gimana ceritanya? IMAM Jadi gini... Emang ngomong-gomong... memangnya kalo panjang kenapa, mbah? MBAH DUKUN Kalo panjang mendingan kalian cari paranormal lain yang bisa sekalian konsultasi. ...kalo saya disini hanya menangani keluhan pasien. Kalo yang lain... (tiba-tiba dipotong oleh Juki) JUKI Udah, berisik napa, mbah...!!? temen saya mau cerita iniii...! MBAH DUKUN Oh iya, maap, maap... Silahkan...! IMAM Jadi... temen saya inii... dia kayanya dikerjain, mbah...! IMBAH DUKUN Dikerjain? IMAM Iya, mbah... MBAH DUKUN Maksudnya? IMAM Diii... guna-guna gitu, mbah...! MBAH DUKUN
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Haah!!! (terkejut) Serem amat...! IMAM (garuk-garuk kepala sambil bergumam) Niihh dukun ga ada pamornya banget kayanya ini!? MBAH DUKUN Oh iya... sorry, sorry...! silahkan dilanjutkan...! (merapikan dasinya... ja’im) IMAM Yaaa... gitu deh...! MBAH DUKUN (mengarah pada Juki) Terus... efeknya terhadap kamu apa? Mual-mual gitu...? (Juki bingung, menengok ke Imam) Pusing...? ...atau... kunangkunang...?? IMAM Mbah...!! itu mah ngidam kali bukan diguna-guna...!?! MBAH DUKUN Ngga...!! ada juga yang kaya gitu...! (Juki dan Imam keheranan) Kemarin ada pasien saya yang digunaguna, kaya gitu...! itu tergantung siapa paranormal yang dipake oleh orang yang ngeguna-gunanya...! ngeguna-gunanya...! IMAM Paranormal dipake? Jadi bispak gitu paranormalnya mbah...? MBAH DUKUN Apanya? IMAM Paranormalnya... MBAH DUKUN Kenapa?
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
IMAM Dipake... MBAH DUKUN Dipake apa? IMAM Au ah! (sambil memalingkan wajahnya) MBAH DUKUN Ya sudah, ya sudah...! sekarang saya paham...! dan sekarang... langsung saja ya saya obatin kamu?! Kamu... (mengarah pada Juki) silahkan tunggu diluar... karena ritual ini harus berlangsung dengan sangat khidmat JUKI Lho, yang mau diobatin tuh saya, mbah...! MBAH DUKUN Lho...!!? (sejenak menatap) Oh iya, maap...! Ya, kamu... (mengarah ke Imam) silahkan tunggu di luar...! IMAM Ngga mau ah! MBAH DUKUN Lho!!!? ...tunggu di luar! IMAM Yaa, mau ngapain diluar? Ngga ada temen gitu...! MBAH DUKUN Di depan... ada rental PS... mau PS 2 atau PS 3... ada...! kalo ngga ada temen, kamu bisa maen disana. Murah...! IMAM Murah? MBAH DUKUN
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Murah! PS 2 itu dua rebu satu jamnya... PS 3 lima rebu. Kalo mu pesen kopi ada...! indomie juga ada! IMAM (berdiri) Okelah kalo gitu...! Ki, gua nunggu di luar ya!? JUKI (ke arah Imam) Sip! (memalingkan wajahnya kembali ke si mbah) Itu rental PS punya siapa, mbah? MBAH DUKUN Punya saya... sampingan! Juki keliatan bingung... MBAH DUKUN Jangan bingung...! saya disini kan praktek ngga masang tarip... jadi pasien yang datang itu bayar seikhlasnya..... seikhlasnya..... nah, untuk menambah penghasilan saya... yaaa saya buka itu... rental PS. JUKI Oooo... MBAH DUKUN (mengarah pada Imam yang masih berdiri di depan pintu) Silahkan... Imam kemudian melangkah menuju rental PS yang terletak di halaman rumah mbah dukun tersebut Kemudian mbah dukun membawa Juki ke dalam sebuah ruangan khusus untuk melakukan ritual... dimana di dalam ruangan itu terdapat sebuah ranjang ala dokter praktek, lengkap dengan bantal dan selimutnya, komputer, meja, sebuah gitar yang disandarkan ke meja, kursi yang terletak di depan meja dan perabot-perabot mistis lainnya yang terdapat di atas meja kecil. Di dindingnya, ada poster Sandra Dewi yang terpajang.
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
MBAH DUKUN Silahkan...! (mengarahkan Juki pada ranjang untuk terlentang) Juki menaiki ranjang tersebut dan berbaringlah ia... JUKI (menoleh ke arah foto Sandra Dewi) Itu... artis ya, mbah ya? .....siapa, mbah? MBAH DUKUN Ituu... namanya Krisdayanti... Krisdayanti... JUKI Dia pasien mbah? MBAH DUKUN Nggaaa... saya cuma kenal aja sama dia. JUKI Mbah kenal sama artis? MBAH DUKUN (menunjuk foto Sandra Dewi) Sama dia? Juki mengangguk... MBAH DUKUN Yaa... dia temen saya. JUKI Temen mbah? MBAH DUKUN Iya, ...temen FS. .....kita sering komen-komenan. JUKI (bergumam) Hari gini maen FS...!? epbi donk epbi! MBAH DUKUN Saya lebih suka FS! JUKI Kenapa emang, mbah?
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
MBAH DUKUN Kalo epbi mah bekgron-nya ngga bisa pake poto saya...! Udah... sekarang kamu lepas pakaian kamu, lalu berbaring...! JUKI Lepas pakaian, mbah? Emang harus ya? MBAH DUKUN Ini dimaksudkan agar aji-ajian saya bisa langsung masuk ke tubuh kamu... JUKI Oooo... Kemudian Juki menuruti perintah si mbah dengan melepaskan pakaiannya satu per satu hingga akhirnya ia hanya mengenakan celana boxer. Sementara mbah dukun berdiri di pinggir ranjang. MBAH DUKUN Sekarang kamu berbaring! Kemudian Juki berbaring... Si mbah kemudian mengambil gitar yang disandarkan ke meja, lalu membaca-baca mantra dengan diiringi gitar sambil berdiri di tepi ranjang... JUKI (menoleh ke si mbah) Nyanyi, mbah? MBAH DUKUN Baca mantra, setan! JUKI Kok make gitar? MBAH DUKUN Inilah bedanya saya dengan paranormalparanormal lain...! mereka membaca mantra gak pake apa-apa... kalo saya mah pake instrumen...! JUKI Oooo.... hebat ya mbah.. Juki pun mulai hilang kesadaran...
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
FADE OUT Tiga puluh menit kemudian.... FADE IN Juki mulai tersadar... ia mulai membuka matanya... Mendapati dirinya sedang berbaring bukan di tempat tidurnya dalam keadaan tidak berpakaian, Juki panik... JUKI (bangun) Hah!! Dimana ini? (menarik ujung selimut yang ada di atas dadanya, kemudian menangis) Apa yang telah kulakukan? ...hiks... hiks...!! Si Mbah dukun sedang duduk di depan meja besar yang ada komputernya... Mbah dukun menoleh ke arah Juki. MBAH DUKUN Lebay lu ah!! Juki menoleh ke arah mbah dukun... MBAH DUKUN (CONT’D) Kagaa... kaga dinodai...!! Tenang ajaa...! siapa juga yang mu menodai elu...!!? JUKI Dimana saya, mbah? MBAH DUKUN Kan di tempat praktek gua... gimana sih...?? JUKI (mengingat-ingat (mengingat-ingat sebentar) Ooiiya... saya inget... Udah beres nih ritualnya, mbah? MBAH DUKUN (bangkit dari duduknya dan kemudian menghampiri Juki) Udah... dijamin penyakit batin kamu hilang dalam hitungan 2 kali 24 jam...!
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
JUKI (sambil mengenakan kembali pakaiannya...) Terima kasih, mbah Kemudian mbah dukun berjalan keluar ruangan ritual untuk kembali ke ruangan semula, Juki mengikutinya di belakang. Mereka kembali duduk bersila di ruangan semula. JUKI Udah semua nih, mbah? Mbah dukun mengambil sesuatu dari kantongnya semacam kertas nota... MBAH DUKUN (sambil menulis) Udah! Nih... maharnya kamu bisa tebus di loket depan. JUKI Loket mana, mbah? MBAH DUKUN Loket yang deket itu... yang jualan...! (menunjuk ke depan dimana terdapat loket yang letaknya ada di depan pintu masuk ruang praktek itu) JUKI (salaman) Makasih ya, mbah... MBAH DUKUN (ketika Juki hendak bangkit dari duduknya) Jangan lupa...! Administrasinya di loket Lalu Juki berjalan ke arah loket yang letaknya di depan pintu ruangan praktek.
Imam yang sedang maen PS di ruang rental PS yang tidak tertutup yang letaknya di sebelah pintu ruang praktek atau di depan loket pembayaran, menoleh ke arah Juki, dilihatnya Juki sedang menyelesaikan adinistrasi di loket.
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Imam pun menghentikan maen PS-nya dan kemudian menghampiri Juki... IMAM Beres, cuy? JUKI Bereeees... IMAM Cabut? JUKI Bentar... gua mu ngambil obat dulu. IMAM Ya udah, gua bayar PS dulu... (kemudian Imam kembali ke ruang rental PS) Ketika Juki belum beres mengambil obat, tiba-tiba datang tiga orang polisi berseragam lengkap... yang dua memapah yang satunya karena kaki kanannya diangkat dan berdarah... Ketiga polisi itu datang-datang langsung ribet. Polisi 1 yang dipapah tak henti-hentinya menangis dan meringis. POLISI 3 Dimana pak mantrinya? POLISI 1 Aduuuh... sakiiiit...!! POLISI 2 Tenang, wan, tenang...! POLISI 2 Pak mantrinya mana ini, pak mantrinya? POLISI 3 Pak mantrinya mana sih? POLISI 2 Di dalem kayaknya, di dalem coba...!! POLISI 3 Coba, coba panggil coba pak mantrinya!
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
POLISI 2 Paaak...! Paak...!! Polisi 1 terus mengaung dan meringis kesakitan. POLISI 3 Pak, tolong paak...! Lalu mbah dukun keluar dari pintu... MBAH DUKUN Ada apa ini ribut-ribut? Polisi 1 tetap menangis, meringis dan menjerit... POLISI 3 Tolong, pak... teman kami ini...!! (menunjuk polisi 1) Imam, yang baru kembali dari ruangan rental PS menghampiri Juki yang masih berdiri di depan loket sambil melihat tiga polisi itu penuh keheranan. MBAH DUKUN Kenapa ini temannya? POLISI 2 Dia tertembak, pak... tolong, pak...! MBAH DUKUN Tertembak? Polisi 2 Iya, pak...! MBAH DUKUN Heeuh... dudul!! ...yang namanya tertembak mah bawa ke bidan atuuuuh... bukan dibawa kesini...! POLISI 2 Emang ini apa? MBAH DUKUN Ini mah departemen kehutanan! Polisi 2 dan 3 berekspresi heran, sedang polisi 1 tetap meraung dan menjerit menahan sakitnya. MBAH DUKUN
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Udah tau ada plang-nya... tuh liat ngga tuh plang-nya tuh??! (menunjuk plang tang terdapat di depan pagar yang bertuliskan “Mas Dani. paranormal 24 jam. Melayani: pengobatan, konsultasi, aborsi, dan lainnya”) Juki dan Imam mengeluarkan isyarat bahwa mereka bingung dan nggak mau tahu. Kemudian melangkahlah mereka meninggalkan tempat praktek mbah dukun untuk pulang. WIPE TO SCENE 73 EXT. RUMAH NDANK – JALAN DEKAT RUMAH NDANK SORE JUKI, IMAM, BOWO, NDANK Sepulangnya dari tempat paranormal, Juki dan Imam sampai di rumah Ndank. Disana, mereka mendapati Ndank dan Bowo sedang duduk di kursi yang terdapat di teras rumah Ndank sambil mengobrol di teras rumah Ndank.
Mereka menghampiri Ndank dan Bowo. Imam langsung ikut duduk, sementara Juki berdiri di samping kursi Imam. JUKI Weeh...! lagi pada ngumpul nih?! NDANK Ngumpul dari Arab!! Orang cuman bedua...! Kalo gua liat, nih lu pada kayanya baru pada dari dukun ya? IMAM Kok lu tau??! NDANK Masih bau menyan! FADE OUT / FADE IN ESTABLISHED : - jalan di depan rumah / halaman rumah Miptah SCENE 74
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
EXT. RUMAH MIPTAH – JALAN DEPAN RUMAH/HALAMAN MALAM Tampak di depan rumah Miptah, terdapat banyak city car berjejer, mulai dari Honda stream, Toyota Vios, Nissan xtrail, hingga Suzuki AVP. CUT TO SCENE 75 INT. RUMAH MIPTAH – RUANG TENGAH MALAM 8 ORANG PESERTA RAPAT Di dalam rumah Miptah, sedang diadakan technical meeting acara resepsi pernikahan Miptah dan Mia.
Terdapat beberapa orang yang sedang meeting di meja rapat yang ditempatkan di ruang tengah rumah Miptah, mulai dari interior designer, decorator, creative director dan lain sebagainya, semuanya sedang berpikir bagaimana bagusnya mendekor ruah Miptah agar bisa terlihat indah saat dijadikan tempat resepsi pernikahan Miptah dan Mia. Mereka berkumpul dan rapat persis seperti team west coast yang hendak mendandani mobil dalam Pimp My Ride. Semua anggota team mengeluarkan idenya di bawah komando seorang ketua team yang berdiri di ujung meja sambil menggambarkan setiap ide yang keluar diatas whiteboard. Semua anggota rapat terlihat sibuk berpikir dan berdiskusi... Beberapa saat kemudian, rapatpun selesai. FAST MOTION Orang-orang yang tadi rapat dsb, tampak membereskan barang-barang yang tad dipake rapat dsb, kemudian beranjak memasuki mobilnya satu-satu dan mulai meninggalkan rumah Miptah. Rumah Miptah pun tampak hendak beristirahat, ditandai dengan matinya semua lampu. FADE TO BLACK “Cibatok ; 28 Desember 2010” ESTABLISHED : - petasan rantai yang meledak satu persatu - crowded tamu-tamu hajatan - Miptah dan Mia yang bersanding SCENE 76 INT. RUMAH MIPTAH – TERAS & RUANG TAMU
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
SIANG MIPTAH, MIA, EMAK, IMAM, NDANK, JUKI, BOWO, TAMU UNDANGAN, DLL Petasan berbunyi, suara gendang... dan gemuruh kerumunan orang... musik tradisional dan suara-suara sholawatan mengiringi langkah dua mempelai: Miptah dan Mia. Ya! Acara hajatan pernikahan Terlihat disana, rekan-rekan Miptah: Imam, Ndank, Bowo dan Juki berdiri gagah menggunakan setelan jas diantara kerumunan tamu-tamu undangan. Miptah dan Mia terlihat senang melayani tamu-tamu undangan yang datang dan mengucapkan selamat. Tiba giliran empat orang anggota the gembels satu per satu mengucapkan selamat kepada Miptah. Imam lebih dulu menyalami Miptah... IMAM (menjabat tangan Miptah dan berpelukan) Selamat, kawan... akhirnya lu berhasil ngeduluin gue...! Miptah hanya tersenyum... Kini giliran Bowo menyalami Miptah... BOWO (menjabat tangan Miptah dan kemudian berpelukan) Hebat lu, cuy... bisa kawin! Miptah hanya tersenyum lagi... Giliran Ndank... NDANK (menjabat tangan Miptah dan berpelukan juga) Bini lu setedi, man...! Lagi-lagi Miptah hanya tersenyum... Kemudian Juki... JUKI (juga menjabat tangan Miptah dan berpelukan)
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Ga’ nyangka... jadi juga! Kembali... Miptah menyambutnya dengan senyuman... FADE OUT / FADE IN ESTABLISHED : - asesoris kamar pengantin SCENE 77 INT. RUMAH MIPTAH – KAMAR PENGANTIN MALAM MIPTAH, MIA Di malam pertama Miptah dan Mia...
Di kamar pengantin, terlihat Miptah dengan kaos singlet dan celana boxer duduk di bawah tempat tidur, sedangkan Mia selonjoran di tempat tidur yang mana masih terdapat banyak kado berserakan di tempat tidur tersebut. MIA Mip... beresin ini donk! (menunjuk ke arah kado-kado yang berserakan di tempat tidurnya) Miptah hanya menurut diperintah mia... Beberapa saat kemudian, setelah selesai membereskan kadokado tersebut... MIA Ambilin bantal satu lagi donk...! kurang tinggi nih! Miptah kemudian mengambil bantal dari luar, entah dari kamar siapa. Tak lama, Miptah kembali dengan membawa bantal. Mia merapikan selimutnya... MIA Kamu kalo mu tidur di bawah aja yaa!? Tuh... kasurnya di atas lemari (menunjuk kasur yang terdapat di atas lemari) MIPTAH Kok di bawah...? MIA
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Ga enak kalo disini... sempit! MIPTAH Kan kita penganten... masa tidurnya misah??? MIA (dengan nada agak tinggi) Ya tapi sempit kalo kamu disini...! ga biasa aku tidur di tempat sempit...! MIPTAH Ya udah... Miptah menurut... mengambil kasur yang diletakkan di atas lemari dan kemudian mengamparkannya di sebelah kanan tempat tidur. FADE OUT / FADE IN “SATU MINGGU KEMUDIAN” SCENE 78 INT. RUMAH BARU MIPTAH – RUANG TENGAH SIANG MIPTAH, MIA Di rumahnya, Mia terlihat telah berdandan dan hendak keluar rumah...
MIA Mip... aku mu keluar dulu ya?! Nanti kamu jangan lupa kosrek WC... harus sampai bersih...!! Miptah hanya mengangkat-angkat alisnya pertanda mengatakan “iya” MIA Ya udah... aku berangkat dulu! Paling nanti pulangnya agak malem... atau kalo ngga juga subuh...! MIPTAH Iya! Ati-ati, sayang MIA Hmmh... FADE OUT / FADE IN SCENE 79 INT. RUMAH BARU MIPTAH - TERAS
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
SIANG MIPTAH, NDANK, IMAM, PEMBANTU MIPTAH Tak lama setelah Mia pergi, datang Ndank dan Imam. NDANK Salamelekum!!? Mip...! IMAM Samlekum!!? Dari dalam rumah, Miptah menjawab... MIPTAH Iya, iya... walaikum salam ! Kemudian, Miptah keluar dengan baju dan tangan yang basah, celana panjang digulung sampai lutut. IMAM Weeeh... asik nih... lagi maen basahbasahan...!? MIPTAH Bersihin WC gua...! Masuk, masuk dah...! (menyuruh kedua temannya tersebut untuk masuk ke dalam) IMAM (sambil berjalan masuk) Bersihin WC...? rajin amat...!? Di dalam, ada seorang pembantu, Daman (35) yang sedang duduk di kursi yang terletak du ruang tengah yang keliatan langsung dari ruang tamu. Daman duduk dengan selonjoran sambil nonton TV, ngerokok dan tangannya memegang remote TV. MIPTAH Disuruh bini gua... IMAM Lah... itu siapa? (menunjuk Daman) MIPTAH Itu pembokat gua IMAM Lah...!? elu ngosrek WC pembokat lu selonjoran gitu...??!
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
MIPTAH Bini gua nyuruhnya ke gua..! IMAM (memalingkan wajah ke Bowo dan berbisik ke Bowo) Resiko punya bokin setedi gitu, wo... BOWO Seeet dah...! bini lu nyuruh lu bersihin WC? MIPTAH Iya! BOWO Ko lu mau si di suruh-suruh ma bini lu ngosrek WC? Terus tuh pembokat kerjanya apaan? MIPTAH Dia mah paling cuma nonton TV, kemek, boker... terus gintur lagi...! BOWO Buseett...! (mengelus-elus (mengelus-elus dadanya sambil bergumam) Amit-amit... amit-amit... MIPTAH Yaaaah... namanya juga berkorban demi cinta, bray...! BOWO (manggut-manggut (manggut-manggut sambil bergumam) Berkorban demi cinta ya...?? IMAM Lo berkorban demi cinta apa jadi pembokat? Pembokat lu sendiri jadi juragan...!? BOWO Salah lu juga siiihh...! MIPTAH Kenapa salah gua?
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
BOWO Muka lu soalnya... lebih pembokat dari pembokat...! MIPTAH Bukannya gitu, brader... kalo gua mah, yang penting bini gua seneng IMAM Hmmm... gitu yaa... Terus ngomong-ngomong sekarang bini lu kemana? MIPTAH Au, tadi keluar...! Nih ngomong-gomong... tumbenan lu pada dateng kesini? Ada angin apa nih? IMAM Kagaaa... gue sama do’i (menunjuk Bowo) cuman mau nengok penganten baru. Pengen tau kaya gimana sih kehidupan penganten baru... buat pembelajaran, kalo gua nanti udah jadi penganten...! MIPTAH (manggut-manggut) Ya biasa aja... kaga ada yang aneh... BOWO Kaga ada yang aneh ya? Cuman sekarang mah lu lebih sering ngosrek WC...!? Selain ngosrek WC apa lagi kerjaan lu, cuy? MIPTAH Nyuci piring, nyuci baju, ngepel, nyetrika, bersih-bersih... banyak dah...! IMAM Ooo gitu ya...!? Imam kemudian menoleh ke arah Bowo, Bowo manggut-manggut, Miptah juga manggut-manggut... manggut-manggut... IMAM Ngomong-ngomong udah mu sore nih... gue bakil yah??! MIPTAH
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Mu balik? Ngapain buru-buru? IMAM Tar gue ada perlu... sekarang mu siapsiap duluuu BOWO Heu’euh... gue juga tar mu ke bengkel si Buluk MIPTAH Ngapain? BOWO Motor gue lagi dibubut... tar sore di ambil MIPTAH Oooo... ya udah atuh kalo gitu mah Kemudian pulanglah mereka berdua. Kemudian Miptah duduk di kursi ruang tamu... Miptah menoleh ke arah Daman, pembantunya, yang masih duduk sambil ngrokok dan nonton TV. Miptah termenung dan teringat akan ucapan Imam atau Bowo. VO : SUARA IMAM : lagi maen basah-basahan...!? basah-basahan...!? SUARA MIPTAH : Bersihin WC gua...! Masuk, masuk dah...! SUARA IMAM : Bersihin WC...? rajin amat...!? SUARA MIPTAH : Disuruh bini gua... SUARA IMAM : Lah... itu siapa? SUARA MIPTAH : Itu pembokat gua SUARA IMAM : Lah...!? elu ngosrek WC pembokat lu selonjoran gitu...??! SUARA MIPTAH : Bini gua nyuruhnya ke gua..!
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
SUARA IMAM : Resiko punya bokin setedi gitu, wo... SUARA BOWO : Seeet dah...! bini lu nyuruh lu bersihin WC? SUARA MIPTAH : Iya! SUARA BOWO : Ko lu mau si di suruh-suruh ma bini lu ngosrek WC? Terus tuh pembokat kerjanya apaan? SUARA MIPTAH : Dia mah paling cuma nonton TV, kemek, boker... terus gintur lagi...! SUARA BOWO : Buseett...! Amit-amit... amit-amit... SUARA MIPTAH : Yaaaah... namanya juga berkorban demi cinta, bray...! SUARA BOWO : Berkorban demi cinta ya...?? SUARA IMAM : Lo berkorban demi cinta apa jadi pembokat? Pembokat lu sendiri jadi juragan...!? SUARA BOWO : Salah lu juga siiihh...! SUARA MIPTAH : Kenapa salah gua? SUARA BOWO : Muka lu soalnya... lebih pembokat dari pembokat...! SUARA MIPTAH : Bukannya gitu, brader... kalo gua mah, yang penting bini gua seneng SUARA IMAM : Hmmm... gitu yaa... Terus ngomong-ngomong sekarang bini lu kemana? SUARA MIPTAH : Au, tadi keluar...!
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Nih ngomong-gomong... tumbenan lu pada dateng kesini? Ada angin apa nih? SUARA IMAM : Kagaaa... gue sama do’i cuman mau nengok penganten baru. Pengen tau kaya gimana sih kehidupan penganten baru... buat pembelajaran, kalo gua nanti udah jadi penganten...! SUARA MIPTAH : Ya biasa aja... kaga ada yang aneh... SUARA BOWO : Kaga ada yang aneh ya? Cuman sekarang mah lu lebih sering ngosrek WC...!? Selain ngosrek WC apa lagi kerjaan lu, cuy? SUARA MIPTAH : Nyuci piring, nyuci baju, ngepel, nyetrika, bersihbersih... banyak dah...! SUARA IMAM : Ooo gitu ya...!?
MIPTAH (bergumam sendiri) Iya ya... masa gue jadi kaya pembokat DAMAN Juragan...!? MIPTAH (menoleh) Apa? DAMAN Udah beres ngosrek WC-nya? MIPTAH Udah...!? kenapa emang? DAMAN Nasi udah pada mateng? MIPTAH Udah dari tadi... kenapa? DAMAN Saya laper nih gan... ambilin makan donk, gan..!?
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
MIPTAH Bentar ya...?! Miptah kemudian berdiri dan melangkah menuju dapur... Ga lama, Miptah kembali dengan membawa pisau daging. Daman melihat dengan heran... MIPTAH Lu mau makan? Sini kuping lu gua potong dulu... tar gua tumisin buat lu..! Si Daman terkejut mendengar ucapan Miptah dan langsung terperajat dari duduknya, sampe-sampe terjatuh dari kursi... kemudian dengan terbirit-birit lari keluar. CUT TO ESTABLISHED : - jam yang berdetak di dinding yang menunjukkan angka 3.43 sore itu SCENE 80 EXT. RUMAH BARU MIPTAH – HALAMAN DEPAN SORE MIPTAH, MIA Beberapa saat kemudian, Mia pulang... Ketika berada di depan pintu, Mia terheran melihat masih ada jemuran di samping rumahnya.
Lalu ia masuk ke dalam... MIA Mip...!? Mip...!? MIPTAH Yaaa...! MIA Itu kok masih ada jemuran di depan? MIPTAH Ooiya... lupa! MIA Duuuh... gimana sih??!! MIPTAH Maap... tadi ada Ndank sama Bowo dateng... jadi keasikan ngobrol
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Kemudian Miptah keluar untuk mengambil jemuran tersebut dan membawanya ke dalam. MIA Si Imam sama Bowo? Miptah mengangkat alisnya MIA (CONT’D) Ngapain? MIPTAH Yaa maen aja... MIA Yaa ngobrol sih boleh... tapi masa sampe lupa sama jemuran...!!? FADE OUT / FADE IN ESTABLISHED : - suasana pagi rumah baru Miptah SCENE 81 EXT. RUMAH BARU MIPTAH – HALAMAN DEPAN PAGI MENJELANG SIANG MIPTAH, NDANK, SEORANG USTAD Keesokan harinya... Ndank lewat di depan rumah Miptah dengan membawa kantong plastik hitam... sementara Miptah terlihat sedang menggunting rumput di halaman depan rumahnya.
Tepat di depan rumah Miptah, Ndank menoleh... dilihatnya sahabatnya tersebut sedang menggunting rumput. Ndank memanggil dari luar pagar... NDANK Woooiiii, cuuuuy....!!! Miptah menoleh... MIPTAH Woooiiii...!!! NDANK Ngapain looo? MIPTAH Gunting rumput cuy!
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
NDANK Rajin amat lu??!! MIPTAH Iya niiih....! sokin donk... samuk! Ndank kemudian melangkah masuk menuju rumah Miptah. Sesampainya di dalam... Ndank menghampiri Miptah dan terlibat dalam perbincangan sambil berjongkok, karena Miptah sedang menggunting rumput. MIPTAH Dari mana lu? NDANK Biasa, cuy... jalan-jalan Lo rajin amat lu gunting-gunting rumput??! MIPTAH Biasa, cuy... ga da pembokat sih disokin NDANK Lahh?? Kata Bowo lu punya pembokat?? MIPTAH Pembokat gua udah gua myutilesyen menjadi tujuh bagian NDANK Oooo... Ngomong-ngomong lu betah lu ya...?! punya bokin setedi... ga pernah kelokur... di rokuuuum mulu kerja lo MIPTAH Yaaa bukan gitu-gitu amat, bro... bokin gue kan masih harus bolak-balik ke kampus... otomatis gue yang di rokum... nyabak kerjaan gue NDANK Waduuh... lu punya bisnisan di rokum? Bagi-bagi donk...! MIPTAH Bisnisan gigi lu otek! Kerjaan gue tuh kalo di rokum nyuci baju, ngepel,
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
nyetrika, truuus... ya kaya gokin lah... NDANK Nah... kaya pembokat lu, cuy! MIPTAH Ya kaga, bray... maksud gua kan bantuin bokin gitoo... kasian kan kalo sampe harus bokin gue yang ngerjain NDANK Emang... biasanya bini lu yang ngerjain kerjaan kaya gini? MIPTAH Kaga NDANK Lo? MIPTAH Yo’i NDANK Berbakat lu, cuy... MIPTAH Jadi pembokat? NDANK Yo’i MIPTAH Heeuuuu.... (menampar pelan pipi Ndank) NDANK Heheee... tapi kaga ngapa-ngapaaaa... ngapa-ngapaaaa... yang penting lu punya bokin setedi Miptah tidak menjawab... hanya tersenyum sambil mengusapusap samping bibirnya menandakan ia sedang menyombongkan diri NDANK Dah ah... bakil dulu gue. Bocah udah pada nungguin MIPTAH Mang lu dari mana? ...tuh bawa paan?
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
NDANK Ini? (menunukkan kantong plastik hitamnya tersebut) Biasalah, cuy... kaya ga tau bocah aja...! MIPTAH (penasaran) Coba liat! (meraih kantong plastik di tangan Ndank dan kemudian melihat isinya) Seeet daah... tengah hari bolong gini mu pada serop NDANK Mu ikut ga lu? MIPTAH Kaga ah... tar gue bisa diomelin bini gue kalo ikut lu pada NDANK Ya masa timbang ketemu temen aja diomelin...?? MIPTAH Bukan gitu, brooo..... kalo gue ikut, siapa yang mu ngerjain niiii? NDANK Oooh, yo’i.... ya udah atuh ya, cuy... gua cabut dulu!? Bener nih ga mu ikut? MIPTAH Kaga ah... salamin aja buat bocah NDANK Sipp!! (sambil melangkah keluar) Cabut ya?!! MIPTAH Ya... ati-ati dijalan, banyak culik! Setelah Ndank pergi, Miptah yang masih dalam posisi meggunting rumput, terngiang kata-kata Ndank saat berbincang-bincang berbincang-bincang dengannya tadi : “Nah... kaya pembokat
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
lu, cuy!” ... “Mu ikut ga lu?” ... “Kaga ah... tar gue bisa diomelin bini gue kalo ikut lu pada” ... “Ya masa timbang ketemu temen aja diomelin...??” MIPTAH (bergumam dalam hati) Imam sama Bowo, bilang gua kaya pembokat... Ndank juga... bilang gua kaya pembokat... tapi setau gua, gua ngelakuin ini kan demi cinta... Apa jangan-jangan emang gua dijadiin pembokat sama bini gua? Kemudian ada seorang berpakaian ala Ustad lewat di depan rumah Miptah... USTAD Baru nyadar lu? MIPTAH Weehh...! bisa tau pikiran gua...!? USTAD Ustad giitulo! MIPTAH (bergumam) Tuh...! Ustad aja bilang kaya gitu...!?
Kemudian Mia pulang... Miptah ngga ngeuh kalo Mia udah ada di deket dia. MIA Mip!? Miptah kaget mendengar suara Mia, kemudian ia menoleh... MIA (CONT’D) Udah beres belom gunting rumputnya? MIPTAH Belom MIA Bukannya beresin, malah bengong...! MIPTAH Eh, sayang... sini deh!?
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
MIA Apaan? MIPTAH Sini bentar...!? MIA Kamu donk yang kesini...! emang siapa yang perlu...!? Kemudian Miptah berjalan menghampiri Mia... Setelah dekat, tiba-tiba Miptah menjambak rambut Mia. Mia kaget dan ketakutan melihat Miptah yang tiba-tiba begitu MIPTAH (tangannya masih menjambak rambut Mia) Kamu baru pulang? MIA (ketakutan) I.. i... iya MIPTAH (masih sambil menjambak rambut Mia) Udah makan belum? MIA Bb.. bbb... belumm MIPTAH Noh di dapur udah pada mateng... kamu makan dulu gih...! (sambil mendorong Mia) Kemudian Mia masuk ke dalam rumahnya dengan menoleh-noleh ke arah Miptah, ekspresi ketakutan masih sangat jelas keliatan dari wajahnya. CUT TO SCENE 82 EXT. POS KAMLING – GELADAK POS SORE NDANK, IMAM, MIPTAH, BENCONG, SI BUTA DARI GOA HANTU Di pos kamling tempat mereka biasa berkumpul... Imam dan Bowo sedang menantikan kedatangan Ndank... Ketika Ndank mulai terlihat datang, Imam dan Bowo menunjukkan raut wajah yang senang...
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
IMAM Bocah.....! Ndank sampai di mulut pos... BOWO Tumbenan lokem...?! NDANK Tadi ngobrol duluuu...! IMAM Sama siapa? NDANK Si kunyuk... Miptah... IMAM Miptah? NDANK Yo’i BOWO Lo tadi ke rokumnya? NDANK Yo’i... do’i lagi nyabutin rumput! IMAM Hah...??!! nyabutin rumput? BOWO Wah, bener... dah jadi pembokat do’i NDANK Kasian amat yah tuh bocah?! BOWO Makanyaa... IMAM Tapi ya mu gimana lagi... kalo ga gitu, kapan lagi do’i punya bokin setedi BOWO Tapi ya ngga gitu gitu amat kali, pehul! Kalo gitu mah kan berarti martabat kaum lelaki udah diinjek-injek
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
NDANK Yo’i tuh...!! masa sih do’i kaga mau ngelawan dikit-dikit acan IMAM Ga brani kali!? NDANK Ah, ga punya nyali do’i mah buat ngelawan...! BOWO Tau...!! kaya bencong aja...! Tiba-tiba seorang bencong profesional yang tangannya masih memegang kotak bedak dan lipstick karena masih berdandan, datang menghampiri. Namun karena dandannya belum selesai jadi keliatan laki-laki. Si bencong itu hanya mengenakan tengtop. Datang langsung menarik kerah kaos Bowo... BENCONG Ngomong apa lu hah? Bowo terlihat sangat panik... teman-temannya yang lain malah pada kabur meninggalkan pos. BOWO Kkkkaga... kaga...!! BENCONG Lo tadi ngomong apa? BOWO Ampuun, bang... eh, mas... eeeeh.... mbak... saya tadi cuma bercanda... BENCONG (sambil mengepalkan tangan) Ngomong sekali lagi gua gebok luh!! BOWO Iya, maap... maap...!! ngga sekalikali lagi deh...! BENCONG Awas luh! BOWO Iya, mas... eeeh, mba iyaa....
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Si bencong mengibaskan tangannya dan membanting kerah kaos Bowo dan kemudian langsung pergi. Tak lama, teman-teman Bowo yang lain datang kembali ke pos. NDANK Itu tadi apaan, wo? Kaya sejenis mahluk bencong...?! BOWO Aaah, tai luh pada!!! Bukanya pada bantuin gua...!! Teman-temannya Teman-temannya pada ketawa. BOWO (CONT’D) Pada ketawa lagi... dasar pada ga punya otak...! IMAM Sori, wo soriii....! (sambil menahan tawa) Lo sih ngomong asal aja... BOWO Yaa kan gua kaga tau bakalan ada gorila coklat...! Nih gara-gara kunyuk miptah nih...! kelakuan kaya bencong... Uuups!!! (menutup mulutnya, takut kedengeran bencong yang tadi) IMAM Yaa... tapi, wo... kita ga bisa nyalahin do’i jugaa.....! emang dasarnya do’i udah cinta kali sama bininya Kalo udah cinta mah mu gimana galih? BOWO Yaa... emang kalo cinta mah susah Yang namanya cinta tuh kaya tai... IMAM Kenapa? BOWO Udah bau... kuning... ngambang lagi!
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
IMAM Yo’i. Bener banget Ndank manggut-manggut.. manggut-manggut.. BOWO Yaaaa... gitu deh... NDANK Apanya? BOWO Yaaaa, gitu..... udahannya Tragis IMAM Yo’i NDANK (geleng-geleng) Ckk, ckk, ckk.... Kemudian Miptah dari jauh melambai-lambaikan tangan memanggil-manggil memanggil-manggil nama teman-temannya : “Bowooo...!? Imaaaaammm...!? Imaaaaammm...!? Ndaaaaaaankkk...!?” Ndaaaaaaankkk...!?” Ketiga rekannya yang berada di pos menoleh... NDANK Bocah tuh...!? Miptah menghampiri pos... Teman-temannya Teman-temannya keliatan pada bingung... MIPTAH Gua ikutan nokip! Teman-temannya Teman-temannya malah pada planga-plongo karena bingung... MIPTAH (CONT’D) Napa? Ga boleh? IMAM Boleh, mip... boleh! MIPTAH Ya udah, kita nokip! IMAM
Bokin gua setedi kan, Jo ? Dede Udiee Udiee Wahyudi Wahyudi
Tapi, mip... bini lu...?! MIPTAH Alaahh... peduli amat...! gimana ntar!! BOWO Kalo lu diomelin ntar gimana?? MIPTAH Gua talak tujuh!! Mendengar itu, tiga temannya saling menoleh wajah masingmasing... dan seketika itu mereka ketawa terbahak-bahak, “AAAHAHAHAAHAAA..!” Lalu Si Buta Dari Goa Hantu datang merapat ke pos... SI BUTA Weyy, lagi pada nokip yaa?? Gua ikutan donk...!? Dan merekapun tertawa terbahak-bahak terbahak-bahak lagi, “AAAHAHAHAAHAAA..!” STOP MOTION FADE OUT - FIN -
Bogor / Tasikmalaya, Written in May 2009 - Revised in March 2010